194
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian Pengembangan wilayah merupakan suatu tindakan mengembangkan wilayah atau membangun daerah atau kawasan dalam rangka usaha memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup masyarakat. Sasarannya harus diterjemahkan dalam kerangka pembangunan nasional dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yaitu dengan tujuan mencapai pertumbuhan pendapatan perkapita yang cepat, menyediakan kesempatan kerja yang cukup, pemerataan pendapatan, mengurangi perbedaan antara tingkat pendapatan, kemakmuran, pembangunan serta kemampuan antar daerah, membangun struktur perekonomian agar tidak berat sebelah (Hadjisaroso, 1994). Pengembangan wilayah merupakan suatu tindakan membangun wilayah, membangun daerah atau kawasan dalam rangka usaha memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup masyarakat termasuk petani. Petani sebagai makhluk sosial juga ingin mempunyai taraf hidup yang sesuai dalam hidupnya. Peningkatan taraf hidup tersebut diperoleh petani dengan cara meningkatkan pendapatannya. Untuk memperoleh pendapatan yang tinggi mereka melaksanakan berbagai aktivitas dan kegiatan sebagai petani. Dalam upaya meningkatkan pendapatan petani padi sawah pada pengembangan wilayah, tentu harus dapat meningkatkan nilai tambah bagi 104 Universitas Sumatera Utara

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

104

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

3.1. Kerangka Konseptual Penelitian

Pengembangan wilayah merupakan suatu tindakan mengembangkan

wilayah atau membangun daerah atau kawasan dalam rangka usaha

memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup masyarakat. Sasarannya harus

diterjemahkan dalam kerangka pembangunan nasional dan Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI) yaitu dengan tujuan mencapai pertumbuhan

pendapatan perkapita yang cepat, menyediakan kesempatan kerja yang cukup,

pemerataan pendapatan, mengurangi perbedaan antara tingkat pendapatan,

kemakmuran, pembangunan serta kemampuan antar daerah, membangun struktur

perekonomian agar tidak berat sebelah (Hadjisaroso, 1994).

Pengembangan wilayah merupakan suatu tindakan membangun wilayah,

membangun daerah atau kawasan dalam rangka usaha memperbaiki tingkat

kesejahteraan hidup masyarakat termasuk petani. Petani sebagai makhluk sosial

juga ingin mempunyai taraf hidup yang sesuai dalam hidupnya. Peningkatan

taraf hidup tersebut diperoleh petani dengan cara meningkatkan pendapatannya.

Untuk memperoleh pendapatan yang tinggi mereka melaksanakan berbagai

aktivitas dan kegiatan sebagai petani.

Dalam upaya meningkatkan pendapatan petani padi sawah pada

pengembangan wilayah, tentu harus dapat meningkatkan nilai tambah bagi

104 Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

105

usahatani mereka sehingga pendapatan mereka bisa bertambah. Untuk itu perlu

diatur dan dikembangkan dengan sistem agribisnis padi sawah.

Pendapatan usahatani adalah total penerimaan yang berasal dari nilai

hasil penjualan ditambah dari nilai hasil yang dipergunakan sendiri, dikurangi

dengan nilai pengeluaran yang terdiri dari pengeluaran untuk input (benih, pupuk,

pestisida, dan alat alat), pengeluaran untuk upah tenaga kerja dari luar keluarga,

pengeluaran pajak dan lain-lain (Hernanto, 1993).

Dalam upaya meningkatkan pendapatan petani padi sawah pada

pengembangan wilayah dapat dilihat dari kerangka konseptual penelitian.

3.1.1. Menganalisis Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Dalam

Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan

Petani Padi Sawah

Studi yang dilakukan Salmiah (2004), karakteristik sosial ekonomi yang

berpengaruh nyata terhadap pendapatan adalah luas lahan yang dimiliki dan

jumlah tanggungan keluarga, sedangkan tingkat pendidikan dan usia petani tidak

berpengaruh.

Untuk menganalisis pengaruh pengembangan wilayah dalam karakteristik

sosial ekonomi petani sampel, penelitian ini terdiri dari variabel umur,

pendidikan, lamanya berusahatani, lamanya berorganisasi P3A, jumlah

tanggungan keluarga, dan total luas lahan usahatani yang dimiliki terhadap

meningkatkan pendapatan petani padi sawah.

Dalam penelitian ini dilakukan analisis data dengan metode Ordinary

Least Square (OLS). Digunakan model estimasi regresi linier berganda dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

106

spesifikasi model ekonometrika. Alat bantu dalam mengolah data primer yang

digunakan adalah Program SPSS 16 (Statistical Product and Service Solution) 16.

Gambar 3.1. Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Dalam Pengembangan Wilayah

Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah.

3.1.2. Menganalisis Komparasi Rata-Rata Pendapatan Petani Padi Sawah

Sebelum dan Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk

Doa Turun Tanam Dalam Pengembangan Wilayah

Kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam adalah salah satu jenis ritual

atau upacara minta hujan yang dilakukan oleh masyarakat di daerah perdesaan.

Datangnya hujan berarti datangnya rahmat Illahi yang menjadi sumber hidup bagi

seluruh makhluk bumi, termasuk manusia. Masyarakat di desa masih percaya,

melalui kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam maka akan segera turun

hujan yang sangat berguna agar sumur-sumur dan sumber mata air keluar lagi

airnya, sawah dan ladang tidak lagi tandus, dan berbagai tanaman bersemi

kembali bagi kelangsungan hidup mereka.

Sebelum dilakukan analisis komparasi rata-rata pendapatan petani padi

sawah, sebelum dan setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun

X11

X12

Karakteristik

SSosial Ekonomi

(X1)

X13

Y

X14

X15

X16

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

107

tanam pada pengembangan wilayah, maka akan diberikan gambaran terlebih

dahulu mengenai perbandingan variabel biaya sebelum dan setelah kearifan lokal

dalam bentuk doa turun tanam. Dimana sebelum kearifan lokal dalam bentuk doa

turun tanam variabel biaya terdiri dari biaya pompanisasi, biaya pupuk dan biaya

pestisida. Setelah kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam variabel biaya

terdiri dari biaya iuran irigasi, biaya pupuk dan biaya pestisida.

Untuk menganalisis komparasi rata-rata pendapatan petani padi sawah

sebelum dan setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam,

pada pengembangan wilayah. Dalam penelitian ini dilakukan analisis data

dengan metode Dependent Sample T-test (Paired Sample T-test). digunakan

model uji beda rata-rata (Compare Means). Alat bantu dalam mengolah data

primer yang digunakan adalah Program SPSS 16 (Statistical Product and Service

Solution) 16.

Gambar 3.2. Komparasi Rata-Rata Pendapatan Petani Padi Sawah Sebelum Dan Setelah

Menerapkan Kearifan lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam Dalam

Pengembangan Wilayah.

Pendapatan

Sebelum

Menerapkan

Kearifan

lokal Doa

Turun

Tanam (X2 )

Pendapatan

Setelah

Menerapkan

Kearifan

lokal Doa

Turun Tanam

(X3)

Komparasi Rata-

Rata Pendapatan

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

108

3.1.3. Menganalisis Pengaruh Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam

Bentuk Doa Turun Tanam, Secara Langsung Dan Melalui

Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah

Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah

Dilakukan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh pengembangan

wilayah setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam secara

langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis terhadap meningkatkan

pendapatan petani padi sawah.

Sebelum dilakukan analisis pengaruh setelah menerapkan kearifan lokal

dalam bentuk doa turun tanam, maka akan diberikan gambaran terlebih dahulu

mengenai variabel biaya setelah kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam,

yang terdiri dari biaya iuran air irigasi, biaya pupuk, dan biaya pestisida.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model SEM (Structural

Equation Modeling) untuk melihat pengaruh dan analisis faktor. Alat bantu yang

digunakan adalah AMOS (Analyis of Moment Structure) 19.

Gambar 3.3. Menganalisis Pengaruh Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk

Doa Turun Tanam Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis

Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani

Padi Sawah.

KegiatanUtama

Agribisnis (X4)

Setelah Menerapkan

Kearifan Lokal Doa

Turun Tanam (X3)

Pendapatan Petani

Padi Sawah (Y)

Y2

X42

X43

X31

X32

X33

Y1

X41

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

109

3.1.4. Menganalisis Pengaruh Kegiatan Utama Agribisnis Dalam

Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan

Petani Padi Sawah

Teori export base, teori ini petama kali dikembangkan oleh Douglas C.

North (1955). Menurut North, kekuatan utama ekonomi suatu wilayah tergantung

kepada permintaan eksternal akan barang dan jasa yang diproduksi dari wilayah

tersebut. Permintaan ekternal akan mempengaruhi penggunaan modal dan

teknologi dan diekspor oleh wilayah itu, karena itu pertumbuhan wilayah jangka

panjang sangat tergantung pada kegiatan industri ekspornya. Atas dasar itu,

keberlanjutan perkembangan wilayah sangat banyak ditekan pada peningkatan

aliran modal dan teknologi, dimana persyarat untuk itu berkaitan dengan jumlah

modal yang ditanamkan oleh pemilik modal, baik dari dalam maupun luar, serta

berkaitan pula dengan sumber daya manusia yang memiliki keahlian khusus.

Untuk menganalisis pengaruh pengembangan wilayah dalam kegiatan

utama agribisnis, variabel penelitian terdiri dari biaya produksi, luas panen dan

harga gabah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah. Dalam

penelitian ini dianalisis dengan menggunanakan model SEM = Structural

Equation Modeling (permodelan persamaan struktural) merupakan suatu metode

statistika yang menggunakan pendekatan hypothesis testing atau dikenal dengan

istilah Confirmatory. Program yang digunakan AMOS 19 (Analyis of Moment

Structure).

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

110

Gambar 3.4. Menganalisis Pengaruh Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan

Wilayah Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah.

3.1.5. Menganalisis Pengaruh Kegiatan Penunjang Agribisnis Secara

Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam

Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani

Padi Sawah.

Teori lokasi, perkembangan teori lokasi dimulai dari Von Thunnen, yang

mengembangkan teorinya berdasarkan pengamatan hasil pertanian di Mcklenberg

yang selanjutnya dikembangkan Weber, Palender dan Hoover, Weber

mengenalkan indeks material dan indeks berat. Faktor-faktor yang menentukan

lokasi adalah faktor endowment, pasar dan harga, bahan baku dan energi,

angkutan sebagai input.

Untuk menganalisis pengaruh pengembangan wilayah dalam kegiatan

penunjang agribisnis, variabel penelitian ini terdiri dari bantuan input produksi

pertanian, penyaluran kredit dan kebijakan pemerintah dalam subsidi pupuk

terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah.

Dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunanakan model SEM =

Structural Equation Modeling (permodelan persamaan struktural) merupakan

suatu metode statistika yang menggunakan pendekatan hypothesis testing atau

Kegiatan Utama

Agribisnis (X4)

Pendapatan

Petani Padi

sawah (Y) Y2

X41

X42

X43

Y1

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

111

dikenal dengan istilah Confirmatory. Program yang digunakan AMOS 19 (Analyis

of Moment Structure).

Gambar 3.5. Menganalisis Pengaruh Kegiatan Penunjang Agribisnis Secara Langsung

Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah

Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah

3.1.6. Menganalisis Pengaruh Sumber Daya Alam (SDA) Secara

Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam

Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan

Petani Padi Sawah

Teori resource endowment, teori ini bertolak dari suatu pandangan

bahwa pengembangan ekonomi wilayah sangat tergantung pada sumber daya

alam yang dimiliki oleh wilayah tersebut dan permintaan terhadap komoditas

yang dihasilkan dari sumber daya itu. Makin banyak sumber daya alam yang

dapat diolah untuk komoditi unggulan maka semakin cepat pertumbuhan

wilayahnya. Teori resource endowment secara implisit mengasumsikan bahwa

Kegiatan Utama

Agribisnis (X4)

Kegiatan

Penunjang

Agribisnis

(X5)

Pendapatan Petani

Padi sawah

(Y)

Y2

X42

X43

X51

X52

X53

Y1

X41

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

112

dalam perkembangannya, sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu wilayah

akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa yang berbeda bila terjadi

perubahan permintaan.

Untuk menganalisis pengaruh pengembangan wilayah dalam sumber daya

alam (sda) variabel penelitian ini terdiri dari jumlah volume air/ha, luas lahan

usahatani yang beririgasi dan panjang jalan usahatani terhadap meningkatkan

pendapatan petani padi sawah. Dalam penelitian ini dianalisis dengan

menggunanakan model SEM = Structural Equation Modeling (permodelan

persamaan struktural) merupakan suatu metode statistika yang menggunakan

pendekatan hypothesis testing atau dikenal dengan istilah Confirmatory. Program

yang digunakan AMOS 19 (Analyis of Moment Structure).

Gambar 3.6. Menganalisis Pengaruh Sumber Daya Alam (SDA) Secara Langsung Dan

Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah

Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah.

3.1.7. Menganalisis Sumber Daya Manusia (SDM) Secara Langsung Dan

Kegiatan Utama

Agribisnis (X4)

Sumber Daya

Alam (X6)

Pendapatan Petani

Padi sawah (Y)

Y2

X42

X43

X 61

X 62

X 63

Y1

X41

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

113

Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah

Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah

Teori pengembangan SDM, teori ini mengasumsikan bahwa sumber daya

manusia (sdm) merupakan faktor penentu bagi kemajuan ekonomi suatu wilayah.

Bukti empirik menunjukkan, ketersediaan sumber daya manusia memiliki

hubungan yang signifikan dengan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu,

investasi pada sumber daya manusia menjadi lebih utama untuk meningkatkan

skala pengembalian dalam jangka panjang.

Untuk menganalisis pengaruh pengembangan wilayah. dalam sumber

daya alam (sda) variabel penelitian ini terdiri dari curahan tenaga kerja,

penyuluhan/pelatihan dan produktivitas tenaga kerja terhadap meningkatkan

pendapatan petani padi sawah Dalam penelitian ini dianalisis dengan

menggunanakan model SEM = Structural Equation Modeling (permodelan

persamaan struktural) merupakan suatu metode statistika yang menggunakan

pendekatan hypothesis testing atau dikenal dengan istilah Confirmatory. Program

yang digunakan AMOS 19 (Analyis of Moment Structure).

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

114

Gambar 3.7. Menganalisis Pengaruh Sumber Daya Manusia (SDM) Secara Langsung Dan

Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap

Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah

3.1.8. Menganalisis Pengaruh Teknologi Secara Langsung Dan Melalui

Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah

Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah

Teori pertumbuhan wilayah neo klasik, yang dipelopori oleh Borts Stein

(1964) kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Roman (1965) dan Siebert

(1969), pertumbuhan ekonomi wilayah sangat tergantung kepada faktor tenaga

kerja, ketersediaan modal dan kemajuan teknologi. Teori ini tidak menekankan

pentingnya faktor permintaan.

Untuk menganalisis pengaruh pengembangan wilayah dalam teknologi,

dimana variabel penelitian ini terdiri dari penerapan komponen teknologi dasar

dan penerapan komponen teknologi pilihan terhadap meningkatkan pendapatan

petani padi sawah

Kegiatan Utama

Agribisnis (X4)

Sumber Daya

Manusia (X7)

Pendapatan Petani

Padi sawah (Y)

Y2

X 42

X 43

X71

X72

X 73

Y1

X41

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

115

Penerapan komponen teknologi dasar yang terdiri dari varitas unggul,

bibit bermutu dan sehat, pemupukan spesifik lokasi, PHT sesuai OPT. Penerapan

komponen teknologi pilihan yang terdiri dari pengelolaan tanaman legowo, bibit

muda, penggunaan bahan organik, irigasi berselang, pupuk mikro, penanganan

panen dan pasca panen, pengendalian gulma dan pengolahan tanah.

Dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunanakan model SEM =

Structural Equation Modeling (permodelan persamaan struktural) merupakan

suatu metode statistika yang menggunakan pendekatan hypothesis testing atau

dikenal dengan istilah Confirmatory. Program yang digunakan AMOS 19 (Analyis

of Moment Structure).

Gambar 3.8. Menganalisis Pengaruh Teknologi Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan

Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan

Pendapatan Petani Padi Sawah.

Kegiatan Utama

Agribisnis (X4)

Teknologi

(X8)

Pendapatan Petani

Padi sawah (Y)

Y2

X42

X43

X81

X82

Y1

X41

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

116

3.2. Analisis Full Model Structural Equation Modeling (SEM)

Analisis selanjutnya adalah analisis Structural Equation Modeling (SEM)

secara full model analisis hasil pengolahan data pada tahap ful model SEM

dilakukan dengan melakukan uji kesesuaian dan uji statistik. Hasil pengolahan

data untuk analisis ful model SEM ditampilkan pada Gambar 3.8

Gambar 3.9. Analisis Full Model Structural

Equation Modeling (SEM)..

X6

X53

X7

X8

X4 e15

X51

X81

X82

X52

X61

X62

X63

X71

X72

X73

X31

X32

X33

X5

X3

e1

e2

e3

e4

e5

e6

e7

e8

e9

e10

e11

e12

e13

e14

Y

Y1

Y2

X41

X42

X43

e16 e17 e18

e19 e20

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

117

Keterangan:

e1…15 : error term

X3 : Kearifan Lokal Dalam Doa Turun Tanam

X4 : Kegiatan Utama Agribisnis

X5 : Kegiatan Penunjang Agribisnis

X6 : Sumber Daya Alam

X7 : Sumber Daya Manusia

X8 : Teknologi

X31 : Biaya Iyuran Air Irigasi

X32 : Biaya Pupuk

X33 ::Biaya Pestisida

X41 : Biaya Produksi

X42 : Luas Panen

X43 : Harga Gabah

X51 : Bantuan Input Produksi Pertanian

X52 : Penyaluran Kredit

X53 : Kebijakan Pemerintah Dalam Subsidi Pupuk

X61 : Tinggi Volume Air/ha

X62 : Luas Lahan Yang Beririgasi

X63 : Panjang Jalan Usahatani

X71 : Curahan Tenaga Kerja

X72 : Penyuluhan/Pelatihan

X73 : Produktivitas Tenaga Kerja

X81 : Penerapan Komponen Teknologi Dasar

X82 : Penerapan Komponen Teknologi Pilihan

Y : Pendapatan

Y1 : Produksi

Y2 : Produktivitas Lahan

: Adalah tanda yang menunjukkan faktor/ konstruk/ latent variable/

unobserved variable yaitu variabel yang tidak diukur secara langsung,

tetapi dibentuk melalui dimensi-dimensi atau indikator-indikator yang

diamati.

: Adalah tanda yang menunjukkan variabel terukur/ observed variable

yaitu variabel yang ditanya harus dicari melalui lapangan, misalnya

melalui instrumen-instrumen.

: Menunjukkan adanya hubungan yang dipotesakan antara dua variabel,

variabel yang dituju oleh anak panah merupakan variabel dependen.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

118

Komparasi Rata-Rata

Pendapatan

e1

5

Komparasi

Rata-Rata

Pendapatan

Karakteristik sosial

Ekonomi (X1)

X16

X15

X14

X13

X12

X11

Sebelum

Menerapkan Ritual

Doa Turun Tanam

(X2)

Setelah

Menerapkan Ritual

Doa Turun Tanam

(X3)

X23 X22 X21 X33 X32 X31

e1

e2

e3

e4

e5

e6

e7

e8

e9

e10

e11

e1

2

e13

e14

X6

X53

X7

X8

X4

X51

X81

X82

X52

X 61

X62

X63

X71

X72

X73

X31

X32

X33

X5

X3

Y

Y1

Y2

X41

X42

X43

e1

6

e1

7

e1

8

e1

9

e2

0

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

119

Gambar 3.10 Skema Kerangka Konseptual Agribisnis Padi Sawah Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan

Petani Pada Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara

Keterangan X5 : Kegiatan Penunjang Agribisnis

X51 : Bantuan Input Produksi Pertanian

X52 : Penyaluran Kredit

X53 : Kebijakan Pemerintah Dalam Subsidi Pupuk

Ketrerangan X6 : Sumber Daya Alam

X61 : Tinggi Volume Air/ha

X62 : Luas Lahan Yang Beririgasi

X63 : Panjang Jalan Usahatani

Keterangan X7 : Sumber Daya Manusia

X71 : Curahan Tenaga Kerja

X72 : Penyuluhan/Pelatihan

X73 : Produktivitas Tenaga Kerja

Keterangan X8 : Teknologi

X81 : Penerapan Komponen Teknologi

Dasar

X82 : Penerapan Komponen Teknologi

Pilihan

Y : Pendapatan

Y1 : Produksi

Y2 : Produktivitas Lahan

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

120

3.3. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah, dan kerangka konseptual maka dapat

disusun beberapa hipotesis sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh nyata karakteristik sosial ekonomi yaitu umur,

pendidikan, lamanya berusahatani, lamanya berorganisasi P3A, jumlah

tanggungan keluarga dan total luas lahan usahatani dalam pengembangan

wilayah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah.

2. Terdapat komparasi rata-rata pendapatan petani padi sawah sebelum dan

setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam, pada

pengembangan wilayah.

3. Terdapat pengaruh positif signifikan setelah menerapkan kearifan lokal

dalam bentuk doa turun tanam secara langsung dan melalui kegiatan

utama agribisnis dalam pengembangan wilayah terhadap meningkatkan

pendapatan petani padi sawah.

4. Terdapat pengaruh positif signifikan kegiatan utama agribisnis yang

terdiri dari biaya produksi, luas panen, dan harga gabah dalam

pengembangan wilayah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi

sawah.

5. Terdapat pengaruh positif signifikan kegiatan penunjang agribisnis yang

terdiri dari bantuan input produksi pertanian, penyaluran kredit, dan

kebijakan pemerintah dalam subsidi pupuk, secara langsung dan melalui

kegiatan utama agribisnis dalam pengembangan wilayah terhadap

meningkatkan pendapatan petani padi sawah.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

121

6. Terdapat pengaruh positif signifikan sumber daya alam yang terdiri dari

tinggi volume air/ha, luas lahan usahatani yang beririgasi dan panjang

jalan usahatani, secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis

dalam pengembangan wilayah terhadap meningkatkan pendapatan

petani padi sawah.

7. Terdapat pengaruh positif signifikan sumber daya manusia yang terdiri

dari curahan tenaga kerja, penyuluhan/pelatihan dan produktivitas tenaga

kerja, secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam

pengembangan wilayah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi

sawah.

8. Terdapat pengaruh positif signifikan teknologi yang terdiri dari penerapan

komponen teknologi dasar dan penerapan komponen teknologi pilihan,

secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam

pengembangan wilayah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi

sawah.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini termasuk kategori penelitian explanatori yaitu suatu

penelitian untuk mencari dan menjelaskan hubungan kausal atau sebab akibat,

antara variabel bebas dengan variabel terikat. Variabel-variable bebas tersebut ada

mempengaruhi terhadap pendapatan petani padi sawah pada pengembangan

wilayah, melalui pengujian hipotesis.

Dilihat dari segi keilmuan, penelitian ini berfokus pada disiplin ilmu

pengembangan wilayah yang didekati dari perspektif ilmu pertanian yaitu

agribisnis. Dalam hubungan ini disiplin pengembangan wilayah diposisikan

sebagai dasar penetapan aspek-aspek pembahasan dalam penelitian, sedangkan

ilmu agribisnis digunakan sebagai dasar untuk membangun kerangka analisis

dalam melihat persoalan-persoalan pengembangan wilayah.

Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan penelitian

yang hendak dicapai dan sekaligus pengujian hipotesis. Untuk itu perlu rancangan

penelitian dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan. Pada penelitian ini

menggunakan pendekatan survei. Penelitian ditinjau dari segi explanasi

(penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti

serta hubungannya antara satu variabel dengan variabel lainnya) dapat

dikelompokkan menjadi deskriptif, komparatif dan assosiatif.

122

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

123

4.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi

Sumatera Utara. Penentuan lokasi penelitian adalah lahan padi sawah yang

beririgasi dan pelatihan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT).

Seperti Kecamatan Kotarih, Kecamatan Silinda, Kecamatan Bintang Bayu,

Kecamatan Dolok Masihul, Kecamatan Serbajadi, Kecamatan Sipispis,

Kecamatan Tebing Tinggi, Kecamatan Tebing Syahbandar, Kecamatan Bandar

Khalipah, Kecamatan Tanjung Beringin, Kecamatan Sei Rampah, Kecamatan Sei

Bamban, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kecamatan Pantai Cermin.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

124

Gambar 4.1. Peta Kabupaten Serdang Bedagai dan Kota Tebing Tinggi

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

125

4.3. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini merupakan penelitian melihat variabel-variabel

bebas yang mempengaruhi pendapatan petani padi sawah pada pengembangan

wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara.

Menganalisis pengaruh variabel independen karakteristik sosial ekonomi

yaitu umur, pendidikan, lamanya berusahatani, lamanya berorganisasi P3A,

jumlah tanggungan keluarga dan total luas lahan usahatani, dalam pengembangan

wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara, terhadap

variabel dependen meningkatkan pendapatan petani padi sawah.

Menganalisis komparasi rata-rata pendapatan petani padi sawah sebelum

dan setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam dalam

pengembangan wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara.

Menganalisis pengaruh variabel independen setelah menerapkan kearifan

lokal dalam bentuk doa turun tanam yaitu biaya air irigasi, biaya pupuk dan biaya

pestisida, secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam

pengembangan wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara,

terhadap variabel dependen meningkatkan pendapatan petani padi sawah.

Menganalisis pengaruh variabel independen kegiatan utama agribisnis

yaitu biaya produksi, luas panen, dan harga gabah, dalam pengembangan wilayah

di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara, terhadap variabel

dependen meningkatkan pendapatan petani padi sawah.

Menganalisis pengaruh variabel independen kegiatan penunjang agribisnis

yaitu bantuan input produksi pertanian, penyaluran kredit, dan kebijakan

pemerintah pada subsidi pupuk, secara langsung dan melalui kegiatan utama

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

126

agribisnis dalam pengembangan wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi

Sumatera Utara, terhadap variabel dependen meningkatkan pendapatan petani

padi sawah.

Menganalisis pengaruh variabel independen sumber daya alam (sda) yaitu

tinggi volume air/ha, luas lahan yang beririgasi, panjang jalan usahatani secara

langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam pengembangan wilayah di

Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara, terhadap variabel dependen

meningkatkan pendapatan petani padi sawah.

Menganalisis variabel independen sumber daya manusia (sdm) yaitu

curahan tenaga kerja, penyuluhan/pelatihan, produktivitas tenaga kerja secara

langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam pengembangan wilayah di

Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara, terhadap variabel dependen

meningkatkan pendapatan petani padi sawah.

Menganalisis pengaruh variabel independen teknologi yaitu pengaruh

penerapan komponen teknologi dasar dan penerapan komponen teknologi pilihan

secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam pengembangan

wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara, terhadap

variabel dependen meningkatkan pendapatan petani padi sawah.

Data ini disusun sedemikian rupa, sehingga dapat diperoleh data yang

representatif dan pengolahan data yang valid. Pendekatan penelitian ini bersifat

penelitian jenis policy research / kebijakan penelitian. Kemudian data skunder

diperlukan untuk memberikan gambaran dan jawaban tentang masalah penelitian

(research question) maupun menggambarkan produksi dan pendapatan petani

padi sawah.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

127

4.4. Populasi dan Sampel

4.4.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian, baik berbentuk benda,

barang dan manusia secara langsung turut menentukan tingkat kredibilitas

penelitian. Jadi populasi dalam penelitian ini adalah berdasarkan kriteria petani

padi sawah memiliki lahan padi sawah yang beririgasi dan penerima bantuan

SL-PTT tahun 2011 sebanyak 10 000 KK di Kabupaten Serdang Bedagai

Provinsi Sumatera Utara. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Populasi Petani Padi Sawah Yang Beririgasi Penerima Bantuan

SL- PTT. Di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2011.

No Keterangan Luas Lahan

Padi Sawah

Beririgasi (Ha)

Populasi (N)

Penerima Bantuan

SL-PTT (KK)

Sampel (n)

Yang Diteliti

(KK)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

Kotarih

Silinda

Bintang Bayu

Dolok Masihul

Serba Jadi

Sipispis

Dolok Merawan

Tebing Tinggi

Tebing Syahbandar

Bandar Khalipah

Tanjung Beringin

Sei Rampah

Sei Bamban

Teluk Mengkudu

Perbaungan

Pegajahan

Pantai Cermin

165

371

125

2.430

1.194

368

15

2.483

917

700

3.531

2.875

6.803

2.454

5.953

1.472

3.537

50

125

25

775

475

50

929

375

1.675

1.000

1.200

2.275

425

625

-

1

-

8

5

1

9

4

17

10

12

23

4

6

Jumlah 35.393 10.000 100

Sumber : BP4K Serdang Bedagai, Juli 2009.

4.4.2. Sampel

Sampel adalah bahagian dari populasi yang dapat menggantikan

karakteristik bagian populasi sehingga mampu menggambarkan secara umum

Universitas Sumatera Utara

Page 25: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

128

dari populasi tersebut. Penentuan sampel diambil berdasarkan kriteria petani padi

sawah memiliki lahan padi sawah yang beririgasi dan penerima bantuan SL-PTT

tahun 2011. Sampel penelitian dihitung dengan menggunakan persamaan simple

random sampling dengan jumlah sampel yang sudah ditentukan yaitu 100 sampel.

Sampel penelitian ini dihitung dengan persamaan Soepomo (1997) yaitu :

n JsN

s

Dimana:

n = Sampel

s = Jumlah petani per kecamatan

N = Total populasi

Js = Jumlah sampel (100 orang)

4.4.3. Besar Sampel Alokasi Proposional

JsN

sn .

11 Js

N

sn .

77

100.10000

1251n 100.

10000

16757 n

11n 177 n

JsN

sn .

22 Js

N

sn .

88

100.10000

7752 n 100.

10000

10008 n

82 n 108 n

JsN

sn .

33 Js

N

sn .

99

100.10000

4753 n

100.

10000

12009 n

53n 89 n

Universitas Sumatera Utara

Page 26: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

129

JsN

sn .

44 Js

N

sn .

1010

100.10000

504 n 100.

10000

227510 n

14 n 2310 n

JsN

sn .

55

Js

N

sn .

1111

100.10000

9295 n

100.

10000

42511n

95 n 411n

JsN

sn .

66

Js

N

sn .

1212

100.10000

3756 n

100.

10000

62512 n

46 n 612 n

4.5. Jenis dan Sumber Data

4.5.1. Jenis Data

Jenis data pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.

4.5.2. Sumber Data

Sumber data primer adalah petani (responden) dikumpulkan melalui

kuesioner dengan teknik wawancara langsung kepada responden. Pengumpulan

data ini dilakukan dari jawaban yang diberikan responden atas daftar pertanyaan

atau kuesioner yang diberikan langsung kepada para responden.

Sumber data sekunder dapat dilacak kepada sumbernya dalam bentuk

publikasi dan apabila tidak dipublikasikan dapat dilakukan dengan cara

mendatangi secara langsung ke instansi yang bersangkutan, secara resmi melalui

surat pengantar dari sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, dan

Universitas Sumatera Utara

Page 27: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

130

dikumpulkan melalui literatur-literatur yang ada, penelitian terdahulu, instansi

pemerintah yang terkait dengan tanaman padi sawah seperti Dinas Pertanian

Sumatera Utara, Badan Penyuluh Pertanian Sumatera Utara, Dinas PU Pengairan

Provinsi Sumatera Urara, Bulog Provinsi Sumatera Utara, Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian Provinsi Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik Provinsi

Sumatera Utara, Perpustakaan Provinsi Sumatera Utara, Perpustakaan Universitas

Sumatera Utara, Bupati Kabupaten Serdang Bedagai, dinas Pertanian Serdang

Bedagai, Badan Penyuluh Pertanian Serdang Bedagai dinas Pengairan Serdang

Bedagai, serta kepala kecamatan dan kepala desa.

4.6. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat diklasifikasi dua

kelompok, pertama variabel terikat (dependent variabel), dan variabel bebas

(independent variabel). Variabel dependen (terikat) yaitu variabel yang

keberadaannya sangat ditentukan oleh variabel independen. Dalam penelitian ini

yang termasuk variabel terikat (dependent variabel) adalah pendapatan (Y).

Variabel bebas (independent variabel) (X) adalah variabel yang menjelaskan

variabel terikat yang termasuk variabel bebas adalah :

4.6.1. Variabel Karakteristik Sosial Ekonomi

a. Variabel umur (X11)

b. Variabel pendidikan (X12)

c. Variabel lamanya berusahatani (X13)

d. Variabel lamanya berorganissi P3A (X14)

e. Variabel jumlah tanggungan keluarga (X15)

f. Variabel total luas lahan usahatani (X16)

Universitas Sumatera Utara

Page 28: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

131

4.6.2. Variabel Sebelum Menerapkan Kearifan Lokal Doa Turun Tanam

a. Variabel biaya pompanisasi (X21)

b. Variabel biaya pupuk (X22)

c. Variabel biaya pestisida (X23)

4.6.3. Variabel Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Doa Turun Tanam

a. Variabel biaya iyuran air irigasi (X31)

b. Variabel biaya pupuk (X32)

c. Variabel biaya pestisida (X33)

4.6.4. Variabel Kegiatan Utama Agribisnis

a. Variabel biaya produksi (X41)

b. Variabel luas panen (X42)

c. Variabel harga gabah (X43)

4.6.5. Variabel Kegiatan Penunjang Agribisnis

a. Variabel bantuan input produksi pertanian (X51)

b. Variabel penyaluran kredit (X52)

c. Variabel kebijakan pemerintah dalam subsidi pupuk (X53)

4.6.6 Variabel Sumber Daya Alam (SDA)

a. Variabel tinggi volume air/ha (X61)

b. Variabel luas lahan yang beririgasi (X62)

c. Variabel panjang jalan usahatani (X63)

4.6.7. Variabel Sumber Daya Manusia (SDM)

a. Variabel curahan tenaga kerja (X71)

b. Variabel penyuluhan/pelatihan (X72)

c. Variabel produktivitas tenaga kerja (X73)

Universitas Sumatera Utara

Page 29: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

132

4.6.8. Variabel Teknologi

a. Variabel penerapan komponen teknologi dasar (X81)

b. Variabel penerapan komponen teknologi pilihan (X82)

4.7. Definisi Operasional

Berdasarkan pada perumusan masalah dan hipotesis, maka penelitian ini

yang menjadi variabel terikat (dependent variabel) yaitu pendapatan. Sejumlah

variabel yang diikut sertakan dalam penelitian ini mempunyai definisi operasional

sebagai berikut :

4.7.1. Variabel Independent (Bebas) Karakteristik Sosial Ekonomi

4.7.1.1. Variabel Umur (X11) adalah diukur berdasarkan usia petani sampel

dihitung sejak ia dilahirkan hingga saat penelitian dilaksanakan dalam

satuan tahun.

4.7.1.2. Variabel Pendidikan (X12) adalah lamanya petani sampel menjalankan

pendidikan formal dihitung mulai dari pendidikan SD sampai

pendidikan formal terakhir yang dijalankannya hingga saat penelitian

dilaksanakan dalam satuan tahun.

4.7.1.3. Variabel Lamanya Berusahatani (X13) adalah petani sampel

melakukan usahatani padi sawah dihitung berdasarkan sejak petani mulai

usahataninya hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan tahun.

4.7.1.4. Variabel Lamanya Berorganisasi P3A (X14) adalah petani sampel ber-

gabung dalam organisasi P3A dihitung berdasarkan sejak petani mulai

bergabung hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan tahun.

4.7.1.5. Variabel Jumlah Tanggungan Keluarga (X15) adalah petani sampel

yang mempunyai jumlah jiwa yang tinggal bersama atau yang tidak

Universitas Sumatera Utara

Page 30: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

133

tinggal bersama yang masih tanggungan keluarga hingga saat penelitian

dilakasanakan dalam satuan jiwa.

4.7.1.6. Variabel Total Luas Lahan Usahatani (X16) adalah jumlah luas lahan

seluruhnya yang dimiliki petani sampel baik sawah beririgasi maupun

lahan kering seperti pekarangan, tegal, ladang, kebun dan tambak,

hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan ha.

4.7.2. Variabel Sebelum Menerapkan Kearifan Lokal Doa Turun Tanam

4.7.2.1. Variabel Biaya Pompanisasi (X21) adalah besar jumlah uang yang

dikeluarkan petani untuk pengairan pada usahataninya dengan

menggunakan mesin pompa dalam satuan rupiah.

4.7.2.2. Variabel Biaya Pupuk (X22) adalah besar jumlah uang dikeluarkan

petani untuk pembelian pupuk pada usahataninya dalam satuan rupiah.

4.7.2.3. Variabel Biaya Pestisida (X23) adalah besar jumlah uang yang

dikeluarkan petani untuk pembelian obat-abatan pada usahataninya

dalam satuan rupiah.

4.7.3. Variabel Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Doa Turun Tanam

4.7.3.1. Variabel Biaya Iyuran Air Irigasi (X31) adalah besar jumlah uang

yang dikeluarkan petani untuk pengairan pada usahataninya dalam

satuan rupiah.

4.7.3.2. Variabel Biaya Pupuk (X32) adalah besar jumlah uang dikeluarkan

petani untuk pembelian pupuk pada usahataninya dalam satuan rupiah.

4.7.3.3. Variabel Biaya Pestisida (X33) adalah besar jumlah uang yang

dikeluarkan petani untuk pembelian obat-abatan pada usahataninya

dalam satuan rupiah.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

134

4.7.4. Variabel Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Usahatani

4.7.4.1. Variabel Biaya Produksi (X41) adalah semua biaya yang dikeluarkan

untuk menghasilkan produksi, atau nilai dari semua faktor produksi

yang digunakan, baik dalam bentuk benda maupun jasa selama proses

produksi berlangsung dihitung dalam jangka satu tahun biaya ini

meliputi sewa lahan, bunga modal dari luar, iuran P3A, bibit, pupuk,

pestisida, upah tenaga kerja luar keluarga, retribusi dan penyusutan

alat-alat pertanian, dengan satuan rupiah. Dalam menghitung nilai

biaya penyusutan digunakan metode garis lurus (The straight line

method) Menurut Kay (1986) rumus metode tersebut sebagai berikut :

X = ( A – B )/C

Dimana : X = Nilai penyusutan

A = Harga awal (rp)

B = Taksiran harga setelah pemakaian produktif (rp)

C = Lama pemakaian produktif (tahun).

4.7.4.2. Variabel Luas Panen (X42) adalah jumlah luas lahan yang ditanam

dalam berusahatani padi sawah, dan menghasilkan produksi gabah

sesuai dengan luas tersebut hal ini merupakan luas panen yang

dihitung, hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan ha.

4.7.4.3. Variabel Harga Gabah (X43) adalah harga barang itu sendiri dimana

variabel harga gabah yaitu GKP, GKG hal ini berbeda pada harga

gabah di BULOG, harga gabah di kilang padi dan harga gabah di

pedagang pengumpul pada tingkat produsen, hingga saat penelitian

dilaksanakan dalam satuan rupiah.

Universitas Sumatera Utara

Page 32: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

135

4.7.5. Variabel Kegiatan Penunjang Agribisnis

4.7.5.1. Variabel Bantuan Input Produksi Pertanian (X51) adalah bantuan

pemerintah pusat, provinsi maupun kabupaten Serdang Bedagai untuk

petani sampel melalui kelompok tani berupa bantuan bibit, pupuk,

pestisida dan alsintan hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan

rupiah.

4.7.5.2. Variabel Penyaluran Kredit (X52) adalah besar jumlah uang yang

diterima petani dari pengajuan kredit untuk usahataninya hingga saat

penelitian dilaksanakan dalam satuan rupiah.

4.7.5.3. Variabel Kebijakan Pemerintah Dalam Subsidi Pupuk (X53) adalah

besar jumlah pupuk yang diterima petani dari penyaluran pupuk

bersubsidi berdasarkan luas lahan yang diusahakan hingga saat

penelitian dilaksanakan dalam satuan rupiah.

4.7.6. Variabel Sumber Daya Alam (SDA)

4.7.6.1. Variabel Tinggi Volume Air/Ha (X61) adalah banyaknya air irigasi yang

diairi sehubung untuk kepentingan tanaman padi sawah dimana petani

melangsungkan usahataninya dan diukur ketinggian air dari permukaan

tanah hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan cm.

4.7.6.2. Variabel Luas Lahan Usahatani Yang Beririgasi (X62) adalah luas

lahan sawah petani sampel yang mengusahakan usahatani padi sawah

beririgasi hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan ha.

