Upload
vuongque
View
219
Download
0
Embed Size (px)
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini membahas mengenai langkah-langkah yang dilakukan pada
penelitian yaitu tahap yang akan ditempuh dalam rangka pencapaian tujuan.
Langkah yang akan dilakukan dibagi menjadi lima tahap secara sistematis terdiri
atas, tahap persiapan penelitian, konseptualisasi model, pengumpulan dan
pengolahan data, analisis serta kesimpulan dan saran. Metodologi Penelitian dapat
dilihat pada Gambar 3.1.
TAHAP I : PERSIAPAN PENELITIAN
STUDI LITERATUR SYMPTOMS & FENOMENA YANG TERJADI
PERUMUSAN MASALAH
BATASAN MASALAH
TUJUAN PENELITIAN
TAHAP II : KONSEPTUALISASI MODEL
PENGEMBANGAN MODEL BERBASIS TEORI
KERANGKA PEMBENTUKAN MODEL
IDENTIFIKASI VARIABEL PEMBENTUK
MODEL
MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
PEMBENTUK MODEL
Gambar 3.1. Metodologi Penelitian
46
Gambar 3.1 Lanjutan Metodologi Penelitian
47
3.1 Persiapan Penelitian
Tahap persiapan penelitian dibagi menjadi lima langkah yang berisi
mengenai proses pemilihan topik penelitian yang terdiri dari tahap menganalisis
fenomena yang terjadi yang didukung oleh studi literatur, perumusan masalah,
tujuan penelitian dan batasan masalah. Pada Gambar 3.2 akan menunjukkan tiap
tahap yang diperlukan dalam persiapan penelitian agar lebih jelas. Gambar 3.3
merupakan latar belakang dari penelitian yang dihasilkan dari pengumpulan
fenomena, data, dan informasi pendukung lainnya untuk mendefinisikan masalah
dan menganalisisnya serta mendefinisikan masalah. Tujuan penelitian merupakan
pernyataan hasil penelitian yang ingin dicapai, dimana batasan masalah berfungsi
agar tujuan penelitian dapat dipenuhi dan tetap fokus.
48
Gambar 3.3 Tahap Persiapan Penelitian
49
3.1.1 Studi Literatur
Studi literatur penting dilakukan pada tahap awal penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui teori-teori dasar dan informasi yang melandasi
penelitian juga untuk menentukan topik permasalahan yang akan diteliti. Studi
literatur diperoleh melalui buku-buku yang menunjang penelitian, jurnal-jurnal,
dan karya penelitian terdahulu. Hasil kajian dari studi literatur dapat digunakan
sebagai bahan untuk mengidentifikasi fenomena yang terjadi berkaitan dengan
masalah yang diteliti sebagai bahan penyusunan state-of-the-art kemungkinan
hasil pengembangan penelitian sebelumnya yang relevan serta kemungkinan
pengembangan hasil penelitian tersebut.
Studi literatur digunakan pula sebagai dasar dalam menentukan variabel
penelitian, konseptualisasi model dan sebagai dasar dalam melakukan analisis dan
pembahasan hasil pengolahan data penelitian.
3.1.2 Analisis Fenomena/Symptom yang Terjadi
Industri perbankan saat ini merupakan salah satu industri yang terkena imbas
dampak perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi (TI). Akibat
perkembangan teknologi tersebut, pelaku dunia usaha dituntut untuk
mengoptimalkan fasilitas teknologi informasi, guna memenangkan persaingan
global (Teletech, 2006). Perkembangan TI pada perbankan akan menyebabkan
persaingan pada perbankan sehingga akan menimbulkan penciptaan berbagai
produk dan jasa keuangan yang inovatif dan kreatif (Almilia, 2006). Banyaknya
produk jasa keuangan yang ditawarkan bank akan memicu peningkatan fungsi TI
dan pada akhirnya menghasilkan pemenuhan kebutuhan nasabah serta
mendapatkan predikat layanan prima (service excellent) kepada nasabah Anugrah
(2005).
Kematangan teknologi informasi akan memiliki hubungan dengan respon
strategik perusahaan dalam menghadapi globalisasi yaitu, berupa keinginan untuk
melakukan penambahan investasi dalam teknologi informasi Iman (2006). Hasil
50
dari berbagai penelitian telah membuktikan bahwa aplikasi berbasis TI dapat
memberikan keunggulan kompetitif berbasis strategi generik (Porter, 1980; Sethi
& King, 1994). Vives pada tahun 2001 menyebutkan bahwa pada tingkat retail
banking, pengaruh TI terlihat pada implementasi e-banking dan peningkatan
kinerja pada pemrosesan informasi.
Produk baru perbankan berbasis teknologi informasi salah satu contohnya
adalah new electronic channel (e-channel) yang memiliki fungsi menghasilkan
informasi keuangan pada nasabah. New e-channel sendiri meliputi Short Message
Service (SMS) Banking, phone banking dan internet banking. jumlah total
pelanggan operator selular GSM maupun CDMA menurut Infobank pada akhir
tahun 2007 sebanyak 80 juta maka potensi bank memperoleh fee based income
dari fasilitas SMS/m-Banking sangat besar dibandingkan pengguna internet-
banking yang hanya 20 juta pengguna. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh
MRI (2006), menghasilkan kesimpulan bahwa SMS/m-banking menunjukkan
penetrasi yang cukup baik di Indonesia yaitu 8% pada tahun 2005 menjadi 11%
pada tahun 2006.
