63 BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik. Metode ini digunakan untuk menggambarkan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai hubungan antara pengalaman perlakuan tindak kekerasan dengan harga diri remaja. B. PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan yang memungkinkan ditemukannya gambaran umum pengalaman tindak kekerasan, gambaran umum harga diri remaja serta hubungan antara pengalaman perlakuan tindak kekerasan dengan harga diri remaja. C. POPULASI DAN SAMPEL Sumber data pada penelitian adalah siswa kelas XI SMA Pasundan 2 Bandung tahun ajaran 2007/2008. Penentuan sampel berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto (2002 : 109) yaitu apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua tetapi jika jumlah subjeknya lebih besar dapat diambil antara 20% - 50%. Untuk menentukan siswa yang akan menjadi sampel penelitian, digunakan teknik sampling yaitu random sampling (sampel acak). Teknik ini mengandung arti bahwa setiap
Text of BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN …
S_PPB_034714_CChapter3hubungan antara pengalaman perlakuan tindak
kekerasan dengan harga diri remaja.
B. PENDEKATAN PENELITIAN
tindak kekerasan, gambaran umum harga diri remaja serta hubungan
antara
pengalaman perlakuan tindak kekerasan dengan harga diri
remaja.
C. POPULASI DAN SAMPEL
Sumber data pada penelitian adalah siswa kelas XI SMA Pasundan 2
Bandung
tahun ajaran 2007/2008. Penentuan sampel berdasarkan pendapat
Suharsimi Arikunto
(2002 : 109) yaitu apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik
diambil semua tetapi
jika jumlah subjeknya lebih besar dapat diambil antara 20% - 50%.
Untuk
menentukan siswa yang akan menjadi sampel penelitian, digunakan
teknik sampling
yaitu random sampling (sampel acak). Teknik ini mengandung arti
bahwa setiap
64
anggota yang ada mempunyai peluang yang sama untuk dipilih sebagai
sampel
penelitian.
1. Persiapan Pengumpuluan Data
penyusunan proposal, pengajuan izin penelitian, penyusunan dan
pengembangan
alat pengumpul data dan uji coba alat pengumpul data.
a. Penyusunan Proposal
penelitian. Proposal penelitian terdiri dari latar belakang
masalah, pemilihan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, variabel yang diukur, dan
sistematika
penulisan yang dijadikan landasan penyusunan skripsi. Selanjutnya
proposal
disahkan setelah mendapat persetujuan dari dewan skripsi jurusan
dan dosen
pembimbing
perizinan ke tingkat Fakultas dan Rektor UPI Bandung dan
kemudian
dilanjutkan ke Kantor Badan Kesatuan dan Perlindungan Masyarakat
Daerah
Propinsi Jawa Barat dan Kantor Dinas Pendidikan. Surat izin
penelitian yang
65
Pasundan 2 Bandung.
penelitian kepada Wakil Kepala Sekolah bidang Humas atau Kurikulum
untuk
melaksanakan penelitian. Setelah mendapat ijin penelitian,
dilanjutkan kepada
koordinator bimbingan dan konseling (BK) untuk memberikan
instrumen
penelitian kepada setiap siswa yang menjadi sampel
penelitian.
c. Pelaksanaan Pengumpulan Data
koseling (BK) dan rekan peneliti. Langkah-langkah yang ditempuh
dalam
proses pengumpulan data adalah sebagai berikut.
1) Mengintervensikan jumlah siswa kelas XI SMA Pasundan 2
Bandung
tahun pelajaran 2007/2008.
3) Mengecek kelengkapan alat pengumpul data yang akan
diberikan
kepada siswa.
5) Menyebarkan alat pengumpul data.
6) Mengumpulkan alat pengumpul data yang telah diisi oleh
siswa.
7) Menetapkan alat pengumpul data yang mungkin untuk diolah
lebih
lanjut.
66
8) Menghitung hasil pekerjaan siswa pada setiap lembar jawaban
dan
memberikan skor serta mencocokannya dengan sampel penelitian
sesuai dengan kebutuhan.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam persiapan alat pengumpul data
dan
pelaksanaan pengumpulan data sebaga berikut.
