36
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Dasar Teori II.1.1 Pengertian Gravimetri Gravimetri dalam ilmu kimia merupakan salah satu metode analisis kuantitatif suatu zat atau komponen yang telah diketahui dengan cara pengukuran berat komponen dalam keadaan murni setelah melalui proses pemisahan. Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Metode gravimetri memakan waktu yang cukup lama, adanya pengotor pada konstiven dapat diuju dan bila perlu faktor-faktor koreksi dapat digunakan (pratama, 2012). Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penentuan secara analisis gravimetri meliputi transformasi unsur atau radikal ke senyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Berat unsur dihitung berdasarkan rumus senyawa dan berat atom unsur-unsur yang menyusunnya. Pemisahan unsur-unsur atau senyawa yang dikandung dilakukan dengan beberapa cara, seperti: metode penguapan, metode elektroanalisis, atau berbagai macam metode lainnya (pratama, 2012). Gravimetri dapat digunakan untuk menentukan hampir semua anion dan kation anorganik serta zat-zat netral seperti air, belerang dioksida, karbon dioksida dan isodium. Selain itu, berbagai jenis senyawa organik pula ditentukan dengan mudah secara grvimetri. Untuk penentuan kadar air suatu kristal dalam senyawa hidrat, dapat dilakukan dengan memanaskan senyawa dimaksud pada suhu 110–130°C. Berkurangnya berat sebelum pemanasan menjadi berat sesudah pemanasan merupakan berat air kristalnya. Contoh-contohnya antara lain: penentuan kadar laktosa dalam susu, salisilat dalam sediaan obat, fenolftalein dalam obat pencahar, nikotina dalam pestisida, kolesterol dalam biji-bijian dan benzaldehida dalam buah- buahan tertentu. Jadi, sebenarnya cara gravimetri merupakan salah satu cara yang paling banyak digunakan dalam pemeriksaan kimia (pratama, 2012). II.1.2 Metode Gravimetri II-1

BAB II_2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ii

Citation preview

II-21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar TeoriII.1.1 Pengertian Gravimetri

Gravimetri dalam ilmu kimia merupakan salah satu metode analisis kuantitatif suatu zat atau komponen yang telah diketahui dengan cara pengukuran berat komponen dalam keadaan murni setelah melalui proses pemisahan. Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Metode gravimetri memakan waktu yang cukup lama, adanya pengotor pada konstiven dapat diuju dan bila perlu faktor-faktor koreksi dapat digunakan (pratama, 2012).

Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penentuan secara analisis gravimetri meliputi transformasi unsur atau radikal ke senyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Berat unsur dihitung berdasarkan rumus senyawa dan berat atom unsur-unsur yang menyusunnya. Pemisahan unsur-unsur atau senyawa yang dikandung dilakukan dengan beberapa cara, seperti: metode penguapan, metode elektroanalisis, atau berbagai macam metode lainnya (pratama, 2012).

Gravimetri dapat digunakan untuk menentukan hampir semua anion dan kation anorganik serta zat-zat netral seperti air, belerang dioksida, karbon dioksida dan isodium. Selain itu, berbagai jenis senyawa organik pula ditentukan dengan mudah secara grvimetri. Untuk penentuan kadar air suatu kristal dalam senyawa hidrat, dapat dilakukan dengan memanaskan senyawa dimaksud pada suhu 110130C. Berkurangnya berat sebelum pemanasan menjadi berat sesudah pemanasan merupakan berat air kristalnya. Contoh-contohnya antara lain: penentuan kadar laktosa dalam susu, salisilat dalam sediaan obat, fenolftalein dalam obat pencahar, nikotina dalam pestisida, kolesterol dalam biji-bijian dan benzaldehida dalam buah-buahan tertentu. Jadi, sebenarnya cara gravimetri merupakan salah satu cara yang paling banyak digunakan dalam pemeriksaan kimia (pratama, 2012). II.1.2 Metode Gravimetri

Dalam dunia teknik kimia sangat dibutuhkan juga bagaimana cara analisa gravimetri ini. Seperti halnya dalam industri. Berat unsur dihitung berdasrkan rumus senyawa dan berat atom unsur- unsur yang menyusunnya pemisahan unsur-unsur atau senyawa yang dikandung dilakukan beberapa, Berdasarkan proses pemisahan tersebut, maka dikenal empat macam metoda gravimetrik:1. Metode Pengendapan2. Metode Evolusi3. Metode Penyaringan4. Metode Elektrogravimetri(sidabutar, 2012).Metode Pengendapan

Gravimetri pengendapan adalah merupakan gravimetri yang mana komponen yang hendak didinginkan diubah menjadi bentuk yang sukar larut atau mengendap dengan sempurna (sidabutar, 2012).Pengendapan adalah pemisahan yang didasarkan pada perbedaan kelarutan antara analit (komponen yang dicari) dengan zat-zat atau komponen lain yang tidak diinginkan (dian, 2011).Syarat yang harus dipenuhi oleh bentuk endapan:

endapan yang sangat sukar larut dalam medium yang digunakan

murni atau mudah dimurnikan sebelum penimbangan

merupakan kristal yang kasar

mudah dikeringkan, dipijar, atau diubah menjadi bentuk timbang.

(handayani, 2011).

Bahan yang akan ditentukan di endapkan dalam suatu larutan dalam bentuk yang sangat sedikit larut agar tidak ada kehilangan yang berarti bila endapan disaring dan ditimbang (sidabutar, 2012).Syarat bentuk timbang:

Senyawa dalam bentuk timbang harus mempunyai komposisi stoikiometrik, karena

faktor gravimetrik diturunkan secara stoikiometrik. Misal: endapan BaSO4H2O bentuk timbangnya adalah BaSO4

Bentuk timbang tidak mudah dipengaruhi oleh uap air, CO2, san O2 dari udara.