Cheung (2001) dalam penelitiannya terhadap sikap masyarakat Hong Kong
tentang penerimaan dan pengadopsian New e-channel (internet banking) masih
menunjukkan penolakan terhadap teknologi informasi tersebut. Penolakan
tersebut dipicu akibat isu mengenai faktor kepercayaan (trust) terhadap
penggunaan teknologi informasi baru yang belum jelas tingkat keamanannya
(safety). Di sisi yang lain pelaku usaha (bank) memberikan layanan tersebut
bertujuan mempermudah nasabah dalam bertransaksi.
Dari latar belakang tersebut maka diperlukan penelitian lebih lanjut
mengenai penerimaan (acceptance) dan adopsi teknologi informasi new e-channel
khususnya berkaitan dengan SMS Banking karena teknologi tersebut relatif masih
sangat baru dan basis teknologinya memiliki kesamaan dengan internet banking.
Dilakukan pengidentifikasian faktor-faktor yang mempengaruhi niat adopsi
responden dalam menggunakan teknologi SMS Banking.
51
3.1.3 Perumusan Masalah
Courtier dan Gilpatrik (1999) merekomendasikan bank untuk mensurvei atau
mengukur kebutuhan dan keinginan nasabah secara teratur sebelum membuat
strategi mobile-banking karena respon dan kesiapan nasabah untuk menggunakan
teknologi merupakan kunci bagi bank dalam mengambil keputusan untuk
memenuhi keinginan nasabah. Cheung (2001) menyebutkan bahwa kebutuhan dan
keinginan nasabah memiliki kontribusi secara langsung pada implementasi
kesuksesan mobile-banking terlebih lagi apabila ekspektasi pelanggan dan
kemampuan mereka mengadopsi teknologi baru secara langsung akan
mempengaruhi kebutuhan mereka untuk mengadopsi teknologi (Cheung, 2001).
Berdasarkan latar belakang tersebut maka masalah yang ingin diungkapkan
dalam penelitian ini mencakup apa yang mempengaruhi dan membedakan
penerimaan teknologi (technology acceptance) pada pengguna SMS Banking
maupun potensial pengguna bagaimana perilaku responden dalam memutuskan
untuk adoption teknologi SMS Banking.
3.1.4 Tujuan Penelitian.
Adapun tujuan yang dicapai dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi SMS Banking
dikalangan mahasiswa.
2. mengetahui apakah image, perceived usefulness, perceived ease of use,
perceived risk, subjective norm dan result demonstrability serta intention
memiliki pengaruh terhadap penerimaan teknologi (technology acceptance)
SMS Banking.
3. Mengidentifikasi penggunaan teknologi perbankan mahasiswa ITB disaat ini
dan dimasa yang akan datang.
52
3.1.5 Batasan Masalah
Permasalahan penelitian selanjutnya akan dibatasi agar pemecahan masalah yang
dilakukan tidak menyimpang dari ruang lingkup sehingga penelitian tetap fokus.
Maka pembatasan dari masalah adalah:
o Pengukuran dilakukan pada nasabah BNI berstatus mahasiswa ITB yang
sudah menggunakan aplikasi berbasis teknologi informasi. e-Channel
maupun New-e-Channel seperti ATM, internet banking, SMS/m-Banking,
atau Phone Banking.
o Penelitian ini tidak meneliti proses adopsi teknologi SMS Banking secara
keseluruhan melainkan hanya fokus pada proses adopsi teknologi SMS
Banking yaitu tahap penggunaan berdasarkan faktor-faktor image,
perceived usefulness, perceived ease of use, perceived risk (resiko
keamanan saja dan tidak memperhitungkan faktor trust), subjective norm
dan result demonstrability serta intention yang dirasakan responden.
3.2 Konseptualisasi Model
Konseptualisasi model terdiri dari lima tahap yang terdiri dari pengembangan
model berbasis teori, kerangka penelitian model penelitian, identifikasi varianel
dan pembentukan model penelitian, pengembangan hipotesis pembentuk model
dan model persamaan struktural.
3.2.1 Pengembangan Model Berbasis Teori
Imam (2006) menerangkan bahwa SEM berbasis kepada hubungan
kausalitas, di mana perubahan sebuah variabel diasumsikan menghasilkan
perubahan kepada variabel lainnya. Hubungan kausal dapat dinyatakan dalam
berbagai bentuk dan berbagai arti, dari bentuk hubungan yang pasti sampai
kepada bentuk hubungan yang tidak telalu jelas, seperti pada penelitian perilaku.
Ada empat kriteria kesepakatan umum dalam membuat hubungan kausal, yaitu :
1. Asosiasi yang cukup antara dua buah variable
53
2. Anteseden temporal dari penyebab dan akibat
3. Kelangkaan variabel kausal alternatif
4. Basis teoritis untuk hubungan tersebut.
Walaupun dalam banyak hal, seluruh kriteria yang yang telah diakui untuk
membangun hubungan kausalitas tidak bisa terpenuhi secara utuh, pernyataan
tentang kausalitas dapat dibuat jika hubungan tersebut berdasarkan pada
rasionalisasi teoritis.
Langkah ini dilakukan untuk mencari atau mengembangkan sebuah model
yang mempunyai justifikasi teoritis yang kuat. Dalam pengembangan model
teoritis merupakan serangkaian eksplorasi ilmiah dilakukan melalui studi literatur
untuk mendapatkan justifikasi atas model teoritis yang dikembangkan. SEM tidak
digunakan untuk menghasilkan sebuah model, tetapi digunakan untuk
mengkonfirmasi model teoritis melalui data empirik.