1. Menentukan Alat Pengumpul Data
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan dalam penelitian, diperlukan
dua
buah data, yaitu data tentang pengalaman perlakuan tindak kekerasan
dan harga
diri remaja. Untuk mengungkap kedua data tersebut diperlukan alat
pengumpul
data yang memadai sesuai dengan konstruk masing-masing
variabel.
Instrumen untuk memperoleh data penelitian menggunakan skala
Guttman
sebagai tipe skala pengukuran untuk mengungkap gambaran
pengalaman
perlakuan tindak kekerasan dan harga diri (self-esteem) remaja.
Melalui skala
Guttman data yang diharapkan diukur dan diperoleh dari responden
berada dalam
ukuran yang jelas (tegas) dan konsisten terhadap suatu permasalahan
yang
ditanyakan. Data yang diperoleh berupa data interval atau ratio
dikotomi (dua
alternatf yang berbeda) (Ridwan, 2003 :16-17)
Alat pengumpul data yang disusun adalah : (1) Angket
pengalaman
perlakuan tindak kekerasan yang selanjutnya disebut format A dan
(2) Angket
harga diri (self-esteem) remaja yang selanjutnya disebut format B.
Format A dan
67
menggunkaan skala “YA” dan “TIDAK” dan format B menggunakan skala
likert
yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), R (ragu-ragu), TS (tidak
setuju), STS (sangat
tidak setuju).
Jawaban setiap item instrumen dari format A dan B menggunakan
kriteria
penyekoran sebagai berikut.
Bentuk Item Pola skor
Ya Tidak Positif Negatif
Bentuk Item Pola skor
5 1
4 2
3 3
2 4
1 5
Perlakuan Tindak Kekerasan” dan alat pengumpul data “harga diri
remaja”
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Membuat kisi-kisi alat pengumpul data. Penelaahan kisi-kisi
dilakukan
dengan menelaah berbagai literatur yang relevan, untuk
merumuskan
indikator-indikator yang menjadi ruang lingkup, variabel
pengalaman
perlakuan tindak kekerasan dan harga diri remaja.
68
harga diri remaja ke dalam butir pertanyaan. Adapun bentuk
pernyataan
terdiri atas pernyataan positif dan negatif. Jumlah butir
pernyataan yang
dibuat untuk format A sebanyak 46 butir item seperti tabel 3.3.
untuk
format B disusun butir-butir item sebanyak 30 butir item seperti
tabel 3.4.
TABEL 3.3 KISI-KISI INSTRUMEN PENGALAMAN PERLAKUAN
TINDAK KEKERASAN
Perlakuan Tindak Kekerasan
dimarahi/diomeli disuruh lari didorong dibentak dijewer push up
squat jump dipukul dengan tangan
Psikis
Seksual
diajak ngobrol porno dicolek dirayu dilihat dari kepala hingga
kaki
Pengalaman Tindak Kekerasan
Pelaku Tindak Kekerasan
69
Tenaga Medis Ibu/Bapak Guru Kepala Sekolah Penjaga Sekolah Preman
Bencong Supir/Kernet angkutan umum
Tempat Terjadi Tindak Kekerasan
Sekolah dan taman bermain Kantor Polisi, Rumah Tahanan/Penjara
Jalanan, Halte bus, Terminal bus, Kendaraan umum Tempat pariwisata
Tepi pantai, daerah sepi
TABEL 3.4 KISI-KISI INSTRUMEN HARGA DIRI REMAJA
Area Dimensi Indikator Nomor Item
Power
1(-)
2(-)
3(+),4(-)
Self-Worth Perasaan bahwa diri (self) itu penting dan melibatkan
pribadi yang sadar akan dirinya sendiri
5(+),6(+),7(+)
Significance
8(-)
9(-)
10(+)
Self-Worth Perasaan bahwa diri (self) itu penting dan melibatkan
pribadi yang sadar akan dirinya sendiri
11(+),12(+), 13(+)
Virtue Self-
14(-),15(-)
16(-),17(-), 18(-)
70
dalam melakukan sesuatu sebagai bagian dari identitas diri
Self-Worth Perasaan bahwa diri (self) itu penting dan melibatkan
pribadi yang sadar akan dirinya sendiri
20(+),21(+)
Competence
22(-)
23(-),24(-)
25(+),26(+), 27(-)
Self-Worth Perasaan bahwa diri (self) itu penting dan melibatkan
pribadi yang sadar akan dirinya sendiri
28(+),29(+), 30(-)
dahulu. Penimbangan bermaksud untuk mengetahui tingkat kebaikan
isi,
konstruk, redaksi dan kesesuaian antara butir pernyataan dengan
aspek
yang diungkap.
