Bab IV FS CIWIDEY Pendahuluan.doc

  • Upload
    onces

  • View
    25

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

A

Feasibility Study Pengembangan Resort Hotel di Desa Alam Endah

Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung

Feasibility Study Pengembangan Resort Hotel di Desa Alam Endah

Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung

Penyusunan Feasibility Study Pengembangan Resort Hotel di sekitar Desa Alam Endah Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung ini disusun dengan mempertimbangkan kondisi fisik kawasan, kondisi sosial ekonomi masyarakat, kondisi sumberdaya wisata, kondisi sarana dan prasarana pendukung pariwisata, kepentingan serta kebutuhan pengembangan wilayah secara umum pada masa yang akan datang. Oleh karena itu guna memperoleh hasil akhir yang sesuai dengan apa yang diarahkan dalam kerangka acuan kerja, maka pelaksanaan kegiatan penyusunan menerapkan metodologi sebagai berikut:

4.1. Pendekatan Studi

1. Pendekatan Keruangan

Pendekatan keruangan dimaksudkan bahwa dalam studi Pengembangan Resort Hotel di sekitar Desa Alam Endah Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung ini dilakukan dengan memperhatikan kawasan perencanaan dari segala potensi dan kendala yang terdapat didalamnya sehingga pada akhirnya hasil dari pengembangan kawasan perencanaan ini dapat tercapai dengan tetap memperhatikan dan memanfaatkan potensi yang ada. Pendekatan keruangan ini digunakan untuk melihat sisi penawaran pasar wisata yaitu mengingat kawasan perencanaan yang terdiri dari beberapa sub kawasan yang memiliki potensi yang berbeda, sehingga apabila ingin mengembangkan kawasan perencanaan perlu dilakukan studi untuk pemilihan lokasi bagi jenis-jenis kegiatan penunjang wisata yang paling tepat, sehingga penerapan usaha pengembangan nantinya dapat dilakukan secara optimal dan didukung oleh sub kawasan wisata lain yang terdapat di kawasan perencanaan sebagai bentuk penawaran wisata yang baru kepada para wisatawan.2. Pendekatan Sumber Daya (Resources Approach)

Sumber daya alam dan lingkungan yang menentukan jenis, kuantitas, dan kualitas kegiatan wisata dan resort. Pendekatan ini lebih menekankan faktor-faktor penawaran (supply) daripada factor permintaan (demand). Faktor-faktor alami, pertimbangan ekologi, daya dukung lingkungan, dan lain sebagainya lebih dominan terhadap faktor sosial dan tuntutan kebutuhan manusia.3. Pendekatan Kegiatan (Activity Approach)

Pendekatan ini dilandasi pada selera dan keinginan umum dengan terlebih dahulu mengkaji kegiatan di masa lalu untuk memperkirakan peluang yang perlu diwadahi di masa depan. Penekanan pendekatan ini yaitu pada pengguna atau user. Dalam proses perencanaannya banyak dipengaruhi oleh tata nilai kelompok tertentu yang terorganisasikan dengan baik. Pendekatan ini dapat berhasil baik jika diterapkan untuk penduduk yang homogen dengan ruang lingkup terbatas. Jika pendekatan ini dilakukan pada kota besar dengan penduduk yang heterogen maka akan sulit untuk menentukan jenis kegiatan yang disepakati bersama karena penduduk heterogen memiliki gaya hidup, tata nilai, dan tingkat sosial ekonomi yang beraneka ragam.

4. Pendekatan Perilaku Manusia (Human Behavior Approach)

Pendekatan ini didasarkan pada pengkajian atas sikap dan perilaku penduduk dalam memanfaatkan waktu senggang (how, when, and where). Penekanannya pada aktivitas wisata sebagai suatu pengalaman, yaitu mengapa melakukan aktivitas berwisata, jenis atraksi wisata apa yang disukai, serta apa saja manfaat yang diperoleh dari berwisata tersebut. Keinginan, kesukaan, dan kepuasan dari pengguna sarana suatu objek wisata menentukan proses perencanaan. Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui segmentasi pasar berdasarkan karakteristik wisatawan sehingga dapat diketahui kecenderungan permintaan pasar dari pendapat wisatawan mengenai motivasi, persepsi, dan harapan yang diinginkan wisatawan terhadap pengembangan kawasan studi. Hasil dari pendekatan ini digunakan untuk menganalisis lebih lanjut bentuk pengembangan kegiatan wisata yang paling sesuai untuk diterapkan di Kawasan perencanaan.

5. Pendekatan Permintaan dan Penawaran (Demand and Supply Approach)

Pendekatan ini memadukan unsur demand, supply, dan menemukenali indicator kebutuhan sosial untuk menyiapkan lingkungan fisik (ruang) yang sesuai dengan perilaku manusia. Pendekatan ini mencakup aneka ragam kemungkinan yang lebih luas daripada taman rekreasi tradisional pada umumnya.

