Upload
trancong
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
45
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB III
PERAN DAN HASIL PENDIDIKAN KEPEMIMPINAN SANTRIWATI
DI PONDOK PESANTREN PUTRI AL LATHIFIYYAH 1
A. Deskripsi Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Pondok Pesantren
Pondok pesantren putri Al Lathifiyyah 1 merupakan pondok
pesantren yang pertama kali berdiri di lingkungan pondok pesantren
Bahrul „Ulum Tambakberas Jombang. Keberadaanya terjadi pada awal
abad ke- 20, yakni sekitar tahun 1920 an. Pondok pesantren ini didirikan
oleh nyai Lathifah. Beliau merupakan ibu kandung dari kyai Wahab
Hasbullah, yakni pendiri pondok pesantren Tambakberas Jombang dan
seorang „Ulama pendiri organisasi Nahdlatul „Ulama.
Pada waktu bu nyai Lathifah membantu Kyai Wahab dalam
menangani pondok pesantren Tambakberas, masyarakat putri sekitar desa
Tambakberas yang berjumlah 15 orang ikut belajar kepada bu nyai
Lathifah. Maka dibimbingnya masyarakat putri tersebut di rumah beliau.
Sampai pada akhirnya kyai Wahab Hasbullah mempunyai inisiatif untuk
membangun surau putri yang dijadikan belajar dan tempat tinggal santri.
Dari sini lah masyarakat menyebut mereka sebagai santri putri
Tambakberas.
46
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Pada tahun 1942 ibu nyai Lathifah Wafat, setelah itu kiprahnya
digantikan oleh bu nyai Wahab yakni istri dari KH Wahab Hasbullah.
Beliau membangun beberapa kamar di rumahnya. Tidak lama kemudian
surau tersebut digantikan dengan pondok pesantren putri Al Lathifiyyah.
Nama Al Lathifiyyah sendiri diambil dari nama ibu KH Wahab Hasbullah
yakni ibu Nyai Lathifah. Lathifiyyah sendiri berasal dari bahasa arab “
lathif” yang aslinya halus, lembut. Ini identik dengan sifat perempuan.
Dalam perjalanan sejarahnya, Pondok pesantren putri Al
Lathifiyyah 1 yang bertugas menyelenggarakan pendidikan agama bagi
masyarakat terus mendapatkan perhatian dari masyarakat. Sehingga upaya
pengelolaan pun mengalami peningkatan di bawah asuhan Kyai Wahab
dan istrinya ykni pada permulaan dekade 1970. Pada tahun 1971 kyai
Wahab wafat, setelah meninggalnya kyai Wahab tugas pengasuh dan
pendidikan terus dilaksanakan oleh nyai Wahab dengan dibantu beberapa
putra putri dan menantu beliau, yaitu ibu nyai Munjidah Wahab, bu Nyai
Machfudhoh dan KH Asy‟ari ( suami bu Nyai Munjidah).
Pada masa para santriwati mulai diberikan pendidikan
kepemimpinan dan keorganisasian baik secara teoritis maupun praktis.
Seiring dengan itu, pembangunan fisik pondok juga terus dilakukan. Pada
awalnya santri bertempat tinggal santri di rumah kyai Wahab, namun pada
tahun 1970 ini, dibangun gedung sendiri untuk tempat tinggal dan belajar
santri.
47
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Pada tahun 1980, pendidikan di pondok pesantren terus
dikembangan. Upaya pemberian keterampilan keorganisasian dan
kemasyarakatan bagi santri mulai diterapkan. Hal ini dibuktikan dengan
adanya penekanan pada pembelajaran kitab yang kemudian diaplikasikan
dengan bentuk dakwah dalam masyarakat.
Pada tahun 1990 program kemasyarakatan melalui pendidikan
keorganisasian dan demokratisasi, mulai meningkat lagi dengan adanya
konferensi periodik ( FRENDIK) untuk memilih ketua pondok. Sejak
tahun 1993 FRENDIK resmi menjadi forum tertinggi di tingkat
kepengurusan guna merumuskan seluruh kebijakan pokok serta arahnya
melalui garis-garis besar program kegiatan ( GBHPK) yang dilanjut
dengan pemilihan ketua umum pengurus harian.
Pada tahun 1994 bu nyai Wahab wafat, maka estafet kepengurusan
diserahkan kepada bu nyai Machfudhoh Aly Ubaid dengan di damping
putra- putri nyai Wahab dan menantunya. Utamanya Nyai Hj Nisful Laila
Roqib dan KH Agus Roqib dalam upaya peningkatan pembelajaran dan
pengembangan program keorganisasian dan kepemimpinan dalam
masyarakat. Hal ini berlangsung sampai pada saat ini.1
2. Letak Geografis Pondok Pesantren
Pondok pesantren putri Al Lathifiyyah 1 Bahrul „Ulum
Tambakberas Jombang terletak di Dusun Tambakberas, Desa Tambakrejo,
1 Profil Pondok Pesantren Putri Al Lathifiyyah 1 tahun 2015
48
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur, tepatnya
± 3 Km sebelah utara kota Jombang. Pondok pesantren ini di bawah
naungan yayasan pondok pesantren Bahrul „Ulum yang luasnya sekitar 10
Ha dengan sosio kultural agraris.
3. Rekapitulasi Santri Pondok Pesantren
Pondok pesantren putri Al Lathifiyyah 1 merupakan pondok
pesantren yang mayoritas semua santrinya adalah perempuan. Mereka
adalah para pelajar dan mahasiswa mulai dari tingkatan Madrasah
Tsanawiyah ( MTs), Madrasah Aliyah ( MA) dan perguruan tinggi ( PT).
Jumlah santrinya terlihat dari tabel berikut.
Tabel 3.1
Jumlah santri pondok pesantren putri Al Lathifiyyah 1 berdasarkan jenjang
pendidikan2
T
a
Tabel di atas menunujukkan bahwa jumlah santriwati pondok
pesantren putri Al Lathifiyyah 1 cukup banyak yakni 436 santri. Mereka
datang dari berbagai daerah di Indonesia. Adapun jumlah terbanyak
terdapat pada santri jenjang Madrasah Aliyah ( MA) yaitu sebanyak 256
santri, kemudian dilanjutkan dengan santri jenjang Madrasah Tsanawiyyah
2 Diambil dari Profil Pondok Pesantren Putri Al Lathifiyyah 1 2015
NO JENJANG PENDIDIKAN JUMLAH SANTRI
1 MTs 191
2 MA 256
3 PerguruanTinggi 16
Jumlah 463
49
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
(MTs) sebanyak 191 santri dan santri jenjang perguruan tinggi ( PT)
dengan 16 santri. Pada tingkat perguruan tinggi jumlah santri memang
masih sedikit, hal ini dikarenakan santri yang telah lulus dari jenjang
Madrasah Aliyah banyak yang melanjutkan ke perguruan tinggi di luar
pondok pesantren.
B. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Latar Belakang Pendidikan Kepemimpinan Santriwati
Pondok pesantren putri Al Lathifiyyah 1 merupakan pondok
pesantren yang dikenal dengan pondok organisasi dan banyak mencetak
para pemimpin.3 Hal yang melatar belakangi pendidikan kepemimpinan
adalah dari pendiri pondok pesantren tersebut. Pondok pesantren ini di
dirikan pada tahun 1980 oleh KH Abdul Wahab Hasbullah dan istrinya
Nyai Hj. Rohmah.
KH Abdul Wahab Hasbullah lahir dari pasangan Kiai Hasbullah
dan Nyai Lathifah, pada Maret 1888 di Tambakberas, Jombang, Jawa
Timur.4 Beliau merupakan pendiri organisasi Nahdlatul „Ulama pada tahun
1926 bersama KH Hasyim Asy‟ari, KH Bisri Syamsuri, KH Ridwan, KH
Asnawi, KH Nawawi dan ulama lainya sebagai wadah persatuan para
„ulama dalam tugasnya memimpin ummat serta bertujuan untuk
menegakkan syariat Islam yang berhaluan pada empat madzhab yaitu
3 Wawancara peneliti dengan Sabrina ( Ketua Pondok ) pada tanggal 25 November 2015 pukul
16: 30 4 http:/id.wikepedia.org./wiki/Abdul Wahab Hasbullah. Diakses pada tanggal 15 Mei 2016
50
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Hambali, Maliki, Syafi‟i dan Hanafi.5Selain itu, beliau juga aktif di
pemerintahan sebagai anggota DPA ( Dewan Pertimbangan Agung) pasca
proklamasi kemerdekaan RI. Sedangkan ibu Nyai Wahab atau bu Nyai Hj
Rohmah adalah aktivis di organisasi Muslimat NU Kabupaten Jombang,
saat itu beliau menjabat sebagai ketua. Semasa hidupnya, mereka
mengabdikan diri untuk organisasi keagamaan dan mengabdikan dirinya
untuk ummat serta negara. Kegiatan sosial kemasyarakatan ini membuat
interaksi antara sesama menjadi pengalaman yang berharga dan bisa
diajarkan pada santrinya.
Pada masa kepengasuhan bu Nyai Hj Rohmah, perempuan di
sekitar pondok pesantren Tambakberas hanya menjadi seorang ibu rumah
tangga. Kegiatan mereka sehari- hari hanya memasak, merawat anak dan
suami saja tanpa ada kegiatan yang lain. Beliau sangat miris melihat
kondisi perempuan di lingkungan tersebut. Dalam pandanganya,
Perempuan seharusnya memiliki keahlian lain yang dapat membantu
kebutuhan rumah tangga. Bahkan perempuan juga bisa bermanfaat untuk
masyarakat sekitarnya.6
Melihat kondisi tersebut, Bu Nyai Rohmah mulai melakukan
pembaharuan dalam sistem pendidikan di pondok pesantren Al Lathifiyyah
1. Ini dilakukan guna menyiapkan santri pada masa yang akan datang.
Beliau mempunyai cita–cita pada masa yang akan datang para santrinya
dapat menjadi seorang pemimpin dan berguna untuk masyarakat. Belajar
5 Ma‟sum (ed) , KH Abdul Wahab Hasbullah, hal. 75
6 Wawancara dengan Bu Nyai Machfudhoh pada tanggal 16 Desember 2015 pada pukul 09:30
51
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
kepemimpinan dan keorganisasian juga sangat berguna untuk membuat
sikap santri menjadi lebih dewasa. Santri akan cenderung mandiri dan
terlihat berbeda dari pada santri yang hanya mahir dalam pelajaran sekolah
saja. Mereka memilki keahlian yang lebih dari pada santri yang lain.
Untuk mewujudkan cita–cita Bu Nyai Rohmah tersebut pada tahun
1980 sistem pendidikan pondok pesantren mulai diperbaiki dari segi
keorganisasian dan pengabdian masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan
penerapan dakwah di masyarakat untuk mengabdikan ilmu yang diperoleh
di pesantren. Mereka mengabdikan dirinya di masyarakat sebagai guru.