Extension Technology Acceptance Model (TAM2) (Venkatesh dan Davis,
2000) akan digunakan sebagai kerangka model penelitian yang merupakan revisi
model TAM (Davis, 1989) awal. TAM2 merupakan penggabungan dari Theory of
Reasoned Action (TRA) dan Theory of Planned Behavior (TPB). TAM2
menambahkan faktor job relevance dan output quality yang mempengaruhi
perceived usefulness, adapun definisi dari job relevance adalah keterkaitan sistem
yang digunakan dengan pekerjaan dan definisi output quality adalah tingkatan
penilaian akan kualitas hasil setelah menggunakan sistem teknologi (Cheung,
2001).
Kedua model TAM maupun TAM2 memerlukan individu yang sadar akan
perubahan, seperti halnya apa saja yang berubah dimasa yang akan datang (Davis,
2007). Gambar 3.4 dan Gambar 3.5 merupakan Model TAM dan TAM2 secara
berurutan.
54
Gambar 3.4 Technology Acceptance Model (TAM) (Davis, 1989)
Gambar 3.5 Technology Acceptance Model Extension (TAM2)
[Venkatesh dan Davis (2000) dalam Cheung (2001)]
Pada Gambar 3.6 merupakan model adopsi/ penggunaan teknologi internet
banking yang diajukan oleh Cheung (2001). Model tersebut merupakan
penyesuaian dari model-model sebelumnya.
55
Norma SubyektifSubjective Norm (SNORM)
Kegunaan yang
dirasakanPerceived Usefulness (PU)Pencitraan
Image (IM)
Niat mengadopsi/
menggunakan Internet
BankingIntention to Adopt/Continual Usage of
Internet Banking(INTENT)
Resiko yang
dirasakanPerceived Risk (PRISK)
Demonstrabilitas
HasilResult Demonstrability (RD)
Kemudahan yang
dirasakanPerceived Ease of Use (PEOU)
Technology Acceptance Model
Computer Self-
Efficacay
Gambar 3.6 Model Penerimaan Teknologi Internet Banking (Cheung, 2001)
Hasil dari penelitian Cheung pada tahun 2001 menyimpulkan bahwa:
� Subjective norm dan computer self-efficacy memiliki dampak
signifikan terhadap perceived ease of use, namun tidak terbukti
secara empiris memiliki dampak secara langsung terhadap
intention untuk mengadopsi teknologi.
� Perceived usefulness memiliki dampak secara positif
mempengaruhi intention untuk adopsi, sehingga mendukung hasil
peneliti Venkatesh dan Davis (2000) pada model TAM2.
� Perceived ease of use memiliki dampak signifikan secara tidak
langsung pada intention untuk mengadopsi ataupun menggunakan
melalui perceived usefulness.
� Tidak terdapat faktor yang signifikan berdampak secara langsung
pada intention untuk mengadopsi teknologi.
Model-model yang telah diajukan oleh para peneliti yang terdahulu di
Tabel 3.1 menggambarkan cakupan masing-masing model penelitian baik TRA,
TPB, TAM dan TAM2.
56
Tabel 3.1 Kajian Model Penelitian TRA, TPB, TAM dan TAM2
Dimensi / Indikator
TRA
(Ajzen & Fishbein,
1975)
TPB
(Ajzen, 1985)
TAM
(Davis, 1989)
TAM2
(Venkatesh & Davis, 2000)
(TAM2) for Internet Banking
(Cheung, 2001)
(TAM2) for SMS Banking
(Khairani, 2008)
Attitude Toward Behaviour � � Subjective Norm � � � � � Perceived Behavioural Control � Behavioral Intention � � � � � � Actual Behaviour � � � � External Variables � Perceived Usefulness � � � � Perceived Ease of Use � � � � Attitude Toward Using � Image � � � Job Relevance � � Output Quality � Result Demonstrability � � � Perceived Risk � � Note : TRA = Theory Reasoned Action, TPB = Theory of Planned Behaviour, TAM = Technology Accaptance Model, TAM2 = Extention Technology Accaptance Model
57
3.2.2 Kerangka Model Penerimaan Teknologi Penelitian SMS Banking
Penelitian mengenai adopsi terhadap merupakan merupakan variabel
independen tambahan dari persepsi teknologi informasi. Setiap model memiliki
alternatif konseptualisasi persepsi, contohnya untuk TAM (Davis, 1989) yang
memasukkan hanya dua persepsi, sedangkan TRA (Fishbein dan Ajzen, 1975) dan
TPB (Ajzen, 1985) merekomendasikan secara spesifik untuk menghilangkan
persepsi untuk setiap informasi sistem /teknologi.
Cheung (2001) menyebutkan bahwa sangat penting untuk menginvestigasi
keterkaitan antara perceived usefulness dengan perceived ease of use dari TAM.
Sedangkan untuk model TAM2 telah memenuhi sebagian dari variabel internal
perceived usefulness, yang sebagian besar merupakan konstruk dari TPB.
Sehingga Cheung (2001) menambah kan determinan teruji dari perceived ease of
use dan perceived risk sebagai antecends dari perceived usefulness pada model
TAM2 (Venketesh dan Davis, 2000).
