29
47 BAB III PENDAPAT YUSUF AL-QARDHAWI TENTANG MULTI PARTAI A. Biografi Yusuf Al-Qardhawi, Perjuangan dan Karyanya 1. Biografi Yusuf Al-Qardhawi Dalam buku autobiografinya, Yusuf al-Qardhawi memulai menceritakan kelahirannya dengan mengatakan: “kami tidak pernah berkeinginan atau berharap agar dilahirkan dan dibesarkan di sebuah kota besar seperti Kairo, yang merupakan tempat kelahiran Ahmad Amin; di Damaskus yang merupakan tempat kelahiran Ali Thathawi, sehingga kami dapat bercerita panjang mengenai keistimewaan dan keindahan kota kelahiran kami. Kenyataannya, kami dilahirkan dan dibesarkan di sebuah kampung terpencil yang terdapat di pedalaman Mesir dan jauh dari hiruk pikuk kota modern”. 1 Dr. al-Qardhawi dilahirkan di sebuah desa di Republik Arab Mesir pada tahun 1926. 2 Dia lahir dalam keadaan yatim. Oleh sebab itulah dia dipelihara oleh pamannya. Pamannya ini yang mengantarkan al-Qardhawi kecil ke surau tempat mengaji. Di tempat itu al-Qardhawi terkenal sebagai seorang anak yang sangat cerdas. Dengan kecerdasannya beliau mampu menghafal al-Qur'an dan menguasainya hukum-hukum tajwidnya dengan sangat baik. Itu terjadi pada saat dia masih berada di bawah umur sepuluh 1 Yusuf al-Qardhawi, Perjalanan Hidupku 1, terj. Cecep Taufikurrahman dan Nandang Burhanuddin, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2003, hlm. 9. 2 Yusuf al-Qardhawi, Hadyul Islam Fatawi Mu’ashirah, Beirut Libanon: Dar al- Ma’rifah, hlm. 350

BAB III PENDAPAT YUSUF AL-QARDHAWI TENTANG MULTI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1... · itu dia bergabung dengan sekolah cabang al-Azhar. Dia menyelesaikan

  • Upload
    dodien

  • View
    229

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

47

BAB III

PENDAPAT YUSUF AL-QARDHAWI

TENTANG MULTI PARTAI

A. Biografi Yusuf Al-Qardhawi, Perjuangan dan Karyanya

1. Biografi Yusuf Al-Qardhawi

Dalam buku autobiografinya, Yusuf al-Qardhawi memulai

menceritakan kelahirannya dengan mengatakan: “kami tidak pernah

berkeinginan atau berharap agar dilahirkan dan dibesarkan di sebuah kota

besar seperti Kairo, yang merupakan tempat kelahiran Ahmad Amin; di

Damaskus yang merupakan tempat kelahiran Ali Thathawi, sehingga kami

dapat bercerita panjang mengenai keistimewaan dan keindahan kota

kelahiran kami. Kenyataannya, kami dilahirkan dan dibesarkan di sebuah

kampung terpencil yang terdapat di pedalaman Mesir dan jauh dari hiruk

pikuk kota modern”.1

Dr. al-Qardhawi dilahirkan di sebuah desa di Republik Arab Mesir

pada tahun 1926.2 Dia lahir dalam keadaan yatim. Oleh sebab itulah dia

dipelihara oleh pamannya. Pamannya ini yang mengantarkan al-Qardhawi

kecil ke surau tempat mengaji. Di tempat itu al-Qardhawi terkenal sebagai

seorang anak yang sangat cerdas. Dengan kecerdasannya beliau mampu

menghafal al-Qur'an dan menguasainya hukum-hukum tajwidnya dengan

sangat baik. Itu terjadi pada saat dia masih berada di bawah umur sepuluh

1Yusuf al-Qardhawi, Perjalanan Hidupku 1, terj. Cecep Taufikurrahman dan

Nandang Burhanuddin, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2003, hlm. 9. 2Yusuf al-Qardhawi, Hadyul Islam Fatawi Mu’ashirah, Beirut Libanon: Dar al-

Ma’rifah, hlm. 350

48

tahun. Orang-orang di desa itu telah menjadikan dia sebagai imam dalam

usianya yang relatif muda, khususnya pada saat shalat subuh. Sedikit

orang yang tidak menangis saat shalat di belakang al-Qardhawi. Setelah

itu dia bergabung dengan sekolah cabang al-Azhar. Dia menyelesaikan

sekolah dasar dan menengahnya di lembaga pendidikan itu dan selalu

menempati ranking pertama. Kecerdasannya telah tampak sejak dia kecil,

hingga salah seorang gurunya menggelarinya dengan "allamah" (sebuah

gelar yang biasanya diberikan pada seseorang yang memiliki ilmu yang

sangat luas, pent). Dia meraih ranking kedua untuk tingkat nasional,

Mesir, pada saat kelulusannya di Sekolah Menengah Umum. Padahal saat

itu dia pernah dipenjarakan.

Setelah itu beliau masuk fakultas Ushuludin di Universitas al-

Azhar. Dari al-Azhar ini dia lulus sebagai sarjana S1 pada tahun 1952.

Beliau meraih ranking pertama dari mahasiswa yang berjumlah seratus

delapan puluh. Kemudian ia memperoleh ijazah setingkat S2 dan

memperoleh rekomendasi untuk mengajar dari fakultas Bahasa dan Sastra

pada tahun 1954. Dia menduduki ranking pertama dari tiga kuliah yang

ada di al-Azhar dengan jumlah siswa lima ratus orang. Pada tahun 1958

dia memperoleh ijazah diploma dari Ma'had Dirasat al-Arabiyah al-Aliyah

dalam bidang bahasa dan sastra. Sedang di tahun 1960 dia mendapatkan

ijazah setingkat Master di jurusan Ilmu-ilmu al-Qur'an dan Sunnah di

Fakultas Ushuluddin. Pada tahun 1973 dia berhasil meraih gelar Doktor

dengan peringkat summa cum laude dengan disertasi yang berjudul az-

49

Zakat wa Atsaruha fi Hill al-Masyakil al-Ijtimaiyyah (Zakat dan

Pengaruhnya dalam Memecahkan Masalah-masalah Sosial

Kemasyarakatan). Dia terlambat meraih gelar doktornya karena situasi

politik Mesir yang sangat tidak menentu. 3

2. Perjuangan dan Karyanya

Yusuf al-Qardhawi pernah bekerja sebagai penceramah (khutbah)

dan pengajar di berbagai masjid. Kemudian menjadi pengawas pada

Akademi Para Imam, lembaga yang berada di bawah Kementerian Wakaf

di Mesir. Setelah itu dia pindah ke urusan bagian Administrasi Umum

untuk Masalah-masalah Budaya Islam di al-Azhar. Di tempat ini dia

bertugas untuk mengawasi hasil cetakan dan seluruh pekerjaan yang

menyangkut teknis pada bidang dakwah. Pada tahun 1961 dia ditugaskan

sebagai tenaga bantuan untuk menjadi kepala sekolah sebuah sekolah

menengah di negeri Qatar. Dengan semangat yang tinggi dia telah

melakukan pengembangan dan peningkatan yang sangat signifikan di

tempat itu serta berhasil meletakkan pondasi yang sangat kokoh dalam

bidang pendidikan karena berhasil menggabungkan antara khazanah lama

dan kemodernan pada saat yang sama. Pada tahun 1973 didirikan fakultas

tarbiyah untuk mahasiswa dan mahasiswi, yang merupakan cikal bakal

3Ishom Talimah, Manhaj Fikih Yusuf al-Qardhawi, terj. Jakarta: Pustaka al-Kautsar,

