14
13 BAB IV INDUSTRI PRIORITAS Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan, dijelaskan bahwa secara garis besar, industri pengolahan ikan laut dapat dibedakan menjadi dua kelompok utama, yaitu kelompok pengolah ikan serta kelompok penambahan nilai ikan. Kelompok pengolah ikan merupakan upaya melakukan pengawetan ikan secara tradisional dengan hasil akhir masih berupa ikan, terdiri dari pengalengan, pemindangan, pengeringan/ penggaraman, pengasapan/ pemanggangan dan pembekuan. Sedangkan penambahan nilai ikan merupakan hasil olahan turunan dari ikan baik dari daging, kulit maupun tulang ikan. Kelompok ini terdiri dari surimi (daging ikan giling), fillet dan turunannya seperti bakso ikan, nugget ikan, otak-otak, kaki naga, kerupuk ikan, terasi dan olahan lainnya. Secara terperinci, hasil pengolahan ikan tergambarkan dalam pohon industri ikan (Gambar 4.1). Pohon industri ikan menunjukkan beragamnya produk untuk industri ikan, yang terdiri dari ikan hidup, ikan utuh (meliputi ikan segar dan ikan beku), ikan olahan (fillet), ikan kaleng, ikan asap, ikan pindang, ikan asin, ikan kering dan produk lainnya (meliputi ekstrak ikan, kecap ikan, tepung ikan serta minyak ikan). Jika difokuskan pada industri olahan ikan, maka produk untuk industri pengolahan ikan meliputi ikan utuh (meliputi ikan segar dan ikan beku), ikan olahan (fillet), ikan kaleng, ikan asap, ikan pindang, ikan asin, ikan kering dan produk lainnya (meliputi ekstrak ikan, kecap ikan, tepung ikan serta minyak ikan).

BAB IV INDUSTRI PRIORITAS - UKSW · 2018. 11. 28. · BAB IV. INDUSTRI PRIORITAS . Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB IV INDUSTRI PRIORITAS - UKSW · 2018. 11. 28. · BAB IV. INDUSTRI PRIORITAS . Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun

13

BAB IV

INDUSTRI PRIORITAS

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan, dijelaskan bahwa secara garis besar, industri pengolahan ikan laut dapat dibedakan menjadi dua kelompok utama, yaitu kelompok pengolah ikan serta kelompok penambahan nilai ikan. Kelompok pengolah ikan merupakan upaya melakukan pengawetan ikan secara tradisional dengan hasil akhir masih berupa ikan, terdiri dari pengalengan, pemindangan, pengeringan/ penggaraman, pengasapan/ pemanggangan dan pembekuan. Sedangkan penambahan nilai ikan merupakan hasil olahan turunan dari ikan baik dari daging, kulit maupun tulang ikan. Kelompok ini terdiri dari surimi (daging ikan giling), fillet dan turunannya seperti bakso ikan, nugget ikan, otak-otak, kaki naga, kerupuk ikan, terasi dan olahan lainnya. Secara terperinci, hasil pengolahan ikan tergambarkan dalam pohon industri ikan (Gambar 4.1). Pohon industri ikan menunjukkan beragamnya produk untuk industri ikan, yang terdiri dari ikan hidup, ikan utuh (meliputi ikan segar dan ikan beku), ikan olahan (fillet), ikan kaleng, ikan asap, ikan pindang, ikan asin, ikan kering dan produk lainnya (meliputi ekstrak ikan, kecap ikan, tepung ikan serta minyak ikan). Jika difokuskan pada industri olahan ikan, maka produk untuk industri pengolahan ikan meliputi ikan utuh (meliputi ikan segar dan ikan beku), ikan olahan (fillet), ikan kaleng, ikan asap, ikan pindang, ikan asin, ikan kering dan produk lainnya (meliputi ekstrak ikan, kecap ikan, tepung ikan serta minyak ikan).

