Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
48
BAB III
METODE PERENCANAAN
3.1 Data Studi Perencanaan
3.1.1 Data Umum
Nama jembatan : Under Bridge STA. 35+975
Lokasi jembatan : Melewati Jalan Raya Ampeldento Kec. Pakis
(Proyek Pembangunan Tol Pandaan-Malang
STA. 35+975)
Tipe Jembatan : Double-T Girder
3.1.2 Data Teknis Jembatan
Kelas jembatan : Kelas 1
Jenis median : concrete barrier
Lebar median : 1,25 m
Bentang jembatan : 31,60 m
Lebar jembatan : 50,58 m
Lebar lantai kendaraan : 47,77 m
Tebal aspal : 0,05 m
Jenis gelagar : Double-T beams
Lebar girder : 5,62 m
Gambar 3.1. Dimensi double-T beam tengah bentang
49
Gambar 3.2. Dimensi double-T beam tumpuan 1
Gambar 3.3. Dimensi double-T beam tumpuan 2
3.2 Denah Jembatan
Gambar 3.4. Denah Under Bridge STA.35+975
50
3.3 Layout Under Bridge STA. 35+975
Gambar 3.5. Layout Under Bridge STA.35+975
3.4 Potongan Alinyemen
Gambar 3.6. Profil memanjang Under Bridge STA 35+975
Gambar 3.7. Profil melintang Under Bridge STA 35+975
51
3.5 Peraturan Pembebanan Jembatan
Perencanaan pembebanan struktur atas jembatan beton prategang
25-2016. Pada
perencanaan pembebanan struktur atas jembatan dibagi menjadi 3 beban yaitu:
Beban Permanen (Dead Load) :
a. Berat Sendiri (MS)
b. Beban Mati Tambahan/ Utilitas (MA)
Beban Lalu Lintas/Beban Hidup (Life Load):
a.
b.
c. Beban Rem
Aksi Lingkungan:
a. Beban Angin
b. Beban Gempa
3.5.1 Beban Permanen
Beban mati jembatan merupakan kumpulan berat setiap komponen
struktural dan nonstruktural. Setiap komponen harus dianggap sebagai suatu
kesatuan aksi yang tidak terpisahkan pada waktu menerapkan faktor beban normal
dan faktor beban terkurangi.
Massa setiap bagian dalam bangunan jembatan harus dihitung berdasarkan
dimensi yang tertera dalam gambar dan berat jenis bahan yang digunakan. Berat
dari bagian-bagian bangunan tersebut adalah massa dikalikan dengan percepatan
gravitasi (g). Percepatan gravitasi adalah 9,81 m/detik2. Besarnya kerapatan
massa dan berat isi ditabelkan pada Tabel 3.1.
52
Tabel 3.1. Beban isi untuk beban mati
No. Bahan Berat Isi (kN/m3)
Kerapatan massa (kg/m3)
1 Lapisan permukaan beraspal (bituminous wearing surfaces)
22,0 2245
2 Besi tuang (cast iron) 71,0 7240
3 Timbunan tanah dipadatkan (compacted sand, silt or clay)
17,2 1755
4 Kerikil dipadatkan (rolled gravel, macadam or ballast)
18,8 22,7 1920-2315
5 Beton aspal (asphalt concrete) 22,0 2245 6 Beton ringan (low density) 12,25 19,6 1250-2000 7 22,0 25,0 2320 8 9 Baja (steel) 78,5 7850 10 Kayu (ringan) 7,8 800 11 Kayu keras (hard wood) 11,0 1125
Sumber : SNI 1725 (2016 : 13)
Pembebanan permanen pada jembatan diperhitungkan berdasarkan beban
sendiri dan beban utilitas.
a. Beban Sendiri (MS)
Berat sendiri adalah berat bagian tersebut dan elemen-elemen struktural
lain yang dipikulnya, termasuk dalam hal ini adalah berat bahan dan bagian
jembatan yang merupakan elemen struktural, ditambah dengan elemen
nonstruktural yang dianggap tetap. Adapun faktor beban yang digunakan untuk
berat sendiri dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Faktor beban untuk berat sendiri
Tipe Beban MS)
Keadaan Batas Layan ( ) Keadaan Batas Ultimit ( ) Bahan Biasa Terkurangi
Tetap
Baja 1,00 1,10 0,90 Aluminium 1,00 1,10 0,90 Beton pracetak 1,00 1,20 0,85 Beton dicor ditempat 1,00 1,30 0,75 Kayu 1,00 1,40 0,70
Sumber : SNI 1725 (2016 : 14)
b. Beban Mati Tambahan/Utilitas (MA)
Beban mati tambahan adalah berat seluruh bahan yang membentuk suatu
beban pada jembatan yang merupakan elemen nonstruktural, dan besarnya dapat
berubah selama umur jembatan.