Konseptual model penerimaan teknologi SMS Banking yang diajukan oleh
peniliti dapat dilihat pada Gambar 3.6 merupakan pengembangan dari TPB
(Ajzen, 1985), TAM (Davis, 1989), dan TAM2 (Venketesh dan Davis, 2000).
Memasukkan perceived risk merupakan determinan untuk konstruk perceived
usefulness SMS Banking (Cheung, 2001), sedangkan konstruk untuk job relevance
dan output quality dihilangkan dari TAM2 karena tidak relevan dengan obyek
penelitian, lagi dengan perilaku penggunaan aktual juga tidak digunakan sebagai
variabel dependen. Hal ini dikarenakan oleh dua alasan:
1. SMS Banking di Indonesia masih dalam fase perkenalan dimana jumlah
peggunanya masih sedikit sehingga akan sulit untuk mengukur perilaku
pengguna.
2. Jalur dari intention (niat) adopsi teknologi sampai keperilaku penggunaan
aktual telah banyak diteliti dalam berbagai konteks. Sehingga keterkaitan
langsung antara intention (niat) perilaku pengguna aktual diharapkan
bernilai positif.
58
3. Self efficacy yang merupakan determinan perceived ease of use tidak
digunakan karena penelitian yang dilakukan Cheung (2001)
menyimpulkan faktor self efficacy tidak signifikan tidak berdampak pada
perceived ease of use dan penerimaan teknologi serta adopsi teknologi.
Kerangka model terdiri dari konstruk subjective norm, image, , result
demostrability, percieved usefulness, percieved ease of use dan intention to adopt
yang diadaptasi dari TAM2 (Venkatesh & Davis, 2000), sedangkan perceived risk
diadaptasi dari model Cheung (2001). Dibawah ini adalah Gambar 3.6 yang
merupakan konseptual model penelitian penerimaan teknologi SMS Banking
terhadap nasabah perbankan.
Gambar 3.6 Model Penerimaan Teknologi SMS Banking yang Diajukan
Peneliti.
3.2.3 Identifikasi Variabel dan Pembentukan Model Penelitian
Sekaran (2003) menjelaskan bahwa model penelitian adalah sebuah model
konseptual yang menggambarkan hubungan logis antara beberapa faktor penting
dalam permasalahan. Dari model adopsi SMS Banking yang diajukan maka dapat
dilihat pada Tabel 3.2 Spesifikasi dari variabel penelitian beserta definisinya.
59
Tabel 3.2 Spesifikasi Variabel Penelitian Model Adopsi Teknologi SMS Banking
Variabel Laten Definisi Variabel
Manifes Indikator
(SNORM1) Faktor teman
Teman, mendorong responden untuk menggunakan SMS Banking.
(SNORM2) Faktor kerabat
Kerabat/saudara serta rekan kerja akan mempengaruhi responden dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan SMS Banking.
Subjective Norm (Ajzen & Fishbein,
1975)
Kepercayaan pengguna dalam mengadopsi atau tidak mengadopsi (continual usage) teknologi SMS
Banking Cheung (2001)
(SNORM3) Faktor
lingkungan
Ketersediaan fasilitas penunjang teknologi SMS Banking (teknologi mobile phone). akan mempengaruhi responden dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan SMS Banking
(IM1)
Faktor status Menggunakan SMS Banking akan memberikan status lebih tinggi bagi penggunanya.
(IM2)
Faktor gengsi Pengguna SMS Banking akan lebih bergengsi dibandingkan orang lain yang belum menggunakan.
Image (Venkatesh & Davis, 2000)
Tingkatan derajat adopsi dari SMS Banking yang dirasakan bisa
meningkatkan status atau image seseorang dalam sistem sosial
Cheung (2001) (IM3)
Faktor trend Pengguna SMS Banking akan lebih mengikuti trend dibandingkan orang lain yang belum menggunakan..
(RD1) Faktor
komunikasi 1
Anda tidak mengalami kesulitan dalam memberikan petunjuk penggunaan SMS Banking untuk orang lain.
(RD2) Faktor
komunikasi 2
Responden yakin bisa memberikan penjelasan kepada orang lain mengenai kelebihan dan kekurangan SMS Banking.
Result Demostrability (Venkatesh & Davis, 2000)
Tingkatan hasil penggunaan SMS Banking dapat diobservasi dan
dikomunikasikan pada pengguna yang lain
Cheung (2001) (RD3)
Faktor output
Menggunakan SMS Banking memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan menggunakan new e-channel lainnya (Phone Banking, Internet Banking).
60
Tabel 3.2 Spesifikasi Variabel Penelitian Model Adopsi Teknologi SMS Banking (Lanjutan)
Variabel Laten Definisi
Variabel
Manifes Indikator
(PRISK1) Faktor safety
Responden tidak merasa yakin akan aspek keamanan dari layanan SMS Banking.
(PRISK2) Faktor trust
Responden percaya informasi transaksi menggunakan SMS Banking tidak akan mudah diketahui oleh orang lain
Perceived Risk (Cheung, 2001)
Ketidak pastian (faktor safety dan trust) yang dihadapi pengguna potensial akibat
tidak bisa meramalkan konsekuensi pengambilan keputusan adopsi/continual
usage Cheung (2001)
(PRISK3) Faktor trust
Responden percaya bahwa informasi transaksi SMS Banking tidak mudah disalahgunakan oleh orang lain.
(PU1) Faktor hemat
SMS Banking membantu dalam menghemat waktu dalam mengatur keuangan penggunanya.
