Upload
lydien
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum SDN Dukuh 01 Salatiga
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Dukuh 01 Salatiga
semester II tahun pelajaran 2015/2016 dengan Subyek dalam penelitian
ini adalah siswa kelas V SD Negeri Dukuh 01 Salatiga, yang berjumlah
34 siswa yang terdiri dari 17 laki-laki dan 17 perempuan. SD Negeri
Dukuh 01 terletak di lingkungan yang cukup kondusif karena jauh dari
pasar sehingga suasana di SD Negeri Dukuh 01 tergolong nyaman karena
jauh dari kebisingan kendaraan umum. Sarana dan prasaran di SD Negeri
Dukuh 01 sudah cukup lengkap dan fasilitas untuk mengajar seperti alat
peraga, LCD dan sumber- sumber lain (buku) sudah sangat menunjang
proses pembelajaran.
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1. Deskripsi Kondisi Awal
Kondisi awal merupakan kondisi sebelum penelitian tindakan kelas
dilakukan.Pembelajaran pada kondisi awal, guru lebih sering
menggunakan metode ceramah dan dilanjutkan pemberian tugas sehingga
pembelajaran lebih berpusat pada guru, kondisi yang demikian
menyebabkan siswa merasa cepat bosan dan berdampak pada hasil
belajar siswa.Dari 34 orang siswa yang ada dikelas V, ada 16 orang siswa
yang tidak tuntas dalam belajar atau dengan presentase 48% yang tidak
lulus kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu sebesar 65. Sementara itu
siswa yang tuntas hasil belajarnya sebanyak 18 orang siswa dengan
presentase 52%. Metode pembelajaran ceramah masih sering digunakan
guru khususnya pada mata pelajaran IPA sehingga siswa terlihat pasif
dan tidak memilki kreativitas ketika mengikuti proses pembelajaran dan
hanya mendengarkan penjelasan dari guru sedangkan yang terlihat aktif
53
hanya guru. Seperti yang terjadi pada mata pelajaran IPA siswa kelas V
SD NDukuh 01 Semester II Tahun Ajaran 2015/2016 berikut ini:
Tabel 11
Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA siswa kelas V SDN Dukuh 01
Semester II Tahun Ajaran 2015/2016 Pra Siklus
No Nilai Siklus I Keterangan
Jumlah
Siswa
(%)
1 89 – 100 5 14,71 Tuntas
2 77 – 88 7 29,41 Tuntas
3 65 – 75 6 16,65 Tuntas
4 54 – 64 16 47,06 Tidak Tuntas
Jumlah 34 100
Dari tabel 4.4 frekuensi data nilai siklus I di atas, jumlah siswa
sebanyak 34 siswa. Siswa yang mendapat skor antara 89 sampai 100 ada 5
siswa dengan persentase 14,71%, siswa yang mendapat skor antara 77
sampai 88 ada 7 siswa dengan persentase 29,41%, dan siswa yang
mendapat skor antara 65 sampai 75 sebanyak 6 siswa dengan persentase
16,65% dan siswa yang mendapatkan skor 54 sampai 64 ada 16 siswa
dengan persentase 47,06
Berikut disajikan dalam tabel, prosentase ketuntasan belajar pada
pra siklus. hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 12
Prosentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas V
SDN Dukuh 01 Sebelum Tindakan
No Nilai Sebelum Tindakan Keterangan
Jumlah Siswa (%)
1 < 65 16 48 Belum tuntas
2 ≥ 65 18 52 Tuntas
Jumlah 34 100
Rata-rata 60,8
Nilai tertinggi 80
Nilai terendah 40
54
Prosentase ketuntasan hasil belajar siswa kelas V SDN Dukuh 01
sebelum dilakukan tindakan, diketahui bahwa siswa yang memperoleh
nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM = 65) sebanyak 16
siswa atau 48% dari total keseluruhan siswa; sedangkan siswa yang
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal sebanyak 18 siswa atau 52% dari
total seluruh siswa. Berikut, prosentase siswa yang belum ataupun telah
mencapai KKM disajikan pada gambar berikut ini:
Gambar 4.1
Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Sebelum Tindakan
Berdasarkan pengamatan sebelum dilakukan penelitian, rendahnya
hasil belajar siswa disebabkan karena metode yang sering digunakan
adalah metode ceramah yaitu dengan guru mendominasi dalam
penjelasan materi kemudian dilanjutkan dengan pemberian tugas.Hal ini
berdampak pada siswa yang menjadi cepat bosan dan kurang aktif pada
saat pelajaran IPA, ini terlihat ketika di kelas, siswa mudah bosan selama
mengikuti kegiatan pembelajaran. Selain itu, cara guru mengajar yang
masih didominasi dengan ceramah membuat kelas menjadi monoton dan
sajian pelajaran menjadi kurang menarik perhatian siswa.