Selain itu, mereka juga mempelajari kitab- kitab untuk diaplikasikan
dalam kegiatan musyawarah atau bahtsul kitab. Kegiatan yang lain adalah
kajian ke- Aswaja an sebagai forum diskusi tentang masalah – masalah
umum aktual terutama kajian tentang kewanitaan.
Untuk mengetahui latar belakang pendidikan kepemimpinan santri
di pondok pesantren putri Al Lathifiyyah 1 ini peneliti menemui bu nyai
Machfudhoh Aly Ubaid, beliau adalah pengasuh pondok pesantren
tersebut. Di sela- sela kesibukanya yang akan menghadiri musyawarah
Muslimat di Surabaya dengan sabar beliau menyempatkan menjelaskan
kepada peneliti:
“Pondok pesantren putri Al Lathifiyyah 1 ini pada
awalnya di asuh oleh bu nyai Wahab bersama KH Wahab
Hasbullah. Beliau berdua sama- sama aktif di dunia
organisasi. Bu nyai wahab di Muslimat Jombang. Mbah
Wahab sebagai pendiri NU dan dewan pertimbangan
agung ( DPA). Pada masa beliau mengasuh pondok Al
Lathifiyyah 1 ini muridnya hanya diajarkan kitab kuning
52
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
saja. Setelah itu, melihat kondisi yang ada, beliau merasa
harus ada inovasi dan pembaharuan untuk pendidikan
pesantren ke depanya. Tidak hanya itu, perempuan di
sekitar rumah mbah Wahab dulu banyak yang menjadi ibu
rumah tangga. Jadi, melihat kondisi tersebut sangatlah
miris sekali. Perempuan kok hanya menggantungkan pada
suaminya. Akhirnya bu nyai Rohmah ( bu nyai Wahab)
memiliki inovasi untuk membuat pendidikan organisasi
dan kemasyarakatan. Beliau mulai mengirim santrinya
untuk mengaplikasikan ilmunya dengan cara berdakwah
di masyarakat. Selain itu, santrinya juga dibentuk forum
diskusi/ musyawarah Bahtsul Masa‟il dan ke Aswaja an
yang mengkaji tentang masalah kewanitaan.”7
Setelah itu tugas kepengasuhan pesantren diamanahkan kepada bu
Nyai Machfudhoh Aly Ubaid. Beliau merupakan anak tertua dari KH
Wahab Hasbullah dan Bu Nyai Hj. Rohmah. Pada saat kepengasuhan bu
Nyai Machfudhoh pendidikan kepemimpinan dan keorganisasian menjadi
lebih maju lagi. Beliau mulai membuat inovasi baru dengan menambahkan
pelatihan kepemimpinan, pelatihan bina kader da‟iyah, pelatihan
persidangan dan forum diskusi Aswaja. Program pendidikan
kepemimpinan tersebut dibuat dengan tujuan agar santri memiliki skill
yang berbeda dengan santri yang lainya.
Pelatihan kepemimpinan di pondok pesantren ini biasanya
diajarkan untuk membuat santri lebih memahami tentang bagaimana
mereka bisa menjadi pemimpin yang baik, sedangkan bina kader da‟iyah
adalah pelatihan bagi santri yang berbakat dan minat untuk menjadi
pendakwah. Selanjutnya adalah pelatihan persidangan yang diajarkan
untuk menambah skill santri dalam bidang pembuatan keputusan dan
7 Wawancara dengan Bu Nyai Machfudhoh pada tanggal 16 Desember 2015 pada pukul 09:00
53
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
laporan pertanggung jawaban. Biasanya pelatihan ini diadakan oleh
pengurus harian untuk mempersiapkan laporan pertanggung jawaban
program tahunan, sedangkan Aswaja adalah forum diskusi santri tentang
masalah- masalah fiqih dan masalah- masalah kewanitaan.
Selanjutnya untuk mengetahui latar belakang pendidikan
kepemimpinan di pondok pesantren putri Al Lahifiyyah 1 ini peneliti
menemui ibu Hj. Nisful Laila Roqib. Beliau adalah menantu dari KH
Wahab Hasbullah dan bu Nyai Hj. Rohmah beliau menjelaskan:
“Pada tahun 1942 bu nyai Wahab itu sudah meninggal
mbak, akhirnya kepengasuhan pondok pesantren dilanjut-
kan oleh mbak Fudhoh ( bu Nyai Machfudhoh). Pada saat
kepengasuhan beliau itu pendidikan di pondok pesantren
tambah berkembang. Ada pelatihan kepemimpinan, bina
kader da‟iyah, pelatihan persidangan dan forum aswaja.
Para santri diajarkan pendidikan kepemimpinan ini agar
mengetahui bagaimana santri itu menjadi seorang
pemimpin yang baik, mempelajari persidangan untuk bisa
membuat laporan pertanggung jawaban, mengembangkan
forum diskusi aswaja untuk masalah- masalah fiqih dan
membuat pelatihan da‟iyah untuk membuat santri yang
ahli di bidang dakwah bakatnya bisa tersalurkan dan santri
yang memiliki minat untuk dakwah dapat mengikuti
kegiatan tersebut untuk menambah skill.”8
Pada tahun 1987 Bu Nyai Machfudhoh resmi menjadi anggota
DPR RI dari partai persatuan pembangunan (PPP).9 Pada saat itu beliau
lebih sering di Jakarta untuk mengabdikan diri pada tugas negara yakni
sebagai wakil rakyat. Walaupun demikian, beliau tetap memantau
santrinya dalam kegiatan harian di pondok. Dalam masa beliau menjadi
8 Wawancara dengan ibu Hj. Nisful Laila Roqib, pada tanggal 16 Desember 2016 pukul 10:30
9 Sururin, Perjuangan Bu Nyai dan Politisi Perempuan ( Tangerang:CV Sarana Mahkota Mandiri,
2012), 17.
54
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DPR RI pondok pesantren sementara kepengasuhan pondok pesantren
diambil alih oleh ibu Hj. Nisful Laila Roqib dibantu dengan keponakan-
keponakan dan menantu bu nyai Wahab. Akan tetapi pada masa itu
pendidikan kepemimpinan tetap menjadi tradisi yang terus dilaksanakan
oleh santri.
Kesibukan yang padat selama menjadi anggota DPR bukan berarti
membuat bu Nyai Machfudhoh melupakan tugasnya sebagai seorang
pengasuh. Hampir setiap bulan beliau mengunjungi pondok pesantren
untuk melihat perkembangan pondok. Pada saat beliau menjabat sebagai
anggota DPR RI, banyak pengalaman yang di dapatkan, terutama dalam
bidang kepemimpinan dan keorganisasian. Di samping menjadi anggota
DPR, beliau juga menjadi pengurus Muslimat NU pusat. Dari pengalaman
beliau lah sampai saat ini pendidikan kepemimpinan di pondok pesantren
putri Al Lathifiyyah 1 ini semakin berkembang. Pendidikan kepemimpinan
yang awalnya untuk mengajarkan santri agar memiliki kemampuan lebih
dari pada yang lain saat ini bisa diaplikasikan.
Untuk mendukung pendidikan kepemimpinan tersebut para santri
yang berbakat dapat dilibatkan dalam kegiatan bu nyai Machfudhoh,
misalkan setiap ada peringatan Isro‟ Mi‟roj Muslimat ada santri yang
diajak untuk tampil berdakwah di acara tersebut.
Informasi tentang latar belakang pendidikan kepemimpinan santri
juga disampaikan oleh Ibu Hj. Mustafidah, beliau merupakan keponakan
dari Bu Nyai Machfudhoh. Beliau menjelaskan:
55
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
“Begini mbak, pada tahun 1987, bu nyai Fudhoh menjadi
DPR RI. Akan tetapi, selama menjadi anggota DPR beliau
tidak pernah melupakan tugas beliau menjadi seorang
pengasuh pondok. Selama beliau di Jakarta, pengasuh
pondok sementara digantikan oleh mbak Nisful. Meskipun
begitu, bu nyai Fudhoh tetap memantau perkembangan
santrinya. Selama menjadi anggota DPR, beliau banyak
pengalamnya. Pengalamanya yang banyak terutama pada
bidang pendidikan kepemimpinan dan keorganisasian.
Dari situ, dapat dibagikan kepada santri- santrinya untuk
menambah wawasan dan kemajuan di pondok. Para santri
juga bisa mengaplikasikan bakatnya. Kemarin itu, ada
santri yang diajak ibu tampil di acara Muslimatanya
ibuk.”10
Semangat bu nyai Machfudhoh untuk menambah pengalaman
santrinya tidak hanya dengan membawa santrinya untuk tampil di acara
peringatan Isro‟ Mi‟roj tadi. Akan tetapi, setiap beliau pulang selalu
memeberikan semangat para santrinya untuk menjadi perempuan yang
berguna untuk masyarakat. Meskipun sebagai seorang perempuan, kita
tetap memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki. Beliau sangat
berharap supaya santrinya kelak dapat meneruskan perjuanganya menjadi
wakil rakyat. Tidak hanya itu, beliau juga berharap santrinya menjadi
perempuan yang berguna untuk masyarakat dan dapat mengabdikan
dirinya untuk masyarakat. Semangat kepemimpinan tersebut juga dapat
memacu santrinya untuk meniru beliau ke depanya. Sampai saat ini
pendidikan kepemimpinan terus dilaksanakan dan dikembangkan dengan
tujuan agar santri mampu menjadi pemimpin yang baik serta memiliki skill
yang lebih untuk bekal mereka menuju masa depan.
10
Wawancara dengan Ibu Hj. Mustafidah, pada tanggal 18 Desember 2015 pukul 09:00
56
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Informasi tentang pendidikan kepemimpinan santri juga dibenar-
kan oleh Sabrina Muyassaroh, dia adalah ketua pondok pesantren putri Al
Lathifiyyah 1 menjelaskan:
“Ibu Nyai Machfudhoh itu mbak, orangnya sangat
semangat. Beliau setiap pulang selalu memberikan
wejangan kepada santrinya agar selalu semangat dan bisa
menjadi seperti beliau, menjadi anggota DPR dan berguna
untuk masyarakat. Meskipun kita ini perempuan, akan
tetapi semangat kita juga tidak boleh kalah dengan laki-
laki. Intinya kita sebagai santri harus memiliki skill yang
berbeda. Harapan beliau ke depanya agar kita itu dapat
bermanfaat untuk masyarakat. Sampai saat ini pendidikan
kepemimpinan ini tetap dilaksanakan dan dikembangkan
untuk menjadikan santri yang berkualitas di masa depan,
terutama dalam bidang kepemimpinan.11
2. Bentuk- Bentuk Pendidikan Kepemimpinan Santri wati
Pondok pesantren sebagai salah satu tempat untuk pendidikan
Islam sampai saat ini masih di akui eksistensinya dalam menempa generasi
bangsa yang berdedikasi tinggi dalam segi moral maupun mental.
