59
BAB III KONSEP PENGELOLAAN SAMPAH 3.1 Kriteria Perencanaan Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah didefinisikan adalah semua kegiatan yang bersangkut paut dengan pengendalian timbulnya sampah, pengumpulan, transfer dan transportasi. Pengolahan dan pemrosesan akhir / pembuangan sampah, dengan mempertimbangkan faktor kesehatan lingkungan, ekonomi, teknologi, konservasi estetika dan faktor- faktor lingkungan lainnya yang erat kaitannya dengan respon masyarakat. Menurut UU No. 18 Tahun 2008, pengelolaan sampah didefinisikan sebagai kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Kegiatan pengurangan meliputi: a. Pembatasan timbulan sampah b. Pendaur ulang sampah c. Pemanfaatan kembali sampah Sedangkan kegiatan penanganan meliputi: a. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah dan karakteristik sampah b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir d. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah

BAB III

Embed Size (px)

DESCRIPTION

menjelaskan metode serta perhitungan persampahan

Citation preview

Page 1: BAB III

BAB III

KONSEP PENGELOLAAN SAMPAH

3.1 Kriteria Perencanaan Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah didefinisikan adalah semua kegiatan yang bersangkut paut dengan

pengendalian timbulnya sampah, pengumpulan, transfer dan transportasi. Pengolahan dan pemrosesan

akhir / pembuangan sampah, dengan mempertimbangkan faktor kesehatan lingkungan, ekonomi,

teknologi, konservasi estetika dan faktor-faktor lingkungan lainnya yang erat kaitannya dengan respon

masyarakat.

Menurut UU No. 18 Tahun 2008, pengelolaan sampah didefinisikan sebagai kegiatan yang

sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.

Kegiatan pengurangan meliputi:

a. Pembatasan timbulan sampah

b. Pendaur ulang sampah

c. Pemanfaatan kembali sampah

Sedangkan kegiatan penanganan meliputi:

a. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah

dan karakteristik sampah

b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke

tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu

c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan dari tempat penampungan

sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat

pemrosesan akhir

d. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah

e. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah atau residu hasil pengolahan

sebelumnya ke media lingkungan secara aman

3.1.1 Penimbulan Sampah

Sumber sampah seperti dijelaskan dalam UU no 18 Tahun 2008 didefinisikan sebagai asal

timbulan sampah. Prosentase timbulan sampah adalah 75% berasal dari pemukiman dan 25% dari non

pemukiman. Sampah yang akan dikelola dibedakan atas:

Daerah Perumahan

Sumber sampah di daerah perumahan dibagi atas:

- Perumahan masyarakat berpenghasilan tinggi (High Income)

- Perumahan masyarakat berpenghasilan menengah (Middle Income)

Page 2: BAB III

- Perumahan masyarakat berpenghasilan rendah / daerah kumuh (Low Income / slum

area)

Daerah Komersial

Daerah komersial umumnya didominasi oleh kawasan perniagaan, hiburan dan lain-lain yang

diantaranya adalah pasar, kawasan pertokoan, hotel, restoran, bioskop, dan lain-lain

Fasilitas Umum

Fasilitas umum merupakan sarana prasarana perkotaan yang digunakan untuk kepentingan

umum. Yang termasuk dalam kategori fasilitas umum ini adalah perkantoran, sekolah, rumah

sakit, apotek, taman, dan lain-lain

Fasilitas Sosial

Fasilitas sosial merupakan sarana prasarana perkotaan yang digunakan untuk kepentingan

sosial atau bersifat sosial. Fasilitas sosial ini meliputi panti-panti sosial (panti asuhan, panti

jompo) dan tempat ibadah (masjid, gereja, dan lain-lain)

Sumber Lain

Dari klasifikasi sumber-sumber sampah tersebut, dapat dikembangkan lagi jenis sumber-

sumber sampah yang lain sesuai dengan kondisi kotanya atau peruntukan tata guna lahannya.

Sumber Timbulan Sampah

Sumber: Damanhuri, E. dan Tri Padmi. 2010

Faktor terpenting dalam menghitung laju timbulan sampah adalah mengetahui jumlah

penduduk terlebih dahulu. Oleh karena itu sebelum jumlah timbulan sampah dapat dihitung,

dilakukan proyeksi penduduk terlebih dahulu sampai pada tahun perencanaan

Page 3: BAB III

3.2.1 Komposisi Sampah

Pengelompokan sampah juga dilakukan berdasarkan sesuai dengan komposisinya. Komposisi

sampah adalah komponen-komponen sampah yang membentuk suatu kesatuan. Komposisi sampah

sangat menentukan sistem penanganan serta pengelolaan yang nantinya akan dilakukan terhadap

sampah. Komposisi sampah dapat dibedakan berdasarkan sumber sampah, karakteristik perilaku

masyarakat serta kondisi ekonomi yang berbeda dan proses penanganan sampah di sumber sampah.

N

oMaterial

Prosentase Berat

(%)

Berat Jenis

(Kg/m3)

Prosentase

Pemilahan (%)

1 Organik 71,8 120,3 70-80

2 Kertas 12,5 89,71 50-60

3 Plastik 7,5 65,68 60-70

4 Logam 1,0 160,19 85-95

5 Kaca/gelas 0,9 195,43 75-80

6 Karet 0,7 129,75 5-10

7 Kain 1,98 65,68 5-10

8 B3 3,8 200 -

Komposisi juga akan mempengaruhi pola penanganan sampah terutama penanganan pada

sumber sampah. Sebagai contoh jika sampah mengandung banyak bahan organik pada sumber

sampah makan akan lebih mudah jika dilakukan pemisahan sampah organik dan anorganik serta

adanya proses pengomposan yang sederhana.

Metode atau cara pengambilan contoh sampah untuk mengetahui komposisi sampah

tercantum pada SNI 36-1991-2003 Tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan

dan Komposisi Sampah Perkotaan. Pengambilan contoh sampah sangat mempengaruhi penentuan

komposisi fisik sampah. Pengamatan dilakukan paling tidak selama satu minggu berturut-turut di

lokasi sumber sampah yang meliputi pengambilan contoh sampah langsung di rumah tangga dan

pengambilan contoh sampah di Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS).

3.3.1 Penanganan dan Pemilahan Sampah

Penanganan sampah di sumbernya yang meliputi pemisahan, penyimpanan, dan pengolahan,

merupakan tahap dalam kegiatan pengelolaan sampah yang dapat memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap karakteristik sampah, kesehatan masyarakat, serta sikap masyarakat terhadap

Page 4: BAB III

sistem pengelolaan sampah. Maka sangat penting untuk memahami bagaimana penanganan yang baik

dan benar.

Berdasarkan SNI 03-3243-2008 tentang Tata Cara Pengelolaan Sampah Permukiman, maka

teknis operasional penanganan sampah di sumber meliputi:

1) Menerapkan pemilahan sampah organik, anorganik, dan B3

2) Menerapkan teknik 3R di sumber TPS

Penekanan diberikan pada penanganan sampah permukiman sebelum dilakukan kegiatan

pengumpulan, yaitu sebelum, selama, dan setelah penyimpanan. Pemilahan dilaksanakan mulai dari

sumber sampah dan konsep 3R dikembangkan dengan adanya pemilahan ini. Pemanfaatan sampah

organik adalah sebagai kompos baik skala individu maupun skala komunal. Pemisahan sampah

berdasarkan kategori sampah (sampah organik, anorganik, dan B3) merupakan hal yang positif dan

efektif untuk pemanfaatan kembali dan daur ulang sampah.

3.4.1. Penyimpanan Sampah

Sebelum diangkut ke TPS atau TPA, sampah ditempatkan oleh penghasil di kontainer

sampah. Hal-hal yang harus diperhatikan selama penyimpanan sampah adalah:

Wadah sampah merupakantempat untuk menyimpan sampahsementara di sumber sampah.

Pewadahan sampah adalah suatu carapenampungan sampah sebelum dikumpulkan, dipindahkan,

diangkut dandibuang ketempat pembuangan akhir. Pemilihan jenis dan kapasitas kontainer sampah

ditentukan oleh karakteristik sampah serta sistem dan frekuensi pengumpulan sampah, serta lokasi di

mana tempat sampah akan diletakkan.

Tujuan utama dari pewadahan adalah:

a. Untuk menghindari terjadinya sampah yang berserakan sehingga mengganggu lingkungan

dari segi kesehatan, kebersihan,dan estetika.

b. Memudahkan proses pengumpulan sampah dan tidak membahayakan petugas pengumpul

sampah, baik petugas kota maupun dari lingkungan setempat.

Pewadahan sampah merupakan awal dari sistem pengelolaan persampahan yang dapat dilakukan

dengan beberapa pola, diantaranya :

1. Disediakan oleh masyarakat dengan model bebas.

2. Disediakan oleh masyarakat dengan model yang ditetapkan oleh pemerintah.

3. Disediakan oleh pemerintah daerah

4. Disediakan oleh organisasi swadaya masyarakat

Pemilihan jenis dan kapasitas kontainer sampah ditentukan oleh karakteristik dan jenis sampah,

sistem dan frekuensi pengumpulan sampah, serta lokasi di mana tempat sampah akan diletakkan.

Page 5: BAB III

Jenis dan kapasitas tempat sampah yang umum digunakan, diantaranya adalah :

Tetap

Model ini disarankan untuk tidak dipergunakan lagi karena menghambat kecepatan

operasional, sulit dikontrol tingkat kebersihannya dan dari segi estetika kurang baik.

Contohnya bak sampah dari pasangan batu bata.

Semi tetap

Sering dimanfatkan untuk menghindari gangguan binatang, bentuk ini masih dianggap lebih

baik dari bentuk tetap. Tetapi pada umumnya mengalami kesulitan dalam perawatannya. Di

samping itu, bentuk ini tidak dapat mencegah pencurian (tutup maupun keseluruhan).

Contoh : tong sampah yang menggunakan tiang penyangga terbuat dari besi, seng, plastik,

dan lain-lain.

