Upload
laura-cherry
View
23
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
gagging refleks
Citation preview
BAB III
PEMBAHASAN
Refleks muntah (gagging refleks) merupakan suatu bentuk mekanisme
pertahanan tubuh dimana terjadi proses pengeluaran isi lambung secara paksa. Hal
ini diakibatkan karena abnormalitas isi usus, atau karena adanya kontraksi akibat
gangguan sistem pencernaan. Seperti halnya pada gangguan tubuh yang lain, ada
beberapa gejala yang dapat diamati dari gagging refleks ini, anatara lain :
1. Adanya gangguan dalam tubuh
adanya ganguan dalam tubuh dapat dimisalkan saat terjadi luka pada lambung
yang dapat menyebabkan kerja lambung yang sebelumnya normal menjadi
terganggu. Hal ini karena luka pada lambung tersebut akan mangirimkan
impuls pada saraf/pusat muntah yang selanjutnya dapat menyebabkan
muntah.
2. Suhu tubuh meningkat dan keringat dingin
Peningkatan suhu tubuh dipicu oleh zat pirogen yang menyebabkan pelepasan
prostaglandin E2 (PGE2) yang pada gilirannya memicu respon balik sistemik
keseluruh tubuh menyebabkan efek terciptanya panas guna menyesuaikan
dengan tingkat suhu yang baru. Jadi pusat pengatur suhu yang letaknya di
hipotalamus sesungguhnya seperti termostat. Jika titik pengatur dinaikkan,
maka tubuh menaikkan suhu dengan cara memproduksi panas dan
menahannya di dalam tubuh. Panas ditahan dalam tubuh dengan cara
vasokonstriksi pembuluh darah. Jika dengan cara di atas suhu darah di dalam
otak tidak cukup untuk menyesuaikan dengan pengaturan baru yang ada di
hipotalamus, maka tubuh akan menggigil dalam rangka untuk memproduksi
panas lebih banyak lagi. Ketika demam berhenti dan pusat pengaturan suhu di
hipotalamus disetel lebih rendah, maka berlaku proses sebaliknya dimana
pembuluh darah akan bervasodilatasi sehingga banyak dikeluarkan keringat.
Panas badan selanjutnya dilepas bersama dengan penguapan keringat. Akibat
suhu tubuh meningkat, seseorang akan mengalami kelesuhan, mengantuk, dan
depresi. .Apabila terjadi dehidrasi dapat menyebabkan mual dan muntah.
3. Pucat
Wajah yang menjadi pucat disebabkan karena efek dari takikardi.
4. Saliva meningkat
terjadinya peningkatan saliva dapat disebabkan karena aktivitass dari
Histamin, dimana ada Histamin-1 yang mengatur tentang produksi saliva dan
Histamin-2 yang mengontrol tentang produksi asam lambung.
5. Denyut jantung bertambah
Denyut jantung yang semakin bertambah cepat juga merupakan salah satu
awal dari muntah. Hal ini dikarenakan takikardi.
6. Pupil melebar
Pelebaran pupil juga dipengaruhi oleh adanya takikardi.
7. Nyeri perut, kepala dan dada
Nyeri perut ini dikarenakan adanya kontraksi berlebih dari otot-otot abdomen,
yang dirangsang oleh adanya impuls pada pusat muntah, yang dalam waktu
cukup lama akan menyebabkan munculnya nyeri tersebut. Selain itu, nyeri
pada kepala disebabkan oleh adanya lesi dan nyeri pada daerah dada
dikarenakan gangguan dari otot-otot esofagus.
8. Lakrimasi
Adanya pengeluaran air mata atau lakrimasi ini disebabkan oleh adanya
reseptor muntah yang terdapat pada ujung saraf yang berhubungan langsung
dengan cerebrum ini sekaligus dikontrol olehnya, mendapatkan rangsangan
dari serabut pada medula oblongata.
9. Batuk
Batuk merupakan gerak refleks, sesungguhnya batuk merupakan cara
melindungi paru-paru dalam menghadapi zat-zat yang mengganggu. Batuk
sering kali merupakan gejala infeksi saluran pernapasan bagian atas akibat
virus, yakni infeksi pada hidung, sinus, dan saluran-saluran pernapasan.
Namun pada sekenario ini batuk disebabkan karena asam lambung yang
kembali ke esofagus (kerongkongan) atau karena adanya perlindungan dari
dalam diri untuk mencegak agar benda asing tidak masuk ke dalam organ
tubuh, dalam hal ini benda asing yang dimaksud dalam skenario adalah alat
dan bahan yang digunakan untuk pencetakan gigi tiruan.
Reflek batuk muncul karena adanya mekanisme yang berurutan dari
komponen reflek batuk, adapun komponen reflek batuk adalah reseptor, saraf
aferen, pusat batuk, saraf eferan dan efektor. Reseptor batuk tersebar di
larings, trakea, bronkus, telinga, lambung, hidung, sinus paranasal, faring dan
perikardium serta diafragma. Saraf yang berperan sebagai aferen yaitu nervus
vagus, trigeminus dan frenikus. Pusat batuk tersebar merata di medula dekat
dengan pusat pernafasan. Saraf eferan yaitu nervus vagus, frenikus,
interkostal, lumbalis, trigeminus, fasial, hipoglosus, Sedangkan yang
bertindak sebagai efektor adalah otot laring, trakea, bronkus, diafragma,
interkostal dan abdominal.
10. Mual
Mual merupakan rasa ingin muntah yang dapat di sebabkan oleh impuls iritasi
yang datang dari traktus gastrointestinal, impuls yang berasal dari otak bawah
yang berhubungan dengan motion sickness, maupun impuls yang berasal dari
korteks serebri untuk memulai muntah. Mekanisme mual pada penderita
maag atau gastritis:
a) Di dalam tubuh terjadi peradangan lambung akibat makan-makanan yang
mengandung alcohol, aspirin, steroid, dan kafein sehingga menyebabkan
terjadi iritasi pada lambung dan menyebabkan peradangan di lambung
yang diakibatkan oleh tingginya asam lambung.
b) Setelah terjadi peradangan lambung maka tubuh akan merangsang
pengeluaran zat yang di sebut vas aktif yang menyebabkan permeabilitas
kapilier pembuluh darah naik. Sehingga menyebabkan lambung menjadi
edema (bengkak) dan merangsang reseptor tegangan dan merangsang
hypothalamus untukmual.
Terjadinya mual dan muntah merupakan tanda terjadinya penyakit pada
tubuh. Berikut adalah beberapa penyebab terjadinya mual dan muntah :
a) Gastroenteritis
b) Keracunan makanan
c) Stres, gugup, atau masalah mental lainnya seperti depresi atau gangguan
panik
d) Obat-obatan seperti antibiotic, pilpenunda kehamilan, dan obat jantung
e) Migrain / sakit kepala sebelah
f) Serangan jantung
g) Stroke
h) Cedera kepala
i) Alkohol, penyalahgunaan obat atau putus obat
j) Gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia
k) Efek samping terapi radiasi.
Refleks muntah terjadi apabila terdapat stimulus berupa iritasi, luka pada
lambung, atau sentuhan pada daerah – daerah sensitive berupa palatum lunak,
pangkal lidah posterior, dinding faring posterior, trakea bagian atas akan
memberikan rangasangan yang akan dihantarkan ke medulla spinalis sebagai
pusat pengaturan refleks muntah oleh saraf aferen. Impuls – impuls muntah akan
ditransmisikan oleh saraf cranial V, VII, IX, X, dan XII ke traktus gastrointestinal
dan melalui saraf spinalis ke diafragma dan otot abdomen. Berikut ini adalah
reseptor-reseptor Gag Reflex :
1. Reseptor orofacial
Somesthetic affrence yang berasal dari labirin (cabang cohlear dari
vestibulocochlear nerve- VIII), daerah Ramsay Hunt (cabang auricular dari
vagusnerve- X), rongga mulut (cabang trigeminal V2, V3. Wrisberg.s VII bis
intermediate nerve), lidah (glossopharyngeal nerve- IX), sistem pencernaan
(vagus nerve-X), sistem okular (optic nerve II), semua bertemu, baik secara
langsung atau tidak langsung, melalui pusat tinggi bertanggung jawab terhadap
terjadinya gag reflex
2. Reseptor pencernaan
Reseptor-reseptor ini, bersama dengan reseptor olfaktori termasuk dalam
kelompok kemoreseptor. Afferen berasal dari saluran pencernaan, melalui
nervus vagus, mencapai solitary nucleus, menuju ke afferen dari nervus
Wrisberg.s intermediate (VII bis) dan juga bertemu dari nervus glosofaringea
3. Reseptor aliran darah
Dalam memicu gag reflex, aliran darah dan limfa membawa mediator kimia
yang bertanggung jawab terhadap perubahan humoral di area kemoreseptor
dalam area postrema, dinding ventrikel keempat, kaya dengan reseptor
dopaminergik. Perubahan cairan patologis, seperti uremia atau keracunan obat
dapat bereaksi terhadap pusat muntah.
Muntah memiliki dua fase. Pada tahap retching, otot-otot perut mengalami
beberapa putaran terkoordinasi kontraksi bersama diafragma dan otot-otot yang
digunakan dalam inspirasi pernapasan. Untuk alasan ini, seorang individu
mungkin membingungkan fase ini dengan episode kekerasan cegukan. Pada tahap
ini retching tidak ada namun telah dikeluarkan. Dalam tahap berikutnya, juga
disebut tahap expulsive, tekanan kuat dibentuk di perut yang ditimbulkan oleh
pergeseran besar diafragma dan perut. Pergeseran ini adalah, pada dasarnya,
kontraksi otot-otot ini yang terakhir untuk lama waktu - lebih lama daripada
periode normal kontraksi otot yang kuat. Tekanan kemudian tiba-tiba dilepaskan
ketika, esophageal sphincter atas relaks mengakibatkan pengusiran isi lambung.
Bagi orang-orang tidak dalam kebiasaan berolahraga otot-otot perut mereka
mungkin menyakitkan untuk beberapa hari berikutnya. Lega tekanan dan
pelepasan endorfin ke aliran darah setelah pengusiran menyebabkan vomiter
untuk merasa lebih baik.
Gagging normal adalah kontraksi antara kedua sisi belakang mulut dan otot
– otot faringeal . Pada tahap awal terjadinya iritasi gastrointestinal akan
mengakibatkan terjadinya antiperistaltik. Antiperistaltik dapat dimulai sepanjang
ileum pada traktus gastrointestinal dan gelombang antiperistaltik akan bergerak
mundur ke usus halus dengan cepat sehingga proses ini dapat mendorong
sebagian isi usus kembali ke duodenum dan lambung dalam aktu 2-5 menit.
Kemudian pada saat bagian atas traktus gastrointestinal, terutama duodenum,
meregang. Faktor meregang inilah yang mengakibatkan terbukanya sfingter
lambung bagian bawah dan tekanan yang besar mendorong makanan pada
lambung dan meregangkan sfingter esophagus yang mengakibatkan terjadinya
muntah.
Mekanisme fisiologi dari gagging reflex dimulai dengan adanya rangsangan
yang diberikan kepada pusat muntah (Vomitting center/VC) atau pada zona
kemoreseptor sebagai pemicu muntah. Pusat – pusat ini diaktifkan dengan
a. Adanya stress fisiologis yang berlangsung karena adanya sinyal yang diberikan
melalui lapisan otak luat dan limbic sistem ke VC.
b. Adanya gerakan berlangsung jika VC distimulasi melalui sistem pengaturan
otot vestibular atau vestibulocelebular sistem dari labirin yang terdapat opada
telinga bagian dalam.
Kemudian sinyal kimia akan dikirimkan dari aliran darah dan cairan
cerebrospinal yang terdeteksi oleh Chemoresertor Trigger Zone (CTZ). Ujung –
ujung saraf yang ada dalam sistem saluran pencernaan merupakan stimultan
muntah jika terjadi iritasi pada saluran pencernaan, kembung dan penundaan
pengosongan lambung. Ketika VC distimulasi, maka saraf motorik akan bereaksi
menyebabkan muntah.
(Skema mekanisme muntah)
Stimulus (sentuhan /iritasi)
Medulla oblongataSaraf eferen
Area sensitif Saraf aferen
Tekanan intra abdomen, makanan terdorong ke esophagusStimuluKeluar melalui mulut
Penyebab refleks muntah bervariasi sehingga untuk penanganannya harus
tahu penyebabnya dan tidak hanya menghilangkan gejalanya. Penyebab muntah
dapat merupakan pertahanan terhadap adanya benda asing dalam mulut sehingga
merupakan reaksi yang alami dari tubuh tetapi ada pula yang disebabkan oleh
kelainan sistemik, faktor psikologik, fisiologik, iatrogenik dan faktor lain.
Beberapa faktor penyebab muntah yaitu :
1. Kelainan sistemik
Kesehatan umum pasien sering berkaitan dengan kesehatan gigi dan
berpengaruh terhadap refleks muntah. Beberapa penyakit kronis dapat
menimbulkan reaksi muntah misalnya gangguan saluran pernafasan, deviasi
septum, polip hidung dan luka lambung dapat meningkatkan refleks muntah.
2. Faktor psikologik
Reflek muntah yang aktif secara abnormal dapat tejadi karena pengalaman
sebelumnya yang memicu episode muntah. Secara psikologik.ketakutan adalah
faktor di bawah sadar yang selalu mempengaruhi orang untuk muntah misalnya
pasien pada waktu pencetakan ketakutan untuk menelan benda asing,
pemakaian alat-alat yang dimasukan dalam mulut pasien.
Inspirasi dalam dan penutupan glotis
Sepanjang gastrointestinal dan ileumKontraksi diafragma
Antiperistaltik
Tekanan intra abdomen, makanan terdorong ke esophagus
StimuluKeluar melalui mulut
3. Faktor Fisiologik
Faktor fisiologik yang dapat menyebabkan muntah dibagi 2 yaitu sebagai
berikut :
a. Faktor ekstra oral
Berupa rangsangan yang datang dari luar rongga mulut dapat berupa
rangsangan penglihatan, pendengaran dan penciuman. Rangsangan
penglihatan, pasien dengan melihat alat yang akan digunakan untuk
perawatan sudah dapat menimbulkan rangsangan muntah misalnya kaca
mulut, sendok cetak, bahan cetak. Dapat pula terjadi reaksi muntah karena
melihat pasien lain muntah. Rangsangan pendengaran, dengan mendengar
pasien lain muntah sudah terangsang timbul reaksi muntah. Rangsangan
penciuman, bau dapat menimbulkan rangsangan untuk muntah misalnya bau
bahan cetak, obat-obatan dan bau rokok dari dokternya.
b. Faktor intra oral
Daerah pada sekitar mulut yang mempunyai respon rangsangan taktil yang
berbeda. Ada yang hiposensitif dan ada yang hipersensitif, daerah anterior
palatum kurang sensitif dari sebelah posterior. Pada pencetakan, bahan cetak
jangan sampai berlebihan sehingga pada palatum di bagian postenor dapat
merangsang muntah.
4. Faktor latrogenik
Faktor luar yang tidak ada keterkaitan dengan pasien misalnya perlakuan yang
kurang baik tidak hati-hati dan pemakaian alat dengan temperatur yang ektrim
dapat merangsang timbulnya muntah.
5. Faktor lain
Muntah dapat terjadi pada berbagai keadaan misalnya kehamilan, mabuk
perjalanan. Dapat pula karena efek samping pemakaian obat, operasi dan terapi
radiasi.
Respon Tubuh setelah terjadi Refleks Muntah
Setelah terjadi muntah maka tubuh akan memberikan respon-respon
tertentu sebagai akibat dari terjadinya penurunan beberapa zat yang berada pada
rubuh kita, diantaranya penurunan cairan tubuh, kemudian penurunan ATP yang
digunakan pada saat terjadinya muntah. Ketika muntah tubuh akan kehilangan
komponen-komponen yang pendukung yang berguna pada tubuh, hal ini terjadi
karena tubuh memerlukan energi dan cairan dalam proses muntah. Dehidrasi.
Pada saat muntah, maka isi perut yang kebanyakan adalah cairan akan keluar,
sehingga membuat tubuh kehilangan cairan yang tadinya penting untuk berperan
dalam homeostasis. Dehidrasi ini akan berimplikasi hipovolemik pada tubuh, kulit
kering, rasa haus, lemas, anak gelisah. Bila berat dapat terjadi napas cepat,
tekanan darah turun, gangguan jantung, kejang, penurunan kesadaran, bahkan
dapat mengancam jiwa.
Selain terjadinya penurunan cairan tubuh dan ATP tubuh juga akan
mengalami suatu gangguan akbat dari proses muntah apabila terjadi muntah pada
jangka waktu yang lama pada tubuh dan terjadi muntah hebat pada penderita. Hal
yang terjadi akibat ini biasanya disebut dengan Mallory Weiss syndrome. Pada
Mallory Weiss syndrome terdapat laserasi linier pada mukosa perbatasan
esophagus dan lambung
Pada saat muntah di labung akan terjadi pengurangan ion H+ dikarenakan
ion H+ ini digunakan ketika reaksi muntah kontraksi pada otot-otot lambung
memicu sekresi HCL untuk keluar. Apabila sekresinya ini berlebihan tubuh akan
kekurangan jumlah ion H+ sehingga terjadi Acidosis metabolik. Acidosis
metabolik merupakan kelainan akibat kekurangan H+ pada lambung.
Proses muntah ini juga nantinya akan memberikan efek pada rongga mulut kita,
dimana makanan yang keluar pada proses muntah banyak mengandung asam
akibat sudah tercampur dengan asam lambung. Asam lambung yang terkandung
pada makanan yang dikeluarkan pada saat kita muntah ini nantinya akan
meningkatkan suasan asam pada rongga mulut kita sehingga membuat gigi kita
mudah tergerus. Asam lambung akan keluar bersamaan dengan isi perut. Ketika
asam lambung keluar dan berada di dalam mulut, maka akan merusak email gigi
sehingga gigi menjadi rapuh dan gampang rusak. Kerusakan gigi akibat tergerus
asam lambung atau yang disebut perimylolysis.
Ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh dokter gigi untuk
meminimalisir serta memanajemen gagging reflex yang kerap kali terjadi. Untuk
menghindari terjadinya gagging reflex, dokter gigi harus cermat pada saat
mencetak rahang. Ukuran sendok cetak sedikit lebih besar dari rahang untuk
ketebalan dari bahan cetak. Bahan cetak yang digunakan juga tidak boleh
berlebihan sehingga dapat meminimalisir terjadinya gagging reflex. Persiapan
mental lain yang dapat dilakukan kepada pasien adalah dengan mengalihkan
perhatian pasien pada rangsangan muntah dengan cara memanipulasi jaringan
mulut dan muka pada pencetakan hal ini dokter akan lebih baik jika dokter gigi
mengadakan pembicaraan dan menjelaskan tentang pencetakan yang akurat.
Pasien yang kurang dapat mentolerir terhadap rangsangan muntah disarankan
pada waktu pencetakan pasien diajak melakukan percakapan dengan topik
tertentu. Misalnya menghitung secara cepat samapi 50 atau 100 dan meminta
pasien untuk membaca dengan keras. Menurut Krol, untuk mengalihkan
perhatian, pasien diinstruksikan untuk mengangkat kakinya dan menhannya di
udara. Karena otot pasien lelah maka perhatian akan muntah dapat dialihkan.
Selain hal – hal yang telah disebutkan di atas, manajemen gagging reflex
dapat dilakukan dengan cara yakni manajemen fisiologi relaksasi dimana pasien
dilatih untuk melakukan ritmik bernafas secara terkontrol serta relaksasi
pernafasan perut. Dua hal di atas menjadi penting karena pasien degan gagging
reflex biasanya akan cenderung untuk menhan nafas yang hal itu kemudian akan
memperburuk indeks gagging reflex yang mereka derita sendiri. Sehingga,
memfokuskan pikiran pada nafas mereka akan mengurangi frekuensi mereka
menahan nafas.
Untuk menambah sensasi relaksasi, dokter gigi biasanya juga menyertakan
musik tertentu saat dilakukannya treatment terhadap pasien. Hal ini bisa juga
ditambah dengan pemberian gambar – gambar yang menyenangkan.
Pemberian garam dapur yang diletakkan di daerah dorsum lidah dengan
jarak waktu lima menit sebelum melakukan treatment juga diyakini dapat
mereduksi level gagging reflex yang diderita oleh pasien. Hal ini berkaitan dengan
nervus glossofaringeus. Selain itu, dokter gigi juga dapat menyarankan meminum
air dingin sebelum dilakukannya treatment.
Hypnosis
Selain beberapa cara di atas juga dapat dilakukan cara lain misalnya dengan
terapi hypnosis. Terapi hypnosis memerlukan waktu yang panjang dengan
beberap akli pertemuan dengan dokter gigi. Pada awal – awal kunjungan, dokter
gigi akan menentukan index gagging reflex serta mengorek informasi mengenai
pengalaman masa lalu pasien mengenai gagging reflex yang kemudian akan
dilanjutkan dengan pemberian sugesti – sugesti tertentu yang berguna untuk
mengubah pola pikir dan menenangkan si pasien. Pertemuan – pertemuan
selanjutnya kemudian diisi dengan terapi – terapi tambahan yang dapat dicoba di
rumah maupun di tempat praktek atas saran dokter. Berbagai macam terapi yang
dijalani misalnya adalah memasukkan kelereng warna – warni ke dalam mulut
dari mulai satu buah saja sampai dengan lima buah sampai gagging reflexnya
turun sampai tahap yang diharapkan. Terapi pernafasan juga sangat dianjurkan
untuk dilatih di rumah karena gagging reflex tidak akan terjadi bersamaan dengan
proses pernafasan. Sehingga terapi yang disarankan adalah dengan melatih pasien
untuk menelan sambil membuka mulut. Selain itu juga terapi menahan air di
bagian belakang lidah. Untuk memberi efek positif yang lebih besar, terapi
akupuntur juga dapat disertakan. Area – area tertentu pada telinga yang ditusuk
jarum akan mereduksi terjadinya gagging reflex. Pasien yang menjalani terapi
hypnosis diwajibkan untuk menuliskan diari mengenai perkembangan mereka
selama menjalani terapi sendiri di rumah dan dibawa setiap berkunjung ke dokter
gigi.
Manajemen Farmakologi
Obat – obatan yang digunakan untuk mengontrol gagging reflex secara garis
besar dapat dibagi menjadi 2 yakni obat – obatan yang bekerja secara perifer dan
opbat – obatan yang bekerja secara sentral.
Obat – obatan yang bekerja secara perifer diberikan kepada pasien yang
mengalami index gagging reflex pada tahap sangat ringan atau ringan dengan
pemberian anestesi lokal dan topikal baik secara spray, gel maupun injeksi.
Kemudian obat – obatan yang berfungsi secara sentral dapat diberikan kepada
pasien dengan index gagging reflex yang sedang sampai dengan sangat berat.
Obat – obat yang digunakan adalah antihistamin, sedatives, parasympatholytics,
dan transquilizers.
Untuk treatment kedokteran gigi yang lebih lama dapat dilakukan dengan
teknik sedasi sadar melalui pemberian intravenous sedation dengan midazolam
dan propofol.