20
Rosa Andriasari, 2018 PENGARUH METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK TUNALARAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan hal yang paling mendasar dari sebuah penelitian. Sugiyono (2016, hlm. 60) mengemukakan bahwa “Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Sunanto dkk (2005, hlm. 12) menyatakan bahwa “Variabel merupakan suatu atribut atau ciri-ciri mengenai sesuatu yang dapat berbentuk benda atau kejadian yang dapat diamati”. Sehingga dalam penelitian terdapat variabel yang dapat diamati, dipelajari dan dapat ditarik kesimpulannya berdasarkan data yang telah diperoleh. Penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. 1. Definisi Konsep a. Variabel bebas Variabel bebas menurut Sugiyono (2016, hlm. 61) “Variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”. Variabel bebas (X) dari penelitian ini yaitu pembelajaran dengan sistem magang. Sistem magang memberikan pengaruh atau yang mempengaruhi variabel terikatnya. Menurut Anwar (2015, hlm. 77) “Magang diartikan sebagai proses belajar dimana seseorang memperoleh dan menguasai suatu keterampilan tanpa dan atau dengan petunjuk orang yang sudah terampil dalam pekerjaan itu”. Proses belajar seseorang dilakukan dengan kegiatan belajar sambil bekerja. Pemagang tidak hanya mendapatkan pengetahuan tentang bidang pekerjaan, namun secara langsung melakukan pekerjaannya. Pembelajaran magang ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman nyata yang akan berguna ketika peserta magang akan bekerja. b. Variabel terikat Variabel terikat menurut Sugiyono (2016, hlm. 61) “Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”. Variabel terikat

BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitianrepository.upi.edu/43456/6/S_PKH_1405854_Chapter3.pdf · BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • Rosa Andriasari, 2018 PENGARUH METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK TUNALARAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    34

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan hal yang paling mendasar dari

    sebuah penelitian. Sugiyono (2016, hlm. 60) mengemukakan bahwa

    “Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

    objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

    oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

    Sunanto dkk (2005, hlm. 12) menyatakan bahwa “Variabel merupakan

    suatu atribut atau ciri-ciri mengenai sesuatu yang dapat berbentuk benda

    atau kejadian yang dapat diamati”. Sehingga dalam penelitian terdapat

    variabel yang dapat diamati, dipelajari dan dapat ditarik kesimpulannya

    berdasarkan data yang telah diperoleh. Penelitian ini terdapat dua

    variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

    1. Definisi Konsep a. Variabel bebas

    Variabel bebas menurut Sugiyono (2016, hlm. 61)

    “Variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

    perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”.

    Variabel bebas (X) dari penelitian ini yaitu pembelajaran dengan

    sistem magang. Sistem magang memberikan pengaruh atau yang

    mempengaruhi variabel terikatnya.

    Menurut Anwar (2015, hlm. 77) “Magang diartikan

    sebagai proses belajar dimana seseorang memperoleh dan

    menguasai suatu keterampilan tanpa dan atau dengan petunjuk

    orang yang sudah terampil dalam pekerjaan itu”. Proses belajar

    seseorang dilakukan dengan kegiatan belajar sambil bekerja.

    Pemagang tidak hanya mendapatkan pengetahuan tentang bidang

    pekerjaan, namun secara langsung melakukan pekerjaannya.

    Pembelajaran magang ini diharapkan dapat memberikan

    pengetahuan dan pengalaman nyata yang akan berguna ketika

    peserta magang akan bekerja.

    b. Variabel terikat Variabel terikat menurut Sugiyono (2016, hlm. 61)

    “Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

    menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”. Variabel terikat

  • 35

    Rosa Andriasari, 2018 PENGARUH METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK TUNALARAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    (Y) dari penelitian ini yaitu keterampilan menjahit. Keterampilan

    menjahit dipengaruhi atau menjadi akibat dari variabel bebas.

    Menjahit adalah pekerjaan menyambung kain, bulu, kulit

    binatang, papagan dan bahan-bahan lain yang bisa dilewati jarum

    jahit dan benang. Kegiatan menjahit dapat dilakukan dengan

    menggunakan jarum tangan atau dengan mesin jahit.

    Keterampilan menjahit yang menjadi fokus penelitian ini

    yaitu keterampilan menjahit pada proses penyelesaian tepi busana.