2001, hlm. 3-6

50

Universitas Qatar. Syaikh Yusuf ditugaskan di tempat itu untuk

mendirikan jurusan Studi Islam dan sekaligus menjadi ketuanya.4

Pada tahun 1977 dia ditugaskan untuk memimpin pendirian dan

sekaligus menjadi dekan pertama fakultas Syari'ah dan Studi Islam di

Universitas Qatar. Dia menjadi dekan di fakultas itu hingga akhir tahun

ajaran 1989-1990. Dia hingga kini menjadi dewan pendiri pada Pusat

Riset Sunnah dan Sirah Nabi di Universitas Qatar. Pada tahun 1990/1991

dia ditugaskan oleh pemerintah Qatar untuk menjadi dosen tamu di al-

Jazair. Di negeri ini dia bertugas untuk menjadi ketua Majlis Ilmiyah pada

semua universitas dan akademi negeri itu. Setelah itu dia kembali

mengerjakan tugas rutinnya di Pusat Riset Sunnah dan Sirah Nabi. Pada

tahun 1411 H, dia mendapat penghargaan dari IDB (Islamic Development

Bank) atas jasa-jasanya dalam bidang perbankan. Sedangkan pada tahun

1413 dia bersama-sama dengan Sayyid Sabiq mendapat penghargaan dari

King Faisal Award karena jasa-jasanya dalam bidang keislaman. Di tahun

1996 dia mendapat penghargaan dari Universitas Islam Antar Bangsa

Malaysia atas jasa-jasanya dalam ilmu pengetahuan. Pada tahun 1997 dia

mendapat penghargaan dari Sultan Brunai Darus Salam atas jasa-jasanya

dalam bidang fikih.5

Dr. Yusuf al-Qardhawi adalah salah seorang tokoh umat Islam

yang sangat menonjol di zaman ini, dalam bidang ilmu pengetahuan,

pemikiran, dakwah, pendidikan dan jihad. Kontribusinya sangat dirasakan

4Yusuf al-Qardhawi, Perjalanan Hidupku 1, op. cit, hlm. 419 5Ishom Talimah, op. cit, hlm. 5.

51

di seluruh belahan bumi. Hanya sedikit kaum muslimin masa kini yang

tidak membaca buku-buku dari karya tulis, ceramah dan fatwa al-

Qardhawi. Banyak umat Islam yang telah mendengar pidato dan ceramah

al-Qardhawi baik yang beliau ucapkan di masjid-masjid maupun di

universitas-universitas, ataupun lewat radio, TV, kaset dan lain-lain.

Pengabdiannya untuk Islam tidak hanya terbatas pada satu sisi atau

satu medan tertentu. Aktivitasnya sangat beragam dan sangat luas serta

melebar ke banyak bidang dan sisi. Kami akan berusaha membahas

sumbangan dan aktivitas al-Qardhawi itu dalam bahasan di bawah ini

secara lebih terperinci.

1. Dalam bidang ilmu pengetahuan

2. Dalam bidang fikih dan fatwa

3. Dalam bidang dakwah dan pengarahan

4. Dalam bidang seminar dan muktamar

5. Dalam kunjungan dan ceramah-ceramah

6. Dalam bidang ekonomi Islam

7. Dalam amal sosial

8. Dalam usaha pembinaan umat

9. Dalam bidang pergerakan dan jihad

10. Keterlibatannya dalam lembaga-lembaga dunia.6

Adapun karya-karya Yusuf al-Qardhawi dapat disebutkan di

antaranya:

6Ibid, hlm. 5-6.

52

Bidang Fikih dan Ushul Fikih

1. Al-Halal wal-Haram fil-Islam 2. Fatawa Mu'ashirah juz 1 3. Fatawa Mu'ashirah Juz 2 4. Fatawa Muashirah Juz 3 5. Taysir al-Fiqh: Fiqh Shiyam 6. Al-Ijtihad Fisy-Syari'ah al-Islamiyyah 7. Madkhal Li Dirasat al-Syariah al-Islamiyyah 8. Min Fiqhid-Daulah al-Islam 9. Taysir al-Fiqh li al-Muslim al-Muashir l 10. Al-Fatwa baina al-Indhibath wat-Tasayyub 11. Awamil as-Sa'ah wal-Murunah fisy-Syari'ah al-Islamiyyah 12. Al-Fiqh al-Islami bainal-Ashalah wat-Tajdid 13. Al-Ijtihad al-Mu'ashir bainal-Indhibath wal-Infirath 14. Ziwaj al-Misyar 15. Adh-Dhawabith asy-Syariyyah li Binaa al-Masajid 16. Al-Ghina' wal-Musiqa fi Dhau'il- was-Sunnah 17. Bidang Ekonomi Islam 18. Fiqhuz-Zakat (dua juz) 19. Musykilat al-Faqr wa Kaifa 'Alajaha al-Islam 20. Bai'al-Murabahah lil-Amir bisy-Syira' 21. Fawaidul-Bunuk Hiya ar-Riba al-Haram 22. Daurul-Qiyam wal-Akhlaq fil-Iqtishad al-Islami 23. Bidang Ulum Al-Qur'an dan Sunnah 24. Ash-Shabru wal-'IImu fil-Qur'an al-Kariem 25. Al-'Aqlu wal-'lmu fil-Qur'an al-Kariem 26. Kaifa Nata'amal Ma'al-Qur'an al-'Azhiem? 27. Kaifa Nata'amal Ma'as-Sunnah an-Nabawiyyah (Bagaimana berinteraksi dengan Sunnah) 28. Tafsir Surat ar-Ra'd 29. Al-Madkhal li Dirasatas-Sunnah an-Nabawiyyah 30. Al-Muntaqa fit-Targhib wat-Tarhib (dua juz) 31. As-Sunnah Mashdar lil-Ma'rifah wal-Hadharah 32. Nahwa Mausu'ah lil-Hadits an-Nabawi 33. Quthuf Daniyyah min al-Kitab was-Sunnah 34. Bidang Akidah 35. Al-Iman wal-Hayat 36. Mauqif al-Islam min Kufr af-Yahud wan-Nashara 37. Al-Iman bil-Qadar 38. Wujudullah 39. Haqiqat at-Tauhid 40. Bidang Fikih Perilaku 41. Al-Hayat ar-Rabbaniyyah wal-'Iimu 42. An-Niyat wal-Ikhlash 43. At-Tawakkul