52%
48%
KETUNTASAN HASIL BELAJAR PRA SIKLUS
TUNTAS TIDAK TUNTAS
55
Berpatokan pada data hasilbelajar awal atau data hasil belajar
sebelum dilakukan tindakan, penulis melakukan sebuah penelitian
tindakan kelas (PTK) sesuai dengan rancangan penelitian yang telah
diuraikan pada bab-bab sebelumnya. Dalam penelitian di SDN Dukuh 01,
penulis menggunakan model Quantum Learning.Penelitian ini dilakukan
dalam dua siklus, dimana tiap siklus dilakukan dua pertemuan.
4.2.2. Pelaksanaan Penelitian
a. Pelaksanaan Siklus I
Pelaksanaan siklus I dengan membahas sub pokok bahasan sifat-sifat
cahaya dilakukan melalui empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan
tindakan, pengamatan/observasi, dan refleksi yang sesuai dengan tahap
penelitian Kemmis & Mc Taggart dalam Arikunto (2007:16). Langkah
pelaksanaan siklus I diuraikan pada perencanaan tindakan mengenai apa
yang diperlukan dan dilaksanankan saat pembelajaran. Observasi
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan dari rencana yang telah
dibuat, kemudian diuraikan refleksi berdasarkan hasil observasi.Adapun
penjelasan masing-masing tahapan dijabarkan sebagai berikut.
a) Tahap Perencanaan Tindakan
Sebelum dilaksanakan tindakan perbaikan, ada beberapa langkah yang
dilakukan oleh penulis, antara lain:
1) Memeriksa RPP yang telah disusun, sambil mencermati kembali
setiap butir yang direncanakan untuk dilaksanakan pada
pelaksanaan tindakan.
2) Menyiapkan alat peraga dan sarana lain yang akan digunakan.
Setelah itu dilakukan pengecekan lagi alat peraga tersebut apakah
sudah benar-benar tersedia dan sesuai dengan perencanaan
pembelajaran yang hendak dilakukan.
3) Mengecek kembali kelengkapan dan ketersediaan alat pengumpul
data, seperti lembar observasi yang telah disepakati dengan guru
yang mendampingi sebagai observer.
b) Pelaksanaan Tindakan
56
Setelah menyusun langkah-langkah kegiatan pembelajaran, maka
disepakatilah untuk melakukan kegiatan perbaikan pembelajaran yang
terdiri dari dua pertemuan pembelajaran yaitu:
Pertemuan I
1) Kegiatan Awal
Kegiatan awal yang dilakukan meliputi beberapa
kegiatan seperti yang telah didesain dalam rencana
pembelajaran yaitu membuka pembelajaran dengan salam,
berdoa, mengabsen, mengecek kerapian siswa, mengatur
tempat duduk siswa dan melakukan apersepsi. Kegiatan
apersepsi yang dilakukan adalah mengingatkan kembali
kepada para siswa tentang materi sifat-sifat cahaya.
2) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, yang dilakukan adalah menjelaskan
materi pembelajaran yaitu sifat-sifat cahaya. Guru membagi
siswa menjadi 4 kelompok dan membagikan LKS yang
digunakan untuk melakukan diskusi dengan teman
kelompoknya sesuai dengan materi yang diberikan. Dari
diskusi tersebut diperoleh hasil sebagai berikut: 1). Proses
terjadinya cahaya merambat lurus, 2). Proses terjadinya
cahaya menembus benda bening, dan 3). Proses terjadinya
cahaya dapat dipantulkan. Pada kegiatan LKS 1 ini, siswa
melakukan diskusi untuk mendapatkan emahaman dan
langsung mengetahui tentang konsep dasar sifat-sifat cahaya
dan proses pembiasan cahaya. Diskusi yang dilakukan akan
berguna agar siswa lebih memahami materi pembelajaran dan
melatih siswa untuk berkerja sama yang baik dalam
kelompok. Pada akhir kegiatan ini siswa menjawab soal pada
lembar LKS yang sudah disediakan.Tahap diskusi dan
penjelasan, Guru memberikan penjelasan tentang konsep
dasar sifat-sifat cahaya dan pembuatan cahaya merambat
57
lurus, caya menembus benda bening, dan cahaya dipentulkan
dengan selusi yang didasarkan pada hasil diskusi. Guru
menguatkan konsep yang telah dipelajari yaitu tentang sifat
cahaya sehinga siswa tidak ragu tentang konsep yang
diungkapkan sebelumnya. Guru berusaha berusaha
menjelaskan materi dengan jenis-jenisnya sehingga membuat
siswa semangkin mengerti dan paham trntang sifat-sifat
cahaya.
3) Kegiatan penutup
Bersama-sama dengan siswa mengambil kesimpulan
tentang materi yang telah dipelajari dengan menggunakan
model Quantum Learning, sekaligus memberikan
kesempatan kepada siswa yang masih belum memahami
materi pelajaran yang diberikan, Guru memberikan pesan
kepada siswa untuk mempelajari lagi materi tersebut di
rumah, karena masih akan dilakukan lagi pertemuan
berikutnya, dan memberikan Pekerjaan Rumah (PR).
Pertemuan II
1) Kegiatan awal
Pelaksanaan pada pertemuan II guru membuka
pelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa, mengabsensi
siswa, mengatur suasana di ruangan kelas, dan apersepsi.