Universitas Sumatera Utara

Page 33: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

136

4.7.6.3. Variabel Panjang Jalan Usahatani (X63) adalah prasarana transportasi

pada kawasan pertanian untuk memperlancar mobilitas alat mesin

pertanian, pengangkutan sarana produksi menuju lahan pertanian dan

mengangkut hasil produksi pertanian dari lahan menuju ketempat

pengumpulan sementara, hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan

meter (m).

4.7.7. Variabel Sumber Daya Manusia

4.7.7.1. Variabel Curahan Tenaga Kerja (X71) adalah tenaga kerja keluarga

yang dicurahkan untuk usahatani hingga saat penelitian dilaksanakan

dengan satuan yang dihitung dalam satuan kerja pria dewas (HKP/tahun

dengan kelasifikasi sebagai berikut :

Hari Kerja Pria (HKP) pria dewasa > 15 tahun = 1 HKP

Hari Kerja Wanita (HKW) wanita dewasa > 15 tahun = 0,8 HKP

Hari Kerja Anak (HKA) anak anak 10 - 14 tahun = 0,5 HKP

Hari Kerja Ternak (HKT) = 5 HKP

Hari Kerja Mesin Traktor (HKM) = 25 HKP

4.7.7.2. Variabel Penyuluhan/Pelatihan (X72) adalah proses pembelajaran bagi

petani untuk meningkatkan pengetahuan, keterampila dan wawasan yang

dibutuhkan untuk pengelolaan tanaman padi sawah dihitung berdasarkan

frekuensi mengikuti penyuluhan/pelatihan.

4.7.7.3. Variabel Produktivitas Tenaga Kerja (X73) adalah perbandingan antara

jumlah yang dihasilkan atau hasil yang dicapai dengan jumlah curahan

tenaga kerja yang digunakan hingga saat penelitian dilaksanakan dalam

satuan ton/hkp.

Universitas Sumatera Utara

Page 34: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

137

4.7.8. Variabel Teknologi

4.7.8.1. Variabel Penerapan Komponen Teknologi Dasar (X81) adalah

komponen teknologi yang relatif dapat berlaku umum di wilayah yang luas

a. Varietas unggul.

b. Bibit bermutu dan sehat dengan perlakuan benih.

c. Pemupukan efisien menggunakan alat bantu.

d. PHT sesuai OPT sasaran.

4.7.8.2. Variabel Penerapan Komponen Teknologi Pilihan (X82) adalah

komponen teknologi spesifik lokasi, antara lain :

a. Pengelolaan tanaman yang meliputi populasi dan cara tanam (tegel,

legowo, larikan, sebar langsung).

b. Bibit muda ( umur 15 hari atau 21 hari HSS).

c. Penggunaan bahan organik.

d. Irigasi berselang.

e. pupuk mikro.

f. Penanganan panen dan pascapanen.

g. Pengendalian gulma.

h. Pengolahan tanah.

4.7.9. Variabel Dependent (Terikat) Pendapatan (Y) petani padi sawah adalah

total penerimaan yang berasal dari nilai penjualan hasil, dikurangi dengan

nilai total biaya produksi, hingga saat penelitian dilaksanakan dalam

satuan rupiah.

4.7.9.1. Variabel Produksi (Y1) adalah total penerimaan gabah kering panen

dalam satu tahun hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan ton

Universitas Sumatera Utara

Page 35: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

138

4.7.9.2. Variabel Produktivitas (Y2) adalah kemampuan lahan dalam

menghasilkan rata–rata produksi dalam kwintal per hektar hingga saat

penelitian dilaksanakan dalam satuan Kw/Ha.

4.8. Metode Dan Instrumen Pengumpulan Data

4.8.1. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dan data skunder dilakukan mahasiswa strata S1

dan S2 Universitas Sumatera Utara. Mahasiswa yang menjadi enumerator telah

dahulu mendapatkan bekal ke lapangan yang diarahkan selama dua hari. Setelah

data primer dan data skunder dikumpulkan, maka akan diolah sesuai dengan

tujuan penelitian. Pengolahan data dilakukan secara bertahap sesuai dengan

proses pengumpulan data yang dilakukan dan analisis data dilakukan sesuai

dengan masalah penelitian (Research question).

Data yang sudah dikumpulkan ditabulasi, diolah dalam bentuk tabel,

grafik disajikan dan dianalisis dengan metode kuantitatif dan kualitatif sesuai

dengan rancangan hipotesis atau permasalahan penelitian. Laporan penelitian

disusun secara sistematis, dibuat sesuai dengan format laporan disertasi Program

Studi Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Untuk memperoleh data skunder yang diperoleh secara langsung dikum-

pulkan melalui literatur-literatur yang ada, penelitian terdahulu, instansi peme-

rintah yang terkait dengan tanaman padi sawah. Seperti Dinas Pertanian Sumatera

Utara, Badan Penyuluh Pertanian Sumatera Utara, Dinas PU Pengairan Provinsi

Sumatera Urara, Bulog Provinsi Sumatera Utara, Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian Provinsi Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera

Utara, Perpustakaan Provinsi Sumatera Utara, Perpustakaan Universitas Sumatera

Universitas Sumatera Utara

Page 36: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

139

Utara, Bupati Kabupaten Serdang Bedagai, Dinas Pertanian Serdang Bedagai,

Badan Penyuluh Pertanian Serdang Bedagai Dinas Pengairan Serdang Bedagai,

serta kepala Kecamatan dan kepala Desa dan jurnal hasil hasil penelitian serta

instansi lainnya yang terkait. kemudian diolah sesuai kebutuhan model. Data yang

dikumpulkan mencakup semua variabel yang relevan untuk keperluan penelitian.

Menurut Stone (1978), teknik pengambilan data secara langsung

dilapangan (field survey) dirasakan lebih baik hasilnya bila dibandingkan dengan

melalui pos atau yang disebut juga sebagai mail surve. Karena dapat mengurangi

dan memperkecil perbedaan interpretasi antara pihak peneliti dan pihak responden

serta memungkinkan tingkat perbedaan tanggapan pihak responden yang tinggi.

4.8.2. Instrumen Pengumpulan Data

Menurut Arikunto (2005) instrumen penelitian adalah alat pembantu yang

dapat diwujudkan dalam bentuk angket, daftar cocok (cheklist), paduan

pengamatan (observation sheet/observation schedule), tes dan inventory skala.

Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini bersumber dari petani sampel,

maka untuk menghimpun dan mendapatkan informasi dari responden digunakan

jenis instrumen pedoman wawancara atau kuesioner. Data skunder yang

diperlukan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mendatangi sumber-

sumber informasi dan mencatat dari sumber informasi yang telah diorganisir oleh

suatu lembaga.

4.9. Indikator Unit Pengukuran Dan Teknik Pengumpulan Data

4.9.1. Indikator Unit Pengukuran

Data yang diperlukan dalam penelitian ini baik berupa data primer maupun

sekunder, agar memenuhi tingkat validitas dan reliabilitas yang baik diperlukan

Universitas Sumatera Utara

Page 37: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

140

indikator unit pengukuran dan teknik pengumpulan data. Menurut Riduwan

(2008) skala pengukuran adalah skala yang dipergunakan untuk

mengklasifikasikan variabel yang diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam

menentukan analisis data dan langkah penelitian selanjutnya. Jenis skala

pengukuran ada empat, yaitu: skala nominal, skala ordinal, skala interval dan

skala rasio.

Skala nominal adalah skala yang dipergunakan bilamana variabel (peubah)

yang diukur semata-mata untuk mengklasifikasikan beberapa objek pada variabel

tersebut, misalnya: Pegawai Negeri, Pegawai Swasta, TNI/POLRI dan

sebagainya. Hal ini hanyalah bersifat kode atau lambang yang dipergunakan untuk

mempermudah proses pengklasifikasian.

Skala ordinal adalah skala yang memungkinkan segala sesuatu disusun

menurut peringkatnya, misalnya: (1) Sangat Setuju, (2) Setuju, (3) Biasa Saja, (4)

Tidak Setuju, (5) Sangat Tidak Setuju.

Skala interval adalah jika suatu skala memiliki segala sifat dari skala

ordinal dan jika antar dua angka (skor) pada skala tersebut mempunyai unsur

jarak. Pada skala interval titik nol dan unit pengukurannya dapat dipilih secara

sembarang.

Skala ratio adalah jika sesuatu skala memiliki semua ciri suatu skala

interval dan disamping itu memiliki titik nol sejati.

4.9.2. Teknik Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data primer dan data sekunder dalam penelitian ini

dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

Page 38: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

141

4.9.2.1. Data Primer

Pengumpulan data primer yang digali dari petani sampel dengan cara

wawancara yang berpedoman pada kuesioner yang telah dipersiapkan dan dengan

mempertimbangkan keberadaan responden yang menyebar secara geografis. Maka

pengumpulan data primer, diperlukan tenaga lapangan sebagai enumerator.

Pengumpulan data primer tersebut dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :

a. Mengurus izin

b. Membuat kuesioner dan tes

c. Pengujian dan perbaikkan kuesioner

d. Menyeleksi calon enumerator

e. Pembekalan enumerator

f. Pengumpulan data di lapangan

g. Monitoring kegiatan lapangan

h. Mengkoreksi daftar isian kuesioner

i. Pengolahan dan penyajian data.

4.9.2.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh langsung dari publikasi resmi seperti Dinas

Pertanian Sumatera Utara, Badan Penyuluh Pertanian Sumatera Utara, Dinas PU

Pengairan Provinsi Sumatera Urara, Bulog Provinsi Sumatera Utara, Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik

Provinsi Sumatera Utara, Perpustakaan Provinsi Sumatera Utara, Perpustakaan

Universitas Sumatera Utara, Bupati Kabupaten Serdang Bedagai, dinas Pertanian

Serdang Bedagai, Badan Penyuluh Pertanian Serdang Bedagai Dinas Pengairan

Serdang Bedagai, kepala kecamatan dan kepala desa. Lembaga publikasi dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 39: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

142

bentuk laporan tahunan, jurnal, tesis, disertasi dan tex book dengan cara daftar

cacah mengkopi dan membeli.

Indikator unit pengukuran dan teknik pengumpulan data yang validitas

dan reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Indikator Unit Pengukuran Dan Teknik Pengumpulan Data.

No

Alamat

Indikator

Pengukuran

Indikator

Lapangan

Teknik

Jenis

Instrumen Varian Unit

1.

Variabel Karakteristik

Sosial

Ekonomi

-Umur -Pendidikan

-Lamanya Berusahatani

-Lamanya Berorganisasi

P3A -Jumlah Tanggungan

Keluarga

-Total Luas Lahan

Usahatani

Tahun Tahun -

Tahun

Tahun

Jiwa

Ha

Ratio Ratio

Ratio

Ratio

Ratio

Ratio

-Penjelasan -Penjelasan

-Penjelasan

-Penjelasan

-Penjelasan

-Penjelasan

1

1.2

2.

Variabel

Sebelum Menerapkan

Kearifan

Lokal Dalam

Bentuk Doa Turun Tanam

-Biaya Pompanisasi

-Biaya Pemupukan

-Biaya Pestisida

Rp

Rp

Rp

Ratio

Ratio

Ratio

-Tampak Fisik

-Tampak Fisik

-Tampak Fisik

1

1.2

3.

Variabel

Setelah

Menerapkan Kearifan

Lokal Dalam

Bentuk Doa

Turun Tanam

-Biaya Air Irigasi

-Biaya Pupuk

-Biaya Pestisida

Rp

Rp

Rp

Ratio

Ratio

Ratio

-Tampak Fisik

-Tampak Fisik

-Tampak Fisik

1

1.2

4.

Komparasi Rata Rata

Pendapatan

Sebelum dan Setelah

Menerapkan

Kearifan

Lokal Dalam Bentuk Doa

Turun Tanam

-Pendapatan Sebelum Menerapkan Ritual

Doa Turun Tanam

-Pendapatan Setelah

Menerapkan Ritual

Doa Turun Tanam

Rp

Rp

Ratio

Ratio

-Tampak Fisik

-Tampak Fisik

1

1.2

5

Variabel

Kegiatan Utama

Agribisnis

-Biaya Produksi

-Luas Panen

-Harga Gabah

Rp

Ha

Rp

Ratio

Ratio

Ratio

-Tampak Fisik

-Tampak Fisik

-Tampak Fisik

1

1.2

Universitas Sumatera Utara

Page 40: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

143

Lanjutan Tabel 4.2. Indikator Unit Pengukuran Dan Teknik Pengumpulan Data.

6

Variabel

Kegiatan

Penunjang Agribisnis

-Bantuan Input Produksi

Pertanian

-Penyaluran Kredit

-Kebijakan Pemerintah

Dalam Subsidi Pupuk

Rp

Rp

Kg

Ratio

Ratio

Ratio

- Penjelasan

- Penjelasan

- Penjelasan

1

1,2

7.

Variabel

Sumber Daya

Alam (SDA)

-Tinggi Volume Air/Ha

-Luas Lahan Yang Beririgasi

-Panjang Jalan Usahatani

Cm

Ha

Km

Ordinal

Ordinal

Ordinal

-Tampak Fisik

-Tampak Fisik

-Tampak Fisik

1

1.2

8.

Variabel

Sumber Daya

Manusia

(SDM)

-Curahan Tenagak Kerja

-Penyuluhan/Pelatihan

-Produktivitas Tenaga Kerja

Hkp

Frekuensi

Ton/Hkp

Ordinal

Ordinal

Ordinal

- Penjelasan

- Penjelasan

- Penjelasan

1

1,2

9

Variabel

Teknologi

-Penerapan Teknologi

Dasar

-Penerapan Teknologi

Pilihan

%

%

Ordinal

Ordinal

- Penjelasan

- Penjelasan

1

1.2

Keterangan : 1. Wawancara 2. Mencatat dari sumber

4.10. Metode Analisis

4.10.1. Rumus: Pendapatan

Data primer dan data sekunder yang telah dikumpulkan dilakukan

penyatuan dan koreksi tabulasi dalam bentuk tabel atau gambar sesuai dengan

hipotesis. Untuk mencari pendapatan dianalisis secara sederhana dengan

menghitung pendapatan dari kegiatan usahatani padi sawah dengan metode rumus

4.10.2. Pd = T R – T C

Dimana :

Pd = Pendapatan (Rp)

TR = Total Revenue (Total Penerimaan) (Rp)

TC = Total Cost (Total Biaya) (Rp)

Universitas Sumatera Utara

Page 41: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

144

4.10.3. TR = Py.Y

TR = Total Reveneu (Total Penerimaan) (Rp)

Py = Pay Yield (Harga Produksi) (Rp)

Y = Yield (Jumlah Produksi) (Ton)

4.10.4. TC = FC + VC

TC = Total Cost (Total Biaya) (Rp)

FC = Fixed Cost (Biaya Tetap) (Rp)

VC = Variable Cost (Biaya Tidak Tetap) (Rp)

4.11. Untuk Membuktikan Hipotesis 1, Terdapat Pengaruh Nyata

Karakteristik Sosial Ekonomi Dalam Pengembangan Wilayah

Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah

Pengaruh karakteristik sosial ekonomi yaitu umur, pendidikan, lamanya

berusahatani, lamanya berorganisasi P3A, jumlah tanggungan keluarga, dan total

luas lahan usahatani yang dimiliki terhadap meningkatkan pendapatan petani padi

sawah. Dalam penelitian ini dilakukan analisis data dengan metode Ordinary

Least Square (OLS). Digunakan model estimasi regresi linier berganda dengan

spesifikasi model ekonometrika. Alat bantu dalam mengolah data primer yang

digunakan adalah Program SPSS 16 (Statistical Product and Service Solution) 16.

Gambar : 4.2. Terdapat Pengaruh Nyata Karakteristik Sosial Ekonomi

Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan

Petani Padi Sawah.

Karakterist

Sosial

Ekonomi

(X1)

Y

X11

X11

X11

X11

X11

X11

Universitas Sumatera Utara

Page 42: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

145

4.11.1. Regresi Linier Berganda

Dalam penelitian ini digunakan model estimasi regresi linier berganda

sebagai berikut :

Y= f (X 11, X 12, X 13, X 14, X 15, X 16) ..................................................................(1)

Persamaan tersebut dengan spesifikasi model ekonometrika :

Y= 0+ 1X 11+ 2X 12+ 3X 13+ 4X 14+ 5X 15+ 6X 16+ 1.............................(2)

Dimana: Y = Pendapatan (rp)

X 11 = Umur (tahun)

X 12 = Pendidikan (tahun)

X 13 = Lamanya berusahatani (tahun)

X 14 = Lamanya berorganisasi P3A (tahun)

X 15 = Jumlah tanggungan keluarga (jiwa)

X 16 = Total luas lahan usahatani yang dimiliki (ha)

0 = Konstanta/koefisen intersep

1………... 5 = Koefisen regresi

1 = kesalahan pengganggu. Gujarati (2003).

Kriteria uji hipotesis adalah : H0 terima apabila signifikan ≥ 0,05

Ha terima apabila signifikan ≤ 0,05

4.11.2. Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit)

4.11.2.1. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) yang bertujuan untuk melihat apakah variabel

bebas cukup memberikan arti dalam menjelaskan variabel terikat. Dengan kata

Universitas Sumatera Utara

Page 43: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

146

lain variasi yang terjadi pada variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat

sebesar (R2).

4.11.2.2. Uji Serempak ( Uji F -statistik)

Uji F yang dilihat dari signifikan keseluruhan variabel bebas dalam

mempengaruhi variabel terikat, Pengujian arti keseluruhan regresi sampel (over

all test) yaitu suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah

koefisien regresi signifikan atau tidak secara serempak.

4.11.2.3. Uji Parsial ( Uji t -statistik)

Dimana uji ini adalah uji t untuk melihat signifikan dari masing-

masing variabel bebas, Uji t atau t-test (partial test); yaitu suatu pengujian yang

bertujuan untuk mengetahui apakah koefisien regresi signifikan atau tidak secara

parsial (Gujarati, 2003).

4.11.3. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

4.11.3.1. Uji Normalitas

Sebaran data harus dianalisis untuk melihat apakah asumsi normalitas

dipenuhi sehingga data dapat diolah lebih lanjut untuk permodelan ini. Normalitas

dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat di uji dengan uji

statistik. Uji normalitas ini perlu dilakukan baik untuk normalitas terhadap data

tunggal maupun normalitas multivariant dimana beberapa variabel digunakan

sekaligus dalam analisis akhir.

Pengujian yang paling mudah adalah dengan mengamati Skewness value

dan kurtosis. Nilai statistik yang digunakan untuk menguji normalitas adalah

Z-value yang dihasilkan melalui rumus berikut :

Universitas Sumatera Utara

Page 44: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

147

Nilai − z =Skewness

√6N

Keterangan :

N = Ukuran sample

Bila nilai Z lebih besar, maka diduga distribusi data adalah tidak normal.

Nilai kritis dapat digunakan berdasarkan tingkat signifikansi yang dikehendaki,

misalnya digunakan nilai kritisnya ± 2,58 (tingkat signifikansi 0,01 (1%) berarti

kita dapat menolak asumsi normalitas pada probability level (Hair et al, 1998).

4.11.3.2. Uji Multikolinearitas

Untuk melihat apakah data penelitian terdapat multikolinearitas Menurut

Supranto (2005) istilah kolinieritas sendiri berarti hubungan linier tunggal,

sedangkan kolinieritas ganda (multicollinearity) menunjukkan adanya lebih dari

satu hubungan linier yang sempurna. Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas

dapat ditinjau dari beberapa hal :

a. Nilai toleransi lebih kecil dari 0,1

b. Nilai VIF lebih besar dari 10

c. R2 = 1

4.11.3.3. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas dideteksi dengan metode grafik yang mengamati

scatterplot. Jika scatterplot membentuk pola tertentu, hal ini menunjukkan adanya

masalah heteroskedastisitas pada model regresi yang dibentuk. Sedangkan

scatterplot jika menyebar secara acak maka hal itu menunjukkan tidak terjadi

masalah heteroskedastisitas (Santoso, 2010).

Universitas Sumatera Utara

Page 45: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

148

4.12. Untuk Membuktikan Hipotesis 2, Terdapat Komparasi Rata-Rata

Pendapatan Petani Padi Sawah Sebelum Dan Setelah Menerapkan

Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam Dalam

Pengembangan Wilayah

Untuk melihat perbedaan rata-rata pendapatan digunakan model uji beda

rata-rata (Compare Means). Dengan Metode Dependent Sample T-test (Paired

Sample T-test). Alat bantu dalam mengolah data primer yang digunakan adalah

Program SPSS 16 (Statistical Product and Service Solution) 16.

Gambar 4.3. Terdapat Komparasi Rata-Rata Pendapatan Petani Padi Sawah Sebelum Dan

Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam

Dalam Pengembangan Wilayah.

Dengan rumus:

𝑡 =�̅�1− �̅�2

√((𝜂1−1)𝑆1

2+(𝜂2−1)𝑆22

𝜂1+ 𝜂2−2)(

1

𝜂1+

1

𝜂2)

(Siregar, 2014)

Keterangan:

𝑋1 = Rata-rata pendapatan sebelum menerapkan doa turun tanam

𝑋2 = Rata-rata pendapatan setelah menerapkan doa turun tanam

S12 = Varians pendapatan sebelum menerapkan doa turun tanam

S22 = Varians pendapatan setelah menerapkan doa turun tanam

𝜂1 = Jumlah observasi (sampel) data pertama

𝜂2 = Jumlah observasi (sampel) data kedua.

Pendapatan Sebelum

Menerapkan

Kearifan Lokal

Dalam Bentuk Doa

Turun Tanam (X2)

Komparasi Rata-

Rata Pendapatan

Pendapatan Setelah

Menerapkan

Kearifan Lokal

Dalam Bentuk Doa

Turun Tanam (X3)

(X3 )

Universitas Sumatera Utara

Page 46: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

149

Dengan kriteria uji:

Jika t-hitung < t-tabel maka Ho diterima dan H1 ditolak.

Jika t-hitung > t-tabel maka Ho ditolak dan H1 diterima.

Dengan α 0,05

Hipotesis yang diajukan adalah:

Ho : tidak ada komparasi rata-rata pendapatan sebelum dan setelah menerapkan

ritual doa turun tanam.

H1 : ada komparasi rata-rata pendapatan sebelum dan setelah menerapkan ritual

doa turun tanam.

4.13. Metode SEM (Structural Equation Modeling)

SEM adalah merupakan teknik statistik yang digunakan untuk membangun

dan menguji model statistik yang biasanya dalam bentuk model-model sebab

akibat. Model SEM ada yang menyebutnya merupakan pendekatan yang

terintegrasi antara analisis faktor, model struktural dan analisis path secara

serempak, yaitu pemeriksaan validititas dan relialibitas instrumen (setara dengan

analisis konfirmatori). Pengujian model hubungan antar variabel laten (setara

dengan analisis konfirmatori), analisis path dan mendapatkan model yang

bermanfaat untuk perkiraan (setara dengan model struktural dan analisis regresi).

4.13.1. Penggunaan SEM

1. Menguji pengaruh variable bebas terhadap variable terikat

2. Menguji pengaruh langsung dan tidak langsung variable eksogen terhadap

endogen

3. Menguji validitas dan reliabilitas instrument

Universitas Sumatera Utara

Page 47: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

150

4.13.2. Besar Sampel Untuk SEM

1. 100-200 sampel

2. 5-10 X parameter

3. 5-10 X jumlah indikator (Sarmanu, 2011).

4.13.3. Langkah-Langkah Menganalisis Struktural Equation Model (SEM)

Menurut Hair et.al, (1998) beberapa langkah yang harus dilakukan dalam

menganalisis struktural equation model (SEM), yaitu :

1. Pengembangan model teoritis, dalam hal ini akan dilakukan pengujian

kausalitas secara empiris yang didasarkan teori untuk mengkonfirmasi model

teoritis melalui data empirik.

2. Pengembangan diagram jalur, model teoritis yang telah dibangun pada tahap

pertama akan digambarkan dalam sebuah diagram jalur hubungan eksogen

dengan konstruk endogen yang dinyatakan dalam anak panah.

3. Membangun persamaan struktural, yang dirumuskan untuk menyatakan

hubungan kausalitas antara berbagai konstruk. Hubungan antar konstruk pada

penelitian ini adalah hubungan antara aspek pengaruh pengembangan wilayah

kegiatan utama agribisnis dalam usahatani, pengaruh pengembangan wilayah

kegiatan penunjang agribisnis, pengaruh pengembangan wilayah sumber daya

alam (sda), pengaruh pengembangan wilayah sumber daya manusia (sdm)

dan pengaruh pengembangan wilayah teknologi terhadap pendapatan petani

padi sawah di Serdang Berdagai Sumatera Utara

4.14. Uji Validitas

Validitas mempunyai arti dimana ketepatan dan kecermatan suatu alat

ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Tes instrument pengukur dapat dikatakan

Universitas Sumatera Utara

Page 48: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

151

mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut sesuai dengan alat ukurnya

atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya

pengukuran tersebut.

Salah satu manfaat utama dari CFA adalah kemampuan menilai validitas

konstruk dari measurement theory yang diusulkan. Validitas konstruk mengukur

seberapa jauh ukuran indikator mampu merefleksikan konstruk laten teoritisnya.

Jadi validitas konstruk memberikan kepercayaan bahwa ukuran indikator yang

diambil dari sampel menggambarkan skor sesungguhnya di dalam populasi. Item-

item atau indikator suatu konstruk laten harus converge atau share (berbagi)

proporsi varian yang tinggi dan ini disebut convergent validity. Untuk mengukur

validitas konstruk dapat dinilai dari nilai faktor loadingnya. Pada kasus dimana

terjadi validitas tinggi maka nilai loading tinggi pada suatu faktor menunjukan

bahwa mereka converge pada satu titik. Syarat yang harus dipenuhi pertama

loading faktor harus signifikan. Oleh karena loading faktor yang signifikan bisa

jadi masih rendah nilainya. Maka standardized loading estimate harus sama

dengan 0.50 atau lebih idealnya harus 0,70 dan jika hal tersebut sudah terpenuhi

maka indikator dapat dikatakan valid.

4.15. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui konsisten data yang diperoleh.

Setelah kesesuaian model diuji (model fit), evaluasi lain yang harus dilakukan

adalah penilaian unidimensionalitas dan raliabilitas. Unidimensionalitas adalah

sebuah asumsi yang digunakan dalam menghitung reliabiltas dari model

menunjukkan bahwa dalam sebuah model satu dimensi, indikator yang digunakan

memiliki derajat kesesuian yang baik. Penggunaan ukuran reliabilitas seperti

Universitas Sumatera Utara

Page 49: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

152

a-Cronbach, tidak mengukur unidimensionalitas itu sudah ada pada waktu

a-cronbach dihitung. Karena itu peneliti dianjurkan untuk melakukan uji

unidimensionalitas terhadap semua konstruk multi indikator sebelum menilai

reliabilitasnya.

Instrumen-instrumen dalam ilmu sosial sudah baku (standar), karena telah

teruji validitas dan realibilitasnya, tetapi banyak juga yang belum baku bahkan

belum ada. Untuk itu maka peneliti harus mempunyai sendiri instrumen pada

setiap penelitian dan penguji validitas dan reliabilitasnya. Instrumen yang tidak

teruji validitas dan reliabilitasnya bila digunakam untuk penelitian akan

menghasilkan data yang sulit dipecaya kebenarannya.

Reliabilitas merupakan salah satu indikator validitas convergent. Banyak

juga yang menggunakan cronbach alpha sebagai ukuran reliabilitas. Walaupun

kenyataannya cronbach alpha memberikan ukuran yang lebih rendah (under

estimate) dibandingkan dengan Construct Reliability. Besarnya nilai Construct

Reliability (CR) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

CR = [∑ µ𝑖𝑛

𝑖=1 ]

[∑ 𝜇𝑖𝑛𝑖=1 ][∑ 𝜑𝑖𝑛

𝑖=1 ]

Constuct Reliability 0,70 atau lebih menunjukan reliabilitas yang baik

sedang reliabilitas 0,60 – 0,70 masih dapat diterima dengan syarat validitas

indikator dalam model yang baik. Jumlah kesalahan pengukuran (measurement

error). Kesalahan pengukuran = 1-ʎi2 (kuadrat standart loading).

Universitas Sumatera Utara

Page 50: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

153

4.16. Untuk Membuktikan Hipotesis 3, Terdapat Pengaruh Positif

Signifikan Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa

Turun Tanam Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama

Agribisni Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan

Pendapatan Petani Padi Sawah

Untuk menganalisis pengaruh positif signifikan setelah menerapkan ritual

doa turun tanam secara langsung yaitu biaya iuran air irigasi, biaya pupuk dan

biaya pestisida dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani yaitu biaya

produksi, luas panen dan harga gabah terhadap meningkatkan pendapatan petani

padi sawah pada pengembangan wilayah.

Dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunanakan model SEM =

Structural Equation Modeling (permodelan persamaan struktural) merupakan

suatu metode statistika yang menggunakan pendekatan hypothesis testing atau

dikenal dengan istilah Confirmatory. Program yang digunakan AMOS 19 (Analyis

of Moment Structure).

Gambar 4.4. Terdapat Pengaruh Positif Signifikan Setelah Menerapkan Kearifan

Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam Secara Langsung Dan

Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan

Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah.

KegiatanUtama Agribisnis (X4)

Setelah Menerapkan

Kearifan lokal Doa Turun Tanam (X3)

Pendapatan Petani Padi

Sawah

(Y) Y2

X42

X43

X31

X32

X33

Y1

X41

Universitas Sumatera Utara

Page 51: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

154

4.17. Untuk Membuktikan Hipotesis 4, Terdapat Pengaruh Positif

Signifikan Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah

Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah

Untuk menganalisis pengaruh positif signifikan kegiatan utama agribisnis

dalam usahatani yaitu biaya produksi, luas panen dan harga gabah terhadap

meningkatkan pendapatan petani padi sawah pada pengembangan wilayah.

Dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunanakan model SEM =

Structural Equation Modeling (permodelan persamaan struktural) merupakan

suatu metode statistika yang menggunakan pendekatan hypothesis testing atau

dikenal dengan istilah Confirmatory. Program yang digunakan AMOS 16 (Analyis

of Moment Structure).

Gambar 4.5. Terdapat Pengaruh Positif Signifikan Kegiatan Utama Agribisnis Dalam

Pengembangan Wilayah Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah.

Kegiatan Utama

Agribisnis Dalam

Usahatani (X4)

Pendapatan Petani

Padi sawah (Y) Y2

X41

X42

X43

Y1

Universitas Sumatera Utara

Page 52: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

155

4.18. Untuk Membuktikan Hipotesis 5, Terdapat Pengaruh Positif

Signifikan Kegiatan Penunjang Agribisnis Secara Langsung Dan

Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan

Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah

Untuk menganalisis pengaruh positif signifikan kegiatan penunjang agribisnis

secara langsung yaitu bantuan input produksi pertanian, penyaluran kredit dan

kebijakan pemerintah dalam subsidi pupuk, dan melalui kegiatan utama agribisnis

dalam usahatani yaitu biaya produksi, luas panen dan harga gabah terhadap

meningkatkan pendapatan petani padi sawah pada pengembangan wilayah.

Dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunanakan model SEM =

Structural Equation Modeling (permodelan persamaan struktural) merupakan

suatu metode statistika yang menggunakan pendekatan hypothesis testing atau

dikenal dengan istilah Confirmatory. Program yang digunakan AMOS 16 (Analyis

of Moment Structure).

Gambar 4.6. Terdapat Pengaruh Positif Signifikan Kegiatan Penunjang

Agribisnis Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama

Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Pendapatan

Petani Padi Sawah.

Kegiatan Utama Agribisnis (X4)

Kegiatan Penunjang Agribisnis (X5)

Pendapatan Petani

Padi sawah (Y)

Y2

X42

X43

X51

X52

X53

Y1

X41

Universitas Sumatera Utara

Page 53: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

156

4.19. Untuk Membuktikan Hipotesis 6, Terdapat Pengaruh Positif

Signifikan Sumber Daya Alam (SDA) Secara Langsung Dan Melalui

Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap

Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah

Untuk menganalisis pengaruh positif signifikan sumber daya alam (sda)

secara langsung yaitu tinggi volume air/ha, luas lahan yang beririgasi dan panjang

jalan usahatani dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani yaitu biaya

produksi, luas panen dan harga gabah terhadap meningkatkan pendapatan petani

padi sawah pada pengembangan wilayah.

Dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunanakan model SEM =

Structural Equation Modeling (permodelan persamaan struktural) merupakan

suatu metode statistika yang menggunakan pendekatan hypothesis testing atau

dikenal dengan istilah Confirmatory. Program yang digunakan AMOS 16 (Analyis

of Moment Structure).

Gambar 4.7. Terdapat Pengaruh Positif Signifikan Sumber Daya Alam (SDA) Secara

Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan

Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah.

Kegiatan Utama

Agribisnis (X4)

Sumber Daya

Alam (X6)

Pendapatan Petani

Padi sawah (Y)

Y2

X42

X43

X 61

X 62

X 63

Y1

X41

Universitas Sumatera Utara

Page 54: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

157

4.20. Untuk Membuktikan Hipotesis 7, Pengaruh Positif Signifikan Sumber

Daya Manusia (SDM) Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama

Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan

Pendapatan Petani Padi Sawah

Untuk menganalisis pengaruh positif signifikan sumber daya manusia

(sdm) secara langsung yaitu curahan tenaga kerja, penyuluhan/pelatihan dan

produktivitas tenaga kerja dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani

yaitu biaya produksi, luas panen dan harga gabah terhadap meningkatkan

pendapatan petani padi sawah pada pengembangan wilayah.

Dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunanakan model SEM =

Structural Equation Modeling (permodelan persamaan struktural) merupakan

suatu metode statistika yang menggunakan pendekatan hypothesis testing atau

dikenal dengan istilah Confirmatory. Program yang digunakan AMOS 16 (Analyis

of Moment Structure).

Gambar 4.8. Terdapat Pengaruh Positif Signifikan Sumber Daya Manusia (SDM) Secara

Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan

Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah.

Kegiatan Utama

Agribisnis Dalam

Usahatani (X4)

Sumber Daya

Manusia (X7)

Pendapatan Petani

Padi sawah (Y)

Y2

X 42

X 43

X71

X72

X 73

Y1

X41

Universitas Sumatera Utara

Page 55: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

158

4.21. Untuk Membuktikan Hipotesis 8, Terdapat Pengaruh Positif

Signifikan Teknologi Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama

Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan

Pendapatan Petani Padi Sawah

Untuk menganalisis pengaruh positif signifikan teknologi secara langsung

yaitu penerapan komponen teknologi dasar dan penerapan komponen teknologi

pilihan dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani yaitu biaya

produksi, luas panen dan harga gabah terhadap meningkatkan pendapatan petani

padi sawah pada pengembangan wilayah. Data tersebut sudah dalam bentuk

ordinal.

Dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunanakan model SEM =

Structural Equation Modeling (permodelan persamaan struktural) merupakan

suatu metode statistika yang menggunakan pendekatan hypothesis testing atau

dikenal dengan istilah Confirmatory. Program yang digunakan AMOS 16 (Analyis

of Moment Structure).

Gambar 4.9. Terdapat Pengaruh Positif Signifikan Teknologi Secara Langsung Dan

Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah

Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah.

Kegiatan Utama

Agribisnis Dalam Usahatani (X4)

Teknologi (X8)

Pendapatan Petani

Padi sawah (Y)

Y2

X42

X43

X81

X82

Y1

X41

Universitas Sumatera Utara

Page 56: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

159

Sebelumnya diuji tingkat adopsi terhadap teknologi dan dianalisis dengan

menggunakan skor, yaitu peneliti mengamati tingkat adopsi petani terhadap

teknologi yang dianjurkan oleh penyuluh pertanian. Hal ini dapat dilihat pada

Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Penerapan Komponen Teknologi Dasar

No. Parameter Pernyataan Skor

1.

Varietas Unggul

1. Selalu Dilakukan

2. Jarang Dilakukan

3. Tidak Pernah Dilakukan

3

2

1

2.

Bibit bermutu dan sehat

1. Selalu Dilakukan

2. Jarang Dilakukan

3. Tidak Pernah Dilakukan

3

2

1

3.

Pemupukan spesifik lokasi

1. Selalu Dilakukan

2. Jarang Dilakukan

3. Tidak Pernah Dilakukan

3

2

1

4.

PHT sesuai OPT

1. Selalu Dilakukan

2. Jarang Dilakukan

3. Tidak Pernah Dilakukan

3

2

1

Menurut Irianto (2004) mengukur range dari dua variable digunakan rumus :

𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒 =Data terbesar−Data terkecil

Jumlah kriteria

𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒 =12 − 4

3

= 2,66 = 3

Jumlah skor penerapan komponen teknologi dasar adalah antara 4-12

dengan range 3, sehingga dapat dikategorikan sebagai berikut :

4-7 = Pelaksanaan penerapan komponen teknologi dasar tidak berhasil

8-11 = Pelaksanaan penerapan komponen teknologi dasar berhasil

12-12 = Pelaksanaan penerapan komponen teknologi dasar sangat berhasil

Universitas Sumatera Utara

Page 57: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

160

Tabel 4.4. Penerapan Komponen Teknologi Pilihan

No. Parameter Pernyataan Skor

1.

Pengelolaan Tanaman

(populasi dan cara tanam)

1. Selalu Dilakukan

2. Jarang Dilakukan

3. Tidak Pernah Dilakukan

3

2

1

2.

Bibit muda (umur 15 HSS

atau 21 HSS)

1. Selalu Dilakukan

2. Jarang Dilakukan

3. Tidak Pernah Dilakukan

3

2

1

3.

Penggunaan bahan organic

1. Selalu Dilakukan

2. Jarang Dilakukan

3. Tidak Pernah Dilakukan

3

2

1

4.

Irigasi berselang

1. Selalu Dilakukan

2. Jarang Dilakukan

3. Tidak Pernah Dilakukan

3

2

1

5.

Pupuk mikro

1. Selalu Dilakukan

2. Jarang Dilakukan

3. Tidak Pernah Dilakukan

3

2

1

6.

Penanganan panen dan

pascapanen

1. Selalu Dilakukan

2. Jarang Dilakukan

3. Tidak Pernah Dilakukan

3

2

1

7.

Pengendalian gulma

1. Selalu Dilakukan

2. Jarang Dilakukan

3. Tidak Pernah Dilakukan

3

2

1

8.

Pengolahan tanah

1. Selalu Dilakukan

2. Jarang Dilakukan

3. Tidak Pernah Dilakukan

3

2

1

(*) Diberi tanda ceklis pada salah satu opsi sebagai jawaban dari petani.

𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒 =Data terbesar − Data terkecil

Jumlah kriteria

𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒 =24 − 8

3

= 5,333 = 5

Jumlah skor penerapan komponen teknologi pilihan adalah antara 8-24

dengan range 5, sehingga dapat dikategorikan sebagai berikut :

8- 13 = Pelaksanaan penerapan komponen teknologi pilihan tidak berhasil

14- 19 = Pelaksanaan penerapan komponen teknologi pilihan berhasil

20 -24 = Pelaksanaan penerapan komponen teknologi pilihan sangat berhasil

Universitas Sumatera Utara

Page 58: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

161

4.22. Prosedur Dalam Analisis SEM Adalah Sebagai Berikut

4.22.1. Menyusun Diagram Jalur

Diagram jalur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 4.10.. Analisis Full Model Structur Equation Modeling (SEM).

X6

X53

X7

X8

X4 e15

X51

X81

X82

X52

X61

X62

X63

X71

X72

X73

X31

X32

X33

X5

X3

e1

e2

e3

e4

e5

e6

e7

e8

e9

e10

e11

e12

e13

e14

Y

Y1

Y2

X41

X42

X43

e16 e17 e18

e19 e20

Universitas Sumatera Utara

Page 59: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

162

Keterangan:

e1…15 : error term

X3 : Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam

X4 : Kegiatan Utama Agribisnis

X5 : Kegiatan Penunjang Agribisnis

X6 : Sumber Daya Alam

X7 : Sumber Daya Manusia

X8 : Teknologi

X31 : Biaya Iyuran Air Irigasi

X32 : Biaya Pupuk

X33 ::Biaya Pestisida

X41 : Biaya Produksi

X42 : Luas Panen

X43 : Harga Gabah

X51 : Bantuan Input Produksi Pertanian

X52 : Penyaluran Kredit

X53 : Kebijakan Pemerintah Dalam Subsidi Pupuk

X61 : Tinggi Volume Air/H9a

X62 : Luas Lahan Yang Beririgasi

X63 : Panjang Jalan Usahatani

X71 : Curahan Tenaga Kerja

X72 : Penyuluhan/Pelatihan

X73 : Produktivitas Tenaga Kerja

X81 : Penerapan Komponen Teknologi Dasar

X82 : Penerapan Komponen Teknologi Pilihan

Y : Pendapatan

Y1 : Produksi

Y2 : Produktivitas Lahan

: Adalah tanda yang menunjukkan faktor/ konstruk/ latent variable/

unobserved variable yaitu variabel yang tidak diukur secara langsung,

tetapi dibentuk melalui dimensi-dimensi atau indikator-indikator yang

diamati.