53

44. At-Taubat Ila Allah 45. Bidang Dakwah dan Tarbiyah 46. Tsaqafat ad-Da'iyyah 47. At-Tarbiyyah al-lslamiyyah wadrasatu Hasan al-Banna 48. Al-Ikhwan al-Muslimin 70 'Aaman fil al-Da'wah wa al-Tarbiyyah 49. Ar-Rasul wal-'lLmu 50. Rishafat al-Azhar baina al-Amsi wal-Yaum wal-Ghad 51. Al-Waqtu fi Hayat al-Muslim 52. Bidang Gerakan dan Kebangkitan Islam 53. Ash-Shahwah al-lslamiyyah bainal-Juhud wat-Tatharruf 54. Ash-Shahwah al-lslamiyyah wa Humum al-Wathan al-'Arabi wal-

Islami 55. Ash-Shahwah al-lslamiyyah bainal-Ikhtilafal-Masyru' wat-Tafarruq al- Madzmum 56. Min Ajli Shahwah Rasyidah Tujaddid ad-Din wa Tanhad bid-Dunya 57. Ayna al-Khalal? 58. Awlawiyyat al-Harakah al-Islamiyah fil al-Marhalah al-Qadimah 59. Al-Islam wal-'Almaniyyah Wajhan bi Wajhin 60. Fi Fiqh al-Awlawiyyat (FiqihPrioritas) 61. Ats-Tsaqafah al-Arabiyyah al-Islamiyyah baina al-Ashalah wa al-

Muasharah 62. Malamih al-Mujtama' al-Islami alladdzi Nunsyiduhi 63. Ghayrul al-Muslimin fi al-Mujtama' al-Islami 64. Syari'at- al-Islam Shalihah lil-Tathbiq fi Kulli Zamanin wa Makanin 65. Al-Ummat al-Islamiyyah Haqiqat la Wahm 66. Zhahirat al-Ghuluw fit-Tafkir 67. Al-Hulul al-Musrawridah wa Kayfa Janat 'Ala Ummatina 68. Al-Hill al-Islami Faridhah wa Dharurah 69. Bayyinal-Hill al-Islami wa Syubuhat al-'ilmaniyyin wal-Mutagharribin 70. A'da' al-Hill al-Islami 71. Dars an-Nakbah al-Tsaniyyah 72. Jailun-Nashr al-Mansyud 73. An-Naas wa al-Haq 74. Ummatuna bainal-Qarnayn 75. Bidang Penyatuan Pemikiran Islam 76. Syumul al-Islam 77. Al-Marji'iyyah al-'Ulya fi al-Islam li al-Qur'an was-Sunnah 78. Mauqif al-Islam min al-Ilham wa al-Kaysf wa al-Ru'aa wa min al-

Tamaim wa al-Kahanah wa al-Ruqa 79. Al-Siyasah al-Syar'iyyah fi Dhau'Nushush al-Syari'ah wa Maqashidiha 80. Bidang Pengetahuan Islam Yang Umum 81. Al-'Ibadah fi al-Islam 82. Al-Khashaish al-'Ammah fi al-Islam 83. Madkhal li Ma'rifat al-Islam 84. Al-lslam Hadharat al-Ghad 85. Khuthab al-Syaikh al-Qardhawi juz 1

54

86. Khuthab al-Syaikh al-Qaradliawi juz 2 87. Liqaat wa Muhawarat hawla Qadhaya al-Islam wal-'Ashr 88. Tsaqafatuna baina al-Infitah wa al-Inghilaq 89. Qadhaya Mu'ashirah 'Ala Bisath al-Bahts 90. Tentang Tokoh-Tokoh Islam 91. Al-Iman Al-Ghazali baina Madihihi wa Naqidihi 92. Asy-Syaikh al-Ghazali kama 'Araftuhu: Rihlah Nishfu Qarn 93. Nisaa' Mu'minaat 94. Al-Imam al-Juwaini Imam al-Haramain 95. 'Umar bin Abdul Aziz Khamis al-Khulafa' al-Rasyidin 96. Bidang Sastra 97. Nafahat wa Lafahat (kumpulan puisi) 98. Al-Muslimin Qadimum (kumpulan puisi) 99. Yusuf ash-Shiddiq (naskah drama dalam bentuk prosa) 100. 'Alim wa Thagiyyah 101. Buku-buku Kecil Tentang Kebangkitan Islam 102. Ad-Din fi 'Ashr al-'Ilmi 103. Al-Islam wa al-Fann 104. An-Niqaab lil-Mar'ah baina al-Qawl bi Bid'atihi wal-Qawl bi

Wujubihi 105. Markaz al-Mar'ah fil-Hayah al-lslamiyyah 106. Fatawa lil-Mar'ah al-Muslimah 107. Jarimah ar-Riddah wa 'Uqububat al-Murtad fi Dhau' al-Qur'an

was- Sunnah 108. Al-Aqlliyat ad-Diniyyah wal-Hill al-Islami 109. Al-Mubasyyirat bi Intishar al-Islam 110. Mustaqbal al-Ushuliyyah al-lslamiyyah 111. Al-Quds Qadhiyat Kulli Muslim 112. Al-Muslimun wal-'Awlamah 113. Kaset-kaset Ceramah Syaikh Al-Qardhawi 114. Limadza al-Islam 115. Al-Islam alladzi Nad'u Ilaihi 116. Wajib Asy-Syabab al-Muslim 117. Muslimat al-Ghad 118. Ash-Shaliwah al-Islamiyyah bainal-'Amal wal-Mahadzir 119. Qimat al-Insan wa Ghayat Wujudihi fil-Islam 120. Likay Tanjah Muassasah az-Zakat fit-Tathbiq al-Mu'ashir 121. At-Tarbiyyah 'inda al-Imam asy-Syathibi 122. Al-Islam Kama Nu'minu Bihi 123. Insan Suratal-'Ashr 124. As-Salam al-Mustahil bainal-'Arab wa Israel 125. Al-Islam wal-Muslimun wa 'Ulum al-Mustaqbal 'Ala A'tab al-Qarn

al- Qadim 126. Al-Muslimin wat-Takhalluf al-'Ilmi

55

127. Ash-Shahwah al-Islamiyah wa Fiqh al-Awlawiyyat7

B. Pendapat Yusuf al-Qardhawi tentang Kedudukan Multi Partai Dalam

Sistem Politik Islam

1. Multi Partai Menurut Yusuf al-Qadhawi

Menurut Yusuf al-Qardhawi, multi partai dalam Islam adalah

multi pemikiran, sistem dan politik, yang bisa disodorkan suatu golongan

yang memiliki landasan dan hujjah, yang didukung orang-orang yang

mempercayainya dan tidak melihat cara untuk mengadakan perbaikan

kecuali dengan mendirikan partai. Multipartai dalam kancah politik tidak

berbeda jauh dengan multimadzhab dalam kancah fiqih. Suatu madzhab

fiqih merupakan sekolah pemikiran yang memiliki akar-akar yang khusus

dalam memahami syariat dan menyimpulkan dalil-dalilnya yang terinci.