Kemudian, guru bertanya kepada siswa “siapa yang tidak
mengerjakan PR?”. Guru mencocokkan PR dan
mengingatkan kembali tentang materi yang diajarkan
dipertemuan sebelumnya yaitu materi “sifat-sifat cahaya”.
2) Kegiatan inti
Pada kegiatan inti, yang dilakukan adalah menjelaskan
materi pembelajaran yaitu sifat-sifat cahaya. Guru membagi
siswa menjadi 4 kelompok dan membagikan LKS yang
digunakan untuk melakukan diskusi dengan teman
58
kelompoknya sesuai dengan materi yang diberikan. Dari
diskusi tersebut diperoleh hasil sebagai berikut: 1). Proses
terjadinya cahaya merambat lurus, 2). Proses terjadinya
cahaya menembus benda bening, dan 3). Proses terjadinya
cahaya dapat dipantulkan. Pada kegiatan LKS 1 ini, siswa
melakukan diskusi untuk mendapatkan emahaman dan
langsung mengetahui tentang konsep dasar sifat-sifat cahaya
dan proses pembiasan cahaya. Diskusi yang dilakukan akan
berguna agar siswa lebih memahami materi pembelajaran dan
melatih siswa untuk berkerja sama yang baik dalam
kelompok. Pada akhir kegiatan ini siswa menjawab soal pada
lembar LKS yang sudah disediakan.Tahap diskusi dan
penjelasan, Guru memberikan penjelasan tentang konsep
dasar sifat-sifat cahaya dan pembuatan cahaya merambat
lurus, caya menembus benda bening, dan cahaya dipentulkan
dengan selusi yang didasarkan pada hasil diskusi. Guru
menguatkan konsep yang telah dipelajari yaitu tentang sifat
cahaya sehinga siswa tidak ragu tentang konsep yang
diungkapkan sebelumnya. Guru berusaha berusaha
menjelaskan materi dengan jenis-jenisnya sehingga membuat
siswa semangkin mengerti dan paham trntang sifat-sifat
cahaya.
3) Kegiatan penutup
Setelah waktu selesai, guru memberikan kesempatan
kepada siswa yang belum memahami pelajaran untuk
bertanya, guru bersama-sama dengan siswa membuat
kesimpulan. Guru membagikan lembar evaluasi kepada
masing-masing siswa untuk dikerjakan.
c) Observasi
Pada kegiatan ini, yang diamati adalah aktivitas guru dan
siswa setelah diberikan tindakan dengan model Quantum
59
Learning. Berikut ini dipaparkan hasil aktivitas guru dan siswa
dalam pembelajaran dengan menggunakan model Quantum
Learningyang diperoleh setelah dilakukan tindakan pada siklus I,
baik pada pertemuan pertama maupun pertemuan kedua.
d) Evaluasi Hasil Belajar Siklus I
Hasil belajar pada siklus I yang diperoleh selama proses
pembelajaran IPA dengan menggunakan model Quantum
Learningkelas V SDN Dukuh 01, adalah sebagai berikut:
Tabel 13
Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I
No Nilai Siklus I Keterangan
Jumlah Siswa (%)
1 89 – 100 5 14,71 Tuntas
2 77 – 88 10 29,41 Tuntas
3 65 – 75 13 38,23 Tuntas
4 54 – 64 6 17,65 Tidak Tuntas
Jumlah 34 100
Dari tabel 17 frekuensi data nilai siklus I di atas, jumlah siswa
sebanyak 5 siswa. Siswa yang mendapat skor antara 89 sampai 100 ada 10
siswa dengan persentase 14,71%, siswa yang mendapat skor antara 77
sampai 88 ada 10 siswa dengan persentase 29,41%, dan siswa yang
mendapat skor antara 65 sampai 75 sebanyak 13 siswa dengan persentase
38,23% dan siswa yang mendapatkan skor 54 sampai 64 ada 6 siswa
dengan persentase 17,65%
Berikut disajikan dalam tabel, prosentase ketuntasan belajar pada
siklus I. hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
60
Tabel 14
Prosentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas V
SDN Dukuh 01 Siklus I
No Nilai Siklus I Keterangan
Jumlah Siswa (%)
1 < 65 6 18 Belum tuntas
2 ≥ 65 28 82 Tuntas
Jumlah 34 100
Rata-rata 74,5
Nilai tertinggi 94
Nilai terendah 45
Prosentase ketuntasan hasil belajar siswa SD Negeri Dukuh
01, sebelum dilakukan tindakan diketahui bahwa siswa yang
memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal sebanyak
16 siswa atau 48%; sedangkan yang mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal sebanyak 18 siswa dengan prosentase 52%.