6. Pendekatan Pengembangan

Belum optimalnya penggalian potensi kawasan perencanaan menyebabkan kegiatan wisata di kawasan tersebut kurang beragam dan kurang terkoordinasi dengan baik. Pendekatan pengembangan ini digunakan untuk mengarahkan penelitian yang akan dilakukan kepada penyusunan konsep pengembangan wisata dan resort yang sesuai untuk diterapkan di kawasan perencanaan untuk dapat meningkatkan perkembangan kawasan wisata secara menyeluruh, baik untuk kawasan perencanaan itu sendiri, maupun untuk perkembangan di Wilayah Pengembangan Ciwidey.

4.2 Kerangka Studi

Kerangka studi dalam pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Feasibility Study Pengembangan Resort Hotel di sekitar Desa Alam Endah Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung disajikan pada Gambar 4.1. Kerangka Studi mencakup langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data dan informasi pariwisata Kabupaten Bandung sekitarnya.

2. Mengolah dan menganalisis data untuk :

a. Deliniasi Kawasan.

b. Analisis Kebutuhan Fasilitas dan Utilitas.

c. Analisis Deman Potensi Wisatawan.

3. Hasil Benefit cost Analisis

4. Strategi dan Kebijakan Pengembangan

Gambar 4.1

Kerangka Studi Feasibility Study Pengembangan Resort Hotel di Desa Alam Endah

4.3 Tahapan Kegiatan

4.3.1Pengumpulan Data dan Informasi

Pengumpulan data dan informasi dilakukan sebagai usaha untuk mendapatkan gambaran langsung potensi dan permasalahan dari pembangunan kepariwisataan di Kabupaten Bandung secara umum dan Kecamatan Rancabali khususnya, serta tantangan yang dihadapi. Dukungan sektor-sektor terkait seperti ekonomi, budaya, lingkungan dan perhubungan akan memainkan peranan yang sangat penting pada tahap ini, sebagai dasar langkah-langkah selanjutnya.

Dalam tahap ini akan dibagi menjadi dua kegiatan yaitu; survey sekunder/survey instansi dan survey primer/ penyelidikan lapangan.1. Survey Sekunder

Survey sekunder dilakukan untuk memperoleh data/ informasi sebagai berikut:

a. Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Nasional (RIPPNAS), tahun terakhir.

b. Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Provinsi Jawa Barat, tahun terakhir.c. Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Bandung, tahun terakhird. Statistik Kunjungan Tamu Asing di Kabupaten Bandung selama 5 tahun terakhir.

e. Statistik Tingkat Hunian Hotel di Kabupaten Bandung dan Kecamatan Rancabali selama 5 tahun terakhir.

f. Statistik Akomodasi dan Hotel Lainnya selama 5 tahun terakhir.

g. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bandung.

h. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bandung.

i. Statistik Karakteristik Wilayah Kabupaten Bandung, khususnya Kecamatan Rancabali2. Survey Primer

Survey primer dilakukan untuk memperoleh data/ informasi sebagai berikut:

a. Karakteristik fisik dasar kawasan perencanaanb. Karakteristik dan sebaran sumberdaya wisata di kawasan perencanaanc. Karakteristik Sarana dan Prasarana wisata di Kawasan perencanaan.

d. Karakteristik Sosial-Budaya masyarakat di sekitar kawasan perencanaan.

e. Karakteristik dan Kepemilikan Lahan di sekitar kawasan perencanaanf. Karakteristik sistem jaringan transportasi di sekitar kawasan perencanaan.

Identifikasi dan inventarisasi data dilakukan sebagai kelanjutan dari penggalian data primer di lapangan, dan data-data sekunder instansional. Dari sini dapat pula diidentifikasi dan diinventarisir potensi dan permasalahan di bidang kepariwisataan di sekitar kawasan perencanaan dengan tetap mengacu pada sektor-sektor lain yang terkait. Keterkaitan ini akan berlangsung mulai dari kegiatan identifikasi awal, analisis hingga penetapan kelayakan pengembangan kepariwisataan khususnya bagi pengembangan resort hotel.Inventarisasi hasil-hasil tahap sebelum ini (interpretasi dan survey lapangan) disusun dan disajikan dalam himpunan data dasar yang sistematis dan informatif. Gambaran yang bersifat kualitatif dituangkan kedalam diagram dan peta tematik. Sedangkan data kuantitatif akan disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan peta-peta skalatis.4.3.2 Analisis Data dan InformasiTahap analisis bertujuan untuk menemukenali secara tepat potensi dan permasalahan, untuk kemudian merumusan kelayakan pengembangan kepariwisataan di kawasan perencanaan. Analisis Kelayakan di kawasan perencanaan meliputi analisis tentang aspek sediaan (supply side) mengenai atraksi dan daya tarik wisata, aksesibilitas, dan amenitas, aspek permintaan (demand side), aspek kelembagaan dan sumberdaya manusia, aspek lingkungan, dan aspek promosi dan pemasaran.

A. Analisis Potensi Sumberdaya Wisata

Analisis sumberdaya wisata dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai nilai potensi dari setiap sumberdaya wisata yang ada di kawasan perencanaan. Penilaian dilakukan dengan cara in situ assessment pada setiap titik sumberdaya dengan memperhitungkan kriteria dari setiap jenis sumberdaya yang ada. Kriteria yang dipakai sebagai dasar untuk melakukan in situ assessment adalah:

1. Untuk menilai sumberdaya wisata berbasis peninggalan budaya (cultural heritage resources) kriteria yang digunakan adalah:

Nilai sejarah (Historical-value) : baik secara lokal, regional ataupun nasional untuk menentukan nilai kesejarahan dari setiap objek yang akan dijadikan sebagai cultural-heritage tersebut. Dalam kriteria ini melekat parameter usia objek, keaslian objek, keutuhan objek, dan serta folklore-evidence.