Pada dasarnya para pengikut madzhab adalah murid-murid di sekolah ini,

yang percaya bahwa sekolah itulah yang lebih mendekati kebenaran dan

lebih menunjukkan jalan dari sekolah lainnya. Mereka ini serupa dengan

kelompok pemikiran dan para anggotanya saling bertemu pada dasar-dasar

ini serta mendukungnya, sekalipun mereka tidak menganggap madzhab

lain batil.8

Jadi partai ini bisa diserupakan dengan madzhab9 dalam politik,

7Yusuf al-Qardhawi, Perjalanan Hidupku 1, op. cit, hlm. 419 8Yusuf al-Qardhawi, Fiqh ad-Daulah fi al-Islam, Beirut Libanon: Dar al-Ma’rifah,

hlm.1990, hlm. 101 9Madzhab menurut bahasa berarti jalan atau tempat yang dilalui. Menurut istilah

berarti dasar pendirian yang diturut. Menurut Endang Saifuddin Anshari madzhab berasal dari dzahaba yang berarti pergi atau tempat berjalan, secara terminologis berarti aliran, aturan. Sedangkan Hamzah Ya’qub menegaskan madzhab adalah aliran faham dari imam-imam

56

yang memiliki filsafat, dasar dan sistem yang didasarkan kepada Islam

yang lapang. Para pengikut partai bisa diserupakan dengan para pengikut

madzhab fiqih. Masing-masing orang mendukung mana yang dilihatnya

lebih dekat dengan kebenaran dan memang lebih layak untuk didukung.

2. Pendapat Yusuf Al-Qadhawi tentang Kedudukan Multi Partai

a. Syari'at Islam Tidak Melarang Mendirikan Multi Partai

Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya memulai uraian dengan

mengatakan:

Menurut pendapat kami seperti yang pernah kami sampaikan beberapa tahun yang silam dalam beberapa ceramah umum maupun forum-forum tertentu, bahwa di sana tidak ada penghalang dalam syariat tentang keberadaan multipartai politik dalam daulah Islam. Sebab larangan dalam syariat harus ada nash-nya. Sementara itu, tidak ada satu nash pun tentang hal ini. Bahkan boleh jadi multipartai sangat dibutuhkan pada zaman sekarang, sebab hal ini bisa mencegah otokrasi kekuasaan individu ataupun golongan tertentu yang akan diterapkan terhadap manusia. Sebab seperti yang sering di baca dalam sejarah dan yang seringkali dilihat dalam kenyataan, otokrasi kekuasaan akan menghalangi kekuatan yang memungkinkan untuk berkata "Tidak" atau "Mengapa" di hadapannya.10

Tapi keberadaan partai-partai itu harus memenuhi dua syarat

yang sangat fundamental, yaitu:

1. Harus mengakui Islam sebagai akidah dan syariat, tidak memusuhi

dan mengingkarinya. Jika partai-partai itu harus melakukan ijtihad

mujtahid yang menjadi pegangan, pengikut-pengikutnya. Endang Saifudin Anshari, Wawasan Islam, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1993, hlm. 74. Hamzah Ya’qub, Pengantar Ilmu Syari.’ah (Hukum Islam), Bandung: CV.Diponegoro, 1995, hlm. 101.

10Yusuf al-Qardhawi, op. cit, hlm. 102.

57

khusus untuk memahami Islam, maka harus dilakukan menurut

dasar-dasar ilmiah yang sudah ditetapkan.

2. Tidak boleh bertindak untuk suatu tujuan yang memerangi Islam

dan umatnya, apa pun nama dan statusnya. Tidak boleh ada partai

yang menyeru kepada ateisme, permisivisme, sekularisme atau

memojokkan agama-agama samawi secara umum, khususnya

Islam, atau menganggap enteng hal-hal yang disucikan Islam,

akidahnya, syariatnya, Al-Qur'annya atau nabinya.

Menjadi hak manusia dalam Islam dan bahkan merupakan

kewajiban bagi mereka untuk menyampaikan nasihat kepada

pemimpin dan meluruskannya jika menyimpang, memerintahkannya

kepada yang ma'ruf dan mencegahnya dari yang mungkar. Pemimpin

adalah salah seorang dari kaum Muslimin, bukan orang yang terlalu

agung sehingga tidak memerlukan nasihat dan tidak bisa diperintah.

Orang-orang Muslim juga tidak terlalu kerdil untuk memberi nasihat

atau memerintah. Jika umat mengabaikan amar ma'ruf nahi munkar,

maka hilanglah rahasia keistimewaan dan kelebihannya, dan akhirnya

akan disusul dengan datangnya laknat seperti yang dialami umat-umat

sebelum mereka, karena mereka tidak saling mencegah dari

kemungkaran yang dikerjakan.11

Dalam pidato yang disampaikan pertama kali setelah diangkat

sebagai khalifah, Abu Bakar dan Umar menyampaikan keterbukaannya

11Ibid, hlm. 102

58

untuk dinasihati dan diluruskan jika ada penyimpangan yang

dilakukannya. Tetapi lewat sejarah, pengalaman berbagai bangsa dan

kenyataan yang terjadi di masyarakat Islam sendiri, kita tahu bahwa

meluruskan penyimpangan pemimpin bukanlah perkara yang mudah

dan tidak cukup hanya dengan sekali dua kali pidato. Sementara rakyat

atau umat tidak memiliki pedang untuk meluruskan penyimpangan

tersebut. Sebab semua pedang berada di tangan pemimpin dan

penguasa.

Yang harus dilakukan ialah menata perintah untuk meluruskan

penyimpangan pemimpin ini, tanpa harus menghunus pedang dan

mengangkat senjata. Pola kehidupan manusia pada zaman sekarang,

setelah melewati peperangan yang cukup panjang, sudah menemukan

formula khusus dalam melaksanakan amar ma 'ruf nahi munkar dan

meluruskan penyimpangan penguasa tanpa harus menumpahkan darah.