sejumlah siswa SMA Pasundan 2 Bandung. Uji coba dilakukan
untuk
mengetahui kekurangan instrumen salah satunya yaitu kejelasan
makna
yang hendak diungkap. Apabila instrumen telah memenuhi syarat,
maka
dapat dilaksanakan pengumpulan data. Kekurangan atau kelemahan
yang
dimiliki instrumen kemudian diperbaiki supaya dapat memenuhi
dua
syarat utama yaitu validitas (ketepatan) dan realibilitas
(konsistensi),
seperti yang diungkapkan Faisal (1982:185):
Validitas pengukurang berhubungan dengan keseusaian dan kecermatan
fungsi ukur dan alat yang digunakan. Suatu alat pengukur dikatakan
valid bila benar-benar sesuai dan menjawab secara cermat tentang
variavel yang akan diukur. Realibilitas pengukuran
71
berhubungan dengan daya konstan alat pengukur di dalam melahirkan
ukuran-ukuran yang sebenarnya dengan apa yang diukur. Alat ukur
yang realibel kecil kemungkinannya melahirkan ukuran yang berbeda-
beda bila kenyataannya obyeknya memang sama walaupun dilakukan oleh
petugas lain dan atau kesempatan lain.
Setelah ujicoba dilaksanakan, maka telah diperoleh data, lalu
kemudian
diolah lebih lanjut untuk memperoleh validitas dan realibilitas
instrumen
pengumpul data.
Uji validitas dilakukan dengan tujuan untuk menunjukkan
tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen yang digunakan dalam
penelitian.
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari
variabel
yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen
menunjukkan
sejauhmana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran
tentang
validitas yang dimaksud (Suharsimi Arikunto, 2002 :145).
Pengujian validitas setiap item/butir pernyataan untuk skala
Guttman
(angket pengalaman perlakuan tindak kekerasan) menggunakan
Microsoft exel
dengan rumus Korelasi Point Biserial sebagai berikut:
q
p
S
pbisy = koefisien korelasi biserial
pM = rata-rata sampel yang menjawab dengan tepat bagi butir yang
dicari
validitasnya
P = proporsi sampel yang menjawab dengan tepat
P = Banyaknya sampel yang menjawab dengan tepat Jumlah seluruh
sampel q = Proporsi sampel yang menjawab tidak tepat
Setelah nilai korelasi diperoleh, untuk mengetahui valid atau
tidak
valid suatu item, mkaa digunakan norma koefisien korelasi dengan
ketentuan
nilai koefisien korelasi sama dengan atau lebih besar dari 0,3 maka
item
instrumen dinyatakan valid (sugiyono, 2006:126). Apabila kurang
dari 0,3
maka item instrumen dinyatakan tidak valid.
Untuk menguji nilai signifikansi validitas butir soal dengan skala
likert
(angket harga diri remaja) digunakan uji t, yaitu dengan
menggunakan rumus
sebagai berikut :
73
ketentuan thitung > t tabel
Pada studi uji coba instrumen ini, kriteria yang digunakan adalah
item
yang memiliki thitung > t tabel dinyatakan sebagai item yang
valid dan dapat
digunakan dalam skala. Dengan df = n-1 = (100-1), pada taraf
kepercayaan 90%
diperoleh harga ttabel sebesar 1,66.
Hasil perhitungan terhadap 46 butir soal untuk instrumen
pengalaman
tindak kekerasan (format A), diperoleh item soal yang valid
sebanyak 36 item dan
yang tidak valid sebanyak 10 item; terhadap 30 butir soal untuk
instrumen harga
diri (format B), didapatkan item soal yang valid sebnyak 30
item.
2. Uji Realibilitas Instrumen Penelitian
Realibilitas suatu instrumen penelitian menunjukkan instrumen
penelitian
dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut dapat
dikatakan sudah baik yaitu instrumen yang dapat dengan ajeg
memberikan data
sesuai dengan kenyataan (Suharsimi Arikunto, 2002 :145).