Page 2: BAB IV INDUSTRI PRIORITAS - UKSW · 2018. 11. 28. · BAB IV. INDUSTRI PRIORITAS . Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun

PENGEMBANGAN INDUSTRI PRIORITAS: RENCANA AKSI DAN AKSELERASI (Studi Pada Industri Pengolahan Ikan)

14

Ikan

Ikan Hidup (Live Fish)

Ikan Utuh (Whole Fish)

Ikan Olahan

Ikan Kaleng

Ikan Asap

Ikan Pindang

Ikan Asin

Ikan Kering

Lainnya

Ikan Segar (Fresh Fish)

Ikan Beku(Frozen Fish)

Ekstrak Ikan

Kecap Ikan

Fillet

Minyak Ikan

Tepung Ikan

Sumber: Potensi Pengembangan Industri di Jawa Tengah, 2015

Gambar 4.1. Pohon Industri Ikan

Mengingat jenis industri yang tergabung dalam industri pengolahan ikan maka untuk kepentingan pengembangan perlu ditentukan jenis industri pengolahan ikan mana yang menjadi prioritas pengembangan. Dalam pemilihan prioritas industi dilakukan analisis rantai nilai mulai dari sektor hulu hingga sektor hilir.

4.1 Sektor Hulu

Sektor hulu dalam studi ini menggambarkan input dalam sebuah rantai nilai, meliputi jumlah tempat pelelangan ikan dan produksi di tempat pelelangan ikan

a. Input

Input dalam sebuah proses produksi meliputi bahan baku, bahan penolong, tenaga kerja dan overhead pabrik lainnya. Namun demikian, yang menjadi input utama adalah bahan baku dan tenaga kerja (yang dalam istilah akuntansi disebut sebagai prime cost). Terkait dengan bahan baku, produk hasil industri

Page 3: BAB IV INDUSTRI PRIORITAS - UKSW · 2018. 11. 28. · BAB IV. INDUSTRI PRIORITAS . Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun

Industri Prioritas

15

pengolahan ikan memiliki bahan baku seperti yang tersaji dalam tabel 4.1

Tabel 4.1. Bahan Baku Produk Pengolahan Ikan NO PRODUK Bahan Baku 1 Ikan segar Ikan tongkol, kakap, kerapu, udang, lele, 2 Ikan beku Kakap, kerapu, bawal, udang, tengiri, tongkol 3 Ikan fillet Tengiri, tongkol, nila, mujair, patin 4 Ikan kaleng Tuna, rajungan, cakalang 5 Ikan asap Ikan Layang, Ikan Kembung, Ikan Lemuru,

Ikan Tembang 6 Ikan pindang Belanak 7 Ikan asin Ikan Layang, Ikan Kembung, Ikan Lemuru,

Ikan Tembang, Ikan Selar 8 Ikan kering Cumi-cumi, teri, 9 Lainnya Sisa pengolahan ikan fillet

Sumber: Potensi Pengembangan Industri di Jawa Tengah, 2015 dan Klasifikasi dan Definisi Komoditas Hasil Pertanian, 2013

Dari bahan baku tersebut diatas, akan dianalisis mengenai kecukupan bahan baku yang dilihat dari hasil produksi dibandingkan dengan bahan baku yang tersedia.

Tabel 4.2. Jumlah Bahan Baku Masing-Masing Produk Olahan Ikan (dalam ton)

PRODUK Penangkapan Tambak Total

Ikan segar 12,720.20 9,942.20 22,662.40

Ikan beku 112,716.30 6,229.50 118,945.80

Ikan fillet 13,848.30 1,730.90 15,579.20

Ikan kaleng 689.10 689.10

Ikan asap 59,083.80 59,083.80

Ikan pindang 418.70 418.70

Ikan asin 59,083.80 59,083.80

Ikan kering 3,430.20 3,431.20 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah, 2012

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa bahan baku untuk ikan beku memiliki ketersediaan bahan baku yang tertinggi yaitu 118.945,8 ton dilanjutkan dengan bahan baku untuk ikan asap dan ikan asin yaitu masing-masing sebesar 59.083,80 ton. Sementara ketersediaan dari ikan pindang memiliki volume yang paling kecil yaitu 418.70 ton. Jika dibandingkan dengan

Page 4: BAB IV INDUSTRI PRIORITAS - UKSW · 2018. 11. 28. · BAB IV. INDUSTRI PRIORITAS . Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun

PENGEMBANGAN INDUSTRI PRIORITAS: RENCANA AKSI DAN AKSELERASI (Studi Pada Industri Pengolahan Ikan)

16

volume produksi yang dihasilkan oleh masing- masing produk pengolahan maka semua produk ikan menunjukkan bahwa bahan baku memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan hasil produksi (Grafik 4.2). Hal ini diduga karena bahan baku sebagian didatangkan dari luar Jawa Tengah.

