Upload
achmad-irfan
View
27
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
dsdsds
Citation preview
BAB IV
FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN
Dari banyak literatur ilmu manajemen dijumpai adanya keanekaragaman
pendapat mengenai fungsi-fungsi manajemen. Masing-masing penulis mengemukakan
pendapatnya disertai dengan argumentasinya. Namun keanekaragaman pendapat
tersebut sebenarnya tidak prinsipil karena pada umumnya dilandasi oleh pola berpikir
yang sama. Berikut adalah fungsi-fungsi manajemen menurut para ahli :
Henry Fayol :
Planning, Organizing, Commanding, Coordinating, dan Controlling.
William Spriegel :
Planning, Organizing, dan Controlling.
Louis A. Allen :
Leading, Planning, Organizing, dan Controlling.
Lyndall F. Urwick :
Forcasting, Planning, Organizing, Commanding, Coordinating, dan Controlling.
William H. Newman :
Planning, Organizing, Assembling of Resources, Directing, dan Controlling.
Harold Koontz dan Cyril O’Donnel :
Organizing, Staffing, Directing, Planning, dan Controlling.
George R. Terry :
Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling.
Luther Gullick :
Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting, and
Budgeting.
John F. Mee :
Planning, Organizing, Motivating, dan Controlling.
Sondang P. Siagian :
Planning, Organizing, Motivating, dan Controlling.
33
Winardi :
Planning, Organizing, Coordinating, Actuating, Leading, Communicating, dan
Controlling.
The Liang Gie :
Planning, Decision Marking, Directing, Coordinating, Controlling, dan
Improving.
Pendalaman Beberapa Fungsi Manajemen
1. Perencanaan (Planning)
Pada umumnya para ahli berpendapat bahwa fungsi manajemen yang pertama
adalah perencanaan. Perencanaan merupakan fungsi dasar atau fungsi fundamental
manajemen. Fungsi pengorganisasian, pengkoordinasian, pemberian perintah, dan
pengawasan sebenarnya hanya melaksanakan keputusan perencanaan. Dalam organisasi
modern masalah perencanaan makin mendapat perhatian karena manfaatnya bagi
organisasi makin dirasakan.
Perencanaan adalah proses dasar dimana manajemen memutuskan tujuan dan
cara mencapainya. Handoko (1984) mendefinisikan perencaan adalah pemilihan
sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan,
bagaimana, dan oleh siapa. Dalam perencanaan manajer memutuskan “apa yang harus
dilakukan, kapan melakukannya, bagaimana melakukannya, dan siapa yang
melakukannya”. Perencanaan adalah suatu proses yang tidak berakhir. Hasil dari proses
perencanaan adalah berupa rencana. Hasibuan (1987) mendefinisikan rencana itu
sendiri adalah sejumlah keputusan yang menjadi pedoman untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Jadi setiap rencana mengandung dua unsur yaitu “tujuan” dan “pedoman”.
Apabila rencana telah ditetapkan maka rencana tersebut harus diimplementasikan.
Setiap saat selama proses implementasi dan pengawasan, rencana-rencana mungkin
memerlukan modifikasi agar tetap berguna. “Perencanaan kembali” kadang-kadang
dapat menjadi faktor kunci pencapaian sukses akhir.
Semua kegiatan perencanaan pada dasarnya melalui empat tahap atau langkah
berikut ini. Empat langkah dalam perencanaan ini bias diadaptasi untuk semua kegiatan
perencanaan dan pada semua tingkatan organisasi (Husnan, 1988; Handoko, 1984).
34
Langkah 1 :
Menentukan tujuan atau serangkaian tujuan. Perencanaan dimulai dengan keputusan-
keputusan tentang keinginan atau kebutuhan organisasi atau unit organisasi. Tanpa
tujuan yang jelas organisasi tidak dapat menggunakan sumber dayanya secara efisien.
Langkah 2 :
Merumuskan keadaan atau kedudukan saat ini. Pemahaman tentang posisi organisasi
saat ini dari tujuan yang ingin dicapai dan mengetahui sumber daya yang tersedia untuk
mencapai tujuan adalah sangat penting, karena tujuan dan rencana menyangkut waktu
yang akan datang. Hanya setelah keadaan organisasi saat inidianalisis, rencana dapat
dirumuskan untuk menggambarkan rencana kegiatan lebih lanjut. Langkah kedua ini
memerlukan informasi yang lengkap yang terutama diperoleh melalui komunikasi
dalam organisasi .
Langkah 3 :
Mengidentifikasi segala kemudahan (factor pendukung) dan hambatan (kendala) untuk
mencapai tujuan. Faktor-faktor internal dan eksternal, baik yang mendukung maupun
yang menghambat pencapaian tujuan perlu diidentifikasi untuk mengukur kemampuan
organisasi dalam mencapai tujuan. Walaupun sulit dilakukan, antisipasi keadaan,
masalah, dan kesempatan serta ancaman yang mungkin terjadi di waktu mendatang
adalah bagian yang esensial dari proses perencanaan.