Nilai Keunikan (Uniqueness-value): untuk menentukan nilai keunikan daya tarik objek sebagai sumber daya wisata. Selain relatifitas keunikan, maka dalam kriteria ini juga dilekatkan parameter keotentikan (authenticity).

Nilai sosial (Social-value): untuk menunjukkan nilai objek dalam tata nilai sosial yang masih berlaku. Dalam kriteria ini melekat parameter social-function, dan social-usefulness.

Nilai keharmonisan dengan lingkungan sekitarnya (Value of harmony to the surrounding): untuk menunjukkan tata nilai ekstrinsik dari objek. Pada kriteria ini dilekatkan parameter tata-letak objek dan kondisi lingkungan di sekitarnya.

Nilai daya tarik (Attractiveness-value): untuk menunjukkan intensitas nilai atraksi objek atas rasa keindahan, kekaguman, keingintahuan, kenyamanan, dan rasa kesenangan untuk memenuhi kebutuhan emosional pengunjung. Parameter yang digunakan adalah keragaman kepuasan emosi dan pengetahuan yang ditimbulkan pada seseorang yang melihat objek tersebut.

Kelangkaan (Scarcity-value): yaitu untuk menunjukkan tingkat kelangkaan objek. Parameter yang digunakan dalam menerapkan kriteria ini adalah rendahnya peluang proses duplikasi atau rekonstruksi jika terjadi kehancuran yang menyebabkan punahnya objek tersebut.

2. Untuk menilai sumberdaya berbasis atraksi dan produk budaya (Cultural attraction and product based resources) kriteria yang dipakai adalah:

Nilai sosial (Social-value): untuk menunjukkan intensitas kepentingan atraksi dalam tata nilai sosial yang masih berlaku. Parameter yang digunakan adalah ada atau tidaknya Tingkat Sangsi Adat yang diberlakukan dan masih diyakini serta diterima oleh masyarakat atas kealpaan suatu atraksi dalam suatu prosesi adat atau kebudayaan. Keunikan (Uniqueness): untuk menunjukkan nilai suatu atraksi secara relatif terhadap kegiatan lainnya; baik secara lokal, regional ataupun dalam lingkup yang lebih luas. Parameter yang diterapkan adalah Ketidaksamaan relatif antara atraksi yang dinilai dengan atraksi lainnya baik secara lokal, regional ataupun dalam lingkup yang lebih tinggi, dan extremely-visual.

Nilai kesejarahan (Historical-value): untuk menunjukkan tingkat authenticity dari atraksi yang dievaluasi. Dalam kriteria ini digunakan parameter folklore-evidence.

Temporality: untuk membedakan atraksi tradisional yang telah dilaksanakan secara mantap (established) oleh tata nilai sosial yang berlaku saat ini dengan atraksi kebudayaan yang bersifat temporer. Parameter yang digunakan adalah elemen modernitas yang menjiwai dan melekat pada atraksi.

Attraction-seasonality: untuk menentukan tingkat ketersediaan atraksi sebagai konsumsi pariwisata. Parameter yang digunakan adalah intensitas ketersediaan atraksi untuk dinikmati setiap waktu.

Nilai Atraksi (Attractiveness-value): untuk menunjukkan intensitas nilai dari suatu atraksi atas rasa keindahan, kekaguman, keingintahuan, kenyamanan, dan rasa kesenangan lain yang mempengaruhi rasa kepuasan pengunjung.

Nilai partisipasi (Participatory-value): untuk menunjukkan intensitas peluang keikutsertaan pengunjung dalam suatu atraksi budaya dengan tanpa mengurangi nilai intrinsik dari atraksi itu sendiri. Parameter yang digunakan bagi kriteria ini adalah terbuka untuk diikuti oleh siapa saja tanpa ada pembedaan yang berasal dari status sosial dan gender.

3. Untuk menilai sumberdaya wisata berbasis alam (natural based resources), kriteria yang dipakai adalah:

Ketersediaan ruang terbuka yang alami (Value of natural open-space availability for activity): yaitu potensi aspek spatial dari lokasi objek untuk menampung terjadinya kegiatan rekreasi sesuai daya tarik objek tersebut dengan tanpa terlalu mengubah bentang alam alami atau menimbulkan ecological and social hazard pada lokasi tersebut. Parameter yang digunakan dalam mengukur kriteria ini adalah kesatuan ruang yang secara alami tersedia untuk berkegiatan wisata dengan minimal mampu untuk menampung 10 orang pada waktu yang bersamaan.

Nilai atraksi (Value of attractiveness): yaitu potensi objek untuk menarik pengunjung melakukan kegiatan wisata di lokasi tersebut sesuai dengan daya tarik objek yang ada. Parameter yang digunakan untuk menerapkan kriteria ini adalah variasi daya tarik yang menimbulkan kegiatan yang berbeda-beda.