Gambar 4.2. Perbandingan antara Bahan Baku dan Hasil Produksi

Olahan Ikan

Gambar 4.2 diatas menunjukkan bahwa semua jenis produk memilki volume produksi diatas volume bahan baku. Bahan baku yang digunakan sebagai basis data adalah yang merupakan hasil tangkapan dan hasil budidaya. Namun demikian, jika dilihat dari prosentase ditemukan bahwa selisih terendah adalah untuk ikan asap yang hanya 5.84% dibandingkan dengan volume produksinya. Selisih terendah selanjutnya adalah untuk ikan asin dan ikan beku yaitu 48% dan 62.74% dibandingkan dengan volume produksinya.

Tabel 4.3 Gap Bahan Baku dan Volume Produksi Produk Olahan Ikan

Produk Bahan

Baku (ton) Produksi

(ton) Gap

%

Ikan segar 22,662.40 66,442.00 43,779.60 65.89% Ikan beku 118,945.80 319,216.00 200,270.20 62.74% Ikan kaleng 689.10 55,790.00 55,100.90 98.76% Ikan asap 59,083.80 62,750.00 3,666.20 5.84% Ikan pindang 418.70 133,787.00 133,368.30 99.69% Ikan asin 59,083.80 113,624.00 54,540.20 48.00% Ikan kering 3,431.20 113,624.00 110,192.80 96.98%

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah, 2012

22,662.40

118,945.80

689.10

59,083.80

418.70

59,083.80

3,431.20

66,442.00

319,216.00

55,790.00 62,750.00

133,787.00 113,624.00 113,624.00

-

50,000.00

100,000.00

150,000.00

200,000.00

250,000.00

300,000.00

350,000.00

Ikansegar

Ikanbeku

Ikankaleng

Ikanasap

Ikanpindang

Ikanasin

Ikankering

Bahan Baku

Produksi

Page 5: BAB IV INDUSTRI PRIORITAS - UKSW · 2018. 11. 28. · BAB IV. INDUSTRI PRIORITAS . Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun

Industri Prioritas

17

b. Jumlah Tempat Pelelangan Ikan

Jumlah TPI juga merupakan salah satu pertimbangan penentuan lokus, khususnya terkait dengan penyediaan bahan baku. Ranking lima besar dari jumlah TPI untuk Kabupaten/Kota di Jawa Tengah tahun 2014 berdasar data BPS adalah (1) Kabupaten Jepara dengan 12 TPI; (2) Kabupaten Rembang dengan 10 TPI; (3) Kabupaten Cilacap dengan 10 TPI; (4) Kabupaten Kebumen dengan 8 TPI; (5) Kabupaten Pati dengan 8 TPI.

Tabel 4.4. Jumlah Tempat Pelelangan Ikan (TPI) menurut Kabupaten/Kota di Jawa Tengah, 2011-2014

Kabupaten/ Kota

2011 2012 2013 2014

Kab. Cilacap 11 11 10 10 Kab. Kebumen 8 8 8 8 Kab. Purworejo - 3 3 3

Pantai Selatan 19 22 21 21 Kab. Rembang 12 12 10 10 Kab. Pati 7 7 8 8 Kab. Jepara 11 11 12 12 Kab. Demak 2 2 2 2 Kab. Kendal 5 5 5 5 Kab. Batang 4 4 4 4

Kab. Pekalongan 2 2 2 2 Kab. Pemalang 5 5 5 5 Kab. Tegal 3 3 3 2 Kab. Brebes 8 8 6 6 Kota Semarang 1 1 1 1