Hal ini terjadi karena adanya "Kekuatan politik", yang tidak bisa

ditekuk secara mudah oleh pihak penguasa. Kekuatan politik ini bisa

disebut dengan istilah "partai.”12

Bahkan terkadang pihak penguasa bisa dikalahkan dengan

suatu tekanan atau argumen yang berasal dari seseorang atau golongan

minoritas, yang justru tidak bisa dilakukan golongan mayoritas yang

sudah mapan, karena golongan minoritas itu bisa memanfaatkan media

12Yusuf al-Qardhawi, al Siyasah al Syari'ah Beirut Libanon: Dar al-Ma’rifah, hlm.

40

59

massa dan berbagai sarana yang memang efektif untuk melakukan

perubahan dan mempengaruhi.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditegaskan bahwa dalam Islam

masalah multi partai diserahkan pada manusia untuk mengatur dan

membentuknya, namun dalam mekanisme dan operasionalnya harus

menjunjung tinggi pada nilai-nilai dasar yang terkandung dalam al-

Qur'an dan hadits.

b. Menegakkan Amar Ma'ruf Nahi Munkar Dalam Daulah Islam

Jika menghendaki agar kewajiban pelaksanaan amar ma'ru’

nahi munkar mempunyai makna, kekuatan dan pengaruh pada zaman

sekarang, maka hal ini tidak bisa dipertahankan sebagai kewajiban

individu dengan pengaruhnya yang serba terbatas. Jadi harus ada

tahapan-tahapan konsep yang matang tentang bagaimana caranya

memerintah, melarang, memperingatkan, mengatakan, "Tidak ada

ketaatan", jika ada perintah untuk melakukan kedurhakaan, dan

bagaimana semua kekuatan politik bisa bersatu menghadapi kekuasaan

yang menyimpang, lalu menjatuhkannya tanpa harus menggunakan

kekerasan dan tanpa menumpahkan setetes darah. Pembentukan partai

atau organisasi-organisasi politik ini merupakan sarana yang sangat

dibutuhkan untuk menghadapi dan memperhitungkan kekuasaan yang

menyimpang, lalu mengembalikannya ke jalan yang benar, atau

menggesernya dan menggantinya dengan yang lain. Hanya cara inilah

yang bisa berhadapan langsung dengan penguasa, memberikan nasihat

60

kepadanya, menyuruhnya kepada yang ma'ruf dan mencegahnya dari

yang mungkar. Jika sesuatu yang wajib tidak bisa menjadi sempurna

kecuali dengan sesuatu, maka sesuatu itu pun menjadi wajib. Boleh

jadi sebagian orang-orang yang masih lugu menggambarkan bahwa

daulah yang menerapkan syariat Allah dan segala urusannya

dikembalikan kepada hukum syariat, tidak membutuhkan hal-hal yang

disebutkan di atas, karena daulah ini harus membatasi diri pada

hukum-hukum yang datang dari Allah.13

Maka para aktivis Muslim harus berusaha agar daulah yang

diidam-idamkan ini bisa berdiri, dan jika sudah berdiri harus memiliki

sifat seperti yang disebutkan Allah dalam al-Qur’an Surat al-Hajj ayat

41

الذين إن مكناهم في الأرض أقاموا الصلاة وآتوا الزكاة وأمروا )41: احلج...(بالمعروف ونهوا عن المنكر

Artinya: "(Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan

mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar…" (QS. al-Hajj: 41).14

Jika daulah seperti yang digambarkan ini sudah terbentuk,

maka saat itulah semua orang harus mendukungnya, loyal dan tunduk

kepadanya. Perlu kami (kata Yusuf al-Qardhawi) tegaskan sekali lagi

di sini bahwa daulah Islam bukanlah daulah teokrasi seperti yang

13Yusuf Qardhawi, Fiqh ad-Daulah al-Islam, op. cit, hlm. 78. 14Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan

Terjemahnya, Depag RI, 1986, hlm. 518

61

dikenal di beberapa masyarakat lain. Artinya, daulah Islam adalah

daulah sipil yang mengacu kepada hukum syariat. Pemimpinnya bukan

merupakan "Imam yang terjaga dari kesalahan", para pejabatnya bukan

"Pendeta yang suci", tetapi mereka adalah manusia biasa yang bisa

salah dan bisa benar, bisa berbuat baik dan bisa berbuat buruk, bisa

berbuat adil dan bisa pilih kasih, bisa taat dan bisa durhaka. Semua

orang harus memberi pertolongan jika mereka berbuat baik dan adil,

namun semua orang harus meluruskan jika mereka berbuat buruk,

menolak perintah jika mereka memerintah kepada kedurhakaan. Jika

tidak ada jaminan kesucian dan pemeliharaan dari kesalahan, berarti

semua manusia tetaplah manusia. Mereka tidak dijamin terhindar dari

pesona duniawi, sehingga mereka pun memperdaya Allah, lalu berbuat

zhalim dan menjadi penguasa otokrat serta diktator. Puncaknya jika

mereka sudah berbicara atas nama agama. Jika tidak ada perangkat

pengontrol dan cara-cara untuk mencegah perbuatan mereka serta

meredam perbuatan yang sudah mereka lakukan, tentu bahaya siap

mengancam umat, dan imbasnya juga kepada agama.15

Oleh karena itu menciptakan kekuatan-kekuatan yang

terorganisir, memiliki aktivitas yang jelas, mampu membantu orang

yang berbuat baik dan meluruskan orang yang berbuat salah,

merupakan masalah yang dianjurkan syariat dan didukungnya, karena

di belakang semua itu ada upaya mendatangkan kemaslahatan dan

15Yusuf al-Qardhawi, al Siyasah al Syari'ah, op. cit, hlm. 78

62

menyingkirkan kerusakan. Kesalahan yang paling fatal, jika daulah

atau pihak penguasa beranggapan bahwa kebenaran hanya ada di

tangan daulah. Siapa pun yang menentang mereka dan beroposisi

dianggap salah, bahkan batil dan harus ditumpas. Melihat bagaimana

golongan Mu'tazilah tatkala memiliki otonomi kekuasaan pada masa

khalifah Al-Ma'mun bin Ar-Rasyid, pada masa Al-Watsiq dan Al-

Mu'tashim setelah itu. Mereka hendak memaksakan pendapat

golongannya kepada semua orang dan sama sekali tidak memberi

tempat bagi pendapat yang lain, sekalipun itu hanya berupa peta

pemikiran. Mereka menghadapi dan meredam pendapat golongan lain

dengan cemeti dan pedang, yaitu yang tidak sejalan dengan pendapat

mereka dalam masalah yang mereka ciptakan sendiri, yang sangat

terkenal dalam sejarah akidah dan pemikiran, yang disebut dengan

masalah "Penciptaan Al- Qur'an". Akhirnya muncul cobaan yang keras

dan berat. Tidak sedikit para pemuka kaum Muslimin dan imam yang

besar harus mendapat siksaan mereka, seperti yang dialami imam yang

wara' dan bertakwa, Ahmad bin Hanbal Radhiyallahu Anhu. Sejarah

telah mengabadikan kejahatan dan kebrutalan yang dilakukan orang-

orang yang menamakan dirinya sebagai golongan yang

mengedepankan nalar dan kebebasan berpikir, yaitu kejahatan dalam

memberantas orang-orang yang berbeda pendapat, dengan cara

memenjarakan dan menyiksa orang-orang yang berbeda pendapat,

63

sekalipun mereka itu termasuk ulama dan imam umat Islam yang

terkenal.16

Dengan merujuk pada keterangan di atas jelaslah bahwa amar

ma'ruf nahi munkar akan berfungsi dengan baik manakala disertai

dengan kekuasaan, akan tetapi kekuasaan tersebut harus berlandaskan

pada al-Qur'an dan sunnah

c. Multi Partai Dalam Islam

Ketika memperbolehkan prinsip multipartai di daulah Islam,

bukan berarti harus ada sekian banyak partai dan golongan yang boleh

didirikan setiap tokoh, sehingga mereka boleh berbeda dalam

menetapkan tujuan atau kemaslahatan individualnya, lalu disebut ini

adalah partai Fulan, itu adalah partai Alan dan ini adalah partai Hayan

bin Bayan. Lalu karena itu mereka boleh menghimpun orang-orang

dan memutar mereka di garis edarnya. Contohnya adalah multipartai

yang didirikan berdasarkan asas rasial, daerah, status sosial atau lain-

lainnya yang mencerminkan fanatisme terhadap sesuatu, yang sama

sekali terlepas dari napas Islam.

Segolongan orang berpendapat bahwa Syura adalah lembaga

yang menentukan, pemimpin daulah diangkat melalui pemilihan

umum, masa kepemimpinannya dibatasi untuk sekian tahun, kemudian

dia bisa diangkat kembali melalui pemilihan umum berikutnya. Ahli

Syura adalah orang-orang yang diangkat berdasarkan pemilihan umum

16Ibid, hlm. 99.

64

dan yang disukai rakyat, wanita berhak memberikan suara dalam

pemilihan umum dan berhak dicalonkan dalam majlis perwakilan,

daulah mempunyai hak untuk menyediakan bahan pohon,

menyewakan tanah, menggaji para pegawai dan mengambil pajak dari

keuntungan para pedagang, tanah harus diolah dengan dijadikan area

pertanian, harta kekayaan boleh digunakan kecuali zakat, prinsip

dalam hubungan luar negeri adalah perdamaian, ahli dzimmah tidak

perlu ditarik jizyah jika mereka bekerja untuk daulah atau militer, yang

dinilai dari zakat yang diambil dari orang Muslim, dan mereka bisa

dicalonkan dalam majlis perwakilan.17

Sementara itu ada segolongan lain dari kalangan konservatif

yang bertentangan dengan kalangan modernis ini dalam sisi

pandangnya. Mereka berpendapat bahwa Syura hanya sekedar

memberi masukan dan bukan yang menentukan, pemimpin daulah

dipilih Ahlul-halli wal-aqdi, diangkat untuk selama hidupnya, dialah

yang berhak mengangkat Ahlul-halli wal-aqdi, pemilihan umum bukan

merupakan sarana yang sejalan dengan syariat, wanita tidak memiliki

hak memberikan suara dan tidak layak dicalonkan duduk di majlis

perwakilan, bidang ekonomi adalah bebas, hak milik tidak terbatas,

prinsip dalam hubungan dengan luar negeri adalah perang, pemimpin

atau khalifah berhak mengumumkan perang atau menerima

perdamaian, begitu pula pemikiran-pemikiran lain yang meliputi

17Ibid, hlm. 118.

65

kehidupan sosial, politik, ekonomi, militer, ilmiah dan kebudayaan.

Kemudian ada pula golongan lain yang tidak sejalan dengan golongan

pertama maupun golongan kedua. Sebagian pemikirannya ada yang

sejalan dengan golongan pertama dan sebagian pemikiran yang lain

ada yang sejalan dengan golongan kedua.

Jika salah satu dari golongan-golongan (partai) ini menang

dalam pemilihan umum dan kendali kekuasaan ada di tangannya,

apakah ia akan melindas golongan lain hingga tak berbekas lagi dan

menaburkan debu kepada pemikiran-pemikirannya, hanya karena ia

memegang kendali kekuasaan? Apakah kekuasaan di tangan

memberinya hak untuk tetap eksis, sedangkan di luar golongannya

harus diberantas? Pandangan yang benar tentu akan menjawab tidak.

Setiap pemikiran mempunyai hak untuk mengungkapkan apa yang

tersirat di dalam dirinya, selagi memiliki arah dan landasan yang jelas

serta para pengikut yang mendukungnya. Sesuatu yang tidak bisa di

terima dalam kancah politik, seperti yang juga tidak bisa diterima

dalam kancah fiqih adalah taqlid dan fanatisme buta, serta

menganggap para pemegang kekuasaan sebagai orang-orang yang suci,

seakan-akan mereka itu adalah para nabi. Ini semua merupakan sumber

bencana dan kebinasaan. Maka seringkali kami sampaikan dalam

berbagai forum ilmiah dan pemikiran, bahwa partai-partai bisa

diibaratkan dengan madzhab-madzhab dalam kancah politik,

sebagaimana madzhab-madzhab yang bisa diibaratkan dengan partai-

66

partai dalam kancah fiqih. Di antara syubhat-syubhat yang sengaja

dihembus-hembuskan di sini, bahwa prinsip multipartai tidak sejalan

dengan persatuan yang diwajibkan Islam.18 Apalagi persatuan ini

dianggap sebagai saudara kandung iman, sebagaimana menganggap

perselisihan dan pertentangan sebagai saudara kufur serta Jahiliyah.

Allah berfirman,

)103: آل عمران...(واعتصموا بحبل الله جميعا وال تفرقوا

Artinya: Dan, berpeganglah kalian semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah kalian bercerai berai... (Ali Imran: 103).19

تاخقوا وفرت وا كالذينكونال تو اتنيالب ماءها جد معلفوا من ب

ظيمع ذابع مله لـئكأو105: آل عمران ( و(

Artinya: Dan janganlah menyerupai orang-orang yang bercerai berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat. (Ali Imran: 105).20

Dengan memperhatikan uraian sebelumnya bahwa multi partai

yang dikehendaki Islam adalah bukan multi partai yang mengarah pada

perpecahan dan perselisihan yang tak berujung pangkal. Multi partai

yang dikehendaki adalah yang bisa mengawasi jalannya kekuasaan

dengan koreksi secara obyektif dan tidak hanya mencari kesalahan

tanpa dasar.

