16
Page 69 Bab IV Mengkaji Interaksi Sosial Masyarakat Pendatang Beda Agama di Kampung Tiba-tiba menggunakan teori Interaksi sosial Agama sejati adalah hidup yang sesungguhnya - hidup dengan seluruh jiwa seseorang, dengan seluruh kebaikan dan kebajikan seseorang. Aristoteles Bab IV merupaka analisa penulis tentang temuan lapangan menggunakan teori-teori di bab II. Temuan-temuan dilapangan sejalan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, yaitu bagaimana masyarakat kampung tiba-tiba dapat hidup bersama dalam perbedaan etnisitas dan juga agama. serta Menganalisis beberapa faktor yang mempengaruhi hubungan Masyarakat pendatang beda agama di Kampung Tiba-tiba. Dalam proses pencarian data di lapangan penulis menemukan beberapa hal yang berkaitan dengan kehidupan bersama masyarakat pendatang beda agama di kampung tiba-tiba. 4.1 Masyarakat Pendatang beda agama dalam Kesehariannya Kehidupan bersama dengan orang lain merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat dihindari. Interaksi menjadi suatu keharusan untuk membangun hubungan dengan orang lain. Setiap masyarakat mempunyai corak interaksi yang berbeda sesuai dengan lingkungan dimana ia berada. Dalam teori interaksi sosial di jelaskan bahwa ketika induvidu maupun kelompok akan melakukan interaksi ada beberapa syarat yang harus mendapat perhatian khusus yaitu komunikasi dan kontak sosial.

Bab IV Mengkaji Interaksi Sosial Masyarakat Pendatang Beda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16937/4/T2_752016032_BAB IV...dalam berkomunikasi, bahasa ibu dapat di pakai namun

Embed Size (px)

Citation preview

Page 69

Bab IV

Mengkaji Interaksi Sosial Masyarakat Pendatang Beda Agama di Kampung

Tiba-tiba menggunakan teori Interaksi sosial

Agama sejati adalah hidup yang sesungguhnya - hidup

dengan seluruh jiwa seseorang, dengan seluruh

kebaikan dan kebajikan seseorang.

Aristoteles

Bab IV merupaka analisa penulis tentang temuan lapangan menggunakan teori-teori

di bab II. Temuan-temuan dilapangan sejalan dengan rumusan masalah dan tujuan

penelitian, yaitu bagaimana masyarakat kampung tiba-tiba dapat hidup bersama

dalam perbedaan etnisitas dan juga agama. serta Menganalisis beberapa faktor yang

mempengaruhi hubungan Masyarakat pendatang beda agama di Kampung Tiba-tiba.

Dalam proses pencarian data di lapangan penulis menemukan beberapa hal yang

berkaitan dengan kehidupan bersama masyarakat pendatang beda agama di kampung

tiba-tiba.

4.1 Masyarakat Pendatang beda agama dalam Kesehariannya

Kehidupan bersama dengan orang lain merupakan sebuah kenyataan yang

tidak dapat dihindari. Interaksi menjadi suatu keharusan untuk membangun hubungan

dengan orang lain. Setiap masyarakat mempunyai corak interaksi yang berbeda sesuai

dengan lingkungan dimana ia berada. Dalam teori interaksi sosial di jelaskan bahwa

ketika induvidu maupun kelompok akan melakukan interaksi ada beberapa syarat

yang harus mendapat perhatian khusus yaitu komunikasi dan kontak sosial.