Kota Pekalongan 1 1 1 1 Kota Tegal 3 3 3 3

Pantai Utara 64 64 62 61

Jawa Tengah 83 86 83 82 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, 2014

c. Produksi di Tempat Pelelangan Ikan

Menurut data BPS, jumlah produksi dan nilai produksi perikanan laut yang dijual di TPI di Jawa Tengah cenderung mengalami peningkatan, yaitu dari jumlah produksi sebesar 145.524 ton, dengan nilai produksi sebesar 1.147.610 (juta

Page 6: BAB IV INDUSTRI PRIORITAS - UKSW · 2018. 11. 28. · BAB IV. INDUSTRI PRIORITAS . Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun

PENGEMBANGAN INDUSTRI PRIORITAS: RENCANA AKSI DAN AKSELERASI (Studi Pada Industri Pengolahan Ikan)

18

rupiah) pada tahun 2011 menjadi sebesar 193.933 ton, dengan nilai produksi 1.678.186 (juta rupiah) di tahun 2014.

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, 2014

Gambar 4.3. Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Laut yang dijual di TPI di Jawa Tengah, 2011-2014

Apabila dilihat lebih lanjut dari jumlah produksi dan nilai produksi perikanan laut yang dijual di TPI menurut data BPS (Tabel 4.4) untuk Kabupaten/Kota di Jawa Tengah pada tahun 2014, maka jumlah produksi dan nilai produksi di Pantai Utara yaitu 180.635.688 kg dan 1.540.525.424 (ribu rupiah) adalah lebih tinggi daripada jumlah produksi sebesar 13.297.260 kg dan nilai produksi sejumlah 137.330.178 (ribu rupiah) di Pantai Selatan. Ranking lima besar untuk Kabupaten/Kota di Jawa Tengah berdasarkan jumlah produksi (kg) secara berturut-turut adalah (1) Kabupaten Rembang yaitu 59.828.255; (2) Kabupaten Batang sebesar 27.974.811; (3) Kabupaten Pemalang sebesar 27.233.619; (4) Kota Tegal sebesar 23.746.575; (5) Kabupaten Pati sebesar 15.816.096.

Page 7: BAB IV INDUSTRI PRIORITAS - UKSW · 2018. 11. 28. · BAB IV. INDUSTRI PRIORITAS . Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun

Industri Prioritas

19

Tabel 4.5 Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Laut yang Dijual di TPI menurut Kabupaten/Kota di Jawa Tengah, 2014

Kabupaten/Kota Produksi (kg) Nilai Produksi

(Ribuan Rp)

Kab. Cilacap 4,917,138 62,279,734 Kab. Kebumen 8,320,361 72,830,515 Kab. Purworejo 59,761 2,549,929

Pantai Selatan 13,297,260 137,660,178 Kab. Rembang 59,828,255 457,895,487 Kab. Pati 15,816,096 102,081,194 Kab. Jepara 1,857,041 11,308,947 Kab. Demak 2,031,693 34,921,898 Kab. Kendal 2,011,064 16,977,765 Kab. Batang 27,974,811 206,165,572 Kab. Pekalongan 2,118,066 11,581,097

Kab. Pemalang 27,233,619 206,912,127 Kab. Tegal 822,583 10,687,789 Kab. Brebes 1,375,400 11,212,807 Kota Semarang 460,278 3,249,301 Kota Pekalongan 15,360,207 182,313,415 Kota Tegal 23,746,575 285,218,026

Pantai Utara 180,635,688 1,540,525,424

Jawa Tengah 193,932,948 1,678,185,602

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, 2014

4.2 Aspek Hilir

Aspek hilir dalam kajian ini menggambarkan bagian proses dan pasar dalam sebuah rantai nilai serta posisi industri pengolahan ikan dalam industri unggulan di masing-masing kabupaten/ kota

a. Proses Produksi

Proses produksi dalam hal ini dilihat dari hasil produksi dan tempat pengolahan ikan terkait dengan produk pengolahan ikan. Dari sisi produksi, hasil produksi ikan beku juga memiliki volume yang paling besar diantara industri pengolahan yang lain. Volume produksi untuk ikan beku (frozen) adalah 319.216.000 kg atau merupakan 23.35% dari total volume produksi pengolahan ikan di Jawa Tengah. Sementara itu, pengalengan ikan memiliki volume produksi yang paling rendah diantara industri yang lain yaitu memililiki volume produksi