Non tetap

Sangat fleksibel, tetapi dalam penerapannya harus memperhatikan kondisi sosial budaya dan

dampaknya terhadap lingkungan. Contoh : kantong plastik, bin, keranjang dan lain-lain.

Page 6: BAB III

Sedangkan Pola Penampungan sampah itu sendiri dapat berbentuk :

Individual

Setiap rumah atau toko dan bangunan penghasil sampah lainnya yang mempunyai wadah

sendiri. Untuk daerah pemukiman kelas menengah dan kelas atas, pertokoan, perkantoran dan

bangunan besar lainnya.

Komunal

Tersedia satu wadah yang dapat dimanfaatkan oleh beberapa rumah atau bangunan, cocok

untuk daerah pemukiman kumuh dengan tingkat ekonomi rendah, rumah susun, atau

pemukiman sangat padat (yang menyulitkan proses operasi pengumpulan).

Berdasarkan petunjuk teknis pengelolaan sampah kota, kriteria wadah individual yang baik memiliki

persyaratan, meliputi :

a. ringan, mudah diangkat

b. memiliki tutup, higienis

c. mudah dibersihkan

d. kedap air dan udara, tidak rembes

e. bentuk dan warna estetis

f. mudah diperoleh

g. harga terjangkau

h. volume mampu menampung sampah sampai 3 hari

Sedangkan menurut Standar Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan, Departemen Pekerjaan

Umum (SK SNI T-13- 1990-F) kriteria bahan untuk kontainer sampah diuraikan adalah sebagai

berikut:

a. Tidak mudah rusak dan kedap air, kecuali kantung plastik/kertas

b. Mudah untuk diperbaiki

c. Ekonomis, mudah diperoleh/dibuat oleh masyarakat

d. Mudah dan cepat dikosongkan

Page 7: BAB III

3.5.1 Pengangkutan Sampah

Pengangkutan dimaksudkan sebagai kegiatan operasi yang dimulai dari titik pengumpulan

terakhir dari suatu siklus pengumpulan sampai ke TPA atau TPST pada pengumpulan dengan pola

individual langsung atau dari tempat pemindahan (transfer depo, transfer station), penampungan

sementara (TPS, TPST, TPS 3R) atau tempat penampungan komunal sampai ke tempat pengolahan

atau pembuangan akhir (TPA/TPST). Sehubungan dengan hal tersebut, metode pengangkutan serta

peralatan yang akan dipakai tergantung dari pola pengumpulan yang dipergunakan.

Permasalahan yang dihadapi dalam pengangkutan sampah umumnya adalah :

1. Penggunaan waktu kerja yang tidak efisien

2. Penggunaan kapasitas muat kendaraan yang tidak tepat

3. Rute pengangkutan yang tidak efisien

4. Tingkah laku petugas

5. Aksesbilitas yang kurang baik

3.5.1.1 Pola Pengangkutan Sampah

Pola pengangkutan sampah dapat dilakukan berdasarkan sistem pengumpulansampah. Jika

pengumpulan dan pengangkutan sampah menggunakan sistempemindahan (transfer depo) atau sistem

tidak langsung, proses pengangkutannyadapat menggunakan sistem :

Kontainer angkat

Untuk pengumpulan sampah dengan sistem kontainer angkat, pola pengangkutan yang

digunakan ada tiga cara:

a. Sistem pengosongan kontainer cara 1, dengan proses pengangkutan :

- Kendaraan dari pool menuju kontainer isi pertama untuk mengangkut sampah ke TPA

- Kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula

- Menuju kontainer isi berikutnya untuk diangkut ke TPA

- Kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula

- Demikian seterusnya sampai rit akhir

Page 8: BAB III

b. Sistem pengosongan kontainer cara 2, dengan proses pengangkutan :

- Kendaraan dari poll menuju kontainer isi pertama untuk mengangkut sampah ke TPA

- Dari TPA kendaraan tersebut dengan kontainer kosong menuju lokasi kedua untuk

menurunkan kontainer kosong dan membawa kontainer isi untuk diangkut ke TPA

- Demikian seterusnya sampai rit terakhir

- Pada rit terakhir dengan kontainer kosong dari TPA menuju lokasi kontainer pertama,

kemudian kendaraan tanpa kontainer menuju pool

Page 9: BAB III

c. Sistem pengosongan kontainer cara 3, dengan proses pengangkutan:

- Kendaraan dari poll dengan membawa kontainer kosong menuju lokasi kontainer isi

untuk mengganti atau mengambil dan langsung membawanya ke TPA.

- Kendaraan dengan membawa kontainer kosong dari TPA menuju kontainer isi

berikutnya.

- Demikian seterusnya sampai rit terakhir.

Page 10: BAB III

Kontainer Tetap

Sistem ini biasanya digunakan untuk kontainer kecil serta alat angkut berupa truk kompaktor

secara mekanis atau manual.

a. Pola pengangkutan dengan cara mekanisyaitu :

- Kendaraan dari pool menuju kontainer pertama, sampah dituangkan kedalam truk

kompaktor dan meletakkan kembali kontainer yang kosong

- Kendaraan menuju kontainer berikutnya sampai truk penuh untuk kemudian menuju TPA

- Demikian seterusnya sampai rit terakhir

b. Pola Pengangkutan dengan cara manual yaitu :

- Kendaraan dari pool menuju TPS pertama, sampah dimuat ke dalam trukkompaktor atau truk

biasa.

- Kendaraan menuju TPS berikutnya sampai truk penuh untuk kemudianmenuju TPA.

- Demikian seterusnya sampai rit terakhir.

Page 11: BAB III

B. Perencanaan Sarana Pengangkutan

Peralatan dan perlengkapan untuk sarana pengangkutan sampah dalam skala

kota memiliki persyaratan sebagai berikut :

1. Sampah harus tertutup selama pengangkutan, agar sampah tidak berceceran di jalan

2. Tinggi bak maksimum 1,6 meter

3. Sebaiknya ada alat pengungkit

4. Tidak bocor, agar leachate tidak berceceran selama pengangkutan

5. Disesuaikan dengan kondisi jalan yang dilalui

6. Disesuaikan dengan kemampuan dana dan teknik pemeliharaan

Adapun jenis peralatan yang digunakan selama proses pengangkutan dapat berupa :

1. Dump Truck

Merupakan kendaraan angkut yang dilengkapi sistem hidrolis untuk mengangkat bak dan

membongkar muatannya.Pengisian muatan masih tetap secara manual dengan tenaga kerja.Truk

ini memiliki kapasitas yang bervariasi yaitu 6m3, 8m3, 10m3, 14m3.

Dalam pengangkutan sampah, efisiensi penggunaan dump truck dapat dicapai apabila

memenuhi beberapa kriteria yaitu jumlah trip atau ritasi perhari minimum 3 dan jumlah crew

maksimum 3 orang.Agar tidak mengganggu lingkungan selama perjalanan ke TPA, dump truck

sebaiknya dilengkapi dengan tutup terpal.

2. Arm roll truck

Merupakan kendaraan angkut yang dilengkapi sistem hidrolis untuk mengangkat bak dan

membongkar muatannya.Pengisian muatan masih tetap secara manual dengan tenaga kerja.Truk

ini memiliki kapasitas yang bervariasi yaitu 6m3, 8m3, dan 10m3.

Page 12: BAB III

Dalam pengangkutan sampah, efisiensi penggunaan arm roll truck dapat dicapai apabila

memenuhi beberapa kriteria yaitu jumlah trip atau ritasi perhari minimum 5 dan jumlah crew

maksimum 1 orang.Agar tidak mengganggu lingkungan selama perjalanan ke TPA, kontainer

sebaiknya memiliki tutup dan tidak rembes sehingga leachate tidak mudah tercecer.Kontainer yang

tidak memiliki tutup sebaiknya dilengkapi dengan tutup terpal selama pengangkutan.

3. Compactor Truck

Merupakan kendaraan angkut yang dilengkapi sistem hidrolis untuk memadatkan dan

membongkar muatannya.Pengisian muatan masih tetap secara manual dengan tenaga kerja.

Truk ini memiliki kapasitas yang bervariasi yaitu 6m3, 8m3, 10m3, 14 m3, dan 20 m3.Dalam

pengangkutan sampah, efisiensi penggunaan compactor truck dapat dicapai apabila memenuhi

beberapa kriteria yaitu jumlah trip atau ritasi perhari minimum 3 dan jumlah crew maksimum 2

orang.

4. Trailer Truck

Page 13: BAB III

Merupakan kendaraan angkut berdaya besar sehingga mampu mengangkut sampah dalam

jumlah besar hingga 30 ton.Trailer truck terdiri atas prime over dan kontainer beroda. Kontainer

dilengkapi sistem hidrolis untuk membongkar muatannya. Pengisian muatan dilakukan secara

hidrolis dengan kepadatan tinggi di transfer station. Trailer truck memiliki kapasitas antar 20- 30

ton.

Dalam pengangkutan sampah, efisiensi penggunaan trailer truck dapat dicapai apabila

memenuhi beberapa kriteria yaitu jumlah trip atau ritasi perhari minimum 5 dan jumlah crew

maksimum 2 orang.

Pemilihan jenis peralatan atau sarana yang digunakan dalam proses pengangkutan

sampah tersebut perlu mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:

a. Umur teknis peralatan 5 – 7 tahun

b. Kondisi jalan daerah operasi

c. Jarak tempuh

d. Karakteristik sampah

e. Tingkat persyaratan sanitasi yang dibutuhkan

f. Daya dukung pemeliharaan

A. Rute Pengangkutan

Rute pengangkutan dibuat agar pekerja dan peralatan dapat digunakan secara efektif. Pada

umumnya rute pengumpulan dicoba-coba, karena rute tidak dapat digunakan pada semua kondisi.