Pengujian koefisien realibilitas alat pengumpul data
dilakukan
menggunakan rumus Split-half Method dengan cara membagi dua item
ganjil dan
item genap. Setelah itu, skor masing-masing item ganjil dan genap
tersebut
dikorelasikan dengan menggunakan rumus Spearman Rank. Hasil
korelasi ke-dua
74
sehingga menghasilkan nilai reliabilitas dari masing-masing
variabel.
+
=
11r = reliabilitas
Sebagai tolok ukur koefisien realibilitas, digunakan kriteria
Guilford
(Subino, 1987:115) sebagai berikut:
0,40-0,70 : derajat keterandalan sedang; 0,70-0,90 : derajat
keterandalan tinggi; 0,90-1,00 : derajat keterandalan sangat
tinggi.
Nilai reliabilitas instrumen pengalaman perlakuan tindak kekerasan
yang
diperoleh sebesar 0.85 berada pada kategori tinggi dan nilai
reabilitas instrumen
harga diri sebesar 0,793 berada pada ketegori tinggi artinya
instrumen yang
digunakan sudah baik dan dapat dipercaya sebagai alat pengumpul
data.
75
Data yang telah terkumpul kemudian diolah supaya data yang
diperoleh
memiliki arti seperti yang diungkapkan oleh Surakhmad (Arif
Nugraha,
2006:133):
Mengolah data adalah usaha konkrit untuk membuat data tersebut
“berbicara” sebab betapapun besarnya jumlah dan tingginya nilai
data yang terkumpul (sebagai fase pelaksanaan pengumpulan data),
apabila tidak disusun dalam suatu organisasi dan diolah menurut
sistematika yang baik, niscaya data itu tetap merupakan bahan-bahan
yang “membisu seribu bahasa”. Sejalan dengan pendapat tersebut,
maka dilakukan langkah-langkah
sistematis agar peneliti dapat menggunakan data yang diperoleh
untuk membuat
suatu kesimpulan dari penelitian yang dilakukan.
Langkah-langkah yang dilakukan setelah data terkumpul adalah
sebagai
berikut.
Verifikasi data bertujuan untuk mengecek kelengkapan jumlah
angket
yang terkumpul dan kelengkapan pengisian angket yang diisi oleh
siswa. Hasil
penyeleksian menunjukkan bahwa seluruh angket yang telah diisi oleh
siswa
sudah lengkap dan dapat diolah lebih lanjut. Adapun
langkah-langkahnya sebagai
berikut.
76
1) Memisahkan lembar jawaban yang lengkap. Hal ini dilakukan
agar
dalam proses perhitungan hanya dilakukan atas data-data yang
memenuhi syarat saja.
untuk menghindari kekeliruan dalam penyekoran, dan tidak
terukur
dengan responden lain.
b. Pengelompokan Data
menggunakan kriteria skor ideal, yaitu:
Keterangan :
x ideal = skor maksimal yang mungkin diperoleh siswa jika semua
pernyataan dijawab dengan benar
x ideal = ½ dari skor ideal SD ideal = 1/3 dari X ideal
Z = Luas daerah dari kurva normal (0,61)
Setelah diketahui nilai dari skor ideal maka dilakukan penentuan
dengan
menggunakan tabel selang interval kategori yang diperoleh dari
kriteria ideal
yaitu kategori pertama berada pada luas daerah normal sebesar 27 %
sebelah
kanan denagn Z= +0,61; kategori kedua berada pada luas daerah kurva
sebesar
46% atau letaknya terentang antara Z= -0,61 sampai dengan Z= +0,61;
dan
x ideal + Z (SD ideal)
(Cece rakhmat dan M. Solehudin, 2006:63)
77
kategori ketiga berada pada luas daerah kurva sebesar 27% kurva
normal Z = -
0,61 seperti divisualisasikan pada tabel 3.5.
TABEL 3.5 TABEL KRITERIA SKOR IDEAL
No. Kriteria Kategori 1. x ≥ x ideal + 0,61 SD ideal Tinggi 2. x
ideal - 0,61 SD ideal > x < x ideal + 0,61 SD ideal Sedang 3.
x < x ideal – 0,61 SD ideal Rendah
Dibawah ini diberikan contoh perhitungan gambaran umum
pengalaman perlakuan tindak kekerasan dan harga diri remaja.