Page 8: BAB IV INDUSTRI PRIORITAS - UKSW · 2018. 11. 28. · BAB IV. INDUSTRI PRIORITAS . Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun

PENGEMBANGAN INDUSTRI PRIORITAS: RENCANA AKSI DAN AKSELERASI (Studi Pada Industri Pengolahan Ikan)

20

55.790.000 atau 4.08% dari total volume produksi pengolahan ikan di Jawa Tengah.

Tabel 4.6 Volume Produksi Hasil Pengolahan Ikan (Kg) Produk Volume Produksi Prosentase

Ikan beku 319,216,000.00 23.35% Ikan pindang 133,787,000.00 9.38% Ikan kaleng 55,790,000.00 4.08% Ikan asap 62,750,000.00 4.59% Ikan asin 113,624,000.00 8.31% Ikan segar 66,442,000.00 4.86% Lainnya 615,483,077.09 45.02%

Sumber: Profil Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah, 2013

Dari sisi volume produksi, terlihat bahwa pembekuan ikan unggul dibandingkan jenis industri ikan lainnya. Namun dari segi jumlah ketersediaan UPI (Unit pengolahan Ikan) kecil. UPI untuk pembekuan ikan memiliki jumlah yang sangat sedikit yaitu hanya 0.19% dibandingkan dengan total UPI yang ada di Jawa Tengah. Jumlah UPI untuk pembekuan ikan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan pengalengan ikan yang hanya 0.08% dari total UPI yang ada di Jawa Tengah.

Tabel 4.7. Jumlah Unit Pengolahan Ikan Jumlah UPI Prosentase

Ikan Beku 15.00 0.18% Ikan Pindang 1,690.00 20.39% Ikan Kaleng 6.00 0.07% Ikan Asap 2,569.00 31.00% Ikan Asin 1,631.00 19.68% Ikan Segar 434.00 5.24% Lainnya 1,943.00 23.44%

Total 8,288.00 100.00% Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah, 2012

b. Pasar

Terkait dengan aspek pasar dalam rantai nilai, dapat dilihat dari sejauh mana perusahaan melakukan ekspor. Data ekspor tahun 2012 untuk produk pengolahan ikan dapat dilihat sebagai berikut

Page 9: BAB IV INDUSTRI PRIORITAS - UKSW · 2018. 11. 28. · BAB IV. INDUSTRI PRIORITAS . Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun

Industri Prioritas

21

Tabel 4.8. Data Ekspor Produk Pengolahan Ikan Jawa Tengah Volume Ekspor (kg) %

Ikan Beku 7,499,590.00 20.70% Ikan Pindang na na Ikan Kaleng 4,894,045.00 13.51% Ikan asap - 0.00% Ikan Asin 736,776.00 2.03% Ikan Fillet 1,851,560.00 5.11% Lainnya 21,240,029.00 58.64% Total 36,222,000.00 100.00%

Sumber: Pusat Data Statistik, dan Informasi Sekretariat Jenderal, Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2012

Data ekspor pengolahan ikan menunjukkan bahwa volume ekspor tertinggi adalah ikan beku (frozen) yaitu 7.499.590 kg atau setara dengan 20.70% dari total ekspor hasil pengolahan ikan Jawa Tengah. Sementara pengeringan/ penggaraman memiliki volume ekspor sebesar 736.776 kg merupakan volume ekspor terkecil pada industri pengolahan ikan karena hanya memilik kontribusi 2.03% dari total ekspor hasil pengolahan ikan Jawa Tengah. Data untuk pemindangan tidak dapat ditemukan sebab ikan pindang tidak masuk dalam klasifikasi dan definisi komoditas hasil perikanan yang diterbitkan oleh Pusat Data Statistik dan Informasi Sekretariat Jenderal, Kementerian Kelautan dan Perikanan.