18Ibid, hlm. 118 19Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, op. cit, hlm. 93 20Ibid, hlm. 93.

67

d. Multi Partai bukan Berarti Perselisihan

Menurut Yusuf Qardhawi bahwa perlu diingat satu hakikat

yang sangat penting di sini, bahwa multi sama sekali bukan berarti

perselisihan, sebagaimana perselisihan tidak selamanya dibenci, seperti

berselisih pendapat sebagai akibat dari perbedaan dalam ijtihad. Oleh

karena itu para shahabat juga berselisih pendapat dalam masalah-

masalah furu’ (cabang), dan hal ini sama sekali tidak menimbulkan

mudharat bagi mereka. Bahkan semasa Nabi pun mereka juga saling

berselisih pendapat dalam berbagai masalah, seperti mengenai masalah

shalat ashar dalam perjalanan mereka ke Bani Quraizhah. Ini

merupakan peristiwa yang cukup terkenal. Sementara beliau tidak

mencela salah satu dari dua pihak yang saling berselisih mengenai

masalah ini.21

Sebagian orang ada yang menganggap perbedaan pendapat ini

termasuk pintu rahmat yang amat luas bagi umat ini, sebagaimana

yang disebutkan dalam sebuah atsar, "Perbedaan pendapat umatku

adalah rahmat. Diriwayatkan dari Khalifah Umar bin Abdul-Aziz,

bahwa dia kurang suka jika melihat para shahabat tidak saling berbeda

pendapat. Sebab dengan saling berbeda pendapat dan mengadu

argumen, akan terbuka pintu yang luas dan kemudahan bagi para

imam, dengan disertai keragaman sumber pengambilannya. Sebagian

orang ada yang menjadikan perbedaan pendapat sebagai rahmat,

21Yusuf al-Qardhawi, al Siyasah al Syari'ah, op. cit, hlm. 118

68

terbatas pada perbedaan manusia dalam ilmu pengetahuan dan

aktivitas kerja mereka, agar berbagai celah bisa ditutup dan berbagai

kebutuhan bisa dipenuhi, untuk kepentingan semua golongan.22

Sementara itu, Al-Qur'an menganggap perbedaan bahasa dan warna

kulit sebagai bukti dari kekuasaan Allah pada makhluk-Nya, agar

orang-orang yang berilmu mau memikirkannya,

انكمألوو تكمألسن تلافاخض والأرات واومالس لقاته خآي منو

المنيات للعلآي 22: الروم (إن في ذلك(

Artinya: Dan, di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasa kalian dan warna kulit kalian. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui." (Ar-Rum: 22).23

Jadi tidak setiap perselisihan dan perbedaan pendapat itu buruk.

Perbedaan di antara manusia ini bisa dibagi menjadi dua bagian:

Perbedaan keragaman dan perbedaan pertentangan. Yang pertama

dipuji dan yang kedua dicela. Sebagaimana yang seringkali kami

sebutkan di dalam buku-buku dan ceramah kami, bahwa tidak ada

sesuatu yang menghalangi munculnya sekian banyak jama'ah aktivis

Islam, selagi persatuan bisa mereka jaga, dengan perbedaan tujuan,

cara yang ditempuh, taraf pemahaman dan keilmuan mereka. Tetapi

multijama'ah ini harus berupa multikeragaman dan spesifikasi, bukan

multipertentangan dan perlawanan, semua harus membentuk satu

22Yusuf al-Qardhawi, Min Fiqh Daulah fi al Islam, op. cit, hlm. 56 23Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, op. cit, hlm. 644.

69

barisan yang membidangi berbagai masalah yang berkait dengan

eksistensi, akidah, syariat dan umat Islam. Apa pun keadaannya, saling

berbaik sangka dan menerima alasan merupakan keutamaan yang

dimiliki setiap pihak, tanpa harus melemparkan dosa, menyesatkan dan

mengkafirkan pihak lain. Masing-masing harus memberi nasihat

kepada kebenaran dan kesabaran, mempertimbangkan hikmah,

keteladanan yang baik dan cara berdebat yang paling baik. Perbedaan

keragaman seperti ini tidak seharusnya menjurus kepada perpecahan

dan permusuhan, tidak memecah belah umat dan sebagian tidak

melibas sebagian yang lain. Ini merupakan perbedaan yang biasa

terjadi di bawah lindungan umat yang satu dan dalam ikatan akidah.

Jadi tidak perlu ada kekhawatiran dan tidak perlu dirisaukan, karena ini

merupakan fenomena yang sehat. Kami katakan seperti ini sebelum

berdirinya daulah Islam dan setelah berdirinya. Begitulah keadaan

daulah yang tidak menjadi sempit karena munculnya perbedaan

pendapat dan tidak perlu membungkam setiap pemikiran yang

disampaikan berbagai jama'ah. Sebab yang namanya pemikiran itu

tidak akan mati dan tidak bisa musnah sekalipun diberantas dengan

berbagai cara, yang justru bisa menimbulkan pemikiran yang lebih

kuat lagi.24

Berdasarkan uraian di muka dapat disimpulkan bahwa multi

partai akan berguna bagi rakyat, negara dan bangsa apabila

24Yusuf al-Qardhawi, op. cit, hlm. 57

70

keberadaannya tidak menimbulkan perpecahan dan perselisihan

melainkan dapat mendorong persatuan dan kesatuan.

e. Multi Partai Merupakan Prinsip Yang Diimpor

Di antara syubhat yang diungkit-ungkit di sini adalah

pernyataan bahwa multipartai merupakan prinsip yang diimpor dari

sistem demokrasi Barat, bukan merupakan prinsip Islam yang asli dan

bersumber dari lingkungan. Padahal umat Islam diperintah agar tidak

menyerupai umat selain Islam. Sebab menyerupai umat selain bisa

menghilangkan jati diri sebagai umat Islam, dan siapa yang

menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka. Umat

Islam harus memiliki kemerdekaan dalam pemikiran dan politik, tidak

seharusnya mengikuti jejak selain umat Islam, sehasta demi sehasta,

lalu menjadi sejengkal demi sejengkal. Dapat dikatakan, bahwa yang

dilarang dan yang diperingatkan ialah taqlid buta terhadap umat selain

umat Islam, sehingga apa-apa yang seharusnya tidak perlu ditiru pun

juga ditiru dan segala urusan mengikuti umat yang lain. Kalau pun

umat yang lain itu masuk ke dalam lubang biawak, mereka juga ikut

masuk ke sana seperti yang digambarkan hadits shahih. Menyerupai

umat non-Muslim yang dilarang adalah menyerupai ciri-ciri agama

mereka secara khusus, seperti mengenakan tanda salib milik orang-

orang Nasrani, ikat pinggang milik orang-orang Majusi dan lain-

lainnya, yang membuat orang yang menyerupai termasuk dalam

71

golongan orang yang diserupai dan yang digambarkan bahwa dia

termasuk salah seorang dari mereka. Sedangkan menyerupai mereka

dalam masalah-masalah selain itu dari kondisi kehidupan yang bersifat

dinamis, tidak dianggap suatu dosa alias boleh dikerjakan. Hikmah

adalah milik orang Mukmin yang hilang. Selagi sudah

mendapatkannya, maka dia adalah orang yang paling berhak untuk

memilikinya lagi.25

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menggali parit di seputar

Madinah, padahal ini bukan termasuk siasat perang yang dikenal

Bangsa Arab, tetapi merupakan siasat yang biasa dilakukan

Bangsa Persi. Ada yang berpendapat, Salmanlah yang

menganjurkan untuk melaksanakan cara itu. Beliau juga

mempergunakan stempel untuk menyetempel surat-surat beliau.