TABEL 3.6 TABEL PERHITUNGAN SKOR IDEAL
Pengalaman perlakuan tindak
kekerasan Harga diri remaja
X ideal = 46 X ideal = 150 x ideal = ½ x 46 = 23 x ideal = ½ x 150
= 75 SD ideal = 1/3 x 23 = 7,6 = 8 SD ideal = 1/3 x 75 = 25
Dari hasil perhitungan diatas, selanjutnya dilakukan
perhitungan
gambaran umum pengalaman perlakuan tindak kekerasan sebagai
berikut:
TABEL 3.7 TABEL HASIL PERHITUNGAN SKOR IDEAL
Pengalaman perlakuan tindak kekerasan
Kategori tinggi X ≥23 + 0,61 (8) X ≥ 28 Kategori sedang 23 – 0,61
(8) < X > 23 + (0,61 (8) 18 < X < 28 Kategori rendah X
≤ 23 – 0,61 (8) X ≤ 18
Harga diri remaja Kategori tinggi X ≥75 + 0,61 (25 X ≥ 90 Kategori
sedang 75 – 0,61 (25) < X > 75 + 0,61 (25) 60 < X < 90
Kategori rendah X ≤ 75 – 0,61 (25) X ≤ 60
78
masalah, serta sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan teknik
pengolahan
data. Asumsi statistik yang diuji melalui:
1) Uji Ketepatan Skala (Uji Penyebaran Frekuensi Jawaban)
Langkah ini dilakukan dengan menganalisis penyebaran
frekuensi
jawaban pada kontinuum skala tersebut. Analisis ini menggunakan
patokan
dari Rochman Natawidjaja (1985: 235) bahwa mode jawaban tidak
terhimpun
di satu ujung kontinuum, tetapi sebagian berada di ujung lain dan
sebagian
lagi terletak di tengah kontinuum arah kecerdasan emosional itu.
Sumadi
Suryabrata (2000: 188) juga berpendapat sama bahwa “pernyataan
yang
memenuhi syarat dilihat dari distribusi jawabannya adalah
pernyataan yang 1)
semua kemungkinan jawabannya terisi (tidak ada yang kosong), dan
2)
distribusi jawabannya bermodus tunggal (unimodal)”.
Pada studi ujicoba, dari sejumlah 30 item, semua item
memiliki
frekuensi jawaban yang menyebar. Jadi dengan demikian, dari
hasil
perhitungan ketepatan skala (uji penyebaran frekuensi jawaban)
semua item
dapat digunakan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.
2) Analisa Daya Pembeda
dapat membedakan responden yang memiliki skor kecerdasan emosional
yang
tinggi dan responden yang memiliki skor kecerdasan emosional yang
rendah.
79
Untuk menganalisa daya pembeda ini, responden yang menjadi sampel
uji
coba penelitian diurutkan berdasarkan besar kecilnya jumlah
nilai/skor yang
diperoleh, yaitu dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah.
Kemudian
dari 42 responden yang menjadi sampel uji coba, diambil 12
responden yang
memiliki nilai tertinggi dan 12 responden yang memiliki nilai
terendah, yaitu
masing-masing 27% dari seluruh sampel uji coba (Suharsimi Arikunto,
2003:
212).
t = ( ) ( )
( )1
2
2
2
2
LX = Rata-rata skor kelompok bawah n = Jumlah responden
Sebagai tolok ukur daya pembedanya, digunakan kriteria dari
Rohman
Natawidjaja (1985: 240) bahwa apabila perbedaan rata-rata itu
signifikan,
yaitu bahwa rata-rata kelompok atas lebih besar dari kelompok
bawah, maka
item itu dianggap dapat membedakan responden kelompok atas
dari
responden kelompok bawah. Dengan perkataan lain, item itu mempunyai
daya
pembeda yang memadai. Jadi, dengan demikian, item yang memiliki
nilai
80
daya pembeda (t) ≤0 (kurang dari sama dengan nol) dianggap memiliki
daya
pembeda yang tidak memadai, maka item tersebut dibuang.
Pada studi uji coba, dari sejumlah 30 item, semua item memiliki
daya
pembeda ≥0 (lebih besar dari sama dengan nol), sehingga semua item
dapat
digunakan untuk penelitian lebih lanjut.