(PU2) Faktor waktu dan
tempat
SMS Banking memiliki kelebihan dalam mengatur finansial responden karena dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja dengan menggunakan ponsel.
Perceived Usefulness
(Venkatesh & Davis, 2000)
Tingkatan dimana pengguna melihat SMS Banking menawarkan kelebihan
dibandingkan yang lainnya dalam melakukan transaksi perbankan
Cheung (2001) (PU3) Faktor
telekomunikasi
SMS Banking merupakan salah satu cara telekomunikasi yang lebih mudah , murah dan merupakan pilihan yang tepat untuk mengatur keuangan anda.
(PEOU1) Faktor
penggunaan 1 Penggunaan teknologi SMS Banking mudah dipahami dan dimengerti.
(PEOU2) Faktor usaha 1
SMS Banking sangat mudah digunakan tanpa memerlukan effort yang lebih.
(PEOU3) Faktor
penggunaan 2
Responden percaya dengan menggunakan SMS Banking akan dapat melakukan transaksi apapun.
(PEOU4) Faktor usaha 2
Tidak banyak usaha yang dilakukan dalam menggunakan SMS Banking.
Perceived Ease of Use
(Venkatesh & Davis, 2000)
Tingkatan dimana SMS Banking dirasakan mudah dimengerti/dipahami dan digunakan
Cheung (2001)
(PEOU5) Faktor
penggunaan 3
Responden merasa percaya diri menggunakan SMS Banking jika waktu yang digunakan untuk bertransaksi tidak membutuhkan waktu yang lama.
61
Tabel 3.2 Spesifikasi Variabel Penelitian Model Adopsi Teknologi SMS Banking (Lanjutan)
Variabel Laten Definisi Variabel
Manifes Indikator
(INTENT1) Faktor adopsi
Rencana responden mengadopsi dan menggunakan SMS Banking secara regular dalam waktu 6 bulan kedepan.
(INTENT2) Faktor
menggunakan teknologi
SMS Banking
Rencana responden menggunakan layanan SMS Banking secara aktif dalam waktu 6 bulan kedepan. Intention To
Adopt (Ajzen &
Fishbein, 1975)
Intensi atau ketertarikan seseorang untuk mengadopsi teknologi SMS Banking
Cheung (2001) (INTENT3) Faktor
menggunakan teknologi
new e-channel
Rencana responden menggunakan fasilitas finansial perbankan melalui new e-channel lainnya (Internet banking) dalam waktu 6 bulan kedepan.
62
3.2.4 Pengembangan Hipotesis Pembentukan Model Penelitian
TAM bermula dari TRA yang terkenal karena adanya subjective norm yang
mempengaruhi perilaku individu. Studi awal oleh Davis (1989) gagal untuk
menunjukkan keterkaitan antara subjective norm dengan penggunaan, sehingga
variabel ini secara umum tidak dimasukkan kedalam TAM. Dalam penelitian ini,
teman sejawat memiliki pengaruh terhadap calon pengguna dan pengguna SMS
Banking, sehingga dapat dimasukkan kedalam model penelitian ini (Cheung,
2001). Adapun hipotesis pada penelitian ini berfungsi untuk membantu rumusan
masalah karena hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara dari masalah
penelitian. Hipotesis merupakan rangkuman dari kesimpulan – kesimpulan teoritis
yang diperoleh dari studi pustaka (Kasegrina, 2007).
Berdasarkan konseptual model yang diajukan, maka dapat diperoleh hipotesis
penelitian pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Hipotesis yang Digunakan dalam Penelitian
Hipotesis Keterangan
1 Subjective Norm memiliki dampak positif pada Perceived
Usefulness SMS Banking
2 Subjective Norm memiliki dampak positif terhadap Image
3 Image memiliki dampak positif terhadap Perceived Usefulness SMS
Banking
4 Result Demonstrability memiliki dampak positif terhadap Perceived
Usefulness SMS Banking
5 Perceived Risk memiliki dampak negatif terhadap Perceived
Usefulness SMS Banking
6 Perceived Ease of Use memiliki dampak positif terhadap Perceived
Usefulness SMS Banking
63
Tabel 3.4 Hipotesis yang Digunakan dalam Penelitian Lanjutan
Hipotesis Keterangan
7 Perceived Usefulness memiliki dampak positif terhadap Intention to
Adopt / Continual Usage of SMS Banking
8 Perceived Ease of Use memiliki dampak positif terhadap Intention
to Adopt / Continual Usage of SMS Banking
Maka untuk setiap hipotesisnya didapat dari pengembangan teori dan studi
literatur, dibah ini merupakan penjelasan menganai setiap pengembangan
hipotesis yang digunakan.
H1: Subjective norm memiliki dampak posistif secara langsung pada
percieved usefulness.
TAM2 menghasilkan teori bahwa subjective norm memiliki pengaruh
positif terhadap image, karena apabila salah satu anggota dari kelompok sosial
mempercayai bahwa dengan penampilkan suatu perilaku (menggunakan SMS
Banking) akan mengakibatkan statusnya dalam akan meningkat. (Venkatesh dan
Davis, 2000).
Individu bisa saja memiliki percieved dalam menggunakan sistem tertentu
menuju kearah perbaikan kinerja (definisi dari percieved usefulness) yang secara
tidak langsung berhubungan dengan bertambahnya image. Efek identifikasi ini
terdapat dalam TAM2 yang merupakan dampak subjective norm terhadap image,
bersamaan dengan dampak dari image terhadap percieved usefulness (Cheung,
2001). Walaupun penelitian ini tidak terfokus terhadap pengaruh penerimaan
pengguna dan pengadopsian teknologi didunia kerja, konstruk subjective norm
dan image diuji dalam TAM2 bisa diaplikasikan terhadap model yang diajukan,
sehingga didapat hipotesis:
H2: Subjective norm memiliki dampak positif terhadap image.