Memberikan faktor gravimetrik yang nilainya kecil, sehingga kesalahan-kesalahan

penimbangan, pengotoran, dan pengaruh udara dapat dikurangi

(handayani, 2011)

Gravimetri adalah metode analisis kuntitatif unsur atau senyawa berdasarkan bobotnya yang diawali dengan pengendapan dan diikuti dengan pemisahan dan pemanasan endapan dan diakhiri dengan penimbangan. Untuk memperoleh keberhasilan pada analisis secara gravimetri, maka harus memperhatikan tiga hal berikut (sidabutar, 2012): 1. Unsur atau senyawa yang ditentukan harus terendapkan secara sempurna.2. Bentuk endapan yang ditimbang harus diketahui dengan pasti rumus molekulnya.3. Endapan yang diperoleh harus murni dan mudah ditimbang.(sidabutar, 2012)

Dalam analisis gravimetri meliputi beberapa tahap sebagai berikut ; Pelarutan sampel (untuk sampel padat). Pembentukan endapan dengan menambahkan pereaksi pengendap secara berlebih agar semua unsur/senyawa diendapkan oleh pereaksi. Pengendapan dilakukan pada suhu tertentu dan pH tertentu yang merupakan kondisi optimum reaksi pengendapan. Tahap ini merupakan tahap paling penting. Penyaringan endapan.

Pencucian endapan, dengan cara menyiram endapan di dalam penyaring dengan larutan tertentu. Pengeringan endapan sampai mencapai berat konstan. Penimbangan endapan.

(sidabutar, 2012)Pada analisis gravimetri pembentukan endapan yang terjadi apabila kelarutan terlalu jenuh maka dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh dari kelarutan suatu sampel dimana semakin besar (jenuh ) maka semakin besar endapan yang terjadi , kelarutan dipengaruh oleh beberapa faktor yaitu :a.Suhu b.pH

(sidabutar, 2012)Pengotoran Endapan

1.KopresipitasiDalam arti luas, kopresipitasi adalah ikut mengendapnya dua atau lebih zat pada waktu yang sama (sidabutar, 2012).Hasilnya penambahan larutan perak nitrat ke dalam larutan yang mengandung natrium klorida dan natrium bromida akan menghasilkan endapan AgCl dan AgBr (sidabutar, 2012).Dalam kimia analisis khusunya dalam menyatakan pengotoran suatu endapan, istilah kopresipitasi biasanya digunakan dalam arti yang lebih khusus. Dalam hal ini, diartikan sebagai ikut mengendapnya satu atau lebih zat asing bersama endapan dari komponen zat uji. Padahal zat asing tersebut yang digunakan. Misalnya kalsium sebagian ikut mengendap pada pengendapan besi (III) sebagai hidroksida dengan menetralkan larutan asam hingga pH 4 sampai 5. Pada kondisi yang sama, tanpa besi, kalsium tidak akan mengendap (handayani, 2011).Kopresipitasi dibagi menjadi 2:

1. Kopresipitasi yang terjadi karena adsorbsi di permukaan endapan utama tapi kemudian dalam perbesaran partikel endapan karena penggabungan, maka benda asing yang diadsorbsi dan ini adalah kotoran bagi endapan tersebut, terkurung (teroklusi) di dalam partikel endapan.

2. Kopresipitasi yang terjadi benar-benar dipermukaan partikel endapan (Post-presipitasi). Peristiwa turut serta mengendap pengotor yang terjadi setelah endapan utama terbentuk. Post-presipitasi terbentuk karena adanya senyawa lain yang mencapai keadaan kelewatjenuh pada kondisi akhir pengendapan

(dian, 2011).

2.Larutan PadatDua zat padat larut satu sama lain membentuk larutan padat. Keduanya dapat membentuk kristal campuran dimana zat yang satu berada dalam kisi kristal yang lain. Hal ini biasanya terjadi bila kedua zat tersebut isomorf (handayani, 2011).Misalnya ion kromat dan sulfat mempunyai struktur, ukuran, muatan dan konfigurasi elektronik yang serupa, sehingga endapan barium sulfat akan berwarna kuning apabila diendapkan dari larutan yang juga mengandung kromat (handayani, 2011).3.AdsorpsiPada permukaan dari partikel endapan, terdapat gugusan aktif yang dapat menarik dan mengikat zat yang sebenarnya tidak dapat mengendap. Tentu saja pengotoran ini bertambah. Oleh karena itu endapan kristal kasar pada analisis gravimetri lebih disukai daripada krisal halus (sidabutar, 2012).Meskipun pengotoran ini mudah dihilangkan dengan pencucian, namun pada endapan yang gelatinous dimana pengotoran ini sering terjadi, pencucian ini jarang berhasil (sidabutar, 2012).4. OklusiOklusi adalah ikut mengendapnya kotoran yang terperangkap di bagian dalam dari partikel endapan. Istilah ini lebih khusus digunakan untuk oklusi mekanik, termasuk terperangkapnya cairan induk dan ion pada pertumbuhan endapan gelatinous dan pengotoran ini tidak mungkin dihilangkan sama sekali dengan proses pencucian (handayani, 2011).5.PospresipitasiPada pospresipitasi, endapan semula dikotori oleh endapan zat lain yang terbentuk kemudian. Pengotoran ini terjadi karena kontaminasi merupakan larutan lewat jenuh larutan magnesium oksalat yang lewat jenuh masih dapat dipertahankan untuk tidak mengendap dalam jangka waktu tertentu (handayani, 2011).Misalnya pada pengendapan kalsium sebagai oksalat dari larutan yang mengandung magnesium. Bila kalsium oksalat tidak segera disaring setelah pengendapan, magnesium, oksalat terserap pada permukaan kalsium oksalat, maka ia tidak dapat larut kembali. Sedangkan bila tanpa adanya kalsium, Pemisahan endapan oleh zat lain yang larut dalam pelarut disebut kopresipitasi. Hal ini berhubungan dengan absorbs pada permukaan partikel dan terperangkapnya (oklusi) zat asing selama proses pembentukan Kristal dari partikel primernya. Adsorbs banyak terjadi pada endapan getin dan sedikit pada pengendapan mikro Kristal, misalkan AgI pad aperak aetat dan endapan BaSO4 pada alkali nitrat. Pengotoran dapat juga disebapkan oleh postpresipitasi, yaitu pengendapan yang terjadi pada permukaan endapan pertama. Hal ini terjadi pada zat yang sedikit larut kemudian membentuk larutan lewat jenuh. Zat ini mempunyai ion yang sejenis dengan endapan primernya, misal: pengendapan CaC2O4. Dengan adanya Mg. MgC2O4 akan terbentuk bersama-sama dengan CaC2O4. Lebih lama waktu kontak, maka lebih besar endapan yang terjadi (sidabutar, 2012).