Kondisi ini berubah setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I,
dimana siswa yang berhasil lulus KKM sebanyak 28 siswa atau
82% dan siswa yang belum berhasil lulus KKM sebanyak 6 siswa
atau 18%. Berikut prosentase hasil belajar siklus I disajikan pada
gambar di bawah ini:
61
Gambar 4.2
Prosentase Ketuntasan Belajar Siklus I
Berdasarkan hasil belajar siswa, setelah diadakan tindakan
pada siklus I, terjadi peningkatan hasil belajar siswa.Terjadi
peningkatan ketuntasan belajar sebanyak 28 siswa atau secara
prosentase sebanyak 82%, kemudian terjadi penurunan bagi siswa
yang belum tuntas atau mencapai KKM yaitu menjadi sebanyak 6
siswa atau secara prosentase sebesar 18%. Hal ini disebabkan
karena siswa mulai merasa senang dalam proses pembelajaran.
Meskipun awalnya siswa sangat ribut, namun terlihat bahwa
siswa menikmati dan tidak merasa bosan saat mengikuti kegiatan
pembelajaran di kelas.
e) Refleksi
Pembelajaran IPA kelas V pada materi sifat-sifat cahaya
pada siklus I ini belum berhasil sesuai indikator kinerja yang
ditentukan karena ketuntasan belajar baru 82%.
Hasilnya di ungkapkan faktor penyebab kekurang
keberhasilan dalam pembelajaran yaitu:
Tuntas70%
Tidak Tuntas18%
Ketuntasan Belajar siswa Siklus I
62
1) Pembelajaran masih gaduh dan kurang terkendali saat pada
saat siswa mulai diminta untuk membuat kelompok.
2) Guru masih kaku dalam memandu siswa yang belum
memahami langkah-langkah dalam model Quantum
Learning.
3) Guru belum memberi pujian atau reward pada siswa yang
menjawab benar.
Berdasarkan data yang telah dianalisis dan data hasil
diskusi, peneliti melakukan penelaahan dan mencoba
menyimpulkan hasil tindakan yang telah dilakukan.Hasil ini
menunjukkan bahwa penguasaan siswa sudah meningkat,
meskipun belum sesuai dengan kriteria keberhasilan yang
ditentukan karena ketuntasan belajar baru 82%.
Berdasarkan hasil evaluasi observasi, peneliti memutuskan
untuk mengadakan perbaikan pembelajaran pada siklus II sebagai
berikut:
1) Memandu siswa dalam membentuk kelompok dan
mengarahkan dalam langkah-langkah pembelajaran dalam
materi yang sedang dipelajari melalui model Quantum
Learning.
2) Memberikan rewardatau pujian kepada siswa yang
menjawab benar. Reward atau pujian kepada siswa berupa
gambar bintang, tepuk tangan atau pujian.
b. Pelaksanaan Siklus II
Tahap pelaksanaan siklus II sama seperti tahap pelaksanaan pada
siklus I, yakni mengacu pada tahap penelitian Kemmis & Mc Taggart
dalam Arikunto (2007:16), pelaksanaan siklus II terdiri dari empat langkah
yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi, dan
refleksi.Kompetensi dasar yang digunakan yakni mengidentifikasi sifat-
sifat cahaya. Bagian pelaksanaan siklus II menguraikan perencanaan
tindakan mengenai apa yang dilaksanakan sebagai perbaikan dari
63
kekurangan siklus I. Setelah perencanaan dan pelaksanaan, diuraikan
refleksi berdasarkan hasil obsevasi.
a. Tahap Perencanaan
Peneliti menyiapkandan merevisi RPP dan menyiapkan
kembali skenario tindakan yang akan dilaksanakan pada
perbaikan pembelajaran siklus II. Berdasarkan hasil diskusi dan
refleksi siklus I maka peneliti melakukan upaya perbaikan
pembelajaran, memandu siswa dalam membentuk kelompok dan
mengarahkan dalam langkah-langkah pembelajaran dalam materi
yang sedang dipelajari melalui model Quantum Learningdan
memberikan reward atau penguatan kepada siswa yang
menjawab benar. Selain itu penulis juga menyiapkan kembali
lembar kerja siswa, lembar evaluasi, lembar observasi dan
menyiapkan alat peraga.
b. Pelaksanaan
Pertemuan I
1) Kegiatan awal
Pelaksanaan pada pertemuan II guru membuka pelajaran
dengan mengucapkan salam, berdoa, mengabsensi siswa,
mengatur suasana di ruangan kelas, dan apersepsi. Kemudian,
guru bertanya kepada siswa “siapa yang tidak mengerjakan
PR?”. Guru mencocokkan PR dan mengingatkan kembali
tentang materi yang telah diajarkan dipertemuan sebelumnya
yaitu materi sifat-sifat cahaya.
2) Kegiatan inti, guru menjelaskan kembali materi tentang sifat-
sifat cahaya. Setelah bertanya jawab sebentar, guru
melanjutkan materi sifat-sifat cahaya.Untuk memberikan
penjelasan tentang sub materi tersebut, guru menggunakan
model Quantum Learning. Pada kegiatan inti, yang dilakukan
adalah menjelaskan materi pembelajaran yaitu sifat-sifat
cahaya. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok dan
64
membagikan LKS yang digunakan untuk melakukan diskusi
dengan teman kelompoknya sesuai dengan materi yang
diberikan. Dari diskusi tersebut diperoleh hasil sebagai
berikut: 1). Proses terjadinya cahaya merambat lurus, 2).