64
H3: Image memiliki dampak positif terhadap percieved usefulness SMS
Banking
Agarwal dan Prasad (1997) dalam studi kasus yang dilakukan oleh cheung
pada tahun 2001 menemukan korelasi antara usage intention dan result
demonstrability. Hubungan antara result demonstrability dan percieved usefulness
juga konsisten terhadap model karakteristik pekerjaan. Perlu digarisbawahi bahwa
pengetahuan merupakan dari hasil aktual aktifitas pekerjaan yang merupakan
kunci psikologis menunjang motivasi kerja sehingga didapat hipotesis sebagai
berikut:
H4: Result demonstrability memiliki dampak positif percieved usefulness SMS
Banking
Peneliti Cheung (2001) dalam studi pustakanya dari peneliti sebelumnya
yakni Bauer (1960), Webster (1969), dan Ostlund (1974) yang memperkenalkan
resiko sebagai perhitungan tambahan dalam mengadopsi informasi teknologi.
Menurut Cheung (2001) berdasarkan Bhimani, 1996; Cockburn & Wilson, 1996;
Quelch & Klein, 1996) bahwa pembatas dalam pengadopsian electronic
commerce adalah kurangnya keamanan dan privasi Hal ini menyebabkan banyak
yang melihat e-commerce merupakan aplikasi yang beresiko, sehingga didapat
hipotesis:
H5: Percieved risk memiliki dampak negatif terhadap percieved usefulness
SMS Banking
Baik TAM dan TAM2 menyebutkan bahwa PEOU merupakan determinan
langsung dari PU (Davis, 1989; Venkatesh dan Davis, 2000). Semakin kurang
usaha seseorang untuk menggunakan sistem tersebut dan semakin sering
menggunakan sistem tersebut akan meningkatkan performansi. Telah ada bukti
secara empiris yang menyebutkan bahwa PEOU secara signifikan berhubungan
dengan intention secara langsung dan tidak langsung melalui dampaknya pada
65
PU (Davis, 1989; Venkatesh, 1999; Venkatesh dan Davis, 2000). Agar konsisten
dengan hasil penelitian sebelumnya maka:
H6: Percieved ease of use memiliki dampak positif terhadap percieved
usefulness SMS Banking.
H7: Percieved usefulness memiliki dampak positif terhadap intention
mengadopsi SMS Banking.
H8: Percieved ease of use memiliki dampak posistif terhadap intention
mengadopsi SMS Banking.
3.2.5 Model Persamaan Struktural (SEM)
Model persamaaan struktural atau Structural Equation Model (SEM)
adalah teknik statistik multivariat dengan dua karakteristik, yaitu estimasi
terhadap hubungan depedensi yang saling berkaitan, dan mampu menggambarkan
konsep yang tidak teramati (unobserved concept) dalam hubungan tersebut, serta
menghitung pengukuran error dalam prosesnya (Hair, 1998). Sedangkan
Ferdinand (2000), SEM adalah sekumpulan teknik-teknik statistikal yang
memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan yang reltif rumit, secara
simultan. Pada dasarnya, SEM adalah kombinasi analisis dengan faktor dan
analisis regresi berganda (Ferdinand, 2000).
Imam (2006) menjelaskan secara umum, teknik SEM dapat dibedakan
menjadi dua karakteristik utama, yaitu :
1. Estimasi hubungan saling ketergantungan ganda dari banyak variabel
2. Kemampuan untuk merepresentasi konsep yang tidak teramati
(unobserved) dalam hubungan-hubungan itu dengan melibatkan ukuran-
ukuran penyimpangan (error) dalam proses estimasi.
Pemodelan penelitian menggunakan SEM dapat menjawab peranyaan
penelitian yang ersifat regresif maupun dimensional, dimana dimensional adalah
pengukuran dimensi-dimensi apa saja dari sebuah konsep. SEM dapat
66
menganalisa bagaimana hubungan antara variabel indikator (manifes) dengan
variabel laten, yang dikenal sebagai persamaan pengukuran (measurement
equation), serta hubungan antara variabel laten dengan variabel laten lainnya,
yang dikenal sebagai persamaan struktural (structural equation), dimana
keduanya melibatkan kekeliruan pengukuran (error) (Bachrudin dan Tobing,
2003).
3.2.5.1 Pengembangan Diagram Alur
Model teoritis pada langkah sebelumnya akan digambarkan dalam diagram
alur (path diagram), untuk mempermudah identifiasi hubungan-hubungan
kausalitas yang ingin diuji dalam bentuk persamaan. Pemodelan SEM terbentuk
oleh konstruk atau faktor, yaitu konsep-konsep dengan dasar teoritis yang cukup
menjelaskan berbagai bentuk hubungan. Konstruk yang dibangun dalam diagram
alur terdiri dari 2 kelompok, yaitu (Ferdinand, 2000):
− Konstruk endogen (endogeneus construct), merupakan variabel independen
atau variabel sumber yang tidak diprediksi oleh variabel lain dalam model.