    Menurut Widyani (2015, hal. 58) bahwa “Penyelesaian tepi busana

    digunakan untuk menyelesaikan tepian busana seperti garis leher,

    garis lengan atau kelim. Bisa juga untuk memasang ban pinggang,

    saku, risleting, maupun kancing”.

    2. Definisi Operasional Variabel a. Variabel bebas

    Variabel bebas pada penelitian ini yaitu pembelajaran

    dengan sistem magang. Pembelajaran dengan sistem magang yaitu

    proses belajar keterampilan dengan bimbingan ahli profesional di

    dunia kerja yang sesungguhnya dalam bentuk belajar sambil

    bekerja.

    Setiap sesi magang, peserta magang diberikan arahan,

    bimbingan, pengetahuan dan latihan tentang cara-cara menjahit

    sesuai prosedur oleh mentor dari pihak konveksi. Peserta magang

    diberikan pembelajaran berupa teori dan praktek langsung di

    lapangan pekerjaan. Melalui pembelajaran sistem magang ini pula

    diharapkan peserta magang mempunyai pengalaman langsung

    sebagai pegawai di konveksi.

    Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan sistem

    magang menurut Anwar (2015, hlm. 83) yaitu dimulai dari :

    1) Identifikasi Sebelum memulai pembelajaran dengan sistem

    magang, peneliti melakukan identifikasi untuk

    mengetahui jenis keterampilan yang ada di tempat

    magang, kebutuhan belajar peserta magang dan sumber

    belajar yang ada. Identifikasi ini dilakukan dengan

    pengamatan langsung di lapangan.

  • 36

    Rosa Andriasari, 2018 PENGARUH METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK TUNALARAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Setelah melakukan identifikasi, jenis

    keterampilan yang ada di konveksi dan sesuai dengan

    kebutuhan anak yaitu proses menjahit penyelesaian tepi

    busana. Hal ini dikarenakan anak sudah mengenal dan

    mempelajarinya di sekolah.

    2) Penyusunan rencana kegiatan magang Selanjutnya menyusun rencana kegiatan magang

    di dalamnya meliputi identitas lembaga magang, identitas

    peserta magang, tujuan yang ingin dicapai, indikator

    pembelajaran, pokok-pokok bahan belajar, metode,

    sumber belajar dan langkah-langkah kegiatan magang.

    3) Pelaksanan kegiatan magang Proses pelaksanaan magang dilaksanakan sesuai

    dengan rencana program yang telah dibuat. Mentor

    memberikan arahan, bimbingan, memantau peserta

    magang setiap sesinya. Magang yang dilakukan yaitu 7

    kali sesi. Hal ini dikarenakan sistem magang termasuk ke

    dalam sesi intervensi. Setiap sesinya diberikan waktu 90

    menit intervensi.

    4) Pengukuran kemampuan keterampilan pada kegiatan magang

    Pengukuran kemampuan dilakukan pada setiap

    sesi baseline dan intervensi magang. Setelah peserta

    magang diberikan pembelajaran oleh mentor, peserta

    magang melakukan tes kinerja berdasarkan perintah pada

    lembar soal dan peneliti mencatat skor kemampuan

    peserta magang.

    5) Tindak lanjut magang Tindak lanjut dari kegiatan magang ini dapat

    berupa peningkatan atau penerapan. Peningkatan yaitu

    peserta magang meningkatkan keterampilannya,

    misalkan : peserta magang ketika magang diajarkan

    menjahit penyelesaian tepi busana kemudian tindak

    lanjutnya diajarkan menjahit obras. Penerapan yaitu

    menerapkan keterampilan yang sudah diperolehnya,

    misalkan : peserta magang bekerja di tempat magang

    tersebut.

  • 37

    Rosa Andriasari, 2018 PENGARUH METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK TUNALARAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    b. Variabel terikat Variabel terikat dari penelitian ini yaitu keterampilan

    menjahit. Keterampilan menjahit yang menjadi fokus penelitian

    ini yaitu keterampilan menjahit pada proses penyelesaian tepi

    busana. Menurut Widyani (2015, hal. 58) bahwa “Penyelesaian

    tepi busana digunakan untuk menyelesaikan tepian busana

    seperti garis leher, garis lengan atau kelim. Bisa juga untuk

    memasang ban pinggang, saku, risleting, maupun kancing”.

    Berdasarkan beberapa macam penyelesaian tepi

    busana, peneliti lebih memfokuskan lagi pada menjahit kancing,

    menjahit lubang kancing dan menjahit kelim. Hal ini

    berdasarkan dari kemampuan dan kebutuhan subjek. Ketiga

    aspek tersebut sudah diajarkan di sekolah namun belum ada

    tindak lanjutnya dari phak sekolah.