Postpresipitasi dan kopresipitasi merupakan dua fenomena yang berbeda. Sebagai contoh pada postpresipitasi, semakin lama waktunya,maka kontaminasi bertambah bertambah, sedangkan pada kopresipitasi sebaliknya. Kontaminasi bertambah akibat pangadukan larutan hanya pada postpresipitasi tetapi tidak pada kopresipitasi. Kemungkinan bertambahnya kontaminasi sangat besar pada postpresipitasi dibanding pada kopresipitasi (sidabutar, 2012).Untuk menghindari postpresipitasi atau kopresipitasi sebaiknya dilakukan pengendapan ulang.Pengendapan dari Larutan HomogenPada metode ini, Reagan dihasilkan secara lambat oleh reaksi kimia homogeny dalam larutan. Endapanya berkerapatan tinggi dan dapat disaring; kopresipitasi dikurangi ke nilai minimumnya. Beberapa contoh pengendapan dari larutan homogen adalah :1)Sulfat : Dimetilsulfat menghasilkan radikal sulfat dengan reaksi:

(CH3)2SO4 + 2H2O 2CH3OH + 2H+ + SO42- 2)Hidroksida : pH dikendalikan secara perlahan-lahan. NH3 dihasilkan dari urea dengan reaksi berikut: CO(NH2)2 + H2O 2NH3 + CO2 pada suhu 90 100 oCSedangkan Al diendapkan oleh urea sebagai Al(OH)3 dalam media asam suksinat, atau Ba sebagai BaCrO4 pada amonium asetat atau Ni sebagai glioksim ataupun Al sebagai oksinat (sidabutar, 2012).3)Oksalat : Kalsium diendapkan sebagai CaC2O4Thorium juga diendapkan sebagai Th(C2O4)2 dengan adanya urea,misalnya (sidabutar, 2012):CO(NH2)2 + 2HC2O4 + H2O 2NH3 + CO2 + 2C2O42 (C2H5)2 C2O4 + 2H2O 2C2H5OH + 2H+ + C2O42 4)Fospat : Fosfat berkelarutan rendah dapat diendapkan dengan membuat turunan dari trimetil atau trietil pospat secara bertahap dengan hidrolisis. Zr diendapkan sebagai Zr3(PO4)4 pada (CH3)3PO4 dalam media yang mengandung sulfat (sidabutar, 2012).Pemurnian Endapan1. Pencucian

Setiap endapan harus dicuci sebelum diubah menjadi bentuk timbang. Tujuannya adalah untuk menghilangkan kotoran-kotoranyang teradsorpsi pada permukaan endapan maupun yang terbawa secara mekanis (handayani, 2011).Teknik pencucian yang baik1. Masukkan cairan pencuci ke dalam penyaring samapi sedikit diatas endapan, kemudian dibiarkan cairan melewati kertas saring sampai habis. Setelah habis, baru ditambah cairan untuk pencucian berikutnya. Hal ini dilakukan berulang kali hingga endapan bersih (handayani, 2011).2. Cara dekantasi:

Endapan dan cairan pencuci diaduk dan dibiarkan mengendap, setelah mengendap cairan dituang ke dalam penyaring, endapan dibiarkan di dalam gelas piala, tambahkan lagi cairan pencuci, diaduk, dibiarkan mengendap. Kemudian cairan diatas endapan dituang ke dalam penyaring sampai habis. Hal ini dilakukan berulang kali hingga endapan bersih (handayani, 2011).Untuk mendapatkan bentuk timbang, endapan yang telah dimurnikan dipanaskan atau dipijar. Pemanasan dapat dilakukan dengan cara:

1. Oven pengering ( 105C), apabila hanya diperlukan untuk menghilangkan airnya saja

Ex. BaSO4.2H2O >>> BaSO42. Oven pemijar (tungku pemijar), apanila diperlukan pemanasan dengan suhu tinggi. Akibatnya, kadang-kadang formula endapan sebelum dan sesudah pemijaran berbeda Contoh:

Kalsium gliserofosfat Ca2P2O7 Endapan CaC2O4 CaCO3 (dipanaskan 880C)

Endapan CaC2O4 CaO (dipanaskan 1100C)(handayani, 2011).