Page 70

Komunikasi yang dilakukan berupa percakapan antar induvidu dan kelompok.1

Dalam proses wawancara kepada masyarakat Kampung Tiba-Tiba peneliti

menemukan bahwa masyarakat mampu membangun komunikasi yang baik antar

induvidu. Sekat-sekat budaya dan kesukuan dapat di tempatkan pada ruangan-

ruangan relasi yang tepat dan baik, kesadaran untuk terbuka dan menerima kehidupan

orang lain menjadi satu nilai tambah dalam pola interaksi masyarakat kampung tiba-

tiba. Terbukanya kehidupan masyarakat pada tingkat perbedaan yang tinggi

merupakan satu nilai penting bagi kehidupan bersama. Terbukanya masyarakat asli

Papua terhadap kehidupan yang multkultur bisa di sebabkana karena rententan

panjang sejarah masuknya orang-orang pendatang ke wilayah Papua yang telah

penulis jelaskan pada bagian tiga yaitu 4 fase masuknya para pendatang yaitu masa

penjajahan, perdagangan dan agama, trasmigrasi dan inisistif pribadi.

Secara etnis masyarakat setempat memiliki perbedaan-perbedaan dalam hal

bahasa, cara hidup, dan kebiasaan-kebiasaan yang dapat mempengaruhi cara

berkomunikasi dengan orang lain, namun peniliti melihat bahwa secara sadar

masyarakat mampu menyesuaikan diri dengan keadaaan lingkungan sekitar. Hal itu

nyata dalam kehidupan sehari-hari warga yang tidak memakai bahasa daerah masing-

masing untuk bicara kepada saudara mereka ketika sedang berada di luar rumah. Ini

merupakan penuturan dari warga Kampung Tiba-tiba yang kurang lebih 30 tahun

telah menetap di wilayah Kampung Tiba-tiba

1 Lihat Pada Bab II

Page 71

“Sejak saya tinggal di sini masyarakat menggunakan bahasa Indonesia

tentu dengan dialeg khas Papua hal ini membantu agar komunikasi

antara warga terjalin dengan baik tanpa adanya kesalah pahaman

dalam berkomunikasi, bahasa ibu dapat di pakai namun ketika mereka

ada di dalam lingkungan rumah.”2

Penempatan pola komunikasi dalam berinteraksi oleh masyarakat Kampung

tiba-tiba dapat dikatakan baik karena mereka mampu menerima, terbuka serta

menempatkan diri secara baik dalam menyikapi perbedaan yang ada sehingga

interaksi dalam masyarakat berjalan dengan baik.

Ditengah-tengah carut-marut kehidupan dan dinamika interaksi pendatang

dan Orang asli Papua, warga Kampung Tiba-tiba mampu memainkan peran mereka

sebagai pendatang dengan baik. Walaupun mungkin secara pribadi sebagai manusia

yang bebas mereka mempunyai kesempatan untuk lebih banyak melakukan hal lain

seperti di daerah asal mereka tetapi seperti yang telah di ungkapan oleh narasumber

pada bagian III.3 Adanya kesadaran dari masyarakat untuk menyesuaikan diri dalam

lingkungan kehidupan yang multikultur membantu meminimalisir konflik yang

sewaktu-waktu dapat terjadi akibat perbedaan. Dalam berbagai macam polemik

tentang pendatang yang akhir-akhir ini mendapat sorotan kuat dari masyarakat Papua.

Kesenjangan yang terjadi di berbagai aspek kehidupan. dalam bidang perekonomian,

pendidikan, dan jabatan internal dalam pemerintahan. Kesenjangan tersebut menjadi

salah satu pemicu terjadinya ketidak harmonisan hidup bersama masyarakat

pendatang dan masyarakat asli Papua. Namun hasil penelitian yang dilakukan di

Kampung Tiba-tiba memberikan pandangan baru bahwah di tengah-tengah isu

2 Bapak La Ode, Warga Kampung Tiba-tiba, Wawancara Pada Tanggal 23 November 2017

3 Lihat Bab III Hasil Wawancara.

Page 72

kesenjangan diantara masyarakat asli Papua dan pendatang yang sering menjadi

pemicu konflik. Masyarakat Kampung Tiba-Tiba mampu hidup bersama dalam satu

kesatuan serta mengembangkan interaksi yang sifatnya mempersatukan/ membangun

diantaranya:.4

4.2 Kekuatan Interaksi Masyarakat menepis semua perbedaan:

Menciptakan masyarakat yang hidup saling menolong dan bekerjasama

merupakan hal yang tidak mudah apa lagi di era digital dan perkembangan teknologi