    Menjahit kancing dan lubang kancing ini termasuk

    penyelesaian tepi busana, karena sebagai hiasan pelengkap

    busana. Menjahit kelim juga termasuk penyelesaian tepi busana

    karena merupakan proses finishing jahitan yang digunakan untuk

    merapikan kain di bagian bawah.

    Indikator yang diperlukan dalam keterampilan menjahit

    penyelesaian tepi busana yaitu :

    1) Menunjukkan alat dan bahan untuk menjahit kancing, menjahit lubang kancing, dan menjahit kelim.

    2) Mempersiapkan alat dan bahan untuk menjahit kancing, menjahit lubang kancing dan menjahit kelim

    3) Mempraktekkan cara menjahit kancing, lubang kancing, dan menjahit kelim sesuai prosedur.

    B. Metode Penelitian Metode penelitian menurut Arikunto (2013, hlm. 203) “Cara

    yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya”.

    Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Metode

    penelitian eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel

    bebas terhadap variabel terikat. Sukmadinata (2015, hlm. 194)

    menjelaskan bahwa “Penelitian eksperimental merupakan pendekatan

    penelitian kuantitatif yang paling penuh, dalam arti memenuhi semua

  • 38

    Rosa Andriasari, 2018 PENGARUH METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK TUNALARAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    persyaratan untuk menguji sebab-akibat”. Selain itu, Sugiyono (2016,

    hlm. 107) mengungkapkan bahwa “Penelitian eksperimen dapat diartikan

    sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh

    perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”.

    Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan Single

    Subject Research (SSR) atau penelitian subjek tunggal. Penelitian subjek

    tunggal ini dilakukan secara berulang-ulang pada individu yang sama

    dalam kondisi yang berbeda yaitu kondisi tanpa diberi perlakuan dan

    kondisi dengan diberikan perlakuan kemudian diukur akibatnya pada

    kedua kondisi tersebut. Hal ini sejalan dengan pernyataan Sunanto dkk

    (2005, hlm. 56) bahwa:

    Pengukuran variabel terikat atau perilaku sasaran dilakukan

    berulang-ulang dengan periode waktu tertentu misalnya

    perminggu, perhari, perjam. Perbandingan tidak dilakukan antar

    individu maupun kelompok tetapi perbandingan dilakukan pada

    subjek yang sama dalam kondisi yang berbeda. Yang dimaksud

    kondisi berbeda disini yaitu kondisi baseline dan kondisi

    intervensi.

    Kondisi baseline yaitu pengukuran variabel terikat yang

    dilakukan pada subjek tanpa diberikannya intervensi atau perlakuan.

    Sedangkan kondisi intervensi yaitu kondisi subjek ketika diberikannya

    intervensi atau perlakuan dan diukur dibawah kondisi tersebut.

    Penelitian ini menggunakan desain penelitian A-B-A dengan tiga

    kondisi berbeda yaitu kondisi baseline-1 (A1), intervensi (B), kondisi

    baseline-2 (A2). Menurut Sunanto dkk (2005, hlm. 61) desain A-B-A

    yaitu :

    Merupakan pengembangan dari desain A-B dengan pengukuran

    kondisi baseline diulang dua kali. Prosedur dasarnya adalah

    pengukuran pada kondisi baseline (A1) kemudian pada kondisi

    intervensi (B) dan pengukuran kembali pada kondisi baseline

    kedua (A2).

    Pengukuran kembali pada kondisi baseline kedua (A2)

    dimaksudkan sebagai kontrol untuk kondisi intervensi sehingga

    keyakinan menarik kesimpulan adanya pengaruh yang ditimbulkan dari

    variabel bebas lebih kuat.

  • 39

    Rosa Andriasari, 2018 PENGARUH METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK TUNALARAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Penelitian ini bertujuan memperoleh data mengenai pengaruh

    sistem magang terhadap peningkatan keterampilan menjahit pada anak

    dengan hambatan kecerdasan ringan menggunakan metode penelitian

    eksperimen Single Subject Research (SSR) dengan desain penelitian A-

    B-A. Sunanto dkk (2005, hlm. 62) pada saat melakukan penelitian Single

    Subject Research dengan desain A-B-A, menegaskan beberapa hal yang

    perlu diperhatikan yaitu:

    1) Mendefinisikan perilaku sasaran (target behavior) dalam perilaku yang dapat diamati dan diukur secara akurat.