3) Uji Normalitas Distribusi
tidaknya distribusi data yag menjadi syarat untuk menentukan
jenis
perhitungan statistik apa yang digunakan dalam penganalisaan
data
selanjutnya. Jika dari uji normalitas menghasilkan nilai yang
berdistribusi
normal maka teknik statistik yang digunakan adalah memakai
pendekatan
parametik, sedangkan apabila uji normalitas memperlihatkan hasil
distribusi
yang tidak normal maka pengolahan data menggunkan pendekatan
non
parametik.
untuk teknik non parametik digunakan apabila data berdistribusi
tidak normal.
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kesimpulan dari
penelitian akan
berlaku untuk seluruh populasi atau tidak dan untuk menentukan
analisis
statistik parametik dapat digunakan dalam menganalisis data atau
tidak.
Data yang diujinormalitaskan dalam penelitian ada dua
kelompok,
pertama kelompok data X untuk variabel pengalaman perlakuan
tindak
kekerasan, kedua adalah kelompok Y untuk variabel harga diri
remaja.
81
SPSS versi 12.
Analisis regresi bertujuan untuk menentukan bilangan fungsional
yang
diharapkan berlaku untuk populasi berdasarkan data sampel yang
diambil dari
populasi yang bersangkutan. Hubungan fungsional ini akan ditulis
dalam
bentuk persamaan matematika yang disebut persamaan regresi.
Persamaan
regresi yang digunakan adalah regresi linier sederhana, sedangkan
metode
yang digunakan adalah metode kuadrat kecil, dengan rumus sebagai
berikut:
Keterangan :
b/β = Angka arah atau koefisien regresi yang menunjukkan
angka
peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan
pada
variabel independen. Bila b (+) maka naik, dan bila (-) maka
terjadi
penurunan.
(Sugiyono, 1999:244)
82
Adapun rumus yang dipergunakan untuk memperoleh harga a dan harga
b
adalah sebagai berikut:
Observed Cum Prob
Arni Nur Rahm Ali Nur Rita Les
Desita R Desi Ang Saepul R
Yudi R.L
Iik SF Regina O Trisnia Novi AmaAnita Ek
Chairul Risma N R. SitiEvi Tria
Mega Les Mulia Annisa P
Eka Wija Maya K
Gambar 3.1
( ) ( ) ( )∑ ∑ ∑∑∑
−
− =
Uji korelasi adalah rumus statistik yang dipergunakan untuk
mengetahui hubungan antara variabel bebas X (Independent) dengan
variabel
terikat Y (Dependen) sehingga diketahui seberapa besar hubungan
variabel X
terhadap variabel Y. Perhitungan menggunakan bantuan SPSS versi 12
dan
menggunakan rumus korelasi Product Moment yaitu:
( )( )
xyr = Koefisien korelasi product moment
X∑ = Jumlah untuk skor variabel X Y∑ = Jumlah untuk skor variabel
Y
N = Jumlah sampel 2X∑ = Jumlah skor variabel X yang
dikuadratkan
2Y∑ = Jumlah skor variabel Y yang dikuadratkan XY∑ = Jumlah skor
variabel X dan Y yang dikalikan
Untuk mencari harga koefisien korelasinya, digunakan rumus:
21
2
r
Besarnya hubungan kedua variabel dapat diketahui berdasarkan
pendapat Arikunto (2002:245), yang ditunjukkan pada tabel
3.8.
84
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,20 0,20 – 0,40 0,40 – 0,60 0,60 – 0,80 0,80 – 1,00
Sangat rendah Rendah Sedang Kuat
Sangat kuat (Arikunto, 2002:245)
6) Menghitung Koefisien Determinasi
dikalikan dengan 100%. Dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
variabel
X (pengalaman perlakuan tindak kekerasan) turut menentukan variabel
Y
(harga diri remaja).
KD = 1002 ×xyr %
Alasan menggunakan rumus tersebut karena 100% dari variabel
yang
terjadi dalam variabel Y dapat dijelaskan oleh variabel X.
Kemudian
ditafsirkan berdasarkan kriteria menurut Suharsimi Arikunto
(2002:245) yaitu
80 % - 100 % = Tinggi 60 % - 80 % = Cukup 40 % - 60 % = Agak
rendah
20 % - 40 % = Rendah 0 % - 20 % = Sangat rendah (tak
berkorelasi)