: Adalah tanda yang menunjukkan variabel terukur/ observed variable

yaitu variabel yang ditanya harus dicari melalui lapangan, misalnya

melalui instrumen-instrumen.

: Menunjukkan adanya hubungan yang dipotesakan antara dua variabel,

variabel yang dituju oleh anak panah merupakan variabel dependen.

Universitas Sumatera Utara

Page 60: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

163

4.22.2. Persamaan Struktural Dan Spesifikasi

Pengaruh pengembangan wilayah pada faktor kegiatan utama agribisnis

usahatani, faktor kegiatan penunjang agribisnis, faktor sumber daya alam (sda),

faktor sumber daya manusia (sdm) dan faktor teknologi terhadap pendapatan

petani padi sawah di Serdang Berdagai Sumatera Utara dapat digambarkan

melalui persamaan sebagai berikut :

4.22.2.1 Persaman struktural

𝜂 = 𝛾𝑥1𝜉𝑥1 + 𝛾𝑥2𝜉𝑥2 + 𝜁 𝛾𝑥3𝜉𝑥3 + 𝛾𝑥4𝜉𝑥4 + 𝛾𝑥5𝜉𝑥5 + 𝛾𝑥6𝜉𝑥6 + 𝛾𝑥7𝜉𝑥7

+ 𝛾𝑥8𝜉𝑥8 + 𝜁

4.22.2.2. Persamaan pengukuran variabel eksogen :

𝑋31 = 𝜆=31𝜂31 + 𝑒1

𝑋32 = 𝜆32𝜂32 + 𝑒2

𝑋33 = 𝜆33𝜂33 + 𝑒3

𝑋41 = 𝜆=41𝜂41 + 𝑒16

𝑋42 = 𝜆42𝜂42 + 𝑒17

𝑋43 = 𝜆43𝜂43 + 𝑒18

𝑋51 = 𝜆=51𝜂51 + 𝑒4

𝑋52 = 𝜆52𝜂52 + 𝑒5

𝑋53 = 𝜆53𝜂53 + 𝑒6

𝑋61 = 𝜆=61𝜂61 + 𝑒7

𝑋62 = 𝜆62𝜂62 + 𝑒8

𝑋63 = 𝜆63𝜂63 + 𝑒9

𝑋71 = 𝜆=71𝜂71 + 𝑒10

𝑋72 = 𝜆72𝜂72 + 𝑒11

𝑋73 = 𝜆73𝜂73 + 𝑒12

𝑋81 = 𝜆=81𝜂81 + 𝑒13

𝑋82 = 𝜆82𝜂82 + 𝑒14

4.22.2.3. Persamaan pengukuran variabel endogen

𝑌1 = 𝜆1𝜂1 + 𝑒15

Universitas Sumatera Utara

Page 61: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

164

4.23. Spesifikasi Model Pengukuran Untuk Masing-Masing Konstruk/

Varibel Laten

Analisis faktor konfirmatory untuk model pengukuran akan dihasilkan

koefisien yang disebut standar loading atau lambda value (𝜆). Nilai lambda

tersebut digunakan untuk menilai kecocokan, kesesuaian, atau unidimensionalitas

dari instrumen-instrumen dalam membentuk sebuah faktor.

4.24. Pengujian Evaluasi Asumsi Model Struktural

4.24.1. Evaluasi Normalitas Data

Evaluasi normalitas dilakukan dengan menggunakan kriteria critical ratio

skewness value sebesar ± 2,58 pada tingkat signifikansi 0,01. Data dapat

disimpulkan mempunyai distribusi normal jika nilai critical ratio skewness value

dibawah harga mutlak 2,58.

Sebaran data harus dianalisis untuk melihat apakah asumsi normalitas

dipenuhi sehingga data dapat diolah lebih lanjut untuk permodelan ini.

Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat di uji

dengan uji statistik.

Pengujian yang paling mudah adalah dengan mengamati Skewness value

dan kurtosis. Nilai statistik yang digunakan untuk menguji normalitas adalah Z-

value yang dihasilkan melalui rumus berikut :

Nilai − z =Skewness

√6N

Keterangan :

N = Ukuran sample

Universitas Sumatera Utara

Page 62: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

165

Bila nilai Z lebih besar, maka diduga distribusi data adalah tidak normal.

Nilai kritis dapat digunakan berdasarkan tingkat signifikansi yang dikehendaki,

misalnya nilai kritisnya ± 2,58 (tingkat signifikansi 0,01 (1%) berarti kita dapat

menolak asumsi normalitas pada probability level (Hair et al, 1998).

4.24.2. Evaluasi Outliers

Outliers adalah observasi yang muncul dengan nilai ekstrim baik secara

univariant maupun multivariant, karena kombinasi karakteristik unik yang

dimilikinya dan terkait sangat jauh berbeda dari observasi lainnya. Pada outliers

dapat dilakukan penanganan khusus asal diketahui bagaimana munculnya outliers

itu. Outliers muncul dalam empat kategori, yaitu :

a. Outliers muncul karena kesalahan prosedur seperti kesalahan dalam

memasukan data atau karena kesalahan dalam mengkoding data.

b. Outliers muncul karena keadaan yang benar-benar khusus yang

memungkinkan profil datanya lain daripada yang lain tetapi peneliti

mempunyai alasan mengenai apa penyebab munculnya nilai ekstrim.

c. Outliers muncul karena adanya sesuatu alasan tetapi peneliti tidak dapat

mengetahui bahwa apa penyebabnya atau tidak ada penjelasan mengenai

sebab-sebab munculnya nilai ekstrim ini.

d. Outliers muncul dalam rentang nilai yang ada, tetapi bila dikombinasikan

dengan variabel yang lainnya, kombinasi menjadi tidak lazim atau sangat

ekstrim. Inilah yang disebut dengan multivariant singularitas.

Uji outliers dilakukan untuk menghilangkan nilai-nilai ekstrim pada hasil

observasi. Menurut Hair et al, (1998), outliers terjadi karena kombinasi untuk

unik yang terjadi dan nilai-nilai yang dihasilkan dari observasi tersebut sangat

Universitas Sumatera Utara

Page 63: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

166

berbeda dari observasi-observasi lainnya. Apabila ditemukan outliers maka data

yang bersangkutan harus dikeluarkan dari perhitungan lebih lanjut. Dalam analisis

multivariate, outliers dapat di uji dengan membandingkan nilai mahalanobis

distance squared dengan nilai 𝑋2-tabel pada jumlah tertentu dan tingkat p < 0,001

( Hair at al, 1998). Pengujian mahalanobis distance squared dapat dilakukan

dengan menggunakan program aplikasi statistik SPSS atau AMOS Version 4.01.

sedangkan untuk univariate akan dikategorikan sebagai outliers dengan cara

mengkonfersi nilai data penelitian ke dalam Z-score, yang mempunyai rata-rata

nol dengan standart deviasi satu. Kriteria yang digunakan adalah berdasarkan nilai

Chi-Square pada derajat kebebasan ( degree of freedom ) 34 yaitu jumlah variabel

indikator pada tingkat signifikan p < 0,001. Nilai Mahalanobis distance X2

( 34,0001) = 66,25. Hal ini berarti semua kasus yang mempunyai mahalanobis

distance yang lebih besar dari 66,25 adalah multivariate outliers.

4.24.3. Evaluasi Multikolinearitas

Untuk melihat apakah data penelitian terdapat multikolinearitas atau

singularitas dalam kombinasi variabel, maka yang perlu diamati adalah

determinan dari matriks kovarians sampelnya. Determinan yang kecil atau

mendekati 0 akan mengindikasikan adanya multikolinearitas atau singularitas,

sehingga data itu tidak dapat digunakan untuk penelitian. Multikolinieritas dapat

dilihat melalui determinan matriks kovarian.

4.24.4. Evaluasi Nilai Residual

Esensi dari SEM adalah kesesuaian antara restricted covariance matrix

[∑ (0)] dan sampel covariance matrix (S). perbedaan kedua nilai ini tercermin

pada nilai residual covariance matrix. Amos 19. Memberikan output nilai

Universitas Sumatera Utara

Page 64: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

167

unstandardized dan standardized residual. Nilai standardized residual adalah nilai

fitted residual dibagi dengan standard error, dengan demikian analog dengan nilai

Z. besar nilainya standardized residual > 2,58 (Ghozali, 2008).

4.25. Uji Kesesuaian Dan Uji Statistik Model

Dalam analisis ini tidak ada alat uji statistik tunggal untuk mengukur atau

menguji hipotesis mengenai model, dengan menggunakan SEM memerlukan

beberapa fit index untuk mengukur kebenaran model yang diajukan. Ada

beberapa indeks kesesuaian dan cut-off valuenya untuk menguji diterima atau

ditolaknya sebuah model (uji kelayakan model) seperti yang disajikan dalam

Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Indeks Kelayakan Model

No. GOODNESS OF

FIT INDEX

KETERANGAN CUT-

OF

POINT

1 X2- Chi Square Nilai chi-square yang tinggi relative

terhadap degree of freedom menunjukkan

bahwa matrik kovarian atau korelasi yang

diobservasi dengan yang diprediksi

berbeda secara nyata dan ini menghasilkan

probabilitas (p) lebih kecil dari tingkat

signifikansi (α) dan ini menunjukkan

bahwa input matrik kovarian antara

prediksi dengan observasi sesungguhnya

tidak berbeda secara signifikan

Diharap

kan

kecil

2 Probability Uji signifikansi terhadap perbedaan matrik

kovarians data dengan matriks kovarians

yang diestimasi

< 0,05

3 RMSEA (the Root

Mean Square Error

of Approximation)

Merupakan ukuran yang mencoba

memperbaiki kecenderungan statistic chi-

square menolak model dengan jumlah

sampel yang besar. Hasil uji empiris

RMSEA cocok untuk menguji model

konfirmatori atau competing model

strategy dengan jumlah sampel besar

0,05 –

0,08

Universitas Sumatera Utara

Page 65: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

168

Lanjutan Tabel 4.5. Indeks Kelayakan Model

4 GFI (good of fit

index)

Yaitu ukuran non-statistik yang nilainya

berkisar dari nilai 0 (poor fit) sampai 1,0

(perfect fit). Nilai GFI tinggi menunjukkan

fit yang lebih baik dan berapa nilai GFI

yang dapat diterima sebagai nilai yang

layak belum ada standarnya, tetapi banyak

peneliti menganjurkan nilai di atas 90%

sebagai ukuran good fit

0 – 1,0

atau

> 0,90

5 AGFI (Adjusted

Goodness of fit

indices)

Merupakan pengembangan dari GFI yang

disesuaikan dengan ratio degree of

freedom untuk proposed model dengan

degree of freedom untuk null model

≥ 0,90

6 CMIN/DF (the

minimum sample

discrepancy

function)

Adalah nilai chi-square dibagi dengan

degree of freedom. Beberapa pengarang

menganjurkan menggunakan ratio ukuran

ini untuk mengukur fit. nilai ratio 5 atau

kurang dari 5 merupakan ukuran yang

reasonable. Peneliti lainnya mengusulkan

nilai ratio ini < 2 merupakan ukuran fit.

≤ 5

Atau

< 2

7 TLI (tuckler lewis

index)

Pertama kali diusulkan sebagai alat untuk

mengevaluasi analisis faktor, tetapi seka-

rang dikembangkan untuk SEM. Ukuran

ini menggabungkan ukuran parsimony

kedalam indek komparasi antara proposed

model dan null model dan nilai TLI ber-

kisar dari 0 sampai 1,0.nilai TLI yang dire-

komendasikan adalah sama atau > 0,90.

0 – 1,0

atau

> 0,90

8 CFI

(comperative fit

index)

Uji kelayakan model yang tidak sensitive

terhadap besarnya sampel dan kerumitan

model

≤ 0,94

Sumber : Ghozali (2008).

Setelah model diestimasi, residualnya haruslah kecil atau mendekati nol

dan distribusi frekuensi dari kovarians residual harus bersifat simetrik. Dalam

kontens ini, residual yang dimaksud bukanlah residual dari skor seperti pada

permodelan multivariant lainnya, melainkan merupakan residual dari kovarians.

Distribusi frekuensi dari residual yang tidak simetris merupakan signal atas

sebuah model yang kurang baik a poorly fitting model dan menunjukkan bahwa

dalam proses estimasi. Ketika model telah dinyatakan diterima, maka peneliti

dapat mempertimbangkan dilakukannya modifikasi model untuk memperbaiki

Universitas Sumatera Utara

Page 66: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

169

penjelasan teoritis atau goodness-of-fit. Modifikasi dari model awal harus

dilakukan setelah dikaji banyak pertimbangan. Jika model dimodifikasi, maka

model tersebut harus di cross-vilidated (diestimasi dengan data terpisah) sebelum

model modifikasi diterima.

Pengukuran model dapat dilakukan dengan modification indices. Nilai

modification indices sama dengan terjadinya penurunan Chi-squares jika koefisien

diestimasi. Nilai sama dengan atau >3.84 menunjukkan telah terjadi penurunan

chi-squares secara signifikan. Indikasi adanya model mis – fit dapat dilihat dari

nilai modification index (MI) yang dapat dikonseptual sebagai chi square ( X2)

statistik dengan degree of freedom = 1. Secara spesifik untuk setiap parameter

yang di fix (ditetapkan). Amos memberikan MI yaitu nilai X2 statistik yang akan

turun jika parameter dikovariankan. Perlu diperhatikan bahwa dalam mengko-

variankan error harus dapat dibenarkan secara teoritis atau logika, tanpa adanya

dasar teoritis model menjadi tidak ada artinya. Jika peneliti memutuskan

melakukan estimasi ulang terhadap model, maka analisis ini tidak lagi disebut

analisis konfirmatori, tetapi analisis eksplorotari. Analisis konfirmatori hanya

berhenti setelah hipotesis yang diajukan secara empiris ditolak atau tidak dapat

ditolak (Ghozali, 2008).

4.26. Pengujian Hipotesis Dan Hubungan Kausal

Pengaruh langsung diamati dari bobot regresi terstandar, dengan pengujian

signifikansi pembanding nilai CR (Critical Rasio) yang sama dengan nilai t-

hitung dengan t-tabel, apabila t-hitung lebih besar t-tabel berarti signifikan. Dari

keluaran program Amos 4.01, akan diamati hubungan kausal antar variabel

dengan melihat efek langsung maupun efek tak langsung dan efek total.

Universitas Sumatera Utara

Page 67: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

170

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian Kabupaten Serdang Bedagai

5.1.1. Kondisi Geografis

5.1.1.1. Letak Wilayah

Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu kabupaten yang berada

di kawasan pantai timur Sumatera Utara, secara geografis terletak pada

posisi 030 01’57” Lintang Utara, 30 40 ‘48” Lintang Selatan, 980 45’ 00” Bujur

Timur, 99018’36” Bujur Barat. Dengan ketinggian wilayah 0-500 meter diatas

permukaan laut. dengan luas wilayah 1.900,22 km2, dengan jumlah 17 kecamatan

dan 243 desa/kelurahan.

Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Serdang Bedagai sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Simalungun

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Batubara dan Kabupaten

Simalungun

Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.

5.1.1.2. Iklim

Kabupaten Serdang Bedagai memiliki iklim tropis dimana kondisi

iklimnya hampir sama dengan Kabupaten Deli Serdang sebagai kabupaten induk.

Pengamatan Stasiun Sampali pada tahun 2010 menurut BPS (2011) ada

menunjukkan rata-rata iklim setiap bulan di kabupaten Serdang Bedagai rata-rata

Universitas Sumatera Utara

Page 68: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

171

suhu udara 28,40 C, suhu udara minimum 23,70 C dan suhu udara maksimum

32,20 C, rata-rata tekanan udara perbulan 1010,80 C tekanan udara minimum

1006,40 C tekanan udara maksimum 1015,20 C, rata-rata kelembapan udara

perbulan 84 %, rata-rata kecepatan angin 1,8 m/dt, curah hujan berkisar antara 27

sampai dengan 248 mm perbulan, hari hujan perbulan berkisar 8-26 hari/bulan.

rata-rata jumlah hari hujan 14 hari perbulan, dan rata-rata curah hujan 134 mm

perbulan, penyinaran matahari 52 %, dengan tingkat penguapan 3,8 mm/hari.

Tipe iklim: A, D1 dan E2.

5.1.1.3. Sumber Daya Alam

Sumber daya alam (SDA) adalah semua kekayaan berupa benda mati

maupun benda hidup yang berada di bumi dan dapat dimanfaatkan untuk

memenuhi kebutuhan hidup manusia. Kualitas sumber daya manusia (SDM)

adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi berhasil tidaknya suatu

negara dalam memanfaatkan sumber daya alam. Sumber daya manusia yang

berkualitas dalam memanfaatkan sumber daya alam akan memungkinkan

terciptanya tenaga kerja yang berkualitas, bekembangnya ilmu pengetahuan dan

teknologi, serta kemajuan di bidang ekonomi.

Kabupaten Serdang Bedagai memiliki 24 sungai dimana sungai yang

terpanjang adalah Sungai Padang dan Bah Hilang yang masing-masing

panjangnya 25.000 m sementara Sungai Mendaris dan Sungai Rampah adalah

Sungai terpendek masing-masing 5.000 m. Rawa/gambut terdapat 4 di Kabupaten

Serdang Bedagai dan di setiap kecamatan terdapat beberapa irigasi yang sumber

airnya berasal dari sungai.

170

Universitas Sumatera Utara

Page 69: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

172

Tabel 5.1. Luas Lahan Sawah Irigasi Bedasarkan Jenis Irigasi Tahun 2010

No. Keterangan Luas (Ha)

1. Irigasi Teknis 2.998

2. Irigasi Setengah Teknis 19.371

3. Irigasi Sederhana 4.435

4. Irigasi Desa/ Non PU 8.884

Jumlah 35.688 Sumber : Badan Pusat Statistik 2011.

Dari Tabel 5.1. dapat diketahui luas lahan sawah irigasi yang paling luas

adalah jenis irigasi setengah teknis yaitu seluas 19.371 Ha, sedangkan yang paling

kecil adalah luas lahan sawah irigasi teknis yaitu seluas 2.998 Ha,

Tabel 5.2. Luas Lahan Sawah Tidak Beririgasi Bedasarkan Jenis Irigasi

Tahun 2010.

No. Keterangan Luas (Ha)

1. Tadah Hujan 5.993

2. Pasang Surut -

3. Lebak 280

4. Polder dan lain-lain 20

Jumlah 6.293 Sumber : Badan Pusat Statistik 2011.

Dari Tabel 5.2. dapat diketahui luas lahan sawah tidak beririgasi yang

paling luas adalah tadah hujan yaitu seluas 5.993 Ha, sedangkan yang paling kecil

adalah luas lahan sawah polder dan lain-lain yaitu seluas 20 Ha,

Tabel 5.3. Luas Lahan Kering Bedasarkan Jenisnya Tahun 2010.

No. Keterangan Luas (Ha)

1. Pekarangan 9.918

2. Tegal/kebun 26.100

3. Ladang/Huma 6.199

Jumlah 42.217 Sumber : Badan Pusat Statistik 2011.

Dari Tabel 5.3. dapat diketahui luas lahan kering yang paling luas adalah

luas lahan tegal/kebun yaitu seluas 26.100 Ha, sedangkan yang paling kecil adalah

luas lahan ladang/huma yaitu seluas 6.199 Ha.

Universitas Sumatera Utara

Page 70: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

173

Tabel 5.4. Perkembangan Luas Panen Padi Sawah Selama 5 Tahun Di Kabupaten

Serdang Bedagai Pada Tahun 2008-2012.

Sumber : Badan Pusat Statistik.

Dari Tabel 5.4. dapat dilihat bahwa luas panen yang paling luas pada tahun

2008 adalah Kecamatan Perbaungan seluas 11.101 Ha, sedangkan luas panen

yang terkecil adalah Kecamatan Kotarih seluas 347 Ha. Luas panen yang paling

luas pada tahun 2009 adalah Kecamatan Sei Bamban seluas 12.475 Ha, sedangkan

luas panen yang terkecil adalah Kecamatan Kotarih seluas 166 Ha. Luas panen

yang paling luas pada tahun 2010 adalah Kecamatan Sei Bamban seluas 13.089

Ha, sedangkan luas panen yang terkecil adalah Kecamatan Bintang Bayu seluas

211 Ha. Luas panen yang paling luas pada tahun 2011 adalah Kecamatan Sei

Bamban seluas 12.429 Ha, sedangkan luas panen yang terkecil adalah Kecamatan

Bintang Bayu seluas 67 Ha. Luas panen yang paling luas pada tahun 2012 adalah

Kecamatan Perbaungan seluas 12.616 Ha, sedangkan luas panen yang terkecil

adalah Kecamatan Kotarih seluas 17 Ha.

No Kecamatan Tahun

2008 2009 2010 2011 2012

1 Kotarih 347 166 358 328 17

2 Silinda 481 432 627 591 397

3 Bintang Bayu 688 221 211 67 86

4 Dolok Masihul 4.008 4.331 2.380 2.975 2.631

5 Serbajadi 1.981 2.121 2.295 2.103 1.148

6 Sipispis 803 852 531 531 550

7 Dolok Merawan - - - - -

8 Tebing Tinggi 5.270 2.979 4.661 3.556 4.773

9 Tebing

Syahbandar

2.255 2.280 1.363 1.526 408

10 Bandar Khalipah 6.814 7.107 6.564 5.334 6.853

11 Tanjung Beringin 9.058 8.480 8.446 6.553 6.219

12 Sei Rampah 5.881 5.936 5.878 8.149 4.700

13 Sei Bamban 9.703 12.475 13.089 12.429 11.142

14 Teluk Mengkudu 5.152 5.638 5.924 5.179 5.796

15 Perbaungan 11.101 9.670 12.152 6.571 12.616

16 Pegajahan 2.485 2.835 1.960 1.184 3.310

17 Pantai Cermin 6.770 6.521 7.094 6.509 7.709

Total 72.797 72.044 73.534 63.584 68.355

Universitas Sumatera Utara

Page 71: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

174

Tabel 5.5. Perkembangan Produksi Padi Sawah Selama 5 Tahun Di Kabupaten

Serdang Bedagai Pada Tahun 2008-2012.

No Kecamatan Tahun

2008 2009 2010 2011 2012

1 Kotarih 1.601 781 1.726 1.601 86

2 Silinda 2.218 2.037 3.047 2.899 1.951

3 Bintang Bayu 3.176 1.039 1.025 330 432

4 Dolok Masihul 18.997 20.982 11.742 15.479 14.027

5 Serbajadi 9.458 10.070 11.358 10.580 5.968

6 Sipispis 3.704 4.046 2.595 2.631 2.736

7 Dolok Merawan - - - - -

8 Tebing Tinggi 24.978 14.300 23.066 18.151 25.023

9 Tebing Syahbandar 10.406 10.797 6.701 7.586 2.161

10 Bandar Khalipah 32.299 33.992 31.988 26.619 35.749

11 Tanjung Beringin 41.850 40.405 41.574 33.390 32.938

12 Sei Rampah 27.935 28.520 29.281 43.619 25.888

13 Sei Bamban 46.091 59.971 65.246 62.099 61.036

14 Teluk Mengkudu 24.448 27.089 29.337 26.944 30.472

15 Perbaungan 53.283 48.060 61.016 35.513 69.897

16 Pegajahan 11.868 13.928 9.752 6.394 18.368

17 Pantai Cermin 32.090 31.455 35.425 34.510 42.458

Total 344.401 347.473 364.876 328.344 369.190 Sumber : Badan Pusat Statistik.

Dari Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa produksi yang paling tinggi pada tahun

2008 adalah Kecamatan Perbaungan sebanyak 53.283 ton, sedangkan produksi

yang terendah adalah Kecamatan Kotarih sebanyak 1.601 ton. Produksi yang

paling tinggi pada tahun 2009 adalah Kecamatan Sei Bamban sebanyak 59.971

ton, sedangkan produksi yang terendah adalah Kecamatan Kotarih sebanyak 781

ton. Produksi yang paling tinggi pada tahun 2010 adalah Kecamatan Sei Bamban

sebanyak 65.246 ton, sedangkan produksi yang terendah adalah Kecamatan

Bintang Bayu sebanyak 1.025 ton. Produksi yang paling tinggi pada tahun 2011

adalah Kecamatan Sei Bamban sebanyak 62.099 ton, sedangkan produksi yang

terendah adalah Kecamatan Bintang Bayu sebanyak 330 ton. Produksi yang pa-

ling tinggi pada tahun 2012 adalah Kecamatan Perbaungan sebanyak 69.897 ton,

sedangkan produksi yang terendah adalah Kecamatan Kotarih sebanyak 86 ton.

Universitas Sumatera Utara

Page 72: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

175

Tabel 5.6. Perkembangan Produktivitas Padi Sawah Selama 5 Tahun Di Kabupaten

Serdang Bedagai Pada Tahun 2008-2012.

No Kecamatan Tahun

2008 2009 2010 2011 2012

1 Kotarih 46,15 47,00 48,16 48,84 49,74

2 Silinda 46,15 47,11 48,62 49,05 49,15

3 Bintang Bayu 46,15 47,02 48,45 48,99 49,97

4 Dolok Masihul 47,40 48,45 49,34 52,04 53,32

5 Serbajadi 47,75 47,47 49,49 50,31 52,00

6 Sipispis 46,15 47,52 48,91 49,60 49,76

7 Dolok Merawan - - - - -

8 Tebing Tinggi 47,40 48,00 49,48 51,04 52,43

9 Tebing Syahbandar 46,15 47,36 49,17 49,70 52,91

10 Bandar Khalipah 47,40 47,83 48,73 49,90 52,17

11 Tanjung Beringin 46,20 47,65 92,22 50,96 52,96

12 Sei Rampah 47,50 48,05 49,81 53,53 55,08

13 Sei Bamban 47,50 48,07 49,85 49,96 54,78

14 Teluk Mengkudu 47,45 48,05 49,52 52,02 52,57

15 Perbaungan 48,00 49,70 50,21 54,04 55,40

16 Pegajahan 47,75 49,13 49,76 54,00 55,49

17 Pantai Cermin 47,40 48,24 49,94 53,02 55,08

Total 47,31 48,23 49,62 51,64 54,01 Sumber : Badan Pusat Statistik.

Dari Tabel 5.6 dapat dilihat bahwa produktivitas yang paling tinggi pada

tahun 2008 adalah Kecamatan Perbaungan sebesar 48,00 Kw/Ha, sedangkan

produktivitas yang terendah adalah Kecamatan Kotarih, Silinda, Bintang Bayu,

Sipispis dan Tebing Syahbandar masing-masing sebesar 46,15 Kw/Ha. Produk-

tivitas yang paling tinggi pada tahun 2009 adalah Kecamatan Perbaungan sebesar

49,70 Kw/Ha, sedangkan produktivitas yang terendah adalah Kecamatan Kotarih

sebesar 47,00 Kw/Ha. Produktivitas yang paling tinggi pada tahun 2010 adalah

Kecamatan Tanjung Beringin sebesar 92,22 Kw/Ha, sedangkan produktivitas

yang terendah adalah Kecamatan Kotarih sebesar 48,16 Kw/Ha. Produktivitas

yang paling tinggi pada tahun 2011 adalah Kecamatan Perbaungan sebesar 54,04

Kw/Ha, sedangkan produktivitas yang terendah adalah Kecamatan Kotarih

sebesar 48,84 Kw/Ha. Produktivitas yang paling tinggi pada tahun 2012 adalah

Universitas Sumatera Utara

Page 73: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

176

Kecamatan Pegajahan sebesar 55,49 Kw/Ha, sedangkan produktivitas yang

terendah adalah Kecamatan Silinda sebesar 49,15 Kw/Ha.

5.1.2. Kondisi Demografis

5.1.2.1. Penduduk

Penduduk merupakan faktor yang sangat dominan di dalam pelaksanaan

pembangunan, karena penduduk tidak saja sebagai pelaksana tetapi juga menjadi

sasaran dari pembangunan. Oleh sebab itu untuk menunjang keberhasilan

pembangunan, perkembangan penduduk perlu diarahkan sehingga mempunyai

ciri- ciri atau karakteristik yang menguntungkan pembangunan.

Pasal 3 ayat (1) Undang Undang No. 10 Tahun 1992 tentang

Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera

menyebutkan bahwa perkem-bangan kependudukan diarahkan pada pengendalian

kuantitas, perkembangan kualitas, serta pengarahan mobilitas penduduk, sebagai

potensi sumber daya ma-nusia agar menjadi kekuatan, pembangunan. Lebih

lanjut, Pasal 4 ayat (1) menye-butkan bahwa tujuan dari perkembangan

kependudukan, yaitu untuk mewujudkan keserasian, dan keseimbangan antara

kuantitas, kualitas, persebaran penduduk dengan lingkungan hidup.

Struktur dan persebaran penduduk akan membahas terbatas pada

komposisi penduduk dan persebaran penduduk sebagaimana kita ketahui pendu-

duk dapat dibagi dalam berbagai ciri atau karakteristik tertentu baik sosial ekono-

mi maupun geografis. Persebaran penduduk yang belum merata tentu saja me-

nimbulkan masalah sosial ekonomi yang serius bagi pemerintah (Nurdin, 1981).

Universitas Sumatera Utara

Page 74: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

177

Tabel 5.7. Banyaknya Desa/ Kelurahan, Luas Wilayah Dan Kepadatan Penduduk

Kabupaten Serdang Bedagai Menurut Kecamatan Tahun 2010.

Kecamatan Banyak

Desa/

Kelurahan

Luas

Wilayah

Area (km2)

Jumlah

Penduduk(

Jiwa)

Kepadatan

Penduduk

(Jiwa/ km2)

Persentase

Penduduk

(%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Kotarih 11 78,024 7.975 102 1,34

Silinda 9 56,740 8.332 147 1,40

Bintang Bayu 19 95,586 10.581 111 1,78

Dolok Masihul 28 237,417 48.241 203 8,12

Serbajadi 10 50,690 19.560 386 3,29

Sipispis 20 145,259 31.617 218 5,32

Dolok

Merawan

17 120,600 17.029 141 2,86

Tebing Tinggi 14 182,291 40.253 221 6,77

Syahbandar 10 120,297 32.191 268 5,42

Bandar

Khalifah

5 116,000 24.774 214 4,11

Tanjung

Beringin

8 74,170 36.864 497 6,20

Sei Rampah 17 198,900 63.379 319 10,66

Sei Bamban 10 72,260 42.791 592 7,20

Teluk

Mangkudu

12 66,950 41.118 614 6,92

Perbaungan 28 111,620 99.936 895 16,89

Pegajahan 13 93,120 26.859 288 4,50

Pantai Cermin 12 80,296 42.883 534 7,25

Total 243 1.900,20 594.383 313 100,00

Rata-rata 14 111,78 34.964 18

Sumber : Badan Pusat Statistik 2011.

Dari Tabel 5.7 dapat dilihat bahwa Kabupaten Serdang Bedagai

merupakan Kabupaten baru yang merupakan hasil pemekaran dari wilayah

Kabupaten Deli Serdang. Jumlah desa/kelurahan yang paling banyak ada dua

kecamatan yaitu Kecamatan Dolok Masihul sebanyak 28 desa/kelurahan dan

kecamatan Perbaungan sebanyak 28 desa/kelurahan. Sedangkan jumlah

desa/kelurahan yang paling sedikit adalah Kecamatan Bandar Khalifah sebanyak 5

desa/kelurahan dari jumlah seluruhnya 243 desa/kelurahan. Dengan rata-rata

banyaknya desa/kelurahan di Kabupaten Serdang Bedagai sebanyak 14

desa/kelurahan.

Universitas Sumatera Utara

Page 75: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

178

Luas wilayah yang paling luas ada pada kecamatan Dolok Masihul seluas

237,417 km2 dan yang paling kecil luas wilayah ada pada Kecamatan Serbajadi

seluas 50, 690 km2 dari luas seluruhnya seluas 1 900,220 km2. Dengan rata-rata

luas wilayah kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai seluas 111,78 km2

Jumlah penduduk Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2010

berjumlah 594.383 jiwa. Jumlah penduduk yang paling banyak adalah di

kecamatan Perbaungan berjumlah 99.936 jiwa. Jumlah penduduk yang paling

sedikit adalah di Kecamatan Kotarih berjumlah 7.975 jiwa. Dengan rata-rata

banyaknya penduduk di Kabupaten Serdang Bedagai sebanyak 34.964 jiwa per

kecamatan.

Kepadatan penduduk Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2010 adalah

sebesar 313 jiwa/km2. Kepadatan penduduk terbesar adalah di Kecamatan

Perbaungan yaitu sebesar 895 jiwa/km2. Sedangkan Kecamatan dengan kepadatan

penduduk yang terkecil adalah Kecamatan Kotarih 102 jiwa/km2. Dengan rata-

rata kepadatan penduduk di Kabupaten Serdang Bedagai sebanyak 18 jiwa / km2.

Ditinjau dari segi persebaran penduduk, jumlah penduduk terbesar adalah

di Kecamatan Perbaungan yaitu sebesar 99.936 jiwa atau sebesar 16,89 % dari

seluruh penduduk Kabupaten Serdang Bedagai. Jumlah penduduk terendah ada di

Kecamatan Kotarih yaitu sebesar 7.975 jiwa atau 1,34 %.

Persentase penduduk yang paling tinggi adalah Kecamatan Perbaungan

yaitu sebesar 16,89 %, persentase penduduk terendah ada di Kecamatan Kotarih

yaitu sebesar 1,34 % dari seluruh penduduk di 17 kecamatan Kabupaten Serdang

Bedagai.

Universitas Sumatera Utara

Page 76: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

179

5.1.2.2. Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin

Umur dan jenis kelamin merupakan karakteristik penduduk yang pokok,

struktur ini mempunyai pengaruh penting baik terhadap tingkah laku demografis

maupun sosial ekonomi. Dalam demografis distribusi umur penduduk dapat

digolongkan menurut lima tahunan, hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.8.

Tabel 5.8. Banyaknya Penduduk Kabupaten Serdang Bedagai Menurut

Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010.

Umur

(Tahun)

Laki-Laki

(Jiwa)

Perempuan

(Jiwa)

Jumlah

(Jiwa)

0-4 33.647 31.431 65.078

5-9 33.319 31.639 64.958

10-14 31.988 30.018 62.006

15-19 27.895 26.032 53.927

20-24 23.792 22.956 46.748

25-29 25.031 25.038 50.069

30-34 22.330 22.273 44.603

35-39 20.552 21.018 41.570

40-44 19.786 19.699 39.485

45-49 17.159 18.225 35.384

50-54 15.086 14.910 29.996

55-59 10.488 10.458 20.946

≥60 17.541 22.072 39.613

Jumlah 298.614 295.769 594.383

Sumber : Badan Pusat Statistik 2011.

Dari Tabel 5.8 diketahui bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak

dari jumlah penduduk perempuan, yaitu berjumlah 298.614 jiwa, dari total jumlah

penduduk sebesar 594.383 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki terbanyak adalah

yang berumur 0-4 tahun, yaitu berjumlah 33.647 jiwa, dan jumlah penduduk laki-

laki yang terkecil adalah yang berumur 55-59, yaitu berjumlah 10.488 jiwa. Dari

total jumlah penduduk seluruhnya laki-laki sebesar 594.383 jiwa. Sedangkan

penduduk perempuan yang terbanyak adalah yang berumur 5-9 tahun, yaitu

berjumlah 31.639 jiwa, dan penduduk perempuan yang terkecil adalah yang

berumur 55-59 tahun, yaitu berjumlah 10.458 jiwa. Dari total jumlah penduduk

Universitas Sumatera Utara

Page 77: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

180

perempuan seluruhnya sebesar 295.769 jiwa. Jika dilihat jumlah penduduk

seluruhnya dari kelompok umur yang paling besar jumlahnya adalah pada umur

0-4 tahun sebesar 65.078 jiwa, sedangkan yang paling kecil dari kelompok umur

yang paling kecil jumlahnya adalah pada umur 55-59 tahun sebesar 20.946 jiwa.

Untuk melihat perbandingan persentase dari jumlah penduduk antara laki-

laki dengan perempuan dimana penduduk laki-laki sebesar 50,24 % lebih besar

dibandingkan dengan persentase penduduk perempuan sebesar 49,76 %, hal ini

dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Gambar 5.1. Penduduk Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010.

Dilihat dari kelompok umur, persentase penduduk usia 0-14 tahun sebesar

32,31 persen, 15,59 tahun sebesar 61,03 %, dan ≥ 60 tahun ke atas sebesar 6,66 %

yang berarti jumlah penduduk usia produktif lebih besar dibandingkan usia non

produktif dengan rasio beban ketergantungan sebesar 63,86 artinya setiap 100

orang penduduk usia produktif menanggung 64 orang penduduk usia non

produktif.

Perempuan

49.76 %

Laki-Laki

50.24 %

Universitas Sumatera Utara

Page 78: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

181

Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin merupakan variabel

penting dalam demografi. Hampir semua pembahasan mengenai masalah

kependudukan melibatkan variabel umur dan jenis kelamin penduduk. Struktur

umur penduduk antar daerah satu dengan daerah lain tidak sama. Struktur umur

penduduk dipengaruhi oleh tiga variabel demografi, yakni kelahiran, kematian,

dan migrasi. Faktor-faktor sosial ekonomi di satu daerah akan mempengaruhi

struktur umur penduduk lewat ketiga variabel tersebut.

Gambar 5.2. Komposisi Penduduk Kabupaten serdang Bedagai Menurut

Kelompok Umur Tahun 2009.

Struktur umur penduduk akan terlihat lebih sederhana untuk dianalisis jika

dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu 0-14 tahun, 15-59 tahun, dan

≥ 60 tahun.

Suatu wilayah dikatakan mempunyai struktur umur muda jika proporsi

penduduk usia 0-14 tahun lebih dari 30 persen, sementara proporsi kelompok

umur usia ≥ 60 tahun keatas kurang atau sama dengan 5 persen. Sebaliknya suatu

struktur umur penduduk dikatakan tua jika proporsi penduduk usia 0-14 tahun

32,31%

61,03%

6,66%

0-14

15-59

≥60

Universitas Sumatera Utara

Page 79: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

182

kurang dari atau sama dengan 30 persen, sementara proporsi kelompok usia ≥ 60

tahun lebih atau sama dengan 5 persen.

Dari hasil SUSENAS 2009 dapat disimpulkan bahwa struktur umur

kabupaten serdang Bedagai dapat dikatakan muda, dimana persentase penduduk

kelompok umur 0-14 tahun sebesar 32,31 persen sedangkan persentase penduduk

kelompok umur ≥ 60 tahun ke atas mencapai 6,66 persen.

5.1.2.3. Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia suatu potensi yang ada dalam diri seseorang yang

dapat berguna untuk menyokong suatu organisasi atau perusahaan sesuai dengan

keterampilan atau kemampuan yang dimiliki. Adapun pengertian sumber daya

manusia adalah :

1. Sumber daya manusia adalah manusia yang bekerja di lingkungan suatu

organisasi (disebut juga personil, tenaga kerja, pekerja atau karyawan).

2. Sumber daya manusia adalah potensi manusiawi sebagai penggerak

organisasi dalam mewujudkan eksistensinya.

3. Sumber daya manusia adalah potensi yang merupakan aset dan berfungsi

sebagai modal (non material/non finansial) didalam organisasi bisnis, yang

dapat diwujudkan menjadi potensi nyata (real) secara fisik dan non fisik

dalam mewujudkan eksistensi organisasi (Nawawi, 1997).

a. Pendidikan

Salah satu amanat yang diemban pemerintah menurut UUD 1945 adalah

upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sejauh mana amanat ini

dilaksanakan tercermin antara lain dari profil pendidikan penduduk yang akan

dibahas secara singkat dalam uraian berikut yang menyajikan gambaran umum

Universitas Sumatera Utara

Page 80: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

183

mengenai kemampuan baca tulis penduduk, tingkat pendidikan (formal) yang

dicapai, status pendidikan, dan kemampuan berbahasa Indonesia.

Tabel 5.9. Banyaknya Penduduk Yang Menamatkan Pendidikan Di Kabupaten

Serdang Bedagai Menurut Jenis Kelamin Dan Persentase Tahun 2010.

No Pendidikan

Yang

Ditamatkan

Laki-Laki

(%)

Perempuan

(%)

Laki-Laki+Perempuan

(%)

1. Tidak Punya

Ijazah 20,29 24,49 22,39

2. Sekolah Dasar 29,89 29,24 29,56

3. SMP 22,20 23,14 22,67

4. SMA 24,70 19,42 22,06

5. Diploma I.II 0,56 0,58 0,57

6. Diploma III /

Akademi 0,36 0,56 0,46

7. Diploma IV /

SI 2,00 2,57 2,29

Jumlah 100 100 100

Sumber : Badan Pusat Statistik 2011

Dari Tabel 5.9 dapat dilihat bahwa penduduk di kabupaten Serdang

Bedagai paling banyak menamatkan tingkat pendidikan Sekolah Dasar dengan

persentase sebesar 29,56 % sedangkan tingkat pendidikan yang paling sedikit

ditamatkan oleh penduduk Kabupaten Serdang Bedagai adalah jenjang pendidikan

Diploma III/ Akademi dengan persentase 0,46 %.

Tabel 5.10. Banyaknya Jenis Sekolah Di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun

2010.

No Jenis Sekolah Jumlah Sekolah (Unit)

1. Sekolah Dasar 458

2. SMP 84

3. SMA 40

4. Kejuruan 29

Jumlah 611 Sumber : Badan Pusat Statistik 2011.

Dari Tabel 5.10 dapat dilihat bahwa pada tahun 2010, Kabupaten Serdang

Bedagai memiliki 458 sekolah dasar, 84 sekolah menengah pertama, 40 sekolah

Universitas Sumatera Utara

Page 81: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

184

menengah atas dan 29 Sekolah Menegah Kejuruan. Penyediaan fasilitas

pendidikan ini bukan hanya disediakan oleh pemerintah, tetapi telah melibatkan

peran serta pihak swasta, yang menunjukkan kepedulian yang sudah terjalin

melalui penyediaan fasilitas pendidikan.

Tabel 5.11. Banyaknya Murid Sekolah Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010.

No Jenis Sekolah Jumlah Murid Sekolah (JIwa)

1. Sekolah Dasar 79.294

2. SMP 23.166

3. SMA 11.122

4. Kejuruan 7.354

Jumlah 120.936 Sumber : Badan Pusat Statistik 2011.

Berdasarkan Tabel 5.11 bahwa murid terbanyak berdasarkan tingkat

pendidikan adalah tingkat SD dengan jumlah 79.294 murid. Sedangkan jumlah

murid paling sedikit adalah tingkat kejuruan dengan jumlah 7.354 murid.

Tabel 5.12. Banyaknya Guru Di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010.

No Jenis Sekolah Guru Negeri

(Jiwa)

Guru Swasta

(JIwa)

Jumlah Guru

(Jiwa)

1. Sekolah Dasar 4658 261 4919

2. SMP 1092 676 1768

3. SMA 608 399 1007

4. Kejuruan 94 420 514

Jumlah 6452 1756 8208 Sumber : Badan Pusat Statistik 2011.

Berdasarkan Tabel 5.12 bahwa untuk pendidikan dasar keberadaan guru

negeri mendominasi guru pegawai negri sipil. Dari 4.919 guru di Sekolah Dasar,

sebanyak 4,658 orang merupakan guru Pegawai Negri Sipil pada sekolah dasar

Universitas Sumatera Utara

Page 82: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

185

negeri dan sebanyak 261 orang merupakan guru swasta pada sekolah dasar yang

dikelola oleh pihak swasta.

Untuk pendidikan menengah pertama, dari 1.768 guru di Sekolah

Menengah Pertama, sebanyak 1.092 orang merupakan guru Pegawai Negri Sipil

pada sekolah menengah pertama negeri dan sebanyak 676 orang merupakan guru

swasta pada sekolah menengah pertama yang dikelola oleh pihak swasta..

Untuk pendidikan menengah atas, dari 1007 guru di Sekolah Menengah

Atas, sebanyak 608 orang merupakan guru Pegawai Negri Sipil pada sekolah

menengah atas negeri dan sebanyak 399 orang merupakan guru pada sekolah

menengah atas swasta.

Untuk pendidikan menengah kejuruan, dari 514 guru di sekolah Menengah

Kejuruan, sebanyak 94 orang merupakan guru Pegawai Negri Sipil pada sekolah

menengah kejuruan negeri dan sebanyak 420 orang merupakan guru pada sekolah

menengah kejuruan swasta. Jumlah guru pegawai negeri sipil yang mengajar

pada Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan

Kejuruan Negeri adalah sebanyak 6.452 orang, sedangkan jumlah guru yang

mengajar pada Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah

Atas dan Kejuruan Swasta adalah sebanyak 1.756 orang. Dari jumlah guru yang

mengajar di Kabupaten Serdang Bedagai seluruhnya adalah 8.208 orang.

b. Tenaga Kerja

Jumlah penduduk Kabupaten Serdang Bedagai yang merupakan angkatan

kerja sebanyak 302.400 orang, terdiri dari 283.291 orang berstatus bekerja dan

19.109 orang yang menganggur. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.13.

Universitas Sumatera Utara

Page 83: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

186

Tabel 5.13. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Status Pekerjaan

Utama dan Pendidikan yang Ditamatkan Tahun 2010.

Status Pendidikan yang Ditamatkan

Pekerjaan utama

SD SLTP SLTA

Kebawah Keatas Jumlah

Angkatan Kerja

a. Bekerja 123.669 72.390 87.232 283.291

b. Penganggur 2.682 6.390 10.067 19.109

Jumlah 126.351 78.750 97.299 302.400

Sumber : Sakernas Agustus 2011.

Dari Tabel 5.13 terdapat penduduk berumur 15 tahun keatas angkatan

kerja yang terbanyak berpendidikan tamatan SD sebesar 126.351 jiwa yang

terkecil berpendidikan tamatan SLTP sebesar 78.750 jiwa, dari jumlah seluruh

angkatan kerja sebanyak 302.400 jiwa.

Penduduk yang bekerja yang terbanyak berpendidikan tamatan SD sebesar

123.669 jiwa yang terkecil berpendidikan tamatan SLTP sebesar 72.390 jiwa. dari

jumlah seluruh bekerja sebanyak 283.291 jiwa. Sedangkan penduduk yang

menganggur yang terbanyak berpendidikan tamatan SMA sebesar 10.067 jiwa dan

yang terkecil berpendidikan tamatan SD sebesar 2.682 jiwa dari jumlah

pengangguran sebanyak 19.109 jiwa. Penduduk angkatan kerja yang terbanyak

berpendidikan tamatan SD sebesar 126.351 jiwa yang terkecil berpendidikan

tamatan SLTP sebesar 78.750 jiwa.

c. Pencurahan Tenaga Kerja

Tenaga kerja (ketenagakerjaan) adalah sumber daya manusia yang

memiliki potensi, kemampuan, yang tepat guna, berdaya guna, berpribadi dalam

kategori tertentu untuk bekerja dan berperan serta dalam pembangunan, sehingga

berhasil guna bagi dirinya dan masyarakat secara keseluruhan (Hamalik, 2000).

Universitas Sumatera Utara

Page 84: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

187

Penggunaan tenaga kerja dapat dinyatakan sebagai curahan tenaga kerja. Curahan

tenaga kerja adalah besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai. Ukuran tenaga

kerja dapat dinyatakan dalam Hari Orang Kerja (HOK). Satuan ukuran yang

dipergunakan untuk menghitung besarnya tenaga kerja adalah satuan HOK atau

sama dengan satu Hari Kerja Pria (HKP), yaitu jumlah kerja yang dicurahkan

untuk seluruh proses produksi yang diukur dengan ukuran kerja pria. Untuk

menyetarakan, dilakukan konversi berdasarkan upah di daerah penelitian

(Rahim dan Diah. 2008).

Tohir (1983) menyatakan bahwa tenaga kerja dibagi menjadi dua, yaitu

tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja dalam

keluarga banyak dipakai dalam usahatani skala kecil, pembagian kerja dalam

keluarga didasarkan atas tradisi dan perbedaan-perbedaan fisik.

Pemakaian tenaga kerja luar keluarga berkaitan erat dengan besarnya

usaha. Setiap usaha pertama-tama mengerahkan tenaga kerja keluarga, setelah

dirasa tidak mencukupi maka diambil tenaga kerja luar keluarga. Hernanto (1993)

menyatakan bahwa tenaga kerja luar hanya sebagai bantuan, khususnya untuk

kegiatan atau pekerjaan yang membutuhkan tenaga lebih dari potensi tenaga kerja

yang dimiliki petani.

Disamping penggunaan lahan dan rotasi tanaman, perlu direncanakan

peng-gunaan tenaga kerja, apakah tenaga kerja keluarga yang tersedia bisa

memenuhi kebutuhan. Jika tenaga kerja yang dibutuhkan lebih besar dari potensi

tenaga kerja keluarga yang tersedia maka petani harus menganggarkan seberapa

besar kebutuhan tenaga kerja luar keluarga yang diperlukan. Hal ini

Universitas Sumatera Utara

Page 85: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

188

mempengaruhi perhitungan biaya usahatani karena tenaga kerja luar keluarga

harus di beri upah (Suratiyah, 2009).

Tabel 5.14. Banyaknya Penduduk Yang Bekerja Berumur Diatas 15 Tahun

Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Dan Jenis Kelamin

Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010.

Lapangan Pekerjaan

Utama

Laki-Laki

(jiwa)

Perempuan

(jiwa)

Jumlah

(jiwa)

Pertanian 74.490 41.624 116.114

Industri 47.091 16.189 63.280

Jasa 43.610 63.421 107.031

Jumlah 165.191 121.234 286.425

Sumber : Badan Pusat Statistik 2011.

Dari Tabel 5.14 menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan

penyerap tenaga kerja yang terbanyak dengan jumlah 116.114 jiwa, dari jumlah

keselurahan tenaga kerja. Dan penyerap tenaga kerja yang sedikit, adalah di sektor

industri dengan jumlah 63.280 jiwa, dari jumlah keselurahan tenaga kerja. Dan

jumlah pekerja terbanyak, berjumlah 74.490, jiwa adalah laki-laki disektor perta-

nian, dari jumlah keselurahan tenaga kerja laki-laki yaitu 165.191 jiwa sedangkan

jumlah pekerja paling sedikit berjumlah 16.189 jiwa adalah perempuan disektor

industri dari jumlah keselurahan tenaga kerja perempuan yaitu 121.234 jiwa.

5.1.3. Kondisi Sarana Dan Prasarana Pertanian

Tabel 5.15. Jumlah Traktor Menurut Jenisnya di Kabupaten Serdang Bedagai

Tahun 2010.

No. Jenis Traktor Tenaga (PK) Jumlah (unit)

1 Traktor Besar

Trakror Sedang

Traktor Mini

Traktor Tangan

>50 PK 11

2 20-50 PK 10

3 <20 PK 14

4 <15 PK 1.753

Jumlah 1.788

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai 2011.

Universitas Sumatera Utara

Page 86: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

189

Dari Tabel 5.15 jumlah traktor terbanyak di Kabupaten Serdang Bedagai

adalah jenis Traktor Tangan (<15 PK) sebanyak 1.753 unit sedangkan jenis traktor

sedang (20-50 PK) merupakan jumlah yang paling sedikit sebesar 10 unit dari

jumlah seluruhnya 1.788 unit.

Tabel 5.16. Jumlah Pompa Air Menurut Jenisnya di Kabupaten Serdang

Bedagai Tahun 2010.

No. Jenis Pompa Air Jumlah (unit)

1 Pompa Air 2”

Pompa Air 3”

Pompa Air 4”

Pompa Air 6”

186

2 236

3 207

4 26

Jumlah 655 Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai 2011.

Dari Tabel 5.16 jumlah pompa air yang terbanyak di Kabupaten Serdang

Bedagai adalah jenis Pompa Air 3” dengan jumlah 236 unit sedangkan yang

paling sedikit adalah jenis Pompa Air 6” dengan jumlah 26 unit.

Tabel 5.17. Jumlah Prasarana di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010.

No. Jenis Pompa Air Jumlah (unit)

1 Power Thresser

Penggilingan Padi

Rice Milling Unit (RMU)

Corn Seller

616

2 183

3 54

4 27

5 Kios Saprodi 179

6 Kontainer 13

Jumlah 1072

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai. 2011

Dari Tabel 5.17 dapat dilihat prasarana pertanian di Kabupaten Serdang

Bedagai adalah Power Thresser sebanyak 616 unit, Penggilingan Padi sebanyak

183 unit, Kios Saprodi sebanyak 179 unit, Rice Milling Unit (RMU) sebanyak 54

unit, Corn Seller sebanyak 27 unit dan Kontainer sebanyak 13 unit dari jumlah

seluruhnya 1072 unit.

Universitas Sumatera Utara

Page 87: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

190

5.1.4. Penyuluh Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai Per Kecamatan

Penyuluhan pertanian adalah suatu pendidikan luar sekolah yang ditujukan

kepada para petani beserta keluarganya. Proses pendidikan terjadi karena adanya

proses komunikasi berjalan dua arah yaitu antara penyuluh sebagai narasumber,

keluarga tani sebagai sasaran dan begitu sebaliknya, apabila dalam proses

komunikasi ini kita kenal saluran atau chanel sebagai salah satu unsurnya, maka

dalam penyuluhan saluran ini merupakan metoda penyuluhan.

Metoda penyuluhan adalah cara penyampaian materi penyuluhan pertanian

melalui media komunikasi oleh penyuluh kepada petani beserta keluarganya agar

bisa dan membiasakan diri menggunakan teknologi baru termasuk media komu-

nikasi antara lain : radio, telepon, HP, internet, facebook, telegrap, surat kabar.

Kegiatan penyuluh dalam pembangunan pertanian berperan sebagai

jembatan yang menghubungkan sumber dengan petani. Sistem kerja pada kegiatan

penyuluhan dikenal dengan Sistem Keja Latihan dan Kunjungan (LAKU). Sistem

kerja ini adalah adanya kunjungan yang rutin dan regular seorang Penyuluh

Pertanian Lapangan kepada kelompok tani dalam rangka ahli pengetahuan dan

keterampilan kepada para petani dan beserta seluruh anggota keluarganya

(Suhardiyono,1992).

Universitas Sumatera Utara

Page 88: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

191

Dari Tabel 5.18 dapat dilihat bahwa di BP3K Pematang Sponam yang

meliputi Kecamatan Perbaungan, Pegajahan, dan Pantai Cermin memiliki PPL

yang terbanyak dengan jumlah 39 orang PPL sedangkan yang terkecil terdapat di

Tabel 5.18. Data Penyuluh Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai Per Kecamatan

Tahun 2010.

Tempat Tugas Kecamatan

Jabatan ( Orang )

Status

Kepegawaian

( Orang )

Ka.

BP3K KJF PPL PNS THL-TB

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. BP3K Sei Rejo

1 2 30 2 28

Sei Rampah - - 9 - 9

Sei Bamban - - 10 1 9

Teluk Mengkudu - - 11 1 10

2. BP3K Pematang

sponam

1 5 39 8 31

Perbaungan - - 18 3 16

Pengajahan - - 8 1 7

Pantai Cermin - - 12 4 8

3. BP3K Berohol

1 3 20 7 13

Tebing Tinggi - - 7 4 3

Tebing

Syahbandar

- - 4 - 4

Dolok Merawan - - 2 1 1

Sipispis - - 7 2 5

4. BP3K Dolok

Masihul

1 4 35 2 33

Dolok Masihul - - 17 2 15

Serbajadi - - 6 - 6

Kotarih - - 4 - 4

Bintang Bayu - - 4 - 4

Silinda - - 4 - 4

5. BP3K Tanjung

Beringin

1 3 14 6 4

Tanjung Beringin - - 8 4 4

Bandar Khalipah - - 6 2 4

6. KJF Kabupaten

- 12 - - -

Jumlah/Total 5 29 138 25 113 Sumber : Badan Pelaksanaan Penyuluh Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Kab. Serdang Bedagai

2011.

Universitas Sumatera Utara

Page 89: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

192

BP3K Tanjung Beringin yang meliputi Kecamatan Tanjung Beringin dan

Kecamatan Bandar Khalipah sebanyak 14 orang PPL.

Tabel 5.19. Data Jumlah Penyuluh Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai Per

Kecamatan Tahun 2010.

No Kecamatan PNS THL-TB Total Penyuluh

(Jiwa) (Jiwa) (Jiwa)

1 Kotarih 2 5 7

2 Dolok Masihul 2 15 17

3 Sipispis 2 5 7

4 Dolok Merawan 1 1 2

5 Tebing Tinggi 3 3 6

6 Bandar Khalifah 2 4 6

7 Tanjung Beringin 3 6 9

8 Teluk Mengkudu 1 10 11

9 Sei Rampah 1 9 10

10 Perbaungan 2 17 19

11 Pantai Cermin 4 8 12

12 Silinda 1 4 5

13 Bintang Bayu 4 4 8

14 Serba Jadi - 6 6

15 Tebing Syahbandar 2 1 3

16 Sei Bamban 1 8 9

17 Pegajahan 1 6 7

Jumlah 32 112 144 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2011.

Dari Tabel 5.19. dapat dilihat bahwa jumlah penyuluh Pegawai Negeri

Sipil (PNS) terbanyak berada di Kecamatan Pantai Cermin dan Bintang Bayu,

yaitu sebanyak 4 jiwa. Jumlah penyuluh Tenaga Harian Lepas (THL) terbanyak

berada di Kecamatan Perbaungan, yaitu sebanyak 17 jiwa. Jumlah keseluruhan

penyuluh terbanyak berada di Kecamatan Perbaungan yaitu sebanyak 19 jiwa dan

jumlah penyuluh yang paling sedikit berada di Kecamatan Dolok Merawan yang

berjumlah 2 jiwa.

Universitas Sumatera Utara

Page 90: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

193

5.2. Perencanaan Tata Ruang

5.2.1. Jangka Waktu Perencanaan

Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang

maka RTRW Kabupaten Serdang Bedagai memiliki jangka waktu 10 (sepuluh)

tahun yaitu dari tahun 2006 – 2016 yang dibagi dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan

pembangunan yakni program pembangunan untuk 5 (lima) tahun pertama dan

program pembangunan 5 (lima) tahun kedua.

Maksud dan Tujuan Penetapan Rencana Pembangunan Kabupaten Serdang

Bedagai adalah untuk memberikan arah dan pedoman penyelenggaraan

pemerintahan, pengelolaan pembangunan, dan penyampaian pelayanan kepada

masyarakat di Kabupaten Serdang Bedagai dengan tujuan untuk mewujudkan

kehidupan yang lebih demokratis, berkeadilan sosial, serta melindungi hak azasi

manusia, menegakkan supremasi hukum dalam tatanan masyarakat yang

beragama, beradab, berakhlak mulia, mandiri, bebas, maju dan sejahtera untuk

kurun waktu lima tahun ke depan dalam prinsip-prinsip penyelenggaraan tata

pemerintahan yang baik (good governance).

5.2.2. Rencana Tahapan Pembangunan

a. Pengawasan

Kegiatan pengawasan terhadap pemanfaatan ruang diselenggarakan dalam

bentuk pelaporan, pemanfaatan dan evaluasi. Kegiatan ini dilakukan sebagai

upaya menjaga tercapainya kesesuaian pemanfaatan ruang dengan RTRW

Kabupaten Serdang Bedagai 2006-2016.

b. Penertiban

Universitas Sumatera Utara

Page 91: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

194

Penertiban terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana

tata ruang diselenggarakan dalam bentuk pengenaan sanksi sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bentuk sanksi yang dikenakan

adalah sanksi administrasi, perdata, dan pidana. Pengenaan sanksi dilakukan

berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang sanksi baik pelanggaran maupun

kejahatan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

RTRW Kabupaten Serdang Bedagai berbentuk rencana struktur dan pola

pemanfaatan ruang sehingga belum memuat secara langsung pemberian perijinan

pembangunan. Oleh karena itu, tindakan penertiban dengan pengenaan sanksi

harus mengacu pada rencana tata ruang yang lebih rinci dan atau pedoman

penataan ruang dan bangunan sesuai dengan penggunaannya sebagai acuan

operasional pelayanan perijinan pemanfaatan ruang, namun dengan tetap

memperhatikan rencana struktur dan arahan yang ditetapkan di dalam RTRW

Kabupaten Serdang Bedagai.

c. Perijinan Pemanfaatan Ruang

Perijinan dimaksudkan sebagai konfirmasi atas pemanfaatan ruang dalam

proses pengendalian. Perijinan harus disesuaikan dengan tingkat rencana tata

ruang yang diacu, seperti ijin prinsip, ijin perencanaan, IMB, ijin UUG/HO,

AMDAL, ijin tetap, ijin usaha, dan ijin tempat usaha.

Perijinan yang terkait langsung dengan pemanfaatan ruang adalah ijin

lokasi, ijin perencanaan, dan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB). Jenis ijin dan atau

pertimbangan kelayakan lingkungan adalah Ijin Undang-Undang Gangguan

(IUUG/HO), dan atau Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL),

sedang perijinan sektoral yang terkait dengan legalitas usaha atau investasi, yaitu

Universitas Sumatera Utara

Page 92: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

195

ijin prinsip, tetap, dan usaha. Seringkali berbagai perijinan secara bersama-sama

diterapkan dan diintegrasikan ke dalam proses perijinan pertanahan, mulai dari

ijin lokasi hingga prosedur pengajuan/pemberian hak atas tanah (Hak Guna

Bangunan, Hak Guna Usaha, dan atau Hak Milik).

Sesuai dengan jenjang dan skala RTRW yang ada, pada dasarnya dapat

ditegaskan bahwa RTRW yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk menerbitkan

suatu jenis ijin dalam pemanfaatan ruang adalah RRTRW di tingkat Kecamatan

dan atau RRTRW Kawasan Fungsional beserta jenjang berikutnya yang lebih

rinci dengan skala yang lebih besar. Sesuai dengan hirarki rencana tata ruang,

penerbitan ijin dalam pemanfaatan ruang harus mengacu pada RTRW

Kabupaten/Kota dan rencana yang lebih rinci, yaitu :

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRWK) dengan skala

1:50.000–1:20.000, digunakan sebagai acuan penerbitan perijinan lokasi

peruntukan ruang untuk suatu kegiatan

Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah (RRTRW) Kecamatan dengan skala

1:10.000–1:5.000, digunakan sebagai acuan penerbitan perijinan perencanaan

pembangunan (planning permit) bangunan dan bukan bangunan

Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah (RRTRW) Sub Kawasan dengan skala

1:1.000–1:500, digunakan sebagai acuan penerbitan perijinan tata letak dan

rancang bangunan/bukan bangunan, termasuk Ijin Mendirikan Bangunan

(IMB).

5.2.3. Pemanfaatan Lahan Pertanian di Kabupaten Serdang Bedagai

Kabupaten Serdang Bedagai belum mengesahkan RTRW dan pada bulan

Juni 2011 masih dibahas di Kementerian PU. Total luas sawah adalah 40.588 ha

Universitas Sumatera Utara

Page 93: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

196

dan luas sawah irigasi teknis 35.000 ha yang potensial untuk LP2B. Produksi

gabah tahun 2010 sebanyak 225.000 ton atau surplus sebanyak 81.000 ton

(Kabupaten Serdang Bedagai 2011). Saat ini Kabupaten Serdang Bedagai tidak

bisa lagi memperluas lahan sawah.

Konversi lahan sawah relatif kecil karena sebagian besar wilayah

Kabupaten Serdang Bedagai masih merupakan kawasan perdesaan dibanding

Kabupaten Deli Serdang. Sawah yang kekurangan air irigasi sebagian dikonversi

ke sawit dengan laju rata-rata sekitar 2,5% per tahun. Tahun 2009 ada konflik

pemilikan lahan antara PTPN III dengan masyarakat, tetapi sekarang sudah selesai

dan dimenangkan PTPN III. Tantangan konversi lahan adalah pembangunan jalan

tol dari Kualanamu–Tebing Tinggi (80 km). Di samping itu juga, perlu

diantisipasi dampak pembangunan Bandara Kualanamu yang akan mengubah

sebagian wilayah kabupaten ini menjadi kawasan industri atau kawasan

penyangga bagi Kabupaten Deli Serdang. Saran untuk mengatasi konversi lahan

antara lain: lahan sawah mendapat irigasi yang mencukupi dan saluran irigasi

dipelihara dengan baik. Di samping itu, harga input (pupuk dan pestisida) harus

terjangkau oleh petani, ketersediaan pupuk terjamin, harga gabah terjamin, dan

penegakan hukum untuk mempertahankan LP2B.

Tabel 5.20. Luas Lahan Sawah Irigasi Di Kabupaten Serdang Bedagai

Tahun Luas (Ha)

2008 35.673,00

2009 35.673,00

2010 35.378,00

2011 34.148,00

2012 30.208,53

Sumber : Badan Pusat Statistik

Universitas Sumatera Utara

Page 94: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

197

Gambar 5.3. Luas Lahan Sawah Irigasi Di Kabupaten Serdang Bedagai

Pada Gambar 2. Terlihat bahwa luas lahan sawah irigasi di kabupaten

Serdang Bedagai mengalami penurunan secara berturut-turut selama 4 tahun yaitu

mulai tahun 2009-2012, sedangkan di tahun 2008-2009 tidak mengalami

penurunan maupun kenaikan melainkan tetap.

5.3. Perencanaan Pembangunan Pertanian Padi Sawah

5.3.1. Kebijakan Penerapan Mekanisme Pemberian Insentif Dan Disinsentif

Untuk Mempertahankan Lahan Pertanian Berkelanjutan

Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan berdasarkan Peraturan Pemerintah

No. 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan adalah bidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan

dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi keman-

dirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional. Alih Fungsi Lahan Pertanian

Pangan Berkelanjutan adalah perubahan fungsi Lahan Pertanian Pangan Berke-

anjutan menjadi bukan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan baik secara tetap

maupun sementara.

35,673.00 35,673.0035,378.00

34,148.00

30,208.53

29,000.00

30,000.00

31,000.00

32,000.00

33,000.00

34,000.00

35,000.00

36,000.00

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Luas (Ha)

Luas (Ha)

Universitas Sumatera Utara

Page 95: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

198

Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan

Pertanian Pangan Berkelanjutan, diantaranya mengatur mengenai pemberian

insentif dan disinsentif kepada petani pangan. Pemerintah menerbitkan Peraturan

Pemerintah Nomor 12 Tahun 2012 tentang insentif perlindungan lahan pertanian

pangan berkelanjutan. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah bidang

lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan secara

konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan

kedaulatan pangan nasional. Petani Pangan adalah setiap warga negara Indonesia

beserta keluarganya yang mengusahakan lahan untuk komoditas pangan pokok di

Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai

dengan peran dan fungsinya masing-masing memberikan Insentif Perlindungan

Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan kepada Petani dengan jenis berupa:

bantuan dana penerbitan sertifikat hak atas tanah pada lahan pertanian pangan

berkelanjutan, bantuan keringanan PBB, jaminan penerbitan sertipikat hak atas

tanah pada lahan pertanian pangan berkelanjutan, kemudahan dalam mengakses

informasi dan teknologi, pembiayaan penelitian dan pengembangan benih dan

varietas unggul. Pengembangan infrastruktur pertanian. Penghargaan bagi petani

berprestasi. Penyediaan sarana dan prasarana produksi pertanian. Pemerintah

Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota memberikan Insentif kepada Petani

berdasarkan pertimbangan. Tipologi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

Kesuburan tanah. Luas tanam minimal 25 (dua puluh lima) hektar dalam satu

hamparan. Irigasi. Tingkat fragmentasi lahan. Produktivitas usahatani. Lokasi.

Kolektivitas usaha pertanian; dan/atau. Praktik usahatani ramah lingkungan.

Universitas Sumatera Utara

Page 96: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

199

Bagi Petani Penerima Insentif Diwajibkan Untuk: Memanfaatkan lahan sesuai

peruntukannya, menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah. Mencegah

kerusakan lahan. Memelihara kelestarian lingkungan.

Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota

Pencabutan Insentif. Kepada petani berdasarkan pertimbangan dimana petani

tidak memenuhi kewajiban perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

Petani tidak mentaati norma, standar, prosedur, dan kriteria pemberian Insentif

dan/atau lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan telah dialihfungsikan.

5.3.1.1. Program Pemerintah untuk Sektor Pertanian Padi

Untuk mendukung perkembangan di sektor pertanian, Pemerintahan

Kabupaten Serdang Bedagai telah melakukan beberapa upaya untuk membantu

petani dalam meningkatkan kesejahteraan melalui beberapa program yaitu:

Peningkatan pemasaran hasil pertanian. Meningkatkan produksi hasil pertanian.

Penyebaran informasi pengendalian OPT mendukung swasembada beras.

Pengadaan bahan kimia. Pameran pasar pertanian promosi. Peningkatan

kesejahteraan petani. Meningkatkan kemampuan penggunaan teknologi

pertanian. Peningkatan ketahanan pangan pertanian dan perkebunan.

5.3.1.2. Kondisi Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai

Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu daerah yang memiliki

potensi tanaman pangan khususnya padi dan palawija di Sumatera Utara,

Hasil pertanian tanaman pangan merupakan komoditi yang sangat strategis

karena menyangkut kebutuhan pokok masyarakat. Mengingat sebagian besar

penduduk mencari nafkah dari sektor pertanian dan sasaran pembangunan perta-

nian untuk meningkatkan pendapatan petani, maka pemerintah Kabupaten

Universitas Sumatera Utara

Page 97: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

200

Serdang Bedagai merasa penting untuk meningkatkan Program Pembangunan

Pertanian. Agar pembangunan pertanian benar-benar tepat sasaran dan efisien

diperlukan data dan informasi yang lengkap dan akurat. Karena digunakan sejak

dari proses perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian.

5.3.1.3. Daerah Irigasi

Di kabupaten Serdang Bedagai ada tiga kewenangan pengelolaan daerah

irigasi yaitu Pemerintahan Pusat, Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara, dan

Pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai. Daerah Irigasi yang menjadi

kewenangan Pemerintah Pusat memiliki luas sebesar 19.022 Ha, sedangkan

Pemerintahan Provinsi Sumut sebesar 7.323 Ha, dan Pemerintahan Kabupaten

Serdang Bedagai sebesar 11.746 Ha. Total jumlah keseluruhan luas daerah irigasi

di Kabupaten Serdang Bedagai adalah sebesar 38.091 Ha..

5.3.1.4. Lahan Sawah

Lahan merupakan salah satu faktor produksi. Lahan sawah pada Tahun

2010 di Kabupaten Serdang Bedagai mengalami penurunan sebesar 3,29 %

dibandingkan dengan total lahan sawah tahun 2009. Hal ini terjadi karena adanya

alih fungsi lahan sawah menjadi lahan kebun, ladang/huma dan lahan perkebunan.

Bila dilihat dari kedua jenis lahan sawah Tahun 2010 yaitu lahan sawah

irigasi dan lahan sawah non irigasi, maka lahan sawah irigasi memiliki kontribusi

terbesar yaitu sebesar 99,88 %, sedangkan lahan sawah non irigasi hanya sebesar

0,12 %. Terjadinya penurunan pada lahan sawah non irigasi yaitu sebesar

99,85 %, sedangkan pada lahan sawah irigasi pada umumnya mengalami

penurunan yaitu sebesar 0,97 % bila dibandingkan tahun 2009, kecuali pada lahan

Universitas Sumatera Utara

Page 98: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

201

irigasi teknis sedikit mengalami peningkatan sebesar 10,67 % atau sebesar

320 Ha.

5.3.1.5. Lahan Sawah Irigasi

Lahan sawah irigasi yang diusahakan tanaman padi di Kabupaten Serdang

Bedagai selama dua tahun terakhir ini secara umum mengalami penurunan. Tahun

2010 lahan sawah irigasi yang efektif digunakan sebesar 35.378 Ha atau

mengalami penurunan sebesar 14,52 % bila dibandingkan dengan lahan sawah

irigasi yang diusahakan tanaman padi pada tahun 2009.

Lahan Sawah Irigasi terdiri dari :

1) Lahan Sawah Berpengairan Teknis

Lahan Sawah Berpengairan Teknis adalah lahan sawah yang memperoleh

pengairan dari irigasi teknis, yaitu jaringan dimana saluran pemberi terpisah dari

saluran pembuangan agar penyediaan dan pembagian irigasi dapat sepenuhnya

diatur dan diukur dengan mudah. Bila dibandingkan dengan tahun 2009, total

lahan sawah irigasi teknis pada tahun 2010 mengalami peningkatan 320 Ha atau

sebesar 10,67 %. Adapun luas baku lahan sawah irigasi teknis di Kabupaten

Serdang Bedagai pada tahun 2010 adalah sebesar 3.318 Ha, dan seluruhnya

diusahakan tanaman padi, pola tanamnya pada frekuensi penanaman dua kali.

2) Lahan Sawah Berpengairan Setengah Teknis

Lahan Sawah Berpengairan Setengah Teknis adalah Dinas Pengairan/

Pemerintah hanya menguasai bangunan penyadap untuk dapat mengatur dan

mengukur pemasukan air, sedangkan pada jaringan selanjutnya tidak diukur dan

tidak dikuasai oleh Dinas Pengairan/Pemerintah.

Universitas Sumatera Utara

Page 99: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

202

Lahan irigasi setengah teknis yang diusahakan tanaman padi di Kabupaten

Serdang Bedagai pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 0,93 % atau

sebesar 181 Ha bila dibandingkan dengan tahun 2009. Dari 19.190 Ha lahan

sawah irigasi setengah teknis yang ada, sebesar 99,6 % diusahakan tanaman padi

dengan pola tanam dua kali, sedangkan sisanya 0,40 % diusahakan tanaman padi

dengan pola tanam satu kali.

3) Lahan Sawah Berpengairan Sederhana (PU)

Lahan sawah berpengairan sederhana (PU) adalah lahan sawah yang

memperoleh pengairan dan irigasi, sedangkan untuk pembagian airnya belum

teratur meskipun pihak pemerintah (PU) sudah ikut membangun sebagian jaringan

tersebut. Total lahan baku irigasi sederhana sebesar 4.345 Ha yang ditanami padi

hanya sebesar 4.330 Ha atau sebesar 99,65%. Sedangkan sisa lahan irigasi

sederhana sebesar 15 Ha atau 0,35 % tidak diusahakan tanaman padi.

4) Lahan Sawah Pengairan Non PU/Irigasi Desa

Lahan Sawah Pengairan Non PU/Irigasi Desa adalah lahan sawah yang

memperoleh pengairan dari system pengairan yang dikelola sendiri oleh masya-

rakat tanpa campur tangan pemerintah. pada tahun 2010 mengalami penurunan

sebesar 3,87 % bila dibandingkan dengan tahun 2009. Total lahan irigasi desa/non

PU yang ada sebesar 8.540 Ha. Dari total lahan yang ada tersebut seluruhnya

diusahakan tanaman padi dengan pola tanam dua kali sebesar 8.302 Ha atau 97,21

% dan sisanya 238 Ha atau 2,79 % dengan pola tanam satu kali.

5.3.2. Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Dalam Pengembangan

Wilayah Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah

Universitas Sumatera Utara

Page 100: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

203

5.3.2. 1. Umur

Tabel 5.21. Umur Petani Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Kelompok

Umur Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012.

No Kisaran Umur

(tahun)

Jumlah Umur

(tahun)

Jumlah Sampel

(jiwa)

Rata-Rata

(tahun)

Persentase

(%)

1

2

3

24-39

40-55

≥ 56

989

2.318

1.376

28

51

21

35,32

45,45

65,52

28

51

21

Total 4.683 100 146,29 100

Rata-Rata 46,83 Sumber: Data Primer.

Dari Tabel 5.21. (Lampiran II/Lampiran 1) dapat diketahui bahwa

berdasarkan kisaran umur yaitu kisaran umur 40-55 tahun jumlah sampel yang

terbanyak sebesar 51 sampel (51 %) dengan rata-rata umur 45,45 tahun dan

pada kisaran umur ≥ 56 tahun jumlah sampel yang terkecil sebesar 21 sampel

(21 %) dengan rata-rata umur 65,52 tahun. Rentang umur antara 30-70 tahun.

Dengan rata-rata umur per petani sebesar 47 tahun.

5.3.2.2 Pendidikan

Tabel 5.22. Pendidikan Petani Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan

Kelompok Pendidikan Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012.

No Tingkat

Pendidikan

Jumlah Pendidikan

(tahun)

Jumlah Sampel

(jiwa)

Rata-Rata

(tahun)

Persentase

(%)

1

2

3

4

SD

SMP

SMA

PT

195

132

551

95

33

15

46

6

5,91

8,80

11,98

15,83

33

15

46

6

Total 973 100 42,52 100

Rata-Rata 9,73

Sumber: Data Primer.

Dari Tabel 5.22. (Lampiran II/lampiran 1) dapat diketahui bahwa

berdasarkan tingkat pendidikan yaitu pada tingkat pendidikan SMA jumlah

sampel yang terbanyak sebesar 46 sampel (46 %) dengan rata-rata pendidikan

11,98 tahun dan pada tingkat pendidikan PT jumlah sampel yang terkecil sebesar

6 sampel (6 %) dengan rata-rata pendidikan 15,83 tahun. Rentang pendidikan

Universitas Sumatera Utara

Page 101: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

204

antara 4-16 tahun. Dengan rata-rata pendidikan per petani 9,73 tahun yaitu

pendidikan SMP.

5.3.2.3. Lamanya Berusahatani

Tabel 5.23. Lamanya Berusahatani Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan

Kelompok Lamanya Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012.

No Kisaran Lama

Berusahatani

(tahun)

Jumlah Lama

Berusahatani

(tahun)

Jumlah Sampel

(jiwa)

Rata-Rata

(tahun)

Persentase

(%)

1

2

3

≤ 10

11-29

≥ 30

128

1.088

984

17

56

27

7,53

19,43

36,40

17

56

27

Total 2.200 100 63,34 100

Rata-Rata 22

Sumber: Data Primer.

Dari Tabel 5.23. (Lampiran II/lampiran 1) dapat diketahui bahwa

berdasarkan pada kisaran lamanya berusahatani yaitu kisaran lamanya berusaha-

tani 11-29 tahun jumlah sampel yang terbanyak sebesar 56 sampel (56%) dengan

rata-rata lamanya berusahatani 19,43 tahun dan pada kisaran lamanya berusa-

hatani ≤ 10 tahun jumlah sampel yang terkecil sebesar 17 sampel (17 %) dengan

rata-rata lamanya berusahatani 7,53 tahun. Rentang lamanya berusahatani antara

4-66 tahun. Dengan rata-rata lamanya berusahatani per petani selama 22 tahun.

5.3.2.4. Lamanya Berorganisasi P3A

Tabel 5.24. Lamanya Berorganisasi P3A Padi Sawah Berdasarkan kelompok

Lama Berorganisasi Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012.

No Kisaran Lama

Berorganisasi

(tahun)

Jumlah Lama

Berorganisasi

(tahun)

Jumlah Sampel

(jiwa)

Rata-Rata

(tahun)

Persentase

(%)

1

2

3

≤ 10

11-29

≥ 30

245,5

869

120

51

46

3

4,80

18,89

40

51

46

3

Total 1.234,5 100 63,69 100

Rata-Rata 12,345

Sumber: Data Primer.

Universitas Sumatera Utara

Page 102: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

205

Dari Tabel 5.24. (Lampiran II/lampiran 1) dapat diketahui bahwa

berdasarkan pada kisaran lamanya berorganisasi P3A yaitu kisaran ≤ 10 tahun

jumlah sampel yang terbanyak sebesar 51 sampel (51%) dengan rata-rata lama

berorganisasi 4,80 tahun dan pada kisaran lamanya berorganisasi P3A ≥ 30 tahun

jumlah sampel yang terkecil sebesar 3 sampel (3%) dengan rata-rata lama

berorganisasi 40 tahun. Rentang lamanya berorganisasi P3A antara 1-44 tahun.

Dengan rata-rata lamanya berorganisasi P3A per petani 12,34 tahun.

5.3.2.5. Jumlah Tanggungan

Tabel 5.25. Jumlah Tanggungan Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan

Kelompok Tanggungan Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012.

No Kisaran Jumlah

Tanggungan

(Jiwa)

Jumlah

Tanggungan

(Jiwa)

Jumlah Sampel

(Jiwa)

Rata-Rata

(jiwa)

Persentase

(%)

1

2

3

4

0-1

2

3

≥ 4

8

48

72

199

10

24

24

42

1

2

3

5

10

24

24

42

Total 327 100 11 100

Rata-Rata 3,27

Sumber: Data Primer.

Dari Tabel 5.25 (Lampiran II/lampiran 1) dapat diketahui bahwa

berdasarkan pada kisaran jumlah tanggungan yaitu kisaran ≥ 4 jiwa jumlah

sampel yang terbanyak sebesar 42 sampel (42%) dengan rata-rata jumlah

tanggungan 5 jiwa dan pada kisaran jumlah tanggungan 0-1 jiwa jumlah sampel

yang terkecil sebesar 10 sampel (10%) dengan rata-rata jumlah tanggungan 1

jiwa. Rentang jumlah tanggungan antara 1-8. Dengan rata-rata jumlah

tanggungan per petani sebesar 3,27 jiwa.

Universitas Sumatera Utara

Page 103: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

206

5.3.2.6. Total Luas Lahan Usahatani

Tabel 5.26. Total Luas Lahan Petani Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan

Keterangan Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012.

No Keterangan Luas Lahan Jumlah Sampel Rata-Rata Persentase

Lahan (ha) Dimiliki (ha) (jiwa) (ha) (%)

1

2

Luas Lahan 110,18 100 1,1018 100

Sawah

Luas Lahan 30,54 56 0,3054 56

Non Sawah

Total 140,72 156 1,4072 156

Rata-Rata 1,4072

Sumber: Data Primer.

Dari Tabel 5.26 (Lampiran II/lampiran 1) dapat diketahui bahwa

berdasarkan keterangan luas lahan yang dimiliki yang terbesar adalah luas lahan

sawah sebesar 110,18 Ha jumlah sampel yang terbanyak sebesar 100 sampel (100

%) rentang luas lahan sawah 0,06-4,7 Ha dengan rata-rata sebesar 1,1018 Ha.

Yang terkecil luas lahan non sawah sebesar 30,54 Ha jumlah sampel yang

terkecil sebesar 56 sampel (56 %) rentang luas lahan non sawah 0,1-1,2 Ha

dengan rata-rata sebesar 0,3054 Ha. Total luas lahan yang dimiliki adalah

sebesar 140,72 Ha (100%) rentang luas lahan sawah 0,06-4,7 Ha. Dengan rata-

rata luas lahan sawah per petani sebesar 1,4072 Ha.

5.3.3. Pengaruh Sebelum Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa

Turun Tanam Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Pendapatan

Petani Padi Sawah

Ritual doa turun tanam adalah salah satu jenis ritual atau upacara minta

hujan yang dilakukan oleh masyarakat di daerah perdesaan yang mayoritas

pekerjaan utamanya sebagai petani. Menurut kepercayaan masyarakat tersebut,

permintaan datangnya hujan dilakukan dengan bantuan bidadari, Dewi Sri yang

merupakan dewi padi, lambang kemakmuran dan kesejahteraan. Melalui doa-doa

Universitas Sumatera Utara

Page 104: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

207

yang dilakukan penuh keyakinan, Dewi Sri akan datang melalui lengkung

bianglala (pelangi) menuju ke bumi untuk menurunkan hujan. Datangnya hujan

berarti datangnya rakhmat Illahi yang menjadi sumber hidup bagi seluruh

makhluk bumi, termasuk manusia. Lahan-lahan yang digarap meliputi lahan

basah atau sawah, lahan kering berupa tegalan, serta tanah tadah hujan sehingga

saat musim kemarau datang lahan ini sangat kering dan petani tidak dapat

menggarap sawah mereka. Masyarakat di desa masih percaya, melalui ritual doa

turun tanam maka akan segera turun hujan yang sangat berguna agar sumur-sumur

dan sumber mata air keluar lagi airnya, sawah dan ladang tidak lagi tandus, dan

berbagai tanaman bersemi kembali bagi kelangsungan hidup mereka.

Di Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) pada umumnya melakukan

upacara tradisional ritual doa turun tanam untuk meminta hujan agar sawah

mereka dapat digenangi air dan saluran air irigasi menjadi lancar dan tidak ada

hambatan sehingga tanaman mereka lebih baik. Meminta kepada yang maha kuasa

agar lahan mereka menjadi subur, meningkatkan hasil tanam dan dapat menekan

populasi hama penyakit pada tanaman padi sawah, jika musim kemarau panjang

dan kering kerontang, ritual doa turun tanam dilaksanakan warga desa, setiap

setahun sekali dengan cara memanjatkan doa dan upacara serta tepung tawar.

Tabel 5.27. Jumlah Biaya Petani Sebelum Menerapkan Kearifan Lokal Dalam

Bentuk Doa Turun Tanam, Dalam Usahatani Padi Sawah

Berdasarkan Keterangan Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012.

No Keterangan

Biaya

Jumlah Biaya Rata-Rata Biaya

(Rp) (Rp)

Persentase

(%)

1

2

3

Pompanisasi

Pupuk

Pestisida

330.540.000 3.305.400

127.629.250 1.276.292,5

8.467.000 84.670

70,84

27,35

1,81

Total 466.636.250 4.666.362,5 100

Rata-Rata 4.666.362,5 Sumber: Data Primer.

Universitas Sumatera Utara

Page 105: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

208

Dari Tabel 5.27 (Lampiran II/lampiran 2) dapat dilihat jumlah biaya

petani sebelum menerapkan ritual doa turun tanam dalam usahatani padi sawah

selama 2 kali musim tanam yang terbesar adalah pada biaya pompanisasi sebesar

Rp. 330.540.000 (70,84%) rata-rata biaya Rp 3.305.400. Sedangkan biaya yang

terkecil adalah biaya pestisida sebesar Rp 8.467.000 (1,81%) rata-rata biaya Rp

84.670. Total biaya Rp 466.636.250, Dengan rata-rata total biaya per petani

adalah sebesar Rp 4.666.362,5.

5.3.4. Pengaruh Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa

Turun Tanam Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Pendapatan

Petani Padi Sawah

Upacara tradisional ritual doa turun tanam ini sudah dilakukan dari turun

temurun sejak nenek moyang mereka dan dipandu oleh guru spiritual. Setiap

warga yang mengikuti ritual doa turun tanam boleh membawa perbekalan berupa

nasi dengan lauk pauknya seperti ikan, ayam panggang, telur, sambel, mihun

goreng, pisang dan kue-kue yang nantinya akan dimakan bersama-sama warga

yang mengikuti upacara dengan kepala desa, penyuluh pertanian, guru spiritual,

tokoh masyarakat dan undangan lainnya.

Ritual doa turun tanam dilaksanakan pada waktu setelah shalat magrib dan

warga yang mengikuti upacara ritual doa turun tanam membawa tikar dan duduk

bersama-sama sambil berdoa dan tepung tawar, guru yang memandu

menggunakan bahasa jawa, tempatnya diadakan dipersimpangan empat karena

dipersimpangan empat tempat lewat angin barat, angin timur, angin utara dan

angin selatan agar doa mereka dibawa oleh angin tersebut, sebab angin tersebut

datang dari penjuru angin. mereka berdoa dan bermohon agar hasil panen semakin

meningkat.

Universitas Sumatera Utara

Page 106: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

209

Tabel 5.28. Jumlah Biaya Petani Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam

Bentuk Doa Turun Tanam, Dalam Usahatani Padi Sawah

Berdasarkan Keterangan Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012.

No Keterangan

Biaya

Jumlah Biaya Rata-Rata Biaya

(Rp) (Rp)

Persentase

(%)

1

2

3

Air Irigasi

Pupuk

Pestisida

66.108.000 661.080

87.122.600 871.226

7.362.000 73.620

41,17

54,25

4,58

Total 160.592.600 1.605.926 100

Rata-Rata 1.605.926 Sumber: Data Primer.

Dari Tabel 5.28 (Lampiran II/lampiran 2) dapat dilihat jumlah biaya

petani setelah menerapkan ritual doa turun tanam dalam usahatani padi sawah

selama 2 kali musim tanam yang terbesar adalah pada biaya pupuk sebesar

Rp 87.122.600 (54,25 %) rata-rata biaya Rp 871.226. Sedangkan biaya yang

terkecil adalah biaya pestisida sebesar Rp 7.362.000 (4,58%) rata-rata biaya

Rp 73.620. Total biaya Rp 160.592.600. Dengan rata-rata total biaya per petani

adalah sebesar Rp 1.605.926.

5.3.5. Komparasi Rata-Rata Pendapatan Petani Padi Sawah Sebelum dan

Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun

Tanam Dalam Pengembangan Wilayah

Menguji hipotesis komparatif berarti menguji parameter populasi yang

berbentuk perbandingan melalui ukuran sampel yang juga berbentuk

perbandingan. Hal ini berarti menguji kemampuan generalisasi (signifikansi hasil

penelitian) yang berupa perbandingan keadaan variabel dari dua sampel atau

lebih. Bila Ho dalam pengujian diterima, berarti nilai perbandingan dua sampel

atau lebih tersebut dapat digeneralisasikan untuk seluruh populasi dimana sampel-

sampel diambil dengan taraf kesalahan tertentu.

Universitas Sumatera Utara

Page 107: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

210

Tabel 5.29. Komparasi Rata-Rata Pendapatan Petani Padi Sawah Sebelum dan

Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Doa Turun Tanam Berdasarkan

Luas Lahan Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012.

No Keterangan

Pendapatan

Total Pendapatan

(Rp)

Rata-rata Persentase

(Rp) (%)

1

2

Pendapatan

Sebelum Ritual

Doa Turun Tanam

Pendapatan

Setelah Ritual Doa

Turun Tanam

1.496.537.300

2.095.387.900

14.965.373 45,21

20.953.879 54,79

Total 3.591.925.200 35.919.252 100

Rata-Rata 35.919.252

Sumber: Data Primer.

Dari Tabel 5.29 (Lampiran II/lampiran 2) dapat dilihat pendapatan petani

sebelum dan setelah menerapkan ritual doa turun tanam dalam usahatani padi

sawah selama 2 kali musim tanam yang terbesar adalah setelah menerapkan

ritual doa turun tanam sebesar Rp 2.095.387.900 (54,79 %) dengan rata-rata

pendapatan sebesar Rp 20.953.879. Sedangkan pendapatan yang terkecil adalah

sebelum menerapkan ritual doa turun tanam sebesar Rp 1.496.537.300 (45,21%)

dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp 14.965.373. Total pendapatan sebesar

Rp 3.591.925.200. Dengan rata-rata total pendapatan per petani adalah sebesar

Rp 35.919.252.

5.3.6. Pengaruh Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah

Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah

Bila dilihat dari aspek ekonomi, pengembangan wilayah dapat diartikan

sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan masyarakat meningkat dalam

jangka waktu yang panjang. Menurut Sukirno (2001) dari pengertian tersebut

dapat terlihat pembangunan ekonomi mempunyai sifat antara lain :

a. Sebagai proses, berarti merupakan perubahan yang terjadi terus menerus.

Universitas Sumatera Utara

Page 108: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

211

b. Usaha untuk menaikkan tingkat pendapatan masyarakat, dan

c. Kenaikan pendapatan tersebut terus berlangsung dalam jangka panjang

Sistem agribisnis adalah upaya mengintegrasikan dan mengkoordinasikan

semua kegiatan agribisnis dalam satu komoditi atau gabungan komoditi. Kegiatan

utama merupakan kegiatan yang dilakukan dalam proses agribisnis dari hulu ke

hilir. Kegiatan utama agribisnis meliputi :

1. Subsistem Pengadaan Input Produksi

2. Subsistem Produksi Usahatani

3. Subsistem Pengolahan Hasil (Processing)

4. Subsistem Pemasaran (Simanjuntak, 2005).

5.3.6.1. Biaya Produksi

Tabel. 5.30. Biaya Produksi Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Usahatani Padi

Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012.

No Keterangan Biaya

Produksi

Jumlah Biaya Rata-rata

(Rp) (Rp)

Persentase

(%)

1

2

3

4

5

5

7

Biaya Sewa Lahan

Biaya PBB

Biaya Pengairan

Biaya Penyusutan

Biaya Sarana

Produksi

Biaya Tenaga Kerja

Biaya Angkutan

688.625.000 6.886.250

38.563.000 385.630

66.108.000 661.080

2.806.800 28.068

268.712.500 2.687.125

775.507.800 7.755.078

90.000 900

37,42

2,09

3,59

0,15

14,60

42,14

0,01

Total 1.840.413.100 18.404.131 100

Rata-Rata 18.404.131

Sumber: Data Primer.

Dari Tabel 5.30 (Lampiran II/Lampiran 14) dapat dilihat bahwa kegiatan

utama agribisnis dalam usahatani padi sawah selama 2 kali musim tanam, biaya

produksi yang terbesar adalah pada biaya tenaga kerja yaitu sebesar Rp

775.507.800 (42,14%) dengan rata-rata biaya tenaga kerja per petani sebesar Rp

7.755.078. Sedangkan biaya produksi terkecil adalah pada biaya angkutan yaitu

Universitas Sumatera Utara

Page 109: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

212

sebesar Rp 90.000 (0,01%) dengan rata-rata biaya angkutan per petani adalah

sebesar Rp 900 perpetani. Dengan rata-rata seluruh biaya produksi per petani

adalah sebesar Rp 18.404.131.

Tabel. 5.31. Kisaran Biaya Produksi Kegiatan Utama Agribisnis Dalam

Usahatani Padi Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012.

No Kisaran Jumlah Biaya

Biaya Produksi

Produksi (Rp) (Rp)

Jumlah Rata-Rata

Sampel (Rp)

(jiwa)

Persentase

(%)

1

2

3

≤17.129.333 656.414.700

17.129.333-23.013.333 498.207.200

≥23.013.333 685.791.200

54 12.155.827,78

25 19.928288

21 32.656.332,81

54

25

21

Total 1.840.413.100 100 64.740.448,59 100

Rata-Rata 18.404.131

Sumber: Data Primer.

Dari Tabel 5.31 ((Lampiran II/Lampiran 3) dapat dilihat bahwa kegiatan

utama agribisnis dalam usahatani padi sawah selama 2 kali musim tanam, biaya

produksi yang terbesar adalah pada usahatani dengan kisaran biaya produksi ≥ Rp

23.013.333 yaitu sebesar Rp 685.791.200, jumlah sampel sebesar 21 sampel

(21%). Sedangkan biaya produksi yang terkecil adalah pada usahatani dengan

kisaran biaya produksi Rp 17.129.333-23.013.333 yaitu sebesar 498.207.200

jumlah sampel sebesar 25 sampel (25 %). Dengan rata-rata biaya produksi per

petani adalah sebesar Rp 18.404.13

5.3.6.2. Luas Panen

Tabel. 5.32. Luas Panen Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Usahatani Padi

Sawah Berdasarkan Luas Lahan Sawah Selama 2 Kali Musim

Tanam Tahun 2012.

No Kisaran Jumlah Luas

Luas Lahan Panen (ha)

Sawah (ha)

Jumlah Sampel Rata-Rata

(jiwa) (ha)

Persentase

(%)

1

2

3

≤ 0,49 2,60

0,5 - 0,9 16,02

≥ 1 201,74

7 0,37

20 0,80

73 2,76

7

20

73

Total 220,36 100 3,93 100

Rata-Rata 2,2036 Sumber: Data Primer.

Universitas Sumatera Utara

Page 110: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

213

Dari Tabel 5.32 (Lampiran II/Lampiran 3) dapat dilihat bahwa kegiatan

utama agribisnis dalam usahatani padi sawah selama 2 kali musim tanam, luas

panen yang terbesar adalah pada usahatani dengan kisaran luas lahan ≥ 1 Ha yaitu

sebesar 201,74 Ha, jumlah sampel yang terbanyak sebesar 73 sampel (73 %).

Sedangkan luas panen yang terkecil adalah pada usahatani dengan kisaran

luas lahan ≤ 0,49 Ha yaitu sebesar 2,60 Ha jumlah sampel yang terkecil sebesar 7

sampel (7 %). Dengan rata-rata luas panen per petani adalah sebesar 2,2036 Ha.

5.3.6.3. Harga Gabah

Tabel. 5.33. Harga Gabah Kegiatan Utama Agribisnis Padi Sawah Berdasarkan

Tingkatan Harga Gabah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012.

No Kisaran Harga

Gabah (Rp)

Jumlah Harga Jumlah Sampel Rata-Rata

Gabah (Rp) (Jiwa) (Rp)/Kg

Persentase

(%)

1

2

3

≤ Rp 3450

Rp 3500

≥ Rp 3550

79.150 17 4.655

220.500 63 3.500

55.750 20 2.787

17

63

20

Total 355.400 100 10.942 100

Rata-Rata 3.554

Sumber: Data Primer.

Dari Tabel 5.33 (Lampiran II/Lampiran 3) dapat dilihat bahwa kegiatan

utama agribisnis dalam usahatani padi sawah selama 2 kali musim tanam

berdasarkan tingkatan harga gabah yang terbesar sampelnya adalah kisaran harga

gabah Rp 3500 yaitu sebesar 63 sampel (63%). Sedangkan terkecil sampelnya

kisaran harga gabah ≤ Rp 3450 sebesar 17 sampel (17%). Dengan rata-rata

harga gabah per petani adalah sebesar Rp 3.554.

5.3.7. Pengaruh Kegiatan Penunjang Agribisnis Dalam Pengembangan

Wilayah Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah

Kegiatan penunjang merupakan kegiatan yang sangat diperlukan untuk

menunjang keberhasilan kegiatan utama agribisnis, meliputi :

Universitas Sumatera Utara

Page 111: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

214

1. Subsistem Penelitian dan Pengembangan

2. Subsistem Pendidikan dan Pelatihan Penyuluhan

3. Subsistem Pengadaan Informasi

4. Subsistem Perkreditan dan Pengadaan Modal

5. Subsistem Pengangkutan dan Jasa Penunjang Perdagangan

6. Subsistem Pengadaan Prasarana (Pemerintah)

7. Subsistem Pengadaan Kebijakan Pemerintah (Simanjuntak, 2005).

5.3.7.1. Bantuan Input Produksi

Tabel. 5.34. Bantuan Input Produksi Kegiatan Penunjang Agribisnis Dalam

Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Luas Lahan Sawah Selama 2

Kali Musim Tanam Tahun 2012.

No Kisaran Jumlah Bantuan

Bantuan Input Input (Rp)

Jumlah Sampel Rata-Rata

(jiwa) (Rp)

Persentase

(%)

1

2

3

≤ 185.000 3.923.000

186.000-359.000 5.520.000

≥ 360.000 23.697.000

55 71.327,27

23 240.000

22 1.077.136

55

23

22

Total 33.140.000 100 1.388.463.27 100

Rata-Rata 331.400

Sumber: Data Primer.

Dari Tabel 5.34 (Lampiran II/Lampiran 3) dapat diketahui bahwa kegiatan

penunjang agribisnis dalam bantuan input produksi pertanian terbesar pada

kisaran bantuan input ≥ Rp 360 000 yaitu berjumlah Rp 23.697.000, jumlah

sampel sebesar 22 sampel (22 %). Bantuan input produksi pertanian yang

terkecil pada kisaran bantuan input ≤ Rp 185.000 yaitu berjumlah Rp 3.923.000

jumlah sampel sebesar 55 sampel (55%). Dengan rata-rata bantuan input produksi

pertanian per petani adalah sebesar Rp 331.400.

Universitas Sumatera Utara

Page 112: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

215

5.3.7.2. Penyaluran Kredit

Tabel. 5.35. Penyaluran Kredit Kegiatan Penunjang Agribisnis Dalam

Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Luas Lahan Sawah Selama 2

Kali Musim Tanam Tahun 2012.

No Kisaran Jumlah Penyaluran

Penyaluran Kredit (Rp)

Kredit (Rp)

Jumlah Sampel Rata-Rata

(jiwa) (Rp)

Persentase

(%)

1

2

3

≤ 299.000 806.000

300.000-990.000 10.099.100

≥ 1000.000 86.569.000

57 14.140,35

20 504.955

23 3.755.173,91

57

20

23

Total 97.474.100 100 4.274.235,26 100

Rata-Rata 974.741

Sumber: Data Primer.

Dari Tabel 5.35 (Lampiran II/lampiran 3) dapat diketahui bahwa

penyaluran kredit usahatani terbanyak pada kisaran penyaluran kredit ≥

Rp 1.000.000 yaitu berjumlah Rp 86.369.000 jumlah sampel sebesar 23 sampel

(23 %). Penyaluran kredit usahatani yang paling sedikit pada kisaran penyaluran

kredit ≤ Rp 299.00 yaitu berjumlah Rp. 806.000 jumlah sampel sebesar 57

sampel (57 %). Dengan rata-rata penyaluran kredit usahatani per petani adalah

sebesar Rp. 974.741.

5.3.7.3. Kebijakan Pemerintah Dalam Subsidi Pupuk

Tabel. 5.36. Kebijakan Pemerintah Dalam Subsidi Pupuk Kegiatan Penunjang

Agribisnis Padi Sawah Berdasarkan Luas Lahan Sawah Selama 2

Kali Musim Tanam Tahun 2012.

No Kisaran Jumlah Subsidi Subsidi Pupuk (Rp) Pupuk (Rp)

Jumlah Sampel Rata-Rata (jiwa) (Rp)

Persentase (%)

1

2

3

≤ 350.000 4.817.200

360.000 – 990.000 16.391.300

≥ 1000.000 43.976.500

52 114695,23

17 607085,18

31 1.418.596,77

52

17

31

Total 65.185.000 100 2.140.377,18 100

Rata-Rata 651.850

Sumber: Data Primer.

Dari Tabel 5.36 (Lampiran II/Lampiran 3) dapat diketahui bahwa

kebijakan pemerintah dalam subsidi pupuk yang paling tinggi pada kisaran subsidi

Universitas Sumatera Utara

Page 113: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

216

pupuk ≥ Rp 1 000.000 yaitu berjumlah Rp 43.976.500 jumlah sampel sebesar

31 sampel (31%). kebijakan pemerintah dalam subsidi pupuk paling sedikit

pada kisaran subsidi pupuk ≤ Rp 350.000 yaitu berjumlah Rp 4.817.200

jumlah sampel sebesar 52 sampel (52 %). Dengan rata-rata kebijakan pemerintah

dalam subsidi pupuk per petani adalah Rp 651.850.

5.3.8. Pengaruh Sumber Daya Alam (SDA) Dalam Pengembangan Wilayah

Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah

Pada umumnya, sumber daya alam berdasarkan sifatnya dapat

digolongkan menjadi SDA yang dapat diperbaharui dan SDA tak dapat

diperbaharui. SDA yang dapat diperbaharui adalah kekayaan alam yang dapat

terus ada selama penggunaannya tidak dieksploitasi berlebihan. Tumbuhan,

hewan, sinar matahari, angin, dan air adalah beberapa contoh SDA terbaharukan.

Walaupun jumlahnya sangat berlimpah di alam, penggunannya harus tetap

dibatasi dan dijaga.

5.3.8.1. Tinggi Volume Air Irigasi

Tabel 5.37. Tinggi Volume Air /ha (cm) Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan

Luas Lahan Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012.

No Kisaran Tinggi Jumlah Tinggi Jumlah Rata- Rata Persentase

Volume Air (cm) Volume Air (cm) Sampel (jiwa) (cm) (%)

1

2

3

≤ 11,99 215 21 10,23 21

12 – 13 398 32 12,43 32

≥ 14 694 47 12,51 47

Total 1.307 100 41,27 100

Rata-Rata 13,07

Sumber: Data Primer.

Dari Tabel 5.37 (Lampiran II/Lampiran 4) dapat diketahui bahwa kisaran

tinggi volume air paling tinggi, yaitu kisaran ≥ 14 cm jumlah tinggi volume air

694 cm jumlah sampel sebesar 47 sampel (47%) dan kisaran tinggi volume air

Universitas Sumatera Utara

Page 114: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

217

paling rendah, yaitu kisaran ≤ 11,99 cm jumlah tinggi volume air 215 cm jumlah

sampel sebesar 21 sampel (21%). Dengan rata-rata tinggi volume air per petani,

yaitu sebesar 13,07 cm.

5.3.8.2. Luas Lahan Yang Beririgasi

Tabel 5.38. Luas Lahan yang Beririgasi Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan

Luas Lahan Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012.

No Kisaran Luas Jumlah

Lahan Sawah Lahan Sawah

Beririgasi (ha) Beririgasi (ha)

Jumlah Rata-

Sampel (jiwa) Rata (ha)

Persentase

(%)

1

2

3

≤ 0,49 9,31

0,5 – 1 32,09

≥ 1,2 68,78

27 0,34

39 0,82

34 2,02

27

39

34

Total 110,18 100 3,18 100

Rata-Rata 1,1018

Sumber: Data Primer.

Dari Tabel 5.38 (Lampiran II/Lampiran 4) dapat diketahui bahwa luas

lahan ≥ 1,2 Ha adalah yang paling banyak jumlah lahan irigasinya, yaitu sebesar

68,78 Ha jumlah sampel sebesar 34 sampel (34 %) dan luas lahan irigasi yang

paling sedikit yaitu ≤ 0.49 Ha, sebesar 9.31 Ha jumlah sampel sebesar 27 sampel

(27 %). Dengan rata-rata luas lahan beririgasi per petani, yaitu sebesar 1,1018 Ha.

5.3.8.3. Panjang Jalan Usahatani

Tabel 5.39. Panjang Jalan Usahatani Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Luas

Lahan Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012.

No Kisaran Jumlah Panjang

Panjang Jalan Jalan Usahatani

Usahatani (m) (m)

Jumlah Rata-

Sampel Rata

(jiwa) (m)

Persentase

(%)

1

2

3

≤ 0,49 1,950

0,5 – 1 34,075

≥ 1,2 81,500

38 0,05

41 0,83

21 3,88

38

41

21

Total 117, 525 100 4,76 100

Rata-Rata 1,17525

Sumber: Data Primer.

Dari Tabel 5.39 (Lampiran II/Lampiran 4) dapat diketahui bahwa kisaran

panjang jalan usahatani yang paling panjang ≥ 1,2 m, yaitu sepanjang 81,500 m

Universitas Sumatera Utara

Page 115: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

218

jumlah sampel sebesar 21 sampel (21 %) dan kisaran panjang jalan ≤ 0.49 m,

memiliki jumlah panjang jalan yang paling sedikit yaitu sepanjang 1,950 m

jumlah sampel sebesar 38 sampel (38% ). Dengan rata-rata panjang jalan

usahatani per petani, yaitu sebesar 1,17525 m.

5.3.9. Pengaruh Sumber Daya Manusia (SDM) Dalam Pengembangan

Wilayah Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah

Sumber daya manusia adalah potensi yang terkandung dalam diri manusia

untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transfor-

matif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang

terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan. Pemberdayaan petani

dapat ditumbuhkan diantaranya melalui kegiatan pembelajaran untuk meningkat-

kan kemampuan petani agar dapat memberikan keputusan dan memberikan respon

yang tepat khususnya dalam menerapkan teknologi. Pemberdayaan petani sangat

penting, karena petani merupakan pelaku utama dalam pembangunan pertanian.

5.3.9.1. Curahan Tenaga Kerja

Tabel 5.40. Total Curahan Tenaga Kerja Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan

Jenis Pekerjaan Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012.

No Jenis Pekerjaan Curahan Tenaga Kerja (HKP)

Dalam Rata- Luar Rata- Total

Keluarga Rata Keluarga Rata

1

2

3

4

5

6

7

8

Persemaian

Pengolahan Tanah

Penanaman

Pemupukan

Penyiangan

Pengendalian

Hama Penyakit

Panen

Pasca Panen

100,925 1,00925 105,25 1,0525 206,175

780,37 7,8037 2895,145 28,95145 3675,515

86,4 0,8640 759,17 7,5917 845,57

105,025 1,05025 83,55 0,8355 188,575

233,5 2,335 17,5 0,175 251

90,1 0,901 89 0,89 179,1

223,4 2,234 1209,88 12,0988 1433,28

37,62 0,3762 37,62

Total 1.255,41 16,1972 5.207,115 22598,4735 6462,525

Rata-Rata 12,5541 52,07115 64,62525 Sumber: Data Primer.

Universitas Sumatera Utara

Page 116: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

219

Dari Tabel 5.40 (Lampiran II/Lampiran 11a dan 11b) dapat dilihat bahwa

curahan tenaga kerja terbesar adalah pada kegiatan pengolahan tanah, dimana

curahan tenaga kerja dalam keluarga sebesar 780,37 HKP curahan tenaga kerja

luar keluarga sebesar 2895,145 HKP, jadi total curahan tenaga kerja yaitu sebesar

6462,525 HKP sedangkan jumlah curahan tenaga kerja dalam keluarga terkecil

adalah pada kegiatan penanaman, dimana curahan tenaga kerja dalam keluarga

sebesar 86,4 HKP dan curahan tenaga kerja luar keluarga terkecil pada kegiatan

penyiangan sebesar 17,5 HKP. Total curahan tenaga kerja yang dibutuhkan adalah

sebesar 6462,525. Dengan rata-rata total curahan tenaga kerja yaitu sebesar

64,62525 HKP per petani.

Tabel 5.41. Total Curahan Tenaga Kerja Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan

Kisaran Curahan Tenaga Kerja Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun

2012.

No Kisaran Jumlah

Curahan Curahan Tenaga

Tenaga Kerja (hkp)

Kerja (hkp)

Jumlah Sampel Rata- Rata

(jiwa) (hkp)

Persentase

(%)

1

2

3

≤ 49 1330,750

50-70 2062,470

≥ 70 3069,345

33 40,32

35 58,92

32 95,91

33

35

32

Total 6 462,565 100 195,15 100

Rata-Rata 64,62565

Sumber: Data Primer.

Dari Tabel 5.41 (Lampiran II/Lampiran 4) dapat diketahui bahwa kisaran

curahan tenaga kerja yang paling besar ≥ 70 HKP yaitu 3069,345 HKP jumlah

sampel sebesar 32 sampel (32 %) dan yang paling kecil ≤ 4,9 HKP yaitu sebesar

1330,750 HKP jumlah sampel sebesar 33 sampel (33 %). Dengan rata-rata

curahan tenaga kerja per petani, adalah sebesar 64,62565 HKP.

Universitas Sumatera Utara

Page 117: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

220

5.3.9.2. Penyuluhan/Pelatihan

Tabel 5.42. Penyuluhan/Pelatihan Pertanian Pada Usahatani Padi Sawah

Berdasarkan Luas Lahan Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun

2012.

No Kisaran Jumlah

Frekuensi Frekuensi

Penyuluhan Penyuluhan

Jumlah Sampel Rata-rata

(jiwa) (kali)

Persentase

(%)

1

2

3

≤ 5 59

6-12 260

≥ 13 783

43 1,37

26 10

35 22,37

43

26

35

Total 1102 100 33,74 100

Rata-Rata 11,02

Sumber: Data Primer.

Dari Tabel 5.42 (Lampiran II/Lampiran 4) dapat diketahui bahwa

berdasarkan kisaran frekuensi penyuluhan/pelatihan yang terbesar adalah dengan

frekuensi penyuluhan ≥ 13 kali yaitu sebesar 783 frekuensi dengan besar sampel

sebesar 35 sampel (35 %) sedangkan frekuensi penyuluhan/pelatihan yang terkecil

adalah dengan frekuensi penyuluhan/pelatihan ≤ 5 yaitu sebesar 59 frekuensi

dengan besar sampel sebesar 43 sampel (43 %). Dengan rata-rata frekuensi

penyuluhan/pelatihan per petani adalah sebesar 11,02 frekuensi.

5.3.9.3. Produktivitas Tenaga Kerja

Tabel 5.43. Produktivitas Tenaga Kerja Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan

Luas Lahan Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun 2012.

No Kisaran

Produktivitas

(KW/HKP)

Jumlah Jumlah Rata-rata

Produktivitas Sampel (KW)

(KW/HKP) (Jiwa)

Persentase

(%)

1

2

3

≤ 0,99

1-1,99

≥ 2

20,3 29 0,7

55,65 39 1,42

90,4 32 2,82

29

39

32

Total 166,35 100 4,94 100

Rata-Rata 1,6635

Sumber: Data Primer.

Dari Tabel 5.43 (Lampiran II/Lampiran 4) dapat diketahui bahwa

produktivitas tenaga kerja terbesar adalah pada kisaran produktivitas tenaga kerja

Universitas Sumatera Utara

Page 118: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

221

≥ 2 Kw/HKP yaitu sebesar 90,4 Kw/HKP dengan besar sampel sebesar 32 sampel

(32 %). Sedangkan produktivitas tenaga kerja terkecil adalah pada kisaran

produktivitas tenaga kerja ≤ 0,99 Kw/HKP yaitu sebesar 20,3 Kw/HKP

dengan besar sampel sebesar 29 sampel (29 %). Dengan rata-rata produktivitas

curahan tenaga kerja per petani adalah sebesar 1,6635 Kw/HKP.

5.3.10. Pengaruh Teknologi Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap

Pendapatan Petani Padi Sawah

Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang

yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Penggunaan

teknologi oleh manusia diawali dengan pengubahan sumber daya alam menjadi

alat-alat sederhana. Teknologi telah mempengaruhi masyarakat dan sekelilingnya

dalam banyak cara. Di banyak kelompok masyarakat, teknologi telah membantu

memperbaiki ekonomi (termasuk ekonomi global masa kini). Banyak proses

teknologi menghasilkan produk sampingan yang tidak dikehendaki, yang disebut

pencemar, dan menguras sumber daya alam, merugikan dan merusak bumi dan

lingkungannya. Berbagai macam penerapan teknologi telah mempengaruhi nilai

suatu masyarakat dan teknologi baru seringkali mencuatkan pertanyaan-

pertanyaan etika baru. Sebagai contoh, meluasnya gagasan tentang efisiensi dalam

konteks produktivitas manusia, suatu istilah yang pada awalnya hanya

menyangkut permesinan.

Kata "teknologi" juga digunakan untuk merujuk sekumpulan teknik-

teknik. Dalam konteks ini, ia adalah keadaan pengetahuan manusia saat ini

tentang bagaimana cara untuk memadukan sumber-sumber, guna menghasilkan

produk-produk yang dikehendaki, menyelesaikan masalah, memenuhi kebutuhan,

Universitas Sumatera Utara

Page 119: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

222

atau memuaskan keinginan, ia meliputi metode teknis, keterampilan, proses,

teknik, perangkat, dan bahan mentah. Ketika dipadukan dengan istilah lain, seperti

"teknologi medis" atau "teknologi luar angkasa", ia merujuk pada keadaan

pengetahuan dan perangkat disiplin pengetahuan masing-masing. "Teknologi

state-of-the-art" (teknologi termutakhir, sekaligus tercanggih) merujuk pada

teknologi tinggi yang tersedia bagi kemanusiaan di ranah manapun.

Teknologi dapat dipandang sebagai kegiatan yang membentuk atau

mengubah kebudayaan. Sebuah contoh modern adalah bangkitnya teknologi

komunikasi, yang memperkecil hambatan bagi interaksi sesama manusia, dan

sebagai hasilnya, telah membantu melahirkan sub-sub kebudayaan baru;

bangkitnya budaya dunia maya yang berbasis pada perkembangan Internet dan

komputer. Tidak semua teknologi memperbaiki budaya dalam cara yang kreatif;

teknologi dapat juga membantu mempermudah penindasan politik dan peperangan

melalui alat seperti pistol atau bedil.

5.3.10.1. Penerapan Komponen Teknologi Dasar

Tabel 5.44. Penerapan Komponen Teknologi Dasar Pada Usahatani Padi Sawah

Berdasarkan Luas Lahan Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun

2012.

No Penerapan Komponen

Teknologi Dasar

Pernyataan Dalam Skor Total

Selalu

Dilakukan

% Jarang

Dilakukan

(%) Tidak

Pernah

Dilakukan

(%) %

1 Varietas Unggul 279 93 14 7 - - 293 100

2 Bibit Bermutu dan Sehat 282 94 10 5 1 1 293 100

3 Pemupukan Spesifik

Lokasi

201 67 44 22 11 11 256 100

4 PHT sesuai OPT 252 84 28 14 2 2 282 100

Total 1.014 338 96 48 14 14 1.124 400

Rata-Rata 253,5 84,5 24 12 3,5 3,5 281 100

Sumber: Data Primer.

Universitas Sumatera Utara

Page 120: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

223

Dari Tabel 5.44 (Lampiran II/Lampiran 5) dapat diketahui bahwa

penerapan komponen teknologi dasar pada bibit bermutu dan sehat berdasarkan

pernyataan dalam skor selalu dilakukan adalah skor yang tertinggi sebesar 282 (94

%), jarang dilakukan sebesar 10 (5%), dan tidak pernah dilakukan sebesar 1 (1%).

Sedangkan penerapan komponen teknologi dasar pada pemupukan spesifik lokasi

berdasarkan pernyataan dalam skor selalu dilakukan adalah skor yang terendah

sebesar 201 (67 %), jarang dilakukan sebesar 44 (22%), dan tidak pernah

dilakukan sebesar 11 (11%).

5.3.10.2. Penerapan Komponen Teknologi Pilihan

Tabel 5.45. Penerapan Komponen Teknologi Pilihan Pada Usahatani Padi Sawah

Berdasarkan Luas Lahan Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun

2012.

No

Penerapan

Komponen

Teknologi Pilihan

Pernyataan Dalam Skor Total

% Selalu

Dilakukan (%) Jarang

Dilakukan (%) Tidak

Pernah

Dilakukan

(%)

1 Pengelolaan

Tanaman(populasi

& cara tanam)

261 87 18 9 4 4 283 100

2 Bibit Muda 255 85 24 12 3 3 282 100

3 Penggunaan Bahan

Organik

195 65 54 27 8 8 257 100

4 Irigasi Berselang 117 39 62 31 30 30 209 100

5 Pupuk Mikro 126 42 72 36 22 22 220 100

6 Penanganan Panen

dan Pasca Panen

225 75 22 11 14 14 261 100

7 Pengendalian

Gulma

282 94 4 2 4 4 290 100

8 Pengolahan Tanah 288 96 2 1 3 3 293 100

Total

Rata-Rata

1.749

218,6

583

72,9

258

32,3

129

16,1

88

11

88

11

2.096

262

800

100

Sumber: Data Primer.

Universitas Sumatera Utara

Page 121: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

224

Dari Tabel 5.45 (Lampiran II/Lampiran 5) dapat diketahui penerapan

komponen teknologi pilihan pada pengolahan tanah berdasarkan pernyataan

dalam skor selalu dilakukan adalah skor yang tertinggi sebesar 288 (96 %), jarang

dilakukan sebesar 2 (1%), dan tidak pernah dilakukan sebesar 3 (3%). Sedangkan

penerapan komponen teknologi pilihan pada irigasi berselang berdasarkan

pernyataan dalam skor selalu dilakukan adalah skor yang terendah sebesar 117 (39

%), jarang dilakukan sebesar 62 (31%), dan tidak pernah dilakukan sebesar 30

(30%).

5.4. Analisis Statistik Regresi Linier Berganda

5.4.1. Hasil Uji Hipotesis 1. Terdapat Pengaruh Nyata Karakteristik Sosial

Ekonomi Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan

Pendapatan Petani Padi Sawah

Dalam penelitian ini digunakan model estimasi regresi linier berganda :

Y= f (X 11, X 12, X 13, X 14, X 15, X 16) ..................................................................(1)

Persamaan tersebut dengan s pesifikasi model ekonometrika :

Y= 0+ 1X 11+ 2X 12+ 3X 13+ 4X 14+ 5X 15+ 6X 16+ 1.............................(2)

Dimana: Y = Pendapatan (rp)

X 11 = Umur (tahun)

X 12 = Pendidikan (tahun)

X 13 = Lamanya berusahatani (tahun)

X 14 = Lamanya berorganisasi P3A (tahun)

X 15 = Jumlah tanggungan keluarga (jiwa)

X 16 = Total luas lahan usahatani yang dimiliki (ha)

0 = Konstanta/koefisen intersep

1………... 5 = Koefisen regresi

1 = kesalahan pengganggu. Gujarati (2003).

Universitas Sumatera Utara

Page 122: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

225

Kriteria uji hipotesis adalah : H0 terima apabila signifikan > 0,05

Ha terima apabila signifikan < 0,05

Persamaan regresi untuk pengaruh umur, pendidikan, lamanya

berusahatani, lamanya berorganisasi P3A, jumlah tanggungan keluarga, dan total

luas lahan yang dimiliki terhadap pendapatan petani padi sawah (Y) maka

hasilnya adalah sebagai berikut :

Y = 1,009E7+145129,985X11+ 368270,203X12+43169,793X13+

202069,906X14+162118,727 X 15+ 1.186E7 X 16+ 1..

Std Error = 268076,418 598614,323 231355,131

187443,301 1.040E6 1.592E6

t hitung = 0,541 0,615 0,187

1,078 0,156 7,449

tsig = 0,590 0,540 0,852

0,284 0,876 0,000

Fhitung = 10,925

FSig = 0,000

R2 = 0,413

Nyata pada α 0,05.

5.4.1.1. Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit)

5.4.1.1.1 Koefisien Determinasi (R2)

Dari hasil estimasi dapat diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar

0,413 yang berarti bahwa variasi yang terjadi pada umur (X11), pendidikan (X12),

lama berusahatani (X13), lama berorganisasi (X14), jumlah tanggungan (X15), dan

total luas lahan (X16), dapat menjelaskan pendapatan (Y) sebesar 41,3%.

Universitas Sumatera Utara

Page 123: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

226

5.4.1.1.2. Uji Secara Serempak (Uji F- Statistik)

Dari keseluruhan variabel bebas yaitu umur (X11), pendidikan (X12), lama

berusahatani (X13), lama berorganisasi (X14), jumlah tanggungan (X15), dan total

luas lahan (X16), secara serempak memberikan pengaruh yang sangat signifikan

Fhitung sebesar 10,925 > nilai FSig sebesar 0,000. Hal ini menyatakan bahwa secara

serempak memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap pendapatan.

5.4.1.1.3. Uji Secara Parsial (Uji t)

Dengan melakukan pengujian secara parsial, maka pengaruh masing-

masing variabel bebas yakni umur (X1.1), pendidikan (X1.2), lama berusahatani

(X1.3), lama berorganisasi (X1.4), jumlah tanggungan (X1.5), dan total luas lahan

(X1.6), terhadap variabel pendapatan (Y) dapat dilihat sebagai berikut.

Variabel umur (X1.1) tanda positif dari koefisien regresi bernilai

145129,985. Hal ini menunjukkan tidak ada berpengaruh nyata antara umur

(X1.1), dengan variabel pendapatan (Y). Nilai signifikansi tsig sebesar 0,590 adalah

lebih besar dari nilai α 0,05 Artinya tidak signifikan dengan kata lain umur (X1.1),

yang dimiliki tidak mempunyai pengaruh sangat nyata terhadap pendapatan (Y).

Sedangkan tingkat elastisitas umur (X1.1) terhadap pendapatan (Y) lebih

besar dari 1 (elastis >1). Dengan demikian apabila tingkat elastis umur (X1.1)

meningkat sebesar 1 %, maka akan diimbangi dengan naiknya pendapatan (Y)

sebesar Rp 145.129,985 ceteris paribus. Berarti sesuai dengan hipotesis yang

menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara umur (X1.1), dengan

pendapatan (Y).

Variabel pendidikan (X1.2) tanda positif dari koefisien regresi bernilai

368270,203. Hal ini menunjukkan tidak ada berpengaruh nyata antara

Universitas Sumatera Utara

Page 124: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

227

pendidikan (X1.2) dengan variabel pendapatan (Y). Nilai signifikansi tsig sebesar

0,540 adalah lebih besar dari nilai α 0,05. Artinya tidak signifikan dengan kata

lain pendidikan (X1.2) yang dimiliki tidak mempunyai pengaruh yang sangat nyata

terhadap pendapatan (Y).

Sedangkan tingkat elastisitas pendidikan (X1.2) terhadap pendapatan (Y),

lebih besar dari 1 (elastis >1). Dengan demikian apabila tingkat elastis

pendidikan (X1.2) meningkat sebesar 1 %, maka akan diimbangi dengan naiknya

pendapatan (Y) sebesar Rp 368.270,203 ceteris paribus. Berarti sesuai dengan

hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara

pendidikan (X1.2) dengan pendapatan (Y).

Variabel lamanya berusahatani (X1.3) tanda positif dari koefisien regresi

bernilai 43169,793. Hal ini menunjukkan tidak ada berpengaruh nyata antara

lamanya berusahatani (X1.3) dengan variabel pendapatan (Y). Nilai signifikansi

tsig sebesar 0,852 adalah lebih besar dari nilai α 0,05. Artinya tidak signifikan

dengan kata lain lamanya berusahatani (X1.3) yang dimiliki tidak mempunyai

pengaruh yang sangat nyata terhadap pendapatan (Y).

Sedangkan tingkat elastisitas lamanya berusahatani (X1.3) terhadap

pendapatan (Y) lebih besar dari 1 (elastis >1). Dengan demikian apabila tingkat

elastis lamanya berusahatani (X1.3) meningkat sebesar 1 %, maka akan diimbangi

dengan naiknya pendapatan (Y) sebesar Rp 43 169,793 ceteris paribus. Berarti

sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif

antara lamanya berusahatani (X1.3) dengan pendapatan (Y).

Variabel lamanya berorganisasi (X1.4) tanda positif dari koefisien regresi

bernilai 202069,906. Hal ini menunjukkan tidak ada berpengaruh nyata antara

Universitas Sumatera Utara

Page 125: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

228

lamanya berorganisasi (X1.4) dengan variabel pendapatan (Y). Nilai signifikansi

tsig sebesar 0,284 adalah lebih besar dari nilai α 0,05. Artinya tidak signifikan

dengan kata lain lamanya berorganisasi (X1.4) yang dimiliki tidak mempunyai

pengaruh yang sangat nyata terhadap pendapatan (Y).

Sedangkan tingkat elastisitas lamanya berorganisasi (X1.4) terhadap

pendapatan (Y), lebih besar dari 1 (elastis >1). Dengan demikian apabila tingkat

elastis lamanya berorganisasi (X1.4) meningkat sebesar 1 %, maka akan diimbangi

dengan naiknya pendapatan (Y) sebesar Rp 202 069,906 ceteris paribus. Berarti

sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif

antara lamanya berorganisasi (X1.4) dengan pendapatan (Y).

Variabel jumlah tanggungan (X1.5) tanda positif dari koefisien regresi

bernilai 162118,727. Hal ini menunjukkan tidak ada berpengaruh nyata antara

jumlah tanggungan (X1.5) dengan variabel pendapatan (Y). Nilai signifikansi tsig

sebesar 0,876 adalah lebih besar dari nilai α 0,05. Artinya tidak signifikan

dengan kata lain jumlah tanggungan (X1.5) yang dimiliki tidak mempunyai

pengaruh yang sangat nyata terhadap pendapatan (Y).

Sedangkan tingkat elastisitas jumlah tanggungan (X1.5) terhadap

pendapatan (Y), lebih besar dari 1 (elastis >1). Dengan demikian apabila tingkat

elastis jumlah tanggungan (X1.5) meningkat sebesar 1 %, maka akan diimbangi

dengan naiknya pendapatan (Y) sebesar Rp 162.118,727, ceteris paribus. Berarti

sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif

antara jumlah tanggungan (X1.5) dengan pendapatan (Y).

Variabel total luas lahan (X1.6) tanda positif dari koefisien regresi bernilai

1.186E7. Hal ini menunjukkan ada pengaruh nyata antara total luas lahan (X1.6)

Universitas Sumatera Utara

Page 126: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

229

dengan variabel pendapatan (Y). Nilai signifikansi tsig sebesar 0,000 adalah lebih

kecil dari nilai α 0,05. Artinya ada signifikan dengan kata lain total luas lahan

(X1.6) yang dimiliki mempunyai pengaruh sangat nyata terhadap pendapatan (Y).

Sedangkan tingkat elastisitas total luas lahan (X1.6) terhadap pendapatan

(Y), lebih besar dari 1 (elastis >1). Dengan demikian apabila tingkat elastis total

luas lahan (X1.6) meningkat sebesar 1 %, maka akan diimbangi dengan naiknya

pendapatan (Y) sebesar Rp 1.186E7 ceteris paribus. Berarti sesuai dengan

hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara total luas

lahan (X1.6) dengan pendapatan (Y). Hal ini ada pengaruh nyata dimana semakin

luas lahan yang dimiliki, dikelola akan semakin besar pendapatan yang diterima.

5.4.1.2. Uji Asumsi Klasik

Pendugaan dengan Metode Kuadrat Terkecil (Ordinary Least Square)

memiliki beberapa persyaratan untuk memperoleh the Best Linear Unbiased

estimated (BLUE) yaitu terpenuhi beberapa uji asumsi klasik. Dalam penelitian

ini asumsi klasik yang digunakan adalah sebagai berikut :

5.4.1.2.1. Uji Normalitas

Untuk mengetahui apakah distribusi data mengikuti atau mendekati

distribusi normal, dilakukan uji normalitas. Pada penelitian ini normalitas dilaku-

kan dengan pendekatan grafik. Dilihat pada Gambar 5.3 dan Gambar 5.4 berikut.

Universitas Sumatera Utara

Page 127: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

230

Gambar 5.4. Grafik Histogram Uji Normalitas

Gambar 5.5. Normal P-P Plot of Regression Standarized Residual

Universitas Sumatera Utara

Page 128: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

231

Berdasarkan tampilan Gambar 5.3. Histogram Uji Normalitas dapat

dilihat bahwa distribusi data berbentuk lonceng (bell shaped), sehingga data

tersebut dikatakan berdistribusi normal. Kemudian tampilan pada Gambar 5.4.

Normal P-P Plot of Regression Standarized Residual. Terlihat bahwa titik-titik

menyebar di sekitar dan mengikuti garis diagonal. Dengan demikian data tersebut

dikatakan berdistribusi normal, sehingga asumsi normalitas terpenuhi.

5.4.1.2.2. Uji Multikolinieritas

Untuk uji multikolinearitas pada penelitian ini dilakukan dengan melihat

nilai VIF pada tiap independent variable yang dapat dilihat pada Tabel 5.54.

Tabel 5.46. Hasil Uji Multikolinearitas.

Independent Variable Collinierity Statistics

Tollerance VIF

Umur 0,329 3,038

Pendidikan 0,757 1,321

Lama Berusaha Tani 0,347 2,884

Lama Berorganisasi 0,849 1,178

Jumlah Tanggungan 0,988 1,012

Total Luas Lahan 0,937 1,067

Sumber : Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 5.46 dapat dilihat bahwa nilai VIF masing-masing

variabel berada dibawah 10 dan tolerance semua variabel di atas 0,1. Hal ini

menunjukkan bahwa model tidak mengandung multikolinearitas.

Universitas Sumatera Utara

Page 129: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

232

5.4.1.2.3. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas dideteksi dengan metode grafik dengan mengamati

scatterplot. dapat dilihat pada Gambar 5.5 berikut.

Gambar 5.6. Scatterplot Uji Heteroskedastitas

Heteroskedastisitas dideteksi dengan metode grafik dengan mengamati

scatterplot. Jika scatterplot membentuk pola tertentu, hal itu menunjukkan adanya

masalah heteroskedastisitas pada model regresi yang dibentuk. Sedangkan

scatterplot jika menyebar secara acak maka hal itu menunjukkan tidak terjadinya

masalah heteroskedastisitas.

Hasil uji asumsi heteroskedastisitas dengan melihat Gambar 5.5.

Scatterplot Uji Heteroskedastitas menunjukkan bahwa scatterplot menyebar

secara acak dan titik-titik data menyebar di bawah dan di atas angka 0. Hal ini

menunjukkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.

Universitas Sumatera Utara

Page 130: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

233

5.5. Hasil Uji Hipotesis 2. Terdapat Komparasi Rata-Rata Pendapatan

Petani Padi Sawah Sebelum dan Setelah Menerapkan Kearifan Lokal

Dalam Bentuk Doa Turun Tanam Pada Pengembangan Wilayah

Untuk mengetahui pengaruh penerapan kearifan lokal dalam bentuk doa

turun tanam terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah di daerah

penelitian, digunakan Uji beda rata-rata. Karena berasal dari dua sampel yang

sama, maka uji beda rata-rata yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Dependent sample T-test (Paired sampel T-test.).

Tabel 5.47 Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Sebelum Dan Setelah

Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam.

Ritual Doa Turun Tanam Jumlah

Sampel

Mean Pendapatan Petani Padi Sawah

(Rp)

Sebelum Menerapkan 100 1.496.537.300

Setelah Menerapkan 100 2.095.387.900

t-hitung : 6.903

t-tabel : 1,645

Sig : 0,000

(2 tailed)

Sumber : Analisis Data Primer

Dari Tabel 5.47 dapat dilihat bahwa pengaruh penerapan kearifan lokal

dalam bentuk doa turun tanam terhadap pendapatan petani padi sawah terdapat

perbedaan yaitu sebelum menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun

tanam adalah Rp 1.496.537.300 sedangkan pendapatan petani setelah menerapkan

kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam adalah Rp 2.095.387.900. Dalam

hal ini dapat dilihat bahwa pendapatan petani mengalami kenaikan sebesar Rp

598.850.600 dengan persentase sebesar 40,02%. Hasil pengujian hipotesis yaitu

pada α = 0,05, diperoleh t-hitung = lebih besar dari pada nilai t-tabel yaitu maka

Ho ditolak dan H1 diterima, dengan signifikan 0,000. Karena tingkat signifikansi

0,000 < α = 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata pendapatan petani

Universitas Sumatera Utara

Page 131: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

234

sebelum menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam dengan rata-

rata pendapatan petani setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun

tanam berbeda (tidak sama). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa setelah

penerapan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam berpengaruh terhadap

pendapatan petani padi sawah di daerah penelitian, dengan kata lain lebih besar

pendapatan petani setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun

tanam dibanding dengan sebelum menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa

turun tanam.

5.6. Analisis Struktural Equation Model

5.6.1. Analisis Structural Equation Modeling (SEM)

Model pengukuran untuk analisis SEM meliputi setelah menerapkan

kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam, kegiatan utama agribisnis dalam

usahatani, kegiatan penunjang agribisnis, sumber daya alam, sumber daya

manusia, teknologi dan pendapatan petani padi sawah adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 132: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

235

Gambar 5.7 Analisis Structural Equation Models

Universitas Sumatera Utara

Page 133: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

236

Spesifikasi model pengukuran meliputi aktivitas mendefinisikan variabel

latent, variabel teramati dan hubungan antara variabel latent dengan variabel

teramati. Pada penelitian ini, Setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa

turun tanam (X3) digunakan sebagai variabel yang dapat mempengaruhi

meningkatkan pendapatan petani padi sawah (Y) secara langsung dan melalui

kegiatan utama agribisnis dalam usahatani pada pengembangan wilayah (X4).

Selanjutnya adalah kegiatan utama agribisnis (X4) digunakan sebagai variabel

yang dapat mempengaruhi meningkatkan pendapatan petani padi sawah (Y)

secara langsung.

Selanjutnya kegiatan penunjang agribisnis (X5) digunakan sebagai

variabel yang dapat mempengaruhi meningkatkan pendapatan petani padi sawah

(Y) secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani pada

pengembangan wilayah (X4). Sumber daya alam (X6) digunakan sebagai variabel

yang dapat mempengaruhi meningkatkan pendapatan petani padi sawah (Y)

secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani pada

pengembangan wilayah (X4). Sumber daya manusia (X7) digunakan sebagai

variabel yang dapat mempengaruhi meningkatkan pendapatan petani padi sawah

(Y) secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani pada

pengembangan wilayah (X4). Teknologi (X8) digunakan sebagai variabel yang

dapat mempengaruhi meningkatkan pendapatan petani padi sawah (Y) secara

langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani pada

pengembangan wilayah (X4). Spesifikasi model pengukuran untuk masing-

masing variabel adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 134: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

237

5.6.1.1. Persamaan Ukur Variabel Eksogen (Bebas),

1. Setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam

(X3) terdiri dari biaya iuran air irigasi (X31), biaya pupuk (X32),

dan biaya pestisida (X33) dalam persamaan sebagai berikut

X31 = λ1.1ζ 1 +δ1

X32 = λ2.1ζ 1+δ2

X33 = λ3.1ζ 1+δ3

2. Kegiatan utama agribisnis dalam usahatani (X4), terdiri dari biaya

produksi (X41), luas panen, (X42) dan harga gabah (X43).

X41= λ4.2ζ 2 +δ4

X42= λ5.2ζ 2+δ5

X43=λ6.2ζ 2+δ6

3. Kegiatan penunjang agribisnis (X5), terdiri dari bantuan input

pertanian (X51), penyaluran kredit, (X52) dan kebijakan

pemerintah dalam subsidi pupuk (X53).

X51 = λ7.3ζ 3+δ7

X52 = λ8.3ζ 3+δ8

X53 = λ9.3ζ 3+δ9

4. Sumber daya alam (X6), terdiri dari tinggi volume air (X61), luas

lahan beririgasi (X62) dan panjang jalan usahatani (X63)

X61 = λ10.4ζ 4+δ10

X62 = λ11.4ζ 4+δ11

X63 = λ12.4ζ 4+δ12

Universitas Sumatera Utara

Page 135: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

238

5. Sumber daya manusia (X7) terdiri dari curahan tenaga kerja (X71)

penyuluhan/pelatihan (X72), dan produktivitas tenaga kerja (X73)

X71 = λ13.5ζ 5+δ13

X72 = λ14.5ζ 5+δ14

X73 = λ15.5ζ 5+δ15

6. Teknologi (X8) terdiri dari penerapan komponen teknologi dasar

(X81) dan penerapan komponen teknologi pilihan (X82)

X81 = λ16.6ζ 6+δ16

X82 = λ17.6ζ 6+δ17

5.6.1.2. Persamaan Ukur Variabel Endogen ( Terikat )

1. Kegiatan utama agribisnis usahatani (X4) terdiri dari biaya

produksi (X41), luas panen (X42) dan harga gabah (X43) .

X41= λ1.1 ή1 + ε1

X42= λ2.1 ή1 + ε2

X43= λ3.1 ή1 + ε3

2. Pendapatan petani padi sawah (Y) terdiri dari produksi (Y1) dan

produktivitas lahan (Y2)

y1= λ4.2 ή2 + ε4

y2= λ5.2 ή2 + ε5

Model analisis jalur tersebut dapat ditulis dalam persamaan matematis/

struktural sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

Page 136: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

239

Keterangan

λ = Standart loading = koefisien yang memperlihatkan pengaruh

δ = Measurement error variabel eksogen (variabel bebas )

ε = Measurement error variabel endogen ( variabel terikat )

dapat dinyatakan dalam persamaan struktural sebagai berikut :

ή1 :γ1.1 ζ1 + γ1.2 ζ2+ γ1.3 ζ3+ γ1.5 ζ5+ ς1 ............................................ (2.1)

ή1 :0,767+ 0,213+-0,025+0,002 +0,000 +ς1 ............................................ (2.1)

ή2 :γ2.1 ζ1 + γ2.2 ζ2+ γ3.3 ζ3+ γ4.5 ζ5+ β2.1ή1+ ς2 .............................. (2.2)

ή2 :0,280+ 0,686+ -0,274+ 0,023+ 0,103 +- 0,146 + ς2 .......................... (2.2)

Keterangan :

X31-- X33 = Variabel setelah menerapkan ritual doa turun tanam

X41-- X43 = Variabel kegiatan utama agribisnis

X51 – X53 = Variabel kegiatan penunjang agribisnis

X61-- X63 = Variabel sumber daya alam

X71 – X73 = Variabel sumber daya manusia

X81 – X83 = Variabel teknologi

Y1 – Y2 = Variabel pendapatan petani padi sawah

λ (lambda) = Besarnya pengaruh variabel eksogen terhadap variabel

endogen

ζ (Zeta) = Nilai residual regresion

ς (sigma) = Besarnya vektor kekeliruan (error) dalam hubungan

struktural antara variabel.

Universitas Sumatera Utara

Page 137: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

240

5.7. Uji Validitas

Dalam Analisis faktor konfimatori persentase rata–rata nilai variance

Extraced (AVE) antar item atau indikator suatu set konstruk laten merupakan

ringkasan convergen indikator. Berikut adalah nilai akar kuadrat dari konstruk

laten. Jadi dapat disimpulkan bahwa seluruh variabale laten berada AVE >50

dan dinyatakan valid

5.8. Uji Reliabilitas

Reliabilitas juga merupakan salah satu indikator validitas convergent .

Banyak juga yang menggunakan cronbach alpha sebagai ukuran reliabilitas.

Namun kenyataannya cronbach alpha memberikan reliabilitas yang lebih rendah

(under estimate) dibandingkan dengan construct reliability.

Jika Construct Reliability berada pada nilai 0,70 atau lebih menunjukkan

reliabilitas yang baik. Jadi dapat disimpulkan bahwasanya seluruh (CR) variabel

laten berada pada nilai 0,60–0,70 masih dapat diterima dengan syarat validitas

indikator dalam model baik sehingga seluruh variabel dapat dikatakan reliabel .

5.9. Spesifikasi Model Pengukuran Untuk Masing-Masing Konstruk/

Varibel Laten

Analisis faktor konfirmatory untuk model pengukuran akan dihasilkan

koefisien yang disebut standar loading atau lambda value (𝜆). Nilai lambda

tersebut digunakan untuk menilai kecocokan, kesesuaian, atau unidimensionalitas

dari instrumen-instrumen dalam membentuk sebuah faktor.

Hasil Regression Weight

Tampilan output Regression Weight pada bagian Estimate, menunjukkan

kovarians antara variabel laten dengan indikatornya. Jika nilai probability (P)<0,1

maka Ho ditolak dan H1 diterima. Dari Tabel 5.77, pada kolom P, terlihat nilai P

Universitas Sumatera Utara

Page 138: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

241

adalah ***. Hal ini menunjukkan angka P adalah jauh dibawah 0,1. karena itu H1

diterima dan H0 ditolak. Faktor loading (kolom estimate) menunjukkan angka

diatas 0,5. Hal ini berarti semua indikator dapat menjelaskan konstruk yang ada.

Dari Tabel 5.77, dapat diketahui bahwa ritual setelah doa turun tanam

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kegiatan utama agribisnis dalam

usahatani, ini ditunjukkan dengan nilai estimate 3,374. Kegiatan penunjang

agribisnis memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kegiatan utama

agribsinis dalam usahatani, ini ditunjukkan dengan nilai estimate 0,186. Sumber

daya alam berpengaruh postif terhadap kegiatan utama agribisnis dalam usahatani,

ini ditunjukkan dengan nilai estimate 0,242. Sumber daya manusia berpengaruh

negatif terhadap kegiatan utama agribisnis dalam usahatani, ini ditunjukkan

dengan nilai estimate -0,360. Teknologi berpengaruh postif terhadap kegiatan

utama agribisnis dalam usahatani, ini ditunjukkan dengan nilai estimate 0,539.

Masing-masing indikator menunjukkan nilai estimate ada yang diatas 0,5

dan ada dibawah 0,5, selanjutnya nilai p >0,1 dan p<0,1. Hal ini menunjukkan

bahwa masing-masing indikator yaitu X31 sampai dengan X33, berpengaruh positif

dan signifikan terhadap menerapkan ritual setelah doa turun tanam.

Masing-masing indikator menunjukkan nilai estimate ada yang diatas 0,5

dan ada dibawah 0,5, selanjutnya nilai p >0,1 dan p<0,1. Hal ini menunjukkan

bahwa masing-masing indikator yaitu X41 sampai dengan X43, berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kegiatan utama agribisnis dalam usahatani.

Masing-masing indikator menunjukkan nilai estimate ada yang diatas 0,5

dan ada dibawah 0,5, selanjutnya nilai p >0,1 dan p<0,1. Hal ini menunjukkan

Universitas Sumatera Utara

Page 139: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

242

bahwa masing-masing indikator yaitu X51 sampai dengan X53, berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kegiataan penunjang agribisnis.

Masing-masing indikator menunjukkan nilai estimate ada yang diatas 0,5

dan ada dibawah 0,5, selanjutnya nilai p >0,1 dan p<0,1. Hal ini menunjukkan

bahwa masing-masing indikator yaitu X61 sampai dengan X63, berpengaruh positif

dan signifikan terhadap sumber daya alam.

Masing-masing indikator menunjukkan nilai estimate ada yang diatas 0,5

dan ada dibawah 0,5, selanjutnya nilai p >0,1 dan p<0,1. Hal ini menunjukkan

bahwa masing-masing indikator yaitu X71 sampai dengan X73, berpengaruh positif

dan signifikan terhadap sumber daya manusia.

Masing-masing indikator menunjukkan nilai estimate ada yang diatas 0,5

dan ada dibawah 0,5, selanjutnya nilai p >0,1 dan p<0,1. Hal ini menunjukkan

bahwa masing-masing indikator yaitu X81 sampai dengan X82, berpengaruh positif

dan signifikan terhadap teknologi.

Pengaruh menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam (X3)

adalah berpengaruh positif signifikan terhadap pendapatan melalui kegiatan

utama agribisnis dalam usahatani dengan indikator X31 sampai dengan X33 adalah

positif signifikan. Begitu juga dengan kegiatan penunjang agribisnis usahatani

(X5) berpengaruh positif signifikan terhadap meningkatkan pendapatan melalui

kegiatan utama agribisnis dalam usahatani dengan nilai estimate 1,000 dengan

indikator adalah X51 sampai dengan X53 positif tidak signifikan. Selanjutnya

sumber daya alam (X6) berpengaruh positif signifikan terhadap pendapatan

melalui kegiatan utama agribisnis dalam usaahatani memiliki nilai estimate adalah

0,313 dengan indikator X61 sampai dengan X63 berpengaruh positif tidak

Universitas Sumatera Utara

Page 140: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

243

signifikan. selanjutnya sumber daya manusia (X7) berpengaruh positif signifikan

terhadap pendapatan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usaahatani dengan

nilai estimate adalah negatif tidak signifikan bernilai -0,276 dengan indikator X71

sampai dengan X73 berpengaruh positif dan tidak signifikan. Selanjutnya adalah

teknologi (X8) berpengaruh positif signifikan terhadap pendapatan melalui

kegiatan utama agribisnis dalam usaahatani dengan nilai estimate 1,618 dan

berpengaruh positif tidak signifikan dengan indikator yaitu X81 sampai dengan X82

dengan nilai estimate positif tidak signifikan.

5.10. Pengujian Evaluasi Asumsi Model Struktural

5.10.1. Hasil Evaluasi Normalitas Data

Ada dua bagian utama dari output diatas yang terkait dengan uji normalitas

data. Pertama melihat nilai c.r skewness dan kedua melihat nilai c.r kurtosis.

Distribusi dikatakan normal jika data tidak melenceng kekanan atau kekiri

(disebut simetris dengan nilai skewness adalah 0), serta mempunyai keruncingan

yang ideal (angka kurtosis adalah 0). Namun angka ideal tersebut sulit didapat

dalam praktek, maka sebuah data dikatakan normal jika angka c.r. skewness dan

angka c.r. kurtosis ada diantara -2,58 sampai +2,58. Jika dilihat pada Tabel diatas,

terlihat secara keseluruhan nilai c.r skewness dan c.r kurtosis dari X1 sampai X30

berada diantara -2,58 sampai +2,58. Angka multivariate juga berada diantara -2,58

sampai +2,58 yaitu rata rata bernilai 2,223. ini berarti data tersebut dikatakan

normal.

5.10.2. Hasil Evaluasi Outliers.

Angka-angka pada Tabel evaluasi outlier menunjukkan seberapa jauh

jarak sebuah data dari titik pusat tertentu. Sebuah data dikatakan memiliki outlier

Universitas Sumatera Utara

Page 141: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

244

jika mempunyai angka p1 dan p2 yang kurang dari 0,1. Nilai mahalanobis

distance adalah (34,0.0001) = 66,25 Pada Tabel evaluasi outlier nilai p1 dan p2

berada diatas 0,1 hal ini berarti tidak terdapat outlier pada data.

5.10.3. Hasil Evaluasi Multikolinearitas

Multikolinieritas dapat dilihat melalui determinan matrixs kovarians. Nilai

determinan yang sangat menunjukan indikasi terdapatnya masalah

multikolinieritas atau singularitas, sehingga data tersebut tidak dapat digunakan

untuk penelitian. Hasil output AMOS memberikan nilai determinant of sample

covariance matrix= 171,685 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

masalah multikolinieritas dan singularitas pada data yang dianalisis

5.10.4. Hasil Evaluasi Nilai Residual

Pengujian terhadap nilai residual mengindikasikan bahwa secara signifikan

model tersebut dapat diterima dan nilai residual yang ditetapkan adalah -2,58

sampai +2,58. Adapun standard residual yang diolah dengan menggunakan

program AMOS dapat dilihat dalam lampiran, jadi kesimpulannya bahwa data

yang digunakan dalam penelitian ini dapat diterima secara signifikan karena nilai

residualnya -2,58 sampai +2,58 (Terlampir pada lampiran 3.9).

Hasil output AMOS menunjukan bahwasanya output nilai unstandarized

dan standarized residual. Namun demikian fitted residual tergantung dari unit

pengukuran. Nilai standarized residual adalah nilai fitted residual dibagi dengan

standart error. Dengan demikian analog dengan nilai Z Score >2,58. Dari hasil

nilai standartized error dapat dikatakan bahwa nilai (dalam lampiran) residual

berada dalam nilai yang baik yaitu >2,58.

Universitas Sumatera Utara

Page 142: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

245

5.11. Hasil Uji Kesesuaian Dan Uji Statistik Model

Tabel 5.48. Hasil Uji Goodnest of fit

Goodness of

Fit Index

Cut off Value Hasil Analisis Evaluasi model

X2-Chi

Square

Diharapkan Kecil 323,701 Baik

Significance

Probability

≥ 0,05 0,000 Baik

RMSEA ≤ 0,08 0,0137 Baik

GFI ≥ 0,90 0,000 Baik

AGFI ≥ 0,90 0,000 Baik

CMIN/DF ≤ 5,00 2,829 Baik

TLI ≥ 0,95 0,717 Kurang baik

CFI ≥ 0,90 0,813 Kurang Baik

Jika dilihat dari hasil Tabel 5.48 bahwasanya hasil uji kecocokan mutlak

diperoleh rasio atau nilai X2-Chi square = 323,701 maka dikatakan bahwasanya

model tersebut baik, dengan nilai significance = 0,000 sehingga model tersebut

baik, nilai RMSEA = 0,0137, ini berarti model tersebut adalah baik, nilai GFI =

0,000 yang menunjukan bahwa model tersebut baik, nilai AGFI = 0,000 maka

dikatakan bahwasanya model tersebut baik, nilai CMIN/DF = 2,829 maka

dikatakan model tersebut baik, nilai TLI = 0,717, ini berarti model adalah

Marginal fit, nilai CFI = 0,813, ini berarti model adalah Marginal fit. HOELTER

memiliki nilai 43, kurang dari 200, ini menunjukkan model fit dengan data yang

ada.

Universitas Sumatera Utara

Page 143: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

246

5.12. Hasil Pengujian Hipotesis Dan Hubungan Kausal

5.12.1. Hasil Uji Hipotesis 3. Menganalisis Pengaruh Setelah Menerapkan

Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam Secara Langsung

Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah

Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah

Tabel 5.49. Hipotesis 3

Pengaruh /hubungan Nilai Positif Signifikan

Pengaruh setelah menerapkan

kearifan lokal dalam bentuk doa

turun tanam secara langsung

terhadap meningkatkan

pendapatan

4,781 Positif ***

Pengaruh setelah menerapkan

kearifan lokal dalam bentuk doa

turun tanam melalui kegiatan

utama agribisnis dalam usahatani

terhadap meningkatkan

pendapatan

4,781+1,214

= 5,995

Positif ***

Jika dilihat dari hasil Tabel 5.49 bahwasanya pengaruh setelah

menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam yang terdiri dari iuran

irigasi, biaya pupuk dan biaya pestisida secara langsung pada pengembangan

wilayah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah bernilai positif

siginifikan sebesar 4,781 dengan asumsi jika dapat meningkatkan pendapatan

sebesar Rp 10.000 maka akan meningkatkan pendapatan petani padi sawah

sebesar Rp 4 781,- dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani pada

pengembangan wilayah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah

bernilai positif signifikan sebesar 5,995 dengan asumsi jika dapat meningkatkan

pendapatan sebesar Rp 10.000 maka akan meningkatkan pendapatan petani padi

sawah sebesar Rp 5.995,-

Universitas Sumatera Utara

Page 144: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

247

5.12. 2. Hasil Uji Hipotesis 4. Menganalisis Pengaruh Kegiatan Utama

Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap

Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah

Tabel 5.50. Hipotesis 4

Pengaruh /hubungan Nilai Positif Signifikan

Pengaruh kegiatan Utama

Agribisnis dalam usahatani

terhadap meningkatkan pendapatan

1,214 Positif ***

Jika dilihat dari hasil Tabel 5.50 bahwasanya pengaruh kegiatan utama

agribisnis dalam usahatani yang terdiri dari biaya produksi, luas panen dan harga

gabah pada pengembangan wilayah terhadap meningkatkan pendapatan petani

padi sawah bernilai positif signifikan sebesar 1,214. dengan asumsi jika dapat

meningkatkan pendapatan petani padi sawah sebesar Rp 10.000 maka akan

meningkatkan pendapatan petani padi sawah sebesar Rp 1.214,

5.12.3. Hasil Uji Hipotesis 5. Menganalisis Pengaruh Kegiatan Penunjang

Agribisnis Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis

Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan

Pendapatan Petani Padi Sawah

Tabel 5.51. Hipotesis 5

Pengaruh /hubungan Nilai Positif Signifikan

Pengaruh kegiatan penunjang

agribisnis secara langsung

terhadap meningkatkan

pendapatan

0,480 Positif Tidak

Pengaruh kegiatan penunjng

melalui kegiatan utama agribisnis dalam pengembangan wilayah ter-

hadap meningkatkan pendapatan

0,480+1,214

=1, 694

Positif ***

Universitas Sumatera Utara

Page 145: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

248

Jika dilihat dari hasil Tabel 5.51 bahwasanya pengaruh kegiatan penun-

jang agribisnis secara langsung yang terdiri dari bantuan input pertanian,

penyaluran kredit, kebijakan pemerintah dalam subsidi pupuk pada pengem-

bangan wilayah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah bernilai

positif tidak signifikan sebesar 0,480. dengan asumsi jika dapat meningkatkan

pendapatan petani padi sawah sebesar Rp 10 000 maka akan meningkatkan

pendapatan petani padi sawah sebesar Rp 480,- dan melalui kegiatan utama

agribisnis dalam usahatani pada pengembangan wilayah terhadap meningkatkan

pendapatan petani padi sawah bernillai positif signifikan sebesar 1, 694, dengan

asumsi jika dapat meningkatkan pendapatan petani padi sawah sebesar Rp 10 000

maka akan meningkatkan pendapatan petani padi sawah sebesar Rp 1 694,-

5.12.4. Hasil Uji Hipotesis 6. Menganalisis Pengaruh Sumber Daya Alam

(SDA) Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis

Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan

Pendapatan Petani Padi Sawah

Tabel 5.52. Hipotesis 6

Pengaruh /hubungan Nilai Positif Signifikan

Pengaruh sumber daya alam secara

langsung terhadap meningkatkan

pendapatan

0,330 Positif Tidak

Pengaruh sumber daya alam

melalui kegiatan utama agribisnis

dalam pengembangan wilayah

terhadap meningkatkan pendapatan

0,330 + 1,214

= 1,544

Positif ***

Jika dilihat dari hasil Tabel 5.52 bahwasanya pengaruh sumber daya alam

secara langsung yang terdiri dari tinggi volume air/ha, luas lahan yang beririgasi,

panjang jalan usahatani pada pengembangan wilayah terhadap meningkatkan

Universitas Sumatera Utara

Page 146: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

249

pendapatan petani padi sawah bernilai positif tidak signifikan sebesar 0,330

dengan asumsi jika dapat meningkatkan pendapatan petani padi sawah sebesar

Rp 10.000 maka akan meningkatkan pendapatan petani padi sawah sebesar

Rp 330,- dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani pada

pengembangan wilayah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah

bernillai positif signifikan sebesar 1,544. dengan asumsi jika dapat meningkatkan

pendapatan petani padi sawah sebesar Rp 10.000 maka akan meningkatkan

pendapatan petani padi sawah sebesar Rp 1.544,-

5.12.5. Hasil Uji Hipotesis 7. Menganalisis Pengaruh Sumber Daya Manusia

(SDM) Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis

Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan

Pendapatan Petani Padi Sawah

Tabel 5.53. Hipotesis 7

Pengaruh /hubungan Nilai Positif Signifikan

Pengaruh sumber daya Manusia

secara langsung terhadap

meningkatkan pendapatan

-0,194 Negatif Tidak

Pengaruh sumber daya manusia

melalui kegiatan utama agribisnis

dalam pengembangan wilayah

terhadap meningkatkan pendapatan

-0,194+

1,214

= 1,020.

Positif ***

Jika dilihat dari hasil Tabel 5.53 bahwasanya pengaruh sumber daya

manusia secara langsung yang terdiri dari curahan tenaga kerja, penyuluhan /

pelatihan, produktivitas tenaga kerja pada pengembangan wilayah terhadap

meningkatkan pendapatan petani padi sawah bernilai negatif tidak signifikan

sebesar -0,194, dengan asumsi jika dapat meningkatkan pendapatan petani padi

sawah sebesar Rp 10.000 maka akan meningkatkan pendapatan petani padi sawah

Universitas Sumatera Utara

Page 147: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

250

sebesar Rp 194,- dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani pada

pengembangan wilayah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah

bernillai positif signifikan sebesar 1,020, dengan asumsi jika dapat meningkatkan

pendapatan petani padi sawah sebesar Rp 10.000 maka akan meningkatkan

pendapatan petani padi sawah pada sebesar Rp 1.020,-

5.12.6. Hasil Uji Hipotesis 8. Menganalisis Pengaruh Teknologi Secara

Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam

Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani

Padi Sawah

Tabel 5.54. Hipotesis 8

Pengaruh /hubungan Nilai Positif Signifikan

Pengaruh Teknologi secara

langsung terhadap

meningkatkan pendapatan

3,753 Positif ***

Pengaruh teknologi melalui

kegiatan utama agribisnis

dalam pengembangan wilayah

terhadap meningkatkan

pendapatan

3,753+ 1,214 =

4,967

Positif ***

Jika dilihat dari hasil Tabel 5.54 bahwasanya pengaruh teknologi secara

langsung yang terdiri dari penerapan komponen teknologi dasar dan penerapan

komponen teknologi pilihan dalam pengembangan wilayah terhadap

meningkatkan pendapatan petani padi sawah bernilai positif signifikan sebesar

3,753 dengan asumsi jika dapat meningkatkan pendapatan petani padi sawah

sebesar Rp 10.000 maka akan meningkatkan pendapatan petani padi sawah

sebesar Rp, 3.753 - dan terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah

bernillai positif signifikan sebesar 4,967. dengan asumsi jika dapat meningkatkan

Universitas Sumatera Utara

Page 148: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

251

pendapatan petani padi sawah sebesar Rp 10.000 maka akan meningkatkan

pendapatan petani padi sawah sebesar Rp 4.967.,-

5.13. Hasil Pengujian Hipotesis

Hipotesis ketiga yaitu setelah menerapkan ritual doa turun tanam (X3)

terhadap meningkatkan pendapatan (Y) secara langsung berpengaruh positif

dengan nilai 4,781, dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani (X4)

adalah berpengaruh positif signifikan dengan nilai 5,995 dan hasil variances

setelah menerapkan ritual doa turun tanam memiliki nilai diatas 0,5 maka dengan

ini hipotesis ketiga diterima yaitu setelah menerapkan ritual doa turun tanam

berpengaruh positif signifikan terhadap meningkatkan pendapatan petani padi

sawah melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani (X4).

Hipotesis keempat yaitu kegiatan utama agribisnis usahatani (X4)

berpengaruh terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah (Y) adalah

berpengaruh positif signifikan dengan nilai 1,214 dengan nilai hasil variances

diatas 0,5 maka dengan ini hipotesis keempat diterima yaitu kegiatan utama

agribisnis dalam usahatani berpengaruh positif signifikan terhadap meningkatkan

pendapatan petani padi sawah pada pengembangan wilayah (Y).

Hipotesis kelima yaitu kegiatan penunjang agribisnis (X5) memiliki

pengaruh yang positif tidak signifikan terhadap meningkatkan pendapatan (Y)

secara langsung dengan nilai 0,480 dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam

usahatani memiliki pengaruh positif signifikan (X4) dengan nilai 1,694 dan hasil

variances harga memiliki nilai diatas 0,5 maka dengan ini hipotesis kelima

diterima yaitu kegiatan penunjang agribisnis berpengaruh positif signifikan

Universitas Sumatera Utara

Page 149: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

252

terhadap meningkatkan pendapatan melalui kegiatan utama agribisnis dalam

usahatani (X4).

Hipotesis keenam yaitu sumber daya alam (X6) memiliki pengaruh positif

tidak signifikan terhadap meningkatkan pendapatan (Y) secara langsung dengan

nilai 0,330 melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani (X4) berpengaruh

positif signifikan dengan nilai 1,544 dan hasil variance di atas 0,5. Selanjutnya

adalah sumber daya alam (X6) maka dengan ini hipotesis keenam diterima yaitu

sumber daya alam berpengaruh positif signifikan terhadap pendapatan melalui

kegiatan utama agribisnis dalam usahatani (X4).

Hipotesis ketujuh yaitu sumber daya manusia (X7) memiliki pengaruh

negatif tidak signifikan terhadap meningkatkan pendapatan (Y) secara langsung

dengan nilai -0,194 melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani

berpengaruh positif signifikan (X4) dengan nilai 1,020 dan hasil variance di atas

0,5 Selanjutnya adalah sumber daya manusia (X7) maka dengan ini hipotesis

ketujuh diterima yaitu sumber daya alam (sda) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap meningkatkan pendapatan melalui kegiatan utama agribisnis dalam

usahatani (X4).

Hipotesis kedelapan yaitu, teknologi (X8) memiliki pengaruh positif

signifikan terhadap meningkatkan pendapatan (Y) dengan nilai 3,753, melalui

kegiatan utama agribisnis dalam usahatani berpengaruh positif signifikan (X4)

dengan nilai 4,967 dan hasil variance di atas 0,5 Selanjutnya adalah Teknologi

(X8) maka dengan ini hipotesis kedelapan diterima yaitu teknologi berpengaruh

positif dan signifikan terhadap meningkatkan pendapatan melalui kegiatan utama

agribisnis dalam usahatani (X4).

Universitas Sumatera Utara

Page 150: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

253

5.14. Efek Langsung, Efek Tidak Langsung, dan Total Efek

5.14.1. Efek Langsung

X3 X4 = 0,781

X5 X4 = 0,074

X6 X4 = 0,210

X7 X4 =-0,209

X8 X4 =1,031

Hasil output menunjukan bahwa terjadi hubungan langsung antara

kegiatan setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam

terhadap kegiatan utama agribisnis dalam usahatani meningkatkan pendapatan

sebesar 0,781. Hubungan langsung kegiatan penunjang agribisnis terhadap

kegiatan utama agribisnis dalam usahatani meningkatkan pendapatan sebesar

0,074. Hubungan langsung sumber daya alam terhadap kegiatan utama agribisnis

dalam usahatani meningkatkan pendapatan sebesar 0,210. Hubungan langsung

sumber daya manusia terhadap kegiatan utama agribisnis dalam usahatani

meningkatkan pendapatan sebesar - 0,209 dan hubungan langsung teknologi

terhadap kegiatan utama agribisnis dalam usahatani meningkatkan pendapatan

sebesar 1,031.

5.14.2. Efek Tidak Langsung

X3 X4 0,948

X5 X4 0,089

X6 X4 - 0,255

X7 X4 - 0,253

X8 X4 1,251

Hubungan tidak langsung dari kegiatan setelah menerapkan kearifan lokal

dalam bentuk doa turun tanam melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani

terhadap meningkatkan pendapatan sebesar 0,948. Hubungan tidak langsung

Universitas Sumatera Utara

Page 151: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

254

kegiatan penunjang agribisnis melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani

terhadap meningkatkan pendapatan sebesar 0,089. Hubungan tidak langsung

sumber daya alam melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani terhadap

meningkatkan pendapatan sebesar - 0,255. Hubungan tidak langsung sumber

daya manusia melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani terhadap

meningkatkan pendapatan petani padi sawah sebesar - 0,253. Dan hubungan tidak

langsung teknologi melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani terhadap

meningkatkan pendapatan petani padi sawah sebesar 1,251.

5.14.3. Total Efek = Efek langsung + Efek Tidak Langsung

0,781 + 0,948 = 1,729

0,074 + 0,089 = 0,163

0,210 + - 0,255= 0,465

-0,209 + - 0,253 = -0,044

1,031 + 1,251 = 2,282

Efek langsung hubungan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam

ditambah efek tidak langsung hubungan kearifan lokal dalam bentuk doa turun

tanam dengan total efek 1,729. Efek langsung hubungan kegiatan penunjang

ditambah efek tidak langsung hubungan kegiatan penunjang dengan total efek

0,163. Efek langsung hubungan sumber daya alam ditambah efek tidak langsung

hubungan sumber daya alam dengan total efek 0,465. Efek langsung hubungan

sumber daya manusia ditambah efek tidak langsung hubungan sember daya

manusia dengan total efek -0,044. Dan efek langsung hubungan teknologi

ditambah efek tidak langsung hubungan teknologi dengan total efek 2,282.

Universitas Sumatera Utara

Page 152: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

255

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah dilakukan pada BAB V,

maka selanjutnya akan dilakukan pembahasan terhadap hasil analisis.

Pembahasan dibuat dengan melihat pengaruh yang terjadi sebagai pembuktian

hipotesis yang diangkat dalam penelitian ini.

Teori-teori ataupun hasil penelitian empirik yang telah dilakukan oleh

peneliti sebelumnya akan digunakan dalam melakukan pembahasan hasil

penelitian, apakah teori atau hasil penelitian empirik tersebut mendukung atau

bertentangan dengan hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dalam penelitian

serta akan dikemukakan pada keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti.

6.2. Pengaruh Nyata Karakteristik Sosial Ekonomi Dalam Pengembangan

Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah

Hasil kajian menunjukkan bahwa variabel umur (X1.1) tanda positif,

variabel pendidikan (X1.2) tanda positif, variabel lamanya berusahatani (X1.3)

tanda positif, variabel lamanya berorganisasi P3A (X1.4) tanda positif, dan

variabel jumlah tanggungan (X1.5) tanda positif, hal ini menunjukkan tidak ada

berpengaruh nyata dengan variabel pendapatan (Y). Sedangkan variabel total

luas lahan (X1.6) tanda positif, berpengaruh sangat nyata dengan variabel

pendapatan (Y).

Universitas Sumatera Utara

Page 153: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

256

Hasil kajian menunjukkan bahwa pengaruh variabel umur (X1.1) tanda

positif dari koefisien regresi bernilai 145129,985. Hal ini menunjukkan tidak ada

berpengaruh nyata antara umur (X1.1), dengan variabel pendapatan (Y). Nilai

signifikansi tsig sebesar 0,590 adalah lebih besar dari nilai α 0,05 Artinya tidak

signifikan dengan kata lain umur (X1.1), yang dimiliki tidak mempunyai pengaruh

yang nyata terhadap pendapatan (Y).

Hasil kajian menunjukkan bahwa pengaruh variabel pendidikan (X1.2)

tanda positif dari koefisien regresi bernilai 368270,203. Hal ini menunjukkan

tidak ada berpengaruh nyata antara pendidikan (X1.2), dengan variabel pendapatan

(Y). Nilai signifikansi tsig sebesar 0,540 adalah lebih besar dari nilai α 0,05.

Artinya tidak signifikan dengan kata lain pendidikan (X1.2), yang dimiliki tidak

mempunyai pengaruh yang sangat nyata terhadap pendapatan (Y).

Hasil kajian menunjukkan bahwa pengaruh variabel lamanya berusahatani

(X1.3) tanda positif dari koefisien regresi bernilai 43169,793. Hal ini

menunjukkan tidak ada berpengaruh nyata antara lamanya berusahatani (X1.3),

dengan variabel pendapatan (Y). Nilai signifikansi tsig sebesar 0,852 adalah lebih

besar dari nilai α 0,05. Artinya tidak signifikan dengan kata lain lamanya

berusahatani (X1.3) yang dimiliki tidak mempunyai pengaruh yang sangat nyata

terhadap pendapatan (Y).

Hasil kajian menunjukkan bahwa pengaruh variabel lamanya berorganisasi

(X1.4) tanda positif dari koefisien regresi bernilai 202069,906. Hal ini

menunjukkan tidak ada berpengaruh nyata antara lamanya berorganisasi (X1.4)

dengan variabel pendapatan (Y). Nilai signifikansi tsig sebesar 0,284 adalah lebih

besar dari nilai α 0,05. Artinya tidak signifikan dengan kata lain lamanya

Universitas Sumatera Utara

Page 154: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

257

berorganisasi (X1.4) yang dimiliki tidak mempunyai pengaruh yang sangat nyata

terhadap pendapatan (Y).

Hasil kajian menunjukkan bahwa pengaruh Variabel jumlah tanggungan

(X1.5) tanda positif dari koefisien regresi bernilai 162118,727. Hal ini

menunjukkan tidak ada berpengaruh nyata antara jumlah tanggungan (X1.5)

dengan variabel pendapatan (Y). Nilai signifikansi tsig sebesar 0,876 adalah lebih

besar dari nilai α 0,05. Artinya tidak signifikan dengan kata lain jumlah

tanggungan (X1.5) yang dimiliki tidak mempunyai pengaruh yang sangat nyata

terhadap pendapatan (Y).

Hasil kajian menunjukkan bahwa pengaruh variabel total luas lahan (X1.6)

tanda positif. Hal ini menunjukkan ada pengaruh positif signifikan antara total

luas lahan (X1.6) dengan variabel pendapatan (Y). Nilai signifikansi tsig sebesar

0,000 adalah lebih kecil dari nilai α 0,05. Artinya ada pengaruh positif

signifikan dengan kata lain total luas lahan (X1.6) yang dimiliki mempunyai

pengaruh positif signifikan terhadap pendapatan (Y).

Sedangkan tingkat elastisitas total luas lahan (X16) terhadap pendapatan

(Y), lebih besar dari 1 (elastis >1). Dengan demikian apabila tingkat elastis total

luas lahan (X16) meningkat sebesar 1 %, maka akan diimbangi dengan naiknya

pendapatan (Y) sebesar Rp 1.186E7 ceteris paribus. Berarti sesuai dengan

hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara total luas

lahan (X16) dengan pendapatan (Y). Hal ini ada pengaruh positif signifikan

dimana makin luas lahan yang dimiliki dan dikelola akan semakin besar

pendapatan yang diterima.

Universitas Sumatera Utara

Page 155: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

258

Hasil penelitian ini sesuai dengan landasan teori dimana semakin luas

areal pertanian yang dikelola maka semakin tinggi pendapatan yang diterima.

Hal ini mendukung Hasyim (2008) luas lahan usahatani berpengaruh nyata

terhadap pendapatan dengan sifat pengaruh positif, sehingga jika luas lahan

usahatani bertambah maka pendapatan cenderung meningkat. Temuan ini

sejalan dengan Salmiah (2004) hubungan antara luas lahan usahatani yang

dikelola mempunyai hubungan yang sedang dengan pendapatan dengan kata lain

semakin besar luas lahan yang dimiliki dan dikelola akan semakin besar pula

pendapatan yang diterima. Hal ini yang dilakukan petani yang ada didalam

kawasan hutan HPH maupun petani yang ada diluar kawasan hutan. Temuan Tim

Universitas Udayana (2008) tingkat luasan usahatani menggambarkan tingkat

kesejahteraan masyarakat petani, semakin luas areal menggambarkan semakin

tinggi produksi dan pendapatan yang diterima.

Sedangkan menurut Sutrisno (2009) luas lahan garapan sangat kuat

hubungannya dengan pendapatan petani dan juga berpengaruh signifikan dan

positif terhadap pendapatan petani, maka perlu pengelolaan lahan yang baik

dengan sentuhan teknologi budidaya pertanian yang memperhatikan ramah

lingkungan (penggunaan pupuk organik) agar potensi kesuburan tanah tetap

terjaga, sehingga efisiensi pengelolaan lahan garapan untuk tanaman padi dalam

meningkatkan pendapatan petani dapat tercapai dan berkelanjutan. Sejalan

dengan itu Wahyuningsih, dkk (2013) status penguasaan lahan, variabel dummy

pendapatan petani pemilik penggarap lebih tinggi dibandingkan dengan penyewa

sedangkan pendapatan penyewa dan penyakap tidak berbeda nyata.

Universitas Sumatera Utara

Page 156: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

259

Selain itu Supriyati, dkk (2007) korelasi antara total pendapatan dengan

lahan milik di Sumatera Barat berhubungan nyata dengan koefisien 0,29. Sejalan

dengan itu Mudakir (2011) status penguasaan lahan mempunyai pengaruh

terhadap distribusi pendapatan, petani yang mempunyai penguasaan lahan lebih

luas cenderung mempunyai pendapatan yang lebih besar dibanding penguasaan

lahan yang lebih sempit.

Menurut Cahyono, dkk (2002) luas penguasaan lahan mempengaruhi

pendapatan petani terutama petani berlahan sempit, sedangkan petani berlahan

luas sudah mulai tidak tergantung pada lahan. Petani lahan sempit berusaha

menghindari resiko dengan mendiversivikasi usahataninya dan ini berbeda dengan

yang dilakukan oleh petani berlahan luas yang cenderung menggunakan lahannya

pada tegal.

6.3. Komparasi Rata-Rata Pendapatan Petani Padi Sawah Sebelum dan

Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun

Tanam Pada Pengembangan Wilayah

Hasil kajian ini seperti terlihat pada Tabel 5.55 dapat diketahui bahwa

pengaruh menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam terhadap

pendapatan petani terdapat perbedaan yaitu sebelum menerapkan kearifan lokal

dalam bentuk doa turun tanam adalah Rp 1.496.537.300, sedangkan pendapatan

petani setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam adalah Rp

2.095.387.900. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa pendapatan petani mengalami

kenaikan sebesar Rp 598.850.600 dengan persentase sebesar 40,02%. Hasil

pengujian hipotesis yaitu pada α = 0,05, diperoleh t-hitung 6,903 lebih besar dari

pada nilai t-tabel 1,645, maka Ho ditolak dan H1 diterima, dengan signifikan

Universitas Sumatera Utara

Page 157: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

260

0,000. Karena tingkat signifikansi 0,000 < α = 0,05, maka dapat disimpulkan

bahwa rata-rata pendapatan petani sebelum menerapkan kearifan lokal dalam

bentuk doa turun tanam dengan rata-rata pendapatan petani setelah menerapkan

kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam berbeda (tidak sama).

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penerapan setelah kearifan

lokal dalam bentuk doa turun tanam berpengaruh terhadap pendapatan petani di

daerah penelitian, dengan kata lain pendapatan petani setelah menerapkan

kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam lebih besar dibanding dengan pen-

dapatan petani sebelum menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam.

Dari Tabel 5.35 dan Lampiran 2 dapat dilihat jumlah biaya petani sebelum

menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam dalam usahatani padi

sawah selama 2 kali musim tanam yang terbesar adalah pada biaya pompanisasi

sebesar Rp. 330.540.000 (70,84%) dengan rata-rata biaya sebesar Rp 3.305.400.

Hal ini jelas jika dilihat biaya yang dikeluarkan sebelum menerapkan kearifan

lokal dalam bentuk doa turun tanam sangat besar karena biaya pompanisasi adalah

sebesar 15 kg gabah kering panen/rante, biaya pupuk sebesar Rp 127.629.250,

(27,35%) dengan rata-rata biaya sebesar Rp 1.276.292,5, biaya pestisida sebesar

Rp 8.467.000 (1,81%) dengan rata-rata biaya sebesar Rp 84.670. Total biaya

yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 466.636.250, Dengan rata-rata total biaya

per petani adalah sebesar Rp 4.666.362,5.

Temuan ini mendukung Saleh (1992) penggunaan pompanisasi dalam

usahatani padi sawah di dua Kabupaten yaitu Karawang dan Bekasi tidak

menguntungkan ditinjau dari biaya investasi dan biaya operasional. Makin besar

kapasitas pompa air, tingkat kerugiannya makin tinggi.

Universitas Sumatera Utara

Page 158: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

261

Sejalan dengan hasil penelitian Kalo (1987) dimana usaha penggunaan

pompa air tidak memperoleh keuntungan, tidak saja dialami oleh petani pengguna

pompa air di Kabupaten Bekasi dan Karawang, tetapi juga oleh petani-petani

pengguna pompa air di desa kasus Kabupaten Indramayu dan Cirebon, Provinsi

Jawa Barat.

Dari Tabel 5.36 dan Lampiran 2 dapat dilihat jumlah biaya petani setelah

menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam dalam usahatani padi

sawah selama 2 kali musim tanam yang terbesar adalah pada biaya pupuk

sebesar Rp. 87.122.600 (54,25 %) dengan rata-rata biaya Rp. 871.226, biaya

iyuran air irigasi sebesar Rp 66.108.000 (41,17 %) dengan rata-rata biaya Rp

661.080. Hal ini jelas jika dilihat biaya yang dikeluarkan setelah menerapkan

kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam, sangat kecil karena biaya iuran air

irigasi adalah sebesar 3 kg gabah kering panen/rante. Biaya pestisida sebesar

Rp 7.362.000 (4,58%) dengan rata-rata biaya Rp 73.620. Total biaya yang

dikeluarkan adalah sebesar Rp 160.592.600. Dengan rata-rata total biaya per

petani adalah sebesar Rp 1.605.926.

Dari Tabel 5.37 dan Lampiran 2 dapat dilihat pendapatan petani sebelum

dan setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam dalam

usahatani padi sawah selama 2 kali musim tanam yang terbesar adalah setelah

menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam sebesar

Rp. 2.095.387.900 (54,79 %) dengan rata-rata pendapatan Rp 20.953.879.

Sedangkan pendapatan yang terkecil adalah sebelum menerapkan kearifan lokal

dalam bentuk doa turun tanam sebesar Rp 1.496.537.300 (45,21%) dengan rata-

rata pendapatan Rp 14.965.373.

Universitas Sumatera Utara

Page 159: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

262

Jika dibandingkan dengan Tabel 5.36 dan Lampiran 2 dapat dilihat

jumlah biaya petani setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun

tanam dalam usahatani padi sawah selama 2 kali musim tanam total biaya lebih

kecil, dimana pada biaya iyuran air irigasi adalah sebesar Rp 66.108.000,

(41,17%) dengan rata-rata biaya Rp 661.080. jika dilihat biaya yang dikeluarkan

setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam, sangat kecil

karena biaya iyuran air irigasi sebesar 3 kg gabah kering panen/rante, Biaya

pupuk sebesar Rp. 87.122.600 (54,25 %) dengan rata-rata biaya Rp. 871.226.

dan biaya pestisida sebesar Rp 7.362.000 (4,58%) rata-rata biaya Rp 73.620.

Total biaya Rp 160.592.600. Dengan rata-rata total biaya per petani adalah

sebesar Rp 1.605.926.

Hal ini jelas berbeda jika dibanding dengan biaya yang dikeluarkan

sebelum menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam dengan biaya

setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam, hal yang

membuat sangat berbeda karena biaya pompanisasi sebesar 15 kg gabah kering

panen/rante, sebelum menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam,

sedangkan setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam,

hujan turun air irigasi menjadi lancar maka dikenakan biaya iyuran irigasi sebesar

3 kg gabah kering panen/rante.

Hal ini mendukung Padang (2010) terdapat perbedaan yang signifikan

antara pendapatan petani padi sawah pola irigasi dengan pendapatan petani non

irigasi. Sejalan dengan itu Sutarno (2012) dengan peningkatan irigasi maka akan

menjamin tersedianya air dipetak sawah dan mendorong petani menanam padi

dalam satu tahun.

Universitas Sumatera Utara

Page 160: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

263

6.4. Pengaruh Setelah Menerapkan Kearifan lokal Dalam Bentuk Doa

Turun Tanam Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama

Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap

Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah

Hasil kajian menunjukkan bahwa pada Tabel 5.56 bahwasanya pengaruh

setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam secara langsung

yang terdiri dari biaya iyuran air irigasi, biaya pupuk dan biaya pestisida terhadap

meningkatkan pendapatan petani bernilai positif siginifikan sebesar 4,781 dengan

asumsi jika dapat meningkatkan pendapatan petani sebesar Rp 10.000 maka akan

meningkatkan pendapatan petani pada pengembangan wilayah sebesar Rp 4 781,-

dan melalui kegiatan utama agribisnis padi sawah terhadap meningkatkan

pendapatan petani bernilai positif signifikan sebesar 5,995 dengan asumsi jika

dapat meningkatkan pendapatan petani sebesar Rp 10 000 maka akan

meningkatkan pendapatan petani pada pengembangan wilayah sebesar Rp 5 995.

Hasil temuan ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan Sutarno

(2012) peningkatan irigasi berpengaruh sangat nyata dalam meningkatkan

pendapatan usahatani sebesar 127,8 %.

Salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha peningkatan produksi

pertanian melalui panca usaha adalah pengairan. Air adalah syarat mutlak bagi

kehidupan dan pertumbuhan tanaman. Air dapat datang dari hujan atau harus

melalui pengairan yang diatur manusia. Keduanya harus disesuaikan agar benar-

benar tanaman mendapatkan air secukupnya, tidak kurang tetapi juga tidak terlalu

banyak. Yang dimaksud pengairan sebenarnya. Meliputi “pengaturan kebutuhan

air” bagi tanaman. Sehingga di dalamnya termasuk juga drainase. Di samping itu

Universitas Sumatera Utara

Page 161: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

264

banyak dipakai kata irigasi air untuk membawa air dari sungai ke sawah-sawah.

Irigasi dan pengairan dapat bersifat teknis, setengah teknis atau pengairan rakyat

(Mubyarto dan Kartodirdjo. 1988). Jika air tersedia memenuhi kebutuhan air

irigasi maka petani membayar iyuran air irigasi 3 kg gabah kering panen /rante,

sangat membantu para petani karena biaya produksi sangat murah jika

dibandingkan kalau tidak ada air maka diambil air dari tanah dengan

menggunakan pompanisasi membayar 15 kg gabah kering panen/rante.

Upacara kebo-keboan minta hujan dan tolak bala di Dusun Krajan, Desa

Alasmalang, Kabupaten Banyuwangi, jika dicermati secara mendalam,

mengandung nilai-nilai yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam

kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai itu antara lain adalah: kebersamaan, ketelitian,

gotong royong, dan religius.

Nilai kebersamaan tercermin dari berkumpulnya sebagian besar anggota

masyarakat dalam suatu tempat, makan bersama dan doa bersama demi

keselamatan bersama pula. Ini adalah wujud kebersamaan dalam hidup bersama di

dalam lingkungannya (dalam arti luas). Oleh karena itu, upacara ini mengandung

pula nilai kebersamaan. Dalam hal ini, kebersamaan sebagai komunitas yang

mempunyai wilayah, adat-istiadat dan budaya yang sama.

Nilai ketelitian tercermin dari proses upacara itu sendiri. Sebagai suatu

proses, upacara memerlukan persiapan, baik sebelum upacara, pada saat prosesi,

maupun sesudahnya. Persiapan-persiapan itu, tidak hanya menyangkut peralatan

upacara, tetapi juga tempat, waktu, pemimpin, dan peserta. Semuanya itu harus

dipersiapkan dengan baik dan seksama, sehingga upacara dapat berjalan dengan

lancar. Untuk itu, dibutuhkan ketelitian.

Universitas Sumatera Utara

Page 162: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

265

Nilai kegotong-royongan tercermin dari keterlibatan berbagai pihak dalam

penyelenggaraan upacara. Mereka saling bantu demi terlaksananya upacara.

Dalam hal ini ada yang membantu menyiapkan makanan dan minuman, menjadi

pemimpin upacara, dan lain sebagainya.

Nilai religius tercermin dalam doa bersama yang ditujukan kepada Tuhan

agar mendapat perlindungan, keselamatan dan kesejahteraan dalam menjalani

kehidupan (Ernawati, 2007).

Penyembelihan hewan seperti kerbau dan kambing pada babah lhueng

atau mulut parit pengairan menuju lahan, sehingga darah yang mengalir keparit

mengalir bersama air ke lahan-lahan persawahan milik petani. Pada awal sebelum

masa tanam tidak ada pupuk tertentu yang diberikan untuk pengolahan media

tanah, saat itulah darah hewan tadi bekerja memperkaya unsur-unsur hara di

dalam tanah. Namun bila dipandang dari sisi lain darah kerbau atau darah

kambing juga memiliki fungsi lain pada tahap sebelum penanaman.

Darah hewan sebenarnya dapat juga menyuburkan sawah, dapat

diperhatikan saat kaum ibu yang suka menanam bunga di halaman rumah sering

menyiram bunganya dengan air basuhan ikan yang mengandung darah, air

tersebut dipercaya dapat menyuburkan tanaman sehingga tanaman mereka lebih

hijau dan cepat berbunga. Demikian pula dengan darah kerbau yang mengalir

kelahan persawahan mereka tentu dapat membantu menyuburkan tanah yang

sebentar lagi akan ditanami padi (Hermaliza, 2011).

Secara harfiah, mappalili berarti menjauhkan diri dari hal-hal negatif,

mappalili mengajarkan pada kita tentang kehidupan yang positif, kebersamaan

dan juga musyawarah. Keyakinan terhadap mappalili sebagai sebuah proses yang

Universitas Sumatera Utara

Page 163: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

266

wajib dilalui sebelum menanam padi menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi

masyarakat suku bugis. Secara umum hal itu sangat dimungkinkan, karena

dengan adanya mappalili, petani membajak dan menanami sawah mereka secara

bersamaan. Tanaman yang ditanam serentak dapat meminimalisir hama yang akan

menyerang tanaman (Mujib, 2012).

Langkah petani yang mulai melakukan penanaman secara serempak dapat

menghindari dari ancaman serangan hama maupun penyakit lainnya. Apalagi

hampir sebagian besar lahan garapan pertanian di lebak mengandalkan sistem

tadah hujan. Dengan masih tingginya curah hujan yang turun di wilayah Lebak,

sangat tepat apabila para petani mulai menebar benih padinya dilahan garapannya

dan melakukan penanaman secara serempak (Dika, 2012).

6.5. Pengaruh Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan

Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah

Perkembangan teori lokasi dimulai dari Von Thunnen, yang mengem-

bangkan teorinya berdasarkan pengamatan hasil pertanian di Mcklenberg yang

selanjutnya dikembangkan Weber, Palender dan Hoover, Weber mengenalkan

indeks material dan indeks berat. Faktor yang menentukan lokasi adalah faktor

endowment, pasar dan harga, bahan baku dan energi, angkutan sebagai input

Pengembangan wilayah adalah suatu perencanaan berjangka panjang,

bertahap dan tersistimatik dengan suatu wilayah yang jelas. Tujuan yang jelas itu

adalah menyangkut pada keseluruhan kepentingan stakeholders pertanian baik

masyarakat dari berbagai lapisan, kelompok pengusaha maupun pemerintah.

Perencanaan wilayah menyangkut pada bagaimana pemanfaatan potensi

wilayah, potensi alam maupun potensi buatan harus dilaksanakan secara fully dan

Universitas Sumatera Utara

Page 164: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

267

efficiently agar pemanfaatan potensi dimaksud benar-benar berdampak pada

kesejahteraan masyarakat secara maksimal. Perencanaan wilayah yang

menggambarkan berbagai kegiatan dapat terealisasi dengan baik, apabila

didukung oleh sumberdaya yang melimpah.

Sedangkan menurut Glasson (1974) perencanaan adalah suatu cara

berfikir mengenai persoalan sosial dan ekonomi terutama berorientasi kepada

masa akan datang, sangat berkenaan dengan hubungan antara tujuan dan

keputusan kolektif dan mengusahakan kebijaksanaan dan program yang

menyeluruh. Bilamana cara berfikir ini diterapkan, maka dikatakan bahwa

perencanaan sedang dilaksanakan.

Bersamaan dengan itu Conyers & Hills (1994) menyatakan bahwa

perencanaan sebagai suatu proses yang berkesinambungan yang mencakup

keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk

mencapai tujuan tertentu pada masa yang akan datang. Perencanaan menurut

Widodo (2006), adalah upaya institusi publik untuk membuat arah kebijakan

pembangunan yang harus dilakukan disebuah wilayah baik di negara maupun di

daerah dengan didasarkan keunggulan dan kelemahan yang dimiliki oleh wilayah.

Perencanaan wilayah, menurut Miraza (2004) adalah suatu perencanaan

yang berjangka panjang, bertahap, dan tersistematik dengan suatu tujuan yang

jelas. Tujuan yang jelas ini adalah yang menyangkut pada keselarasan

kepentingan stakeholders, baik masyarakat dari berbagai lapisan, kelompok

pengusaha, maupun pemerintah sendiri. Perencanaan wilayah menyangkut pada

bagaimana pemanfaatan potensi wilayah, baik potensi sumberdaya buatan yang

harus dilaksanakan secara fully dan Eficiently agar pemanfaatan potensi dimaksud

Universitas Sumatera Utara

Page 165: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

268

benar-benar berdampak pada kesejahteraan masyarakat secara maksimal.

Disamping itu juga kita perlu memikirkan bagaimana dunia usaha dapat berkiprah

secara ekonomis serta pemerintah mendapatkan manfaat dari semua keadaan ini

bagi melangsungkan pemerintahan yang baik.

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya perencanaan wilayah

merupakan suatu upaya merumuskan dan mengimplikasikan kerangka teori

kedalam kebijakan ekonomi dan program pembangunan yang didalamnya

mempertimbangkan aspek wilayah dengan mengintegrasikan aspek sosial dan

lingkungan menuju tercapainya kesejahteraan yang optimal dan berkelanjutan.

North dalam Jhingan (1993) mengemukakan bahwa pertumbuhan wilayah

sangat tergantung pada keberhasilan dari suatu kegiatan yang dilakukan terhadap

suatu wilayah. Teori eksport base menyebutkan bahwa masuknya pertambahan

penduduk dan modal yang sangat besar dalam suatu wilayah dapat memberikan

sumbangan besar dalam pengembangan wilayah.

Suatu perencanaan wilayah dalam kegiatan utama agribisnis padi sawah,

dimana variabel yang diteliti adalah biaya produksi, luas panen dan harga gabah

terhadap meningkatkan pendapatan petani dengan meningkatnya pendapatan

petani saving juga meningkat dan dapat dilihat juga investasi juga meningkat,

akhirnya pertumbuhan ekonomi disuatu wilayah ikut meningkat.

Hasil kajian menunjukkan bahwa pada Tabel 5.79 besarnya pengaruh

kegiatan utama agribisnis padi sawah yang terdiri dari biaya produksi, luas panen

dan harga gabah terhadap meningkatkan pendapatan petani bernillai positif

signifikan sebesar 1,214. dengan asumsi jika dapat meningkatkan pendapatan

Universitas Sumatera Utara

Page 166: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

269

petani sebesar Rp 10 000 maka akan meningkatkan pendapatan petani pada

pengembangan wilayah sebesar Rp 1 214.

Hasil temuan ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan Liarman, dkk

(2014) secara simultan, variabel harga jual (X1), luas lahan panen (X2), biaya

usahatani (X3) berpengaruh secara signifikan (nyata) terhadap pendapatan petani

padi sawah di Jorong Padang Sawah Kec Tigo Nagari Kabupaten Pasaman.

Hal ini sesuai dengan studi yang dilakukan Saadah, dkk (2011) biaya-

biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam mengelola usahataninya meliputi biaya

pembelian pupuk, pestisida, upah tenaga kerja, biaya penyusutan alat-alat dan

pajak. Perbedaan hasil produksi dengan total biaya produksi menyebabkan

keuntungan yang diperoleh setiap petani berbeda. Untuk mengetahui rata-rata

pendapatan yang diterima petani sebelum dan setelah menerapkan sistem tanam

jajar legowo 2:1. Menunjukkan bahwa terjadi kenaikkan jumlah produksi antara

sebelum dan setelah petani menerapkan sistem tanam jajar legowo 2:1 sebesar 3

ton/ha atau sebesar 50%. Pendapatan petani yang merupakan hasil pengurangan

dari penerimaan dan total biaya usahatani, sebelum dan setelah menerapkan

sistem tanam jajar legowo 2:1 meningkat sebesar Rp 8.093.865,50 atau 65%.

Hal ini didukung Liarman, dkk (2014) variabel biaya usaha (X3) memiliki

koefisien sebesar 0,309 dan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan

terhadap pendapatan petani padi sawah di Jorong Padang Sawah Kecamatan Tigo

Nagari Kabupaten Pasaman. Sejalan dengan itu Arianti, dkk. (2010) besarnya

rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk usahatani padi sawah pada daerah sentra,

sebanding dengan besarnya rata-rata penerimaan usahatani padi sawah, sehingga

rata-rata pendapatan juga lebih besar.

Universitas Sumatera Utara

Page 167: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

270

Hasil ini didukung Liarman, dkk (2014) variabel Luas panen (X2)

memiliki koefisien sebesar 0,332 dan mempunyai pengaruh yang positif dan

signifikan terhadap pendapatan petani padi sawah di Jorong Padang Sawah Kec.

Tigo Nagari Kabupaten Pasaman.

Selain itu Maulana ( 2004). menyatakan penurunan produksi cukup tajam

disebabkan oleh stagnansi atau menurunnya luas panen dan produktivitas. Dari

tiga pertumbuhan produksi padi sawah, yaitu pertumbuhan luas lahan, intensitas

pertanaman, dan produktivitas, hanya intensitas pertanaman yang menjadi sumber

pertumbuhan.

Hasil ini didukung Liarman, dkk (2014) harga jual berpengaruh signifikan

terhadap pendapatan petani padi sawah di jorong padang sawah kecamatan Tigo

Nagari Kabupaten Pasaman pada tingkat kepercayaan 95%. Variabel harga jual

(X1) memiliki koefisisen sebesar 0,351 dan mempunyai pengaruh yang positif dan

signifikan terhadap pendapatan petani padi sawah di Jorong Padang Sawah

Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman.

Sejalan dengan itu Rusli (2010) hasil penelitian di wilayah Bosowasipilu

menunjukkan bahwa adanya perlakuan kebijakan subsidi harga gabah pada

tanaman padi baik pada musim tanaman gadu maupun rendengan mempunyai

dampak positif yang lebih baik karena dapat meningkatkan produksi dan

pendapatan usahatani padi.

Sedangkan menurut Mardianto, dkk (2005) adanya keterpisahan petani

dari pasar, segala insentif pasar dan usaha-usaha mensejahterakan petani yang

dilakukan melalui kebijakan harga tidak akan secara efektif dirasakan petani

karena akan lebih banyak dinikmati oleh para pelaku tata niaga. Untuk

Universitas Sumatera Utara

Page 168: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

271

menigkatkan kesejahteraan petani, sebaiknya dilakukan melalui mekanisme

kebijakan yang dapat langsung dinikmati kepada petani dan keluarganya tanpa

mengitervensi mekanisme pasar.

Hal ini sesuai dengan studi yang dilakukan Sopian (2008) harga gabah

petani yang menjual ke LUEP lebih tinggi lima persen dari pada harga gabah

petani yang tidak menjual ke LUEP. Pendapatan petani yang menjual gabahnya

ke LUEP lebih tinggi empat persen dari pada pendapatan petani yang tidak

menjual gabahnya ke LUEP.

Berdasarkan hasil temuan ini, dapat dinyatakan bahwa pengaruh kegiatan

utama agribisnis padi sawah pada pengembangan wilayah, terhadap meningkatkan

pendapatan petani, perlu dilakukan sejalan upaya meningkatkan pendapatan

petani padi sawah pada pengembangan wilayah di kabupaten Serdang Bedagai

Provinsi Sumatera Utara.

6.6. Pengaruh Kegiatan Penunjang Agribisnis Secara Langsung Dan Melalui

Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap

Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah

Kebijakan pengembangan willayah pada dasarnya merupakan intervensi

pemerintah baik secara nasional maupun daerah untuk mendorong proses

pembangunan daerah secara keseluruhan. Analisis ini sangat penting artinya

untuk dapat menerapkan teori dan konsep yang telah dijelaskan terdahulu guna

mempercepat pengembangan wilayah, meningkatkan penyediaan lapangan kerja,

dan penanggulangan kemiskinan pada wilayah-wilayah yang masih terbelakang.

Kebijakan pengembangan wilayah pada dasarnya adalah merupakan

keputusan atau tindakan yang ditetapkan oleh pejabat pemerintah berwenang atau

Universitas Sumatera Utara

Page 169: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

272

pengambil keputusan publik guna mewujudkan suatu kondisi pembangunan atau

masyarakat yang diinginkan, baik pada saat sekarang maupun periode tertentu

dimasa mendatang.

Secara prinsipil perencanaan wilayah merupakan aplikasi perencanaan di

suatu lokasi yang di dalam hal ini wilayah atau daerah. Upaya pembangunan dan

pemgembangan wilayah akan sangat berhasil apabila didukung oleh suatu

perencanaan wilayah yang baik. Adapun tujuan dari rangkaian kegiatan tersebut

adalah bagaimana mempercepat pencapaian kesejahteraan masyarakat dan

sekaligus mengurangi kemiskinan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya pengaruh, dapat dilihat

pada Tabel 5.80 bahwasanya pengaruh kegiatan penunjang agribisnis padi sawah

secara langsung yang terdiri dari bantuan input pertanian, penyaluran kredit,

kebijakan pemerintah dalam subsidi pupuk terhadap meningkatkan pendapatan

petani bernilai positif tidak signifikan sebesar 0,480. Dengan asumsi jika dapat

meningkatkan pendapatan petani sebesar Rp 10 000 maka akan meningkatkan

pendapatan petani pada pengembangan wilayah sebesar Rp 480,- dan melalui

kegiatan utama agribisnis padi sawah terhadap meningkatkan pendapatan petani

bernillai positif signifikan sebesar 1, 694, dengan asumsi jika dapat mening-

katkan pendapatan petani sebesar Rp 10 000 maka akan meningkatkan

pendapatan petani pada pengembangan wilayah sebesar Rp 1 694.

Hasil ini didukung Sinulingga (2013) pendapatan petani di daerah

penelitian sebelum mendapatkan bantuan lebih rendah daripada pendapatan petani

setelah mendapatkan bantuan, hal ini disebabkan karena pada saat sebelum

mendapatkan bantuan biaya produksi yang dikeluarkan petani lebih besar karena

Universitas Sumatera Utara

Page 170: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

273

biaya untuk benih, pupuk, dan pestisida masih masuk dalam biaya produksi

usahataninya. Sedangkan setelah mendapatkan bantuan, biaya yang dikeluarkan

petani lebih kecil karena biaya untuk benih, pupuk, dan pestisida berkurang,

Selain dari biaya produksi semakin kecil setelah adanya bantuan, produksi padi

pun lebih meningkat sehingga pendapatan petani juga meningkat.

Hasil ini didukung Sutrisno (2009) untuk variabel kredit ketahanan

pangan berdasarkan hasil uji korelasi menunjukkan bahwa hubungan antara

variabel kredit ketahanan pangan dengan pendapatan petani adalah sangat kuat,

hal ini dapat dideteksi dengan melihat koefisen korelasi yang menunjukkan angka

0,992 dengan probalitas 0.000 artinya bahwa hubungan antara kredit ketahanan

pangan dengan pendapatan petani adalah sangat kuat.

Sejalan dengan itu Lidya (2009) kredit yang diperoleh oleh petani

responden, berpengaruh terhadap tingkat pendapatan usahatani padi sawah

responden. Hal ini terlihat dengan adanya peningkatan pendapatan rata-rata per

ha responden dari sebelum menerima kredit sebesar Rp 6.196.656 menjadi sebesar

Rp Rp 7.112.257 setelah menggunakan kredit atau meningkat sebesar Rp 7,62%.

Hal ini juga terlihat dari adanya peningkatan keuntungan rata-rata per ha

responden dari sebelum menerima kredit sebesar Rp 1.399.082 meningkat sebesar

Rp 3.888.777 setelah menerima kredit atau meningkat sebesar 177%.

Hal ini sesuai dengan studi yang dilakukan Mariyah (2009) Program

Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat (BPLM) berpengaruh positif dan nyata

terhadap peningkatan produksi dan peningkatan pendapatan petani padi sawah di

Kabupaten PPU, serta memberikan pengaruh imbas kepada petani bukan

penerima BPLM dalam hal penggunaan input riil yang belum optimal.

Universitas Sumatera Utara

Page 171: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

274

Hal ini didukung oleh Kurniawan (2012) secara parsial variabel bebas

pupuk bersubsidi berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani padi sawah.

Hal ini disebabkan karena pupuk bersubsidi membantu petani dalam pengurangan

harga pupuk, sehingga petani mampu memenuhi kebutuhan pupuk yang

dibutuhkan tanaman padi sawah dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap

produksi dan pendapatan. Menurut Sukirno (2005) subsidi adalah pemberian

pemerintah kepada produsen untuk mengurangi biaya produksi yang ditanggung

produsen Subsidi dapat menurunkan harga.

Sejalan dengan itu Suparmoko (2003) mendefinisikan subsidi adalah salah

satu bentuk pengeluaran pemerintah yang dapat juga diartikan sebagai pajak

negatif yang akan menambah pendapatan pihak penerima subsidi. Dari uraian

diatas, yang dimaksud dengan subsidi harga pupuk dalam penelitian ini adalah

subsidi produksi yang diberikan oleh pemerintah untuk menanggung sebagian

biaya produksi pupuk agar bisa dicapai harga jual yang diinginkan.

Sedangkan menurut PSE-KP (2009) subsidi pupuk masih menjadi

instrumen penting dalam kebijakan pertanian. Kebijakan pemerintah yang

cenderung terus meningkatkan subsidi pupuk bertujuan untuk meningkatkan

kinerja sektor pertanian, khususnya subsektor tanaman pangan. Kebijakan ini

dilandasi pemikiran bahwa pupuk merupakan faktor kunci dalam meningkatkan

produktivitas, dan subsidi dengan harga pupuk yang lebih murah akan mendorong

peningkatan penggunaan input tersebut.

Berdasarkan hasil temuan ini, dapat dinyatakan bahwa pengaruh kegiatan

penunjang agribisnis padi sawah terhadap meningkatkan pendapatan petani

secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis padi sawah pada

Universitas Sumatera Utara

Page 172: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

275

pengembangann wilayah, perlu dilakukan sejalan upaya meningkatkan penda-

patan petani pada pengembangan wilayah di kabupaten Serdang Bedagai Provinsi

Sumatera Utara.

Pengembangan wilayah merupakan proses yang mana pemerintah daerah

atau kelompok berbasis komunitas mengelola sumberdaya yang ada dan masuk

kepada penataan kemitraan baru dengan sektor swasta, atau diantara mereka

sendiri, untuk menciptakan pekerjaan baru dan merangsang kegiatan ekonomi

wilayah. Ciri utama pengembangan wilayah adalah titik beratnya pada kebijakan

”endogenous development” menggunakan potensi sumber daya manusia,

institutional dan fisik setempat. Orientasi ini mengarahkan kepada fokus dalam

proses pembangunan untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang

pertumbuhan kegiatan ekonomi.

Target pengembangan wilayah untuk jangka panjang adalah pertumbuhan

ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan target itu,

dirancanglah skenario tertentu agar kekurangan-kekurangan yang dihadapi dapat

diupayakan melalui pemanfaatan resources, masalah ketika berbicara dalam

konteks pengembangan wilayah di Indonesia munculah, persoalan berupa

kekurangan- kekurangan teknologi untuk pengolahan resources yang berlimpah.

Sementara itu penduduk sebagai sumber daya manusia lebih mengarah social

dimention. Dimensi sosial ini penting sekali. Setiap masyarakat mempunyai pola

tertentu untuk menanggapi hasil teknologi (Sasmojo, 2001).

Menurut Zen (1980) perkembangan Indonesia dalam dua tiga dasawarsa

mendatang akan sangat bergantung pada kemampuannya mengarahkan tiga unsur

pokok, yaitu (1) ketersediaan SDA, (2) kemampuan SDM, dan (3) pemanfaatan

Universitas Sumatera Utara

Page 173: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

276

Teknologi. Yang kesemuanya harus ditujukan terutama untuk kesejahteraan

masyarakat. Hubungan ketiga unsur tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.1.

Gambar 6.1. Tiga Pilar Penopang Ilmu Pengembangan Wilayah.

Pengembangan wilayah sangat tergantung pada kemampuan tiga unsur

pokok seperti pada Gambar 6.1, yaitu 1. ketersediaan sumber daya alam,

2. Kemampuan sumber daya manusia dan 3. pemanfaatan teknologi.

Tujuan umum pengembangan wilayah adalah untuk mencapai

keseimbangan dan keserasian perkembangan pembangunan antar wilayah, antar

sektor, dan antar kelompok masyarakat. Dalam mencapai tujuan itu, diperlukan

minimal tiga pilar utama sebagai penyangga, yaitu sumberdaya alam (SDA),

sumberdaya manusia (SDM), dan teknologi.

Titik fokus penelitian ini adalah pada pilar sumberdaya manusia,

mengingat perannya yang sangat strategis dalam pembangunan nasional, terutama

peran ganda SDM sebagai subyek sekaligus obyek atau sasaran pembangunan.

Sebagai subyek pembangunan diperlukan SDM yang berkualitas, sehat jasmani

Teknologi

Sumber Daya Alam Sumber Daya Manusia

Pengembangan

Wilayah

Universitas Sumatera Utara

Page 174: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

277

dan rohani, mempunyai pendidikan dan keterampilan yang memadai dan

didukung oleh suasana aman dalam kehidupan sehari-hari (Suhandojo, 2001).

6.7. Pengaruh Sumber Daya Alam (SDA) Secara Langsung Dan Melalui

Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap

Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah

Teori resource endowment, teori ini bertolak dari suatu pandangan bahwa

pengembangan ekonomi wilayah sangat tergantung pada sumber daya alam yang

dimiliki oleh wilayah tersebut dan permintaan terhadap komoditas yang dihasilkan

dari sumber daya itu. Makin banyak sumber daya alam yang dapat diolah untuk

komoditi unggulan maka makin cepat pertumbuhan wilayahnya. Teori resource

endowment secara implisit mengasumsikan bahwa dalam perkembangannya,

sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu wilayah akan digunakan untuk

memproduksi barang dan jasa yang berbeda bila terjadi perubahan permintaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya pengaruh, dapat dilihat

pada Tabel 5.81 bahwasanya pengaruh sumber daya alam secara langsung yang

terdiri dari tinggi volume air/ha, luas lahan yang beririgasi, panjang jalan

usahatani terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah bernilai positif

tidak signifikan sebesar 0,330 dengan asumsi jika dapat meningkatkan

pendapatan petani sebesar Rp 10 000 maka akan meningkatkan pendapatan petani

pada pengembangan wilayah sebesar Rp 330,- dan melalui kegiatan utama

agribisnis padi sawah terhadap meningkatkan pendapatan petani bernillai positif

signifikan sebesar 1,544. dengan asumsi jika dapat meningkatkan pendapatan

petani sebesar Rp 10 000 maka akan meningkatkan pendapatan petani pada

pengembangan wilayah sebesar Rp 1 544,

Universitas Sumatera Utara

Page 175: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

278

Hal ini didukung oleh Hayati ( 2013) penggenangan 0,25 dan -2,5 cm

tidak mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah anakan, hasil gabah

serta komponen hasil. Rata-rata produktivitas padi varietas Ciherang pada setiap

perlakuan penggenangan berkisar 6,6 ton/ha hingga 6,9 ton/ha. Ketersediaan air

tanah untuk pertumbuhan tanaman terpenuhi yang ditunjukkan oleh kadar air

tanah sebelum irigasi yang tidak berbeda nyata untuk semua perlakuan

penggenangan. Penggenangan -2.5 dapat diterapkan dalam budi daya padi sawah.

Sejalan dengan Chapagain and Eiji Yamaji (2010) Dengan menggunakan

metode irigasi AWDI (Alternate Wet and Dry Irrigation) meminimalisir

penggunaan air irigasi sebesar 28% tanpa berpengaruh terhadap hasil produksi

gabah.

Hal ini didukung oleh Rajagukguk (2011) ada perbedaan nyata antara

produkitivitas dan pendapatan petani padi sawah sebelum dan sesudah pem-

bangunan jaringan irigasi. Produktivitas dan pendapatan sesudah pembangunan

irigasi lebih tinggi dibandingkan sebelum pembangunan jaringan irigasi.

Selanjutnya Damayanti (2013) pendapatan usahatani dipengaruhi oleh

luas lahan, harga benih, harga pupuk urea, harga pupuk phonska, harga pestisida,

pendidikan petani, upah tenaga kerja dan irigasi. Dimana irigasi dapat

meningkatkan pendapatan usahatani sebesar 1,44 % .

Menurut Datta, et al (2004) dampak irigasi terhadap peningkatan produksi

tanaman dan pendapatan menyebabkan semakin berkurangnya kesenjangan

ekonomi yang terjadi di daerah penelitian. Dan pembuatan irigasi bisa berdampak

terhadap ekonomi, sosial dan kelestarian lingkungan.

Universitas Sumatera Utara

Page 176: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

279

Agribisnis padi sawah kaitannya dengan sumber daya alam (sda) yaitu

jalan usahatani. Dimana petani sebagai pengelola usahataninya tentu memerlukan

jalan usahatani yang baik dan tanah jalan usahatani tersebut padat dengan satuan

m. Untuk memperlancar mobilitas alat mesin pertanian dan hasil produksi

pertanian dari dan kelahan usahatani, memudahkan pergerakan dari rumah ke

tempat usahataninya dan dari tempat usahataninya ke pasar, hasil produksinya

mudah diangkut dan lancar, tentu jalan usahataninya harus baik

Dalam hal ini jika tidak baik jalan usahatani seperti lebar jalan setapak,

jalan banyak yang rusak dan tidak dipadatkan maka terganggunya kelancaran

transportasi petani dalam bekerja maupun mengangkut sarana produksi dari rumah

petani ke lahan usahatani dan mengangkat produksi dari lahan usahatani ke pasar.

Jika jalan usahatani tersebut rusak maka banyak produksi yang diangkut

berjatuhan dijalan akibat goncangan kenderaan dan terlambatnya produksi sampai

ketujuan, sehingga ada pengaruhnya terhadap peningkatan produksi dan

pendapatan petani padi sawah.

Hal ini didukung oleh KMK, Rejang Lebong ( 2011) dengan adanya

pembangunan jalan usahatani ongkos angkut hasil pertanian (padi sawah) semakin

berkurang. Sebelum adanya jalan usahatani masyarakat mengangkut hasil panen

padi melalui jalan setapak yang hanya dapat dilalui oleh tenaga manusia. Ongkos

angkut sekarung padi bisa mencapai Rp 5.000/karung , hanya sampai ditepi jalan

besar sehingga diperlukan ongkos angkut lanjutan yang menggunakan angkutan

umum (ojek/angkutan perdesaan) sampai kerumah. Setelah adanya jalan

usahatani ongkos angkut hasil panen bisa ditekan atau berkurang sampai dengan

Rp. 4.000/karung. Artinya ongkos angkut menjadi Rp 1.000/karung.

Universitas Sumatera Utara

Page 177: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

280

Pembangunan jalan usahatani tersebut melayani areal ± 300 Ha sawah

dengan jumlah kepemilikan mencapai 275 kk. Oleh karena itu rata-rata penduduk

memiliki ± 1,09 Ha. Rata-rata 1 ha sawah menghasilkan 60 karung gabah, maka

ongkos angkut yang dapat dihemat oleh setiap keluarga petani adalah :

Ongkos angkut sebelum pembangunan jalan usahatani Rp 5.000 X 60

karung = Rp 300.000. Ongkos angkut setelah pembangunan jalan usahatani Rp

1.000 X 60 karung = Rp 60.000. Jadi ongkos angkut bisa dihemat sebesar Rp 240

000/kk. Jika dalam satu tahun rata-rata dapat ditanam padi sawah 2 kali tanam

maka keuntungan tambahan per kk bisa mencapai Rp 480.000. Dengan kata lain

per rumah tangga petani padi sawah dapat menikmati keuntungan tambahan

sebesar Rp 480.000/tahun.

Sejalan dengan Ruauw, dkk (2010) manfaat jalan usahatani terhadap

petani sekitar dapat dilihat dari pendapatan petani sebelum dan sesudah ada jalan

usahatani yang mengalami peningkatan, Dimana sebelum ada jalan usahatani

pendapatan petani/ha dari cabang usahatani kubis dan wortel sebesar Rp.

11.155.566 dan pendapatan petani/ha sesudah ada jalan usahatani dari kedua

cabang usahatani tersebut sebesar Rp. 12.062.334 atau terjadi kenaikan sebesar

8,13%. Peningkatan pendapatan ini dikarenakan adanya pengurangan biaya

angkutan sesudah ada jalan usahatani.

Berdasarkan hasil temuan ini, dapat dinyatakan bahwa pengaruh sumber

daya alam (sda) secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis padi sawah

pada pengembangan wilayah terhadap meningkatkan pendapatan petani, perlu

dilakukan sejalan upaya meningkatkan pendapatan petani padi sawah pada

pengembangan wilayah di kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

Page 178: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

281

6.8. Pengaruh Sumber Daya Manusia (SDM) Secara Langsung Dan Melalui

Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap

Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah

Teori pengembangan SDM, teori ini mengasumsikan bahwa sumber daya

manusia (sdm) merupakan faktor penentu bagi kemajuan ekonomi suatu wilayah.

Bukti empirik menunjukkan, ketersediaan sumber daya manusia memiliki

hubungan yang signifikan dengan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu,

investasi pada sumber daya manusia menjadi lebih utama untuk meningkatkan

skala pengembalian dalam jangka panjang.

Teori pertumbuhan wilayah neo klasik, yang dipelopori oleh Borts Stein

(1964) kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Roman (1965) dan Siebert

(1969) pertumbuhan ekonomi wilayah sangat tergantung kepada faktor tenaga

kerja, ketersediaan modal dan kemajuan teknologi. Teori ini tidak menekankan

pentingnya faktor permintaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya pengaruh dapat dilihat

pada Tabel 5.81 bahwasannya pengaruh sumber daya manusia secara langsung

yang terdiri dari curahan tenaga kerja, penyuluhan / pelatihan, produktivitas

tenaga kerja terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah bernilai

negatif tidak signifikan sebesar -0,194. Dengan asumsi jika dapat meningkatkan

pendapatan petani padi sawah sebesar Rp 10 000 maka akan mengurangkan

pendapatan petani padi sawah pada pengembangan wilayah sebesar Rp 194.

Hal ini didukung oleh Daniel, dkk (2014) curahan tenaga kerja petani

pada usahatani padi sawah tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan keluarga.

Sejalan dengan itu Harianto dan Dwi Astuti Bertha Susila (2008) penggunaan

Universitas Sumatera Utara

Page 179: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

282

tenaga kerja sudah tidak efisien, hal ini terlihat dari angka elastisitas produksi

yang bertanda negatif. Penambahan penggunaan tenaga kerja justru akan

menurunkan produksi padi sawah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya pengaruh dapat dilihat

melalui kegiatan utama agribisnis padi sawah terhadap meningkatkan pendapatan

petani padi sawah bernillai positif signifikan sebesar 1,020, dengan asumsi jika

dapat meningkatkan pendapatan petani sebesar Rp 10 000 maka akan

meningkatkan pendapatan petani pada pengembangan wilayah sebesar Rp 1 020.

Hasil kajian juga mendukung temuan Sutrisno (2009) untuk variabel biaya

tenaga kerja, hasil analisis korelasi pearson menunjukkan bahwa terjadi hubungan

atau korelasi yang sangat kuat antara biaya tenaga kerja dengan pendapatan

petani, hal ini dapat dilihat pada koefisien korelasi yang menunjukkan angka

sebesar 0,994 dengan probalitas 0.000, artinya bahwa terjadi hubungan yang

sangat kuat antara variabel biaya tenaga kerja dengan pendapatan petani.

Hal yang sama juga diungkapkan Arianti, dkk (2010) faktor-faktor

produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi usahatani padi sawah pada

daerah sentra yaitu jumlah penggunaan tenaga kerja luar keluarga, sedangkan

pada daerah non sentra adalah jumlah penggunaan tenaga kerja dalam keluarga

dan jumlah penggunaan tenaga kerja luar keluarga dan rata-rata pendapatan

usahatani padi pada daerah sentra di Kabupaten Lebong adalah sebesar Rp.

6.951.169.83/ut/mt dan rata-rata pendapatan usahatani padi sawah pada daerah

non sentra di Kabupaten Lebong adalah sebesar Rp. 1.657.611,41/ut/mt.

Universitas Sumatera Utara

Page 180: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

283

Hal ini didukung oleh Hasyim (2009) metode penyuluhan memberikan

dampak yang signifikan terhadap pendapatan petani padi sawah anggota

kelompok tani. Signifikan t-hitung sebesar 3,354 adalah lebih besar dari nilai t-tabel

1.701 (α = 0,05) artinya metode penyuluhan menunjukkan signifikan dengan kata

lain metode penyuluhan mempunyai pengaruh nyata terhadap pendapatan petani.

Sejalan dengan itu Saadah, dkk (2011) menyatakan adanya penyuluhan

pertanian tentang sistem tanam jajar legowo dapat meningkatkan pendapatan

petani, pendapatan petani meningkat sebesar Rp 8.093.865,50 atau sebesar 65%

setelah petani menerapkan sistem jajar legowo. Berdasarkan hasil analisis Chi-

kuadrat (X2) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara variabel bebas

peranan penyuluhan pertanian dan variabel terikat pendapatan petani. Dengan

hasil perhitungan koefisien kontingensi (C) = 0,75 berarti tingkat keeratan

hubungan antara kedua variabel tersebut dalam kategori tinggi.

Hal yang sama diungkap Stanton (2000) perusahaan agribisnis di tingkat

lokal menawarkan kemungkinan menangkap nilai tambah sehingga meningkatkan

pendapatan lokal. Karena banyak petani mengandalkan pembeli pemerintah untuk

pilihan mereka, pencabutan pelayanan tersebut tidak mungkin segera diganti oleh

perusahaan swasta.

Sebagaimana telah disampaikan Fan (2000) Cina masih memiliki potensi

besar untuk meningkatkan pertumbuhan produksi dengan mengurangi perbedaan

regional dalam efisiensi alokatif. Stagnasi dalam efisiensi teknis setelah 1984

mungkin akibat dari kerusakan layanan penyuluhan setelah reformasi. Oleh

karena itu, sistem penyuluhan juga perlu diperkuat untuk mendapatkan efisiensi

lebih lanjut dalam produksi.

Universitas Sumatera Utara

Page 181: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

284

Menurut penelitian Wibawa dan I Nyoman Mahendra Yasa (2013)

program Sistem Pertanian Terintegrasi (SIMANTRI) berdampak positif dan

signifikan terhadap pendapatan rumah tangga petani di Desa Kelating Kecamatan

Kerambitan Kabupaten Tabanan. Selanjutnya Prayoga (2010) dalam penelitian-

nya menemukan bahwa jumlah anggota keluarga usia produktif dan frekuensi

mengikuti kegiatan penyuluhan berpengaruh menurunkan inefisiensi teknis.

Dari Tabel 5.51(Lampiran 4) dapat diketahui bahwa produktivitas tenaga

kerja terbesar adalah pada kisaran produktivitas tenaga kerja ≥ 2 kw/hkp yaitu

sebesar 90,4 kw/hkp dengan besar sampel sebesar 32 sampel (32 %). Sedangkan

produktivitas tenaga kerja terkecil adalah pada kisaran produktivitas tenaga

kerja ≤ 0,99 kw/hkp yaitu sebesar 20,3 kw/hkp dengan besar sampel sebesar

29 sampel (29 %).

Hal ini didukung oleh Rusastra dan M. Suryadi (2004) kontribusi tenaga

kerja dinilai menentukan kinerja usahatani padi yang bersifat padat tenaga kerja.

Kelangkaan tenaga kerja dan peningkatan upah secara tidak terkendali perlu

dicegah. Sumber pendapatan dominan buruh tani adalah berburuh (pertanian) dan

kegiatan non pertanian. Proporsi pendapatan berburuh tani adalah 78,60 % dari

total pendapatan berburuh, sedangkan total pendapatan berburuh adalah 44,80%

dari pendapatan keluarga. Sumbangan pendapatan dari kegiatan nonpertanian

mencapai 23,30%. Keberhasilan dalam mempertahankan tingkat upah yang wajar

dan membangun kesempatan dan eksesibilitas kegiatan di luar pertanian

memegang peranan penting dalam peningkatan kesejahteraan buruh tani.

Sejalan dengan itu Daniel, dkk (2014) produktivitas tenaga kerja yaitu

perbandingan antara penerimaan dengan total tenaga kerja yang dicurahkan per

Universitas Sumatera Utara

Page 182: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

285

usahatani dengan satuan Rp/HOK. Efisiensi tenaga kerja atau sering disebut

produktivitas tenga kerja dapat diukur dengan memperhatikan jumlah produksi,

penerimaan perhari, dan luas lahan atau luas usaha. Produktivitas tenaga kerja

petani pada usahatani padi dengan memperhatikan perbandingan penerimaan yaitu

sebesar Rp. 3.563.148 dan tenaga kerja petani yang dicurahkan 50 HOK yang

artinya bahwa pendapatan petani dari usahatani padi telah mencapai produktivitas

yaitu sebesar Rp. 92.293/HOK. Dengan rata-rata produktivitas curahan tenaga

kerja per petani adalah sebesar 1,6635 kw/hkp. Produktivitas tenaga kerja petani

di Desa Tekalong, usahatani padi Rp. 92.293/HOK.

Berdasarkan hasil temuan ini, dapat dinyatakan bahwa pengaruh sumber

daya manusia (sdm) secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis padi

sawah pada pengembangan wilayah, terhadap meningkatkan pendapatan petani

perlu dilakukan sejalan upaya meningkatkan pendapatan petani padi sawah pada

pengembangan wilayah di kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara.

6.9. Pengaruh Teknologi Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama

Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan

Pendapatan Petani Padi Sawah

Teori export base, teori ini petama kali dikembangkan oleh Douglas C.

North (1955) Menurut North, kekuatan utama ekonomi suatu wilayah tergantung

kepada permintaan eksternal akan barang dan jasa yang diproduksi dari wilayah

tersebut. Permintaan ekternal akan mempengaruhi penggunaan modal, teknologi

dan diekspor oleh wilayah itu, karena itu pertumbuhan wilayah jangka panjang

sangat tergantung pada kegiatan industri ekspornya. Atas dasar itu, keberlanjutan

perkembangan wilayah sangat banyak ditekan pada peningkatan aliran modal dan

Universitas Sumatera Utara

Page 183: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

286

teknologi, dimana persyaratan untuk itu berkaitan dengan jumlah modal yang

ditanamkan oleh pemilik modal, baik dari dalam maupun luar, serta berkaitan pula

dengan sumber daya manusia yang memiliki keahlian khusus.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya pengaruh dapat dilihat

pada Tabel 5.81. bahwasannya pengaruh teknologi secara langsung yang terdiri

dari penerapan komponen teknologi dasar dan penerapan komponen teknologi

pilihan terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah bernilai positif

signifikan sebesar 3,753 dengan asumsi jika dapat meningkatkan pendapatan

petani sebesar Rp 10.000 maka akan meningkatkan pendapatan petani pada

pengembangan wilayah sebesar Rp, 3.753 - dan melalui kegiatan utama agribisnis

padi sawah terhadap meningkatkan pendapatan petani bernillai positif signifikan

sebesar 4,967. dengan asumsi jika dapat meningkatkan pendapatan petani sebesar

Rp 10.000 maka akan meningkatkan pendapatan petani pada pengembangan

wilayah sebesar Rp 4 967.

Dari Tabel 5.52. (Lampiran 5) dapat diketahui bahwa penerapan

komponen teknologi dasar pada bibit bermutu dan sehat berdasarkan pernyataan

dalam skor selalu dilakukan adalah skor yang tertinggi sebesar 282 (94 %), jarang

dilakukan sebesar10 (5%), dan tidak pernah dilakukan sebesar 1 (1%). Sedangkan

penerapan komponen teknologi dasar pada pemupukan spesifik lokasi

berdasarkan pernya-taan dalam skor selalu dilakukan adalah skor yang terendah

sebesar 201 (67 %), jarang dilakukan sebesar 44 (22%), dan tidak pernah

dilakukan sebesar 11 (11%).

Dari Tabel 5.53 (Lampiran 5) dapat diketahui penerapan komponen

teknologi pilihan pada pengolahan tanah berdasarkan pernyataan dalam skor

Universitas Sumatera Utara

Page 184: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

287

selalu dilakukan adalah skor yang tertinggi sebesar 288 (96 %), jarang dilakukan

sebesar 2 (1%), dan tidak pernah dilakukan sebesar 3 (3%). Sedangkan penerapan

komponen teknologi pilihan pada irigasi berselang berdasarkan pernyataan dalam

skor selalu dilakukan adalah skor yang terendah sebesar 117 (39 %), jarang

dilakukan sebesar 62 (31%), dan tidak pernah dilakukan sebesar 30 (30%).

Dalam mencapai peningkatan produksi teknologi memang diperlukan dan

para petani perlu mengadopsi teknologi baru. Petani harus berubah dari pengguna

teknologi lama ke penggunaan teknologi baru yang lebih maju. Petani tidak

hanya perlu mengetahui saja, tetapi petani juga perlu mengerti dan menghayati

apa saja yang dilakukannya (Slamet, 2003).

Menurut Prayoga (2010) petani padi organik tahun ke-8 dan tahun ke-5

lebih efisien dibandingkan petani padi konvensional. Tingkat efisiensi teknis

yang dicapai petani sampel bervariasi antara 0,47-0,96 dengan rata-rata 0,70,

sehingga ada peluang bagi petani untuk meningkatkan produksinya sekitar 30 %

dengan penerapan pengelolaan yang terbaik menggunakan teknologi yang ada.

Menurut Pramono, dkk (2005) pendekatan model PTT disamping

meningkatkan hasil gabah, juga mampu meningkatkan tingkat keuntungan

usahatani berkisar antara 25-58 %. Menurut Azwir dan Ridwan (2009) Varietas

padi batang Piaman dengan metode Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)

memberikan hasil 6,86 ton GKP/ha, sementara teknologi petani hanya

memberikan hasil 4,20 ton GKP/ha atau terjadi peningkatan hasil 63,33 %

Menurut Wibawa (2013) Program Sistem Pertanian Terintegrasi

(SIMANTRI) merupakan upaya terobosan dalam mempercepat adopsi teknologi

Universitas Sumatera Utara

Page 185: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

288

pertanian, dimana berdampak positif dan signifikan terhadap pendapatan rumah

tangga petani di Desa Kelating Kecamatan Kerambitan Kabupaten Tabanan.

Menurut Azwir dan Ridwan (2009) varietas padi Batang Piaman dengan

metode Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) memberikan hasil 6,86 GKP/ha

sementara teknologi petani hanya memberikan hasil 4,20 ton/ha, artinya terjadi

peningkatan hasil 63,33%. Sejalan dengan itu Ishak, dkk (2013) melalui

komponen teknologi PTT, usahatani padi sawah ditingkat petani menghasilkan

produksi dan pendapatan yang lebih tinggi dibanding dengan usahatani eksisting.

Pendapatan petani meningkat 137,29% dari sebelum penerapan komponen

teknologi PTT.

Berdasarkan hasil temuan ini, dapat dinyatakan bahwa pengaruh teknologi

terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah secara langsung dan

melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani pada pengembangann wilayah,

perlu dilakukan sejalan upaya meningkatkan pendapatan petani padi sawah pada

pengembangan wilayah di kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara.

6.10. Temuan Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini telah menemukan suatu temuan yaitu pengaruh setelah

menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam dengan variabel biaya

air irigasi, biaya pupuk dan biaya pestisida, secara langsung dan melalui kegiatan

utama agribisnis dalam pengembangan wilayah terhadap meningkatkan

pendapatan petani.

Setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam (X3)

terhadap meningkatkan pendapatan (Y) secara langsung berpengaruh positif

Universitas Sumatera Utara

Page 186: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

289

dengan nilai 4,781, dan melalui kegiatan utama agribisnis (X4) adalah

berpengaruh positif signifikan dengan nilai 5,995 dan hasil variances memiliki

nilai diatas 0,5 maka dengan ini hipotesis ketiga diterima

Berdasarkan temuan ini maka dapat digambarkan model empiris penelitian

yang menggambarkan pengaruh setelah menerapkan kearifan lokal

Dalam pengamatan dilihat secara visual, kelompok tani mempunyai :

1. Total biaya variabel setelah menerapkan kearifan lokal yaitu biaya air

irigasi, biaya pupuk dan biaya pestisida, lebih rendah dibanding dengan

total biaya variabel sebelum menerapkan kearifan lokal yaitu biaya

pompanisasi, biaya pupuk dan biaya pestisida

2. Mereka turun bersama-sama dengan bergotong royong memperbaiki

saluran irigasi baik saluran primer, skunder dan tertier yang rusak

diperbaiki dan yang tersumbat akibat dari menumpuknya sampah

dibersihkan sehingga dengan datangnya hujan nanti jalan air bisa lancar

kesawah mereka, padahal dengan mereka membersihkan dan perbaiki

mana yang rusak air irigasinya sudah jalan tanpa doa turun tanam. Pemkab

Serdang Bedagai bisa menghemat dalam mengeluarkan anggaran belanja.

3. Mereka bersama-sama turun kesawah untuk mengolah tanah dan jerami-

jerami yang ada disawah mereka, dibenamkan dan ditraktor agar lahan

sawah mereka subur. Petani bisa menekan biaya pengeluaran pupuk.

4. Dengan rasa kebersamaan, petani turun kesawah bersama-sama secara

serentak untuk menanam padi, sambil mengutip keong emas, member-

sihkan gulma yang ada di sawah serta memburu tikus sawah. Petani bisa

menekan biaya pestisida.

Universitas Sumatera Utara

Page 187: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

290

5. Rasa solidaritas tinggi, saling tolong menolong, jika ada petani kurang

bibit (benih), pupuk atau pestisida petani yang lain bisa mengatasinya

dengan meminjamkan terlebih dahulu dan akan diganti oleh yang

meminjam, sehingga petani tidak merasa kecewa dan menunggu untuk

membelinya.

6. Kompak dan bersatu, karena sudah merasa senasib dan sepenanggungan,

waktu berdoa bersama-sama, saling membawa makanan dari rumah

masing-masing dan saling tukar makanan serta makan bersama-sama, jadi

ketahanan group mereka bersatu jadi kuat, bila ada tantangan datang baik

dari dalam maupun dari luar, mereka tetap menghadapinya bersama-sama

dengan kompak.

7. Mempunyai jaringan kerja (net work), petani sudah membuat jaringan

kerja, dimana mereka yang mempunyai informasi untuk tanaman padi

sawah yang didapat dari dinas pertanian, penyuluh, peneliti ataupun dari

petani yang maju baik secara langsung maupun dari internet, mereka sebar

luaskan informasi tersebut jika menguntungkan untuk usahatani mereka.

6.11. Kontribusi Keilmuan

Perkembangan lima tahun penggunaan tata ruang untuk total luas lahan

padi sawah yang beririgasi dimulai tahun 2008 sampai dengan 2012.

Penggunaan total luas lahan padi sawah yang beririgasi pada tahun 2008 dan

2009 masih tetap tidak berkurang, pada tahun 2010, 2011 dan 2012 terjadi

konversi lahan dan pengurangan luas lahan padi sawah yang beririgasi sehingga

total luas lahan padi sawah yang beririgasi makin lama makin berkurang, jika

Universitas Sumatera Utara

Page 188: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

291

berkurangnya luas lahan padi sawah yang beririgasi maka produksi padi sawah

juga berkurang sehingga pendapatan petani padi sawah juga berkurang, untuk

mengatasi jangan berkurangnya pendapatan petani padi sawah.

Dalam hal ini peneliti membuat penelitian dengan judul Agribisnis Padi

Sawah Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Petani Pada Pengembangan

Wilayah Di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara.

Hasilnya dari keseluruhan variabel bebas yaitu umur, pendidikan, lama

berusahatani, lama berorganisasi P3A, jumlah tanggungan dan total luas lahan

secara serempak memberikan pengaruh yang sangat signifikan. Secara parsial

menunjukkan bahwa variabel total luas lahan memberikan pengaruh yang sangat

nyata terhadap pendapatan.

Terdapat komparasi pendapatan yang signifikan, dimana pendapatan

setelah kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam lebih tinggi dari pada

sebelum kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam.

Pengaruh setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun

tanam secara langsung terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah

bernilai positif siginifikan sebesar 4,781. Dan melalui kegiatan utama agribisnis

terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah bernilai positif signifikan

sebesar 5,995.

Pengaruh kegiatan utama agribisnis terhadap meningkatkan pendapatan

petani padi sawah bernillai positif signifikan sebesar 1,214.

Pengaruh kegiatan penunjang agribisnis secara langsung terhadap

meningkatkan pendapatan petani padi sawah bernilai positif tidak signifikan

Universitas Sumatera Utara

Page 189: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

292

sebesar 0,480. Dan melalui kegiatan utama agribisnis terhadap meningkatkan

pendapatan petani padi sawah bernillai positif signifikan sebesar 1,694.

Pengaruh sumber daya alam secara langsung terhadap meningkatkan

pendapatan petani padi sawah bernilai positif tidak signifikan sebesar 0,330. Dan

melalui kegiatan utama agribisnis terhadap meningkatkan pendapatan petani padi

sawah bernillai positif signifikan sebesar 1,544.

Pengaruh sumber daya manusia secara langsung terhadap meningkatkan

pendapatan petani padi sawah bernilai negatif tidak signifikan sebesar -0,194.

Dan melalui kegiatan utama agribisnis terhadap meningkatkan pendapatan petani

padi sawah bernillai positif signifikan sebesar 1,020.

Pengaruh teknologi secara langsung terhadap meningkatkan pendapatan

petani padi sawah bernilai positif signifikan sebesar 3,753. Dan melalui kegiatan

utama agribisnis terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah bernillai

positif signifikan sebesar 4,967.

Sesuai hasil penelitian, kelihatan produksi padi sawah meningkat dan

pendapatannya juga meningkat hal ini merupakan kontribusi pada pengembangan

wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai, karena pendapatan mereka signifikan hal

ini mempengaruhi menaikkan pendapatan asli daerah (PAD) sehingga pertum-

buhan ekonomi naik pada pengembangan wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai.

Universitas Sumatera Utara

Page 190: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

293

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan tentang agribisnis

padi sawah dalam upaya meningkatkan pendapatan petani pada pengembangan

wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara, melihat

pengaruhnya baik secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis terhadap

meningkatkan pendapatan petani padi sawah, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Dari keseluruhan variabel bebas karakteristik sosial ekonomi yaitu umur,

pendidikan, lama berusahatani, lama berorganisasi P3A, jumlah

tanggungan dan total luas lahan secara serempak memberikan pengaruh

yang sangat signifikan terhadap meningkatkan pendapatan petani. Secara

parsial variabel luas lahan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

pendapatan, sedangkan variabel umur, pendidikan, lama berusahatani,

lama berorganisasi P3A, dan jumlah tanggungan menunjukkan

berpengaruh tidak signifikan terhadap pendapatan.

2. Secara signifikan pendapatan petani yang melakukan kearifan lokal ritual

doa turun tanam lebih tinggi dari pada petani yang tidak melakukan

kearifan lokal ritual doa turun tanam.

3. Kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam yaitu iuran irigasi, biaya

pupuk dan biaya pestisida secara langsung maupun melalui kegiatan utama

Universitas Sumatera Utara

Page 191: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

294

agribisnis berpengaruh signifikan terhadap meningkatkan pendapatan

petani padi sawah.

4. Kegiatan utama agribisnis yaitu biaya produksi, luas panen dan harga

gabah berpengaruh signifikan terhadap meningkatkan pendapatan petani

padi sawah.

5. Kegiatan penunjang agribisnis yaitu bantuan input pertanian, penyaluran

kredit, kebijakan pemerintah dalam subsidi pupuk secara langsung tidak

berpengaruh signifikan terhadap meningkatkan pendapatan petani padi

sawah. Dan melalui kegiatan utama agribisnis berpengaruh signifikan

terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah.

6. Sumber daya alam yaitu tinggi volume air/Ha, luas lahan yang beririgasi,

panjang jalan usahatani secara langsung tidak berpengaruh signifikan

terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah. Dan melalui

kegiatan utama agribisnis berpengaruh signifikan terhadap meningkatkan

pendapatan petani padi sawah.

7. Sumber daya manusia yaitu curahan tenaga kerja, penyuluhan/pelatihan,

produktivitas tenaga kerja secara langsung tidak berpengaruh signifikan

terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah. Dan melalui

kegiatan utama agribisnis berpengaruh signifikan terhadap meningkatkan

pendapatan petani padi sawah.

8. Teknologi yaitu penerapan komponen teknologi dasar dan penerapan

komponen teknologi pilihan secara langsung maupun melalui kegiatan

utama agribisnis berpengaruh signifikan terhadap meningkatkan

pendapatan petani padi sawah.

Universitas Sumatera Utara

Page 192: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

295

7.2. Saran-Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, selanjutnya baik untuk

kepentingan praktis maupun kepentingan akademis, maka disampaikan saran-

saran sebagai berikut :

1. Kepada petani agar dapat meningkatkan luas lahan, dikarenakan semakin

luas suatu lahan maka semakin tinggi produksi, dan semakin tinggi

produksi semakin tinggi pendapatan. Kepada Pemerintah Kabupaten

Serdang Bedagai pada daerah persawahan yang belum ada saluran air

irigasinya agar dibuat dan yang rusak agar cepat diperbaiki jangan

ditunggu sampai semua rusak supaya petani padi sawah dapat

meningkatkan produksi dan produktivitas yang tinggi dan pendapatan

mereka juga tinggi.

2. Kepada petani jangan mengandalkan pada kegiatan doa turun tanam minta

hujan, bagi umat Islam ada shalat minta hujan yaitu shalat istighosah jika

didaerah tersebut tidak hujan dan kering kerontang maka panggil ustad dan

shalat berjamaah di lapangan dan berdoa, Insya Allah hujan pasti turun,

dan jika nanti panen harus dikeluarkan zakat pertanian. Zakat pertanian

dikeluarkan untuk menghindari dari serangan hama penyakit dan

meningkatkan kesuburan tanah, hal ini menunjukkan bahwa tanda kita

bersyukur diberi Allah SWT rezeki yang berlimpah. Pelaksanaan kearifan

lokal dalam bentuk doa turun tanam memerlukan banyak biaya yang

dikeluarkan dan biaya tersebut bisa dimanfaatkan untuk mengelola

usahatani mereka.

Universitas Sumatera Utara

Page 193: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

296

3. Kepada petani padi sawah maupun pengurus P3A harus merawat saluran

air irigasi bersama-sama secara bergotong royong dan kepada Pemerintah

Kabupaten Serdang Bedagai selalu merawat saluran irigasi baik saluran

primer, skunder dan tertier agar jangan cepat rusak terutama bendungan air

irigasi, hal ini bisa terhambat jalannya air irigasi.

4. Disarankan agar kegiatan utama agribisnis dalam usahatani padi sawah

dilakukan 2 kali musim tanam dengan memperkecil biaya produksi yang

terdiri dari biaya tenaga kerja, biaya sewa lahan dan biaya sarana produksi.

Kepada Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai hendaknya mengatur

harga gabah agar produsen dan konsumen tidak dirugikan dengan

menetapkan harga yang terjangkau sesuai dengan tingkat pendapatan

masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan petani sebaiknya

dilakukan melalui mekanisme kebijakan yang dapat langsung dinikmati

petani dan keluarganya tanpa mengintervensi mekanisme pasar.

5. Kepada petani diharapkan memperhatikan kualitas bantuan yang diberikan

Pemerintah dan mempergunakannya sesuai dengan di butuhkan. Kepada

Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai jika memberi bantuan input

pertanian diperhatikan masa kedaluwarsanya sebab dilapangan terdapat

petani padi sawah dapat bantuan bibit sudah kedaluwarsa, contohnya bibit

bantuan tersebut ditanam sampai umur panen ternyata gabahnya kosong

begitu juga pupuk yang diterimanya dari bantuan tidak sesuai pupuk dari

anjuran penyuluh. Kemudian penyaluran kredit dan bantuan pupuk

bersubsidi, diberikan sesuai dengan luas lahan yang dimilikinya.

Universitas Sumatera Utara

Page 194: BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

297

6. Kepada petani agar tidak terlalu boros dalam penggunaan air. Kepada

Pemerintah Kabupaten dan pengurus organisasi P3A agar memahami

pentingnya air, sehingga tinggi volume air/Ha di lahan sawah mereka

dapat terjaga dan jangan coba-coba saluran air irigasi ditutup oleh petani

sehingga petani yang lain tidak kebahagian air. Lahan yang beririgasi

dipertahankan untuk sawah jangan terjadi konversi lahan, atau dijual

sehingga lahan tersebut dibuat perumahan atau swalayan dan pertokoan,

lahan yang beririgasi Pemerintah Kabupaten harus membuat perdanya agar

terlindungi dari konversi lahan sebab biaya irigasi cukup mahal untuk

dibuat jika air irigasinya tidak dimanfaatkan untuk mengairi persawahan.

Jalan usahatani harus dibuat untuk melancarkan transportasi membawa

hasil panen, bagi petani yang luas sawahnya jalan usahatani harus dibuat,

diminta kesadaran petani yang bersangkutan merelakan lahannya untuk

dibuat jalan usahatani, dan nilai jual lahan mereka pasti naik.

7. Kepada Petani perlu mencari informasi pertanian yang lebih maju agar

dapat meningkatkan pendapatan petani padi sawah. Dan kepada

pemerintah memberikan setiap informasi pertanian yang dibutuhkan petani

agar petani memperoleh pendapatan yang tinggi.

8. Kepada petani agar dapat meningkatkan pengetahuan akan teknologi

dalam pengembangan wilayah baik secara langsung dan melalui kegiatan

utama agribisnis terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah.

Pemerintah dan para peneliti pertanian selalu mencari terobosan baru

dalam teknologi untuk meningkatkan produksi, produktivitas dan

pendapatan.

Universitas Sumatera Utara