    2) Mengukur dan mengumpulkan data pada kondisi baseline (A1) secara kontinu sekurang-kurangnya 3 atau 5 atau sampai

    kecenderungan arah dan level data menjadi stabil.

    3) Memberikan intervensi setelah kecenderungan data pada kondisi baseline stabil.

    4) Mengukur dan mengumpulkan data pada kondisi intervensi (B) dengan periode waktu tertentu sampai data menjadi stabil.

    5) Setelah kecenderungan arah dan level data pada kondisi intervensi (B) stabil mengulang kondisi baseline (A2).

    Adapun grafik desain A – B – A yang digunakan dalam penelitian ini

    yaitu :

    Grafik 3.1

    Desain A1-B-A2

    Penjelasan grafik desain A-B-A yang digunakan dalam penelitian ini

    yaitu:

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    Ket

    eram

    pil

    an M

    enja

    hit

    Sesi

    Baseline (A2)

    1 2 3

    Baseline (A1) Intervensi (B)

    1 2 3 4 5 6 7 1 2 3

  • 40

    Rosa Andriasari, 2018 PENGARUH METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK TUNALARAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    1. Baseline-1 (A1) adalah kondisi awal pada subjek sebelum diberikan perlakuan atau intervensi. Kondisi baseline-1 (A1)

    dilakukan sebanyak 3 sesi. Pengukuran yang dilakukan pada

    kondisi baseline-1 (A1) ini yaitu mengukur kemampuan subjek

    pada keterampilan menjahit kancing, menjahit lubang kancing dan

    menjahit kelim. Langkah-langkah yang dilakukan dalam

    mengumpulkan data yaitu:

    a. Subjek mempraktekkan cara menjahit kancing, menjahit lubang kancing dan menjahit kelim tanpa intervensi.

    b. Peneliti mengukur kemampuan subjek dengan menggunakan instrumen tes (tes kinerja keterampilan menjahit) sampai

    kecenderungan data menjadi stabil.

    2. Intervensi (B) adalah kondisi subjek ketika diberikan perlakuan atau intervensi magang. Kondisi intervensi (B) dilakukan

    sebanyak 7 sesi. Intervensi diberikan pada subjek secara berulang-

    ulang pada jangka waktu periode tertentu. Intervensi yang

    diberikan pada penelitian ini yaitu pembelajaran dengan sistem

    magang di konveksi. Intervensi dilakukan selama 90 menit.

    Pengambilan data dilakukan selama 25 menit.

    Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengumpulkan data yaitu

    :

    a. Subjek diberikan arahan, bimbingan, latihan tentang cara menjahit kancing, menjahit lubang kancing dan menjahit

    kelim oleh mentor dari konveksi.

    b. Subjek melakukan kegiatan magang di konveksi secara berulang-ulang hingga menjadi sebuah kebiasaan, sehingga

    dapat meningkatkan keterampilan menjahit pada subjek.

    c. Peneliti mengukur kemampuan subjek pada setiap pertemuan magang yang dilakukan. Pengukuran dilakukan dengan

    memberikan tes kinerja keterampilan menjahit. Pengambilan

    data dilakukan secara langsung setelah diberikannya

    intervensi magang.

    3. Baseline-2 (A2) adalah pengulangan pada baseline-1 (A1). Kondisi pada subjek selang beberapa hari setelah diberikan

    perlakuan atau intervensi. Kondisi baseline-2 (A2) dilakukan

    sebanyak 3 sesi. Langkah-langkah yang dilakukan dalam

    mengumpulkan data yaitu :

  • 41

    Rosa Andriasari, 2018 PENGARUH METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK TUNALARAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    a. Subjek mempraktekkan cara menjahit kancing, menjahit lubang kancing dan menjahit kelim tanpa intervensi.

    b. Peneliti mengukur kemampuan subjek dengan menggunakan instrumen tes (tes kinerja keterampilan menjahit).

    Pengambilan data dilakukan selama 45 menit.