53
Tabel 3.3. Faktor beban untuk beban mati tambahan
Tipe Beban MA)
Keadaan Batas Layan ( ) Keadaan Batas Ultimit ( ) Keadaan Biasa Terkurangi
Tetap Umum 1,00(1) 2,00 0,70 Khusus (terawasi) 1,00 1,40 0,80
Catatan (1) : Faktor beban layan sebesar 1,3 digunakan untuk berat utilitas Sumber : SNI 1725 (2016 : 14)
3.5.2 Beban Hidup
Beban hidup atau beban lalu lintas adalah beban yang berasal dari berat
kendaraan-kendaraan bergerak/lalu lintas dan/atau pejalan kaki yang dianggap
bekerja pada jembatan
a. Lajur Lalu Lintas Rencana
Jumlah lajur lalu lintas rencana ditentukan dengan mengambil bagian
integer dari hasil pembagian lebar bersih jembatan (w) dalam mm dengan lebar
lajur rencana sebesar 2750 mm. Lajur lalu lintas rencana harus disusun sejajar
dengan sumbu memanjang jembatan.
Tabel 3.4. Jumlah lajur lalu lintas rencana
Tipe Jembatan (1) Lebar Bersih Jembatan (2) (mm)
Jumlah Lajur Lalu Lintas Rencana (n)
Dua Arah, tanpa Median
1 2 3 4 5
6
Dua Arah, dengan Median
2 3 4 5
6 Catatan (1) : Untuk jembatan tipe lain, jumlah lajur lalu lintas rencana harus ditentukan oleh intansi yang berwenang. Catatan (2) : Lebar jalur kendaraan adalah jarak minimum antara kerb atau rintangan untuk satu arah atau jarak antara kerb/rintangan/median untuk banyak arah.
Sumber : SNI 1725 (2016 : 38)
Beban lajur terdiri atas beban terbagi rata (BTR) yang digabung dengan
dilihat pada Tabel 3.5.
54
Tabel 3.5. Faktor beban untuk beban lajur
Tipe Beban
Jembatan TD) Keadaan Batas Layan ( ) Keadaan Batas Ultimit ( )
Transien Beton 1,00 1,80
Boks Girder Baja 1,00 2,00 Sumber : SNI 1725 (2016 : 39)
Beban terbagi rata (BTR) memiliki intensitas q kPa dengan besaran q
tergantung pada panjang total yang dibebani L yaitu seperti berikut :
[3.1]
kPa [3.2]
Keterangan :
q = intensitas beban terbagi rata (BTR) dalam arah memanjang jembatan
(kPa)
L = panjang total jembatan yang dibebani (meter)
Gambar 3.8. Beban l (SNI 1725, 2016 : 39)
Beban garis terpusat (BGT) dengan intensitas p kN/m harus ditempatkan
tegak lurus terhadap arah lalu lintas pada jembatan. Nilai intensitas p adalah 49,0
kN/m.
c. Beba
ditempatkan pada beberapa posisi dalam lajur lalu lintas rencana dimana dapat
digunakan untuk perhitungan struktur lantai. Tiap gandar terdiri atas dua bidang
55
kontak pembebanan yang dimaksud sebagai simulasi pengaruh roda kendaraan
Tabel 3.6. Faktor beban untuk beban
Tipe Beban
Jembatan Faktor Beban
Keadaan Batas Layan ( ) Keadaan Batas Ultimit ( )
Transien Beton 1,00 1,80
Boks Girder Baja 1,00 2,00 Sumber : SNI 1725 (2016 : 41)
Gambar 3.9. (SNI 1725, 2016 : 41)
i-trailer yang
mempunyai susunan dan berat gandar. Berat dari tiap-tiap gandar disebarkan
menjadi 2 beban merata sama besar yang merupakan bidang kontak antara roda
dengan permukaan lantai. Jarak antara 2 gandar tersebut dapat diubah-ubah dari
4,0 m sampai dengan 9,0 m untuk mendapatkan pengaruh terbesar pada arah
memanjang jembatan.
56
d. Gaya Rem (TB)
Gaya rem harus ditempatkan di semua lajur rencana yang dimuati sesuai
dengan lajur lalu lintas rencana dan berisi lalu lintas dengan arah yang sama. Gaya
rem harus diasumsikan untuk bekerja secara horizontal pada jarak 1800 mm diatas
permukaan jalan pada masing-masing arah longitudinal dan dipilih yang paling
menentukan.