Proses terjadinya cahaya menembus benda bening, dan 3).
Proses terjadinya cahaya dapat dipantulkan. Pada kegiatan
LKS 1 ini, siswa melakukan diskusi untuk mendapatkan
emahaman dan langsung mengetahui tentang konsep dasar
sifat-sifat cahaya dan proses pembiasan cahaya. Diskusi yang
dilakukan akan berguna agar siswa lebih memahami materi
pembelajaran dan melatih siswa untuk berkerja sama yang
baik dalam kelompok. Pada akhir kegiatan ini siswa
menjawab soal pada lembar LKS yang sudah disediakan.
Tahap diskusi dan penjelasan, Guru memberikan penjelasan
tentang konsep dasar sifat-sifat cahaya dan pembuatan cahaya
merambat lurus, caya menembus benda bening, dan cahaya
dipentulkan dengan selusi yang didasarkan pada hasil diskusi.
Guru menguatkan konsep yang telah dipelajari yaitu tentang
sifat cahaya sehinga siswa tidak ragu tentang konsep yang
diungkapkan sebelumnya. Guru berusaha berusaha
menjelaskan materi dengan jenis-jenisnya sehingga membuat
siswa semangkin mengerti dan paham trntang sifat-sifat
cahaya.
3) Kegiatan akhir
Setelah waktu selesai, siswa diberikan tugas secara
individual untuk dikerjakan di rumah, guru memberikan
kesempatan kepada siswa yang belum memahami pelajaran
untuk bertanya, guru selaku pengajar bersama-sama dengan
siswa mengambil kesimpulan dan guru mengingatkan untuk
mempelajari sub materi berikutnya yang akan dipelajari pada
pertemuan berikutnya. Tidak lupa, guru juga memberikan
65
pujian kepada siswa atau kelompok yang aktif bertanya,
sambil mengingatkan pada siswa yang lain, bahwa bertanya
adalah hal penting dan mendasar di dalam belajar.
Pertemuan II
1) Kegiatan awal
Seperti pada pertemuan-pertemuan sebelumnya,
kegiatan awal dimulai dengan salam, berdoa, mengabsensi
siswa, mengatur suasana di ruangan kelas, dan apersepsi.
Setelah itu, guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai pada pertemuan itu.
2) Kegiatan inti
Kegiatan inti, guru menjelaskan kembali materi tentang
sifat-sifat cahaya.Setelah bertanya jawab sebentar, guru
melanjutkan materi sifat-sifat cahaya.Untuk memberikan
penjelasan tentang sub materi tersebut, guru menggunakan
model Quantum Learning. Pada kegiatan inti, yang dilakukan
adalah menjelaskan materi pembelajaran yaitu sifat-sifat
cahaya. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok dan
membagikan LKS yang digunakan untuk melakukan diskusi
dengan teman kelompoknya sesuai dengan materi yang
diberikan. Dari diskusi tersebut diperoleh hasil sebagai
berikut: 1). Proses terjadinya cahaya merambat lurus, 2).
Proses terjadinya cahaya menembus benda bening, dan 3).
Proses terjadinya cahaya dapat dipantulkan. Pada kegiatan
LKS 1 ini, siswa melakukan diskusi untuk mendapatkan
emahaman dan langsung mengetahui tentang konsep dasar
sifat-sifat cahaya dan proses pembiasan cahaya. Diskusi yang
dilakukan akan berguna agar siswa lebih memahami materi
pembelajaran dan melatih siswa untuk berkerja sama yang
baik dalam kelompok. Pada akhir kegiatan ini siswa
menjawab soal pada lembar LKS yang sudah
66
disediakan.Tahap diskusi dan penjelasan, Guru memberikan
penjelasan tentang konsep dasar sifat-sifat cahaya dan
pembuatan cahaya merambat lurus, caya menembus benda
bening, dan cahaya dipentulkan dengan selusi yang
didasarkan pada hasil diskusi. Guru menguatkan konsep yang
telah dipelajari yaitu tentang sifat cahaya sehinga siswa tidak
ragu tentang konsep yang diungkapkan sebelumnya. Guru
berusaha berusaha menjelaskan materi dengan jenis-jenisnya
sehingga membuat siswa semangkin mengerti dan paham
trntang sifat-sifat cahaya.