    C. Subjek dan Lokasi Penelitian 1. Subjek Penelitian

    Subjek dalam penelitian ini yaitu salah satu anak dengan

    hambatan kecerdasan ringan di SLB Angkasa Lanud Sulaiman

    Kabupaten Bandung. Adapun identitas sebagai berikut :

    Nama : MF

    Umur : 18 tahun

    Alamat : Rancamanyar Regency

    Jenis kelamin : Laki-laki

    Sekolah : SLB Angkasa Lanud Sulaiman

    Kelas : Kelas keterampilan

    2. Lokasi Penelitian Penelitian yang dilakukan yaitu pembelajaran dengan sistem

    magang. Magang ini dilaksanakan di salah satu konveksi yang

    dekat dengan sekolah. Adapun lokasi penelitian yaitu sebagai

    berikut :

    Nama konveksi : Cahaya Mahkota

    Alamat konveksi : Jl. Indahco II No. 21

    D. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian menurut Arikunto (2013, hlm. 203) “Alat

    atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data

    agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih

    cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah”. Peneliti

    mengumpulkan data dengan menggunakan instrumen tes. Arikunto

    (2013, hlm. 193) menyatakan bahwa “Tes adalah serentetan pertanyaan

    atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,

    pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh

    individu atau kelompok”.

  • 42

    Rosa Andriasari, 2018 PENGARUH METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK TUNALARAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes kinerja

    keterampilan menjahit. Instrumen dalam penelitian ini bertujuan

    mengumpulkan data tentang pengaruh sistem magang terhadap

    peningkatan keterampilan menjahit anak dengan hambatan kecerdasan

    ringan. Sukmadinata (2015, hlm. 223) menyebutkan karakteristik

    intrumen tes yaitu :

    1) Bersifat mengukur. 2) Ada hasil pengukuran berbentuk data angka ordinal, interval atau

    rasio.

    3) Perlu standarisasi instrumen (pengujian validitas empiris, reliabilitas, analisis butir soal).

    4) Digunakan dalam penelitian kuantitatif, eksperimental, korelasional, komperatif dan sejenisnya.

    Adapun langkah-langkah penyusunan instrumen yang dilakukan

    oleh peneliti sebagai berikut :

    1. Membuat Kisi – Kisi Instrumen Keterampilan Menjahit Penyusunan kisi-kisi instrumen menurut Arikunto (2013,

    hlm. 205) “Kisi-kisi penyusunan instrumen menunjukkan kaitan

    antara variabel yang diteliti dengan sumber data dari mana data

    akan diambil, metode yang digunakan dan instrumen yang

    disusun”. Kisi-kisi instrumen dibuat sebelum membuat butir

    instrumen dan dibuat berdasarkan aspek-aspek dalam

    keterampilan menjahit. Kisi-kisi instrumen merupakaan indikator

    yang akan ditetapkan pada butir-butir instrumen. Kisi-kisi tersebut

    diuraikan sebagai berikut:

    Tabel 3.1

    Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Menjahit

    Variabel Sub

    Variabel Indikator

    Butir

    Instrumen

  • 43

    Rosa Andriasari, 2018 PENGARUH METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK TUNALARAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Keterampilan

    Menjahit

    Keterampilan

    menjahit

    kancing

    1) Menunjukkan jenis dan bagian-bagian mesin

    jahit kancing

    19

    2) Menunjukkan bahan yang digunakan untuk

    menjahit kancing

    3) Menyiapkan mesin jahit kancing

    4) Menjahit kancing dengan mesin jahit kancing

    sesuai prosedur

    Keterampilan

    menjahit

    lubang

    kancing

    1) Menunjukkan jenis dan bagian-bagian mesin

    lubang kancing

    22

    2) Menunjukkan bahan yang digunakan untuk

    menjahit lubang kancing

    3) Menyiapkan mesin jahit lubang kancing

    4) Menjahit lubang kancing dengan mesin lubang

    kancing sesuai prosedur

    Keterampilan

    menjahit

    kelim

    1) Menunjukkan jenis dan bagian-bagian mesin

    jahit kelim

    25

    2) Menunjukkan bahan yang digunakan untuk

    menjahit kelim

    3) Menyiapkan mesin jahit kelim

    4) Menjahit kelim dengan mesin jahit sesuai

    prosedur

  • 44

    Rosa Andriasari, 2018 PENGARUH METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK TUNALARAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    2. Menentukan Kriteria Pengukuran Kemampuan Kriteria pengukuran kemampuan bertujuan menetapkan

    skor atau nilai hasil tes yang dilakukan. Pengukuran yang dilakukan

    oleh peneliti yaitu pada kondisi baseline-1 (A1), intervensi (B) dan

    baseline-2 (A2). Kriteria yang digunakan peneliti yaitu :

    Tabel 3.2

    Kriteria Pengukuran Kemampuan Keterampilan Menjahit

    Skor Kriteria Keterangan

    2 Mampu secara

    Mandiri

    Mampu melakukan kegiatan secara mandiri

    sesuai prosedur atau perintah pada lembar soal

    1 Belum Mampu

    Belum mampu melakukan kegiatan sesuai

    prosedur atau perintah pada lembar soal,

    sehingga perlu dibantu dengan bantuan verbal

    dan/ fisik

    Menghitung hasil pengukuran akhir dengan menggunakan

    persentase. Persentase digunakan untuk mengukur sejauh mana

    keterampilan yang sudah dikuasi oleh subjek penelitian.