Sehingga pesantren dituntut mampu mencetak generasi bangsa yang
handal dan berbasis Islam, Serta generasi yang ikhlas dan mampu
berkiprah secara ikhlas dan kemantapan dalam berjuang. Hal ini
memompa semangat yang mereka untuk senantiasa meningkatkan
kredibilitas dan memunculkan paradigma baru yang bermutu demi
terbentuknya sumber daya yang diridloi Allah SWT.
Mengingat hal itu pondok pesantren putri Al Lathifiyyah 1 Bahrul
„Ulum Tambakberas Jombang sebagai lembaga pendidikan islam perlu
11
Wawancara dengan Sabrina Muyassaroh ( ketua pondok) pada tanggal 25 November 2015
pukul 14:35.
57
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
mengupayakan keinginan tersebut. Sehingga dapat memberikan kontribusi
dalam pembangunan dengan bekal ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTAQ) dan iman dan taqwa (IMTAQ) guna terciptanya masyarakat
yang adil dan makmur di era ini.12
Melihat pemaparan di atas, maka pondok pesantren putri Al
Lathifiyyah 1 mulai memberikan respon yang positif sehingga pengasuh
membuat inovasi untuk membuat program tambahan bagi santri yakni
pendidikan kepemimpinan. Di pondok pesantren ini ada empat jenis
pendidikan kepemimpinan, yaitu:
1. Pelatihan kepemimpinan
2. Pelatihan persidangan
3. Bina Kader Da‟iyah
4. Forum diskusi Aswaja
Pendidikan kepemimpinan di atas terdapat 2 jenis yaitu pelatihan
utama dan pelatihan penunjang. Adapun pelatihan utama dalam
pendidikan kepemimpinan adalah pelatihan kepemimpinan dan pelatihan
persidangan. Sedangkan pelatihan penunjang adalah bina kader da‟iyah
dan forum diskusi aswaja.
Berikut ini adalah uraian tentang contoh – contoh pelatihan untuk
masing- masing jenis.
12
Diambil dari Buku Panduan Pendidikan Kepemimpinan Pondok Pesantren Putri Al Lathifiyyah
1 hal.2
58
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1. Pelatihan Kepemimpinan
Pelatihan kepemimpinan merupakan salah satu alternatif
kegiatan yang dapat diperlukan bagi seorang santri dalam pembinaan,
pengembangan, pengembangan mental dan pelatihan keprofesionalan
diri sebagai calon pemimpin. Untuk itu lah peserta pelatihan di latih
dan di didik agar mengetahui prinsip- prinsip kepemimpinan serta
dapat menerapkanya di masyarakat jika suatu saat menduduki jabatan
dalam suatu badan keorganisasian.13
Adapun tujuan dari pelaksanaan pelatihan kepemimpinan
seperti yang dijelaskan dalam buku panduan kegiatan pelatihan
kepemimpinan pondok pesantren putri Al Lathifiyyah 1 adalah14
:
1. Tambahnya wawasan, pemikiran dan pengetahuan santri tentang
kepemimpinan yang bertanggung jawab
2. Tumbuhnya kesadaran dan rasa tanggung jawab santri sebagai
generasi penerus bangsa
3. Berkembangnya kreativitas santri dalam segala bidang yang
berkaitan dengan kepemimpinan.
Sebagai agenda rutin pengurus pondok pesantren, salah satu
contoh yang bisa peneliti kemukakan adalah kegiatan pelatihan
kepemimpinan tanggal 15 Januari 2016 yang lalu. Acara ini dilakukan
13
Diambil dari Arsip Pelatihan Pelatihan Kepemimpinan Pondok Pesantren Putri Al Lathifiyyah 1
2015 14
Diambil dari Arsip Pendidikan Kepemimpinan Pondok Pesantren Putri Al Lathifiyyah 1 Bahrul
„Ulum Tambakberas Jombang hal. 3
59
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
setiap 1 tahun sekali. Adapun peserta dalam pelatihan ini yaitu santri
baru tingkat Madrasah Aliyah (MA). Pada pelatihan ini panitia
memberikan satu pemateri, yaitu bapak Drs. H.M. Fadlulloh Malik,
M,HI. Beliau menyampaikan 3 materi yaitu kepemimpinan
(Leadership), manajemen dan organisasi.
Gambar 3.1. Drs. H.M. Fadlulloh Malik, MHI saat menyampaikan
materi pada Pelatihan Kepemimpinan di pondok pesantren putri Al
Lathifiyyah 1 201615
Drs.H.M. Fadlulloh Malik MHI adalah seorang yang memiliki
pengalaman dalam organisasi dan kepemimpinan. beliau pernah
menjabat sebagai ketua komite di MAN Tambakberas Jombang,
menjadi ketua Anshor dan salah satu dosen di Universitas Wahab
Hasbullah. Pada pelatihan tersebut, beliau menyampaikan materi
tentang leadership.
Menurut beliau, ada tiga hal pokok yang bersinergi dan wujud
dalam suatu sistem yaitu leadership ( kepemimpinan), management
dan organisasi. Kepemimpinan adalah upaya seseorang ( pemimpin)
15
Dokumentasi pondok pesantren Al Lathifiyyah 1 pada tanggal 15 Januari 2015.
60
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
membawa suatu kelompok yang menjadi tanggung jawabnya kepada
suatu tujuan atau target yang diharapkan. Gaya kepemimpinan
meliputi gaya demoktaris, gaya otokrasi dan gaya situasional.
Sedangkan model-model kepemimpinan meliputi autrocratic
(perintah), participative (peran serta) dan free rain (membiarkan).
Selanjutnya beliau menjelaskan tentang kemampuan dan
kemauan yang dipimpin. Pada tahap ini meliputi tingkat dasar atau
harus diajari dan dituntun, tingkat pengelolaan yaitu pengelolaan
potensi, tingkat komitmen yaitu peneguhan komitmen atau peneguhan
komitmen dan tingkat teladan atau pemberian contoh.
Penjelasan selanjutnya yakni tentang kepemimpinan yang
efektif adalah sama halnya dengan kepemimpinan situasional yang
menempatkan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan kondisi yang
dipimpin. Menurut Donald Clark, kepemimpinan meliputi tiga hal.
Pertama kompetensi kepemimpinan yaitu mencakup kemampuan
memimpin, memiliki visi, membangun dan mengelola tim,
kemampuan mengelola konflik, kemampuan memahami situasi secara
cepat, akurat, kesetiaan dan pengelolaan secara strategis. Kedua
kompetensi inti, yakni meliputi kemampuan mengelola tim, kerja,
komunikatif, pengelolaan diri, kreativitas pemecahan masalah,
kemampuan interpersonal, kemampuan menjajag dan mengelola
jaringan dan mengelola keuangan secara professional dan yang ketiga
61
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
kompetensi professional meliputi kemampuan bisnis dan kemampuan
teknis.
Kemudian dilanjutkan dengan kriteria dan syarat – syarat
pemimpin yang ideal sebagai berikut:
1. Improvisasi proses
2. Mengisnpirasi tentang visi
3. Berbagi tentang visi
4. Kemampuan mengelola tim
5. Mampu menjadi teladan dan pengayom
Selanjutnya yakni tentang sifat-sifat yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpin sebagaimana sifat-sifat yang dimiliki Rosulullah
yaitu Siddiq (benar), Amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampai-
kan wahyu) dan fathonah (cerdas).
Materi berikutnya yakni tentang manajemen. Manajemen
adalah proses memimpin dan melancarkan pekerjaan dari orang-
orang yang terorganisir secara formal sebagai kelompok untuk
memperoleh tujuan yang diinginkan. Fungsi pokok dalam manajemen
ada lima yaitu:
1. Perencanaan (planning) adalah persiapan yang teratur dari setiap
usaha yang mewujudkan / mencapai tujuan.
2. Pengorganisasian (organizing) adalah wadah serta proses
kerjasama sejumlah manusia yang terikat dalam hubungan formal
62
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3. Pelaksanaan (actuating) adalah usaha untuk menyelaraskan
seluruh kegiatan anggota organisasi demi tercapainya tujuan
bersama.
4. Pengawasan (Controlling) merupakan pengawalan sejauh mana
kegiatan tersebut telah terselesaikan sesuai dengan rencana yang
dibuat untuk mencapai yujuan yang diinginkan.
Selanjutnya yakni pembahasan tentang prinsip–prinsip
manajemen yaitu:
1. Manajemen berdasarkan sarana (MBS) merupakan teknik
manajemen yang membantu memperjelas dan menjabarkan
tahapan tujuan organisasi.
2. Manajemen berdasarkan orang (MBO) merupakan konsep
menejemen modern yang mengkaji keterkaitan dimensi perilaku,
komponen sistem dalam kaitanya dengan perubahan dan
pengembangan organisasi.
3. Manajemen berdasarkan informasi atau MIS (Management
Information System) merupakan sistem yang menyediakan
informasi untuk manager secara teratur.
Tahap selanjutnya yaitu tentang materi organisasi. Dalam
materi tersebut dijelaskan organisasi adalah kumpulan orang dengan
sistem kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi
mengandung tiga elemen di antaranya:
63
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1. Kemampuan untuk kerjasama
2. Tujuan yang dicapai
3. Komunikasi
Organisasi sendiri tidak pernah lepas dari manajemen. Hal ini
diperlukan untuk pencapaian tujuan, menjaga keseimbangan di antara
tujuan –tujuan yang saling bertentangan dan efektivitas dan efisiensi.16
Gambar 3.2. Suasana diskusi santri pada pelatihan kepemimpinan
setelah menerima materi.17
Setelah penyampaian materi pelatihan kepemimpinan,
kemudian santri di bagi menjadi 6 kelompok. Setelah itu, di
instruksikan untuk berdiskusi tentang materi yang telah di sampaikan
tadi. Santri diberi tugas untuk membuat sebuah organisasi dan
bagaimana cara memanajemen organisasi tersebut supaya menjadi
organisasi yang baik. Selain itu, santri juga diberi tugas untuk
16
Disampaikan Oleh Drs. Fadlulloh Malik pada pelatihan kepemimpinan 2016 17
Dokumentasi pondok pesantren Al Lathifiyyah 1 pada tanggal 15 Januari 2016.
64
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
mereview materi yang telah disampaikan oleh pemateri untuk di
presentasikan di depan teman- temanya.
Dari materi-materi ini terlihat bahwa pelatihan kepemimpinan
ini memang diarahkan agar para santriwati mampu menjadi pemimpin
yang baik terutama setelah mereka menyelesaikan pendidikan dari
pondok ini.
Gambar 3.3. Uji materi oleh pengurus kepada peserta pelatihan
kepemimpinan pondok pesantren putri Al Lathifiyyah 118
Selain berdiskusi, pengurus pondok pesantren juga
mengadakan uji materi secara individual. mereka membuat beberapa
pos test untuk menguji materi yang tealh disampaikan. Ini dilakukan
untuk mengetahui seberapa jauh santri memahami materi yang telah
disampaikan oleh pemateri tadi.