− Konstruk eksogen (exogeneus construct), merupakan faktor-faktor yang
diprediksi oleh satu atau beberapa konstruk. Konstruk endogen dapat
memprediksi satu atau beberapa konstruk lainnya, tapi konstruk eksogen
hanya dapat berhubungan kausal dengan konstruk endogen.
3.2.5.2 Konversi Diagram Jalur ke dalam Spesifikasi Model Pengukuran
Dalam langkah ini dilakukan, konversi spesifikasi model kedalam
rangakaian persamaan. Persamaan yang dibagun terdiri dari:
� Persamaan struktural (structural equations) untuk menyatakan
kausalitas anatar berbagai konstruk
� Persamaan spesifikasi model pengukuran (measurement model) untuk
variabel mana yang mengukur selama konstruk, serta menentukan
67
serangkaian matriks yang menunjukkan korelasi yang dihipotesakan
antar konstruk atau variabel.
Semua variabel laten didalam penelitian ini merupakan konstruk eksogen,
sehingga pada langkah ini dilakukan pembentukan persamaan spesifikasi model
pengukuran (measurement model), serta matriks korelasi antar konstruk eksogen
(variabel laten). Pembentukan persamaan spesifikasi model pengukuran
merupakan usaha pelaksanaan SEM keseluruhan sehingga disebut confirmatory
factor analysis (Hair, 1998)
3.2.5.3 Pemilihan Matriks Input dan Teknik Estimasi
SEM hanya menggunakan matriks Varian/Kovarian atau matriks korelasi
sebagai data input keseluruhan pada estimasi yang dilakukan. Penelitian ini
enggunakan matriks kovarians sebagai input karena memiliki keunggulan dalam
menyajikan perbandingan yang valid pada sampel daripada matriks korelasi
(Ferdinand, 2000). Menurut Dillon dan Goldstein (1984) untuk data yang
memiliki unit dan skala pengukuran yang sama maka pengolahan data
menggunakan matriks kovarians. Matrik kovarians merupakan data yang dibentuk
berdasarkan rata-rata (mean corrected data). Data yang tidak memiliki unit dan
skala pengukuran yang sama, maka data perlu distandarisasi (standardized data).
Data yang distandarisasi, maka pengolahan data menggunakan matriks korelasi.
Setelah model dikembangkan dan input data dipilih, dilakukan pemilihan
program komputer dan teknik estimasi yang digunakan untuk mengolah data.
3.2.5.4 Identifikasi Masalah
Prinsip identifikasi masalah adalah mengenai ketidakmampuan dari model
yang dikembangkan untuk menghasilkan estimasi yang unik. Problem identifikasi
dapat muncul melalui gejala-gejala (Hair, 1998; Ferdinand, 2000):
− Standar error untuk satu atau beberapa koefisien adalah sangat
besar, dan program tidak mampu menghasilakan matriks informasi
yag seharusnya disajikan.
68
− Muncul angka-angka yang aneh seperti adanya variasi error yang
negatif
− Munculnya korelasi yang sangat tinggi antar koefisien estimasi
yang didapat (misalnya lebih dari 0.9).
Masalah terjadinya masalah identifikasi dapat diminimasi dengan
memiliki dasar teori yang kuat dalam pembentukan spesifikasi pengukuran dari
model penelitian (Hair, 1998).
3.2.5.5 Evaluasi Model
Pada langkah ini, kesesuain model dievaluasi melalui analisa terhadap uji
asumsi yang harus dipenuhi SEM, validitas, realiabilitas, dan kriteria goodness-of-
fit. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing kriteria yang digunakan
untuk mengevaluasi model estimasi melalui SEM.
3.2.5.6 Intrepretasi dan Modifikasi Model
Langkah terakhir adalah menginterpretasikan model dan memodifikasi
model bagi model-model yang tidak memenuhi syarat pengujian yang dilakukan.
Modifikasi model dilakukan dengan memberikan konstrain tambahan terhadap
model sesuai dengan indeks modofikasi, namun tetap sesuai dengan landasan teori
yang digunakan. Modifikasi dilakukan untuk mendapatkan model yang sesuai
dengan data dan memiliki nilai estimasi statistik yang signifikan.
3.3 Pengumpulan dan Pengolahan Data
Tahap ini berisi implementasi dari tahap perancangan penelitian. Karena
penelitian ini bertujuan meminta tanggapan responden, baik langsung maupun
tidak langsung. Maka metode penelitian yang digunakan adalah penelitian survei
dan wawancara serta studi dokumen. Suliyanto (2006) menyatakan bahwa teknik
pengambilan data dalam penelitian survei menggunakan alat bantu kuesioner.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari
observasi, pengisian kuesioner dan pengumpulan data sekunder.
69
Secara garis besar tahap ini dapat dilihat pada gambar 3.2. Dari gambar
tersebut tahap ini dimulai dengan penentuan teknik pengumpulan data yang terdiri
dari penentuan teknik sampling, penentuan obyek sampling, identifikasi sample,
penentuan jumlah sampel dan pembuatan kuisioner. Langkah berikutnya adalah
data awal dikumpulkan dan kemudian diuji validitas dan reliabilitasnya. Jika tidak
reliabel dan tidak valid diperlukan perbaikan kuesioner, namun jika data awal
valid dan reliabel maka dapat meneruskan langkah berikutnya yakni pengumpulan
data akhir dan pengolahan data menggunakan SEM.