    Sunanto dkk (2005, hlm. 16) mengemukakan bahwa

    “Persentase menunjukkan jumlah terjadinya suatu perilaku atau

    peristiwa dibandingkan dengan keseluruhan kemungkinan

    terjadinya peristiwa tersebut dikalikan dengan 100%”. Rumus yang

    digunakan :

    𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 =∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛

    ∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛× 100%

    3. Uji Validitas Instrumen Sebelum instrumen digunakan dalam penelitian,

    kemudian dilakukan uji validitas. Arikunto (2013, hlm. 211)

    menyatakan bahwa :

    Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-

    tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen.

    Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai

    validitas tinggi. Sebaliknya, instumen yang kurang valid

    berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen

    dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari

    variabel yang diteliti secara tepat.

  • 45

    Rosa Andriasari, 2018 PENGARUH METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK TUNALARAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Uji validitas dalam penelitian ini yaitu validitas isi berupa

    expert judgement. Uji validitas dilakukan oleh dua ahli yang

    bergerak di bidang Pendidikan Khusus dan satu ahli yang bergerak

    di bidang keterampilan menjahit yaitu satu orang dosen

    Pendidikan Khusus, satu orang guru di SLB Angkasa Lanud

    Sulaiman, satu orang pemilik konveksi Cahaya Mahkota.

    Penilai menguji kelayakan instrumen yang akan

    digunakan dalam penelitian. Penilai melihat kecocokan indikator

    yang ada dengan butir instrumen yang dibuat. Jika cocok maka

    diberi nilai 1, sebaliknya jika tidak cocok diberi nilai 0.

    Kemudian jika sudah dinilai setiap butir instrumen, maka

    dihitung tingkat validitas dengan rumus menurut Susetyo (2015,

    hlm. 116) : 𝑓

    ∑ 𝑓× 100%

    Keterangan rumus uji validitas :

    f : frekuensi cocok menurut penilai

    ∑ f : jumlah penilai

    Kriteria uji validitas :

    1. Valid : 51 % - 100 %

    2. Tidak valid : 0 – 50 %

    Kriteria uji validitas tersebut mengacu pada pernyataan

    Susetyo (2015, hlm. 16) bahwa “Butir tes dinyatakan valid jika

    kecocokannya dengan indikator mencapai lebih besar dari 50%”.

    Ahli yang melakukan expert judgement diantaranya satu

    orang dosen Pendidikan Khusus, satu orang guru SLB Angkasa

    Lanud Sulaiman dan satu orang pemilik konveksi Cahaya

    Mahkota. Adapun hasil dari expert judgement sebagai berikut :

    Tabel 3.3

    Para Ahli yang Melakukan Expert Judgement

    No Nama Jabatan

    1 Een Ratnengsih, M.Pd Dosen Pendidikan Khusus

    2 Dra. Enuj Nurul Hasanah Guru SLB Angkasa Lanud Sulaiman

    3 Nur Sholikhah Pemilik Konveksi Cahaya Mahkota

  • 46

    Rosa Andriasari, 2018 PENGARUH METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK TUNALARAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Tabel 3.4

    Hasil Perhitungan Uji Validitas

    Butir

    Instrumen

    Daftar Penilai Persentase Keterangan

    1 2 3

    1. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    2. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    3. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    4. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    5. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    6. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    7. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    8. 1 0 1 2

    3× 100% = 67 % Valid

    9. 1 0 1 2

    3× 100% = 67 % Valid

    10. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    11. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    12. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    13. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    14. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    15. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    16. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

  • 47

    Rosa Andriasari, 2018 PENGARUH METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK TUNALARAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    17. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    18. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    19. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    20. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    21. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    22. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    23. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    24. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    25. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    26. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    27. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    28. 1 0 1 2

    3× 100% = 67 % Valid

    29. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    30. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    31. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    32. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    33. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    34. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