Nilai Keunikan (Uniqueness-value): yaitu untuk menunjukkan potensi objek atas keunikan gejala alam (nature-phenomena) yang ada di lokasi tersebut. Selain relatifitas keunikan, maka parameter lain yang digunakan untuk menerapkan kriteria ini adalah extremely-visual, extremely-nature-phenomena, extreme-material dan extremely- process.

Tingkat ketersediaan atraksi (Attraction-seasonality): untuk menentukan tingkat ketersediaan atraksi sebagai konsumsi pariwisata. Parameter yang digunakan adalah intensitas aspek waktu atas ketersediaan atraksi untuk dinikmati.

Nilai Kelangkaan (Scarcity-value) : untuk menunjukkan kelangkaan objek. Parameter yang digunakan adalah tinggi atau rendahnya peluang proses pembaruan (renewable-intensity) jika terjadi kerusakan atas objek, dan relatifitas tingkat keberadaan objek secara lokal, regional ataupun nasional, dan faktor endemik.

Untuk keperluan analisis, maka pada kriteria di atas digunakan Skala-Likert dengan nominal 1 sampai 7; berturut-turut adalah untuk menetapkan nilai sangat rendah, rendah, agak rendah, sedang, agak tinggi, tinggi dan sangat tinggi. Nilai ditetapkan dengan cara menghitung rataan penilaian 3 pengamat (observer) yang masing-masing mengajukan satu nilai. Dalam penentuan nilai telah terjadi kesepakatan diantara 3 observer bahwa nilai tertinggi (7) hanya diberikan untuk sesuatu yang berarti secara nasional atau internasional.B. Analisis Permintaan (Demand)

1. Proyeksi Jumlah Wisatawan Mancanegara

Proyeksi jumlah kedatangan wisatawan mancanegara ke Kabupaten Bandung merupakan angka yang sifatnya indikatif dan sebagai salah satu input bagi penetapan strategi dan perumusan program pengembangan pariwisata. Perhitungan proyeksi jumlah wisatawan mancanegara yang akan datang ke Kabupaten Bandung dilakukan untuk jangka waktu 10 tahun ke depan.Teknik analisis yang digunakan di dalam menghitung proyeksi jumlah wisatawan mancanegara adalah teknik analisis eksponensial. Pertimbangan menggunakan teknik analisis tersebut adalah keberadaan faktor laju pertumbuhan jumlah pengunjung yang setiap tahun berubah dan tidak linier. Proyeksi jumlah wisatawan mancanegara yang akan berkunjung ke Kabupaten Bandung hanya ditinjau dari sisi jumlah saja dan tidak mencakup jumlah proyeksi berdasarkan negara asal atau atribut lainnya. Hal ini dilakukan karena untuk memproyeksikan jumlah wisatawan berdasarkan atribut-atribut tersebut, faktor ketidakpastiannya sangat besar. Formulasi dasar dari teknik eksponensial ini adalah persamaan Nt=No.ert, dengan Nt adalah jumlah yang akan dicari pada tahun ke-t, No adalah jumlah awal, r adalah pertumbuhan pada tahun ke-t, dan t adalah tahun. Kemudian untuk lebih menyederhanakan perhitungan, maka formulasi tersebut dimodifikasi lagi menjadi Ln Nt=Ln No + rt. Dengan asumsi bahwa Ln Nt merupakan nilai proyeksi yang akan dicari, Ln No merupakan nilai awal yang akan diproyeksikan, r adalah rerata pertumbuhan yang didapat dari (Ln Nt Ln No)/t, dan t adalah variabel waktu. Dengan demikian persamaan yang ada dapat disederhanakan menjadi Y = aX+b, dimana Y adalah identik dengan Ln Nt, a merupakan konstanta dalam hal ini adalah nilai pertumbuhan atau r, X merupakan tahun proyeksi (t), dan b merupakan konstanta (Ln No). Kemudian di dalam menghitung nilai rata-rata laju pertumbuhan jumlah wisatawan, dicari dengan persamaan:

Dimana;r =nilai rata-rata pertumbuhan,

r1=laju pertumbuhan tahun ke-1,

rn =laju pertumbuhan pada tahun ke-n.2. Proyeksi Jumlah Wisatawan DomestikPerhitungan proyeksi jumlah wisatawan domestik yang akan datang ke Kabupaten Bandung pada dasarnya sama dengan proyeksi jumlah wisatawan mancanegara yaitu dengan teknik analisis regresi non linear. Data yang digunakan sebagai dasar perhitungan proyeksi jumlah wisatawan domestik adalah data yang dikeluarkan oleh Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bandung. Perhitungan proyeksi jumlah wisatawan domestic yang akan datang ke Kabupaten Bandung dilakukan untuk jangka waktu 10 tahun ke depan. 3. Karakteristik Wisatawan

Analisis karakteristik wisatawan didekati dengan melakukan kajian ataupun review terhadap informasi dan data yang ada yang relevan dengan karakteristik wisatawan mancanegara dan domestik pada umumnya. Analisis yang akan digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan mempertimbangkan berbagai faktor lainnya yang relevan. Karakteristik yang akan ditinjau adalah motivasi, preferensi, usia, pendapatan, cara mencapai tujuan, dan faktor lainnya.C. Analisis Sarana dan Prasarana Transportasi (Aksesibilitas)