18
Dokumentasi pondok pesantren Al Lathifiyyah 1 pada tanggal 15 Januari 2015
65
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Pada pelatihan kepemimpinan ini peneliti menemui Hilda
sebagai ketua penitia pelatihan kepemimpinan pondok pesantren putri
Al Lathifiyyah 1, dia menjelaskan:
“Pelatihan kepemimpinan di pondok ini itu
dilaksanakan pada tanggal 15 Januari mbak, santri
yang diwajibkan ikut itu santri baru tingakatan
Madrasah aliyah. Kemarin itu yang ngisi materi pada
pelatihan ini gus fad ( Fadlulloh Malik). Beliau cukup
banyak pengalaman. Untuk materinya ya tentang
kepemimpinan, keorganisasian dan menajemen.
Setelah selesai materi ya santri disuruh diskusi.
Setelah itu ada uji materi mbak biar kita tahu apa yang
udah dipahami santri selama mengikuti pelatihan
kepemimpinan itu.”19
Informasi ini juga dibenarkan oleh Sabrina Muyassaroh. Dia
adalah ketua pondok pesantren putri Al Lathifiyyah 1 menjelaskan:
“Untuk pelatihan kepemimpinan kemarin itu diikuti
oleh santri baru tingkatan Madrasah Aliyah mbak.
Ketua panitia mengundang gus fad sebagai
pematerinya. Beliau itu banyak memberikan materi
pada pelatihan kepemimpinan ini. Mulai dari
kepemimpinan, organisasi dan manajemen. Setelah itu
ya santri disuruh diskusi. Lalu ya maju ke depan
untuk presentasi. Habis itu ada uji materi untuk
mengukur seberapa faham santri dengan materi yang
telah disampaikan gus Fad mbak.”20
Pelaksanaan kegiatan pelatihan pendidikan ini mendapat
respon positif dari santri. Mereka sangat antusias mengikuti kegiatan
ini. Menurut mereka banyak pengalaman baru yang diperoleh dari
kegiatan tersebut. Pembelajaran yang tidak pernah mereka rasakan
sebelumnya sewaktu masih sekolah di kampung halaman. Selain itu,
19
Wawancara dengan Hilda ( ketua panitia latpim) pada tanggal 15 Januari 2016 pukul 09:00 20
Wawancara dengan Sabrina ( ketua pondok ) pada tanggal 15 Januari 2016 pukul 10:00
66
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
setalah mengikuti pelatihan ini, santri lebih memahami apa yang
dimaksud dengan kepemimpinan, mengetahui bagaimana menjadi
pemimpin yang baik, mengetahui bagaimana organisasi dan
manajemen dalam kepemimpinan itu.
Untuk mengetahui respon santri peneliti menemui peserta
pelatihan kepemimpinan bernama Dewi. Dia merupakan siswi kelas X
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Tambakberas Jombang, dia
mengatakan:
“Pengalaman saya selama mengikuti pelatihan
kepemimpinan ini sangat banyak mbak. Dulu waktu
di rumah saya tidak pernah mengikuti pelatihan
kepemimpinan seperti di pondok ini. Di sini saya
mendapatkan banyak pengalaman dan tahu bagaimana
menjadi pemimpin yang sesungguhnya. Mulai dari
pengertian dan bagaimana menjadi pemimpin yang
baik saya jadi tahu mbak.”21
Selain respon di atas, ada juga santri yang merasa
mendapatkan tambahan ilmu. Meskipun di sekolah yang dulu pada
saat di kampung halaman pernah terjun langsung di organisasi intra
sekolah ( OSIS), namun ilmu yang diperoleh dari pengalaman
mengikuti pengurus organisasi siswa sekolah masih belum mencukupi
untuk bekal ke depannya. Pelatihan ini menambah wawasan untuk
santri masa depan. Baik dalam kepentingan organisasi masyarakat
maupun organisasi pemerintahan, ilmu yang dipelajari dalam
pelatihan ini tentu akan bermanfaat bagi kami pada masa yang akan
datang.
21
Wawancara dengan dewi ( peserta latpim) pada tanggal 15 Januari 2016 pukul 11:00
67
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Informasi tentang respon santri selanjutnya disampaikan oleh
Ratna peserta pelatihan kepemimpinan. Dia adalah siswi kelas X
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Tamabakberas Jombang
menjelaskan:
“Pada saat saya mengikuti kegiatan ini mbak, saya
merasa mendapatkan tambahan ilmu. Waktu di
sekolah dulu memang pernah juga mengikuti kegiatan
yang kepemimpinan gini. Waktu itu saya aktif di
OSIS. Tapi, itu menurut saya belum cukup mbak.
Saya di pelatihan ini merasa senang mbak. Banyak
pengetahuan baru yang tentunya akan bermanafaat
untuk saya ke depanya. Ya walaupun nanti belum
tahu kita akan menjadi apa, akan tetapi menurut saya
pasti akan bermanfaat untuk masa depan saya. Mau di
pemerintahan atau pun di organisasi kemasyaraka-
tan.”22
Tidak hanya sampai pada pelaksanaan pelatihan kepemimpin-
an saja santri aktif dan merespon kegiatan tersebut dengan baik. Pada
saat mereka selesai mengikuti pelatihan, hampir semua dari mereka
mengaplikasikan ilmu nya dengan mengikuti kegiatan keorganisasian
yang ada di pondok Tambakberas. Ada yang mengikuti organisasi
daerah, Organisasi Intra Sekolah (OSIS) dan ekgiatan keorganisasian
lainya. Dari pengalaman setiap tahunya, santri Al Lathifiyyah banyak
yang mewarnai di bidang keorganisasian. Sebagian besar dari mereka
menduduki ketua organisasi. Baik dari organisasi daerah maupun
organisasi intra sekolah.
22
Wawancara dengan Ratna ( peserta latpim) pada tanggal 15 Januari 2016 pukul 12:00
68
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Peran santri Al Lathifiyyah pada organisasi- organisasi
tersebut juga sangat terlihat. Mereka selalu manjadi andalan dalam
memimpin rapat, membuat program kerja dan kegiatan dalam
organisasi tersebut. Pengalaman yang baik dan ilmu yang mantap
menjadikan mereka lebih mandiri dan mampu mengatasi
permaslahan- permaslahan yang ada. Pengalaman mengikuti pelatihan
kepemimpinan juga sangat bermanfaat untuk santri pada saat mereka
menjadi pengurus harian pondok. Mereka mampu merencanakan
pemrograman yang lebih matang ke depanya dan mampu membuat
manajemen pesantren yang lebih baik. Dari sini lah pesantren akan
jauh labih maju untuk ke depanya.
Untuk mengetahui aplikasi pendidikan kepemimpinan ini
peneliti mencari informasi pada Novi. Di mana Novi pada saat ini
aktif sebagai pengurus harian bidang pendidikan pondok pesantren Al
Lathifiyyah 1. Novi menjelaskan :
“Kebanyakan santri di sini itu mbak, setelah mengikiti
pendidikan kepemimpinan mereka banyak aktif di
organisasi. Baik organisasi sekolah maupun organisasi
daerah asal mereka (ORDA). Kebanyakan santri Al
Lathifiyyah menjadi ketua dalam organisasi tersebut.
Apa ya, mereka banyak menajdi andalan lah mbak.
Pinter mimpin rapat. Santri juga lebih mandiri, cepet
tanggap kalau ada masalah dan mampu menyelesai-
kan masalah organisasi. Mereka mampu juga
membuat solusi yang baik untuk kemajuan
organisasinya. Belum lagi kalau mereka menjadi
pengurus harian pondok. Seperti saya ini tidak perlu
bertanya apa yang menjadi tugasnya. Ada apa- apa ya
tinggal dihadapi. Lebih berani lah. Setiap tahunya
memang begitu mbak. Santri kebanyakan aktif dalam
69
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
organisasi. Ini juga penting untuk kemajuan pondok
pesantren ke depanya.”23
Selain pengalaman Novi di atas, manfaat dari pelatihan
kepemimpinan tersebut juga dirasakan oleh Sabrina sebagai ketua
pondok. Dia tidak perlu bertanya- Tanya tentang bagaimana membuat
program pondok dan mampu mengatasi permasalahan secara mandiri.
Setelah mengikuti pelatihan tersebut dia juga mulai aktif di organisasi
daerahnya yakni Ikatan Santri Pasuruan ( IKSAP). Saat ini dia
menjabat sebagai ketua orda. pengalaman selama mengikuti pelatihan
kepemimpinan sangat dirasakan oleh Sabrina. Dia mampu membuat
program –program dan membuat inovasi baru untuk organisasi
daerahnya tersebut.
Informasi tentang aplikasi dari pelatihan kepemimpinan juga
dibenarkan oleh Sabrina yang menjabat sebagai ketua pondok
pesantren putri Al Lathifiyyah 1 sebagai berikut:
“Dulu pada saat saya mengikuti pelatihan kepemim-
pinan ini mbak, saya banyak sekali pengalamanya.
Mulai dari saya menjadi ketua pondok dan
menghadapi berbagai masalah. Saya merasa mampu
untuk menghadapi maslah tersebut karna suda
mempunyai ilmu saat ikut pelatihan dulu. Belum lagi
sekarang saya aktif di kepengurusan orda pasuruan
mbak ( IKSAP). Saya jadi bisa membuat program –
program baru dan membuat inovasi baru juga mbak.
Semua itu berkat saya mengikuti pelatihan
kepemimpinan yang dilaksanakan oleh pondok putri
Al Lathifiyyah ini.24
23
Wawancara dengan Novi ( pengurus bidang pendidikan) pada tanggal 15 Januari 2016 pukul
10:30 24
Wawancara dengan Sabrina ( ketua pondok) pada tanggal 16 Januari 2016 pukul 09:00
70
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Setelah santri mengikuti pelatihan kepemimpinan yang
dilakukan oleh pondok pesantren, kemudian penerapan dalam
kepengurusan santri biasanya dilibatkan langsung dalam menentukan
siapa –siapa saja yang menjadi pengurus, dalam hal ini ketua
memilih sekertaris, bendahara dan devisi- devisi yang ada dalam
tatanan kepengurusan . Misalnya ada devisi pendidikan, keamanan,
kebersihan dan keagamaan. Setelah terpilih mereka berkumpul
dengan senior yang baru saja domisioner untuk membahas tentang
rencana program dalam satu tahun ke depan.
Setelah membahas tentang program satu tahun ke depan,
pengurus yang terpilih tadi diberikan pengarahan untuk membuat
program khusus yang tidak ada dalam agenda tahunan. Misalnya
menambahkan program untuk menunjang program utama dari setiap
devisi. Selain itu, dalam pelaksanaan program masing- masing
devisi, pengurus selalu dilibatkan langsung untuk member contoh
dan mengawal para santri dalam setiap kegiatan. Jadi, di sini lah
sebagai ajang dimana pembelajaran praktek yang sebenarnya, bukan
hanya sekadar teori.