Pedoman yg dapat digunakan dalam membuat rute sangat tergantung dari beberapa faktor yaitu :

1. Peraturan lalu lintas yang ada

2. Pekerja, ukuran, dan tipe alat angkut

3. Jika memungkinkan, rute dibuat mulai dan berakhir di dekat jalan utama,dan gunakan topografi

seta kondisi fisik daerah sebagai batas rute

4. Pada daerah berbukit, usahakan rute dimulai dari atas dan berakhir dibawah

Page 14: BAB III

5. Rute dibuat agar kontainer atau TPS terakhir yang akan diangkut berada di lokasi terdekat dengan

TPA

6. Timbulan sampah pada daerah padat lalu lintas diangkut sepagimungkin

7. Daerah yang menghasilkan timbulan sampah terbanyak, diangkut terlebihdahulu

8. Daerah yang menghasilkan timbulan sampah sedikit, diusahakan terangkutdalam hari yang sama

Pada langkah awal atau pertama dalam pembuatan rute maka ada beberapa langkah yang

harus diikuti agar rute yang direncanakan menjadi lebih efisien, yaitu :

1. Mempersiapkan peta atau denah yang menunjukkan lokasi-lokasi dengan jumlah timbulan sampah

2. Analisis data diplot ke peta daerah pemukiman, perdagangan, industri, beserta frekuensi

pengumpulan dan jumlah kontainer

3. Layout rute awal

4. Evaluasi layout rute awal dan membuat rute akan lebih seimbang dengan cara trial

Setelah langkah awal ini dilakukan maka langkah selanjutnya adalah pembuatan rute yang

didukung oleh sistem pengangkutan yang akan digunakan yaitu sistem HSC atau SCS.

Untuk sistem HCS langkah yang dilakukan adalah :

1. Langkah kedua :

Pada tabel buat kolom sebagai berikut: frekwensi pengumpulan, jumlah lokasi pengumpulan/TPS,

jumlah kontainer dan kolom untuk setiap hari pengumpulan. Kemudian tandai lokasi yang

memerlukan pengambilan beberapa kali dalam seminggu (Senin – Jumat atau Senin, Selasa,

Jumat). Pengangkutan dimulai dari frekuensi 5 x seminggu. Distribusikan jumlah kontainer yang

memerlukan pengangkutan 1 x seminggu, sehingga jumlah kontainer yang harus diangkut

seimbang setiap hari.

2. Langkah ketiga :

Mulai dari Garasi. rute harus mengangkut semua kontainer yang harus dilayani. Langkah

selanjutnya, modifikasi rute untuk mengangkut kontainer tambahan. Rute dimulai dari TPS

terdekat dan berkahir pada TPS terdekat dengan garasi.

3. Langkah keempat :

Setelah rute awal digunakan, hitung jarak rata-rata antar kontainer. Jika rute tidak seimbang

(>15%), rute harus dirancang kembali. Beban kerja pekerja harus seimbang.

Untuk sistem SCS (with mechanically loaded collection vehicles), langkah yang dilakukan adalah :

1. Langkah kedua :

Page 15: BAB III

Pada tabel buat kolom sebagai berikut: frekwensi pengumpulan, jumlah lokasi pengumpulan/TPS,

jumlah timbulan sampah dan kolom untuk setiap hari pengumpulan. Kemudian tandai lokasi yang

memerlukan pengambilan beberapa kali dalam seminggu (Senin – Jumat atau Senin, Selasa,

Jumat). Pengangkutan dimulai dari frekuensi 5 x seminggu. Gunakan volume efektif alat angkut

(volume x faktor pemadatan), hitung berapa jumlah sampah yang dapat ditambah dari lokasi yang

frekuensinya sekali seminggu. Distribusikan jumlah sampah yang memerlukan pengangkutan 1 x

seminggu, sehingga jumlah sampah yang harus diangkut seimbang setiap hari.

2. Langkah ketiga :

Buat rute pengumpulan sehari. Modifikasi dibuat jika ada tambahan sampah yang harus diangkut.

3. Langkah keempat :

Setelah rute awal digunakan, hitung jarak rata-rata rute pengumpulan dan jumlah sampah yang

diangkut. Jika rute tidak balance (>15%), rute harus dirancang kembali. Beban kerja pekerja harus

seimbang. Setelah rute seimbang, cantumkan dalam peta rute pengumpulan.

Operasional Pengangkutan

Pengaturan rute pengangkutan sangat penting dalam penganganan sampah di pemukiman

karena terkait dengan penyimpanan sampah di TPS. Jika pengangkutan mengalami kendala dan tidak

dapat mengangkut sampah sesuai dengan jadwal pengangkutan, maka akan terjadi penumpukan

sampah di TPS dan secara langsung akan mempengaruhi kondisi lingkungan sekitar TPS.Terkait

dengan permasalahan rute pengangkutan maka perlu adanya upaya untuk membuat rute secara efisien.

Selain itu operasional pengangkutan juga akan mempengaruhi waktu pengangkutan sampah. Ada

beberapa faktor yang mempengaruhi operasional pengangkutan yaitu :

1. Pola pengangkutan yang digunakan

2. Alat angkut yang digunakan

3. Jumlah personil

4. Lokasi TPS atau TPST

Operasional untuk sistem kontainer angkat tipe 1 :

a. Arm roll truck disiapkan sesuai ketentuan

b. Arm roll (truck chasis) menuju ke lokasi kontainer 1 sesuai rencana

c. Arm roll mengangkat kontainer 1 dan membawanya ke TPA untuk dibongkar

d. Arm roll truck mengembalikan kontainer ke lokasi semula setelah

sebelumnya dicuci terlebih dahulu

Page 16: BAB III

e. Arm roll truck berpindah ke lokasi kontainer 2 dan mengangkatnya ke TPA. Demikian seterusnya

sampai seluruh rute diselesaikan dan arm roll truck kembali ke pool setelah dicuci.

Operasional untuk sistem kontainer angkat (HCS) tipe 2 dan 3 :

a. Arm roll truck disiapkan sesuai ketentuan

b. Arm roll dengan membawa kontainer kosong menuju ke lokasi kontainer 1

sesuai rencana

c. Arm roll meletakkan kontainer kosong dan mengangkat kontainer 1 yang

penuh dan membawanya ke TPA untuk dibongkar

d. Arm roll truck membawa kontainer kosong dan meletakkan di lokasi 2 lalu mengangkat kontainer

2 yang penuh. Demikian seterusnya sampai seluruh rute yang direncanakan diselesaikan.

e. Pada akhir operasi, kontainer yang kosong dibawa kembali ke pool setelah sebelumnya dicuci

terlebih dahulu untuk tipe 3 sedangkan untuk tipe 2 dari TPA kontainer diangkut ke lokasi 1 dan

kemudian truk menuju ke pool tanpa membawa kontainer.

Operasional untuk sistem kontainer tetap SCS :

Pola ini berkaitan dengan pengumpulan tidak langsung baik individual maupun komunal,

1. Petugas menyiapkan kendaraan sesuai ketentuan

Petugas mendatangi lokasi TPS atau transfer depo 1, menerima muatan sampah dari gerobak

pengumpul sampai penuhTruck menuju TPST/TPA untuk membongkar sampahnya

2. Truck menuju ke lokasi TPS atau transfer depo berikutnya sesuai rute yang direncanakan dan

melanjutkan operasinya

3. Setelah seluruh rute diselesaikan, truck dicuci dan kembali ke pool

Pola transfer station

Pola ini muncul karena jarak dari TPS menuju TPA sangat jauh, sehingga untuk membantu

pola pengangkutan dari TPS menuju ke transfer station kemudian baru menuju TPA.Truk untuk

mengangkut menuju ke TPS yang mempunyai ukuran kontainer lebih kecil antara 6-10 m3 kemudian

di transfer station truk trailer dengan kapasitas 80-100 m3 digunakan untuk mengangkut sampah ke

TPA. Operasional pola ini adalah :

a. Trailer bergerak menuju ke lokasi transfer station

b. Trailer menerima muatan sampah berupa kontainer kapasitas besar

c. Trailer membawa kontainer ke TPA untuk dibongkar

d. Trailer kembali ke lokasi transfer, demikian seterusnya sampai rencanapengangkutan

diselesaikan

Page 17: BAB III

3.6.1Pengolahan Sampah

Pengolahan sampah merupakan bagian dari penanganan sampah dan menurut UU no 18

Tahun 2008 didefinisikan sebavai proses perubahan bentuk sambah dengan mengubah karakteristik,

komposisi, dan jumlah sampah. Pengolahan sampah merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk

mengurangi jumlah sampah, disamping memanfaatkan nilai yang masih terkandung dalam sampah itu

sendiri (bahan daur ulang, produk lain, dan energi). Pengolahan sampah dapat dilakukan berupa :

pengomposan, recycling/daur ulang, pembakaran (insinerasi), dan lain-lain.

Pengolahan secara umum merupakan proses transformasi sampah baik secara fisik, kimia

maupun biologi. Masing masing definisi dari proses transformasi tersebutadalah :

1. Transformasi fisik

Perubahan sampah secara fisik melalui beberapa metoda atau cara yaitu :

a. Pemisahan komponen sampah: dilakukan secara manual atau mekanis, Sampah yang bersifat

heterogen dipisahkan menjadi komponenkomponennya, sehingga bersifat lebih homogen.

Langkah ini dilakukan untuk keperluan daur ulang. Demikian pula sampah yang bersifat

berbahaya dan beracun (misalnya sampah laboratorium berupa sisa-sisa zat kimia) sedapat

mungkin dipisahkan dari jenis sampah lainnya, untuk kemudian diangkut ke tempat

pembuangan khusus.

b. Mengurangi volume sampah dengan pemadatan atau kompaksi: dilakukan dengan tekanan

atau kompaktor. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menekan kebutuhan ruang sehingga

mempermudah penyimpanan, pengangkutan dan pembuangan. Reduksi volume juga

bermanfaat untuk mengurangi biaya pengangkutan dan pembuangan. Jenis sampah yang

membutuhkan reduksi volume antara lain: kertas, karton, plastik, kaleng.

c. Mereduksi ukuran dari sampah dengan proses pencacahan. Tujuan hampir sama dengan proses

kompaksi dan juga bertujuan memperluas permukaan kontak dari komponen sampah.