Analisis ini dilakukan dengan memperhatikan kondisi eksisting sarana dan prasarana transportasi yang ada serta kondisi geografis kawasan perencanaan, sehingga dapat direkomendasikan upaya-upaya penyediaan, perbaikan dan peningkatan kondisi sarana dan prasarana transportasi untuk mendukung pergerakan wisatawan dari dan menuju ke kawasan perencanaan serta mendukung pergerakan wisatawan di dalam Wilayah Pengembangan Ciwidey menjadi prioritas utama. Selain itu pada analisis ini akan dikaji pula kemudahan aksesibilitas menuju kawasan atau sumberdaya wisata yang ada ini dengan menggunakan indeks kemudahan pencapaian. Penggunaan indeks kemudahan pencapaian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa di dalam menentukan indeks tersebut variabel yang dianalisis sudah mencakup hampir semua elemen sarana dan prasarana transportasi yaitu untuk transpotasi darat melihat jenis perkerasan jalan, kondisi jalan, jarak, hierarki jalan serta intensitas angkutan umum yang melewati jalan tersebut. Output dari penilaian ini adalah daftar indeks kemudahan pencapaian ke kawasan perencanaan.

Khusus untuk transportasi darat pengkajian tingkat kemudahan pencapaian kawasan atau sumberdaya wisata yang ada dilakukan dengan menggunakan rumus tingkat aksesibilitas suatu jalur hubungan disesuaikan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kemudahan pencapaian kawasan atau sumberdaya wisata yang ada. Pengukuran tingkat kemudahan pencapaian kawasan atau sumberdaya wisata yang ada dihitung dengan menggunakan indeks kemudahan pencapaian dengan rumus sebagai berikut (Hassan, 1981 ; 142):

Dengan

I:Tingkat kemudahan pencapaian obyek wisata yang ada di Kecamatan Rancabali

P: Kondisi fisik prasarana transportasi darat yang meliputi penilaian terhadap kondisi fisik dan profil melintang badan jalan

S: Kondisi pelayanan sarana transportasi yang meliputi penilaian terhadap keamanan dan kenyamanan, frekuensi lalu lintas dan mobilitas rute pergerakan atau pilihan jenis sarana transportasi

F: Status prasarana jalan yang menghubungkan lokasi pusat pelayanan di kawasan dengan pusat distribusi wisatawan

D: Jarak tempuh jalur lintasan

Penilaian yang digunakan di sini dilakukan melalui pemberian nilai terhadap kondisi yang dimiliki oleh setiap faktor pada jalur lintasan menuju kawasan. Nilai yang diberikan adalah sebagai berikut:

Kondisi Fisik prasarana transportasi setiap jalur lintasan (P)

Nilai 5: Bagi lintasan yang mempunyai hubungan jaringan transport darat dengan kondisi jaringan jalan yang baik, beraspal sehingga kendaraan dapat berjalan lancar dan nyaman

Nilai 3: Bagi lintasan yang mempunyai hubungan jaringan transportasi darat dengan kondisi kurang baik, tetapi memiliki perkerasan aspal. Kondisi yang ada tersebut bisa mengurangi kelancaran lalu lintas dan kenyamanan pemakai jalan.

Nilai 1: Bagi lintasan yang mempunyai prasarana jalan setapak sebagai jaringan penghubung

Nilai 2 dan 4 diberikan sebagai nilai penengah antara dua pertimbangan yang berdekatan Kondisi sarana angkutan umum yang melalui jalur lintasan (S)

Nilai 5: Kondisi pelayanan baik dengan frekuensi pemberangkatan tinggi dan teratur, tersedia sarana lebih dari satu macam

Nilai 3: Kondisi pelayanan kurang baik dengan frekuensi pemberangkatan rendah atau hanya pada waktu tertentu saja dengan hanya satu jenis sarana

Nilai 1: Belum tersedia sarana perangkutan umum untuk melayani jalur lintasan ini

Nilai 2 dan 4 diberikan sebagai nilai penengah antara dua pertimbangan yang berdekatan Fungsi prasarana hubungan yang ada (F)

Nilai 5: Prasarana perhubungan yang ada merupakan jaringan yang mempunyai status sebagai jalan nasional yang merupakan jalan penghubung antar propinsi

Nilai 3:Prasarana perhubungan merupakan jaringan yang mempunyai status sebagai jalan kabupaten yang menghubungkan antar kecamatan di dalam kabupaten tersebut

Nilai 1: Prasarana perhubungan merupakan jaringan yang mempunyai status sebagai jalan desa yang menghubungkan tempat dalam satu desa yang biasanya masih berupa jalan tanah atau jalan setapak