Langkah 4 :
Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan. Pada
tahap ini manajer memilih tindakan apa yang akan digunakan untuk mencapai tujuan.
Tahap terakhir dalam proses perencanaan ini meliputi pengembangan berbagai
alternatif kegiatan untuk pencapaian tujuan, penilaian alternatif-alternatif tersebut dan
pemilihan alternatif terbaik (paling memuaskan) diantara berbagai alternatif yang ada.
Perencanaan yang mantap dana menyeluruh adalah yang dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan “5 W + 1 H” sebagai berikut :
35
- apa yang akan dikerjakan (what will be done)
- mengapa harus dikerjakan (why will it be done)
- dimana harus dikerjakan (where will it be done)
- kapan akan dikerjakan (when will it be done)
- siapa yang akan mengerjakannya (who will do it)
- bagaimana mengerjakannya (how will it be done)
Hasibuan (1987) mengemukakan syarat-syarat rencana yang baik sebagai
berikut :
a. Tujuannya harus jelas, rasional, obyektif, dan cukup menantang untuk
diperjuangkan.
b. Rencana harus mudah dipahami dan penafsirannya hanya satu.
c. Rencana harus dapat dipakai sebagai pedoman untuk bertindak dan ekonomis.
d. Rencana harus menjadi dasar dan alat untuk pengendalian semua tindakan.
e. Rencana harus dapat dikerjakan oleh sekelompok orang.
f. Rencana harus menunjukkan urutan dan waktu perngerjaan.
g. Rencana harus fleksibel.
h. Rencana harus berkesinambungan.
i. Rencana harus meliputi semua tindakan yang akan dilakukan.
j. Rencana harus berimbang artinya pemberian tugas harus seimbang dengan
penyediaan fasilitas.
k. Dalam rencana tidak boleh ada pertentangan antar departemen, hendaknya
saling mendukung untuk tercapainya tujuan organisasi.
l. Rencana harus sensitive terhadap situasi sehingga terbuka kemungkinan untuk
mengubah teknik pelaksanaannya tanpa mengalami perubahan pada tujuannya.
Didalam organisasi rencana-rencana disusun sesuai dengan hirarki yang sejajar
dengan susunan organisasi. Pada setiap tingkatan, rencana punya dua fungsi yaitu
sebagai tujuan yang harus dicapai oleh rencana pada tingkatan yang lebih rendah dan
sebagai adat untuk mencapai tujuan yang ditetapkan pada level yang lebih tinggi
(Husnan, 1988: 31).
Terdapat bermacam-macam perencanaan dalam organisasi yang dapat
dibedakan berdasarkan segi darimana kita melihatnya. Dari segi jangka waktunya akan
36
menghasilkan macam perencanaan yang berbeda apabila dilihat dari segi substansinya,
ruang lingkupnya, tingkat prosesnya, dan sebagainya. Macam-macam perencanaan
dilihat:
a. Dari segi jangka waktunya :
1) Perencanaan jangka panjang (long range planning),jangka waktunya lebih dari
lima tahun . Perencanaan jangka panjang ini pada umumnya diasosiasikan
sebagai perencanaan strategikal yaitu terdiri dari garis-garis besar dari
pencapaian tujuan organisasi.
2) Perencanaan jangka menengah (intermediate planning), jangka waktunya 2-3
tahun. Perencanaan jangka menengah pada umumnya merupakan penjabaran dari
perencanaan jangka panjang yang akan menjembatani perencanaan jangka
panjang dengan perencanaan jangka pendek dari organisasi yang sama.
3) Perencanaan jangka pendek (short range planning), jangka waktunya kurang dari
2 tahun. Perencanaan jangka pendek dalam organisasi dapat dibedakan antara
perencanaan periodikal dan perencanaan kontinyual.
b. Dari segi substansi (bidang kerja)-nya :
1) Perencanaan bidang kepegawaian (personnel planning)
2) Perencanaan bidang keuangan (financial planning)
3) Perencanaan bidang industri (industrial planning)
4) Perencanaan bidang pemasaran, dan sebagainya.
c. Dari segi ruang lingkupnya:
1) Perencanaan makro yaitu merupakan suatu perencanaan yang mempunyai
ruang lingkup penggunaan nasional.
2) Perencanaan meso yaitu merupakan perencanaan yang mempunyai lingkup yang
lebih kecil bila dibandingkan dengan perencanaan makro.
3) Perencanaan mikro yaitu merupakan perencanaan yang mempunyai lingkup
institusional.
d. Dari segi tingkatan prosesnya :
1) Perencanaan kebijaksanaan (polici planning) yaitu perencanaan yang
memuat tentang garis-garis besar kebijakan saja.
37
2) Perencanaan program (program planning) yaitu perencanaan yang
merupakan penjelasan dan penjabaran dari perencanaan kebijakasanaan.