yang turut mempengaruhi kehidupan berinteraksi masyarakat. akhir-akhir ini

masyarakat lebih sering melakukan komunikasi lewat media-media sosial. Tidak

dapat di sangkal bahwa dalam kehidupan masyarakat Kampung Tiba-Tiba juga sudah

turut di pengaruhi berbagai macam teknologi-teknologi canggih yang memudahkan

kehidupan mereka. Namun hal tersebut tidak secara langsung merubah pola hidup

masyarakat. Bekerjasama/gotong royong masih menjadi kegiatan sosial yang di

hidupi dan dilakukan oleh masyarakat. Kerja sama mungkin terlihat menjadi sesuatu

hal yang biasa dalam kehidupan manusia namun dalam konteks masyarakat yang

berbeda etnis, agama dan di era globalisasi ini tentu hal ini menjadi barang langkah

dan perlu untuk terus dijaga dan dikembangkan agar mampu menciptakan kehidupan

bersama yang lebih baik. Kerjasama dapat terlihat ketika ada warga yang meninggal,

penduduk Kampung Tiba-Tiba dengan sigap dan cepat bersama-sama memasang

tenda, membuat peti jenasah, dan mengumpulkan sumbangan sukarela. Tindakan-

tindakan seperti ini dilakukan agar mengurangi beban warga yang mengalami

4 Lihat Bab II. Bentuk asosiatif Interaksi sosial

Page 73

musibah. Tindakan-tindakan sederhana ini mampu menyatukan masyarakat dalam

semua perbedaan.

Walaupun secara garis keturunan mereka tidak ada hubungan darah, secara

etnis dan agama juga berbeda namun perasaan senasib sepenanggungan sebagai

orang-orang perantauan yang mengharuskan mereka untuk hidup saling menolong,

memberikan semangat dan bantuan satu sama lain. Inilah yang dalam pandangan

Soekanto bentuk Interaksi Asosiatif yang sifatnya membangun dan mempersatukan.

Menurut Goffman seseorang mengarahkan tingkah lakunya sesuai dengan harapan

penonton yang diperoleh aktor ketika berinteraksi dengan penonton.5 Dalam

kehidupan sehari-hari seseorang akan melakukan suatu tindakan berdasarkan apa

interaksi yang ia lakukan bersama-sama dengan orang-orang dilingkungannya. Bagi

masyarakat Kampung Tiba-Tiba yang adalah masyarakat multietnis mereka harus

memaikan peran mereka sesuai dengan lingkungan dimana mereka tinggal. Semua

proses itu dilakukan agar tercipta kehidupan yang teratur dan damai di tengah-tengah

masyarakat. Setiap Induvidu di Kampung tiba-tiba melakukan interaksi dengan tujuan

yang sama yaitu agar menciptakan kehidupan yang baik, hal ini termuat dalam hasil

wawancara dengan beberapa warga yang secara sadar merasa penting menjaga

ketentraman dan keharmonisan dalam kehidupan bersama di Kampung Tiba-tiba.

bahkan para orang tua di Kampung Tiba-tiba berusaha mendidik anak-anak, agar

anak-anak mampu menjadi induvidu-induvidu yang membada kerukunan dan

persatuan.