c. Industri Unggulan

Dalam penelitian tentang usulan industri unggulan Provinsi Jawa Tengah tahun 2015, Kab. Purbalingga, Kab. Kebumen, Kab. Purworejo, Kab. Boyolali, Kab. Klaten, Kab. Sragen, Kab. Rembang, Kab. Pati, Kab. Kudus, Kab. Jepara, Kab. Demak, Kab. Semarang, Kab. Temanggung, Kab. Batang, Kab. Pekalongan, Kab. Tegal, Kab. Brebes, Kota Surakarta, Kota salatiga, Kota Semarang, Kota Pekalongan, Kota Tegal merupakan Kabupaten/ Kota yang memiliki industri pengolahan ikan unggulan yang diusulkan oleh masing-masing kabupaten kota. Peringkat dari industri pengolahan ikan sebagai industri unggulan bervariasi.

Pemeringkatan industri andalan atau unggulan didasarkan pada kondisi aspek sumber atau backward linkages mulai dari bahan baku hingga kemampuan usaha serta aspek pasar atau forward

Page 10: BAB IV INDUSTRI PRIORITAS - UKSW · 2018. 11. 28. · BAB IV. INDUSTRI PRIORITAS . Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun

PENGEMBANGAN INDUSTRI PRIORITAS: RENCANA AKSI DAN AKSELERASI (Studi Pada Industri Pengolahan Ikan)

22

lingkages. Aspek sumber daya atau backward linkages dan aspek pasar atau forward lingkages ini tertuang dalam sembilan indikator yang meliputi (1) bahan baku; (2) bahan penolong; (3) tenaga kerja; (4) ketersediaan sarana produksi; (5) ketersedia-an teknologi produksi; (6) nilai tambah; (7) Pasar; (8) memiliki banyak terkaitan dengan berbagai jenis usaha yang lain (back-ward dan forward linkages); (9) dukungan institusi/ lembaga. Dengan demikian rangking tertinggi dalam industri unggulan dipastikan memiliki dukungan dari kesembilan indikator diatas.

Tabel 4.9. Urutan Ranking Industri Pengolahan Ikan dalam Industri Unggulan

No Kabupaten/Kota Ranking (dari total 10 Industri Unggulan)

Total Skor

1 Kota Tegal 1 8.685 2 Kab. Pati 1 8.235 3 Kab. Pekalongan 1 6.175 4 Kab. Demak 1 5.665 5 Kota Pekalongan 1 4.470 6 Kota Semarang 2 8.150 7 Kab. Tegal 2 7.600 8 Kab. Batang 2 7.010 9 Kab. Rembang 3 7.445

10 Kab. Pemalang 3 6.430 11 Kab. Brebes 3 6.430 12 Kab. Sragen 3 3.545 13 Kab. Semarang 4 7.110 14 Kab. Boyolali 4 6.920 15 Kab. Purworejo 4 4.945 16 Kab. Jepara 6 8.015 17 Kab. Klaten 6 5.490 18 Kab. Purbalingga 7 4.715 19 Kota Salatiga 9 4.485 20 Kab. Temanggung 9 3.605 21 Kab. Kudus 10 5.090 22 Kab. Magelang 10 3.990 23 Kab. Kebumen 10 2.345

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Tengah, 2015

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa kabupaten/ kota yang memiliki peringkat 1 industri pengolahan ikan sebagai industri unggulan adalah Kota Tegal, Kabupaten Pati, Kabupaten Pekalongan,

Page 11: BAB IV INDUSTRI PRIORITAS - UKSW · 2018. 11. 28. · BAB IV. INDUSTRI PRIORITAS . Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun

Industri Prioritas

23

Kabupaten Demak dan Kota Pekalongan. Kelima kabupaten/ kota tersebut tentu memiliki keunggulan baik dari sisi sumber daya atau backward linkages dan aspek pasar atau forward lingkages. Oleh sebab itu, kelima kabupaten/ kota tersebut dapat dijadikan lokus untuk penguatan industri penguatan ikan.