Pemanasan atau pemijaran dapat diulang-ulang sampai mencapai berat yang tetap dalam penimbangan. Setelah pemanasan/pemijaran kemudian didinginkan hingga suhu kamar dalam eksikator yang berisi bahan pengering yang masih aktif kemudian dilakukan penimbanganLarutan pencuciLarutan pencuci untuk endapan kristal. Larutan pencucinya adalah larutan elektrolit yang:

a. mengandung ion senama dengan salah satu ion endapan utama. Adanya ion senama

pada larutan pencuci ini akan memperkecil larutan endapan sehingga kehilangan

endapan utama selama pencucian dapat ditekan sekecil mungkin.

b. Elektrolitnya harus mudah diuapkan pada suhu pemanasan endapan saat dilakukan

pengubahan endapan dari bentuk pengendapan ke dalam bentuk penimbangan.

(dian, 2011).2. Pembakaran Endapan Endapan mungkin mengandung air akibat adsobrsi,oklusi,penyerapan dan hidrasi. Temperatur pembakaran ditentukan berdasarkan pada sifat kimia zat. Pemanasan harus diteruskan sampai beratnya tetap dan seragam. Berat dari abu kertas saring harus pula diperhitungkan (sidabutar, 2012). Pembakaran Pereaksi Organik pada Analisis Gravimetri Pereaksi organik yang digunakan pada analisis gravimetric dikenal sebagai endapan organik. Pemisahan satu atau lebih ion-ion anorganik dari campurannya dilakukan dengan menambahkan pereaksi organik. Karena senyawa senyawa organik tersebut mempunyai berat molekul yang besar, maka dapat ditentukan sejumlah kecil ion dengan pembentukan endapan daam jumlah yang besar. Endapan organik yang baik harus mempunyai sifak spesifik. Endapan yang terbentuk oleh pereaksi organik, dikeringkan atau dibakar dan ditimbang sebagai oksidanya. Selektivitas (pemilihan optimum reaksi tercapai dengan mengawasi variable-variabel seperti konsentrasi pereaksi, pH larutan dan penggunaan reagen pelindung untuk mengurangi gangguan ion-ion asing. Pereaksi organic yang banyak digunakan adalah pereaksi pembentuk kheat (endapan ). Bila ligan polifungsional dapat menempati lebih dari dua posisi koordinasi ion pusat logam, maka terbentuk senyawa koordinasi dengan struktur cincin yang diseebut sebagai khelat. Petunjuk untuk meramalkan seecara kualitatif tentang kestabilan kompleks dan kesetimbangan endapan khelat yang tidak bermuatan diperoleh dari penelaahan konstanta pembentukan senyawa koordinasi yang merupakan sifat ion logam dan sifat ligan (sidabutar, 2012). Endapan organic mempunyai tempat khusus dalam anlisis anorgaik sebab endapan yang tebentuk biasanya berbeda dari zat anorganik murni, seperti antara BaSO4 dan Ni(DMG)2 dimana DMG adalah dimetil gloksin. Senyawa organic diklasifikasikan sebagai pembentuk kompleks khelat,pembentuk garam dan pembentuk lake. Dalam usaha untuk membentuk khelat, ligan harus mempunyai atom Hyang dapat diganti dan electron yang tidak berpasangan untuk membentuk koordinasi. Pereksi organic banyak digunakan sebap bersifat selektif. Subsitusi pada atom C dapat bervariasi. Selektivitas berarti kemampuan dari pereksi oerganik untuk bergabung dengan satu atau dua logam untuk memisahkan dari zat lainnya. Efek sterik (ruang)menentukan selektivitas dari pereaksi pembentuk khelat, tidak dapat mengendapkan Al (sidabutar, 2012).3. Ukuran Partikel Endapanyang juga harus Merupakan faktor diperhatikan pada pengendapan untuk keperluan gravimetri. Ukuran partikel endapan akan berbalik dengan kecepatan pembentukan endapan. Makin kecil kecepatan pembentukan endapan, akan makin besasr ukuran partikel endapan (dian, 2011).Endapan murni adalah endapan yang bersih, artinya tidak mengandung molekul-molekul lain (zat-zat lain yang biasanya disebut pengotor atau kontaminan). Pengotor oleh zat-zat lain mudah terjadi, karena endapan timbul dari larutan yang berisi macam-macam zat. Sedangkan endapan kasar adalah endapan yang butir- butirnya tidak kecil, halus melainkan besar. Hal penting untuk kelancaran penyaringan dan pencucian endapan. Adapun tujuan dari pencucian endapan adalah untuk menyingkirkan kotoran yang teradsorpsi pada permukaan endapan maupun yang terbawa secara mekanis (sidabutar, 2012).Metode Evolusi

Metode evolusi didasarkan atas penguapan komponen zat uji dengan cara pemanasan. Berarti komponen yang menguap adalah perbedaan dari berat penimbangan zat uji sebelum dan sesudah penguapan (sidabutar, 2012). Cara yang sederhana ini sering digunakan untuk penetapan kadar air dari zat uji dengan pemanasan pada 105 C sampai 110 C, dan penetapan CO2 dengan pemijaran pada suhu yang lebih tinggi (sidabutar, 2012). Misalnya, susut pengeringan natrium klorida ditetapkan dengan mengeringkan sejumlah zat uji dalam oven pada 105 C hingga diperoleh bobot tetap. Kadar abu suatu simplisia ditetapkan dengan meng abukan zat uji dalam tanur listrik (mufflefurnance) hingga bobot tetap (sidabutar, 2012). Dengan metode evolusi juga dimungkinkan untuk menyerap komponen yang menguap (H2O atau CO2) menggunakan penyerap yang cocok. Berat dari komponen yang mnguap adalah pertambahan berat dari penyerap (sidabutar, 2012).Metode Penyaringan Dengan cara ini komponen zat uji disaring dengan pelarut spesifik. Sari yang diperoleh kemudian diuapkan hingga bobot tetap. Cara ini cocok apabila teknik isolasi sederhana, konsentrasi zat aktif cukup tinggi dan zat aktif yang diperoleh harus murni atau mdah dimurnikan. Contoh penetapan dengan cara ini antara lain penetapan alkaloid atau zat aktif dari sediaan farmasi preparat galenik, misalnya penetapan kadar Colchicine, Luminal, Natrium (sidabutar, 2012).Pemilihan sarana penyaringanPenentuan jenis sarana penyaringan yang harus dipakai ditentukan oleh suhu pemanasan endapan pada saat endapan diubah dari senyawa bentuk pengendapan ke senyawa bentuk penimbangan (dian, 2011).a. Jika suhu pengubahan ini tinggi,maka sarana penyaringan yang harus digunakan kertas saring dan corong.kertas saring dan corong ini hanya berfungsi sebagai sarana penyaringan sedangkan untuk mengubah bentuk pengendapan menjadi bentuk penimbangan diperlukan cawan pijar.pemijaran endapan dilakukan setelah kertas saringnya diabukan.karena pada penentuan kadar unsur yang memerlukan hasildengan tingkat ketelitian yang tinggi,kadar abu dari kertas saring perlu diperhatikan.b. Jika suatu pengubahan ini rendah,biasanya dipakai sebagai saranapatokan adalah 2000C,maka sarana penyaringan harus digunakan kaca masir atau cawan gooch.(dian, 2011).

Teknik-Teknik Penyaringan Pemilihan teknik berdasarkan jenis dan ukuran partikel endapan, Terlepas jenis sarana penyaringan mana yang digunakan,penyaringan harus dilaksanakan dengan cara :

a. Menuangkan cairan jernih diatas edapan sebanyak mungkin kedalam penyaring dan menjaga agar sesedikit mungkin endapan terbawa kedalam saringan. Dengan cara ini proses penyaringan akan menjadi lebih cepat karena pori-pori sarana penyaringan belum akan tertutup endapan. b. Langkah kerja selanjutnya setelah hampir semua cairan masuk kedalam penyaring ditentukan oleh jenis endapannya.(dian, 2011)Jika endapan kristal

Pindahkan secara kuntitatif endapan kedalam penyaring dan kemudian disusul dengan pencucian endapan didalam penyaringan sampai bersih (dian, 2011).Jika endapannya kolloid

Setelah cairan diatas endapan habis, kedalam endapan ditambahkan sejumlah larutan pencuci, dikocok beberapa lama, biarkan endapan turun dan tuangkan larutan diatas endapan kedalam penyaringan. Ini dilakukan beberapa kali sampai endapan hampir bersih dan baru kemudian seluruh endapan dipindahkan kedalam penyaringan secara kuantitatif (dian, 2011).Jika penyaringan menggunakan sarana penyaringan kertas saring dan corong, haruslah diperhatikan ruangan dibawah kertas saring didalam corong harus selalu terisi oleh cairan.Adanya cairan diatas kertas saring ini akan membantu menghisap sehingga proses penyaringan akan menjadi lebih cepat (dian, 2011).Metode Elektrogravimetrik Metoda ini didasarkan atas pelapisan zat pada sebuah elektroda melalui proses elektrolisa. Berat lapisan yang merupakan komponen zat uji yang ditetapkan adalah selisih dari penimbangan elektroda (kering) sebelum dan setelah elektrolisa (sidabutar, 2012). Dari keempat metode tersebut di atas, metode pengendapan merupakan metode yang paling banyak dipakai (sidabutar, 2012).Kriteria untuk Pemilihan Pereaksi Organik Berbagai hal harus diperhitungkan dalam memilih pereaksi organic untuk pembentukan khelat. Zat tersebut harus selektif, misalnya penggunaan dimetilglioksim atau 1-nitroso-2-naftol untuk pengendapan Ni atau Co, cupferron untuk besi ,asam kuinaldat untuk Cu, asam mandelat untuk Z,atau N-fenil N-benzoilhidroksilamin untuk logam niobium dan antalum. Karena endapan organic tidak terionisasi, endapan tersebut tidak mengandung pengotor kopresipiasi dan endapan ionik lainnya , seperti Mg oksin ,Mg(OX)2 tidak mengandung kopresesipitasi Na,K seperti pada endapan Mg(NH4)PO4 dan Mg2P2O7.sedikit logam menghasilkan banyak sekali endapan ,seperti Cu-asam kuinaldat, hanya mengandung 14,94% Cu. Karenaitu endapannya ringan dan besar serta dapat dikerjakan pada tingkat mikrodan semi mikro. Pereaksi organic dapat dimodifikasi dengan menambahkan rantai atau cincin aromatic (sidabutar, 2012).Cupferron(l) dan neocupferron (ll) adalah contohnya. Endapan dapat dilarutkan dalam suasana asam dan reagen yang dibebaskan dapat dititrasi dengan titrasi redoks, misalkan logam-logamoksin dilarutkan dalam asam seperti H2SO4 kemudian dilakukan titrasi dengan larutan KbrO3 Beberpa pereaksi membentuk kompleks berwarna yang mudah dilihat denganuji bercak dan juga bermanfaatpada analisis kalorimeter . Karena sifat ikatan kovalen pada komleks logam dengan pereaksi organic sangt kuat ,maka kompleks tersebut mudah larut dalam pelarut nonpolar. Teknik ini digunakan pada pereaksi pelarut tersebut. Seperti kompleks Fe (lll) cupferron yang larut dalam eter, sehingga dapat dapat dipisahkan dari logam logam lainnya. Khelat umumnya anhidrat sehingga endapan mudah dikeringkan. Ini dipercepat dengan mencuci endapan dengan alcohol , bukan dengan aseton karena endapan tersebut akan larut di dalamnya. Khelat tersebut dapat dikeringkan pada temperature (105-110) C , karena sifat hidrofobinya. Kecilnya kelarutan dari pereaksi dalam air merupakan hal yang merugikan, oleh karena itu alcohol atau asam asetat (CH3COOH) digunakan sebagai pelarut, tetapi akibatnya kita tidak dapat mengetahui berapa jauh pereaksi harus ditambahkan hingga berlebih. Hal lain adalah sulitnya mendapatkan pereaksi organik yang murni. Isomerasi keto-enol dapat menyebapkan kesalahan dalam analisis kalorimeter kecuali bila kondisi secara seksama dikendalikan, misalny dengan penambahan dithozone(sidabutar, 2012).Beberapa Endapan Organik yang Penting Beberapa pereaksi organik yang sering digunakan pada analisis grafimetri, misalnya :(I) Dimetilglikosim untuk nikel.pereaksi berlebih harus dihindari untuk menghindarkan pembentukan endapan pereaksi nya sendiri. Sitrat dan tartarat digunakan sebagai pereaksi pelindung(II) Cupferron untuk Fe(lll)dan Cu. Hal ini bermanfaat dalam kondisi asam ,larutan dingin dan endapannya dibakar kemudian ditimbang(III) Pereaksi 8-hidroksikuinolin(untukMg) adalah ditambahkan pada keadaan (suasana )dingin dan endapannya dicuci dengan air hangat. Endapan kemudian dilarutkan dalam asam dan dititrasi.(IV) Pereaksi salisildioksim (untuk Cu). Asam tartarat digunakan sebagai masking agent. Komleks tersebut larut dalam alcohol tetapi tidak stabil jika lebih dari 73 hari ditimbang sebagai Cu-salisildioksim (V) 1-nitroso-2-naftol(untuklogam Co) digunakan pada keadaan asam. Kompleks tersebut dibakar dan ditimbang sebagai Co3O4. Pereaksina dibua dalam asam asetat glasial dan air destilasi (VI) Asam kuinaldat(untuk Cu). Metode ini sensitive dengan menggunakan pereaksi pengompleks. Pada kompleks hanya dikandung 15%Cu.(VII) Asam mandelat digunakan (untuk Zr). Endapan dibakar dan oksidanya ditimbang (VIII) Asam antranilat digunakan pada beberapa logam (untuk Cu) biasanya sering digunakan garam natrium. (sidabutar, 2012)II.1.3 Prinsip Umum Analisis Gravimetri

Suatu metode gravimetri biasanya didasarkan pada reaksi kimia seperti

A + rR ARrdi mana molekul analit A, bereaksi dengan r molekul reagennya R. Produknya yaitu ARr, biasanya merupakan suatu substansi yang sedikit larut yang bisa ditimbang setelah pengeringan, atau yang bisa dibakar menjadi senyawa lain yang komposisinya diketahui, untuk kemudian ditimbang. Sebagai contoh, kalsium bisa ditetapkan secara gravimetrik melalui pengendapan kalsium oksalat dan pembakaran oksalat tersebut menjadi kalsium oksida (Underwood, 2002):Ca2+ + C2O42- CaC2O4(s)CaC2O4(s) CaO(s) + CO2 (g) + CO(g)

Biasanya reagen R ditambahkan secara berlebih untuk menekan kelarutan endapan (Underwood, 2002).

Persyaratan berikut haruslah dipenuhi agar metode gravimetrik berhasil :

1. Proses pemisahan hendaknya cukup sempurna sehingga kuantitas analit yang tak ter-endapkan secara analitis tak dapat dideteksi ( biasanya 0,1 mg atau kurang, dalam menetapkan penyusunan utama dari suatu makro ).

2. Zat yang ditimbang hendaknya mempunyai susunan yang pasti dan hendaknya murni, atau sangat hampir murni. Bila tidak akan di peroleh hasil yang galat.

(Underwood, 2002)Persyaratan kedua itu lebih sukar di penuhi oleh para analisis. Galat-galat yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti kelarutan endapan umumnya dapat diminimumkan dan jarang menimbulkan galat yang signifikan. Masalahnya memperoleh endapan murni dan dapat disaring itulah yang menjadi problema utama. Banyak penelitian telah dilakukan mengenai pembentukan dean sifat-sifat endapan, dan telah di peroleh cukup banyak pengetahuan yang memungkinkan analisis meminimumkan masalah kontaminasi endapan (Underwood, 2002).

II.1.4 Stoikiometri Reaksi Gravimetrik

Dalam prosedur gravimetrik yang lazim, suatu endapan ditimbang dan nilai analit dalam sampel dihitung. Maka presentase analit A adalah (Underwood, 2002) :

% A = x 100 Faktor gravimetri adalah perbandingan jumlah berat mol komponen yang ditetapkan terhadap berat mol endapan (sidabutar, 2012).

% A = % A = X 100II.1.5 Pembentukan dan Sifat Endapan

Persoalan yang sangat penting dalam analisi gravimetrik adalah pembentukan endapan yang murni dan dapat disaring. Pendalaman masalah ini bisa diperoleh melalui studi laju pengendapan di mana partikel partikel berubah menjadi gumpalan-gumpalan yang cukup besar untuk memisah dari larutan tersebut sebagai endapan (Underwood, 2002).

II.1.6 Kalsium KarbonatKalsium karbonat umumnya bewarna putih dan umumnya sering djumpai pada batu kapur, kalsit, marmer, dan batu gamping. Selain itu kalsium karbonat juga banyak dijumpai pada skalaktit dan stalagmit yang terdapat di sekitar pegunungan. Karbonat yang terdapat pada skalaktit dan stalagmit berasal dari tetesan air tanah selama ribuan bahkan juataan tahun. Seperti namanya, kalsium karbonat ini terdiri dari 2 unsur kalsium dan 1 unsur karbon dan 3 unsur oksigen. Setiap unsur karbon terikat kuat dengan 3 oksigen, dan ikatan ini ikatannya lebih longgar dari ikatan antara karbon dengan kalsium pada satu senyawa. Kalsium karbonat bila dipanaskan akan pecah dan menjadi serbuk remah yang lunak yang dinamakan calsium oksida (CaO). Hal ini terjadi karena pada reaksi tersebut setiap molekul dari kalsium akan bergabung dengan 1 atom oksigen dan molekul lainnya akan berikatan dengan oksigen menghasilkan CO2 yang akan terlepas ke udara sebagai gas karbon dioksida. dengan reaksi sebagai berikut (ratnawati, 2009) :CaCO3 CaO + CO2

Reaksi ini akan berlanjut apabila ditambahkan air, reaksinya akan berjalan dengan sangat kuat dan cepat apabila dalam bentuk serbuk, serbuk kalsium karbonat akan melepaskan kalor. Molekul dari CaCO3 akan segera mengikat molekul air (H2O) yang akan menbentuk kalsium hidroksida, zat yang lunak seperti pasta. Sebagaimana ditunjukkan pada reaksi sebagai berikut(ratnawati, 2009) ::

CaCO3 + H2O Ca(OH)2 + CO2

Gambar II.1 Serbuk CaCO3II.1.7Pembuatan Kalsium Karbonat

Batu kapur memang merupakan sumber utama kalsium karbonat. Di pasaran, kalsium karbonat dijual dalam dua jenis yang berbeda.Yang membedakan kedua jenis produk tersebut terletak pada tingkat kemurnian produk kalsium karbonat di dalamnya. Kedua jenis produk kalsium karbonat atau CaCO3 yang dimaksud adalah heavy and light types (Lukman, 2009).Kalsium karbonat heavy type diproduksi dengan cara menghancurkan batu kapur hasil penambangan menjadi powder halus, lalu disaring sampai diperoleh ukuran powder yang diinginkan. Selanjutnya tepung kalsium karbonat hasil penyaringan disimpan dalam silo-silo atau tempat penyimpanan yang berukuran besar sebelum dikemas(Lukman, 2009).

Sedangkan kalsium karbonat light type diperoleh setelah melalui proses produksi yang agak rumit, dibandingkan dengan heavy type. Pertama-tama batu kapur dibakar dalam tungku berukuran raksasa, untuk mengubah CaCO3 menjadi CaO (oksida kalsium) dan gas karbon dioksida atau CO2 Proses selanjutnya, CaO yang terbentuk kemudian dicampur dengan air dan diaduk. Maka terbentuklah senyawa kalsium hidroksida atau Ca(OH)2. Kalsium hidroksida yang telah terbentuk kemudian disaring untuk memisahkan senyawa-senyawa pengotor(Lukman, 2009).Pembuatan kalsium karbonat dapat dilakukan dengan cara mengeringkan Ca(OH)2 hingga molekul H2O dilepaskan ke udara sedangkan molekul CO2 diserap dari udara sekitar sehingga Ca(OH)2 dapat berubah kembali menjadi CaCO3. Reaksinya dapat ditunjukkan sebagai berikut:

Ca(OH)2 + CO2 CaCO3 + H2O

secara kimia, sama saja dengan bahan mentahnya, namun kalsium karbonat yang terbentuk kembali tampak berbeda dari CaCO3 yang semula sebelum bereaksi, karena kalsium karbonat yang terbentuk kembali tidak terbentuk dalam tekanan yang tinggi di dalam bumi(ratnawati, 2009).

II.1.8 Manfaat Kalsium Karbonat

Dalam industri manfaat dari kalsium karbonat adalah sebagai pembuat pasta gigi, obat anti asam lambung, industri pulp dan kertas, industri ban mobil dan motor, industri cat, industri pembuatan pipa PVC (ratnawati, 2009).II.1.9 Asam Oksalat

Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4 dengan nama sistematis asam etanadioat. Asam dikarboksilat paling sederhana ini biasa digambarkan dengan rumus HOOC-COOH. Merupakan asam organik yang relatif kuat, 10.000 kali lebih kuat daripada asam asetat. Di-anionnya, dikenal sebagai oksalat, juga agen pereduktor. Banyak ion logam yang membentuk endapan tak larut dengan asam oksalat, contoh terbaik adalah kalsium oksalat(CaOOC-COOCa), penyusun utama jenis batu ginjal yang sering ditemukan (Septi, 2011).

Asam oksalat ada 2 macam yaitu asam oksalat anhidrat dan asam oksalat dihidrat. Asam oksalat anhidrat (H2C2O4) yang mempunyai berat molekul 90,04 gr/mol dan mempunyai melting point 187C. Sifat dari asam oksalat anhidrat adalah tidak berbau berwarna putih, dan tidak menyerap air. Asam oksalat dihidrat merupakan jenis asam oksalat yang dijual di pasaran yang mempunyai rumus bangun (C2H4O2.2H2O), dengan berat molekul 126,07 gr/mol dan melting point 101,5C dan mengandung 71,42 % asam oksalat anhidrat dan 28,58 % air, bersifat tidak bau dan dapat kehilangan molekul air apabila dipanaskan sampai suhu 100C (Septi, 2011).