5 Goffman, The Presentation of Self, 22

Page 74

4.3 Kesadaran Induvidu:

Kesadaran pribadi merupakan suatu kekuatan bagi setiap orang untuk

mengembangkan kehidupan bersama dengan baik. Kesadaran menjadi sangat penting

agar setiap induvidu memahami bahwa kehidupan ini tidaka hanya diisi oleh satu tipe

manusia dengan satu etnis dan agama namun menyadari bahwa keberagaman ini

adalah karunia sang pencipta sehingga dengan besar hati induvidu yang lain saling

menerima perbeda tersebut. hal ini sangat nyata dalam kehidupan masyarakat

kampung tiba-tiba yang menyadari keberadaan dirinya serta keberadaan orang lain

dalam semua perbedaan yang ada. Sehingga dengan sangat bijak setiap

induvidu/kelompok memainkan peran mereka. disinilah masyarakat memainkan

panggung depan dan panggung belakang yaitu pada panggung depan induvidu harus

benar-benar bersikap peka terhadap orang lain disekitarnya tanpa memikirkan status

dan perbedaan yang melekat pada dirinya. Kesadaraan untuk memperlakukan orang

lain dengan baik pada panggung depan kehidupan. Pada panggung belakanglah

induvidu dengan sebabas-bebasnya melakukan hal-hal yang tidak ia munculkan pada

panggung depan seperti berbicara menggunakan bahasa daerah, melakukan sesuatu

untuk kepentinganya sendiri. Pada panggung belakanglah manusia dapat sebabas-

bebasnya.

Page 75

4.5 Sinergisitas Elemen Masyarakat

Reychland memandang penting peran elemen masyarakat sebagai varibael yang

menentukan dalam memelihara perdamaian antar induvidu6. Dengan kata lain

tersedianya aktor-aktor perdamaian yang terdiri atas elit-elit masyarakat sehingga

peneliti merasa penting sinergisitas antara elemen-elemen masyarakat terkait dengan

adanya kepatuhan terhadap pemimpin-pemimpin seperti ondoafi, pendeta dan ustat

dan keluarga7 Elemen-elemen dalam masyarakat kampung tiba—tiba seperti

Ondoafi, Pemimpin agama, keluarga semuanya dapat memainkan peran masing-

masing secara baik dalam panggung depan kehidupan maupun dalam panggung

belakang. Ondoafi dengan kebijakan-kebijakanya di ruang-ruang interaksi tidak

mediskriminasi salah satu kelompok suku atau agama namun ia mampu menciptakan

keharmonisan dan menyelesaikan konflik-konflik yang terjadi dalam masyarakat. hal

yang sama juga dilakukan oleh para pemuka agama yang tidak hadir sebagai momok

yang menakutkan namun kehadiran pemuka agama menjadi teladan yang baik dalam

menciptakan kehidupan bersama. Keluarga adalah lingkungan pertama yang memberi

pencerahan untuk bersikap toleran.8 Dalam keluargalah pendidikan pertama dan

interaksi pertama di lakukan seorang induvidu oleh sebab itu keluarga memiliki peran

penting untuk menciptakan induvidu-induvidu yang dapat menjadi agen perubahan

yang membawah pesan perdamaian. Kelaurga-keluarga di Kampung Tiba-tiba dalam

6 Luc Reychland, Researcher Peace Building Architectur. (Leuven: Centre for Peace Research

and Strategic Studies, 2006), h. 21-37 7 Eisenstadt, S. N and L. Roniger, Patrons, Clients and Friends; Interpersonal Relations and the

Structure of Trust in Society (Cambridge University press London, 1984) 8 Luc Reychland, Researcher Peace Building Architectur. (Leuven: Centre for Peace Research

and Strategic Studies, 2006), 85

Page 76

proses wawancara yang dilakukan mampu menjadi wadah yang baik untuk mendidik

anak-anak mereka agar siap untuk berinteraksi dengan orang-orang yang berbeda dari

dirinya. Hal itu terwujud dalam kehidupan anak-anak yang dapat bermain bersama,

bersekolah bersama tanpa adanya pembeda-pedaan.