3) Perencanaan operasional (operational planning) yaitu perencanaan yang
memuat rencana mengenai cara-cara melakukan pekerjaan tertentu agar lebih
efektif dan efisien.
Manfaat perencanaan yang baik bagi organisasi adalah untuk menjamin
penggunaan sumberdaya yang tersedia bagi organisasi secara efektif dan efisien,
membantu manajer untuk menyesuaikan diri dengan perusahaan-perusahaan
lingkungan, memudahkan pengkoordinasian antar berbagai satuan organisasi,
merupakan penunjuk arah (guide) bagi anggota organisasi dalam bekerja, merupakan
alat pengendali (means of control) kegiatan-kegiatan yang berlangsung dalam
organisasi, dan meminimalkan pekerjaan yang tak pasti. Meskipun manfaat perncanaan
bagi organisasi sangat besar tetapi perencanaan juga memiliki keleemahan. Kelemahan
perencanaan yaitu perencanaan cenderung menunda kegiatan, perencanaan mungkin
terlalu membatasi manajer untuk berinisiatif dan berinovasi, dan kadang-kadang hasil
yang terbaik didapat dari penyelesaian secara individual dan penanganan setiap
masalah pada saat masalah itu terjadi.
2. Pengorganisasian (organizing)
Supaya ada pengertian yang mendalam, sebelum menguraikan arti
pengorganisasian (organizing) terlebih dahulu perlu menyelidiki asal kata organizing
itu sendiri. Organizing berasal dari kata to organize dimana kata ini berasal pula dari
kata organ. Sedangkan kata organ berasal dari istilah Yunani “organon” dan istilah
Latin “organum” yang dapat berarti alat, bagian, anggota dan badan. Organ adalah
suatu alat yang digunakan untuk tindakan penting atau pencapaian tujuan. Organizing
dalam manajemen merupakan fungsi kedua dimana apabila planning telah selesai
dibuat diperlukan adanya orang-orang yang melaksanakannya mengingat walaupun
telah ada planning, tetapi apabila tidak ada orang yang melaksanakannya, maka
planning itu tidak ada artinya (Sukarna, 1972).
Pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur organisasi. T. Hani
Hnadoko (1990) mengemukakan bahwa struktur organisasi disusun adalah untuk
38
membantu pencapaian tujuan organisasi dengan lebih efektif. Struktur organisasi
merupakan suatu kerangka yang menunjukkan seluruh kegiatan-kegiatan untuk
pencapaian tujuan organisasi dan pola tetap hubungan-hubungan di antara fungsi-
fungsi, bagian-bagian atau posisi-posisi, maupun orang-orang yang menunjukkan
kedudukan, tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu
organisasi. Dengan demikian struktur organisasi menggambarkan mekanisme-
mekanisme formal dengan mana organisasi dikelola. Struktur organisasi, meskipun
hanya menyajikan kerangka, merupakan subsistem penting dalam sistem organisasi
formal. Untuk menyusun struktur organisasi, tujuan atau sasaran organisasi harus
dirumuskan dengan jelas. Tujuan adalah hal-hal yang ingin dicapai baik berupa materi
atau non materi dengan melakukan suatu aktifitas. Bagi organisasi, tujuan akan
berperan sebagai pedoman kearah mana organisasi akan dibawa, landasan bagi
organisasi yang bersangkutan, menentukan macam akrivitas yang akan dilakukan, dan
menentukan struktur organisasi. Beberapa variabel utama lainnya yang menentukan
desain struktur organisasi yaitu :
a. Strategi organisasi untuk mencapai tujuannya. Berdasarkan studi yang
dilakukannya Chandler menyimpulkan bahwa struktur mengikuti strategi. Strategi
akan menjelaskan bagaimana aliran wewenang dan saluran komunikasi dapat
disusun diantara para atasan dan bawahan. Aliran kerja sangat dipengaruhi strategi,
sehingga bila strategi berubah maka struktur organisasi juga berubah.
b. Teknologi yang digunakan. Untuk setiap tipe teknologi ada aspek-aspek
struktur organisasional spesifik yang berkaitan dengan pelaksanaan kerja yang lebih
berhasil. Perbedaan teknologi yang digunakan, misalnya, teknologi untuk melayani
klien, akan membedakan bentuk struktur organisasi. Organisasi-organisasi yang
ingin sukses harus memiliki struktur yang sesuai dengan tipe dan tingkat
teknologinya.
c. Anggota dan orang-orang yang berkepentingan dengan organisasi. Sikap,
pengalaman, kemampuan dan cara berpikir para anggota (manajer dan karyawan),
serta kebutuhan mereka untuk bekerjasama harus diperhatikan dalam men-desain
struktur organisasi. Faktor-faktor yang ada pada manajer seperti nilai-nilai
menejerial merupakan factor penting dalam penentuan strategi oeganisasi. Para
39
manajer organisasi, terutama manajer puncak, mempengaruhi pemilihan strategi
secara langsung melalui preferensi mereka. Selanjutnya pemilihan strategi ini akan
mempengaruhi tipe struktur yang digunakan dalam organisasi. Struktur organisasi
juga dipengaruhi secara langsung oleh perferensi pribadi manajer terhadap berbagai
tipe organisasi tertentu, terhadap cara-cara berhubungan dengan bawahan, klien,
dan manajer lainnya, dan terhadap cara-cara pemecahan masalah. Preferensi-
preferensi ini diterjemahkan menjadi berbagai macam tipe struktur organisasi.