Seusai melakukan program, dalam setiap dua minggu sekali
pengurus berkumpul untuk mengevaluasi bagaimana pelaksanaan
program yang terakhir, jika ada kurangnya maka menjadi catatan
untuk lebih baik ke depanya begitu sebaliknya. Biasanya. Rapat
71
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
evaluasi ini dipimpin langsung oleh ketua pondok dan sekertaris.
Begitu seterusnya. Jika dalam kepengurusan terjadi pelanggaran oleh
pengurus, maka pengurus juga dikenai hukuman sama seperti santri
yang melakukan pelanggaran. Jadi, dalam praktek tersebut sangat
penting dan bermanfaat untuk ke depanya.
2. Pelatihan Persidangan
Pelatihan persidangan merupakan kegiatan rutin yang
diagendakan oleh pengurus pondok pesantren putri Al Lathifiyyah 1
setiap satu periode satu kali. Pelatihan ini dilaksanakan guna
menambah keilmuan santri dalam memimpin siding sidang yang dapat
diaplikasikan pada sidang laporan pertanggung jawaban yang akan
datang oleh pengurus pondok pesantren.Ini dilakukan agar dapat
mengambil keputusan secara bijak dan menghasilkan mufakat untuk
kemajuan pesantren ke depan Pelatihan persidangan
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 15 juni 2015. Sidang
adalah forum formal organisasi guna membahas masalah tertentu
dalam upaya menghasilkan keputusan yang akan menjadi sebuah
ketetapan. Keputusan dari persidangan ini akan mengikat seluruh
elemen organisasi selama sebelum diadakan perubahan.
Kegiatan ini diikuti oleh pengurus pondok pesantren putri Al
Lathifiyyah 1. Dalam pelatihan tersebut pengurus pondok pesantren
mengundang Hasbi Rofiqi, beliau adalah alumni pondok pesantren
72
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Tambakberas Jombang yang sekarang ini aktif sebagai mahasiswa
Universitas Brawijaya dan aktif di bidang laboratorium politik
Brawijaya dan aktif di BEM Universitas Brawijaya. Selain Hasbi,
pengurus juga mengundang Maya Sari dan Bramantyo. Mereka adalah
teman dari Hasbi yang aktif di BEM Universitas Brawijaya juga.
Ketiga pemateri di atas secara bergantian mnyampaikan materi
tentang persidangan. Mereka mengawali pelatihan dengan membagi
peserta persidangan menjadi 5 komisi di antaranya, komisi A bidang
kesekertariatan, komisi B bidang keamanan, komisi C bidang
pendidikan, komisi D bidang penerangan dan humas, komisi E bidang
kesejahteraan santri. Setelah dibagi kelompok, peserta menyimak
materi dengan baik.
Gambar 3.4. Hasbi Rofiqi Saat menyampaikan materi dalam diklat
persidangan di pondok pesantren putri Al Lathifiyyah 1.25
25
Diambil dari dokumentasi pondok pesantren putri Al Lathifiyyah 1 pada 15 Oktober 2015.
73
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Materi pertama di sampaikan oleh Hasbi Rofiqi. Beliau
menjelaskan tentang pengertian persidangan. Persidangan merupakan
forum dalam organisasi yang bersifat formal dan mengikat dalam
suatu organisasi. Hal itu bisa dirubah selama belum terjadi
kesepakatan antar anggota dalam organisasi tersebut.26
Setiap
organisasi memiliki aturan sendiri dalam persidangan. Dalam istilah
persidangan dikenal dengan beberapa istilah sebagai berikut:
1. Informasi, merupakan upaya seorang peserta sidang untuk
meluruskan kesalahfahaman yang terjadi antara peserta sidang
yang lain.
2. Pending adalah menghentikan sidang sejenak dikarenakan
terdapat kendala tekhnis atau prinsip. Contoh ; makan, shalat,
kebakaran dsb
3. Skorsing menghentikan sidang sejenak untuk melakukan lobying,
dikarenakan sulitnya mencapai kesepakatan antar peserta sidang
yang berseteru.
4. Lobying, merupakan proses diskusi antar peserta sidang diluar
pengaturan pimpinan sidang.
5. Voting, merupakan prosesi pengambilan keputusan berdasarkan
suara terbanyak setelah jalan musyawarah mengalami kebuntuan.
26
Disampaikan oleh Hasbi Rofiqi ( pemateri persidangan) pada tanggal 15 Oktober 2015.
74
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6. Quorum, merupakan syarat sebelum persidangan dimulai, agar
keputusan dapat dianggap sah.
7. Interupsi, yaitu memotong pembicaraan orang lain.
Pembahasan selanjutnya mengenai jenis-jenis sidang. Sidang
memiliki 2 jenis pertama sidang pleno yang terdiri dari pleno 1 dan
pleno 2, yang ke dua yaitu sidang komisi yang terdiri dari sidang
komisi A, B, C dan sebagainya. Ada dua sifat dalam persidangan yaitu
sidang terbuka dan sidang tertutup.
Setelah pemateri pertama menjelaskan sekilas tentang
persidangan, dilanjutkan oleh pemateri ke dua yakni Maya Sari.
Beliau melanjutkan materi dengan membahas aturan persidangan.
Aturan dalam persidangan terdiri dari peserta dan pimpinan sidang.
Peserta sidang di bagi menjadi dua yaitu peserta penuh dan peserta
peninjau. Peserta penuh adalah pengurus atau anggota penuh dalam
organisasi. Sedangkan peserta peninjau adalah orang – orang yang
diundang atau pihak – pihak yang bukan anggota penuh dalam
persidangan. Presidium sidang /pimpinan sidang dipilih oleh peserta
permusyawaratan sidang komisi yang dipandu oleh panitia pengarah (
Steering Commite). Di dalam pengurus pondok pesantren Putri Al
Lathifiyyah 1 pimpinan sidang yang dimaksud adalah pengurus inti
atau pengurus harian (BPH) yang periodenya akan digantikan oleh
75
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
sampai batas mereka melaporkan hasil kinerja program harian masa
kepengurusanya.
Presidium sidang memiliki 3 anggota di antaranya presidium
sidang 1 sebagai pimpinan sidang, presidium sidang 2 sebagai notulen
dan presidium sidang 3 sebagai pembanding. Selanjutnya yakni aturan
ketok palu seperti Satu kali ketukan yang menandakan persetujuan
atau kesepakatan, dua ketukan yang menandakan skorsing atau
penundaan, tiga kali ketukan untuk menutup sidang dan lebih dari 3
ketukan bila terjadi keributan dalam sidang.
Pemateri terakhir yakni Bramantyo mencontohkan tentang
kalimat dalam persidangan. Di antara contoh- contoh kalimat
persidangan adalah:
1. Membuka sidang dilakukan dengan kalimat “Dengan menyebut
nama Alloh SWT sidang kami nyatakan dibuka. Diiringi dengan
ketukan palu sebanyak 3 kali. ( tok..tok..tok..)
2. Menutup sidang dilakukan dengan kalimat “Dengan menyebut
nama Alloh SWT sidang kami nyatakan ditutup diiringi dengan
ketukan palu sebanyak 2 kali ( tok..tok..tok)
3. Mengalihkan pimpinan sidang dilakukan dengan kalimat “Dengan
ini pimpinan sidang yang lama kami alihkan pada sidang pimpinan
yang baru diiringi dengan 1 kali katukan ( tok..)
76
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4. Menskorsing sidang dilakukan dengan kalimat “ Dengan ini
sidang kami skorsing selam 15 menit dengan 2 kali ketukan ( tok..
tok)
Pada persidangan juga dibuat adanya tata tertib. Tata tertib
persidangan merupakan hasil kesepakatan seluruh peserta pada saat
sidang dengan memperhatikan aturan umum organisasi dan nilai- nilai
universal dalam masyarakat. Selain tata tertib ada juga sanksi dalam
persidangan. Peserta yang tidak memenuhi persyaratan dan kewajiban
dalam persidangan akan dikenakan sanksi dengan mempertimbangkan
saran dan usulan peserta.
Setalah materi disampaikan semua kemudian para pemateri
menutup dengan memberi pesan kepada peserta sidang bahwa dalam
mempelajari teknik dan materi dan mekanisme dalam persidangan
tidaklah cukup dengan materi di dalam ruangan ini. Oleh karena itu
dalam memahami bentuk dan mekanisme dalam persidangan yang
dibutuhkan adalah ketekunan dan kemauan kita dalam mempelajari
semua ini.
Pada pelatihan persidangan ini peneliti menemui Auliya Akbar
Velayanti selaku ketua panitia menjelaskan:
“Pelatihan persidangan ini mbak biasanya dilakukan
pada pertengahan oktober, ini dibuat latihan ini
dilakukan untuk menambah keilmuan pengurus dan
mempersiapkan pengurus dalam LPJ mbak. Selain itu,
juga untuk keterampilan santri. Dalam pelatihan
77
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
tersebut diisi oleh mas Hasbi, Bramantyo dan mbak
Maya Sari. Mereka menyampaikan materi bergantian
mbak. Materi yang disampaikan banyak mbak, mulai
dari pengertian sidang,aturan dalam sidang, ketuk
palu, presidium dan lain- lainya.”27
Gambar 3.5 praktek persidangan oleh pengurus pondok pesantren Al
Lathifiyyah 1.28
Setelah penyampaian materi selesai peserta ditunjuk oleh
pemateri untuk mempraktekkan materi persidangan. Pemateri
menunjuk Auliya ( sebelah kiri) sebagai presidium tiga atau
pembanding, Amelia ( tengah) sebagai presidium satu atau pimpinan
sidang dan Diana ( sebelah kanan ) sebagai presidium 2 atau notulen.
Mereka mempraktekkan jalanya persidangan secara bergantian.
Praktek tersebut dilakukan untuk mengukur sejauh mana
pemahaman materi peserta sidang dalam menyerap materi yang
disampaikan oleh pemateri. Selain itu, harapan dari pengurus supaya
peserta sidang lebih terampil dan mahir dalam melakukan
persidangan.
27
Wawancara dengan Auliya Akbar Velayanti ( ketua panitia persidangan) pada tanggal 15
Oktober 2015 pukul 12:00 28
Diambil dari dokumentasi pondok pesantren putri Al Lathifiyyah 1 pada tanggal 15 Oktober
2015.
78
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Dalam aplikasinya, pelatihan persidangan biasaya santri yang
menjabat sebagai pengurus pondok pesantren melakukan kegiatan ini
untuk mempersiapkan laporan pertanggungjawaban. Mereka membuat
laporan tahunan program yang telah dilakukan selama kepengurusan.
Setelah itu, pengurus bergantian melaporkan program yang telah
mereka lakukan selama satu periode. Dalam laporan pertanggung
jawaban ini pengurus mendatangkan pengurus yang domisioner dan
mengundang alumni yang telah aktif di luar yang dulunya pernah
menjabat sebagai ketua pondok untuk ikut dalam persidangan LPJ.