Sebab ada yang mengabarkan bahwa para raja tidak mau

menerima surat yang tidak diberi stempel. Umar juga meniru

penerapan sistem pajak. Mu'awiyah meniru jasa layanan pos, dan

pemimpin-pemimpin sesudah itu juga banyak yang meniru sistem

yang berasal dari luar umat Islam. 26

Tidak ada yang bisa memaksa umat Islam untuk mengambil

suatu sistem secara utuh hingga masalah-masalah yang kecil, seperti

fanatisme terhadap partai, tak peduli benar atau batil, menolong orang

yang zhalim dan yang dizhalimi seperti yang dinyatakan orang-orang

25Ibid, hl. 58 26Ibid, hlm. 59

72

Arab semasa Jahiliyah, "Tolonglah saudaramu yang zhalim atau yang

dizhalimi", sebelum Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam

meluruskan pengertiannya dan memberikan suatu penafsiran, sehingga

maknanya menjadi lain. Menolong orang yang zhalim berarti

menghela tangannya dan mencegah kezhalimannya. Dengan begitu

engkau menolongnya untuk melawan hawa nafsunya sendiri dan

bisikan syaitan. Di antara syubhat yang juga dipermasalahkan di sini

adalah pendapat yang menyatakan bahwa keberadaan multipartai di

daulah Islam bisa membagi loyalitas seseorang, antara loyalitas

terhadap partai yang didukungnya dan loyalitas terhadap daulah yang

harus dipatuhinya. Hal ini memang benar jika seseorang hendak

bersikap menentang daulah dalam segala sesuatu dan mendukung

partainya dalam segala sesuatu. Tentu saja kami tidak mengatakan

yang seperti ini. Loyalitas orang Muslim hanya terhadap Allah, Rasul-

Nya dan jama'ah Mukminin, sebagaimana firman-Nya,

إنما وليكم الله ورسوله والذين آمنوا الذين يقيمون الصالة

تؤيون واكعر مهكاة و55{ون الز { ولهسرو ل اللهوتن يمو

)56-55: املائدة (والذين آمنوا فإن حزب الله هم الغالبون

Artinya: Sesungguhnya penolong kalian hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). Dan, barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka

73

sesungguhnya pengikut (agama Allah) itulah yang pasti menang." (Al-Maidah: 55-56).27

Penyanderaan seorang Muslim kepada kabilah, daerah,

kelompok, golongan, organisasi atau partainya, tidak bertentangan

dengan penyanderaan dan loyalitasnya kepada daulah.

Sebab berbagai bentuk loyalitas dan penyandaran ini bermuara

kepada satu dasar, yaitu loyalitas kepada Allah, Rasul-Nya dan orang-

orang Mukmin. Yang perlu diperingatkan secara tegas di sini adalah

loyal kepada orang-orang kafir dan menjadikan mereka sebagai

penolong dengan mengabaikan orang-orang mukmin. Firman Allah,

ون الكافرين أولياء من دون المؤمنني أيبتغون عندهم الذين يتخذ

)139: النساء (العزة فإن العزة لله جميعا

Artinya: Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah." (An-Nisa': 139).28

: املمتحنة( ...يا أيها الذين آمنوا لا تتخذوا عدوي وعدوكم أولياء 1(

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil

musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia... (Al- Mumtahanah: 1).29

Jika pola partai yang diterapkan hanya menguatkan dukungan

seseorang terhadap partainya dan mendorongnya untuk menentang

27Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, op. cit, hlm. 169-170. 28Ibid, hlm. 145. 29Ibid, hlm. 922.

74

daulah, sekalipun dia merasa yakin tentang hal itu, maka kami tidak

akan mengajak kepada tindakan seperti ini. Kami hanya perlu

menghela kepada bentuk yang memang sejalan dengan nilai, hukum

dan adab Islam.30

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa meskipun

multi partai itu merupakan impor akan tetapi selama umat Islam tidak

taklid maka tidak ada salahnya diambil dengan disesuaikan pada

aturan-aturan dasar dalam al-Qur'an dan hadits.

C. Latar Belakang Pendapat Yusuf al-Qardhawi tentang Multi Partai

Dalam Sistem Politik Islam

Yusuf al-Qardhawi memiliki bakat kecakapan penting kecakapan

sebagai politikus Islam. Sebab betapa banyak para ahli yang menghafal

pendapat-pendapat para ulama dan dalil-dalil mereka, namun karena mereka

tidak memiliki bakat seorang politikus Islam, maka mereka tidak bisa

mengambil kesimpulan hukum dan dalil-dalilnya tanpa bertaklid. Mereka

hafal namun tidak disertai penguasaan dan pemahaman tentang masalah-

masalah politik Islam yang sedang dibicarakan.

Kecakapan politikus Islam yang dimaksud adalah sifat yang

dengannya seseorang mampu untuk mengambil kesimpulan tentang

ketatanegaraan langsung dari sumbernya.31

30Yusuf al-Qardhawi, op. cit, hlm. 219-220. 31Ibnul Amir al-Haj, At-Taqrir wat-Tahrir, hlm. 2/391.

75

Beberapa ulama modern telah merincinya secara apik apa yang

dimiliki Yusuf Qardhawi dalam masalah politik Islam. Di antara mereka ada

yang berkata, "Qardhawi adalah ulama yang memiliki kemampuan

memprediksi politik dalam kerangk politik Islam secara tepat dan akurat.

Kepakaran Qardhawi tidak hanya diakui di negaranya melainkan juga

memiliki popularitas di Eropa barat. Dari sini tampaknya tidak aneh jika

pemikiran politik Islamnya menjadi rujukan terutama di kalangan umat Islam.

Berbicara tokoh Yusuf Qardhawi, ia merupakan tokoh yang menaruh

perhatian besar terhadap kehidupan partai politik. Dalam pemikirannya partai

politik bisa mengomtrol kekuasaan negara manakala kekuasaan negara itu

ditandingi oleh partai-partai politik yang berkuasa.