Sikap pribadi manajer terhadap wewenang, perhatian atau ketidakperhatiannya
terhadap formalitas, dan pengalaman-pengalaman masa lalu dengan tipe-tipe desain
organisasi juga berpengaruh terhadap perancangan struktur organisasi. Kebutuhan
pimpinan dalam pembuatan keputusan juga akan mempengaruhi saluran
komunikasi, wewenang dan hubungan diantara satuan-satuan kerja pada desain
struktur organisasi. Faktor-faktor yang terdapat pada karyawan seperti tingkat
pendidikan, latar belakang, minatnya terhadap jenis pekerjaan tertentu juga
merupakan penentu-penentu penting struktur organisasi. Disamping itu orang-orang
atau pihak-pihak yang berkepentingan dengan organisasi (the stake holders), seperti
klien, konsumen, supplier, dan sebagainya perlu dipertimbangkan dalam
penyusunan struktur organisasi.
d. Ukuran organisasi. Besarnya organisasi secara keseluruhan maupun
satuan-satuan organisasinya akan mempengaruhi struktur organisasi. Semakin besar
ukuran organisasi, struktur organisasi akan semakin kompleks, dan harus dipilih
bentuk struktur organisasi yang tepat.
e. Lingkungan eksternal organisasi. Kita bisa membedakan tiga tipe
lingkungan yang melingkupi organisasi sebagai berikut :
(1). Lingkungan stabil, yaitu lingkungan dengan sedikit atau tanpa perubahan yang
tidak diperkirakan atau tiba-tiba. Beberapa ciri lingkungan ini antara lain,
perubahan produk tidak sering terjadi, modifikasi-modifikasi dapat
direncanakan dengan baik, perubahan hukum, politik, dan sosial yang
mempengaruhi organisasi atau produk tidak sering terjadi, dan perkembangan
teknologi atau inovasi baru dapat diramalkan. Dalam kenyataannya,
lingkungan semacam ini jarang ditemui.
40
(2). Lingkungan berubah (shanging environment), yaitu lingkungan dimana
informasi mungkin terjadi dalam setiap atau semua bidang yang telah disebut
diatas, misalnya produk, hukum, politik, dan teknologi.
(3). Lingkungan bergejolak (turbulent environment). Bila para pesaing melempar
produk baru dan tak terduga ke pasaran, hukum sering diganti, kemajuan
teknologi merubah sedara drastic desain produk dan metoda produksi, berarti
organisasi berada dalam lingkungan yang bergejolak.
Burn dan Stalker mengemukakan bahwa sistem mekanistik adalah paling sesuai
untuk lingkungan stabil, sedangkan sistem organis paling sesuai untuk lingkungan
bergejolak. Organisasi dalam lingkungan berubah mungkin dapat menggunakan
kombinasi dua sistem tersebut. Sistem mekanistik berarti bahwa kegiatan-kegiatan
organisasi dirinci menjadi tugas-tugas yang terpisah dan terspesialisasi. Berbagai
sasaran dan wewenang untuk setiap individu dan sub unit ditentukan sepenuhnya
oleh para manajer atas. Kekuasaan dalam organisasi mengikuti rantai perintah
birokratik. Dalam sistem organik, individu-individu lebih cenderung bekerja dalam
suatu kelompok daripada bekerja sendiri. Para anggota berkomunikasi dengan
semua tingkatan organisasi untuk mendapatkan informasi dan saran. Pemberian
perintah kepada bawahan kurang ditekankan.
Struktur organisasi yang akan dibentuk tentunya struktur organisasi yang
baik. Agar diperoleh struktur organisasi yang baik, pada waktu meembentuknya
harus memperhatikan berbagai prinsip-prinsip organiasai. Mengenai prinsip-prinsip
organisasi juga terdapat variasi pendapat. Seperti telah diuraikan pada Bab II, Henry
Fayol mengemukakan 14 asas atau prinsip manajemen. Meskipun Henry Fayol
menamakan keempat belas prinsip tersebut dengan “principles of management”
tetapi dapat dikatakan bahwa prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh Henry Fayol
adalah merupakan prinsip-prinsip organisasi (principles of organization). Sutarto
(1987) mengemukakan beberapa prinsip organisasi yaitu :
(1) Perumusan tujuan dengan jelas
(2) Departemenisasi
(3) Pembagian kerja
(4) Koordinasi
41
(5) Pelimpahan wewenang
(6) Rentangan kontrol
(7) Jenjang organisasi
(8) Kesatuan perintah
(9) Fleksibilitas
(10) Berkelangsungan
(11) Keseimbangan
Struktur organisasi adalah terlalu kompleks untuk disajikan secara verbal.