Nilai 2 dan 4 diberikan sebagai nilai penengah antara dua pertimbangan yang berdekatanD. Analisis Amenitas Menganalisis ketersediaan sarana dan prasarana penunjang pariwisata dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Selain itu dalam konteks spatial, untuk menganalisis sebaran sarana dan prasarana yang ada digunakan metode deskriptif kualitatif. Dengan metode ini dapat diketahui pola pelayanan secara spatial dari sarana dan prasarana akomodasi yang ada saat ini. Metode analisis yang dipergunakan adalah metode mean center analysis (Smith, 1989) dengan bantuan software ArcInfo dan ArcView untuk memperoleh gambaran mengenai kondisi, kelengkapan, sebaran serta wilayah pelayanan dari amenitas dan fasilitas wisata yang ada.E. Analisis Sosial Budaya

Analisis sosial budaya merupakan bagian yang sangat penting dalam proses pengembangan kepariwisataan secara umum. Analisis ini merupakan bagian yang dilakukan untuk memperoleh gambaran karakteristik sosial budaya masyarakat beserta hasil-hasilnya pada wilayah yang terkait baik secara amatan maupun secara perencanaan.

Pada dasarnya, analisis sosial budaya ditujukan untuk mengidentifikasi: (1) pola dan nilai yang berlaku di lingkungan masyarakat untuk memahami resiko-resiko yang mungkin dimunculkan dari aktifitas pariwisata; (2) kekayaan dan keragaman budaya yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan pariwisata; dan (3) keseimbangan dan keselarasan antara pengembangan pariwisata dengan pelestarian budaya. Metode yang dipergunakan untuk mengetahui kondisi masyarakat dalam konteks pengembangan pariwisata adalah modifikasi dari metode etnografi (Spradley, 1995) dengan teknik wawancara tidak terstruktur dengan informan terpilih.F. Analisis SDM dan Kelembagaan

Sebagaimana diuraikan sebelumnya, kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat multi dimensi, dimana berkaitan dengan pengembangan berbagai sektor secara terpadu. Oleh karena itu, perlu diidentifikasi, seberapa besar daya dukung SDM dalam menunjang masing-masing lini yang diperlukan dalam pengembangan pariwisata secara keseluruhan. Sumber daya manusia dalam hal ini terfokus pada seluruh stakeholders pariwisata yang meliputi: pemerintah daerah, pelaku usaha pariwisata, dan masyarakat. Profil kualitas sumberdaya manusia yang terlibat dalam kepariwisataan di Kabupaten Bandung didekati dari jumlah dan kualitas tenaga kerja yang bekerja di sektor jasa (hotel) serta jumlah dan kualitas personil pemerintah (Pegawai Dinas yang terkait dengan bidang Kepariwisataan).G. Analisis Promosi dan Pemasaran

Analisis promosi dan pemasaran pariwisata dilakukan dengan tujuan untuk melihat sampai sejauhmana upaya promosi dan pemasaran telah dilakukan oleh elemen-elemen yang terlibat dalam kegiatan kepariwisataan di Kabupaten Bandung. Elemen yang dimaksud di sini adalah Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata, sebagai lembaga pemerintah yang mengkoordinasikan kegiatan promosi dan pemasaran, Biro-biro Perjalanan Wisata, PHRI, Organisasi Pemandu Wisata Lokal, ASITA dan lain-lain. Pendekatan dilakukan dengan mempertimbangkan penggunaan biaya untuk promosi, tingkat sinergisitas antar elemen yang terlibat dalam kepariwisataan, dan usaha yang telah dilakukan untuk mempromosikan pariwisata.

Berdasarkan hasil dari kedua analisis di atas kemudian akan dilakukan analisis SWOT dengan hasil akhir berupa matrik potensi, kendala, peluang, dan tantangan dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Bandung, khususnya di kawasan perencanaan. 4.3.3 Model Analisis yang DigunakanModel analisis dan pendekatan teknis yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah: (1) analisis SWOT, (2) Benefit Cost Analisis (3) analisis Kebutuhan Ruang dan Kebutuhan Utilitas A. SWOT

Metode SWOT (Strength, Weak, Opportunity, and Threatness) yaitu suatu metode untuk mengetahui potensi dan kendala yang dimiliki suatu wilayah, sehubungan dengan kegiatan pengembangan wilayah yang akan dilakukan di masa datang. Analisis ini meliputi tinjauan terhadap:

1. Kekuatan (strength) yang dimiliki kawasan perencanaan, yang dapat memacu dan mendukung perkembangan wilayah, misalnya kebijaksanaan-kebijaksanaan pengembangan yang dimiliki, aspek lokasi yang strategis, dan ruang yang masih tersedia;2. Kelemahan (weak) yang ada yang dapat menghambat pengembangan wilayah, baik hambatan dan kendala fisik kota maupun non fisik, misalnya kemampuan sumber daya manusia, aspek lokasi, keterbatasan sumber daya alam pendukung, keterbatasan/ketidakteraturan ruang kegiatan, atau pendanaan pembangunan yang terbatas;3. Peluang (opportunity) yang dimiliki untuk melakukan pengembangan wilayah, berupa sektor-sektor dan kawasan strategis;

4. Ancaman (threatness) yang dihadapi, misalnya kompetisi tidak sehat dalam penanaman investasi, pembangunan suatu kegiatan baru atau pertumbuhan dinamis di sekitar kawasan Perencanaan yang dapat mematikan kelangsungan kegiatan strategis wilayah yang telah ada.Tabel IV.1