Goffman juga tidak hanya melihat induvidu sebagai aktor tunggal tetapi juga

melihat bagaimana aktor-aktor itu bersinergi dalam satu kelompok untuk

mewujudkan tujuan bersama.9 Kekompakan dalam satu tim terwujud dalam sinergitas

masyarakat kampung tiba-tiba yang walaupun secara budaya dan agama berbeda

tetapi memiliki satu tujuan yaitu menciptakan kehidupan yang harmonis antar

penduduk. Menurut penulis tingginya kesadaran masyarakat kampung tiba-tiba

menyadari bahwa usaha untuk menciptakan kehidupan yang harmoni merupakan

tanggung jawab semua manusia di bumi pancasila. Seperti yang diungkapkan oleh

Romo Magni.

4.6 Agama sebagai pemupuk tali persaudaraan dalam interkasi sosial

masyarakat

Agama menjadi hal yang penting dalam kehidupan seseorang. Hal itu

dikarenakn agama adalah salah satu hal mendasar dalam diri manusia yang di

jelaskan dalam 4 hal yaitu; Pertama agama dapat mengkomunikasikan dimensi

terdalam dari kehidupan manusia termasuk penderitaan, ketidakadilan, perasaan

bersalah dan tidak bermakna. Kedua, agama dapat memberikan janji atau jaminan

bagi nilai tertinggi kehidupan. Ketiga, agama dapat menciptakan rasa nyaman,

9 Goffman, The Presentation of Self in Everyday Life,50

Page 77

kepercayaan, iman, kepastian yang menguatkan dalam kehidupan manusia. Keempat,

agama meyediakan dasar untuk mendorong kritik dan protes terhadap situasi yang

tidak adil.10

Akhir-akhir ini wajah agama yang dipenuh dengan konflik dan

kekerasanmemberi pandangan yang buruk terhadap hadirnya agama. Agama akhir-

akhir ini tidak mampu menjadi pemersatu tetapi dipolitisir untuk kepentingan

kalangan tertentu sehingga fungsi agama berubah menjadi sarana pemecah.

Hasil penemuan penulis di lapangan menunjukan bahwa agama mampu

menjadi salah satu perekat dalam kehidupan interaksi masyarakat. Masyarakat

kampung tiba-tiba yang secara budaya dan agama memiliki perbedaan mampu

menciptakan kehidupan yang baik antar tetangga. Percakapan-percakapan sehari-hari

dalam ruang-ruang kehidupan baik oleh pemimpin agama mapun sesama pemeluk

agama. dalam kehidupan masyarakat Kampung Tiba-tiba sangat terlihat jelas bahwa

masyarakat saling menghargai ketika orang lain sedang menjalankan ibadah mereka

akan turut menjaga keamanan agar proses ibadah dapat berjalan dengan baik.

Goffman kehidupan manusia seperti orang yang seadang bermain drama atau

teater di panggung depan seorang induvidu akan merangkai setiap aktivitasnya demi

mencapai sebuah tujuan yang diharapakan.11

hal ini juga dilihat oleh peneliti bahwa

untuk melakukan proses interaksi yang tidak menimbulkan konflik masyarakat

Kampung Tiba-tiba juga merangkaikan semua tindakannya dengan sangat baik,

seperti tidak harus secara arogan mengedepankan kebudayaan atau agamanya namun

10

Izak Lattu, Agama dan Pendidikan Perdamaian dalam Masyarakat Multikultur,

dalam Buku Ajar Agama. (Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana, 2015) 197 11

Goffman, The Presentation of Self, 21-22

Page 78

masyarakat kampung tiba-tiba mampu memainkan perannya dengan baik. Dengan

menunjukan segi baik dari kehidupan mereka seperti menolong, menerima perbedaan

yang dimiliki warga Kampung Tiba-tiba.