Setelah semua program dilaporkan ada sesi tanya jawab
kepada pengurus, mereka mengkritisi program- program yang telah
dilakukan baik yang terealisasi maupun yang tidak terealisasi, apa
penyebabnya yang menjadi hambatan dalam program yang telah
dilakukan selanjutnya mereka memberikan solusi bagaimana untuk
menjadi lebih baik ke depanya. setelah selesai pengurus baru mulai
membuat rancanagan sesuai dengan catatan yang menjadi kekurangan
dari program tahun lalu. Dalam praktek yang dilakukan sesuai dengan
praktek persidangan sesuai yang diajarkan dalam materi pelatihan
persidangan.
3. Bina Kader Da‟iyah (BKD)
Pelatihan bina kader da‟iyah merupakan kegiatan yang
diprogramkan pengurus pondok untuk mewadahi para santri yang
79
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
berbakat dalam bidang dakwah. Kegiatan ini merupakan program
penunjang dari pendidikan kepemimpinan. Program ini perlu
dilakukan mengingat seorang santri perlu untuk mendapatkan
pembinaan, pengembangan pelatihan dan keprofesionalan dalam
bidang dakwah untuk menambah skill yang mereka miliki. Kegiatan
tersebut memiliki tujuan untuk menambahkan wawasan tentang tata
cara berda‟i yang baik, menumbuhkan kesadaran santri bahwa santri
sebagai penerus bangsa dan mengembangkan kreativitas santri dalam
berdakwah.29
Bina kader da‟iyah memiliki beberapa agenda di
antanya:
1. Khitobah silang, yaitu khitobah yang dilakukan secara bergantian
setiap komplek ( ribat) setiap satu bulan sekali.
2. Khitobah Akbar, yaitu khitobah yang dilakukan santri setiap satu
periode atu kali.
3. Pelatihan rutin BKD, pelatihan ini dilaksanakan setiap satu
minggu sekali setiap Jum‟at malam.
Agenda di atas selalu dilakukan setiap periode. Ini
dimaksudkan agar para santri lebih berani untuk tampil ke depan.
Untuk pelaksanaan agenda rutin pembinaan da‟i biasanya dilakukan
oleh ibu Hj. Imadul Ummah. Beliau merupakan alumni pondok
pesantren putri Al Lathifiyyah 1 pada tahun 1998 an. Pengalaman
29
Diambil dari Arsip Bina Kader Da‟iyah pondok pesantren Al Lathifiyyah 1 2016
80
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
da‟i beliau juga sudah tidak diragukan lagi. Keseharian beliau adalah
mengisi ceramah agama ke berbagai kota. Selain itu, beliau juga aktif
di mengurus pondok pesantren sebagai pengasuh pondok pesantren
Muhajirin Tambakberas Jombang.
Materi yang diajarkan dalam bina kader da‟iyah ini adalah
mengajarkan cara- cara berda‟i yang baik. Sikap berda‟wah dan cara
komunikasi dengan audience saat berdakwah. Selain mempelajari
dakwah, dalam pelatihan ini juga diajarkan cara menjadi pembawa
acara ( MC) yang baik.
Pembinaan kader da‟iyah yang dilakukan secara rutin tentu
dapat menambah wawasan serta membuat santri lebih mahir dalam
bidang dakwah. Pembinaan di pondok pesantren ini telah banyak
membuat santri dapat tampil di berbagai acara dan telah memiliki
banyak prestasi misalnya, pondok pesantren Al Lathifiyyah 1 pernah
mengirimkan da‟i cilik bernama Maisaroh. Saat itu Maisaroh masih
sekolah tingkat Madarasah Tsanawiyah ( MTs). Dia tampil pada acara
MUSFAT (Musyawarah Muslimat Fatayat NU) di daerah Sawahan
Surabaya. Pada penampilan pertama, panitia Musfat NU merasa
sangat puas dengan penampilan Maisaroh. Dari situ lah, setiap kali
ada acara Musfat NU, Maisaroh selalu diundang.
81
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Untuk mengetahui informasi tentang bina kader da‟iyah ini
peneliti menemui Chimayatul Masyrifah selaku pengurus bidang BKD
menjelaskan:
“Untuk BKD itu mbak, biasanya ibu Imadul Ummah
yang menjadi tutornya. Beliau adalah alumni pondok
pesantren al lathifiyyah 1 pada tahun1998 an. Beliau
itu sudah banyak pengalamnya mbak. Mulai dari
ceramah dari satu kota ke kota yang lain. Selain itu,
beliau juga menjabat sebagai ketua pengasuh mbak di
pondok Muhajirin sini. Santri di sini yang menikuti
BKD biasanya juga banyak menerima materinya.
Mulai dari cara berpidato yang baik. Komunikasi
dengan penonton. Di sini juga diajarkan pelatihan MC
mbak. Jadi ya lengkap di BKD itu. BKD juga sudah
banyak prestasinya. Dul mbak Maisaroh pernah
tampil mbak di sawahan. Ya diundang ibu- ibu
muslimat dalam acara musfat. Pada saat penampilan
pertamanya mbak maisaroh itu membuat kagum ibu-
ibu muslimat, akhirnya setiap ada acara ya diundang
terus. “30
Gambar 3.6 Santri Al Lathifiyyah 1 ( Rafa) yang saat mengikuti lomba
Da‟i muda di yayasan Bahrul „Ulum Tambakberas Jombang.31
30
Wawancara dengan Chimayatul Masyrifah ( pengurus BKD) pada tanggal 16 Januari 2016
pukul 08:00 31
Dokumentasi Pondok Pesantren Al Lathifiyyah 1 2015
82
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Selain prestasi di atas, bina kader da‟iyah juga pernah
mengirimkan santri untuk mengikuti perlombaan yang dilaksanakan
oleh yayasan pondok pesantren Bahrul „Ulum Tambakberas Jombang.
Santri tersebut bernama Rafa. Dia merupakan andalan dari da‟i binaan
tingkat Madrasah Aliyah ( MA). Tidak hanya itu, selain mengikuti
perlombaan, untuk menunjang aplikasi dari kegiatan BKD sendiri
santri dapat ditampilkan pada acara jama‟ah yasinan ibu- ibu Fatayat
dan Muslimat NU di musholla Al Lathifiyyah 1.
Jama‟ah ini dipimpin langsung oleh ibu nyai Machfudhoh Aly
Ubaid yang dilaksanakan setiap Jum‟at legi. Alasan santri
ditempatkan dalam acara yasinan tersebut adalah belum adanya
tempat aplikasi yang sesuai untuk mengaplikasikan kegiatan dakwah
tersebut. Maka dari itu, pengasuh memutuskan untuk melaksanakan
kegiatan BKD pada acara yasinan ibu- ibu Fatayat dan Muslimat NU.
Informasi mengenai bina kader da‟iyah ini juga disampaikan
oleh Sabrina selaku ketua pondok Al Lathifiyyah 1:
“Bina kader daiyah itu mbak pernah juga
mengirimkan santrinya ke dalam acara lomba pidato
yang dilaksanakan oleh yayasan. Dulu yang dikirim
itu Rafa. Da‟i andalan tingkat Madrasah Aliyah.
Selain mengikuti lomba tadi, BKD juga
mengaplikasikan dakwah lewat acara ibu- ibu Fatayat
– Muslimat mbak. Biasanya acaranya dilaksanakan di
Musholla Al Lathifiyyah mbak. Kegiatan itu biasanya
dilakukan pada Jum‟at legi dan dipimpin langsung
oleh ibu nyai Machfudloh. Sebenarnya dulu masih
bingung mau ditaruh mana praktek BKD nya,
83
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
akhirnya ya rutinan ibu- ibu tadi dibuat praktek gitu
mbak.32
4. Forum Diskusi Aswaja
Forum ini diskusi Aswaja merupakan agenda rutin pengurus
pondok pesantren yang dilakukan oleh pengurus bidang pendidikan.
Forum aswaja ini mengkaji masalah- masalah kewanitaan seperti
masalah fikih yang berkaitan dengan wanita misalnya haid, nifas,
istihadhoh dan lain- lain
Gambar 3.7. Santri Al Lathifiyyah 1 saat mendengarkan materi
Aswaja .33
Kajian Aswaja ini biasanya dilaksanakan setiap satu bulan
sekali pada Jum‟at pagi. Adapun pemateri dalam forum Aswaja setiap
bulanya berbeda- beda. Hal ini dilakukan untuk membuat inovasi
materi agar tidak terkesan monoton. Biasanya pemateri yang tetap
hanya itu saja akan cenderung membuat bosan dan kurang menarik.
32
Wawancara dengan Sabrina Muyassaroh ( ketua Pondok ) pada tanggal 17 Januari 2016 Pukul
11:00 33
Dokumentasi Pondok Pesantren Al Lathifiyyah 1 pada tanggal 20 Desember 2015
84
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Oleh karena itu, pengurus mengusulkan agar setiap bulan pemateri
forum Aswaja selalu diganti.
Di samping untuk menambah wawasan santri tentang ke
Aswaja- an, tujuan utama diadakan forum Aswaja adalah untuk
melatih keberanian santri dalam menyampaikan argument di depan
umum. Ke Aswaja an juga sangat berguna untuk santri. Selain kajian
tentang wanita forum ini juga diisi dengan materi tentang tokoh-
tokoh pejuang Ahlussunnah Wal Jama‟ah (ASWAJA) seperti
mengenal sosok KH Wahab Hasbullah, KH. Hasyim Asy‟ari, KH
Bisri Syamsuri dan tokoh- tokoh Aswaja lainya.
Tujuan dari mengenal tokoh- tokoh di atas adalah untuk
meneladani keteladanan mereka yang tekun dalam memperjuangkan
agama Allah. Selain itu mereka sangat semangat dan tidak pernah
mengeluh dalam membela negara. Menjadi pahlawan untuk
memerdekakan bangsa. Harapan untuk santri dengan penjelasan
tersebut supaya mereka terinspirasi dan tetap semangat untuk belajar
serta mampu dalam melanjutkan perjuangan tokoh- tokoh tersebut.