Struktur organisasi akan lebih jelas dan tegas kalau dituangkan atau digambar
dalam bagan organisasi (organization chart). Sebutan lain bagan organisasi yaitu
ranji organisasi atau skema organisasi. Bagan organisasi memperlihatkan susunan
fungsi-fungsi, departemen-departemen, atau posisi-posisi organisasi dan
menunjukkan bagaimana hubungan-hubungan diantaranya. Satuan-satuan
organisasi yang terpisah biasanya digambarkan dalam kotak-kotak, dimana satuan
organisasi yang satu dengan yang lainnya dihubungkan dengan garis yang
menunjukkan saluran wewenang dan jalur komunikasi formal. Sutarto (1987)
mendefinisikan bagan organisasi adalah gambar struktur organisasi yang
ditunjukkan dengan kotak-kotak atau garis-garis yang disusun menurut
kedudukannya yang masing-masing memuat fungsi tertentu dan satu sama lain
dihubungkan garis-garis saluran wewenang. Dari bagan organisasi dapat diketahui
hal-hal sebagai berikut : besar kecilnya organisasi, kedudukan setiap pejabat, garis-
garis saluran wewenang, macam-macam satuan organisasi yang ada, perincian
aktivitas masing-masing satuan organisasi, perincian tugas para pejabat, dan apakah
sesuatu organisasi telah menerapkan asas-asas organisasi dengan baik. Kegunaan
tersebut dapat diperoleh secara sendiri-sendiri atau secara bersamaan.
Keuntungan dan kelemahan bagan organisasi telah menjadi subyek
perdebatan cukup lama diantara penulis manajemen. Salah satu keuntungannya
adalah bahwa karyawan dan lain-lain diberi gambaran bagaimana organisasi
disusun. Manajer, bawahan dan tanggung jawabnya digambarkan secara jelas. Bila
seseorang dibutuhkan untuk menangani masalah khusus, bagan menunjukkan
tempat dimana orang itu dapat ditemukan. Memungkinkan manajer mengetahui
42
dengan tepat kelemahan-kelemahan organisasi, seperti sumber-sumber potensial
terjadinya konflik atau bidang-bidang dimana duplikasi yang tidak diperlukan
terjadi.
Kelemahan atau kekurangan utama bagan organisasi adalah masih banyak
hal-hal yang tidak jelas atau tidak ditunjukkan. Bagan organisasi tidak
menunjukkan seberapa besar wewenang dan tanggung jawab setiap tingkatan
manajerial, tidak menunjukkan hubungan-hubungan informal dan saluran
komunikasi dimana organisasi tidak dapat berfungsi secara efisien tanpa hal-hal itu.
Dimuka telah dikemukakan pentingnya bagan organisasi guna memperjelas
dan mempertegas struktur organisasi. Namun tidak berarti bahwa bagan organisasi
merupakan tujuan akhir dari organisasi. Dengan dibuatkan bagan organisasi
tidaklah berarti segala macam hubungan, lebih-lebih hubungan informal dapat
dilihat, aktivitas lalu berjalan lancar, semua masalah dapat terpecahkan, asas-asas
organisasi dapat berjalan dengan sendirinya, tujuan pasti tercapai, itu sama sekali
tidak. Keberhasilan organisasi tidak hanya ditentukan oleh struktur organisasi yang
telah dituangkan dalam bagan organisasi.
Dalam sebuah organisasi, faktor yang penting dalam masalah
pengorganisasian ini adalah bagaimana kerjasama yang baik diantara para
anggotanya dapat diciptakan di lingkungan organisasi tersebut. Kerjasama yang
baik ini akan mempengaruhi motivasi kerja para pegawai dalam organisasi tersebut,
serta akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja para pegawai tersebut. Apabila
produktivitas kerja pegawai ini dapat dipertahankan dalam tingkat yang tinggi,
maka diharapkan bahwa organisasi tersebut akan mempunyai tingkat produktivitas
yang tinggi pula.
3. Pengkoordinasian (coordinating)
Pengkoordinasian adalah aktivitas menghubung-hubungkan, menyatupadukan,
dan menyelaraskan orang-orang dan pekerjaannya sehingga semua berlangsung secara
tertib dan seirama menuju tercapainya tujuan tanpa terjadi kekacauan, percekcokan,
kekembaran atau kekosongan kerja. Tugas pengkoordinasian ini adalah tugas manajer.