Komunitas agama di kampung tiba-tiba hidup saling membantu, saling

memberikan ruang kebebasan dalam mengekspresikan cara beragama yang mereka

miliki, warga Muslim dan Kristen tidak perlu secara tersembunyi atau takut untuk

melakukan peribadatan, merayakan hari raya juga dalam suasana kekeluargaan. Abu-

Nimer percaya bahwa hadir dan mengikuti ritual agama lain adalah cara memperluas

kasanah berpikir dan pemahaman terhadap agama lain dan cara lain menjalin

hubungan lintas agama. 12

kesediaan untuk membuka diri menjadi nilai plus bagi

masyarakat kampung tiba-tiba, perjumpaan dan pengalaman hidup sehari-hari dengan

yang berbeda memberikan cara pandangan yang baik dalam melihat induvidu yang

berbeda. Tidak salah lagi dalam hasil wawancara dengan seorang nara sumber bapak

Wakum menegaskan bahwa pengalaman masa kecilnya berteman dengan seseorang

berbeda agama memberikan dia rasa baru dalam menjalankan kehidupan dalam

keperlbagaian. Seperti penjelasan pada bagian tiga bahwa masyarakat merasa

keluarga merupakan sebuah jejaring yang paling kuat dalam menumbuh kembangkan

sikap-sikap perdamaian yang didalamnya termuat kerjasa sama, kekompakan,

pengendalian diri, dan juga sikap positif dalam menerima perbedaan.

12

Muhamad Abu-Nimer, “the MiracleOf Transformation Through interfaith dialogue; Are you a believer?” interfaith Dialogue and Peacebuilding, ed., David R Smoch (Washington DC: United States Institute Of Peace Press, 2002), 18.

Page 79

Selain itu dengan jelas bahwa untuk menciptakan semua itu manusia harus

memainkan perannya agar menciptakan sebuah kehidupan yang harmonis. Sikap

pengendalian diri itu yang dalam pemikiran Goffman disebut “Manajemen Impresif”.

Setiap orang memiliki hak untuk bebas namun kebebasan seseorang adalah

kebebasan yang terikat menurut hemat saya karena kebebasan tanpa kesadaran dan

tanggung jawab hanya menimbulkan kekacauan atau kehancuran di setiap segi-segi

kehidupan.

Dari percakapan-percakapan di runag informal muncullah ide-ide yang sangat

kreatif karena melihat peluang-peluang baik dalam masyarakat. seperti rencana

mengadakan pertandingan persahabatan antara gereja-gereja dan masjid se Abepura

dan para pemainnya di acak. Semua itu bermula dari ruang-ruaang infomal

percakapan dan kegiatan setiap hari.

4.7 Dialog Kehidupan: Usaha menciptakan kehidupan damai lewat dialog

Informal.

Kehidupan yang penuh dengan kedamaian dan keharmonisan menjadi cita-

cita semua masyarakat namun dalam kenyataanya untuk melaksanakan aksi

solidaritas dan kerukunan masih sangat minim, seperti pada bagian satu ditegaskan

bahwa usaha membangun jembatan dialog antara umat beragama terus dilakukan

untuk mencapai target-target kerukunana namun dialog-dialog tersebut hanya sampai

pada tataran tertentu. Sehingga pada bab III yang berkaitan dengan interaksi sosial

masyarakat Kampung tiba-tiba yang berbeda agama dan buday, menegaskan bahwa

kehidupan bersama sebagai induvidu yang terbuka dan menerima keberagaman tidak

Page 80

semata-mata berlangsung lewat dialog formal yang diadakan di dalam ruang-ruang

tertutup dengan tema-tema tertentu dan hanya menyapa manusia dengan tataran

tertentu. Dialog formal merupakan suatu usaha yang cukup baik untuk menjadi

jembatan pertemuan paradigma yang berbeda dalam satu forum namun menurut

penulis dialog formal menjadikan induvidu terbatas dalam mengekspresikan dirinya

bahkan ruang gerekanya terbatas karena dialog formal membatasi seseorang dalam

tembok-tembok diskusi, sehingga aspek relasin tidak pernah bertemu dalam ruang

tindakan nyata, semua hanya tertulis rapi diatas lembar kertas. Seperti yang sudah

penulis jelaskan bahwa sampai pada suatu titik dialog formal juga menemui titik

lemahnya. Sehingga dalam penilitian yang dilakukan di Kampung Tiba-tiba peneliti

ingin melihat bagaimana dialog informal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari

masyarakat Kampung Tiba-tiba yang multikultur menjadi teks-teks yang hidup.