3.3.1. Penentuan Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan informasi yang maksimal, pada penelitian ini teknik
pengambilan non probabilitias dengan cara conveniente sampling. Dimana pada
teknik ini pengambilan informasi dilakukan pada tempat yang memungkinkan dan
paling mudah untuk memberikan informasi yang diinginkan. Adapun yang
responden harus memenuhi kriteria mahasiswa yang sedang melakukan studi di
kampus Institut Teknologi Bandung. Responden dibagi menjadi dua kelompok
untuk memudahkan yakni kelompok pertama terdiri dari mahasiswa yang sedang
melakukan studi S1 dan kelompok kedua adalah mahasiswa yang sedang
melakukan studi S2 serta S3.
Pengolahan data pada penelitian menggunakan software (Hair, 1998)
menyarankan ukuran sampel yang sesuai untuk analisis data menggunakan
metoda SEM antara 100-200. Dengan ukuran sampel minimum adalah sebanyak
5-10 observasi untuk setiap indikator yang digunakan dalam seluruh variabel laten
(penentuan jumlah sampel 5:1).
3.3.2. Pengumpulan Data Awal
Pengumpulan data awal dilakukan dengan tujuan menguji kelayakan
kuesioner yang disebar. Yang dimaksud layak disini adalah kuesioner tersebut
benar-benar dapat mengukur apa yang ingin diukur, artinya responden mengerti
dan memahami pertanyaan yang diberikan dalam kuesioner tersebut.
70
Penyebaran kuesioner dalam tahap ini sebanyak 35 buah. Jumlah ini
mengacu pada jumlah data n diatas 30 dengan asumsi jumlah data tersebut telah
memenuhi syarat distribusi normal, sehingga dapat melakukan pengujian
reabilitas dan validitas (Hair, 1998) .
Apabila hasil pengolahan data ini tidak reliabel, maka harus dilakukan
perbaikan kuesioner. Namun bila yang terjadi sebaliknya, maka data sudah layak
dan dapat dilakukan pengumpulan data lanjutan.
3.3.3. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji korelasi
menggunakan koefisien korelasi dengan bantuan software SPSS. Besarnya
koefisien reabilitas yang paling baik adalah 1 dan yang paling buruk memiliki
nilai 0. Jawaban seorang cukup konsisten bila besar koefisien reliabilitas 0,6
sampai 0,9 (Hair, 1998).
3.3.4. Pengumpulan Data Akhir
Setelah kuesioner yang digunakan benar-benar valid dan reliabel, maka
dilakukan pengumpulan data lanjutan. Jumlah kuesioner yang disebar sebaiknya
melibihi jumlah minimal kuesioner yang harus disebarkan, hal ini dilakukan untuk
mengantisipasi kuesioner yang tidak dapat digunakan untuk pengolahan data
selanjutnya.
3.3.5. Pengolahan Data Menggunakan LISREL
Pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat
bantu software, dimana tahapannya sebagai berikut:
1. Mempersiapkan data mentah
Data yang diperoleh dari jawaban responden terhadap kuesioner penelitian
disusun dalam matriks data mentah dengan format m x n, dimana m
menyatakan jumlah responden dan n mnyatakan jumlah pertanyaan.
2. Melakukan analisis data statistik
71
Analisis data statistik meliputi analisis validitas konstruk dan rebilitas
konstruk dari variabel penelitian dengan menggunakan program LISREL
3. Melakukan analisis model struktural
Analisis model struktural menggunakan program LISREL
3.4 Analisis dan Pembahasan
Setelah pengolahan data dilakukan selanjutnya dilakukan analisis untuk
memahami dan menjelaskan hasil pengolahan secara statistik. Untuk lebih
jelasnya mengenai tahapan ke-lima pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar
3.7.
Gambar 3.7 Tahap Analisis dan Pembahasan
Dalam penelitian ini, analisis dilakukan berkaitan dengan:
1. Analisis deskriptif
2. Analisis model konstruk
3. Analisis model struktural
Tahap ini adalah merupakan tahap pembahasan dari pengolahan serta berisi
interpretasi dari hasil numerik pengolahan data. Pada tahap ini diharapkan
mendapat berbagai temuan dan implikasi dari penelitian dapat terungkap.
Variabel yang diteliti akan dianalisis satu persatu untuk mendapatkan jawaban
dari tujuan penelitian yang ingin dicapai. Dimana analisis tersebut dilakukan
72
sesuai dengan tujuan penelitian agar menghasilkan suatu kesimpulan sebagai dari
penelitian.
Variabel yang diteliti pada penelitian ini akan dianalisis satu per satu guna
menjawab tujuan penelitian. Analisis dilakukan terhadap output LISREL 8.3,
yaitu:
1. Analisis terhadap asumsí-asumsi yang harus dipenuhi dalam teknik
statistik multivariate dengan SEM.
2. Analisis terhadap reliabilitas dari variabel manifes yang mempergunakan
metode koefisien korelasi Pearson Product Moment
3. Analisis reliabilitas dilakukan agar memastikan bahwa variabel yang
dijadikan alat ukur benar-benar handal (reliable). Uji reliabilitas ini
menggunakan metode Alpha Cronbach yang didapat melalui bantuan
program software SPSS 11.0.
3.4 Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan berdasarkan hasil dari tahapan penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya yang merupakan jawaban dari permasalahan serta perwujudan dari
tujuan yang dicapai dari penelitian.
Saran berguna untuk pengembangan dan perbaikan selanjutnya serta
ditujukan pada pihak yang terkait agar dapat dijadikan sebagai bahan perbaikan
dimasa yang akan datang.