3) Kegiatan akhir
Setelah semua siswa selesai mengerjakan tugasnya,
guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya pada hal-
hal yang belum dipahami. Sebelum menutup pelajaran, guru
memberikan tes akhir atau tes evaluasi kepada siswa, juga
memberikan pujian dan mengucapkan terimakasih atas
kerjasama selamaguru melakukan penelitian.
c. Observasi
Pada kegiatan ini, yang diamati adalah aktivitas guru dan
siswasetelah diberikan tindakan dengan model Quantum
Learning. Berikut ini dipaparkan hasil aktivitas guru dan siswa
dalam pembelajaran dengan menggunakan model Quantum
Learning yang diperoleh setelah dilakukan tindakan pada siklus
II, baik pada pertemuan pertama maupun pertemuan kedua.
d. Evaluasi Hasil Belajar Siklus II
Hasil belajar pada siklus II yang diperoleh selama proses
pembelajaran IPA dengan menggunakan model Quantum
Learning kelas V SDN Dukuh 01, adalah sebagai berikut:
67
Tabel 15
Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siklus II
No Nilai Siklus II Keterangan
Jumlah Siswa (%)
1 89 – 100 14 41,18 Tuntas
2 77 – 88 16 47,06 Tuntas
3 65 – 75 4 11,76 Tuntas
4 54 – 64 - 0,00 Tidak Tuntas
Jumlah 34
Dari tabel 23 frekuensi data nilai siklus II di atas, jumlah siswa
sebanyak 34 siswa. Siswa yang mendapat skor antara 89 sampai 100 ada
14 siswa dengan persentase 41,18%, siswa yang mendapat skor antara 77
sampai 88 ada 16 siswa dengan persentase 47,06%, dan siswa yang
mendapat skor antara 65 sampai 75 sebanyak 4 siswa dengan persentase
11,76% dan siswa yang mendapatkan skor 54 sampai 64 ada siswa dengan
persentase 0,00%
Berikut disajikan dalam tabel, prosentase ketuntasan belajar pada
siklus I. hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 16
Prosentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II
No Nilai Siklus II Keterangan
Jumlah Siswa (%)
1 < 65 - - Belum tuntas
2 ≥ 65 34 100 Tuntas
Jumlah 34 100
Rata-rata 91,7
Nilai tertinggi 100
Nilai terendah 70
Ketuntasan Hasil belajar siswa SD Negeri Dukuh 01
sebelum dilakukan tindakan dapat diketahui bahwa siswa yang
memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM=65) sebanyak 16 siswa atau 48% pada siklus I kemudian
terjadi penurunan menjadi 6 siswa atau 18% setelah dilakukan
68
siklus II tidak ada lagi siswa yang tidak berada pada di bawah
KKM. Sedangkan, yang mencapai ketuntasan minimal sebelum
dilaksanakan tindakan yaitu sebanyak 18 siswa atau 52% pada
siklus I kemudian meningkat menjadi 28 siswa atau 82%, dan
pada siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi 100% tuntas
dalam belajar IPA. Dengan hasil ini membuktikan penelitian yang
dilakukan telah berhasil karena telah melebihi batas ketuntasan
indicator kinerja yang ditetapkan yaitu sebesar 85% sedangkan
hasil yang didapat adalah 100%.
Berdasarkan hasil tes dan pengamatan aktivitas siswa setelah
diadakannya tindakan pada siklus II, terjadi peningkatan hasil
belajar siswa.Peningkatan ketuntasan hasil belajar pada siklus II
adalah sebesar 34 siswa tuntas semua atau secara prosentase
sebesar 100% tuntas secara KKM, kemudian tidak ada lagi siswa
yang belum tuntas hasil belajarnya. Terjadinya kenaikan
hasilbelajar siswa tersebut karena siswa merasa senang dalam
proses pembelajaran. Siswa terlihat sangat antusias, aktif dalam
bertanya dalam pembelajaran menggunakan model Quantum
Learning.
e. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus
I dan Siklus II
Di bawah ini disajikan dalam tabel, perbandingan hasil
belajar dari kondisi awal, siklus I dan siklus II.
69
Tabel 17
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal,
Siklus I dan Siklus II
No. Nilai
Tuntas Belum Tuntas
Jumlah
Siswa %
Jumlah
Siswa %
1 Kondisi Awal 18 52% 16 48%
2 Siklus I 28 82% 6 18%
3 Siklus II 34 100 % - -
Berdasarkan tabel 25 di atas, diketahui bahwa terjadi
peningkatan ketuntasan hasil belajar baik pada siklus I maupun
siklus II.Pada kondisi awal ketuntasan hasil belajar siswa
sebanyak 52%, sedangkan ketuntasan hasil belajar pada siklus I
meningkat menjadi 82%, dengan kata lain terjadi peningkatan
sebesar 30% dari kondisi awal ke Siklus I. Kemudian terjadi
peningkatan kembali pada siklus II yaitu sebesar 100% bagi
yang tuntas. Dengan kata lain terjadi peningkatan sebesar 18%
dari ketuntasan hasil belajar dari Siklus I ke siklus II. Hasil ini
dapat disimpulkan bahwa model Quantum Learningberhasil
pada pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya dan dapat
meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas V SDN Dukuh 01
semester II tahun pelajaran 2015/2016.