Gaya rem harus diambil yang terbesar dari :
25% dari berat gandar truk desain atau,
5% dari berat truk rencana ditambah beban lajur terbagi rata BTR
3.5.3 Aksi Lingkungan
Umumnya aksi lingkungan yang digunakan sebagai pembebanan ialah
beban angin dan beban gempa.
a. Beban Angin
Tekanan angin diasumsikan disebabkan angin rencana dengan kecepatan
dasar (VB) sebesar 90 km/jam hingga 126 km/jam. Luas area yang akan dihitung
ialah luas area dari semua komponen, termasuk sistem lanyai dan railing yang
diambil tegak lurus dengan arah angin. Besarnya tekanan angin rencana dalam
MPa ditentukan dengan persamaan :
PD = PB [3.3]
Keterangan :
Po = tekanan angin rencana
PB = tekanan angin dasar
VDZ = kecepatan rencana pada elevansi rencana
VB = tekanan angin dasar
Tabel 3.7. Tekanan Angin Dasar
Komponen Bangunan Atas Angin Tekan (MPa) Angin Hisap (MPa) Rangka, kolom, dan pelengkung 0,0024 0,0012 Balok 0,0024 N/A Permukaan datar 0,0019 N/A
Sumber : SNI 1725 (2016 : 56)
Tekanan angin rencana harus direncanakan baik pada struktur jembatan
maupun pada kendaraan yang melintasi jembatan. Jembatan memikul gaya akibat
57
tekanan angin pada kendaraan, dimana tekanan tersebut harus diasumsikan
sebagai tekanan menerus sebesar 1,46 N/mm, tegak lurus dan bekerja 1800 mm di
atas permukaan jalan.
b. Beban Gempa
Jembatan diharapkan memiliki kemungkinan kecil untuk runtuh namun
dapat mengalami kerusakan yang signifikan dan gangguan terhadap pelayanan
akibat gempa. Beban gempa digunakan sebagai gaya horizontal yang ditentukan
berdasarkan perkalian antara koefisien respons elastik (Csm) dengan berat struktur
ekivalen dan dibagi dengan faktor modifikasi respons (Rd). Beban gempa sesuai
peraturan SNI 1725 tahun 2016 halaman 58 diformulasikan sebagai berikut :
EQ = × Wt [3.4]
Keterangan :
EQ = gaya gempa horizontal statis (kN)
Csm = koefisien respons gempa elastis
Rd = faktor modifikasi respons
Wt = berat total struktur(beban mati dan beban hidup yang sesuai (kN))
Koefisien respon elastik Csm diperoleh dari peta percepatan batuan dasar
dan spektra percepatan sesuai dengan daerah gempa dan periode ulang gempa
rencana pada daerah masing-masing. Koefisien percepatan diperoleh berdasarkan
peta gempa yang akan dikalikan suatu faktor amplifikasi sesuai dengan keadaan
tanah sampai kedalaman 30 m di bawah struktur jembatan.
3.6 Data Bahan Struktur
a. Beton
Beton mutu tinggi yang digunakan dalam perencanaan struktur atas
jembatan, yaitu:
Gelagar pratekan, fc = 75 MPa
Modulus elastis (Ec) = 4700 = 40703,194 MPa
Tegangan ijin saat transfer,
Kuat tekan beton initial saat transfer, fci = 0,8 = 60 MPa
58
Tegangan tekan ijin, ci = 0,60 = 36,0 MPa
Tegangan tarik ijin, ti = 0,5 = 3,873 MPa
(Perencanaan Struktur Beton Pratekan untuk Jembatan, BM 2011)
Tegangan ijin saat kondisi layan (service)
Tegangan tekan ijin, fc = 0,45 fc = 33,75 MPa
Tegangan tarik ijin, ft = 0,5 = 4,330 MPa
(Perencanaan Struktur Beton Pratekan untuk Jembatan, BM 2011)
b. Baja Tulangan
Mutu baja yang digunakan, yaitu:
Baja tulangan, fy = 400 MPa
Modulus elastis, Es = 2 × 105 MPa
c. Baja Prategang
Spesifikasi baja prategang yang akan digunakan,yaitu :
Jenis kabel tendon = 7 wire super strand ASTM A-416
Diameter nominal = ½ in (12,70 mm)
Luas nominal (Ast) = 98,7 mm2
Mutu kabel (fpu) = 270.000 psi (1862 MPa)
Kuat leleh, fpy = 0,85 fpu = 1582,7 MPa
Modulus elastis, Eps = 195000 MPa
Jenis angkur = VSL tipe Sc LIVE END
3.7 Data Kuantitatif Jembatan
Data dalam perencanaan ini merupakan data kuantitatif yang diperoleh
dari pengukuran existing dilapangan oleh pihak terkait berupa data layout
jembatan, profil memanjang dan melintang jembatan yang diperoleh dari
pengolahan data sekunder.
59
3.8 Diagram Alir Perencanaan
Gambar 3.10. Diagram alir perencanaan
Mulai
Studi Literatur dan Pengumpulan Data
Desain Awal Jembatan
Analisa Pembebanan Berdasarkan SNI 1725-2016
Desain Gelagar Double-T Girder
Kontrol Desain Terhadap
Kekuatan dan Kestabilan
Selesai
Analisa Struktur Utama Jembatan
Penyusunan Gambar Kerja
Tidak
OK