4.3. Kompilasi Sektor Hulu dan Hilir Industri Pengolahan Ikan di Jawa Tengah

Dari sisi bahan baku, proses produksi dan volume ekspor dapat dirangkum dalam Tabel 4.10. Dari ketersediaan bahan baku, volume produksi dan volume ekspor, terlihat bahwa pembeku-an ikan memiliki dominasi hasil dibandingkan jenis industri ikan lainnya. Dari selisih ketersediaan bahan baku dan volume produksi dibandingkan dengan volume produksinya, ikan beku juga menempati urutan ketiga terkecil dibandingkan dengan produk olahan ikan lainnya. Namun hal yang kontradiktif adalah pada jumlah ketersediaan UPI (Unit pengolahan Ikan). UPI untuk pembekuan ikan memiliki jumlah yang sangat sedikit yaitu hanya 0.19% dibandingkan dengan total UPI yang ada di Jawa Tengah. Jumlah UPI untuk pembekuan ikan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan pengalengan ikan yang hanya 0.08% dari total UPI yang ada di Jawa Tengah.

Tabel 4.10. Hulu dan Hilir Industri Pengolahan Ikan Kriteria Produk Nilai Sat Keterangan Panel A. Aspek Hulu Ketersediaan Bahan Baku

Ikan Beku 118,945.80 Ton Peringkat 1 Ikan Asap & asin 59,083.80 Ton Peringkat 2 Ikan Segar 22,662.40 Ton Peringkat 3

Gap Bhn Baku dan Volume Produksi

Ikan Asap 5.84 % Peringkat 1 Ikan Asin 48.00 % Peringkat 2 Ikan Beku 62.74 % Peringkat 3

Panel B. Aspek Hilir Volume Produksi

Ikan Beku 319,216,000 Kg Peringkat 1 Ikan Pindang 133,787,000 Kg Peringkat 2 Ikan asin 113,624,000 Kg Peringkat 3

Unit Pengolahan Ikan

Ikan Asap 2,569.00 Unit Peringkat 1 Ikan Pindang 1,690.00 Unit Peringkat 2 Ikan Asin 1,631.00 Unit Peringkat 3

Volume Ekspor

Ikan Beku 7,499,590.00 kg Peringkat 1

Ikan Kaleng 4,894,045.00 kg Peringkat 2 Ikan fillet 1,851,560.00 kg Peringkat 3

Page 12: BAB IV INDUSTRI PRIORITAS - UKSW · 2018. 11. 28. · BAB IV. INDUSTRI PRIORITAS . Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun

PENGEMBANGAN INDUSTRI PRIORITAS: RENCANA AKSI DAN AKSELERASI (Studi Pada Industri Pengolahan Ikan)

24

Dengan melihat peringkat diatas, untuk menentukan fokus pengembangan industri pengolahan ikan, akan dilakukan skoring atas masing-masing peringkat dengan menggunakan metode Borda. Skor tertinggi dipandang potensial sebagai fokus pengembangan industri pengolahan ikan. Dari perhitungan skor dalam tabel 4.11 dapat dilihat bahwa ikan beku memiliki skor tertinggi yaitu 26 dilanjutkan dengan ikan asin dengan skor 20.

Tabel 4.11. Aspek Bahan Baku, Proses dan Aspek Pasar

Ketersediaan Bahan Baku

Gap Bhn Baku dan

Vol Produksi

Vol Produksi

Vol Ekspor

Total

Ikan Beku 7 5 7 7 26 Ikan Asin 6 6 5 3 20 Ikan Segar 5 4 4 4 17 Ikan asap 6 7 3 1 17 Ikan Kaleng 3 2 2 6 13 Ikan Fillet 4 3 1 5 13

Ikan Pindang 2 1 6 1 10 Keterangan: Perhitungan skor didasarkan pada pemberian bobot untuk masing-masing produk. Skor 1-7 diberikan sesuai dengan urutan perankingan. Ranking pertama diberikan skor 7 sementara rangking terakhir diberikan skor 1

Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa industri pembekuan ikan (frozen) memiliki nilai yang paling tinggi dibanding dengan jenis industri yang lain baik dari ketersediaan bahan baku, nilai produksi dan nilai ekspor namun memiliki UPI yang sangat terbatas, maka prioritas industri pengolahan ikan adalah pada industri pembekuan ikan Dari faktor produki di TPI, Jumlah TPI, komitmen pemerintah serta RT RW Jawa Tengah atas Kota Tegal, Kab Demak, kota Pekalongan dan Kabupaten rembang. Berikut gambaran factor kualitatif lokus potensia industri pembekuan ikan.