Pada kenyataannya untuk menciptakan kehidupan bersama dalam ruang-ruang

keseharian membutuhkan kesadaran dan usaha dari berbagai pihak. Seperti yang di

ungkapkan Goffman bahwa seseorang akan memainkan peranya agar ia mampu

menyajikan sebuah pementasan/ realitas permainan yang baik. Percakapan-

percakapan atau dialog-dialog yang di bangun dalam ruang kehidupan setiap hari

memberikan persepektif baru bagi setiap induvidu untuk belajar dari induvidu yang

lain. Percakapan menjadi sangat penting karena manusia mengungkapkan pikiran,

perasaan melalui serangkaian kata-kata.13

Percakapan menolong induvidu untuk

dapat memahami karakteristik bahkan cara pendangan seseorang. Percakapan yang di

bangun dalam kehidupan masyarak kampung Tiba-tiba dapat memberikan

13

Alo Liliweri, Pengantar Studi Kebudayaan, (Bandung: Penerbit Nusa Media),311.

Page 81

pemahaman baru bagi setiap Induvidu yang berbeda untuk mengetahui budaya, cara

hidup, dari masyarakat yang lain.

Masyarakat Kampung Tiba—tiba dalam ruang perjumpaan dengan induvidu

yang berbeda mampu memupuk rasa kebersamaan sebagai nilai yang terus

dikembangkan antar sesama warga. Jejering pertemanan (friendship network) dengan

orang yang berbeda dalam ruang-ruang kehidupan menjadikan induvidu memiliki

wawasan yang luas dan terbuka terhadap realita perbedaan yang ada.14

Dalam relasi

keseharian jejering pertemanan membuat masyarakat tidak mudah untuk

terprovokasi dengan isu-isu yang berkembang dalam masyarakat tentang konflik

antar pendatang dan orang asli yang mampu merusak kehidupan bersama. Sehingga,

dengan sangat yakin penulis mengatakan bahwa masyarakat Kampung Tiba-tiba

mampu menjadi agen-agen perdamaian dan perubahan di tengah-tengah masyarakat.

Mungkin bagi orang-orang yang tidak hidup dalam orang Islam mereka perlu

mengadakan Live ini agar memahami lebih dekat dan merubah paradigma berpikir

tentang agama lain. Namun bagi kehidupan masyarakat kampung tiba-tiba hidup

berdampingan merupakan sebuah realita yang meraka jalani dan terima. Perbedaan

yang ada adalah sebuah anugerah dari sang pencipta. Dalam kehidupan sehari-hari

mereka membangun dialog-dialog yang tidak terbatas antar budaya, antar suku, dan

antar komunitas bergagama. Dialog-dialog formal memang memiliki manfaat

tersendiri namun menurut hemat penulis berdasarkan hasil peneltian bahwa

14

Frans Magni Suseno, Agama, Keterbukaan dan Demokrasi. 24

Page 82

masyarakat sebenarnya telah memiliki kemampuan tersendiri untuk mengembangkan

kerukunan dalam kehidupan sehari-hari lewat proses berinteraksi yang mereka jalani.