Matrik Analisis SWOTStrengths S

1

2

3Weakness-W

1

2

3

Opportunities O

1

2

3SO Strategies

WO Strategies

Threats T

1

2

3ST Strategies

WT Strategies

< minimalkan weakness dan hindari threats>

Dalam perkembangan lebih lanjut strategi yang dihasilkan dalam analisis SWOT dipadukan dengan strategi yang dikembangkan oleh Osborn dan Plastrik (1997 : 75). Ada lima strategi dasar yang diungkapkan oleh Osborne dan Plastrik, yang masing-masing strategi mencakup beberapa pendekatan dan alat untuk metodenya yang dikategorikan sebagai pendongkrak utama perubahan yang disebut sebagai Lima Strategi (5 Cs). Keterkaitan antara Analisis SWOT dengan strategi 5 C dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar IV.2Keterkaitan antara Analisis SWOT dengan strategi 5 C

Dari gambar tersebut di atas dapat dilihat bahwa strategi 5 C erat kaitannya dengan analisis SWOT, karena strategi 5 C diperoleh setelah analisis SWOT yang diperoleh dari hasil tabulasi silang terhadap faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang berpengaruh terhadap program dan kebijakan pembangunan/pengembangan wilayah.

1. Strategi Inti (Core Strategy)Strategi inti menjadikan tujuan penataan ruang sebagai lever atau tuas pengungkit. Pendekatan yang dapat digunakan pada strategi inti adalah kejelasan maksud/tujuan, kejelasan peran dan kejelasan arah. Strategi ini berhubungan dengan fungsi utama pihak otoritas pembangunan yaitu fungsi mengarahkan (steering) fokus pembangunan ke arah yang diinginkan.

2. Strategi konsekuensi (Consequence strategy)

Strategi konsekuensi mempunyai beberapa pendekatan yaitu, pengelolaan kompetisi, manajemen organisasi/kelembagaan dan manajemen kinerja

3. Strategi pelanggan (customer strategy)Dalam strategi ini kepuasan pengguna (dalam arti para investor maupun masyarakat luas) manjadi hal utama yang harus dicapai.

4. Strategi pengendalian (control strategy)

Dalam strategi ini, sistem kendali ditekankan pada pendelegasian wewenang yang jelas dan terarah atas semua stakeholder yang terlibat dalam pengambilan keputusan pembangunan. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan pemberdayaan organisasi/institusi, pemberdayaan pekerja dan pemberdayaan masyarakat/ komunitas.

5. Strategi Budaya (culture strategy)

Stategi ini menekankan perubahan budaya dari stakeholder pembangunan.

Kelima strategi tersebut mensyaratkan pihak-pihak (stakeholder) yang berkepentingan untuk melepas hal-hal yang mereka sukai. Pembaharuan tidak sekedar menuntut pengetahuan dan teknik, namun pembaharuan membutuhkan keberanian (Osborne, David & Peter Plastrik ; 1997 : 75).

B. Benefit Cost AnalisisBenefit Cost Analisis adalah analisis untuk kelayakan finansial dan ekonomi pengembangan usaha pariwisata

Analisis kelayakan ekonomi dalam pendekatan studi ini menitikberatkan kepada pendekatan individu, maksudnya adalah analisis yang melihat suatu hasil kegiatan proyek dilihat dari segi individu dalam hal ini bisa perorangan, perseroan, CV ataupun kelompok usaha lainnya yang berhubungan langsung dengan proyek. Hasilnya disebut Private Return, maksudnya adalah hasil untuk modal saham dan yang ditanam pada proyek. Proyek-proyek yang dilakukan swasta pada umumnya cukup hanya dianalisis secara Analisis Finansial saja.

Analisis ekonomis menitikberatkan pada pendekatan Negara. Maksudnya adalah melihat kegiatan proyek dari segi perekonomian secara keseluruhan/makro. Hasil analisis ekonomis adalah hasil total atau produktivitas suatu proyek untuk masyarakat, hasil ini dinamakan The Economic Return. Bagi pemerintah, yang penting adalah mengarahkan sumberdaya-sumberdaya yang langka kepada proyek-proyek yang dapat memberikan Social Return atau The Economic Returns yang paling tinggi. Proyek-proyek pemerintah pada umumnya, selain dianalisis secara analisis finansial juga harus dianalisis secara analisis ekonomis.Dalam rangka mencari suatu ukuran yang menyeluruh sebagai dasar penerimaan/penolakan atau pengurutan suatu proyek, dapat digunakan beberapa cara yang dinamakan Investment Criteria atau Kriteria Investasi.

Dengan perkataan lain, kriteria investasi merupakan alat ukur yang menentukan apakah suatu proyek layak untuk dilaksanakan atau tidak layak untuk dilaksanakan. Kriteria investasi yang sering digunakan dalam menilai kelayakan proyek hanya tiga, yaitu: Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Internal Rate of Return (IRR).

1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) dari suatu proyek merupakan nilai sekarang (Present Value) dari selisih antara Benefit (manfaat) dengan Cost (biaya) pada Discount Rate tertentu. Net Present Value (NPV) menunjukkan kelebihan Benefit (manfaat) dibandingkan dengan Cost (biaya).