Untuk mengetahui informasi tentang kajian Aswaja ini peneliti
menemui Novi yang menjabat sebagai ketua bidang pendidikan
menjelaskan:
“Untuk forum Aswaja itu mbak biasanya dilakukan
sebulan sekali, kalau dari tutor ya berbeda- beda. Biar
tidak bosen. Aswaja ya biasa membahas tentang fikih,
85
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
haid, nifas, istihadhoh dan lainya. Ya biar santri lebih
memahami dan menambah keilmuanya. Selain itu
juga ada materi tentang tokoh- tokoh Ahlussunnah
Wal Jama‟ah ( ASWAJA) seperti Kyai Wahab, Mbah
Hasyim dan tokoh- tokoh lainya. Ya biar santri bisa
meniru perjuangan mereka mbak. Apa ya
semangatnya yang luar biasa dalam berdakwah dan
memperjuangkan kemerdekaan ini yang harus kita
tiru.”34
Dari program pendidikan kepemimpinan yang dilaksanakan
oleh pondok pesantren putri Al Lathifiyyah 1 di atas telah banyak
menghasilkan alumni yang sampai saat ini aktif dalam dunia
kepemimpinan. Baik dalam pemerintahan maupun dalam organisasi
kemasyarakatan di antaranya, ibu Hj. Ida Fauziyah sebagai anggota
DPR RI, ibu Hj Imadul Ummah sebagai penceramah dan anggota
Fatayat kabupaten Jombang, ibu Aida Fithria yang menjadi anggota
DPRD Kabupaten Pasuruan, ibu Hj. Maria Ulfa, beliau merupakan
Qori‟ah Internasional yang menjadi pengasuh pondok pesantren
hifdhil Qur‟an di Jakarta, Ibu Nyai Hj. Lujeng yang merupakan
penceramah dan pengasuh pondok pesantren Kranji Paciran
Lamongan dan masih banyak lagi yang lainya.
Dari kesuksesan alumni dan kiprahnya di dunia kepemimpinan
dan keorganisasian, hal ini membuktikan bahwa pendidikan
kepemimpinan yang mereka ikuti pada saat mereka di pesantren telah
banyak memberikan manfaat bagi mereka. Selain bermanfaat untuk
dirinya sendiri, mereka juga bermanfaat untuk masyarakat.
34
Wawancara dengan Novi ( ketua bidang pendidikan) pada tanggal 17 Desember 2015 pada
pukul 14:00
86
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Meskipun pada saat mereka mengikuti pendidikan
kepemimpinan di pondok pesantren belum merasakan manfaatnya
akan tetapi ketika menjadi alumni banyak manfaat yang mereka
rasakan. Oleh karena itu, inilah yang menjadi alasan mengapa
pendidikan kepemimpinan tersebut masih dilestarikan untuk menjadi
program tambahan di pondok pesantren putri Al Lathifiyyah 1 ini.
Walaupun merekaj telah menjadi alumni, mereka tidak lupa dengan
dengan pondoknya. Ketika pelaksanaan rojabiyah ( peringatan maulid
nabi ) secara bergantian mereka menghadiri acara tersebut dan
memberikan motivasi kepada para santri agar semangat kepada para
santri untuk menjadi seperti mereka.
3. Pandangan Santri Terhadap Pendidikan Kepemimpinan Santriwati
Pendidikan kepemimpinan yang dilaksanakan oleh pondok
pesantren putri Al Lathifiyah 1 memunculkan beberapa pandangan santri.
Keberhasilan yang telah dicapai oleh para alumni pada saat ini, merupakan
salah satu bukti pendidikan kepemimpinan di pondok pesantren putri Al
Lathifiyyah 1 ini cukup berhasil.
Pandangan santri terhadap pendidikan kepemimpinan ini antara
lain: Pertama; mereka percaya bahwa adanya pendidikan kepemimpinan
membuat mereka lebih berani berargumen di depan umum. Ini dibuktikan
dengan keaktifan santri yang dalam organisainya berani tampil
mengemukakan pendapat dan berani dalam memimpin rapat. Baik santri
tersebut aktif dalam organisasi daerah maupun organisasi intra sekolah.
87
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Kedua; mereka memandang pendidikan kepemimpinan adalah
sebagai tambahan ilmu dari santri tersebut yang mana sebelum
mempelajari pendidikan kepemimpinan mereka hanya belajar mata
pelajaran biasa ketika masih berada di sekolah yang berada di kampong
halaman mereka masing- masing. Setelah mengikuti pendidikan
kepemimpinan tersebut santri mendapatkan pengetahuan baru yang belum
tentu dimiliki oleh santri lainya. Oleh karena itu, mereka menganggap itu
sebagai skill tambahan,
Ketiga; Santri Al Lathifiyyah 1 lebih mandiri dan mampu
menyelesaikan masalah mereka sendiri tanpa menggantungkan pada orang
lain, baik masalah tersebut menyangkut tentang diri mereka pribadi
maupun dari organisasi mereka. Misalnya dalam menyelesaikan masalah
anak yang nakal di pondok, mereka lebih sigap dan berani mengambil
keputusan. Selain itu, dalam organisasi daerah mereka mampu
menyelesaikan permasalahan dengan baik tanpa mementingkan
kepentingan pribadi. Kesabaran dan ketekunan dalam pendidikan
kepemimpinan mampu membuat mereka lebih dewasa.
Pandangan santri terhadap pendidikan kepemimpinan di pondok
pesantren Al Lathifiyyah 1 ini disampaikan oleh Khalisah Nur Aini. Dia
adalah ketua organisasi putra delta Sidoarjo:
“Menurut pandangan saya tentang pendidikan kepemim-
pinan ini mbak saya banyak belajar. Mulai dari belajar
menjadi disiplin, belajar menjadi lebih berani dan mandiri.
Saya dulu di sekolah tidak pernah mendapatkan pelatihan
88
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
seperti ini. Ya setelah masuk pondok ini saya merasa
mendapatkan tambahan ilmu mbak. Mendapatkan ilmu
yang belum tentu santri juga menjadapatkan ilmu tersebut.
Saya sebaga ketua juga mengalami banyak masalah mbak
di organisasi, belum yang di pondok. Saya lebih tegas gitu
mbak dalam mengambil keputusan yang memang menjadi
tanggung jawab saya. Selain itu saya juga pinter memanjaj
uang dalam organisasi maupun pribadi. Tahu mana
kebutuhan dan keinginan mbak. Ya banyak lah
manfaatnya.”35
Pandangan tersebut juga dibenarkan oleh Ratna Musfika Arum
selaku bendahara organisasi Himpunan Santri Lamongan (HISLA) :
“Begini mbak, dulu setelah saya mengikuti pendidikan
kepemimpinan di pondok itu lebih berani dan mampu
tampil dihadapan orang banyak. Selain itu saya juga
menjadi lebih mandiri dan mampu menghadapi masalah
yang ada terutama dalam organisasi. Pada saat itu posisi
saya menajdi bendahara. Saya harus pinter- pinter
mengatur keuangan. Sebelum saya belajar manajemen
keuangan pada pelatihan ini saya masih bingung untuk
memilah – milah. Tapi setelah itu saya lebih cekatan dan
mandiri dalam mengatur keuangan mbak. Ya berkat
pelatihan itu.”36
Selain pandangan di atas ada juga santri yang memandang
pendidikan kepemimpinan ini lebih termotivasi untuk menjadi pemimpin
ke depanya. mereka melihat alumni yang datang ke pondok pada saat acara
rojabiyah menjadi semangat baru yang membuat mereka mempunyai
keinginan lebih untuk menjadi seorang pemimpin.
Seorang pemimpin tentu mendapatkan posisi lebih di masyarakat .
Mereka melihat para pemimpin itu sangat dekat dengan masyarakat. selain
35
Wawancara dengan khalisah Nur Aini ( ketua orda putra delta) pada tanggal 25 November 2015
pada pukul 14: 15 36
Wawancara dengan Ratna Musfika Arum ( bendahara Hisla) pada tanggal 25 November 2015
pada pukul 15:00
89
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
itu, mereka juga banyak memberi manfaat pada masyarakat. Misalnya
alumni yang sekarang ada di pemerintahan mereka mampu membantu
kepentingan banyak orang dan menjadi wakil dari masyarakat. Alumni
yang menjadi pendakwah mampu menyebarkan ajaran islam dengan cara
yang mereka mampu lakukan. Jadi, alumni pondok yang dulunya
mempelajari pendidikan kepemimpinan ini mampu menjadi tauladan bagi
setiap orang.
Informasi selanjutnya mengenai pandangan santri terhadap
pendidikan kepemimpinan disampaikan oleh Clarissa, dia merupakan siswi
kelas 2 Madrasah Aliyah Negeri ( MAN) Tambakberas Jombang:
Menurut saya mbak, setelah saya mendapatkan pendidikan
kepemimpinan di pondok ini saya lebih termotivasi
menjadi seorang pemimpin. Apalagi pada saat peringatan
rojabiyah ini saya melihat alumni memberikan motivasi
untuk saya dan saya sangat ingin menjasi pemimpin mbak.
Melihat mereka yang disegani orang dan mampu member
manfaat pada orang lain membuat saya bersemangat untuk
meniru mereka. Saya melihat yang menjadi pejabat
pemerintahan mampu menjadi tangan kanan dari
masyarakat. Ada juga yang menjadi pendakwah berguna
untuk menyebarkan syi‟ar Islam dan menjadi contoh bagi
setiap orang.37
Pendidikan kepemimpinan santri juga memberikan manfaat untuk
mengatur pondok dengan lebih baik lagi. Setelah melihat keberhasilan para
alumni dan keaktifan santri dalam berbagai organisasi di pondok pesantren
Tambakberas Jombang, pengurus lebih termotivasi dan semangat dalam
membuat inovasi baru dalam pelatihan kepemimpinan.
37
Wawancara dengan Clarissa ( santri pondok) pada tanggal 25 November 20515 pada pukul
10:00
90
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Inovasi tersebut berupa uji materi. Materi yang dahulu hanya di
dengarkan tanpa ada praktek, kini mulai dikemas dengan model baru.
Pengurus memberikan uji materi pada peserta pelatihan pendidikan
kepemimpinan untuk membuat mereka lebih memahami materi yang telah
di sampaikan. Dari situ mereka mampu mengukur sejauh mana
pemahaman santri dalam penguasaan materi tersebut.
Setelah inovasi tersebut mulai di praktek kan, pengurus merasa
santri lebih termotivasi untuk belajar lebih dan memahami dengan
seksama.Selain itu setelah mendapatkan pelatihan tersebut mulai
bermunculan santri baru yang dapat memimpin berbagai organisasi.
Mereka terkenal mampu mewarnai dan lebih cekatan dalam organisasi
yang mereka geluti.
Selain itu, mereka juga mampu memimpin rapat dengan baik,
mengambil keputusan tanpa memetingkan kepentingan pribadi. Ini tidak
hanya santri Al Lathifiyyah 1 yang mengatakan seperti itu, banyak santri
dari luar pondok pesantren Al Lathifiyyah 1 yang mengakui kelebihan
tersebut. Selanjutnya pandangan tentang pendidikan kepemimpinan santri
disampaikan oleh Sabrina Muyassaroh selaku ketua pondok pesantren
putri Al Lathifiyyah 1:
“Menurut saya mbak, pendidikan kepemimpinan santri ini
sudah terbukti banyak membawa keberhasilan pada santri.
Mereka mampu membawa nama baik pesantren baik
dalam menjadi pemimpin tingakat pemerintahan maupun
non pemerintahan. Ini menjadi PR saya sebagai ketua
untuk lebih meningkatkan inovasi pada pelatihan tersebut.