2. Transformasi Kimia

Perubahan bentuk sampah secara kimiawi dengan menggunakan prinsip proses pembakaran

atau insenerasi. Proses pembakaran sampah dapat didefinisikan sebagai pengubahan bentuk sampah

padat menjadi fasa gas, cair, dan produk padat yang terkonversi, dengan pelepasan energi panas.

Dalam hal ini merupakan tempat pemrosesan sampah (TPS) yang menyangkut tentang semua

teknik, perlengkapan, dan prasarananya untuk meningkatkan efisiensi dan semua unsur yang lain dan

untuk memanfaatkan kembali barang-barang yang masih dapat dimanfaatkan serta untuk memperoleh

manfaat dari sampah, misalnya mendapatkan energi sampah.

Page 18: BAB III

3. Proses Komposting Sampah

Proses komposting merupakan suatu proses yang paling relatif mudah dan murah, serta

menimbulkan dampak lingkungan yang paling rendah. Proses komposting ini merupakan proses

dengan memanfaatkan proses biologis yaitu perkembangan massa mikroba yang dapat tumbuh selama

proses terjadi. Karena menggunakan proses biologis, maka karakteristik dari mikroba menjadi penting

untuk diperhatikan

Page 19: BAB III

BAB IV

PERENCANAAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH

4.1 Kualitas dan Kuantitas Sampah

Untuk menentukan kualitas dan kuantitas sampah, mula-mula hitung timbulan sampah

terlebih dahulu perhitungan komposisi, timbulan, dan volume sampahnya:

4.1.1 Komposisi Sampah

No. MaterialProsentase Berdasarkan

Berat (%)Berat Jenis (Kg/m3)

Prosentase Pemilahan (%)

1 Organik 71,8% 120,3 75%2 Kertas 12,5% 89,71 55%3 Plastik 7,5% 65,68 65%4 Logam 1,0% 160,19 90%5 Kaca/Gelas 0,9% 195,43 76%6 Karet 0,7% 129,75 8%7 Kain 1,98% 65,68 8%8 B3 3,8% 200  

Jumlah 100%    

4.1.2 Timbulan Sampah

Timbulan sampah yang berada di kecamatan Kraton dibedakan berdasarkan sumber

sampahnya seperti dalam tabel berikut:

Sumber Sampah Jumlah (unit) Satuan Volume (liter) Berat (gram)

Rumah Permanen (10-30%) 10 /org/hari 2.25 350

R. Semi Permanen (30-50%) 40 /org/hari 2.25 300

R. Non Permanen (40-60%) 50 /org/hari 1.75 250

Kantor (15-20 Unit) 15 /pegawai/hari 0.75 100

Toko/Ruko (25-125 Unit) 25 /petugas/hari 2.50 350

Sekolah (5-10 Unit) 10 /murid/hari 0.10 20

Jalan (50-150 Unit) 100 /m/hari 0.15 20

Pasar (2-4 Unit) 2 /m2/hari 0.60 100

Page 20: BAB III

4.1.2.1 Berat Timbulan Sampah

a. Rumah Permanen

Rumah permanen memiliki jumlah unit sebesar 10% dari total keseluruhan jumlah penduduk

Kecamatan Kraton. Timbulan sampah di Kecamatan Kraton untuk rumah permanen adalah sebesar

350 gram/orang/hari. Berikut adalah tabel timbulan sampah selama perencanaan 10 tahun untuk

rumah permanen

No TahunPenduduk

(Jiwa)Jumlah (Unit)

Jumlah Penduduk Per

Unit

Tingkat Pelayanan (%)

Penduduk Terlayani (Jiwa)

Timbulan Sampah (kg/hari)

1 2013 23238 10% 2324 70.0% 1627 569.33

2 2014 23907 10% 2391 71.0% 1697 594.09

3 2015 24616 10% 2462 72.0% 1772 620.32

4 2016 25304 10% 2530 73.0% 1847 646.52

5 2017 26033 10% 2603 74.0% 1926 674.25

6 2018 26783 10% 2678 75.0% 2009 703.05

7 2019 27555 10% 2756 76.0% 2094 732.96

8 2020 28348 10% 2835 77.0% 2183 763.98

9 2021 29193 10% 2919 78.0% 2277 796.97

10 2022 30023 10% 3002 79.0% 2372 830.14

11 2023 30901 10% 3090 80.0% 2472 865.23

b. Rumah Semi Permanen

Rumah semi permanen memiliki jumlah unit sebesar 40% dari total keseluruhan jumlah

penduduk Kecamatan Kraton. Timbulan sampah di Kecamatan Kraton untuk rumah permanen adalah

sebesar 300 gram/orang/hari. Berikut adalah tabel timbulan sampah selama perencanaan 10 tahun

untuk rumah semi permanen

No TahunPenduduk

(Jiwa)Jumlah (Unit)

Jumlah Penduduk Per

Unit

Tingkat Pelayanan (%)

Penduduk Terlayani (Jiwa)

Timbulan Sampah (kg/hari)

1 2013 23238 40% 9295 70.0% 6507 1951.99

2 2014 23907 40% 9563 71.0% 6790 2036.88

3 2015 24616 40% 9846 72.0% 7089 2126.82

4 2016 25304 40% 10122 73.0% 7389 2216.63

5 2017 26033 40% 10413 74.0% 7706 2311.73

6 2018 26783 40% 10713 75.0% 8035 2410.47

7 2019 27555 40% 11022 76.0% 8377 2513.02

8 2020 28348 40% 11339 77.0% 8731 2619.36

9 2021 29193 40% 11677 78.0% 9108 2732.46

10 2022 30023 40% 12009 79.0% 9487 2846.18

11 2023 30901 40% 12360 80.0% 9888 2966.50

Page 21: BAB III

c. Rumah Non Permanen

Rumah semi permanen memiliki jumlah unit sebesar 50% dari total keseluruhan jumlah

penduduk Kecamatan Kraton. Timbulan sampah di Kecamatan Kraton untuk rumah semi permanen

adalah sebesar 250 gram/orang/hari. Berikut adalah tabel timbulan sampah selama perencanaan 10

tahun untuk rumah non permanen

No TahunPenduduk

(Jiwa)Jumlah (Unit)

Jumlah Penduduk Per

Unit

Tingkat Pelayanan (%)

Penduduk Terlayani (Jiwa)

Timbulan Sampah (kg/hari)

1 2013 23238 50% 11619 70,0% 8133 2033,33

2 2014 23907 50% 11954 71,0% 8487 2121,75

3 2015 24616 50% 12308 72,0% 8862 2215,44

4 2016 25304 50% 12652 73,0% 9236 2308,99

5 2017 26033 50% 13017 74,0% 9632 2408,05

6 2018 26783 50% 13392 75,0% 10044 2510,91

7 2019 27555 50% 13778 76,0% 10471 2617,73

8 2020 28348 50% 14174 77,0% 10914 2728,50

9 2021 29193 50% 14597 78,0% 11385 2846,32

10 2022 30023 50% 15012 79,0% 11859 2964,77

11 2023 30901 50% 15451 80,0% 12360 3090,10

d. Kantor

Kantor di Kecamatan Kraton memiliki jumlah 22 unit. Timbulan sampah di Kecamatan

Kraton untuk rumah semi permanen adalah sebesar 100 gram/pegawai/hari. Berikut adalah tabel

timbulan sampah selama perencanaan 10 tahun untuk daerah perkantoran.

No TahunPenduduk

(Jiwa)Jumlah (Unit)

Jumlah Penduduk Per

Unit

Tingkat Pelayanan (%)

Penduduk Terlayani (Jiwa)

Timbulan Sampah (kg/hari)

1 2013 1000 22 45 70,0% 32 3,18

2 2014 1000 22 45 71,0% 32 3,23

3 2015 1000 22 45 72,0% 33 3,27

4 2016 1000 22 45 73,0% 33 3,32

5 2017 1000 22 45 74,0% 34 3,36

6 2018 1000 22 45 75,0% 34 3,41

7 2019 1000 22 45 76,0% 35 3,45

8 2020 1000 22 45 77,0% 35 3,50

9 2021 1000 22 45 78,0% 35 3,55

10 2022 1000 22 45 79,0% 36 3,59

11 2023 1000 22 45 80,0% 36 3,64

Page 22: BAB III

e. Toko/ Ruko

Toko di Kecamatan Kraton memiliki jumlah 102 unit. Timbulan sampah di Kecamatan

Kraton untuk daerah pertokoan adalah sebesar 350 gram/petugas/hari. Berikut adalah tabel

timbulan sampah selama perencanaan 10 tahun untuk daerah pertokoan.

No TahunPenduduk

(Jiwa)Jumlah (Unit)

Jumlah Penduduk Per

Unit

Tingkat Pelayanan (%)

Penduduk Terlayani (Jiwa)

Timbulan Sampah (kg/hari)

1 2013 5000 102 49 70,0% 34 12,01

2 2014 5000 102 49 71,0% 35 12,18

3 2015 5000 102 49 72,0% 35 12,35

4 2016 5000 102 49 73,0% 36 12,52

5 2017 5000 102 49 74,0% 36 12,70

6 2018 5000 102 49 75,0% 37 12,87

7 2019 5000 102 49 76,0% 37 13,04

8 2020 5000 102 49 77,0% 38 13,21

9 2021 5000 102 49 78,0% 38 13,38

10 2022 5000 102 49 79,0% 39 13,55

11 2023 5000 102 49 80,0% 39 13,73

f. Sekolah

Sekolah di Kecamatan Kraton memiliki jumlah 8 unit. Timbulan sampah di Kecamatan

Kraton untuk unit sekolahadalah sebesar 20 gram/murid/hari. Berikut adalah tabel timbulan

sampah selama perencanaan 10 tahun untuk unt sekolah.