Jika present value benefit lebih besar dari pada present value biaya, berarti proyek tersebut layak atau menguntungkan. Dengan perkataan lain, apabila NPV > 0 berarti proyek tersebut menguntungkan. Sebaliknya jika NPV < 0 berarti proyek tersebut tidak layak untuk diusahakan.

Cara perhitungan NPV adalah sebagai berikut :

Keterangan :

Bt= benefit pada tahun ke-t

Ct= cost pada tahun ke-t

DF= Discount Factor

n= lamanya periode waktu2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dengan jumlah NPV negatif. Net B/C ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat benefit akan diperoleh dari cost yang dikeluarkan.

Jika diperoleh Net B/C lebih besar dari satu, misalkan sebesar x, dengan perkataan lain benefit yang diperoleh itu x kali lipat dari cost yang dikeluarkan, maka proyek itu layak untuk diusahakan.

Cara perhitungan Net B/C adalah sebagai berikut:

3. Internal Rate of Return (IRR)

Analisis yang akan digunakan ada dua yaitu analisis finansial dan analisis ekonomis, maka Internal Rate of Return-nya juga ada dua. Apabila yang digunakan Analisis Finansial maka perhitungan IRR-nya disebut Financial Internal Rate of Return (FIRR). Sedangkan apabila yang digunakan Analisis Ekonomi maka perhitungan IRR-nya disebut dengan Economic Internal Rate of Return (EIRR).

IRR adalah suatu kriteria investasi untuk mengetahui presentase keuntungan dari suatu proyek tiap-tiap tahun dan IRR juga merupakan alat ukur kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman.

IRR itu pada dasarnya menunjukkan Discount Factor (DF) dimana NPV = 0. Dengan demikian, untuk mencari IRR, kita harus menaikkan Discount Factor (DF) sehingga tercapai NPV = 0.C. Analisis Kebutuhan Ruang dan Kebutuhan Utilitas

Dalam analisis kebutuhan ruang untuk pengembangan fasilitas maupun utilitas dari kegiatan ini dilakukan dengan pendekatan beberapa referensi standard-standar pengembangan untuk pariwisata naik yang dikeluarkan oleh pihak instansi terkait maupun oleh referensi yang dilakukan oleh beberapa daerah maupun negara lain yang telah mengembangkan kegiatan yang sama.Tabel IV.2Tahapan Pekerjaan, Model Analisis yang Digunakan dan Ouput yang DiharapkanNoTahapan PekerjaanMetode/ Pendekatan TeknisOutput yg Diharapkan

1Identifikasi awal potensi dan kendalaSurvey instansionalGambaran umum berkaitan bidang pariwisata, (lokasi pariwisata, kelengkapan sarana, pengunjung, daya tarik wisata tersebut)

2Identifikasi lanjutan potensi dan kendalaSurvey primer (sasaran adalah pengunjung/ kelompok masyarakat di Wil. Kecamatan Rancabali)Penilaian, preferensi/ ekspektasi dan masukan dari masyarakat mengenai tempat wisata yang ada

5Pemetaan peluang dan kendalaMatriks SWOTPeta kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki WIl. Kecamatan Rancabali terkait bidang pariwisata

6Analisis kelayakan Benefit Cost AnalisisHasil akhir kelayakan financial dan ekonomi pengembangan usaha pariwisata

7Analisis Kebutuhan Analisis Kebutuhan Ruang dan UtilitasHasil akhir yaitu kebutuhan ruang dan utilitas

8Analisis komprehensifMenggunakan gabungan berbagai metode analisis dan pendekatan yang sesuai dan tepat menurut kebutuhan Memperoleh rumusan atau suatu simpulan dari berbagai data informasi yang telah ada

Memperoleh rumusan konsep awal pelaksanaan Pembangunan Resort Hotel di Kawasan Perencanaan Memperoleh rumusan saran rekomendasi teknis maupun non teknis dalam pelaksanaan Pembangunan Resort Hotel

4.3.4 Tahap Kesimpulan dan RekomendasiTahap ini merupakan tahap akhir dari studi yang dilaksanakan. Diharapkan rekomendasi yang dihasilkan dapat digunakan/dimanfaatkan pada Pengembangan Pengembangan Resort Hotel di Desa Alam Endah Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung.IV

METODOLOGI PENELITIAN

B A B

EMBED Visio.Drawing.11

Feasibility Study Pengembangan Resort Hotel

Pengembangan Resort Hotel

r = (r1*r2*r3*..rn)1/n

EMBED Equation.3

IV-1PAGE IV-21

_1143537265.unknown

_1496343587.vsdTeam Title

Company Name

Company NameDepartment Name

Deliniasi Kawasan

Analisis Kebutuhan Fasilitas Dan Utilitas

Analisis Demand/ Potensi Wisatawan

Analisis Kawasan Pengembangan

Strategi dan Kebijakan Pengembangan

Benefit Cost Analisis

Rekomendasi Terhadap Lahan-lahan Strategis Pengembangan Kawasan Wisata Cipondoh

Consideran :- Kebijakan RTRW- Kebijakan RPJMD

Feasibility Study Kawasan Wisata Situ Cipondoh

_1278952705.unknown

_1143536606.unknown