91
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Pendidikan kepemimpinan yang dulunya hanya sebatas
mendengarkan materi ya mulai saya inovasi untuk
melakukan uji materi. Uji materi ini dilakukan untuk
menambah wawasan santri. Mereka lebih serius dan
mengoptimalkan kegiatan tersebut. Dari pendidikan
banyak bermunculan mampu memimpin organisasi lebih
baik dari pondok yang lain. Mereka mempunyai
keunggulan lebih dari santri yang lain.”38
C. Teori Konstruksi Sosial dan Teori Feminisme Liberal dalam Pendidikan
Kepemimpinan Santriwati di Pondok Pesantren Putri Al Lathifyyah 1
Setelah peneliti menjelaskan p.enelitian di atas, selanjutnya peneliti
akan mengaitkan penelitian dengan dua teori yang peneliti anggap
relevan.dalam memahami secara lebih mendalam tentang topik penelitian ini.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, menurut Peter L Berger
manusia adalah produk dari masyarakat dan masyarakat adalah sebuah
produk dari manusia. masyarakat tidak mempunyai bentuk lain kecuali bentuk
yang telah diberikan kepadanya oleh aktivitas dari kesadaran manusia. kedua
pernyataan tersebut bahwa masyarakat adalah sebuah produk manusia dan
manusia adalah produk dari masyarakat. dengan demikian, melakukan proses
individu bisa mempengaruhi lingkungan dan sebaliknya lingkungan juga bisa
mempengaruhi dirinya.
Pendidikan kepemimpinan di pondok pesantren Al lathifiyyah 1 yang
diterapkan kepada santriwati merupakan upaya pengasuh untuk membentuk
santri menjadi seorang pemimpin. Dengan demikian, pengasuh mewajibkan
38
Wawancara dengan Sabrina ( ketua pondok) pada tanggal 25 November 2015 pada pukul 13:30
92
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
pendidikan kepemimpinan kepada santri baru untuk dilaksanakan. Kegiatan
ini menjadi sangat berguna melihat para alumni yang telah sukses. Dari
situlah, santriwati menjadi lebih termotivasi lagi untuk dapat menjadi seorang
pemimpin di masa mendatang.
Dalam analisis teori konstruksi sosial terdapat tiga momen simultan
yaitu proses eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi. Pada momen
eksternalisasi realitas ditarik ke dunia individu. Di dalam momen ini realitas
berupa proses adaptasi melalui teks – teks suci, kesepakatan ulama, hukum,
norma, nilai dan sebagainya yang hal itu ada di luar diri manusia. Sehingga
dalam proses konstruksi sosial melibatkan momen adaptasi diri atau
diadaptasikan antara teks tersebut dengan dunia sosio – kultural. Adaptasi
dapat melalui bahasa, tindakan dan pentradisian yang dalam khazanah ilmu
pengetahuan disebut interpretasi atas teks atau dogma. Karena adaptasi
merupakan proses penyesuaian berdasarkan atas penafsiran,maka sangat
dimungkinkan terjadinya variasi- variasi adaptasi atau tindakan pada masing-
masing individu.
Pada awalnya santriwati baru yang belum mengetahui tentang
pendidikan kepemimpinan ini berusaha beradaptasi dengan bantuan pengurus
untuk mengikuti program tersebut. Pengurus memberitahukan bahwa santri
baru diwajibkan untuk mengikuti program tersebut. program pendidikan
kepemimpinan tersebut terdiri 4 kegiatan yaitu pelatihan kepemimpinan,
pelatihan persidangan, bina kader da‟iyah dan kajian Aswaja. Selain itu,
program ini juga menjadi tradisi dan cita- cita pengasuh agar santri mampu
93
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
menjadi pemimpin di masa depan. Dengan tradisi tersebut tentu penyesuaian
santri berbeda – beda karena setiap individu pasti mempunyai prespektif
yang berbeda – beda. Pada proses penyesuaian program ini para santri
sebagian besar menerima dengan baik karena hal ini dirasa sangat
bermanfaat untuk santri ke depanya dan menambah skill santri utamanya
dalam bidang kepemimpinan.
Selanjutnya momen objektivasi adalah proses mengkristalkan ke
dalam pikiran tentang suatu objek, atau segala bentuk eksternalisasi yang
telah dilakukan dan dilihat kembali pada kenyataan di lingkungan secara
objektif. Jadi dalam hal ini bisa terjadi pemaknaan baru ataupun pemaknaan
tambahan.
Setelah santri mendapatkan pendidikan kepemimpinan di pondok
pesantren tersebut, santri mulai memiliki pandangan sendiri. Melihat kondisi
yang pada kenyataan objektif setelah santriwati mengikuti pendidikan
kepemimpinan terdahulu, mereka banyak yang aktif di berbagai organisasi
baik intra sekolah maupun ekstra seperti organisasi daerah (ORDA) dan
sebagian besar santriwati memduduki posisi penting misalnya menjadi ketua
dan bendahara. Selain itu, melihat para alumni yang telah sukses menjadikan
santri lebih bersemangat lagi untuk aktif di bidang kepemimpinan.
Melihat kenyataan ini, santri baru setelah mengikuti kegiatan
pendidikan kepemimpinan tersebut juga ikut aktif dalam organisasi intra dan
organisasi daerah seperti Ratna Musfika Arum yang menjabat sebagai
94
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
bendahara umum organisasi daerah lamongan ( HISLA) dan Kholisoh Nur
Aini yang menjadi ketua organisasi putra delta Sidoarjo. Tidak hanya itu,
sebagian besar santri memandang kegiatan ini membuat mereka menjadi
lebih berani, terampil, mandiri dan mampu menyelesaikan masalah denagn
baik. Jadi, mereka memaknai kegiatan ini positif dan sangat penting untuk
menambah khazanah keilmuanya.
Momen terakhir dari tahapan teori konstruksi sosial adalah
internalisasi yaitu peresapan kembali realitas oleh manusia, dan
mentransformasikanya sekali lagi dari struktur – struktur dunia objektif ke
dalam struktur- struktur dunia subjektif. Proses ini berlangsung seumur hidup
dengan cara sosialisasi. Sosialisasi terdiri dari 2 jenis yaitu sosialisasi primer
yang merupakan sosialisasi awal yang dialami individu masa kecil, di saat ia
diperkenalkan dengan dunia sosial pada individu dan sosialisasi sekunder
dialami individu pada usia dewasa dan memasuki dunia publik, dunia
pekerjaan dalam lingkungan yang lebih luas.
Setelah santri mendapatkan pendidikan kepemimpinan di pondok
pesantren dan aktif di berbagai organisasi mereka berkeinginan untuk
menjadi pemimpin di masa mendatang. Dari pengalaman tersebut, santri
yang telah mendapatkan sosialisasi dari pengurus dan alumni mampu
mengembangkan dalam organisasi yang mereka geluti misalnya yang dialami
Sabrina yang menjabat sebagai ketua pondok. Setalah mengikuti pendidikan
kepemimpinan dia menyelesaikan permasalahan pondok dan mampu
membuat inovasi yang lebih baik pada program pendidikan kepemimpinan
95
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
ini. Dia mulai membuat tambahan post test untuk mengetahui kemampuan
santri dan mampu mengoptimalkan kegiatan tersebut sehingga diharapkan
dari kegiatan tersebut mereka mempunyai keunggulan yang lebih sehingga
bermanfaat untuk mereka di masa mendatang.
Menurut pandangan feminisme liberal negara tidak memihak antara
kepentingan- kepentingan kelompok. Namun kenyataanya, negara di
dominasi oleh kaum pria, oleh karena itu negara seakan- akan menjadi
kepentingan maskulin. Sedangkan perempuan cenderung di dalam hanya
sebagai warga negara dan kurang mendapatkan kesempatan untuk
mengembangkan diri. Oleh karena itu, pada abad ke 18 muncul gagasan
Marry Wolstencarf yang menegaskan bahwa perempuan dan laki- laki sama-
sama memiliki kepasitas yang sama. Oleh karena itu, jika perempuan
memiliki kesempatan yang sama dengan laki- laki pastilah bisa
mengembangkan kapasitas yang dimiliknya.
Penjelasan teori di atas jika dikaitkan dengan konteks penelitian
bahwa pengasuh memandang perempuan juga memiliki mesempatan yang
sama dengan laki- laki asalkan mereka diberikan pelatihan yang mampu
mengembangkan kapasitas yang sama dengan laki- laki dan tidak hanya
menjadi perempuan yang aktif di lingkup domestik saja. Maka dibentuklah
program pendidikan kepemimpinan untuk menambah skill para santri. Santri
menjadi lebih mandiri, berani dan terampil. Hal ini menunjukkan bahwa
ketika perempuan memiliki kesempatan yang sama
96
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Feminisme liberal memprioritaskan hak di atas kebaikan. Seseorang
dengan haknya masing – masing akan bisa memilih mana yang benar- benar
di inginkan dan mana yang tidak diinginkan. Hak bisa dikatakan sebagai
pilihan yang sudah digariskan oleh Tuhan dan disepakati oleh masyarakat.
Akan tetapi, tidak jarang hak sesuai dengan apa yang dipilih oleh seseorang.
Dengan hak, seseorang akan bisa melakukan sesuatu yang di atas kebaikan
karena seseorang memilih berdasarkan pilihanya maka pilihanya tersebut
adalah yang terbaik meskipun itu bukan pilihan yang wajar di mata
masyarakat.
Setelah santri mendapatkan pendidikan kepemimpinan di pondok
pesantren putri Al Lathifiyyah 1 selanjutnya mereka memilih untuk aktif di
dunia organisasi baik intra maupun organisasi daerah. Mereka melihat santri
yang lebih dulu aktif di organisasi dan alumni yang telah sukses menjadi
motivasi mereka untuk aktif di organisasi. Mereka memandang bahwa
meskipun menjadi seorang perempuan tidak menghalangi mereka untuk
sukses utamanya di bidang kepemimpinan.
Selain itu, feminisme liberal meyakini adanya androgini ( tiadanya
perbedaan antara laki- laki dan perempuan). Meskpun dari segi biologis
berbeda, namun hal itu tidak menghalangi perempuan untuk bisa setara
dengan laki- laki. Mereka tetap bisa memiliki kesempatan dan hak yang sama.
Pandangan santriwati setelah mendapatkan pendidikan kepemimpinan
sebagian besar merespon kegiatan tersebut dengan positif. Mereka melihat
pendidikan kepemimpinan tersebut sangat bermanfaat untuk diri mereka saat
97
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
ini dan masa mendatang. Akhirnya mereka mampu mengembangkan dirinya
di luar misalnya di organisasi daerah. Mereka mampu mengukir prestasi
dengan menjabat posisi penting di organisasi tersebut. Mislanya Kholisoh dan
Ratna yang menhjabat pengurus inti sebagai ketua dan bendahara di
organisasi daerah mereka masing- masing. Oleh karena itu, ketika kesempatan
yang diberikan sama, tidak menutup kemungkinan perempuan untuk bisa
setara dengan laki- laki.