  • 48

    Rosa Andriasari, 2018 PENGARUH METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK TUNALARAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    35. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    36. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    37. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    38. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    39. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    40. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    41. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    42. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    43. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    44. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    45. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    46. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    47. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    48. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    49. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    50. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    51. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    52. 1 0 1 2

    3× 100% = 67 % Valid

  • 49

    Rosa Andriasari, 2018 PENGARUH METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK TUNALARAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    53. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    54. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    55. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    56. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    57. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    58. 1 1 0 2

    3× 100% = 67 % Valid

    59. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    60. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    61. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    62. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    63. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    64. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    65. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    66. 1 1 1 3

    3× 100% = 100 % Valid

    Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas pada tabel 3.4, semua

    butir soal dinyatakan valid atau layak digunakan. Hal ini dikarenakan

    persentase pada setiap butir lebih dari 50%. Sehingga instrumen tes

    keterampilan menjahit pada anak dengan hambatan kecerdasan ringan

    dapat digunakan dalam penelitian ini.

  • 50

    Rosa Andriasari, 2018 PENGARUH METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK TUNALARAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh

    peneliti untuk mengumpulkan data atau informasi. Pengumpulan data ini

    mempengaruhi kualitas hasil penelitian. Data yang diperlukan dalam

    penelitian ini yaitu data yang menunjukkan pengaruh sistem magang

    terhadap peningkatan keterampilan menjahit.

    Adapun pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan cara

    memberikan tes pada subjek. Tes yang diberikan yaitu tes kinerja

    keterampilan menjahit. Tes kinerja dilakukan pada kondisi baseline-1

    (A1), intervensi (B), dan baseline-2 (A2). Tes ini untuk mengukur

    kemampuan subjek dalam keterampilan menjahit. Peneliti menggunakan

    pembelajaran dengan sistem magang pada kondisi intervensi (B). Namun

    pada kondisi baseline-1 (A1) dan baseline-2 (A2) tidak diberikan

    intervensi magang.

    F. Teknik Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan setelah seluruh data terkumpul dan

    dianalisis dengan perhitungan yang dapat dipertanggungjawabkan secara

    ilmiah. Sebelum menarik kesimpulan, dilakukan analisis data. Peneliti

    memperoleh data dari kondisi baseline pertama (A1), intervensi (B),

    baseline kedua (A2), kemudian data tersebut diolah dan dianalisis untuk

    diketahui pengaruh pembelajaran sistem magang di konveksi yang

    diberikan terhadap peningkatan keterampilan menjahit pada anak dengan

    hambatan kecerdasan ringan.

    Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

    menggunakan statistik deskriptif. Menurut Susetyo (2014, hlm. 4) :

    Statistik deskriptif adalah bagian dari statistika yang membahas

    cara pengumpulan dan penyajian data, sehingga mudah untuk

    dipahami dan memberikan informasi yang berguna. Statistika

    deskriptif hanya mereduksi, menguraikan atau memberikan

    keterangan suatu data, fenomena atau keadaan ke dalam

    beberapa besaran untuk disajikan secara bermakna dan mudah

    dimengerti.

    Statistik deskriptif ini digunakan agar peneliti memperoleh

    gambaran hasil dari intervensi dan seberapa besar pengaruh yang

  • 51

    Rosa Andriasari, 2018 PENGARUH METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK TUNALARAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    ditimbulkan dari intervensi dalam peningkatan kemampuan keterampilan

    menjahit dengan menggunakan sistem magang.

    Teknik penyajian data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

    mempresentasikan data ke dalam grafik, khususnya grafik garis.

    Pembuatan grafik memiliki beberapa tujuan menurut Sunanto dkk (2005,

    hlm. 36) :

    (1) Untuk membantu mengorganisasikan data sepanjang proses

    pengumpulan data yang nantinya akan mempermudah untuk

    mengevaluasi. (2) Untuk memberikan rangkuman data

    kuantitatif serta mendeskripsikan perilaku sasaran (target

    behavior) yang akan membantu dalam proses menganalisis

    hubungan antara perilaku sasaran dan intervensi

    Penyajian data dengan menggunakan grafik akan mempermudah

    peneliti dalam mengkomunikasikan kepada pembaca mengenai kejelasan

    urutan yang dilakukan peneliti, waktu yang diperlukan dalam setiap

    kondisi dan menunjukkan pengaruh variabel bebas terhadap varibel

    terikat secara lebih kuat. Selain itu memberikan gambaran tentang kondisi

    pada baseline-1 (A1) sebelum diberikan intervensi, kondisi pada saat

    intervensi (B), baseline-2 setelah diberikan intervensi secara lebih jelas

    dan beruntun.