No TahunPenduduk

(Jiwa)Jumlah (Unit)

Jumlah Penduduk Per Unit

Tingkat Pelayanan (%)

Penduduk Terlayani (Jiwa)

Timbulan Sampah (kg/hari)

1 2013 8000 8 1000 70,0% 700 14,00

2 2014 8000 8 1000 71,0% 710 14,20

3 2015 8000 8 1000 72,0% 720 14,40

4 2016 8000 8 1000 73,0% 730 14,60

5 2017 8000 8 1000 74,0% 740 14,80

6 2018 8000 8 1000 75,0% 750 15,00

7 2019 8000 8 1000 76,0% 760 15,20

8 2020 8000 8 1000 77,0% 770 15,40

9 2021 8000 8 1000 78,0% 780 15,60

10 2022 8000 8 1000 79,0% 790 15,80

11 2023 8000 8 1000 80,0% 800 16,00

g. Jalan

Page 23: BAB III

Jalanan di Kecamatan Kraton memiliki unit 100unit/m/hari. Timbulan sampah di Kecamatan

Kraton untuk unit sekolahadalah sebesar 20 gram/hari. Berikut adalah tabel timbulan sampah

selama perencanaan 10 tahun untuk jalanan.

h. Pasar

Pasar di Kecamatan Kraton memiliki jumlah 3 unit. Timbulan sampah di Kecamatan Kraton

untuk rumah semi permanen adalah sebesar 100 gram/m2/hari. Berikut adalah tabel timbulan

sampah selama perencanaan 10 tahun untuk daerah pasar.

No TahunPenduduk

(Jiwa)Jumlah (Unit)

Jumlah Penduduk Per Unit

Tingkat Pelayanan (%)

Penduduk Terlayani (Jiwa)

Timbulan Sampah (kg/hari)

1 2013 5000 3 1667 70,0% 1167 116,67

2 2014 5000 3 1667 71,0% 1183 118,33

3 2015 5000 3 1667 72,0% 1200 120,00

4 2016 5000 3 1667 73,0% 1217 121,67

5 2017 5000 3 1667 74,0% 1233 123,33

6 2018 5000 3 1667 75,0% 1250 125,00

7 2019 5000 3 1667 76,0% 1267 126,67

8 2020 5000 3 1667 77,0% 1283 128,33

9 2021 5000 3 1667 78,0% 1300 130,00

10 2022 5000 3 1667 79,0% 1317 131,67

11 2023 5000 3 1667 80,0% 1333 133,33

4.1.2.2 Volume Timbulan Sampah

a. Rumah Permanen

No TahunPenduduk

(Jiwa)Jumlah (Unit)

Jumlah Penduduk Per Unit

Tingkat Pelayanan

(%)

Penduduk Terlayani (Jiwa)

Timbulan Sampah

(liter/hari) 1 2013 23238 10% 2324 70,0% 1627 3659,992 2014 23907 10% 2391 71,0% 1697 3819,143 2015 24616 10% 2462 72,0% 1772 3987,794 2016 25304 10% 2530 73,0% 1847 4156,185 2017 26033 10% 2603 74,0% 1926 4334,496 2018 26783 10% 2678 75,0% 2009 4519,637 2019 27555 10% 2756 76,0% 2094 4711,918 2020 28348 10% 2835 77,0% 2183 4911,299 2021 29193 10% 2919 78,0% 2277 5123,3710 2022 30023 10% 3002 79,0% 2372 5336,5911 2023 30901 10% 3090 80,0% 2472 5562,18

b. Rumah Semi Permanen

Penduduk Jumlah Penduduk Tingkat

Penduduk Terlayani Timbulan

Page 24: BAB III

1 2013 23238 40% 9295 70,0% 6507 14639,942 2014 23907 40% 9563 71,0% 6790 15276,573 2015 24616 40% 9846 72,0% 7089 15951,174 2016 25304 40% 10122 73,0% 7389 16624,735 2017 26033 40% 10413 74,0% 7706 17337,986 2018 26783 40% 10713 75,0% 8035 18078,537 2019 27555 40% 11022 76,0% 8377 18847,628 2020 28348 40% 11339 77,0% 8731 19645,169 2021 29193 40% 11677 78,0% 9108 20493,4910 2022 30023 40% 12009 79,0% 9487 21346,3511 2023 30901 40% 12360 80,0% 9888 22248,72

c. Rumah Non Permanen

No TahunPenduduk

(Jiwa)Jumlah (Unit)

Jumlah Penduduk Per Unit

Tingkat Pelayanan

(%)

Penduduk Terlayani (Jiwa)

Timbulan Sampah

(liter/hari) 1 2013 23238 50% 11619 70,0% 8133 14233,282 2014 23907 50% 11954 71,0% 8487 14852,223 2015 24616 50% 12308 72,0% 8862 15508,084 2016 25304 50% 12652 73,0% 9236 16162,935 2017 26033 50% 13017 74,0% 9632 16856,376 2018 26783 50% 13392 75,0% 10044 17576,347 2019 27555 50% 13778 76,0% 10471 18324,088 2020 28348 50% 14174 77,0% 10914 19099,479 2021 29193 50% 14597 78,0% 11385 19924,2210 2022 30023 50% 15012 79,0% 11859 20753,4011 2023 30901 50% 15451 80,0% 12360 21630,70

d. Kantor

No TahunPenduduk

(Jiwa)Jumlah (Unit)

Jumlah Penduduk Per Unit

Tingkat Pelayanan (%)

Penduduk Terlayani (Jiwa)

Timbulan Sampah (liter/hari)

1 2013 1000 22 45 70,0% 32 23,86

2 2014 1000 22 45 71,0% 32 24,20

3 2015 1000 22 45 72,0% 33 24,55

4 2016 1000 22 45 73,0% 33 24,89

5 2017 1000 22 45 74,0% 34 25,23

6 2018 1000 22 45 75,0% 34 25,57

7 2019 1000 22 45 76,0% 35 25,91

8 2020 1000 22 45 77,0% 35 26,25

9 2021 1000 22 45 78,0% 35 26,59

10 2022 1000 22 45 79,0% 36 26,93

11 2023 1000 22 45 80,0% 36 27,27

e. Toko/Ruko

No TahunPenduduk

(Jiwa)Jumlah (Unit)

Jumlah Penduduk Per Unit

Tingkat Pelayanan

(%)

Penduduk Terlayani (Jiwa)

Timbulan Sampah (liter/hari)

1 2013 5000 102 49 70,0% 34 85,78

2 2014 5000 102 49 71,0% 35 87,01

Page 25: BAB III

3 2015 5000 102 49 72,0% 35 88,24

4 2016 5000 102 49 73,0% 36 89,46

5 2017 5000 102 49 74,0% 36 90,69

6 2018 5000 102 49 75,0% 37 91,91

7 2019 5000 102 49 76,0% 37 93,14

8 2020 5000 102 49 77,0% 38 94,36

9 2021 5000 102 49 78,0% 38 95,59

10 2022 5000 102 49 79,0% 39 96,81

11 2023 5000 102 49 80,0% 39 98,04

f. Sekolah

No TahunPenduduk

(Jiwa)Jumlah (Unit)

Jumlah Penduduk Per Unit

Tingkat Pelayanan

(%)

Penduduk Terlayani (Jiwa)

Timbulan Sampah (liter/hari)

1 2013 1000 8 125 70,0% 88 8,75

2 2014 1000 8 125 71,0% 89 8,88

3 2015 1000 8 125 72,0% 90 9,00

4 2016 1000 8 125 73,0% 91 9,13

5 2017 1000 8 125 74,0% 93 9,25

6 2018 1000 8 125 75,0% 94 9,38

7 2019 1000 8 125 76,0% 95 9,50

8 2020 1000 8 125 77,0% 96 9,63

9 2021 1000 8 125 78,0% 98 9,75

10 2022 1000 8 125 79,0% 99 9,88

11 2023 1000 8 125 80,0% 100 10,00

g. Jalan

h. Pasar

No TahunPenduduk

(Jiwa)Jumlah (Unit)

Jumlah Penduduk Per Unit

Tingkat Pelayanan

(%)

Penduduk Terlayani (Jiwa)

Timbulan Sampah (liter/hari)

1 2013 5000 3 1667 70,0% 1167 700,00

2 2014 5000 3 1667 71,0% 1183 710,00

3 2015 5000 3 1667 72,0% 1200 720,00

4 2016 5000 3 1667 73,0% 1217 730,00

5 2017 5000 3 1667 74,0% 1233 740,00

6 2018 5000 3 1667 75,0% 1250 750,00

7 2019 5000 3 1667 76,0% 1267 760,00

8 2020 5000 3 1667 77,0% 1283 770,00

9 2021 5000 3 1667 78,0% 1300 780,00

10 2022 5000 3 1667 79,0% 1317 790,00

11 2023 5000 3 1667 80,0% 1333 800,00

Berikut adalah tabel timbulan sampah berdasarkan komposisi sampah:

No. MaterialProsentase

Berdasarkan Berat

Berat Jenis

Prosentase Pemilahan

Timbulan Sampah Pemilahan Sampah Timbulan Sampah TPS

Berat Volume Berat Volume Berat Volume

    % Kg/m3 % Kg/hari m3/hari Kg/hari m3/hari Kg/hari m3/hari

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Page 26: BAB III

          6 = 3 x 8652,28 7 = 6 / 4 8 = 5 x 6 9 = 5 x 7 10 = 6 - 8 11 = 7 - 9

1 Organik 71,8% 120,3 75% 6212,34 51,64 4659,25 38,73 1553,08 12,91

2 Kertas 12,5% 89,71 55% 1081,54 12,06 594,84 6,63 486,69 5,43

3 Plastik 7,5% 65,68 65% 648,92 9,88 421,80 6,42 227,12 3,46

4 Logam 1,0% 160,19 90% 86,52 0,54 77,87 0,49 8,65 0,05

5 Kaca/Gelas 0,9% 195,43 76% 77,87 0,40 59,18 0,30 18,69 0,10

6 Karet 0,7% 129,75 8% 60,57 0,47 4,85 0,04 55,72 0,43

7 Kain 1,98% 65,68 8% 171,32 2,61 13,71 0,21 157,61 2,40

8 B3 3,8% 200   330,52 1,65 0,00 0,00 330,52 1,65

4.2 Tingkat dan Daerah Pelayanan

Page 27: BAB III

No Tahun Penduduk (Jiwa)Tingkat

Pelayanan (%)Penduduk Terlayani

(Jiwa)