Hasil ini disajikan pada grafik perbandingan ketuntasan
hasil belajar pada kondisi awal, siklus I dan siklus II yang dapat
dilihat pada grafik yang tersaji berikut ini:
70
Gambar 4.3
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal,
Siklus I dan Siklus II
f. Refleksi
Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada materi sifat-
sifat cahaya, peneliti melakukan refleksi.Ternyata hasil perbaikan
pembelajaran memberikan hasil sesuai yang diharapkan, dimana
semua siswa pada siklus II berhasil tuntas dalam belajarnya.
0
5
10
15
20
25
30
35
Pra Siklus Siklus I Siklus II
18
28
34
16
6
0
Jum
lah
Sis
wa
Tuntas
Tidak Tuntas
71
4.3. Deskripsi Hasil Penelitian
4.3.1. Pelaksanaan Pembelajaran dengan Model Quantum Learning
Oleh Guru
Pada bagian ini, akan diuraikan penggunaan model Quantum
Learningdalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Uraian
penggunaan model Quantum Learning dalam pembelajaran IPA ini
dimaksudkan untuk melihat sejauh mana model ini benar-benar
diterapkan, sehingga dengan demikian dapat diambil kesimpulan darinya
bahwa model ini dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas
V SDN Dukuh 01 Salatiga.
Acuan untuk penggunaan model Quantum Learning dalam
pembelajaran ini, diambil dari lembar observasi guru maupun lembar
observasi siswa. Berikut ini, akan disajikan dalam tabel penggunaan
model Quantum Learning sebagai model pembelajaran oleh guru dalam
mengajarkan mata pelajaran IPA. Penggunaan model Quantum Learning
dalam pembelajaran IPA tersebut, akan disajikan dalam tabel berikut ini:
72
Tabel 18
Pembelajaran dengan Model Quantum Learning oleh Guru
No Aktivitas Guru
yang diamati
Siklus I Siklus II
Pertemuan Pertemuan Pertemuan Pertemuan
I II I II
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1
Menjelaskan
tujuan
pembelajaran
atau kompetensi
dasar yang perlu
dicapai
√ √ √ √
2
Penyampaian
Materi dan
Strategi
Pembelajaran
√ √ √ √
3
Penggunaan
Model
Pembelajaran
dan
Pemanfaatan
Sumber
Belajar
√ √ √ √
4 Penilaian
Hasil Belajar √ √ √ √
5 Mengakhiri
Pelajaran √ √ √ √
Total 2 3 4 1 5 - 5 -
Mengacu pada lembar observasi guru dalam menggunakan model
Quantum Learning dalam pembelajaran IPA, diketahui bahwa pada siklus
I pertemuan I, dari 5 aktivitas yang perlu dilakukan dengan menggunakan
model Quantum Learning, hanya 2 yang dilakukan atau 50% dari
keseluruhan aktivitas dan 3 langkah tidak dilakukan. Pada pertemuan II
siklus I, terjadi peningkatan yaitu dari 5 aktivitas pembelajaran
berdasarkan model Quantum Learning, 4 langkah dilakukan sedangkan 1-
nya tidak dilakukan.
73
Pada siklus II pertemuan I dan II, dari 5 aktivitas yang dilakukan
dalam pembelajaran, kelima langkah tersebut dilakukan oleh guru dalam
proses pembelajaran.
4.3.2. Pelaksanaan Pembelajaran dengan Model Quantum Learning
Oleh Siswa
Selain mengamati kegiatan guru dalam mengajar dengan
menggunakan model Quantum Learning, juga diamati kegiatan siswa yang
terlibat dalam pembelajaran. Pengamatan ini dimaksudkan bahwa sejauh
mana siswa memahami model pembelajaran dengan menggunakan model
Quantum Learning itu sendiri. Berikut ini, dipaparkan dalam tabel, hasil
pengamatan siswa dalam pembelajaran IPA, baik siklus I dan siklus II
dengan menggunakan model Quantum Learning.
Tabel 19
Pembelajaran dengan Model Quantum Learning oleh Siswa
No Aktivitas Siswa yang
diamati
Siklus I Siklus II
Pertemuan Pertemuan Pertemuan Pertemuan
I II I II Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1 Siswa mendengarkan
tujuan pembelajaran
√ √ √ √
2 Siswa
memperhatikan
penjelasan materi
yang dilakukan oleh
guru.
√ √ √ √
3 Siswa dapat
mengaitkan materi.
√ √ √ √
4 Siswa menyelidiki
dan menemukan
konsep melalui
penjelasan guru
degan model
Quantum Learning
√ √ √ √
5 Siswa membentuk
kelompok
√ √ √ √
6 Siswa mendapatkan
reward dari
perolahan skor dalam
pembelajaran yang
telah dilakukan.
√ √ √ √
Total 2 4 2 4 6 - 6 -
74
Pada pertemuan pertama dan kedua siklus I, dari 6 aktivitas
pembelajaran dengan model Quantum Learning yang perlu dilakukan oleh
siswa, hanya 2 aktivitas yang benar-benar dilakukan oleh siswa; sedangkan
4 aktivitas lainnya tidak dilakukan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal,
pertama bahwa model Quantum Learning adalah model pembelajaran
yang pertama kali diterapkan di kelas tersebut; kedua, guru sendiri masih
kaku dalam mengajar dengan menggunakan model Quantum Learning;
ketiga, guru belum melakukan pendampingan kepada siswa dalam
melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Quantum
Learning, akibatnya siswa belum memahami dengan benar dalam
pembelajaran IPA.