Page 13: BAB IV INDUSTRI PRIORITAS - UKSW · 2018. 11. 28. · BAB IV. INDUSTRI PRIORITAS . Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun

Industri Prioritas

25

Tabel 4.12. Faktor Kualitatif Lokus Potensial Kabupaten/ Kota Keterangan

Kota Tegal

1. Merupakan 4 besar TPI di Jawa Tengah 2. Dalam RT RW Jawa Tengah Termasuk dalam

kawasan perikanan 3. Memiliki Komitmen dari pemerintah daerah

Kab. Demak

1. Memiliki pusat pelabuhan perikanan di jawa Tengah

2. Memiliki single cold storage berkapasitas besar dan truck roda 4 berpendingin

3. Dalam RT RW Jawa Tengah Termasuk dalam kawasan perikanan

4. Memiliki Komitmen dari pemerintah daerah

Kota Pekalongan

1. Memiliki single cold storage berkapasitas besar 2. Dalam RT RW Jawa Tengah Termasuk dalam

kawasan perikanan

Kab. Rembang

1. Merupakan 4 besar TPI di Jawa Tengah 2. Merupakan 2 besar jumlah TPI 3. Dalam RT RW Jawa Tengah Termasuk dalam

kawasan perikanan 4. Memiliki Komitmen dari pemerintah daerah

Tabel 4.12 diatas menunjukkan bahwa baik Kota Tegal, Kabupaten Demak, Kota Pekalongan dan Kabupaten Rembang memiliki keunggulan tersendiri untuk menjadi lokus pengembangan pengolahan Ikan Beku di Jawa Tengah. Keempat kabupaten/ kota tersebut dalam tata ruang Jawa Tengah memang merupakan kawasan untuk industri perikanan. Selain Kota Pekalongan, ketiga kota yang lain memiliki komitmen yang kuat dari pemerintah daerah setempat yang terlihat dituangkannya pembangunan sektor perikanan dalam RPJMD masing-masing kabupaten/ kota.

Selain komitmen pemerintah daerah dan kesesuaian dengan tata ruang wilayah Jawa Tengah, keempat kabupaten kota tersebut masing-masing memiliki keunggulan tersendiri misalnya Kota Tegal merupakan peringkat 4 produksi di TPI, Kabupaten Rembang memiliki jumlah TPI terbanyak sedangkan Kota Pekalongan dan Kabupaten Demak memiliki cold storage yang berkapasitas besar yang akan membantu dalam pengolahan ikan beku.

Page 14: BAB IV INDUSTRI PRIORITAS - UKSW · 2018. 11. 28. · BAB IV. INDUSTRI PRIORITAS . Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun

PENGEMBANGAN INDUSTRI PRIORITAS: RENCANA AKSI DAN AKSELERASI (Studi Pada Industri Pengolahan Ikan)

26

Dengan mempertimbangkan bahwa Kabupaten Rembang industri pengolahan ikannya sudah dalam tahap ‘dewasa’ sehingga minim memerlukan campur tangan pemerintah untuk pengembangannya maka Kabupaten Rembang tidak direkomendasikan sebagai lokus pengolahan ikan beku. Dengan demikian maka Kota Pekalongan, Kota Tegal dan Kabupaten Demak direkomendasikan sebagai lokus industri pengolahan ikan beku. Sebagai informasi tambahan, Kota Pekalongan dan Kota Tegal saat ini sedang dibangun Technopark Kelautan dan Perikanan (TPKP) sementara Kabupaten Demak merupakan pusat pelabuhan perikanan terbesar di Jawa Tengah sehingga ketiganya potensial sebagai lokus pengolahan ikan beku.