Karena adanya pembagian kerja dan spesialisasi didalam mencapai tujuan, maka
43
koordinasi itu mutlak perlu, sebab tanpa koordinasi maka masing-masing karyawan
atau satuan-satuan dalam suatu organisasi akan berjalan sendiri yang mungkin menuju
kepelbagai arah atau tidak pernah bertemu pada tujuan yang sama. Tanpa koordinasi,
individu-individu dan satuan-satuan organisasi akan kehilangan pegangan atas peranan
mereka dalam organisasi. Mereka akan mulai mengejar kepentingan sendiri, yang
sering merugikan pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan.
Kebutuhan akan koordinasi tergantung pada sifat dan kebutuhan komunikasi
dalam pelaksanaan tugas dan derajad saling ketergantungan bermacam-macam satuan
pelaksanaannya. Bila tugas-tugas tersebut memerlukan aliran informasi antar satuan,
derajad koordinasi yang tinggi adalah yang paling baik. koordinasi yang tinggi sangat
bermanfaat untuk pekerjaan yang tidak rutin.
James D. Thompson (1967) mengemukakan ada tiga macam saling
ketergantungan diantara satuan-satuan organisasi, yaitu :
1. Saling ketergantungan yang menyatu (pooled interdependence), bila satuan-
satuan organisasi tidak saling tergantung satu dengan yang lain dalam
melaksanakan kegiatan harian tetapi tergantung pada pelaksanaan kerja setiap
satuan yang memuaskan untuk suatu hasil akhir.
2. Saling ketergantungan yang berurutan (sequential interdependence), dimana
suatu satuan organisasi harus melakukan pekerjaan terlebih dahulu sebelum satuan
lain dapat bekerja.
3. Saling ketergantungan timbal balik (reciprocal interdependence), merupakan
hubungan memberi dan menerima antar satuan organisasi.
Peningkatan spesialisasi akan menaikkan kebutuhan akan koordinasi karena
spesialisasi menimbulkan saling ketergantungan. Tetapi semakin besar derajad
spesialisasi, semakin sulit bagi manajer untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan
khusus dari satuan-satuan yang berbeda. The Liang Gie (1983) mengemukakan
kurangnya koordinasi dalam suatu organisasi akan terlihat dari adanya gejala-gejala
sebagai berikut :
a. Petugas atau satuan-satuan organisasi bertengkar menuntut suatu bidang kerja
atau wewenang yang masing-masing menganggap termasuk dalam lingkungan
44
tugasnya. Dalam hal ini sering lalu terjadi kekembaran dalam pelaksanaan suatu
pekerjaan yang memboroskan tenaga, waktu, dan material.
b. Petugas-petugas atau satuan-satuan organisasi saling melemparkan sesuatu
tanggung jawab kepada pihak lain karena masing-masing merasa bahwa sesuatu
pekerjaan tidak termasuk dalam ruang lingkup tugasnya. Pengingkaran tanggung
jawab biasanya mengakibatkan adanya kekosongan tindakan yang semestinya
dijalankan.
c. Pencapaian tujuan organisasi terasa serba kacau, para petugas nampak serba
ragu dan dalam pelaksanaan pekerjaan, ternyata serba salah, saling berbenturan atau
bahkan hasil pekerjaan yang satu sering dihapuskan oleh pekerjaan yang lain tanpa
disadari.
Untuk berhasilnya pengkoordinasian hendaknya dipenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
a. Pembagian kerja yang jelas dalam organisasi.
b. Semangat kerjasama yang besar diantara para karyawan (organisasi informal
yang sehat dalam organisasi yang bersangkutan).
c. Fasilitas komunikasi yang cukup bagi semua pihak dalam organisasi yang
bersangkutan.
d. Diciptakan ada tahapan-tahapan dari suatu kegiatan dan dipertahankan sebagai
proses yang kontinyu.
Cara-cara untuk mewujudkan koordinasi ialah dengan jalan :
a. Konperensi lengkap.
b. Pertemuan berkala untuk pejabat-pejabat tertentu.
c. Pembentukan panitia gabungan.
d. Pembentukan badan koordinasi staff.
e. Wawancara dengan bawahan.
f. Memorandum berantai.
g. Buku pedoman organisasi dan tata kerja; dan sebagainya.
45
4. Penggerakan (actuating)
Actuating adalah menggerakkan orang (bawahan) agar supaya mau bekerja
dengan sendirinya atau dengan penuh kesadaran untuk secara bersama-sama mencapai
tujuan yang dikehendaki. Actuating berarti pendorongan semangat kerja dan
penjurusana aktivitas bawahan agar menuju kepada maksud yang dikehendaki dan
rencana yang tekah ditetapkan. Jika manajer melakukan aktifitas ini, berarti ia harus
membangkitkan semangat kerja bawahan, memelihara semangat tersebut, mendorong
dan menjuruskan kea rah timbulnya aktivitas yang positif dengan melakukan
pembibingan yang aktif, memberi perintah-perintah kerja, penugasan-penugasan,
sehingga semua aktivitas bawahan benar-benar menjurus kearah maksud yang
dikehendaki serta rencana yang telah ditetapkan dalam organisasi yang bersangkutan.
Dalam penggerakan ini memerlukan kepemimpinan atau leadership yaitu
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar supaya mau bekerja dengan tulus
hati, sehingga pekerjaan berjalan dengan lancar dan tujuan dapat tercapai. Seorang
manajer yang mempunyai kemampuan untuk memimpin akan dengan mudah
menggerakkan bawahannya, sehingga seluruh pegawai yang ada pada pimpinannya
akan merasakan kesenangan bekerja. Seorang manajer yang tidak memiliki kemampuan
untuk memimpin akan mengalami kegagalan, oleh karena itulah Harold Koontz dan
Cyril O’Donnell menyatakan “leadership is managerial key”.
Dalam rangka actuating, karyawan harus mendapat penjelasan sebaik-baiknya
tentang rencana yang akan dikerjakan, sehingga mereka mengerti betul apa yang
menjadi tugasnya dan pada akhirnya akan bertangung jawab. Pegawai yang melakukan
pekerjaan, tetapi tidak mengetahui untuk apa pekerjaannya itu akan bekerja dengan
ragu-ragu sehingga tidak bertanggung jawab. Disamping itu actuating bukan dengan
jalan paksaan tetapi dengan ajakan (persuasi) dan dorongan (motivasi). Menggerakkan
bawahan harus pula kontinyu atau terus-menerus, karena proses kerja itu pun dalam
manajemen adalah terus-menerus. Penggerakan karyawan yang sifatnya sewaktu-waktu
atau temporer akan menimbulkan gairah dan semangat kerja yang sifatnya temporer
pula. Hal ini berbahaya, sebab gairah kerja akan berpengaruh terhadap kelancaran
jalannya pekerjaan. Banyak pekerjaan yang tidak selesai pada waktunya disebabkan
karyawan tidak mempunyai gairah kerja. Timbulnya gairah kerja dari karyawan
46
tergantung kepada kepemimpinan manajer. Menggerakkan karyawan harus pula
ditujukan kepada hal-hal yang pragmatis atau hal-hal yang berguna bagi kepentingan
usaha dan kepentingan bersama. Oleh karena itu perlu adanya penjelasan yang dapat
dimengerti mengapa karyawan harus bekerja dengan kapasitas penuh (full capacity),
yaitu menggunakan seluruh waktu kerja dengan sebaik-baiknya, mengingat setiap
waktu jam kerja yang terbuang berarti pembuangan keuntungan yang diharapkan.
Penggunaan waktu, daya kerja, dan materi harus betul-betul pragmatis ditinjau dari
sudut kepentingan bersama organisasi, bukan ditinjau dari kepentingan pribadi. Oleh
karena itulah untuk menggerakkan karyawan agar supaya bekerja efektif dan efisien
harus ditanamkan pengertian yang sebaik-baiknya sehingga timbul kesadaran bahwa
kelancaran jalannya usaha tergantung kepada penggunaan daya kerja mereka. Apabila
kesadaran telah tertanam pada seluruh karyawan secara merata maka mereka akan
mudah digerakkan dan diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam
menggerakkan karyawan harus pula bersifat ideal yaitu bersifat mengajak kepada yang
diharapkan dan dicita-citakan, mengingat secara psikologis setiap karyawan itu ingin
maju dan mendapatkan apa yang dicita-citakannya. Oleh karena itulah manajer harus
mengenal psikologi sosial. Dengan menanamkan keyakinan kepada karyawan bahwa
apa yang dicipa-citakannya akan tercapai, apabila mereka bekerja keras. Tidak ada
keberhasilan yang dicapai dengan kemalasan. Kemalasan pada hakekatnya membawa
kehancuran pada masa yang akan datang. Cita-cita akan tetap merupakan cita-cita tanpa
terwujud dalam kenyataan apabila tidak ada kegiatan dan ketekunan untuk
mencapainya.
Penggerakan tidak terlepas dari tools of management. Dalam menggerakkan
karyawan untuk bekerja dengan sungguh-sungguh memerlukan manusia yang
menggerakkannya serta sarana lainnya seperti uang, peralatan, dan lain-lain. Tools of
management dalam penggerakan adalah sangat penting. Mengingat apabila semangat
kerja telah timbul sedangkan sarana yang dibutuhkan untuk pelaksaan kerja itu tidak
ada, maka akan menimbulkan frustasi (ketidakpuasan/kekecewaan). Oleh karena itulah
sebelum manajer menggerakkan karyawan ia harus menyediakan terlebih dahulu
sarana-sarana yang diperlukan agar supaya mempermudah jalannya kerja. Disamping
itu perlu diingat bahwa penggerakan itu tidak akan ada apabila tools of management itu
47
sendiri tidak ada. Dengan demikian penggerakan itu sebenarnya tergantung pada tools
of management, mengingat unsur pertamanya adalah manusia juga.
5. Pengawasan (controlling)
Pengawasan (controlling) adalah aktifitas manajemen yang mengusahakan agar
pekerjaan-pekerjaan terkendali pelaksanaannya sedemikian rupa sehingga sesuai
dengan rencana yang ditetepkan dan atau hasil yang dikehendaki. Rencana yang
bagaimanapun baiknya dapat saja tidak terealisasikan sepenuhnya atau bahkan gagal
sama sekali bila manajer tidak melakukan pengawasan. Dengan demikian pengawasan
dapat didefinisikan sebagai proses untuk “menjamin” bahwa tujuan-tujuan organisasi
dan manajemen tercapai. G.R. Terry (dalam Westra, 1981:73-74) memberi batasan
tentang pengawasan atau controlling sebagai proses penentuan apa yang harus dicapai,
yaitu standard; apa yang sedang dicapai, yaitu pelaksanaan; evaluasi terhadap
pelaksanaan; dan kalau perlu menerapkan ukuran-ukuran untuk koreksi sehingga
pelaksanaan menjadi sesuai dengan rencana, yaitu persesuiannya dengan standard.
Proses pengawasan (the control process) itu berlangsung sebagai berikut:
Proses Pengawasan
1 2 remidial
S P action
3 4 S P S P
Langkah-langkah pengawasan di atas adalah sebagai berikut :
(1) menentukan standard atau dasar untuk kontrol (determining the standard
or basis for control);
(2) mengukur hasil pekerjaan (measuring the performance);
48
(3) membandingkan hasil pekerjaan dengan standard, dan mengukur
perbedaannya, bila ada (comparing performance with the standard, and
ascertaining the difference, if any); dan
(4) memperbaiki penyimpangan (correcting deviation by means of remidial
action).
A. Prasyarat Pengawasan
a. Pengawasan membutuhkan perencanaan
Pengawasan harus didasarkan kepada perencanaan dan bahwa perencanaan
yang jelas, lengkap, dan terpadu akan meningkatkan efektivitas pengawasan.
Secara sederhana dapat dikatakan : Tidak ada kemungkinan bagi manajer untuk
memastikan bahwa unit organisasinya sedang melaksanakan apa yang
diinginkan dan diharapkan, kecuali apabila ia mengetahui lebih dahulu apa yang
diharapkan.
b. Pengawasan membutuhkan struktur organisasi yang jelas
Pengawasan bertujuan untuk mengukur aktivitas dan mengambil tindakan guna
menjamin bahwa rencana sedang dilaksanakan. Untuk itu harus diketahui orang
yang bertanggung jawab atas terjadinya penyimpangan rencana dan yang harus
mengambil tindakan untuk membetulkannya. Pengawasan aktivitas
dilaksanakan melalui orang-orang, akan tetapi tidak dapat diketahui siapakah
yang harus bertanggung jawab atas terjadinya penyimpangan dan tindakan
koreksi yang perlu diambil, kecuali apabila tanggung jawab dalam organisasi
dinyatakan dengan jelas dan rinci. Oleh karena itu prasyarat yang penting dalam
efektivitas pengawasan ialah struktur organisasi yang jelas, lengkap, dan
terpadu.
B. Macam-macam pengawasan
Mengenai macam-macam pengawasan dapat dibedakan dalam beberapa
klasifikasi sesuai dengan segi yang dijadikan pangkal tolaknya, misalnya :
a. Dilihat dari bidang kerja atau obyek yang diawasi, dapat dibedakan :
- pengawasan penjualan
49
- pengawasan produksi
- pengawasan pembiayaan
- pengawasan kualitas, dan lain-lain.
b. Dilihat dari segi subyek yang mengawasi, dapat dibedakan :
- pengawasan internal dan pengawasan eksternal
- pengawasan formal dan pengawasan informal (atau kontrol sosial), dan
sebagainya.
c. Dilihat dari waktu pelaksanaannya, dapat dibedakan :
- pengawasan preventif dan pengawasan represif
- inprocess control (kontrol tengah berproses), dan sebagainya.
d. Dari segi lainnya, dapat dibedakan misalnya :
- pengawasan umum dan pengawasan khusus
- pengawasan langsung dan pengawasan tak langsung
- pengawasan mendadak dan pengawasan teratur (rutin)
- pengawasan terus-menerus dan pengawasan berdasarkan atas kekecualian,
dan sebagainya.
C. Instrumen Pengawasan
Agar pengawasan terselenggara dengan efektif, dalam arti berhasil menemukan
secara faktual hal-hal yang terjadi dalam penyelenggaraan seluruh kegiatan operasional,
baik yang sifatnya positif maupun yang berupa penyimpangan, penyelewengan atau
kesalahan, diperlukan berbagai instrumen, seperti : (a) Standard hasil yang
direncanakan untuk dicapai; (b) Anggaran; (c) Data-data statistik; (d) Laporan; (e)
Auditing; dan (f) Observasi langsung.
50