Hal tersebut berbeda pada siklus II. Dengan memperbaiki
kekurangan-kekurangan pada siklus I, guru mencoba memperbaiki hal-hal
yang perlu dilakukan pada siklus II. Setelah dilakukan perbaikan, hasilnya
siswa kemudian terlibat aktif dalam pembelajaran, siswa dapat mengaitkan
materi, siswa dapat menyelidiki dan menemukan konsep melalui
penjelasan guru dengan model Quantum Learning.
4.4.Pembahasan
Pada studi awal, siswa yang tuntas belajar sebanyak 18 siswa
(52%) dari 34 siswa, dengan nilai rata-rata 60,08. Setelah dilaksanakan
perbaikan pembelajaran pada siklus I, jumlah siswa yang tuntas belajar
menjadi 28 siswa (82%) dengan nilai rata-rata 88,5.Dari hasil ini dapat
dikatakan bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata dari kondisi awal ke
siklus I yaitu 30%. Setelah mempertimbangkan berbagai kekurangan-
kekurangan yang dilakukan pada siklus I, dilakukan lagi perbaikan
pembelajaran pada siklus II. Pada siklus II, diketahui bahwa semua siswa
berhasil tuntas dalam belajarnya, dengan perolehan nilai rata-rata 91,7.
Mengacu pada hasil ini dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan
ketuntasan hasil belajar dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 18%.
Berdasarkan pada hasil ini maka dikatakan bahwa pembelajaran dengan
75
model Quantum Learning dapat meningkatkan hasil belajar sesuai dengan
yang direncanakan.
Hasil penelitian ini memperkuat temuan penelitian lainnya yang
membuktikan bahaw Quantum Learning dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Dikdik Dikrulla (2010) dengan
judul “Penerapan Model Pembelajaran Quantum Learning Untuk
Meningkatkan hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi
Informasi Dan Komunikasi (TIK)”. Hasil penelitian menunjukan bahwa
nilai rata-rata peningkatan hasil belajar siswa mengalami kenaikan yang
signifikan. Hal ini ditunjukan oleh nilai rata-rata yang dinormalisasi
sebesar 0,534 dengan kriteria sedang.
Penelitian lainnya yang menunjukkan adanya peningkatan hasil
belajar dengan Quantum Learning adalah penelitian dari Sri Sutarni
(2011) dengan judul “Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Matematika
Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Quantum Learning
(Ptk Di Smp Negeri 1 Ngemplak Boyolali Kelas VII Tahun 2011/2012)”.
Hasil penelitiannya adalah motivasi belajar siswa meningkat hal ini dapat
dilihat dari meningkatnya indikator peningkatan motivasi belajar siswa
meliputi: a) Bertanya kepada guru tentang materi yang telah disampaikan
dan mengungkapkan ide sebelum tindakan 9,375% dan di akhir tindakan
78,125 %.b). Antusiasme mengerjakan soal latihan didepan kelas sebelum
tindakan 12,5% dan di akhir tindakan 62%, c). Aktif dalam kelompok
diskusi sebelum tindakan 25% dan di akhir tindakan 87%. Kesimpulan
penelitian ini adalah bahwa penerapan model pembelajaran Quantum
Learning dapat meningkatkan motivasi belajar matematika siswa di SMP
Negeri 1 Ngemplak Boyolali.
Penelitian Nurhamidah (2010) dengan judul Pengaruh Model
Pembelajaran Quantum Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas
VIII Pada Materi Cahaya Di Mtsn Rukoh Banda Aceh juga menunjukkan
adanya peningkatan. Dari hasil analisis data yang diperoleh nilai rata-rata
dengan metode Quantum Learning pre-test = 36,833; SD 11,5 dan post-
76
test = 75,23 ; SD = 10,388, sedangkan dengan metode pembelajaran
konvensional pre-test = 37,038 ; SD = 12,056 dan post-test = 60,602 SD =
10,523. Untuk harga t_(tabel ) dengan α = 0,05 dan dk 76 diperoleh
2,000. Karena pengujian hipotesis dalam tabel penelitian ini
menggunakan uji t diketahui t_(hitung )= 6,15 sehingga t_(hitung )>
t_(tabel ), maka hipotesis diterima. Hal ini dapat disimpulkan terdapat
pengaruh yang positif dan signifikan antara metode pembelajaran
Quantum Learning terhadap hasil belajar siswa kelas VIII pada Materi
Cahaya di MTsN Rukoh Kota Banda Aceh.
Hasil penenlitian ini dengan demikian mendukung teori Bobbi
DePorter & Mike Hernacki (2011:12) yang menyatakan bahwa Quantum
Learning merupakan pembelajaran yang bertujuan untuk menciptakan
lingkungan belajar yang efektif dan proses belajar yang menyenangkan
sehingga dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa.