29
23 BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISA 3.1 Gambaran Umum Dalam bab ini, penulis akan menggambarkan hasil penelitian di GKS Jemaat Nggongi meliputi, (1) deskripsi umum GKS Jemaat Nggongi, (2) pemahaman Gereja dan Pelayan GKS tentang makna pendampingan pastoral bagi jemaat dan (3) pemahaman Gereja dan Pelayan GKS tentang penyelesaian konflik bagi Jemaat. 3.1.1 Sejarah Gereja Gereja Kristen Sumba Nggongi berdiri pada tanggal 24 Oktober 1958. Gereja ini merupakan pemekaran dari Gereja GKS Kananggar. Pada mulanya Gereja GKS Nggongi merupakan pos PI dari Gereja GKS Kananggar. Pendeta K. Manudjawa dengan tekun mempersiapkan Nggongi untuk mekar dari Kananggar setelah Sinode GKS menyetujui pemekaran semua pos di Karera menjadi jemaat GKS Nggongi karena dilihat dari keadaan khas jemaat di Nggongi ini sudah dinilai mampu membayar gaji pendeta. Pendeta pertama di jemaat GKS Nggongi adalah pendeta Ngguli Kemarak. Sampai saat ini Pendeta yang pernah melayani sebagai pimpinan jemaat di GKS Nggongi mencapai 7 orang Pendeta. Jemaat GKS Nggongi memiliki 6 cabang. Pendeta yang melayani sampai saat ini adalah Pendeta Pieter Mutu Romu, S.Th. Gambar 3.1.a Gedung Gereja GKS Nggongi

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4019/4/T1...Kabupaten Sumba Timur terletak di bagian selatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, diapit

  • Upload
    lehanh

  • View
    224

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4019/4/T1...Kabupaten Sumba Timur terletak di bagian selatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, diapit

23

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN ANALISA

3.1 Gambaran Umum

Dalam bab ini, penulis akan menggambarkan hasil penelitian di GKS Jemaat Nggongi

meliputi, (1) deskripsi umum GKS Jemaat Nggongi, (2) pemahaman Gereja dan Pelayan

GKS tentang makna pendampingan pastoral bagi jemaat dan (3) pemahaman Gereja dan

Pelayan GKS tentang penyelesaian konflik bagi Jemaat.

3.1.1 Sejarah Gereja

Gereja Kristen Sumba Nggongi berdiri pada tanggal 24 Oktober 1958. Gereja ini

merupakan pemekaran dari Gereja GKS Kananggar. Pada mulanya Gereja GKS Nggongi

merupakan pos PI dari Gereja GKS Kananggar. Pendeta K. Manudjawa dengan tekun

mempersiapkan Nggongi untuk mekar dari Kananggar setelah Sinode GKS menyetujui

pemekaran semua pos di Karera menjadi jemaat GKS Nggongi karena dilihat dari

keadaan khas jemaat di Nggongi ini sudah dinilai mampu membayar gaji pendeta.

Pendeta pertama di jemaat GKS Nggongi adalah pendeta Ngguli Kemarak.

Sampai saat ini Pendeta yang pernah melayani sebagai pimpinan jemaat di GKS Nggongi

mencapai 7 orang Pendeta. Jemaat GKS Nggongi memiliki 6 cabang. Pendeta yang

melayani sampai saat ini adalah Pendeta Pieter Mutu Romu, S.Th.

Gambar 3.1.a Gedung Gereja GKS Nggongi

Page 2: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4019/4/T1...Kabupaten Sumba Timur terletak di bagian selatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, diapit

24

Komentar Peneliti : Gedung Gereja GKS Nggongi yang terletak desa Nggongi.

Merupakan gereja yang memiliki warga jemaat terbanyak dari beberapa denominasi

gereja yang ada di Ngonggi. Dengan jumlah warga jemaat yang banyak, justru

pelayanan yang dilakukan oleh gereja kurang maksimal sehingga sebagian warganya

pindah ke Gereja bebas Hosen, Gereja Bethel Indonesia, Gereja Bethel Taber Nakel,

Gereja Sidang Jemaat Allah Lembah Damai dan Gereja Reformasi.

3.1.2 Letak Geografis

Gambar 3.1.b Peta Sumba Timur

Kabupaten Sumba Timur terletak di bagian selatan Negara Kesatuan Republik

Indonesia, diapit oleh dua pulau kecil di bagian selatan yang berpenghuni yaitu Pulau

Salura dan Pulau Mangkudu. Bagian timur dengan Pulau Nuha (belum berpenghuni) yang

secara administrasi pemerintahan masuk dalam wilayah Desa Kabaru Kecamatan Rindi.

Disamping itu terdapat 98 pulau tidak berpenghuni dimana 97 pulau tersebut belum

bernama. Secara astronomis, Kabupaten Sumba Timur terletak diantara 119’ 45 – 120’ 52

Page 3: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4019/4/T1...Kabupaten Sumba Timur terletak di bagian selatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, diapit

25

Bujur Timur (BT) disebelah timur dan 9’ 16 – 10’ 20 Lintang Selatan (LS).1 Daerah

paling selatan yakni Nggongi, kecamatan Karera tempat dimana peneliti melakukan

penelitian. Dengan luas desa Nggongi 99,0 Km²2

a. Batas Wilayah

Utara : dengan Gunung Wanggameti

Selatan : dengan laut Indonesia

Timur : dengan desa Tandula Jangga

Barat : dengan desa Ananjaki

b. Iklim

Kabupaten Sumba Timur beriklim kering (Semi arid) yang dipengaruhi oleh

angin muson. Musim penghujan sangat pendek dan terjadi antara bulan november

sampai bulan maret, sedangkan musim Kemarau panjang dan kering terjadi pada

bulan april sampai dengan bulan oktober. Tipe iklim daerah ini adalah tipe B sampai

F (pembagian menurut Smidt dan Ferguson) dengan penyebaran paling luas adalah

tipe iklim E (46,34%); F (27,37%); D (22,93%); B (2,30%) dan C (1,05%). Curah

hujan berkisar antara 697 - 2.737 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata tiap

tahun antara 44 sampai 61 hari. Suhu maksimum rata-rata 33,2°C dan suhu minimum

rata-rata 21,7°C. Kelembaban nisbi terendah terjadi pada musim timur tenggara (63-

76%) yaitu bulan juni sampai november dan kelembaban tertinggi pada musim barat

daya (82-88%) yaitu bulan desember sampai bulan mei. Kecepatan angin rata-rata

pada bulan nopember sampai april 03-05 knot dan angin musim timor tenggara terjadi

1 http://www. sumbaisland.com/budaya-picu-kemiskinan-di-sumba-timur. Sabtu 12 Agustus 2012, pukul 14.00

2 http://infonusatenggaratimur.blogspot.com/2011/02/kabupaten-sumba-timur.html. di unduh pada 26 November

2012, pukul 22:37

Page 4: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4019/4/T1...Kabupaten Sumba Timur terletak di bagian selatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, diapit

26

pada bulan mei sampai dengan oktober dengan kecepatan dapat mencapai 06-10 Knot

(apabila ditunjang angin permukaan).

c. Penduduk

Penduduk Nggongi tidak lagi memiliki bentuk pemerintahan kerajaan, akan

tetapi tingkat kepatuhan masyarakat terhadap rajanya masih cukup tinggi. Menurut

sejarah, di daerah ini dahulu berdiri sebuah kerajaan bernama Kerajaan Karera.

Jumlah Penduduk Nggongi adalah ± 7.000 jiwa. Laki-laki berjumlah ± 3000 orang

sedangkan perempuan berjumlah ± 4000 orang. Masyarakat Nggongi masih memiliki

strata sosial yang sangat tinggi. Rata-rata penduduknya berpendidikan maksimal SD.

Bahasa sehari-hari yang digunakan yaitu bahasa Sumba. Di Nggongi terdapat

beberapa denominasi Gereja lain, antara lain: Gereja bebas Hosen, Gereja Bethel

Indonesia, Gereja Bethel Taber Nakel, Gereja Sidang Jemaat Allah Lembah Damai

dan Gereja Reformasi.

d. Keadaan Jemaat GKS Nggongi

Jumlah Jemaat

Berdasarkan data jemaat yang ditulis oleh sekretaris Gereja, tercatat bahwa

GKS Nggongi mempunyai 1 Pendeta, 1 vicaris, 105 Majelis jemaat (73 penatua dan

32 diaken) dan 2 Guru injil, memiliki 6 cabang, 2 Pos PI serta seratus tujuh puluh

sembilan (179 KK) Kepala Keluarga3. Jumlah jemaat GKS Nggongi ialah 2000 jiwa,

dengan memiliki 770 KK.

Keadaan Ekonomi

Melalui wawancara dengan salah satu anggota Gereja GKS Nggongi bapak

ketua RT STA, diketahui perekonomian masyarakat atau jemaat yang ada di GKS

3 E S, Sekretaris GKS Nggongi Senin 14 agustus, Pukul 16:00. Nggongi

Page 5: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4019/4/T1...Kabupaten Sumba Timur terletak di bagian selatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, diapit

27

Nggongi dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya. Mata pencaharian jemaat GKS

Nggongi pada umumnya adalah bertani baik di ladang, kebun maupun di sawah.

Selain bertani sebagian jemaat juga berternak dan sedangkan yang lain terdiri dari

nelayan, wiraswasta, guru SD maupun SMP, Pegawai, dan tenaga Medis. Dengan

keadaan alam yang baik membuat jemaat bisa bertahan disaat musim paceklik.

Keadaan Sosial Budaya

Jemaat GKS Nggongi adalah jemaat yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai

budaya dan kekerabatan. Selain itu juga strata sosial antara golongan raja dan

golongan hamba masih sangat terasa. Sehingga dalam menjalani suatu hubungan

dalam kemasyarakatan ada jarak antara golongan raja dan golongan hamba. Akan

tetapi karena keadaan sosial jemaat GKS Nggongi merupakan bagian dari masyarakat

Sumba yang hidup secara teratur dan bersatu didalam suatu kelompok, sehingga

setiap anggotanya saling mengenal satu dengan yang lain, saling mendukung dan

menolong. Dapat disimpulkan bahwa keadaan sosial budaya jemaat GKS Nggongi

yang masih menjunjung tinggi nilai budaya dan kekerabatan, tidaklah menjadi suatu

masalah yang menghambat pelayanan Gereja, sebaliknya nilai-nilai budaya itu

menjadi motivasi bagi pelayanan Gereja untuk mempersatukan umat sebagai tubuh

Kristus.

3.2 Faktor-faktor yang menyebabkan warga jemaat GKS Nggongi pindah Gereja.

3.2.1 Warga jemaat yang pindah karena ketidakpuasan terhadap pelayanan

a. Kasus Bapak YL

Dalam teknik untuk mencapai tujuan penelitian tentang faktor-faktor

penyebab jemaat pindah gereja maka peneliti mewawancarai YL. Menurut YL

awal mula ia memutuskan untuk pindah ke denominasi gereja lain (Karismatik)

Page 6: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4019/4/T1...Kabupaten Sumba Timur terletak di bagian selatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, diapit

28

adalah untuk memenuhi kebutuhannya terhadap pelayanan terutama pemberkatan

nikah dan baptisan. YL mengatakan mengatakan dalam penjelasannya :

“...Majelis jemaat GKS Nggongi menolak untuk melakukan pemberkatan nikah dan

baptisan dengan alasan urusan adat/belisnya belum selesai, sedangkan saya sangat

memiliki kerinduan membawa keluarga saya untuk dimateraikan dalam sebuah

pernikahan dan juga anak-anak kami dimateraikan menjadi milik Kristus dalam sebuah

baptisan. Ketika pihak Gereja menolak, saya sangat kecewa dan sakit hati. Saya menahan

diri untuk tidak hadir dalam persekutuan di jemaat GKS selama enam bulan. Selama

enam bulan itupun Gereja tidak datang mengunjungi saya untuk memberikan jalan keluar

kepada saya dan juga istri. Saya sangat kecewa karena itu saya bersama istri akhirnya

memutuskan untuk pindah ke Gereja GBI Kahembi pada bulan November 2011. 4

Setelah mewawancarai YL peneliti mendapatkan informasi nama-nama

dari jemaat lain yang juga pindah menyusul setelah YL pindah.

b. Kasus bapak HB

Hari berikutnya peneliti mewawancarai HB yang juga merupakan jemaat

yang pindah ke GBI Kahambi. HB mengatakan perasaannya sebagai berikut:

“....Saya merasa sangat kecewa saat saya sakit dirumah tidak ada satu orang majelis

jemaatpun yang datang untuk mendoakan saya, sedangkan saat pendeta dari GBI

mendengar saya sakit beliau langsung datang untuk mendoakan saya. Sedangkan waktu

itu saya masih menjadi anggota jemaat GKS. Mengapa pendeta dari Gereja lain datang

mendoakan dan peduli dengan saya tapi pendeta dari Gereja asal saya tidak datang untuk

mendoakan saya. Saya menahan diri selama sembilan bulan dari persekutuan dengan

jemaat. Dan selama itu juga Gereja tidak melakukan pendekatan kepada saya dan istri

untuk menyelesaikan masalah tersebut. Saya rasa lebih baik, saya dan keluarga pindah

saja ke GBI dari pada saya harus bertahan di GKS.5

c. Kasus Bapak BN

Wawancara dilakukan kepada bapak BN. Beliau mengungkap-kan alasan

dan penyebab ia memilih untuk pindah ke GBT. Dalam penjelasannya beliau

mengungkapkan :

“...Saya merasa selama bergereja di GKS iman saya tidak tumbuh dan juga GKS terlalu

terikat dengan aturan tata Gereja sehingga terkesan sangat kaku, alasan lainnya karena

ketika ada permasalahan yang terjadi di jemaat, GKS sangat lamban dalam melakukan

penanganan serta ketika saya minta Gereja untuk menghadiri dan memimpin ibadah

syukuran karena anak saya yang ketiga lulus dari teologia GBT, majelis jemaat tidak

hadir. Saya kecewa karena saya merasa pelayanan Gereja pilih kasih. Saya menahan diri

dari peresekutuan dengan jemaat dan selama menahan diripun tidak ada perkunjungan

ataupun pendekatan yang dilakukan oleh Gereja agar dapat menyelesaikan masalah yang

4 Wawancara, Rabu 5 september 2012, pukul 14.00 di rumah

5 Wawancara, Kamis 6 september 2011 pukul 12.00 di Rumah.

Page 7: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4019/4/T1...Kabupaten Sumba Timur terletak di bagian selatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, diapit

29

ada. Melihat tidak ada tanggapan dari Gereja, saya bersama istri memutuskan untuk

pindah ke GBT. Setelah pindah baru adanya pendekatan dalam bentuk tim yang di

lakukan oleh GKS kepada saya. Bagi saya kedatangan tim dari GKS sudah terlambat

karena saya sudah merasa nyaman dan iman saya pun tumbuh saat menjadi bagian dari

jemaat GBT. Saya sudah menemukan apa yang selama ini saya cari.6

d. Kasus Ibu EH

Wawancara kepada ibu EH salah satu warga jemaat yang pindah ke GBT.

Ibu E H mengatakan alasan yang mendasar sehingga beliau pindah ke GBT :

“...Saat saya datang kepada Gereja GKS untuk minta dilakukan pemberkatan nikah

permintaan itu di tolak oleh Gereja dengan alasan karena calon suami saya masih

berstatus suami orang. Menurut saya tidak ada salahnya ketika saya ingin di berkati

dalam sebuah pernikahan karena istri calon suami sudah menyetujui hubungan kami.

Saya kecewa GKS terlalu terpaku pada tata aturan Gereja sehingga saya tidak di beri

kesempatan untuk membawa keluarga saya di hadapan Tuhan untuk dimateraikan. Saya

tidak pernah merasa ada pendekatan yang di lakukan oleh GKS saat saya mengalami

masalah ini. Saya merasa seperti domba yang kehilangan arah tanpa dicari dan dilindungi.

Saya memutuskan untuk pindak ke GBT dan melakukan pemberkatan nikah di Gereja

tersebut.7

e. Kasus Bapak EN

Peneliti mewawancarai Bapak EN yang juga telah pidah ke GBT. Bapak

EN menjelaskan:

“...Keputusan untuk pindak ke GBT bermula saat saya mencalonkan diri menjadi anggota

majelis jemaat. Dan melalui rapat dewan lengkap saya telah mendapat persetujuan untuk

menjadi calon majelis jemaat, pada saat yang sama sebelum nama-nama calon majelis

jemaat di umumkan, saya bertikai dengan ayah saya, melihat hal itu Gereja melakukan

mediasi antara saya dengan sang ayah, namun hal itu belum mendapat titik terang untuk

berdamai karena saat itu kami masih dalam suasana yang sangat tidak memungkinkan

untuk berdamai. Ayah saya tidak mempermasalahkan pencalonan saya sebagai majelis

jemaat karena masalah yang ada antara kami berdua adalah masalah pribadi dan tidak ada

sangkut paut dengan pencalonan saya sebagai majelis jemaat.Yang buat saya sangat sakit

hati majelis jemaat langsung mencopot nama saya saya tanpa pemberitahuan seolah-olah

saya difonis bersalah. Dan setelah itu mereka tidak datang berkunjung untuk memberikan

penjelasan kepada saya mengapa nama saya di copot. Yang tragisnya lagi majelis jemaat

mengangkat salah seorang jemaat untuk menggantikan saya dengan alasan mengisi

kekosongan, sedangkan jemaat tersebut tidak tidak mengikuti prosedur pencalonan. Saya

merasa majelis jemaat sudah menyimpang dari tata aturan Gereja tentang pencalonan

majelis jemaat. Saya bersama istri memutuskan untuk pindah ke GBT.8

f. Kasus Bapak R K

6 Wawancara, Kamis 6 september 2012 pukul 16.00 di rumah.

7 Wawancara, Kamis 6 september 2012 pukul 19.00 di rumah.

8 Wawancara, Jumat 7 september 2012, pukul 16.00 di rumah

Page 8: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4019/4/T1...Kabupaten Sumba Timur terletak di bagian selatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, diapit

30

Pada hari berikutnya peneliti melakukan wawancara terhadap R K. Dalam

wawancara yang dilakukan, R K menjelaskan bahwa :

“...Saat saya meminta kepada Gereja GKS untuk memberkati anak saya dalam sebuah

pemberkatan nikah, Gereja menolak dengan alasan urusan adat/ belis belum selesai

sehingga Gereja tidak dapat melakukan pemberkatan. Saya juga merasa tidak

mendapatkan keadilan oleh pihak Gereja karena anak saya yang belum menikah

mengapa saya yang harus dikenakan siasat (tidak boleh ikut perjamuan kudus)?. Saya

sangat kecewa dengan cara Gereja yang seperti ini. Akhirnya saya menulis surat kepada

Gereja bahwa saya mengundurkan diri dari jemaat, saya pindah ke Gereja lain. Surat saya

itu sudah di bawa ke rapat dewan lengkap tapi tidak ada respon dari Gereja untuk

mengidahkan permohonan saya itu. Saya merasa saya sudah pantas untuk pindah karena

saya sudah menulis surat, di respon atau tidak sudah tidak menjadi urusan saya lagi.

Bersama 10 kepala keluarga yang semuanya adalah keluarga saya, memutuskan untuk

pindah ke GBT. Tidak ada paksaan kepada mereka untuk bergabung bersama saya di

GBT akan tetapi niat dari hati mereka sendiri dan karena kekecewaan mereka terhadap

pelayanan yang dilakukan oleh Gereja serta lambannya penanganan serta penyelesaian

masalah oleh Gereja. Dan setelah kami telah menjadi bagian GBT barulah tim yang di

bentuk oleh GKS yang telah di bahas dalam dewan lengkap datang dan mengunjungi

kami. Akan tetapi keputusan kami sudah bulat sehingga kami tidak ingin kembali lagi ke

GKS.9

Analisa

Dari seluruh hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap

informan kunci, dapat dikatakan bahwa terjadi perpindahan warga jemaat GKS

Nggongi ke gereja lain, hal tersebut disebabkan karena adanya peraturan dari GKS

Nggongi yang menyatakan, warga jemaat tidak dapat mengikuti acara pemberkatan

nikah di gereja jika dalam kehidupan sosialnya belum melakukan upacara pernikahan

adat (belis). Pada umumnya pemberkatan nikah di gereja dapat di lakukan terlebih

dahulu sebelum pelaksanaan pernikahan adat. Berdasarkan peraturan yang di buat

oleh GKS Nggongi, maka hal tersebut juga berimbas pada anak-anak dari keluarga

tersebut sehingga tidak bisa mendapatkan sakramen Baptisan Kudus, seperti contoh

kasus pada bapak YL :

“...Majelis jemaat GKS Nggongi menolak untuk melakukan pemberkatan nikah dan baptisan

dengan alasan urusan adat/belisnya belum selesai, sedangkan saya sangat memiliki kerinduan

membawa keluarga saya untuk dimateraikan dalam sebuah pernikahan dan juga anak-anak

kami dimateraikan menjadi milik Kristus dalam sebuah baptisan. Ketika pihak Gereja

menolak, saya sangat kecewa dan sakit hati. Saya menahan diri untuk tidak hadir dalam

persekutuan di jemaat GKS selama enam bulan. Selama enam bulan itupun Gereja tidak

9 Wawancara, Sabtu 8 september 2012, pukul 10.00, 14.00 dan 16.00 di rumah.

Page 9: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4019/4/T1...Kabupaten Sumba Timur terletak di bagian selatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, diapit

31

datang mengunjungi saya untuk memberikan jalan keluar kepada saya dan juga istri. Saya

sangat kecewa karena itu saya bersama istri akhirnya memutuskan untuk pindah ke Gereja

GBI Kahembi pada bulan November 2011. 10

Peraturan tersebut yang menyebabkan terjadinya konflik antara pihak gereja

dan jemaat yang bersangkutan, sehingga berujung pada perpindahan warga jemaat ke

gereja lain dengan alasan tidak mendapatkan kepuasan pelayanan dari GKS Nggongi.

Selain itu juga kurang pekanya gereja terhadap masalah yang dialami oleh warga

jemaat contohnya kasus bapak HB yang mengeluh karna tidak mendapatkan perhatian

dari GKS Nggongi ketika beliau dalam keadan sakit sedangkan dari Gereja GBI

datang berkunjung dan mendoakannya. Berdasarkan kasus diatas dapat dilihat bahwa

para pelayan tidak memahami fungsi pastoral yang merupakan upaya untuk mencari

dan mengunjungi anggota jemaat terutama yang sedang bergumul dengan persoalan-

persoalan yang menghimpitnya dan pelayanan ditujukan kepada mereka yang

mengalami pergumulan hidup.11

Berdasarkan konflik yang terjadi dalam Gereja GKS Nggongi maka kasus ini

sangat mendukung teori yang katakan oleh Samiyono bahwa jika konfilk tidak

dikelola dengan baik maka akan menyebabkan terjadinya hal yang negatif12

. Di

antaranya pertama, kerugian berupa material dan spiritual. Bila di kaitkan dengan

keadaan di lapangan maka terlihat jelas bahwa konflik yang ada dalam tubuh jemaat

GKS Nggongi menimbulkan kerugian berupa material dengan berkurangnya

persembahan yang masuk dalam setiap ibadah minggu dan juga kerugian berupa

spritual yang mana banyak jemaat menjadikan konflik tersebut sebagai sebuah alasan

untuk tidak mengikuti ibadah dan bersekutu bersama dengan jemaat lainnya.

10

Wawancara, Rabu 5 september 2012, pukul 14.00 di rumah 11

Ibid. 12

David Samiyono:Pluralisme dan Pengelolaan Konflik, tanggal 28-29 di UKSW Salatiga.

Page 10: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4019/4/T1...Kabupaten Sumba Timur terletak di bagian selatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, diapit

32

Kedua, menggangu harmoni sosial. Bila dikaitkan dengan keadaan di jemaat

GKS Nggongi maka dengan adanya konflik yang terjadidalam tubuh jemaat dapat

mempengaruhi harmoni sosial yang selama ini terjalin dengan baik menjadi terpecah.

Jemaat yang berkonflik tidak lagi begitu bersimpati dengan kehidupan jemaat lainnya

dan terkesan saling menyalahkan satu dengan yang lain, merasa diri paling benar, dan

mempengaruhi orang lain untuk mengikuti keputusan yang di anggap benar olehnya

(jemaat yang pindah).

Ketiga, terjadi perpecahan kelompok. Bila dikaitkan dengan keadaan di

jemaat GKS Nggongi sangat jelas terlihat perpecahan yang terjadidalam kehidupan

jemaat GKS Nggongi. Jemaat tidak lagi bersatu membangun persekutuan yang indah

akan tetapi masing-masing jemaat mencari jalan yang menurut mereka benar dan

lebih menumbuhkan iman mereka dari pada tetap berkumpul bersama dalam

persekutuan di jemaat GKS Nggongi.

Melihat dari dampak negatif yang terjadi di jemaat GKS Nggongi, maka

gereja berusaha untuk menyelesaikan konflik yang terjadi dengan melakukan

perkunjungan ke rumah jemaat. Perkunjungan tersebut dilakukan dengan membentuk

satu tim yang diputuskan dalam rapat dewan lengkap, namun perkunjungan tersebut

hanya dilakukan satu atau dua kali saja. Setelah perkunjungan tersebut maka pihak

gereja mengembalikan keputusan sepenuhnya kepada jemaat untuk memuntuskan

pindah gereja atau kembali ke gereja asal. Dalam pemikiran beberapa majelis selaku

pelayan, mereka sudah berusaha untuk melakukan pendekatan kepada jemaat yang

berkonflik namun keputusan sepenuhnya kembali kepada jemaat. Tetapi pada

kenyataannya, usaha yang dilakukan oleh pihak gereja tidak cukup berhasil, terbukti

bahwa semakin banyak warga jemaat yang memutuskan untuk pindah ke gereja lain.

Page 11: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4019/4/T1...Kabupaten Sumba Timur terletak di bagian selatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, diapit

33

Usaha yang dilakukan oleh pihak gereja ini dilakukan hanya semata-mata untuk

menjalankan tugas gereja. Contoh kasus seperti yang terjadi kepada bapak EN :

“...Keputusan untuk pindah ke GBT bermula saat saya mencalonkan diri menjadi anggota

majelis jemaat. Dan melalui rapat dewan lengkap saya telah mendapat persetujuan untuk

menjadi calon majelis jemaat, pada saat yang sama sebelum nama-nama calon majelis jemaat

di umumkan, saya bertikai dengan ayah saya, melihat hal itu Gereja melakukan mediasi antara

saya dengan sang ayah, namun hal itu belum mendapat titik terang untuk berdamai karena saat

itu kami masih dalam suasana yang sangat tidak memungkinkan untuk berdamai. Ayah saya

tidak mempermasalahkan pencalonan saya sebagai majelis jemaat karena masalah yang ada

antara kami berdua adalah masalah pribadi dan tidak ada sangkut paut dengan pencalonan

saya sebagai majelis jemaat.Yang buat saya sangat sakit hati majelis jemaat langsung

mencopot nama saya saya tanpa pemberitahuan seolah-olah saya divonis bersalah. Dan setelah

itu mereka tidak datang berkunjung untuk memberikan penjelasan kepada saya mengapa nama

saya di copot. Yang tragisnya lagi majelis jemaat mengangkat salah seorang jemaat untuk

menggantikan saya dengan alasan mengisi kekosongan, sedangkan jemaat tersebut tidak tidak

mengikuti prosedur pencalonan. Saya merasa sudah majelis jemaat sudah menyimpang dari

tata aturan Gereja tentang pencalonan majelis jemaat. Saya bersama istri memutuskan untuk

pindah ke GBT.13

Melihat usaha yang dilakukan oleh pihak gereja dalam penyelesaian konfik

seperti kasus yang dialami oleh bapak EN, maka usaha gereja tersebut termasuk

dalam salah satu dari kelima strategi penyelesaian realita konflik yang di usulkan oleh

Pruitt dan Rubin yaitu contending (pertandingan) yaitu mencoba menerapkan solusi

yang lebih disukai oleh satu pihak atas pihak lain. Strategi tersebut meliputi segala

macam usaha untuk menyelesaikan konflik sesuai dengan kemauan sendiri tanpa

mempedulikan kepentingan pihak lain14

. Dari strategi pertandingan tersebut tidak

dapat menyelesaikan konflik yang terjadi, karena itu peneliti merekomendasikan salah

satu dari lima stategi tersebut yaitu problem solving (pemecahan masalah). Hal

tersebut didasarkan pada pendapat peneliti bahwa mengunakan strategi pemecahan

masalah kedua pihak yang berkonflik dapat mencari alternatif yang memuaskan kedua

belah pihak dan berusaha mempertahankan aspirasinya sendiri, tetapi sekaligus

berusaha mendapatkan cara untuk melakukan rekonsiliasi dengan pihak lain dan

mencari solusi yang dapat diterima oleh kedua belah pihak. Dengan demikian masalah

13

Wawancara, Jumat 7 september 2012, pukul 16.00 di rumah 14

Dean G. Pruitt dan Jefferey Z. Rubin, Teori Konflik Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2004) hal 4-6

Page 12: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4019/4/T1...Kabupaten Sumba Timur terletak di bagian selatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, diapit

34

yang terjadi di jemaat GKS Nggongi dapat diselesaikan dengan baik tanpa merugikan

salah satu pihak.

Bila dikaitkan dengan data dan analisa diatas maka Gembala jemaat maupun

majelis jemaat rupanya mampu menjadi mediator yang baik, sehingga menjadi

penangah bagi warga jemaat yang memiliki konflik. Terutama konflik antara warga

jemaat dengan tata aturan Gereja dan juga adat istiadat yang berlaku, sehingga pihak-

pihak berkonfik menemukan penyelesaian yang mereka sepakati sejak dini. Hal ini

sebetulnya sesuai dengan langkah-langkah yang diungkapkan oleh Pruit dan Rubin

mengenai mengenai penyelesaian realita konflik.

Perlu juga di pahami bahwa untuk menyelesaikan konflik yang ada, gereja

tidak hanya mampu menjadi mediator akan tetapi gereja dapat menjadi penyembuh

dan juga dapat memulihkan relasi yang telah rusak akibat konflik tersebut. Oleh

karena itu perlu ada pemahaman tentang pendampingan dalam relasi antara satu

dengan yang lainnya. Seorang gembala atau majelis dan orang-orang yang terlibat

dalam pendampingan pastoral harus belajar agama dengan baik, dalam hal ini Kristen,

sebagaimana agama itu berfungsi didalam dan melalui orang-orang yang terlibat

dalam pendampingan pastoral itu dalam relasinya satu sama lain.15

Dapat dikatakan bahwa setiap konflik yang ada dalam tubuh jemaat dapat di

selesaikan baik sehingga konflik yang ada tidak menjadi pemecah dalam persekutuan

jemaat akan tetapi dengan konflik yang ada dapat menolong, misalnya memberi

pelajaran, perasaan memiliki tujuan bersama, dan pertumbuhan ke arah hubungan

yang lebih baik. Melalui proses tawar menawar, konflik dapat membantu terciptanya

tatanan baru dalam interaksi sosial sesuai dengan kesepakatan bersama. Apabila

konflik dapat dikelola dengan baik sampai batas tertentu dapat juga dipakai sebagai

15

Ibid, hal. 6

Page 13: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4019/4/T1...Kabupaten Sumba Timur terletak di bagian selatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, diapit

35

alat perekat kehidupan bermasyarakat.16

Untuk itu, maka konflik bukanlah suatu hal

yang harus di hindari akan tetapi diselesaikan bersama agar mencapai pertumbuhan ke

arah yang lebih baik.

3.3 Warga jemaat pindah gereja karena faktor konflik internal dan masalah sosial

ekonomi.

Faktor-faktor yang menyebabkan warga jemaat pindah gereja antara lain faktor

konflik internal dan masalah ekonomi. Seperti yang dijelaskan oleh bapak MM yang

mengatakan bahwa:

“...yang menjadi faktor penyebab jemaat pindah Gereja ialah ketidakpuasan warga jemaat terhadap

pelayanan yang di lakukan oleh Gereja. Oleh karena itu, banyak jemaat yang pindah dan mencari

pelayanan yang menurut mereka dapat menumbuhkan iman mereka. Selaku pelayan kami

melakukan pendekatan kepada mereka, akan tetapi jika keputusan mereka sudah bulat untuk

pindah maka kami (Gereja) tidak dapat melakukan apa-apa. Harus diakui memang bahwa setiap

konflik yang terjadidalam kehidupan warga jemaat selalu menjadi pemicu perpindahan jemaat ini

terjadi. Baik konflik yang terjadi antara warga jemaat dengan keluarga maupun konflik antara

jemaat dengan pelayan.17

Demikian halnya dengan bapak AMM setuju dengan bapak MM yang mengatakan

bahwa:

“...adanya perpindahan jemaat yang terjadi didasari oleh dua faktor yakni Pertama kekecewaan

warga jemaat terhadap pelayanan yang dilakukan oleh gembala sidang. Karena setelah saya

menanyakan kepada beberapa warga baik yang pindah maupun yang tidak pindah mengatakan

bahwa mereka (warga jemaat) kecewa dan sakit hati dengan pelayanan yang lakukan oleh gembala

sidang (pendeta), yang sebenarnya gembala adalah tempat mencurahkan rasa saat mereka

mengalami pergumulan dan persoalan hidup, akan tetapi hal itu tidak mereka temukan. Dan kedua

adalah faktor ekonomi, yang mana keadaan ekonomi di jemaat nggongi sangat lemah. Sehingga

ketika ada tawaran-tawaran dan janji-janji yang di berikan oleh Gereja lain, mereka tergiur dan

akhirnya pindah Gereja. faktor yang tidak kalah penting adalah tingkat pemahaman warga jemaat

terhadap arti dari kekristenan masih sangat minim dan pemahaman tentang kepercayaan yang

mereka percayai itu masih sangat lemah sehingga dengan mudah warga jemaat itu memilih untuk

pindah Gereja. Pehamaham warga jemaat bahwa semua Gereja itu sama saja sehingga mereka

tidak menyesal dan merasa takut saat mereka memilih untuk pidah ke denominasi Gereja lain. 18

Bapak NMA mendukung pernyataan bapak A M M menjelaskan bahwa :

16

Agus Surata dan Tuhana Taufiq Andrianto, Atasi Konflik Etnis, (Yogyakarta : Global Pustaka Utama, 2001)

hal 1 17

Wawancara, Selasa 11 september 2012, pukul 10:00 di rumah 18

Wawancara, Kamis 13 september 2012, pukul 20.00 di tempat ibadah rumah tangga

Page 14: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4019/4/T1...Kabupaten Sumba Timur terletak di bagian selatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, diapit

36

“...yang menjadi faktor penyebab jemaat pindah Gereja ialah faktor ekonomi. Jemaat kami

memiliki tingkat pendapatan yang cukup rendah sehingga ketika ada masalah dan mereka

mendapatkan janji-janji dari denominasi Gereja lain, mereka langsung tergiur dan pindah. Jika ada

masalah antar angota keluarga maka mereka menjadikan Gereja sebagai sasaran. Mereka tidak

lagi mau bergereja dengan alasan mereka tidak damai sejahtera saat orang yang bermasalah itu

hadir juga dalam Gereja. Dan hal yang tidak kalah pentingnya yakni adanya kekurang kompakan

dalam tubuh majelis jemaat dalam melakukan pelayanan serta penanganan masalah. Hal ini juga

membuat warga jemaat merasa tidak di perhatikan dan memilih untuk mencari Gereja lain. 19

Sama halnya juga dengan bapak MM dan bapak AMM, bapak APM yang

mengatakan bahwa:

“...Yang menjadi faktor penyebab warga jemaat kami pidah Gereja adalah adanya kesalah

pahaman antara warga jemaat dengan pelayanan yang di lakukan oleh Gereja. Dalam artian saat

Gereja terlambat merespon permasalahan yang terjadidalam hidup warga jemaat maka jemaat

langsung memilih untuk mencari Gereja lain yang menurut mereka mampu menjawab dengan

cepat masalah yang mereka hadapi. Faktor lain, adanya masalah pribadi diantara keluarga warga

jemaat yang imbasnya kepada Gereja. Permasalahan yang ada dalam keluarga di sangkut pautkan

dengan Gereja, sehingga ketika ada masalah antara anggota keluarga maka Gerejalah yang harus

bertanggung jawab. Jika Gereja tidak menyelesaikan masalah mereka maka mereka langsung

memilih untuk pindah ke Gereja lain.20

Bapak NRD setuju dengan pernyataan beberapa penatua diatas, mengatakan

bahwa :

“...Yang menjadi alasan warga jemaat pindah Gereja ialah kekecewaan terhadap pelayanan kami

yang kurang maksimal. Akan tetapi menurut saya yang sebenarnya warga jemaat tidak mengerti

tata aturan Gereja sehingga ketika mereka minta dilakukan pemberkatan nikah, baptisan terhadap

keluarga dan anak mereka dan di tolak oleh kami selaku pekerja Gereja, mereka langsung marah

dan menahan diri untuk tidak bersekutu lagi bahkan ada juga yang langsung pindah. Mereka tidak

menerima kalau kami tidak dapat melakukan pemberkatan dan baptisan kalau mereka belum

memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku. Karena hal inilah maka banyak dari warga jemaat

kami yang pindah dan tidak mau kembali lagi sampai kami menyetujui untuk melakukan

pemberkatan nikah. Sebanarnya ini sangat salah ketika mereka menuntut demikian karena mereka

saja tidak bisa menaati peraturan Gereja yang sudah ada.21

Berbeda dengan beberapa Penatua diatas ibu Diaken MUH menjelaskan bahwa :

“...Yang menjadi alasan warga jemaat saya pindah Gereja yaitu karena masalah keluarga yang di

hadapi oleh jemaat tersebut dan akhirnya berimbas ke gerja dan kebetulan warga tersebut

merupakan salah seorang dari calon majelis yang akan di pilih oleh warga jemaat khususnya

cabang Lalindi. Warga jemaat tersebut memiliki masalah dengan ayahnya dan ketika kami pergi

untuk menyelesaikan masalah tersebut, agar mereka berdamai tapi tidak ada niat dari kedua belah

pihak yang bertikai untuk berdamai. Dan saat itu juga warga ini tidak bisa menjadi calon kalau

masih terbelit dalam masalah tersebut maka majelis jemaat bersepakat untuk menggantikannya

karena ada kekosongan pelayanan. Hal itu kami lakukan karena sesuai dengan tata aturan Gereja

terhadap calon majelis jemaat. Dari masalah terbut akhirnya warga jemaat ini pindah Gereja dan

19

Wawancara, Senin 17 september, pukul 16.00 di rumah 20

Wawancara, Rabu 12 september 2012, pukul 10.00 di rumah 21

Wawancara, Jumat 14 september, pukul 11.00 di rumah

Page 15: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4019/4/T1...Kabupaten Sumba Timur terletak di bagian selatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, diapit

37

ketika di kunjungi warga jemaat ini tidak mau kembali sebelum orang yang dipilih untuk

menggantikan dia harus di turunkan dari jabatan. Kami tidak bisa menurunkan orang dari jabatan

yang telah di tabiskan menjadi majelis jemaat hanya karena warga jemaat kami yang bermasalah

ini. 22

Bapak KMD mendukung pernyataan ibu MUH yang menegaskan pernyataan

tersebut bahwa :

“...Faktor utama warga jemaat pindah Gereja ialah konflik yang terjadi antara keluarga dan ketika

Gereja datang sebagai penengah dan ingin menyelesaikan konflik tersebut maka Gerejalah yang

kembali mendapat imbas dari persoalan itu. Warga jemaat yang bermasalah tersebut menahan diri

untuk tidak ikut ambil bagian dalam persekutuan dengan Tuhan dan jemaat. Dan ketika dilakukan

pendekatan warga jemaat tersebut tidak merespon pendekatan yang dilakukan oleh majelis jemaat.

Selain itu yang menjadi alasan lain ketika warga jemaat pidah ke denominasi Gereja lain yaitu

karena faktor ekonomi. Yang mana dari denominasi Gereja lain dapat memberikan sumbangan

bahkan beasiswa untuk warga dan anak-anak dari warga jemaat. sehingga merasa adanya jaminan

kehidupan yang di berikan dan juga warga jemaat merasa di perhatikan oleh Gereja-Gereja

tersebut.23

Ketika peneliti mewawancarai bapak Pdt. PMR24

selaku gembala sidang di

jemaat GKS Nggongi, ada beberapa alasan yang menyebabkan jemaat pindah gereja,

yaitu warga jemaat merasa tidak puas dengan pelayanan yang dilakukan oleh majelis dan

ada warga jemaat yang merasa tidak dilayani dengan PA. Faktor ekonomi juga

menyebabkan jemaat pindah gereja karena ada banyak janji-janji yang di tawarkan

kepada warga jemaat sehingga mereka dengan mudahnya pindah. Contohnya diberikan

mie instan, gula, minyak goreng dan juga beasiswa. Dari hal tersebut warga jemaat

merasa diperhatikan dan beralih ke gereja lain. Dapat dilihat pada salah satu contoh kasus

yang di ungkapkan oleh beliau dalam wawancara yang di lakukan penulis yakni:

“...Contohnya ipar kandung saya B N, anaknya U R sudah pindah ke GBT dan setelah lulus

SMA, UR dikirim diam-diam kuliah teologi ke Sumba Barat, setelah pulang UR bergereja di

Tabernakel. Dan ketika saya tahu hal itu sebagai keluarga saya datang untuk mendekati

mereka (NB dan keluarga) dan bertanya kenapa anak ini pindah Gereja dan alasan mereka

bahwa mereka tidak memiliki biaya sehingga saat ada beasiswa dari Tabernakel akhirnya

mereka mengijinkan untuk kuliah di teologi Tabernakel. Dan setelah itu saat U R ingin

melanjutkan lagi kuliahnya di Solo, mereka mengadakan syukuran dan mereka datang kepada

saya dan memberiahukan kepada saya yang akan pimpim ibadah pendeta dari Tabernakel. Dan

saya menyetujui itu karena saya U R sudah menjadi jemaat tabernakel. Seminggu setelah U R

berangkat. N B bersama keluarga pindah ke GBT, melihat hal itu majelis jemaat Ananjaki

langsung mengadakan pendekatan dan alasan mereka ialah mengikuti anak perempuan mereka

22

Wawancara, Sabtu 15 september, pukul 10.30 di rumah 23

Wawancara, selasa 11 september 2012, pukul 16.00 di rumah 24

Wawancara, Selasa 18 september, pukul 12.00 di pastori

Page 16: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4019/4/T1...Kabupaten Sumba Timur terletak di bagian selatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, diapit

38

E N yang juga pindah karena tidak diijinkan melakukan pemberkatan nikah di GKS karena

calon suaminya masih berstatus suami orang. Menurut aturan Gereja E N dikenakan siasat

karena E N melakukan perzinahan dengan suami orang. Majelis jemaat melakukan pendekatan

lagi untuk mengembalakan E N agar tidak pindah Gereja akan tetapi N B mendukung anaknya

untuk pindah karena ia sadar bahwa di GKS sangat keras dengan tata Gereja yang ada dan

sudah pasti E N tidak dapat melakukan pemberkatan nikah, karena sebenarnya istri sah dari

suami E N tidak merestui hubungan mereka.”25

Contoh diatas merupakan salah satu dari sekian banyak alasan yang

menyebabkan jemaat pindah gereja. Melihat hal ini maka gereja melakukan tim

pendekatan untuk mendekati warga jemaat yang pindah gereja. Hal tersebut bertujuan

untuk mendekati warga jemaat yang pindah agar dapat kembali berkumpul bersama

dalam sebuah perekutuan. Beliau juga menjelaskan bahwa masalah perpindahan jemaat

ini bukan hanya menjadi pergumulan jemaat GKS Nggongi saja, akan tetapi ini

merupakan pergumulan GKS secara keseluruhan dan telah dibahas dalam sidang Sinode

untuk mengurangi perpindahan jemaat dengan cara meningkatkan pengembalaan dan

strategi pelayanan yang produktif dan kreatif serta mewujudkan diakonia.

Berdasarkan wawancara dengan bapak A, B C,D maka dapat disimpulkan bahwa

faktor-faktor penyebab warga jemaat GKS Nggongi pindah gereja ialah ketidakpuasan

dan kekecewaan terhadap pelayanan yang dilakukan oleh gereja, keadaan ekonomi,

konflik internal yang terjadidalam kehidupan warga jemaat serta pemahaman warga

jemaat terhadap kekristenan yang masih sangat minim. Dengan banyaknya warga jemaat

GKS Nggongi yang pindah maka dampaknya cukup terasa dimana adanya ketegangan

antara warga jemaat yang pindah dengan majelis jemaat, tingat kehadiran dari warga

jemaat GKS Nggongi yang semakin menurun serta menjadi pemicu bagi warga jemaat

lainnya untuk pindah gereja ketika ada konflik diantara keluarga mereka. Saat GKS

Nggongi lamban menyelesaikan masalah-masalah yang ada maka dengan mudah warga

jemaat beralih ke Gereja lain.

25

Wawancara, Selasa 18 september, pukul 12.00 di pastori

Page 17: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4019/4/T1...Kabupaten Sumba Timur terletak di bagian selatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, diapit

39

Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa yang menjadi pemicu warga

jemaat GKS Nggongi pindah Gereja tidak semata-mata hanya karena kelambanan dan

kekurangan dari mejelis jemaat dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi warga

jemaat, akan tetapi karena kebutuhan ekonomi jemaat yang akhirnya membuat mereka

berpaling ke denominasi Gereja lain karena janji-janji yang diberikan kepada mereka

serta kurangnya pemahaman warga jemaat GKS Nggongi terhadap kekristenan itu

sendiri.

Dari kasus diatas dapat dilihat dalam tubuh jemaat GKS Nggongi adanya sebuah

konflik yang di timbulkan karena ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang

ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungan dengan orang

lain.26

Oleh karena itu yang perlu dilakukan adalah mengelola konflik tersebut dan

melakukan resolusi konflik sehingga konflik tidak berkembang menjadi konflik yang

baru lagi.

GKS Nggongi membutuhkan resolusi yang tepat dari konflik-konflik yang ada.

Seperti yang diungkapkan oleh Fera Nugroho dkk27

dalam tulisannya tentang Konflik dan

kekerasan pada Aras Lokal maka resolusi konflik bertujuan menangani sebab-sebab

konflik dan berusaha membangun hubungan baru yang lebih baik diantara kelompok-

kelompok yang berkonflik. Resolusi konflik juga mengacu pada strategi-strategi untuk

menangani konflik terbuka dengan harapan tidak hanya mencapai suatu kesepakatan

untuk mengakhiri konflik, tetapi juga mencapai suatu resolusi dari berbagai perbedaan

sasaran yang menjadi penyebabnya.

Berdasarkan masalah yang terjadi maka masalah ekonomi merupakan salah satu

tantangan bagi gereja karena itu gereja harus peka dan kreatif dalam menyelesaikan

masalah yang sedang dialami oleh warga jemaat, khususnya dalam bidang ekonomi

26

David Samiyono:Pluralisme dan Pengelolaan Konflik, tanggal 28-29 di UKSW Salatiga. 27

Fera Nugroho dkk, Konflik dan kekerasan pada Aras Lokal, (Salatiga: Pustaka Percik, 2004), hal 81

Page 18: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4019/4/T1...Kabupaten Sumba Timur terletak di bagian selatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, diapit

40

dengan mempersiapkan strategi-strategi untuk memenuhi kebutuhan warga jemaat dan

merupakan salah satu mediator untuk pemulihan hubungan antar warga jemaat dan

kebutuhan ekonomi serta hubungan warga jemaat dengan Gereja.

3.4 Warga Jemaat GKS Ngonggi yang tetap bertahan di jemaat memandang pindah

Gereja bukan solusi.

Peneliti ingin menvalidasi data dilakukan dengan menggabungkan sumber data

yang lain untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas lagi mengenai faktor-faktor

penyebab jemaat pindah gereja, dalam hal ini peneliti menggunakan teknik wawancara

informan penting yang divalidasi dengan teknik Focus Group Discussion (FGD). Teknik

FGD dilakukan bersama keluarga: HH, TRN, NN, DNH, SBK, MRM, MMD, dan FNT28

selepas ibadah minggu. Dalam penggunaan teknik FGD, mereka memberi tanggapan

yang tidak jauh berbeda dengan teknik wawancara pada informan kunci. Menurut mereka

yang menjadi faktor penyebab warga jemaat pindah gereja ialah:

a. Kelambanan majelis jemaat dalam menyelesaikan masalah yang di hadapi jemaat dan

juga terhadap pelayanan yang dilakukan oleh gembala sidang (Pendeta), dapat

dikatakan pelayanan tersebut “pilih kasih”. Hal ini dapat dikatakan karena mereka

juga merasakan hal yang sama dengan warga jemaat lainnya yang telah pindah.

b. Selama menjadi anggota jemaat atau bergereja di GKS Nggongi, mereka belum

merasakan apa yang dinamakan dengan pendampingan pastoral. Bahkan ada beberapa

keluarga seperti MRM, MMD, FNT, dan NN, tidak mengerti apa yang dimaksudkan

dengan pendampingan pastoral sehingga peneliti harus menjelaskan lagi arti dan

contoh dari pendampingan pastoral tersebut.

c. Bagi mereka pelayanan yang dirasakan atau perkunjungan yang ada hanya sebatas

pelayanan rumah tangga dan ibadah pada hari minggu di gereja, sedangkan DNH,

28

Wawancar, Minggu 9 september, pukul 12.00 di Gereja

Page 19: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4019/4/T1...Kabupaten Sumba Timur terletak di bagian selatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, diapit

41

TNR, SBK dan H H cukup memahami apa yang dimaksudkan dengan pendampingan

pastoral sehingga peneliti tidak harus menjelaskan lagi lebih mendetail tentang

pendampingan pastoral tersebut. Sama halnya dengan empat reponden diatas mereka

setuju mengatakan bahwa pendampingan pastoral di jemaat GKS Nggongi tidak

sungguh-sungguh dilakukan oleh pihak gereja atau bisa dikatakan perkunjungan

pastoral tidak terprogram.

Dari beberapa faktor-faktor penyebab warga jemaat pindah gereja diatas, ternyata

warga jemaat GKS Nggongi tidak mendapatkan suatu jawaban terhadap kebutuhan setiap

orang akan kehangatan, perhatian penuh, dukungan, dan pendampingan.29

Hal inilah yang

menyebabkan jemaat memutuskan untuk pindah dan mencari sendiri perhatian penuh serta

pendampingan yang mereka butuhkan. Dalam pengertian warga jemaat yang pindah, ketika

mereka pindah ke gereja lain maka setiap kebutuhan rohani mereka akan terpenuhi dan

mereka dapat mengalami pertumbuhan iman yang selama ini tidak pernah mereka dapat dari

gereja asal yakni GKS Nggongi.

Dari hasil FGD yang dilakukan kepada HH, TRN, NN, DNH, SBK, MRM, MMD,

dan FNT maka dapat dikatakan bahwa warga jemaat yang tidak pindah merasa gereja tidak

menyelamatkan akan tetapi iman yang mampu menyelamatkan manusia. Sehingga mereka

tidak harus mencari gereja lain untuk masuk surga dan karena orang tua mereka adalah para

pendiri GKS Nggongi ini, sehingga mereka tetap ingin menjaga apa yang telah menjadi

warisan dan menghargai apa yang telah di lakukan oleh orang tua mereka. Alasan tersebut

yang membuat mereka terus bertahan walaupun banyak anggota jemaat yang memilih untuk

pindah ke Gereja lain. Meskipun mereka kecewa dengan pelayanan yang ada mereka lebih

memilih untuk mengalah dan tetap bersekutu dengan jemaat GKS Nggongi meskipun ada

konflik yang terjadi.

29

Howard Clinebell, Tipe-tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral, (Yogyakarta: Kanasius, 2002) hal

59

Page 20: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4019/4/T1...Kabupaten Sumba Timur terletak di bagian selatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, diapit

42

Salah satu contoh kasus bapak DNH dan TRN yang merasa pelayanan yang dilakukan

oleh gembala sidang (pendeta) adalah pelayanan yang “pilih kasih”. Meskipun demikian

mereka tidak lantas mengikuti jemaat-jemaat lain yang sudah pindah, akan tetapi mereka

memilih untuk diam dan terus bertahan dalam persekutuan jemaat GKS Nggongi dengan

suatu harapan bahwa kedepannya mereka akan mendapatkan gembala sidang yang adil dan

setia terhadap pelayanan, sehingga mereka bisa mendapatkan pemerataan pelayanan tanpa

harus dilihat dari strata sosial yang ada dalam kehidupan jemaat.

Melihat kasus diatas ternyata jemaat yang tidak pindah gereja ini menggunakan

strategi Yielding (mengalah)30

yaitu menurunkan aspirasi sendiri dan bersedia menerima yang

tidak sesuai dengan apa yang diinginkan. Dalam strategi ini bukan berarti bahwa mengalah

dan menyerah secara total, tetapi mengalah dengan mencari alternatif pemecahan masalah

lain. Strategi ini adalah salah salah satu dari lima strategi yang bisa digunakan untuk

menyelesaikan realita konflik yang di usulkan oleh Pruitt dan Rubin.

Strategi ini dapat pakai oleh jemaat yang tidak pindah namun jika strategi ini terus di

pakai untuk menyelesaikan konflik yang ada, maka yang terjadi adalah jemaat akan terus

berada dalam bayang-bayang ketidakadilan. Hal ini akan menjadi bom waktu yang kapan saja

bisa meledak tanpa bisa dikendalikan. Dengan kata lain, ketika kenyataan tidak sesuai dengan

harapan mereka untuk mendapat pemimpin yang adil dalam melayani mereka, maka bukan

tidak mungkin suatu saat mereka juga akan pergi meninggalkan persekutuan jemaat. Ketika

hal itu terjadi maka relasi antara jemaat dan gereja serta relasi antara jemaat dan Allah akan

rusak.

Dapat dikatakan bahwa dalam kehidupan jemaat GKS Nggongi pastoral merupakan

hal yang tidak di perhatikan, karena pelayanan yang seharusnya ditujukan kepada mereka

30

Dean G. Pruitt dan Jefferey Z. Rubin, Teori Konflik Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2004) hal 4-6

Page 21: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4019/4/T1...Kabupaten Sumba Timur terletak di bagian selatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, diapit

43

yang mengalami pergumulan hidup31

tidak dilakukan secara maksimal. Bahkan banyak dari

jemaat yang merasa bahwa pelayanan yang dilakukan GKS Nggongi hanya sebatas ibadah

minggu dan ibadah rumah tangga.

3.5 Pendampingan pastoral terhadap jemaat yang pindah Gereja kurang ditangani

dengan sungguh-sungguh oleh majelis GKS Nggongi

Pada bagian sebelumnya, peneliti telah menggambarkan secara kongkrit faktor-

faktor penyebab jemaat pindah gereja. Dari deskripsi itu, peneliti bisa menarik sedikit

kesimpulan bahwa faktor-faktor penyebab warga jemaat pindah Gereja karena tidak puas

dengan pelayanan yang dilakukan oleh Gereja, faktor ekonomi dan juga lambatnya

penanganan masalah yang dilakukan oleh gereja.

Pada bagian ini peneliti akan mengkaji tentang pelaksanaan pendampingan

pastoral terhadap jemaat yang pindah gereja ternyata kurang ditangani dengan sungguh-

sungguh. Untuk lebih jelasnya, peneliti akan mendeskripsikan pelaksaan pendampingan

pastoral dengan mewawancarai para responden, seperti yang akan dijabarkan di bawah

ini.

Bapak Pendeta PMR yang di wawancarai tanggal 18 September 2012 memberikan

penjelasan sebagai berikut:

“...Tidak ada program pendampingan pastoral atau perkunjungan pastoral terstruktur yang kami

buat hanya saja ketika ada warga jemaat yang bermasalah maka kami akan membawa masalah itu

ke dalam rapat dewan untuk dibahas dan juga tidak ada tim khusus untuk melakukan

pendampingan pastoral. Akan tetapi kami memiliki trategi dimana dalam setiap lingkungan

memiliki majelis dan mereka (majelis lingkungan) yang selalu ada dan mengetahui apa yang

menjadi pergumulan warga jemaat. Dengan membawa persoalan yang dialami warga jemaat

kedalam rapat dewan maka kami berusaha untuk melakukan pendekatan kepada warga jemaat

yang pindah.32

Ibu Diaken cabang lalindi MUH yang dimintai tanggapan terhadap pelaksaan

pendampingan pastoral terhadap jemaat mengatakan:

31

Ibid. 32

Wawancara 18 september, pukul 12.00 di pastori

Page 22: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4019/4/T1...Kabupaten Sumba Timur terletak di bagian selatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, diapit

44

“... memang tidak ada pelaksaan perkunjungan pastoral secara terprogram tapi kami sebagai

majelis jemaat cabang Lalindi melakukan perkunjungan ketika jemaat bermasalah, kami hadir

untuk membantu warga jemaat menyelesaikan masalah mereka. Dan yang perlu diketahui masalah

yang sering dihadapi oleh warga jemaat di lingkungan saya yaitu masalah pribadi mereka dengan

keluarga. Dengan demikian kami (majelis jemaat) menjadi mediator untuk mendamaikan mereka

yang bertikai. Tidak hanya itu saja akan tetapi jika ada warga jemaat yang sakit kami mengunjungi

dan mendoakan mereka. Dan juga jika ada warga jemaat yang mengalami kedukaan, maka kami

akan hadir untuk memberikan penguatan dan penopangan kepada keluarga yang di tinggalkan.

Dengan beberapa hal diatas seperti yang telah saya uraikan tadi maka saya rasa kami telah

melakukan pendampingan pastoral terhadap warga jemaat khususnya cabang lalindi ini.33

Bapak MM setuju dengan bapak pdt. PMR dan Ibu MUH mengatakan bahwa:

“...Saya rasa mengenai perkunjungan pastoral itu ada walaupun tidak secara terprogram atau

terstruktur. Namun yang disayangkan adalah pendampingan pastoral ini tidak berjalan dengan baik

karena majelis jemaat kurang kompak dalam menyelesaikan masalah yang dialami jemaat dan

program kerja yang tidak berjalan dengan baik. Mungkin karena kesibukan atau alasan lainnya

kami selaku mejelis jemaat lalai dalam melihat setiap masalah dan persoalan yang ada, dan harus

diakui memang terkadang juga kami terlalu lamban untuk menyelesaikan masalah-masalah yang

ada untuk itu banyak dari warga jemaat kami yang ketika mengalami masalah langsung memilih

pindah kedenominasi Gereja lain. Dan perkunjungan pastoral dapat berjalanan ketika ada warga

jemaat kami yang minta untuk di doakan dan di kunjungi.34

Bapak APM yang juga diwawancarai selaku majelis jemaat GKS cabang Lalindi

mengatakan:

“...Selama saya menjadi majelis jemaat, yang saya tahu ada perkunjungan pastoral melalui

kunjungan kepada jemaat dan melakukan pendekatan kepada jemaat yang bermasalah dengan

tujuan untuk mencapai solusi. Dan ketika kunjungan pastoral tersebut tidak efektif maka akan

dilakukan pembentukan tim yang di lakukan oleh majelis jemaat dalam rapat dewan lengkap yang

diselenggarakan selama 3 bulan sekali. Tim yang di bentuk ini akan pergi ke rumah jemaat yang

bermasalah dan melakukan pendekatan selama 3 bulan masa yang di tentukan untuk melakukan

perkunjungan pastoral tersebut sehingga bisa mendapatkan solusi yang baik terhadap masalah

tersebut. Dan jika selama 3 bulan itu tidak ada perkembangan yang baik maka akan dibawa lagi

dalam rapat dewan lengkap. Sehingga Dengan adanya pendampingan pastoral ini dapat

mengurangi perpindahan jemaat.35

Bapak KMD yang diwawancarai di rumahnya selaku Kaum awam cabang Lalindi

mengatakan :

“...Khususnya di cabang Lalindi ini kami membuat program perkunjungan pastoral dan hal

tersebut rutin dilakukan. Sehingga ketika ada warga jemaat kami yang bermasalah maka kami akan

langsung menyelesaikan masalah mereka. Dengan demikian masalah yang ada tidak berlarut-larut.

Hanya saja kemarin ada kasus dari salah satu warga jemaat kami yang mencalonkan diri sebagai

majelis dan karena masalah pribadinya dengan keluarga, yang akhirnya berimbas kepada Gereja.

kami telah melakukan pendekatan terhadap warga jemaat kami ini. Akan tetapi ia masih kukuh

dengan pendiriannya untuk pindah ke denominasi Gereja. kami telah melakukan pendekatan

terhadap warga jemaat kami ini akan tetapi belum ada hasil dan juga kami telah membahasnya

33

Wawancara M U H diaken cabang lalindi 15 september 2012, pukul 10.30 di rumah. 34

Wawancara M M majelis jemaat cabang lalindi, Selasa 11 september 2012, pukul 10:00 di rumah 35

Wawancara A P M majelis jemaat cabang lalindi, Rabu 19 september 2012, pukul 11.30 di rumah

Page 23: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4019/4/T1...Kabupaten Sumba Timur terletak di bagian selatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, diapit

45

dalam rapat dewan lengkap sehingga sudah di buat tim khusus untuk pergi ke rumah warga jemaat

kami ini, namun hal itu juga sampai saat ini belum mendapat hasil yang kami harapkan.36

Bapak AMM selaku Majelis Jemaat pusat yang diwawancarai selepas ibadah

keluarga, mengatakan bahwa :

“... Tidak ada program perkunjungan pastoral yang dibuat. Hanya saja jika ada warga jemaat yang

bermasalah maka akan dibuat sebuah tim untuk melakukan pendekatan agar dapat menemukan

masalah apa yang dihadapi warga jemaat dan mencari solusi sehingga warga jemaat mendapatkan

solusi dari masalah tersebut. Pembentukan tim ini dilakukan pada saat warga jemaat telah pindah

dan bergerja di jemaat lain. Dan ketika mendengar ada warga jemaat yang sakit, jujur saya katakan

bahwa sebanarnya kami (majelis jemaat) tidak langsung pergi mendoakan seperti yang dilakukan

oleh Gereja-Gereja lain. Hanya saja ketika kami diminta untuk mendoakan dan juga saat warga

yang sakit itu adalah keluarga kami maka dengan inisiatif sendiri kami mengunjungi dan

mendoakan warga tersebut.

Bapak TRN yang diwawancarai selepas ibadah minggu di Gereja mengatakan

bahwa:

“... Tidak ada perkunjungan pastoral yang dilakukan oleh Gereja ketika ada masalah dan persoalan

yang dihadapi warga jemaat. Dan saya tidak melihat seorang gembala menjalankan tugasnya untuk

membawa kembali domba yang tersesat. Yang ada malah sebaliknya bahwa gembala kami

mempunyai prinsip yaitu membiarkan warga jemaat pindah karena ia percaya bahwa suatu saat

mereka akan sadar dan kembali. Prinsip seperti inilah yang akhirnya membuat banyak warga

jemaat merasa tidak di perhatikan dan beralih ke denominasi Gereja lain. Kadang saya merasa

pelayanan yang dilakukan pilih kasih, karena jika pelayanan dilakukan kepada warga kaya atau

orang-orang yang berkedudukan maka pelayanan tersebut akan di pimpin langsung oleh pendeta

sedangkan jika pelayanan kepada kami warga yang biasa-biasa saja maka pemimpin ibadah akan

diwakilkan kepada majelis jemaat.37

Bapak HH yang dimintai tanggapannya selaku warga jemaat yang tidak pindah,

yang diwawancarai secara terspisah mengatakan:

“... selama saya bergereja di GKS Nggongi ini, saya tidak pernah menemukan atau melihat apa

yang dinamakan perkunjungan pastoral itu. saya sangat berharap kedepannya harus ada pogram

perkunjungan pastoral agar dapat mengurangi perpindahan jemaat yang ada dan juga mampu

menjawab apa yang menjadi pergumulan warga jemaat. Karena menurut pengamatan saya selama

ini ketika ada permasalahan yang dialami oleh warga jemaat baik itu yang sakit, masalah

pemberkatan nikah, baptisan dan masalah-masalah lainnya, gereja sangat lamban untuk menangani

masalah-masalah tersebut. Bahkan tidak jarang banyak warga jemaat yang merasa tidak di

perhatikan oleh Gereja, sehingga ketika beralih ke Gereja lain dan mendapat perhatian khusus dari

Gereja tersebut, mereka (yang pindah) merasa nyaman. Hal inilah yang membuat saya sangat

prihatin dan merasa sangat perlu adanya program pendampingan pastoral di Gereja saya.38

36

Wawancara, bapak K M D selaku kaum Awam cabang Lalindi, selasa 11 september 2012, pukul 16.00 di

rumah 37

Wawancara, Minggu 9 selaku warga yang tidak pindah Gerejaseptember, pukul 12.00 di Gereja 38

Wawancara H H warga jemaat yang tidak pindah , Minggu 9 september, pukul 12.00 di Gereja

Page 24: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4019/4/T1...Kabupaten Sumba Timur terletak di bagian selatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, diapit

46

Analisa

Berdasarkan ungkapakan para responden diatas (Pendeta, Diaken, Kaum Awam, dan

beberapa anggota warga jemaat), maka peneliti dapat meringkas dan menemukan dua poin

penting yang bisa dijadikan kesimpulan sementara. Kedua poin yang dimaksud itu adalah

pertama, terlepas dari tidak adanya program perkunjungan atau pendampingan pastoral yang

tidak dibuat, ternyata perkunjungan yang dilakukan oleh majelis jemaat dapat berjalan jika

diminta oleh warga jemaat. Kedua, tidak hanya warga jemaat yang telah pindah gereja saja

yang merasakan bahwa pelayanan perkunjungan pastoral tidak dilakukan dengan sunguh-

sungguh, akan tetapi warga jemaat yang tidak pindah pun merasakan hal yang sama, sehingga

pengaruhnya sangat besar bagi setiap warga jemaat yang mengalami masalah-masalah baik

dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan rumah tangga mereka. Perlu diketahui bahwa

peneliti memakai istilah perkunjungan pastoral karena jemaat GKS Nggongi sangat akrab

dengan istilah tersebut dan mereka lebih memahami ketika pendampingan pastoral di sebut

sebagai perkunjungan pastoral.

Pendampingan pastoral merupakan cara yang harus digunakan untuk melakukan

resolusi konflik dalam gereja. Pendekatan yang diberikan biasanya dari pihak gereja dengan

tujuan supaya pihak yang berkonflik dapat menyalurkan masalah yang sedang dihadapi dan

bersedia dibimbing untuk mencapai penyelesaian. Pendampingan tidak hanya sekedar

meringankan beban penderitaan, tetapi menempatkan orang dalam relasi dengan Allah dan

sesama, dalam pengertian menumbuhkan dan mengutuhkan orang dalam kehidupan

spritualnya untuk membangun dan membina hubungan dengan sesamanya, mengalami

penyembuhan dan pertumbuhan serta memulihkan orang dalam hubungan dengan Allah.39

Hal ini tidak terlihat dalam Gereja GKS Nggongi. Pendampingan pastoral menurut Clinebell

menjadi suatu jawaban terhadap kebutuhan setiap orang akan kehangatan, perhatian penuh,

39

J.Engel, Konseling Suatu Fungsi Pastoral, (Salatiga: Tisara Grafika, 2007) hal 4

Page 25: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4019/4/T1...Kabupaten Sumba Timur terletak di bagian selatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, diapit

47

dukungan, dan pendampingan.40

Pelaksanaan pendampingan pastoral di jemaat GKS

Nggongi sangatlah memprihantinkan karena tidak sesuai dengan yang seharusnya.

Warga jemaat GKS Nggongi membutuhkan kehadiran seorang gembala dan juga

majelis jemaat dalam setiap pergumulan hidup mereka. Jadi sangat tepat usulan

Wiryasaputra, yang mengungkapkan :

“...Ketika berada bersama dengan mereka yang sedang bergumul, dengan persoalan hidup berarti kita

sebagai pendamping harus berkonsentrasi pada keunikan individu yang berada di hadapan kita, yang

tidak bisa digantikan oleh siapapun. Kehadiran dan kepedulian kita dapat meyakinkan mereka bahwa

mereka tidak sendirian, sehingga tercipta relasi yang hangat, baik dan ramah. Dan dengan demikian

maka akan tumbuh rasa saling percaya antara kita dengan mereka yang sedang bergumul tersebut.

Dengan kata lain dapat di artikan bahwa, sepanjang ada komunitas maka keberadaan seseorang akan

selalu dinantikan demi sebuah sentuhan manusiawi, bagi mereka yang mengalami Krisis

Kehidupan.41

Jemaat GKS Nggongi sebenarnya membutuhkan konseling pastoral terutama fungi-

fungsi pastoral. Bila fungsi-fungsi pastoral di urai dapat di indentifikasi sesuai dengan

pendapat Clebsch dan Jaekle42

didalam bukunya yang berjudul Pastoral Care in Historical

Perspective. Penjabarannya sebagai berikut :

1. Penyembuhan adalah salah satu fungsi pastoral yang bertujuan untuk mengatasi beberapa

kerusakan dengan cara mengembalikan orang itu pada suatu keutuhan dan menuntun dia

ke arah yang lebih baik daripada kondisi sebelumnya. Kita perlu mengerti bahwa kasih

sayang dan perhatian juga dapat menyembuhkan. Tentulah hal ini bukan dalam

pengertian secara fisik, akan tetapi dalam segi mental dan spritual. Jikalau pendamping

sungguh-sungguh mendengarkan keluhan dari mereka yang bermasalah maka akan

mempercepat kesembuhan secara emosional. Dalam konteks GKS Nggongi sangat

membutuhkan penyembuhan karena dari konflik yang selama ini terjadi dalam kehidupan

jemaat telah menimbulkan rasa sakit hati dan kekecewaan yang luar biasa bagi jemaat.

40

Howard Clinebell, Tipe-tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral, (Yogyakarta: Kanasius, 2002) hal

59

41

Totok S. Wiryasaputra, Pendampingan Pastoral Orang Sakit, (Yogyakarta: Pusat Pastoral, 2004) hal 5 42

Ibid, hal. 10

Page 26: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4019/4/T1...Kabupaten Sumba Timur terletak di bagian selatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, diapit

48

Oleh karena itu warga jemaat GKS Nggongi perlu di bantu untuk menyembuhkan rasa

kecewa dan sakit hati yang ada sehingga mereka bisa berdamai dengan keadaan yang ada

serta mampu menyelesaikan konflik yang ada.

2. Penopangan berarti, menolong orang yang “terluka” untuk bertahan dan melewati suatu

keadaan yang terjadi pada waktu lampau, yang didalamnya pemulihan kepada kondisi

semula atau penyembuhan dari penyakitnya tidak mungkin atau tipis kemungkinannya.

Bila dikaitkan dengan kenyataan yang ada di jemaat GKS Nggongi maka warga jemaat

belum membutuhkan penopangan karena masalah tersebut masih dalam konteks. Jika

warga jemaat telah menemukan solusi dari konflik yang ada maka dibutuhkan sebuah

penopangan sehingga warga jemaat bisa melewati masalah demi masalah yang ada

dengan tegar.

3. Pembimbingan berarti membantu orang-orang yang kebingungan untuk menentukan

pilihan-pilihan yang pasti diantara berbagai pikiran dan tindakan alternatif, jika pilihan-

pilihan demikian dipandang sebagai yang mempengaruhi keadaan jiwanya sekarang dan

yang akan datang. Ketika seseorang berada dalam kebingungan, mereka biasanya sulit

untuk berpikir dengan baik. Hal ini sangat mempengaruhi seseorang dalam mengambil

sebuah keputusan. Disaat inilah seorang pendamping hadir untuk membantu orang yang

berada dalam kebingungan mengambil keputusan yang jelas yang dipandang

mempengaruhi keadaan jiwa mereka sekarang dan pada waktu yang akan datang. Dalam

konteks GKS Nggongi warga jemaat perlu di bimbing karena mereka masih butuh

bimbingan dalam mengambil keputusan. Agar keputusan yang di ambil warga jemaat

merupakan keputusan yang benar dan tepat dalam menghadapi masalah dan konflik yang

ada.

4. Pendamaian berupaya membangun ulang relasi manusia dengan sesamanya, dan antara

manusia dengan Allah. Secara tradisi sejarah, pendamaian menggunakan dua bentuk,

Page 27: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4019/4/T1...Kabupaten Sumba Timur terletak di bagian selatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, diapit

49

pengampunan dan displin Gereja, tentunya dengan didahului oleh pengakuan. Dalam

konteks GKS Nggongi sangat penting suatu pendamaian karena dalam kehidupan jemaat

terdapat banyak konflik yang terjadi sehingga warga jemaat perlu didamaikan dengan

Allah, dengan diri sendiri dan dengan lingkungannya. Dengan demikian warga jemaat

dapat menyelesaikan konflik yang ada dengan sebuah pengambilan keputusan yang

benar.

Bila di kaji, GKS Nggongi saat ini sangat membutuhkan penyembuhan karena

konflik yang ada selama ini disebabkan oleh sakit hati dan kekecewaan warga jemaat

terhadap pelayanan yang dilakukan oleh gereja, karena itu sangatlah dibutuhkan

penyembuhan dan pemulihan dari rasa kecewa dan sakit hati tersebut sehingga warga jemaat

dapat berdamai dengan diri sendiri, dengan Allah dan juga dengan lingkungan yang ada.

Maka setiap konflik yang ada dapat di selesaikaan dengan baik tanpa adanya sebuah

perpecahan. Selanjutnya GKS Nggongi membutuhkan bimbingan dengan kata lain setelah

warga jemaat sembuh dan bisa berdamai dengan diri sendiri, Allah dan lingkungannya, maka

perlu warga jemaat dibimbing sehingga dengan adanya bimbingan setiap keputusan yang

akan di ambil dalam penyelesaian konflik tersebut membantu warga jemaat menemukan

solusi yang tepat dari permasalahan tersebut. Akhirnya penopangan dibutuhkan warga jemaat

setelah berhasil melewati penyembuhan, perdamaian dan bimbingan.

Pada dasarnya kehadiran dan kepedulian kita dapat meyakinkan mereka bahwa

mereka tidak sendirian, sehingga tercipta relasi yang hangat, baik dan ramah. Dengan

demikian maka akan tumbuh rasa saling percaya antara kita dengan mereka yang sedang

bergumul tersebut. Dengan kata lain dapat di artikan bahwa, sepanjang ada komunitas maka

keberadaan seseorang akan selalu dinantikan demi sebuah sentuhan manusiawi, bagi mereka

yang mengalami Krisis Kehidupan.43

43

Totok S. Wiryasaputra, Pendampingan Pastoral Orang Sakit, (Yogyakarta: Pusat Pastoral, 2004) hal 5

Page 28: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4019/4/T1...Kabupaten Sumba Timur terletak di bagian selatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, diapit

50

Rangkuman

Seorang gembala dapat menjadi penyembuh bagi warga jemaatnya untuk kembali

pada keutuhan dan menuntun mereka kearah yang lebih baik dari pada kondisi sebelumnya.

Juga menolong warga jemaat yang mengalami persoalan untuk bertahan dan melewati

persoalan yang mereka hadapi, serta bisa menjadi pendamai bagi warga jemaat yang

memiliki konflik dengan sesama maupun dengan disiplin gereja melalui pengakuan. Dengan

demikian warga jemaat tidak lagi merasa bahwa hanya mereka sendiri yang menanggung

persoalan tersebut akan tetapi ada yang selalu mendampingi dan menopang mereka.

Menurut peneliti dengan menerapkan fungsi pastoral seperti diatas maka konflik yang

ada dalam tubuh jemaat GKS Nggongi dapat terselesaikan dengan baik dan menyatukan

kembali jemaat yang telah pindah. Perlu di perhatikan bagi seorang pelayan ialah ketekunan

melakukan tugas dan panggilan sebagai seorang hamba dan Pelayan Tuhan, agar apa yang

telah menjadi janji dan sumpah di hadapan Tuhan dan jemaat dapat dilaksanakan dengan

baik. Perlunya kepekaan terhadap persoalan yang dialami oleh warga jemaat sehingga

masalah yang ada tidak dibiarkan berlarut-larut akan tetapi di tangani dengan serius.

Berdasarkan masalah yang dipaparkan diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

pendampingan pastoral sangat dibutuhkan dalam kehidupan bergereja, karena dengan adanya

pendampingan pastoral maka setiap masalah dan konflik yang terjadi dalam tubuh jemaat

dapat terselesaikan dengan baik. Dibutuhkan pula pekerja-pekerja Gereja yang benar-benar

memahami makna pendampingan pastoral sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan

bergereja dengan tepat dan benar. Dengan adanya pemahaman fungsi pastoral yang baik

maka bisa dikatakan pula bahwa dengan adanya masalah-masalah yang terjadi dalam

kehidupan jemaat tidak lagi menjadi sebuah perpecahan dalam tubuh jemaat melainkan

Page 29: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4019/4/T1...Kabupaten Sumba Timur terletak di bagian selatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, diapit

51

dengan masalah yang muncul dalam tubuh gereja dapat menumbuhkan iman dan

kebersamaan dalam sebuah persekutuan jemaat.