    Menganalisis data dibedakan menjadi dua kategori yaitu analisis

    dalam kondisi dan analisis antar kondisi, Sunanto dkk (2006, hlm. 121)

    mengemukakan bahwa :

    Untuk analisis dalam kondisi, komponen-komponen yang

    dianalisis meliputi, (1) panjang kondisi, (2) estimasi

    kecenderungan arah, (3) kecenderungan stabilitas, (4) jejak data,

    (5) level stabilitas dan rentang, serta (6) level perubahan.

    Sementara untuk analisis antar kondisi komponen-komponen

    yang perlu dianalisis meliputi (1) jumlah variabel yang diubah,

    (2) perubahan kecenderungan arah dan efeknya, (3) perubahan

    stabilitas, (4) perubahan level, dan (5) presentase data yang

    overlap.

    Adapun penjelasan dari komponen-komponen analisis dalam

    kondisi dan analisis antar kondisi tersebut sebagai berikut :

    1. Analisis dalam kondisi

  • 52

    Rosa Andriasari, 2018 PENGARUH METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK TUNALARAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    a. Panjang kondisi Panjang kondisi adalah banyaknya data dalam kondisi

    tersebut. Banyaknya data dalam kondisi berarti banyak pula

    sesi yang dilakukan pada kondisi.

    b. Kecenderungan arah Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang

    melintasi semua data dalam suatu kondisi dimana

    banyaknya data yang berada di atas dan di bawah garis

    tersebut sama banyak.

    c. Kecenderungan stabilitas Kecenderungan stabilitas menunjukkan tingkat

    homogenitas data dalam suatu kondisi. Adapun tingkat

    kestabilan data ini dapat ditentukan dengan menghitung

    banyaknya data yang berada di dalam rentang, kemudian

    dibagi banyaknya data poin, dikali 100%. Secara umum

    jika 80%-90% data masih berada pada 15% di atas dan di

    bawah mean, maka data dikatakan stabil.

    d. Jejak data Jejak data merupakan perubahan dari data satu ke data lain

    dalam suatu kondisi. Perubahan satu data ke data

    berikutnya dapat terjadi beberapa kemungkinan yaitu

    menaik, mendatar atau menurun.

    e. Rentang Rentang dalam sekelompok data pada suatu kondisi

    merupakan jarak antara data pertama dengan data terakhir.

    Rentang ini memberikan informasi sebagaimana yang

    diberikan pada analisis tentang tingkat perubahan (level

    change).

    f. Tingkat perubahan (level change) Tingkat perubahan menunjukkan besarnya perubahan

    antara dua data. Tingkat perubahan data dalam suatu

    kondisi merupakan selisih antara data pertama dengan data

    terakhir.

  • 53

    Rosa Andriasari, 2018 PENGARUH METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK TUNALARAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    2. Analisis antar kondisi a. Varibel yang diubah

    Variabel terikat difokuskan pada satu kemampuan yaitu

    keterampilan menjahit pada anak dengan hambatan

    kecerdasan ringan.

    b. Perubahan kecenderungan arah dan efeknya Perubahan kecenderungan arah grafik antara kondisi

    baseline dan intervensi menunjukkan makna perubahan

    target behavior yang disebabkan oleh intervensi.

    c. Perubahan stabilitas dan efeknya Stabilitas data menunjukkan tingkat kestabilan perubahan

    dari sederetan data. Data dikatakan stabil apabila data

    tersebut menunjukkan arah (mendatar, menarik atau

    menurun) secara konsisten.

    d. Perubahan level data Perubahan data antar kondisi ditunjukkan dengan selisih

    antara data terakhir pada kondisi baseline dan data pertama

    pada kondisi intervensi. Nilai selisih ini menggambarkan

    seberapa besar terjadi perubahan perilaku akibat pengaruh

    dari intervensi.

    e. Data yang tumpang tindih (overlap) Data yang tumpang tindih antara dua kondisi adalah

    terjadinya data yang sama pada kedua kondisi tersebut.

    Data yang tumpang tindih menunjukkan tidak adanya

    perubahan pada kedua kondisi dan semakin banyak data

    yang tumpang tindih semakin menguatkan dugaan tidak

    adanya perubahan pada kedua kondisi.