Timbulan Sampah (kg/hari)

1 2013 23238 70,0% 16267 5693,312 2014 23907 71,0% 16974 5940,893 2015 24616 72,0% 17724 6203,234 2016 25304 73,0% 18472 6465,175 2017 26033 74,0% 19264 6742,556 2018 26783 75,0% 20087 7030,547 2019 27555 76,0% 20942 7329,638 2020 28348 77,0% 21828 7639,799 2021 29193 78,0% 22771 7969,6910 2022 30023 79,0% 23718 8301,3611 2023 30901 80,0% 24721 8652,28

4.3 Pengelolaan di Sumber

Page 28: BAB III

4.3.1 Perencanaan Pewadahan

Metode pewadahan yang akan diterapkan di pemukiman warga Kecamatan Kratonadalah

metode pewadahan individu dengan pertimbangan sebagai berikut :

a. memudahkan dalam melakukan pemilahan sampah

b. memudahkan dalam pengumpulan sampah

c. meningkatakan peran aktif masyarakat

Untuk merencanakan pewadahan mula-mula harus kita ketahui terlebih dahulu volume

sampah per rumah dan per fasilitas dalam Kecamatan Kraton Setiap fasilitas wajib memiliki

pewadahan sampah berdasarkan jenis sampah yaitu organik, anorganik, dan limbah B3. Jenis wadah

yang digunakan per rumah adalah bak sampah berbahan dasar PVC berkapasitas ± 20 liter dimana

setiap rumah akan diberi satu paket yang terdiri dari 3 bak sesuai jenis sampah. Jenis wadah diatas

harus sesuai dengan persyaratan wadah sampah diantaranya adalah tahan air, awet, mudah diperbaiki,

ekonomis, dan ringan. Gambar bak sampah yang direncanakan adalah sebagai berikut :

Berikut adalah perhitungan volume sampah per rumah dan per fasilitas di Kecamatan Kraton:

a. Rumah Permanen

KomposisiBerat

Sampah (%)

Timbulan Sampah

(kg/org/hari)

Timbulan Sampah per

rumah (kg/hari)

Waktu Pengambilan

(hari)

Berat Jenis

(kg/m3)

Volume Sampah per

rumah (m3/hari)

A B C D=C*5 E F G=(B*D)/FOrganik 71.85% 0.35 1.75 1 120.3 0.01045

Anorganik 24.58% 0.35 1.75 1 117.74 0.00365B3 3.80% 0.35 1.75 30 200 0.00033

b. Rumah Semi Permanen

Page 29: BAB III

KomposisiBerat Sampah

(%)

Timbulan Sampah

(kg/org/hari)

Timbulan Sampah per

rumah (kg/hari)

Waktu Pengambilan

(hari)

Berat Jenis

(kg/m3)

Volume Sampah per

rumah (m3/hari)

A B C D=C*5 E F G=(B*D)/FOrganik 71.85% 0.3 1.5 1 120.3 0.00896

Anorganik 24.58% 0.3 1.5 1 117.74 0.00313B3 3.80% 0.3 1.5 30 200 0.00029

c. Rumah Non Permanen

KomposisiBerat Sampah

(%)

Timbulan Sampah

(kg/org/hari)

Timbulan Sampah per

rumah (kg/hari)

Waktu Pengambilan

(hari)

Berat Jenis

(kg/m3)

Volume Sampah per

rumah (m3/hari)

A B C D=C*5 E F G=(B*D)/FOrganik 71.85% 0.25 1.25 1 120.3 0.00747

Anorganik 24.58% 0.25 1.25 1 117.74 0.00261B3 3.80% 0.25 1.25 30 200 0.00024

d. Kantor

KomposisiBerat Sampah

(%)

Timbulan Sampah

(kg/org/hari)

Timbulan Sampah per

rumah (kg/hari)

Waktu Pengambilan

(hari)

Berat Jenis

(kg/m3)

Volume Sampah per

kantor (m3/hari)

A B C D=(C*1000)/22 E F G=(B*D)/FOrganik 71.85% 0.1 4.545 1 120.3 0.02715

Anorganik 24.58% 0.1 4.545 1 117.74 0.00949B3 3.80% 0.1 4.545 30 200 0.00086

e. Toko/Ruko

KomposisiBerat Sampah

(%)

Timbulan Sampah

(kg/org/hari)

Timbulan Sampah per toko

(kg/hari)

Waktu Pengambilan

(hari)

Berat Jenis

(kg/m3)

Volume Sampah per

toko (m3/hari)

A B C D=(C*5000)/102 E F G=(B*D)/FOrganik 71.85% 0.35 17.16 1 120.3 0.10247

Anorganik 24.58% 0.35 17.16 1 117.74 0.03582B3 3.80% 0.35 17.16 30 200 0.00326

f. Sekolah

Page 30: BAB III

KomposisiBerat Sampah

(%)

Timbulan Sampah

(kg/org/hari)

Timbulan Sampah per

rumah (kg/hari)

Waktu Pengambilan

(hari)

Berat Jenis

(kg/m3)

Volume Sampah per

rumah (m3/hari)

A B C D=(C*1000)/8 E F G=(B*D)/FOrganik 71.85% 0.02 2.5 1 120.3 0.01493

Anorganik 24.58% 0.02 2.5 1 117.74 0.00522B3 3.80% 0.02 2.5 30 200 0.00048

g. Jalan

KomposisiBerat Sampah

(%)

Timbulan Sampah

(kg/org/hari)

Timbulan Sampah per

rumah (kg/hari)

Waktu Pengambilan

(hari)

Berat Jenis

(kg/m3)

Volume Sampah per

rumah (m3/hari)

A B C D=C*100000 E F G=(B*D)/FOrganik 71.85% 0.02 2000 1 120.3 11.94514

Anorganik 24.58% 0.02 2000 1 117.74 4.17530B3 3.80% 0.02 2000 30 200 0.38000

h. Pasar

KomposisiBerat Sampah

(%)

Timbulan Sampah

(kg/org/hari)

Timbulan Sampah per

rumah (kg/hari)

Waktu Pengambilan

(hari)

Berat Jenis

(kg/m3)

Volume Sampah per

rumah (m3/hari)

A B C D=(C*5000)/3 E F G=(B*D)/FOrganik 71.85% 0.1 166.7 1 120.3 0.99543

Anorganik 24.58% 0.1 166.7 1 117.74 0.34794B3 3.80% 0.1 166.7 30 200 0.03167

Dari perhitungan diatas maka dalam satu Kecamatan Kratondibutuhkan bak sampah

sejumlah:

Unit

Volume Sampah Total

per Unit (liter/hari)

Jumlah Wadah Sampah

Rumah Permanen 14.44 618Rumah Semi Permanen 12.38 2472Rumah Non Permanen 10.31 3090

Khusus untuk Kantor, Toko, Sekolah, dan Pasar jumlah wadah disesuaikan dengan jumlah unit

sedangkan untuk jalan dihitung per 100 meter akan diberi satu paket tempat sampah:

Page 31: BAB III

Unit

Volume Sampah Total

per Unit (liter/hari)

Jumlah Wadah Sampah

Kantor 37.50 3Toko/Ruko 141.55 22

Sekolah 20.63 8Jalan 16500.44 165Pasar 1375.04 3

4.3.2 Rencana Reduksi Sampah di Sumber

Selain menyediakan wadah sampah, pengelolaan sampah di sumber yang lain adalah dengan

cara reduksi sampah. Cara ini bertujuan untuk mengurangi jumlah sampah. Dalam proses reduksi

jumlah sampah di sumber dilakukan dua metode yaitu:

a) Metode Pengomposan

Metode pengomposan yang dilakukan dalam perencanaan kali ini adalah metode takakura.

Metode ini adalah salah satu metode pengelolaan sampah menjadi kompos. Metode ini dinamakan

Takakura karena ditemukan oleh seseorang bernama Koji Takakura, seorang ahli kimia terapan dari

Himeji Institue of Technology Japan. Dalam metode ini beliau menciptakan Keranjang Takakura yang

digunakan untuk proses pengomposan sampah organik berskala rumah tangga. Keranjang ciptaannya

ini dirancang untuk mengolah sampah organik buangan rumah tangga semacam sisa makanan, sayur,

atau daun kering. Keranjang ini dirakit dari bahan-bahan sederhana antara lain keranjang yang dapat

dibeli di supermarket atau tempat penjualan umum, dua bantalan sekam, kardus, kain, dan kompos

yang berasal dari sampah organik warga

Page 32: BAB III

Cara pembuatan keranjang Takakura

Persiapkan wadah atau keranjang berukuran 40 liter atau yang sekiranya cukup untuk menampung sampah. Pilihlah keranjang yang berlubang-lubang kecil untuk sirkulasi udara. (lihat gambar) Tempatkan keranjang pada tempat yang teduh, tidak kena hujan dan sinar matahari langsung serta memiliki sirkulasi udara yang bagus. Letakkan penyangga (batu bata atau bisa yang lain) pada bagian bawah keranjang agar aliran udara bisa masuk.

Masukkan sekam kedalam suatu wadah dan tempatkan pada bagian bawah keranjang. Bantalan sekam berfungsi menyerap air, mengurangi bau dan mengontrol udara agar mikroba berkembang dengan baik.

Cari kardus bekas yang muat masuk kedalam keranjang untuk menampung bahan-bahan yang akan dikomposkan. Letakkan kardus di atas bantalan sekam.

Isi wadah dengan starter atau kompos kurang lebih setebal 5 cm. Kompos berfungsi sebagai starter proses pengomposan karena di dalamnya terkandung mikroba-mikroba pengurai.

Masukkan bahan yang akan dikomposkan. Bahan-bahan yang akan dikomposkan sebelum dimasukkan ke keranjang harus dipotong kecil-kecil ukuran 2 cm x 2 cm. Semakin kecil ukuran akan semakin cepat terurai. Jika terlalu basah, tambahkan sekam atau serbuk kayu gergajian.

Aduk-aduklah setiap selesai memasukkan bahan-bahan yang akan dikomposkan. Bila perlu tambahkan selapis kompos yang sudah jadi. Agar kompos beraroma jeruk, anda bisa menambahkan kulit jeruk ke dalam keranjang.

Untuk memastikan proses pengomposan berjalan, letakkan tangan kita 2 cm dari kompos. Bila terasa hangat, dapat dipastikan proses pengomposan bekerja dengan baik. Jika tidak, percikkan sedikit air untuk memicu mikroorganisme bekerja. Bisa jadi kompos terlalu kering sehingga memerlukan air.

Lakukan kegiatan tersebut berulang-ulang selama 40 sampai 60 hari. Bahan yang telah menjadi kompos akan berwarna hitam, tidak berbau dan tidak becek

Page 33: BAB III

b) Metode Penjualan Sampah

Penjualan sampah hanya digunakan untuk material kertas dan plastik saja. Prosentase

pemilihan adalah sebesar 45% untuk sampah kertas dan 35% untuk sampah plastic. Menurut

survey yang dilakukan, harga 1 kg kertas adalah sebesar Rp 1500,-/kg dan harga 1 kg plastik

adalah sebesar Rp 500,-/kg. Berikut adalah perhitungan harga penjualan dari total jumlah

kertas bekas dan plastik bekas:

MaterialProsentase pemilahan

(%)

Berat Timbulan Sampah (kg/hari)

Berat Material Terpilah (kg/hari) Harga (/kg) Harga Total

Kertas 45% 3127 1407 Rp 1500 Rp 2110500Plastik 35% 1876 657 Rp 500 Rp 328500

4.4 Pengangkutan Sampah

Page 34: BAB III

Pengangkutan merupakan proses pemindahan sampah dari sumber timbulan ke tempat

pembuangan dimana dalam hal ini tempat pembuangan sementara (TPS depo) yang terdapat di setiap

regional desa dan tempat pembuangan sementara 3R (TPS 3R) yang terdapat di setiap wilayah

kecamatan.

Adapun yang perlu dipertimbangkan dalam sistem pengangkutan adalah :

a. Luas daerah layanan, merupakan wilayah yang harus dilayani petugas sampah dalam

pengambilan sampah. Hal ini perlu diperhatikan karena bersangkutan dengan efisiensi waktu dan

jumlah petugas yang harus diperkerjakan. Semakin luas daerah layanannya, semakin besar pula

jumlah petugas yang dipekerjakan.

b. Kapasitas moda pengangkut, merupakan kapasitas volume yang mampu diangkut oleh alat

pengangkut sampah. Dalam hal ini, Kecamatan Kraton, menggunakan alat pengangkut sampah

berupa kendaraan bermotor beroda tiga yang telah dimodifikasi dengan adanya bak buatan sebagai

dump sampah yang berkapasitas ± 1 m3(Gambar A) untuk mengangkut sampah dari satu rumah ke

rumah lain. Sedangkan pengangkut sampah TPS 3R ke TPA menggunakan dump truck dengan

kapasitas ± 10 m3 (Gambar B). Perlu diingat bahwa kapasitas alat pengangkut sangat berpengaruh

terhadap banyaknya volume sampah yang dapat diangkut oleh petugas sampah.

Gambar A Gambar B

c. Frekuensi dan waktu pengangkutan, merupakan periode ulang pengangkutan sampah oleh

petugas sampah. Perlu dipertimbangkan dalam hal ini adalah kapasitas wadah sampah yang ada di

setiap rumah warga, selain itu jika sampah menumpuk cukup lama dan tidak segera diambil akan

menimbulkan bau tidak sedap dan serangga pembawa penyakit. Dalam penentuan waktu

pengangkutan yang perlu diperhatikan adalah rute pengangkutan / jalan yang akan dilalui

merupakan jalan umum yang juga akan dilalui oleh warga umum lainnya maka perlu adanya

antisipasi terhadap kepadatan lalu lintas pada jam-jam tertentu. Frekuensi dan waktu pengangkutan

sampah yang akan diterapkan di Kecamatan Kraton adalah :

JenisSampah Hari Pengangkutan Waktu Rute

Page 35: BAB III

Organik Senin, Rabu, dan Jum’at Pkl. 06.00 – 10.30

Sumber ke TPS 3R

Anorganik Senin, Rabu, dan Jum’at Pkl. 09.30 – 13.00

B3 Sabtu, minggu ke-4 setiap bulan Pkl. 09.30 – 12.00

Residu Senin, Rabu, dan Jum’atPkl. 14.00 –

16.00TPS 3R ke TPA

d. Rute pengangkutanmerupakan rute yang ditempuh oleh petugas sampah dalam mengangkut

sampah. Dalam penentuan rute ini pada dasarnya tergantung pada kemauan dan kenyamanan

petugas sampah, yang terpenting adalah seluruh sampah dapat diangkut sesuai jadwal dan daerah

layanan serta efisien sehingga mengkaibatkan rute menjadi berbeda-beda. Terlebih petugas

sampah juga dibekali alat pengangkut sehingga bisa lebih cepat, dan praktis. Konsep seperti ini

juga akan diterapkan di Kecamatan Kraton

4.4.1 Penentuan Pengangkutan Sampah dari Sumber Ke TPS3R

Model pengangkutan yang akan digunakan dari sumber ke TPS3R adalah penggunaan

gerobak motor berkapasitas 1 m3, dimana gerobak tersebut mengambil sampah antar rumah dan

mengantarkannya ke TPS3R yang nantinya akan diangkut oleh truk kompaktor menuju TPA.

Kecamatan Kraton direncanakan memiliki satu TPS3R yang mencakup tiga kelurahan. Jika jumlah

penduduk di tiap kelurahan dianggap sama maka:

Jumlah penduduk Kecamatan Kraton tahun 2023 = 30901 jiwa,

Kecamatan Kraton memiliki 3 kelurahan

Maka,

jumlah penduduk di setiap desa = jumlah penduduk Kecamatan Kraton 2023 / 3 Kelurahan

= 30901 jiwa / 3

= 10300 jiwa

Prosentase penduduk yang dilayani setiap desa = 80 %

Jumlah penduduk terlayani = 80 % x 10300 jiwa= 8240 jiwa

Asumsi penghuni setiap rumah = 5 orang

Sehingga jumlah rumah dalam 1 kelurahan = 8240 jiwa / 5 orang

= 1648 rumah

Untuk volume jumlah sampah yang terangkut dapat dilihat pada table berikut:

Page 36: BAB III

KomposisiVolume

Sampah total (m3/hari)

Waktu Pengangkuta

n (hari)

Volume Total yang Terangkut

(m3)A B C D=B*C

Organik 2.15162 2 4.3032Anorganik 0.75208 2 1.5042

B3 0.06845 30 2.0534

Pengangkutan sampah organik setiap 2 hari sekali memiliki volume sampah sebesar 4,3032

m3 dan akan diangkut oleh gerobak motor berkapasitas 1 m3. Karena satu gerobak motor memiliki

kapasitas 1 m3, maka jumlah gerobak motoryang disediakanadalah :

Jumlah motor =(volume sampah organik + volume sampah anorganik) x kapasitas

pengangkut

= (4,3032 m3 + 1,5042 m3) x 1 m3

= 5,8074 m3

= 5 gerobak motor

Jika 5 motor masing-masing memiliki kapasitas 1 m3 maka jumlah rumah dan unit yang

terlayani oleh 1 motor adalah:

Jumlah rumah dan unit = (Jumlah motor x kapasitas pengangkut x volume sampah yang

diangkut

= 5 motor x 1 m3x 4,3032 m3jf8

= 21,516

=

Dengan asumsi waktu pengambilan sampah (loading time) 1 menit dan asumsi waktu tempuh

antar rumah adalah 1 menit maka, waktu proses pengambilan adalah Tp = 1 menit + 1 menit = 2

menit. Selain itu asumsi waktu tempuh gerobak motor dari rumah terakhir ke TPS3R adalah 10

menit,maka :

Waktu ritasi (Tr)= (Waktu proses pengambilan (Tp) x Jumlah rumah terlayani) + 10

menit

= (2 menit x 22 rumah) + 10 menit

= 44 menit + 10 menit

= 54 menit

Maka, 1 gerobak motor dapat melayani 22 rumah dalam waktu 54 menit. Maka total waktu

yang dibutuhkan oleh 5 motor adalah:

Waktu ritasi (Tr)= Jumlah gerobak motor x waktu

Page 37: BAB III

= 5 gerobak motor x 54 menit

= 270 menit

= 5 jam 20 menit

a. Sampah anorganik

Pengangkutan sampah anorganik setiap 2 kali sehari memiliki volume sampah sebesar 1,0542

m3/rumah,dan akan diangkut oleh gerobak motor berkapasitas 1 m3. Bila satu motor memiliki

kapasitas 1 m3 maka jumlah gerobak motor yang dibutuhkan adalah

Jumlah motor = volume sampah yang diangkut x kapasitas pengangkut

= 1,0542 m3 x 1 m3

= 1,0542 m3

= 2 gerobak motor

Jika 2 motor masing-masing memiliki kapasitas 1 m3 maka jumlah rumah dan unit yang

terlayani oleh 1 motor adalah:

Jumlah rumah dan unit = (Jumlah motor x kapasitas pengangkut x volume sampah yang

diangkut

= 2 motor x 1 m3 x 1,0542 m3

=

= 22 rumah

Dengan asumsi waktu pengambilan sampah (loading time) 0.25 menit dan asumsi waktu

tempuh antar rumah adalah 1 menit maka, waktu proses pengambilan adalah Tp = 0,25 menit +

0,25 menit = 0,5 menit, maka :

Waktu ritasi (Tr) = Waktu proses pengambilan (Tp) x Jumlah rumah terlayani

= 0,5 menit x 250 rumah

= 125 menit = 2 jam 5 menit

Maka, 1 gerobak motor dapat melayani 250 rumah dalam waktu 2 jam 5 menit,sehingga

jumlah gerobak yang dibutuhkan untuk 1 desa dengan jumlah 2217 rumah adalah :

Jumlah gerobak yang dibutuhkan= jumlah rumah per desa / jumlah rumah yang

terlayani

= 2217 rumah / 250 rumah

= 8,868 buah 9 buah

Page 38: BAB III

4.5 Penyapuan Jalan

WILAYAH LUAS RATIO JARAK PENYAPUAN TOTAL ASUMSI JARAK PENYAPUAN WAKTU KERJA JUMLAH PETUGAS

km² M m JAM orang PANEMBAHAN 0,6 0,448 44776 1500 1,5 30PATEHAN 0,4 0,30 29851 1500 1,5 20KADIPATEN 0,34 0,25 25373 1500 1,5 17LUAS KESELURUHAN 1,34 67

Penyapuan jalan dilakukan 2 kali sehari

Page 39: BAB III

4.6 Pengelolaan Skala Kawasan

a. Perencanaan TPS3R

Dalam perencanaan TPS3R ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan menurut Permen

Pekerjaan Umum tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam

Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga yang

diataranya :

a. Kriteria Utama

Batasan administrasi lahan TPS 3R dalam batas administrasi yang sama dengan area pelayanan

TPS 3R berbasis masyarakat.

Status kepemilikan lahan milik pemerintah atau lainnya yangdibuktikan dengan Akte/Surat

Pernyataan Hibah untukpembangunan prasarana dan sarana TPS 3R berbasismasyarakat

Ukuran minimal lahan yang harus disediakan 200 m2

Mempunyai kegiatan lingkungan berbasis masyarakat

b. Kriteria Pendukung

Berada di dalam wilayah permukiman penduduk, bebas banjir,ada jalan masuk, sebaiknya tidak

terlalu jauh dengan jalan raya

Cakupan pelayanan minimal 200 KK atau minimal mengolahsampah 3 m3/hari

Ada tokoh masyarakat yang disegani dan mempunyai wawasanlingkungan yang kuat

Penerimaan masyarakat untuk melaksanakan kegiatan 3Rmerupakan kesadaran masyarakat secara

spontan

Masyarakat bersedia membayar retribusi pengolahan sampah

Perencanaan dan Perhitungan Komposting

Pada proses ini sampah yang akan di jadikan kompos adalah sampah organik yang diterima

oleh TPS3R dimana keseluruhan proses komposting dilakukan oleh pihak ketiga di area TPS3R

dengan tingkat efektivitas pengolahan sebesar 60 % dengan sisa 40 % berupa residu yang nantinya

akan dibawa ke TPA.

Sesuai skema penanganan sampah, telah diketahui volume sampah organic yang akan

dikomposting adalah 177 m3/hari dengan volume yang terolah sebesar 106,2 m3/hari dan volume

residu yang dihasilkan sebesar 70,8 m3/hari.

Sampah organik yang diterima nantinya akan dipilah terlebih dahulu sebelum dicacah,

ditumpuk, dan dikomposkan oleh petugas .

Page 40: BAB III

Dalam perencanaan ini nantinya akan digunakan jenis pengomposan aerobic dengan tahap

sebagai berikut :

a. Sampah ditumpuk di atas para-para kemudian dibalik pada periode tertentu untuk memastikan

bahwa kandungan oksigen dalam sampah cukup merata. Lama pengomposan dengan cara ini

sekitar 60 hari

b. Untuk mempercepat waktu pengomposan, mengingat keterbatasan lahan, maka pemberian oksigen

dapat dilakukan dengan cara menginjeksikan oksigen ke dalam tumpukan sampah, namun sebagai

konsekuensinya diperlukan energi tambahan untuk melakukan teknik tersebut.

c. Sampah dimasukkan ke dalam tong berlubang yang dapat diputar. Kapasitas tong tidak lebih dari

1m3 hal ini dilakukan agar sampah dapat tercampur saat diputar.

Rencana desain proses komposting di dalam TPS3R adalah sebagi berikut :

a. TPS3R dibagi menjadi tiga bagian utama untuk sampah organik yaitu tempah kontainer, tempat

pemrosesan awal, dan lahan pematangan.

b. Kontainer hanya digunakan untuk pengumpulan residu yang akan dibuang ke TPA.

c. Dilakukan pemilahan awal secara manual untuk bahan yang tidak dikomposkan.

d. Dilakukan pencacahan bahan kompos hingga berukuran sekitar 2 cm.

e. Selama proses komposting ditambahkan pula inokulum.

Adapun standar produk kompos disampaikan dalam tabel berikut :

Page 41: BAB III

A. Perhitungan Luas Lahan Sorting

Volume sampah yang masuk komposting : 58 m3/hari

Sorting dilakukan dengan garpu penggaruk manual dengan kedalaman timbulan pada bak

sorting sekitar 2 m

Luas bak sorting (58 m3/hari) / 2 m = 29 m2

Direncanakan panjang bak sorting = lebar bak sorting

Volume = panjang x lebar x tinggi

43,5 = lebar2 x 2

lebar2 = 21,75 m

lebar =4,6 m

Maka, lebar bak sorting adalah 4,6m dengan panjang bak sorting 4,6 m

Luas total = luas bak sorting + luas jarak antar bak sorting

= 29 m2 + 5 m2

= 93,5 m2

Luas kontainer = (58 m3/hari) / 2 = 29 m2

B. Perhitungan Luas Lahan Pencacahan

Selanjutnya dilakukan pemilahan sampah sesuai dengan jenisnya, kemudian untuk sampah organic

dipilih lagi untuk kompos dan residu. Langkah berikutnya sampajh tersebut dicacah menggunakan

hammer mill atau shear shredder.

Volume sampah yang dicacah = 58 m3/hari x 60 % = 34,8 m3/hari

Kapasitas alat pencacah mekanis = 2 m3/jam, dengan dimensi alat sebagai berikut :

Volume = panjang x lebar x tinggi

= 1 m x 2m x 1m

= 2 m3

Kebutuhan luas penampung hasil cacahan :

tinggi = 1,5 m, panjang = 1,5 m, dan lebar = 2 m

Luas total = luas penampung hasil cacahan + luas alat pencacah + luas

jarak antara

= 3 m2 + 2 m2 + 5 m2

= 10 m2

Page 42: BAB III

C. Perhitungan Luas Area Pematangan

Volume hasil pencacahan = 34,8 m3/hari

Waktu pengomposan selama 31 hari dengan penambahan inokulum EM4 dilakukan pengomposan

dengan sistem windrow composting terbuka

Tumpukan pematangan kompos berbentuk prisma dengan ukuran :

L1 = 2 m T1 = 2 m A Jarak = 5 m2

L2 = 0,6 m T2 = 0,6 m P = 10 m

Maka,

- Luas alas 1 = P x L2 - Luas alas 2 = P x L2

= 10 m x 2 m = 10 m x 0,6 m

= 20 m2 = 6 m2

- Volume 1 = Luas alas 1 x T1 - Volume 2 = Luas alas 2 x T2

= 20 m2 x 2 m = 6 m2 x 0,6 m

= 40 m3 = 3,6 m3

Sehingga volume tumpukan sampah = Volume 1 – Volume 2

= 40 m3 - 3,6 m3

= 36,4

Jumlah tumpukan pematangan = volume sampah cacah / volume tumpukan sampah

= ( 106,2 m3/hari ) / 36,4

= 2,92 3 tumpukan

Luas lahan pematangan

Untuk 1 hari terdapat 3 tumpukan, sehingga dalam 31 hari (proses pematangan kompos)

adalah 93 tumpukan. Maka diperlukan luas lahan sebesar :

A = (( P x L ) x 31 hari ) + A Jarak

= (( 10 m x 2 m ) x 31 ) + 5 m2

= 625 m2

Kebutuhan panjang tumpukan = Volume kompos / Luas penampang

= ( 106,2 m3 )/ (20 m2 + 6 m2 )

= 4,1 m

Kebutuhan luas timbunan = 4,1 m x 2 m

= 8,2 m2

Luas gudang = 4 m x 4 m

= 16 m2

Page 43: BAB III

Luas rumah jaga = 4 m x 9 m

= 36 m2

Volume kompos = volume sampah yang akan dikompos x efisiensi kompos

= 177 m3 x 60 %

= 106,2 m3

Maka, residu yang dihasilkan = 177 m3 – 106,2 m3

= 70,8 m3

Luas container residu :- V residu = 70,8 m3

- Tinggi = 1,5 m

A = (V residu / Tinggi ) A = 2 x lebar2

= (70,8 m3 ) / 1,5 m lebar = √ A2

= 47,2 m2 lebar = √ 47,2m2

Lebar = 4,9 m

Maka,

P = 2 x lebar = 2 x 4,9 m = 9,8 m

Luas total fasilitas composting :

(Luas total lahan sorting + luas kontainer) + (Luas lahan pencacahan) + (Luas lahan

pematangan) + (Luas timbunan) + (Luas gudang) + (Luas rumah jaga) + (Luas

kontainer residu)

= ( 93,5 m2 + 88,5 m2 ) + 10 m2 + 625 m2 + 8,2 m2 + 16 m2 + 36 m2 + 47,2 m2

= 924,4 m2

Page 44: BAB III

Denah area komposting:

D. Perhitungan Luas Lahan Total untuk TPS3R

No. Bangunan Ukuran (m)

Luas Total (m2)

1 Pos Jaga / Pos

Satpam

3 x 3 9

2 Kantor Pengelola

8 x 8 64

3 Toilet 2 buah x 3 x 1

6

4 Ruang Genset

5 x 5 25

5 Area Parkir 15 x 10

150

6 Drainase 6 x 7 427 Area

Hijau / Tanaman

10 x 10

100

8 Area Kompostin

g

924,4

9 Mushola 4 x 4 16Total Luas Lahan TPS3R yang 1336,

Area Pematangan

(625 m2 )

Area

Pencacahan

(10 m2 )

Area Sorting + Kontainer

( 182 m2 )

Gudang

(16 m2 )

Rumah Jaga

(36 m2 )

Kontainer

Residu

( 47,2 m2 )

Area Timbunan

(8,2 m2 )

Page 45: BAB III

Diperlukan 4