Setiap orang berinteraksi lewat proses pertemanan yang mereka miliki Karena

lewat proses dialog kehidupan yang masyarakat alami setiap hari membuat mereka

merasa dekat satu sama lain. Pertemanan membuka pikiran kita terhadap

keberagaman dengan cara yang unik. Dalam dunia pertemanan seseorang tidak

merasa di intimidasi dan dipaksa untuk mengikuti ajaran atau agama dari sang teman.

pertemanan membuka pikiran untuk berhubungan dengan manusia lain. dalam

kesederhanaan itu, dalam jejering pertemanan seseorang bertemu, mengenal, dan

menerima sesama15

. Masyarakat Kampung Tiba-tiba juga menghidupi proses

pertemamn yang membawa mereka hingga mampu hidup dalam perbedaan, seperti

yang telah tertulis pada bagian tiga bahwa anak-anak bermain bersama, hingga

mereka remaja dan dewasa dalam proses pertemanan dalam suasana yang hangat

mereka bertumbuh dan saling menerima. Tidak saling mencari kekurangan dari

perbedaan yang mereka miliki namun dengan anak-anak dan pemuda bahkan orang

dewasa Di Kampung Tiba-tiba hal ini juga sejalan dengan pemikiran Goffman dan

Amerman bahwa dialog-dialog informal dalam kehidupan manusia memberikan

banyak perubahan terutama dalam cara berpikir dan bersikap kepada orang yang

berbeda. biarkan anak mengenal dan bersentuhan dengan perbedaan.16

15

Frans Magni Suseno, Agama, Keterbukaan dan Demokrasi. (Jakarta: Diterbitkan oleh pusat studi Agama dan Demokrasi Yayasan paramadina bekerjasama dengan The Asia Foundation dan The Ford Foundation, 2015) 30

16 Frans Magni Suseno, Agama, Keterbukaan dan Demokrasi . 29

Page 83

Kesimpulan

Berdasarkan data lapangan yang dan analisa yang telah penulis

lakukan menggunakan teori pada bagian dua. Penulis menyimpulkan bahwa

kerukunan yang tercipta dalam kehidupan masyarakat Kampung Tiba-Tiba di

pengaruhi oleh faktor sosial yang terjalani di dalam kehidupan masyarakat. Hal ini

dengan jelas telah di paparkan oleh penulis pada bagian tiga, masyarakat Kampung

Tiba-Tiba memainkan dialog kehidupan dengan biak. Proses menerima dan hidup

berdamping dengan sesama warga timbul dalam hati masing-masing pribadi karena

kesadaran mereka akan kehidupan manusia sebagai makhkluk sosial yang harus

hidup berdampingan. Kepeduliaan akan reliata sosial menjadi alat utama perekat

hubungan persaudaraan antar warga yang berbeda etnis, agama dan budaya.

Dengan demikian, penulis dengan berani mengatakan bahwa tidak selamanya

sebuah tatanan masyarakat dapat hidup berdampingan dengan baik karena faktor

agama. walaupun dalam kehidupan masyarakat Kampung Tiba-Tiba faktor agama

juga memiliki sumbangsi yang cukup dalam menciptakan kehidupan yang aman dan

damai. Namun dalam penelitian penulis menemukan bahwa masyarakat Kampung

Tiba-Tiba dalam pergaulan sehari-hari mereka tidak membahasa atau mengotak-atik

bagian esensial dari agama yaitu doktrinal. Tetapi mereka lebih melihat aspek sosial

yang dapat membangaun kehidupan mereka bersama. Namun penulis memberikan

beberapa pandangan bahwa lembaga-lembaga keagamaan di Kampung Tiba-Tiba

perlu terus membenah diri dalam hal memberikan khotbah agar isi dari ajaran mereka

tidak memuat kebencian terhadap agama atau budaya tertentu. Hal ini penulis

Page 84

tegaskan karena melihat kehidupan manusia yang dinamis, selalu mengalami

perubahan setiap hari. Bahkan pengaruh-pengaruh media sosial, teknologi yang

semakin cangkih turut mempengaruhi kehidupan manusia dalam segala aspek. Baik

sosial, pendidikan, ekonomi dan agama.