Asam oksalat terdistribusi secara luas dalam bentuk garam pottasium dan kalsium yang terdapat pada daun, akar dan rhizoma dari berbagai macam tanaman. Asam oksalat juga terdapat pada air kencing manusia dan hewan dalam bentuk garam kalsium yang merupakan senyawa terbesar dalam ginjal. Kelarutan asam oksalat dalam etanol pada suhu 15,6C dan etil eter pada suhu 25C adalah 23,7 g / 100 g solvent dan 1,5 g / 100 g solvent. Makanan yang banyak mengandung asam oksalat adalah coklat, kopi, strawberry, kacang dan bayam (Septi, 2011). Titik leleh suatu zat padat adalah suatu temperature dimana terjadinya keadaan setimbang antara fasa padat dan fasa cair pada tekanan satu atmosfer. Untuk mengukur titik leleh suatu senyawa dapat digunakan alat melthing point. Prinsipnya yaitu suatu zat bisa meleleh karena ikatan antarmolekul terputus dimana putusnya molekul itu yang memerlukan suhu berbeda-beda tergantung pada kekuatan ikatan tersebut. Semakin kuat ikatannya maka semakin tinggi suhu yang dibutuhkan untuk memutuskan ikatan tersebut. Dengan adanya zat pengotor, ikatan yang terputus akan lebih banyak atau intinya tergantung pada zat pengotornya. Titik leleh juga bisa untuk mengukur gaya intermolekul antar senyawa dimana makin tinggi titik leleh maka makin besar gaya intermolekulernya, beberapa molekul dengan berat molekul sama, maka molekul yang lebih polar dan struktur molekul yang lebih simetris akan lebih tinggi. Angka titik leleh dan kisarannya tergantung pada kecepatan pemanasan, keakuratan pada thermometer yang digunakan dan sifat padatan senyawa yang terdapat pada suatu padatan yang telah diisolasi, rentang lelehannya harus ditentukan untuk memastikan identitas dan kemurniannya. Dalam percobaan ini dilakukan proses penentuan titik leleh dengan tujuan menentukan titik leleh dan mengetahui kemurnian dari asam oksalat (Septi, 2011).

Dalam dunia industri asam oksalat digunakan yaitu untuk: 1. Metal Treatment

Asam oksalat digunakan pada industri logam untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel pada permukaan logam yang akan di cat. Hal ini dilakukan karena kotoran tersebut dapat menimbulkan korosi pada permukaan logam setelah proses pengecatan selesai dilakukan. 2. Oxalate Coatings

Pelapisan oksalat telah digunakan secara umum, karena asam oksalat dapat digunakan untuk melapisi logam stainless stell, nickel alloy, kromium dan titanium. Sedangkan lapisan lain seperti phosphate tidak dapat bertahan lama apabila dibandingkan dengan menggunakan pelapisan oksalat.

3. Anodizing

Proses pengembangan asam oksalat dikembangkan di Jepang dan dikenal lebih jauh di Jerman. Pelapisan asam oksalat menghasilkan tebal lebih dari 60 m dapat diperoleh tanpa menggunakan teknik khusus. Pelapisannya bersifat keras, abrasi dan tahan terhadap korosi dan cukup atraktif warnanya sehingga tidak diperlukan pewarnaan. Tetapi bagaimanapun juga proses asam oksalat lebih mahal apabila dengan dibandingkan dengan proses asam sulfat.

4. Metal Cleaning

Asam oksalat adalah senyawa pembersih yang digunakan untuk automotive radiator, boiler, railroad cars dan kontaminan radioaktif untuk plant reaktor pada proses pembakaran. Dalam membersihkan logam besi dan non besi asam oksalat menghasilkan kontrol pH sebagai indikator yang baik. Banyak industri yang mengaplikasikan cara ini berdasarkan sifatnya dan keasamannya.

5. Textiles

Asam oksalat banyak digunakan untuk membersihan tenun dan zat warna. Dalam pencucian, asam oksalat digunakan sebagai zat asam, kunci penetralan alkali dan melarutkan besi pada pewarnaan tenun pada suhu pencucian, selain itu juga asam oksalat juga digunakan untuk membunuh bakteri yang ada didalam kain.

6. Dyeing

Asam oksalat dan garamnya juga digunakan untuk pewarnaan wool. Asam oksalat sebagai agen pengatur mordan kromium florida. Mordan yang terdiri dari 4 kromium florida dan 2% berat asam oksalat. Wool di didihkan dalam waktu 1 jam. Kromic oksida pada wool diangkat dari pewarnaan. Ammonium oksalat juga digunakan sebagai pencetakan Vigoreus pada wool, dan juga terdiri dari mordan (zat kimia) pewarna. (Septi, 2011)Secara umum, ada empat macam proses pembuatan asam oksalat dengan bahan dasar yang berbeda, yaitu:

1. Sintesis dari Natrium Formiat

Pada proses pembuatan asam oksalat dari natrium formiat ini, bahan yang dipakai adalah gas CO, Ca(OH)2, H2SO4, dan NaOH. Proses utama pembuatan asam oksalat meliputi:

Pembuatan, pemurnian dan pengempaan gas

Udara panas direaksikan dengan kokas membentuk gas batubara, yang memiliki komponen utama CO, N2, CO2, debu dan limbah gas lainnya.

Kokas + udara panas CO + N2 +CO2 + debu + limbah gas

Selanjutnya gas batubara (CO dan N2) dimurnikan, dikeringkan dan dikempa

Proses sintesa

Gas CO bertekanan direaksikan dengan larutan NaOH pada suhu 200C menjadi natrium formiat.

(HCOONa).NaOH + CO HCOONa

Proses Dehidrogenasi

HCOONa diuraikan menjadi Na2C2O4 dan gas hidrogen dengan reaksi sebagai berikut :

2 HCOONa (COONa)2 + H2

Proses pengolahan plumbite

Timbal sulfat (PbSO4) bereaksi dengan Na2C2O4 menghasilkan natrium sulfat (Na2SO4) dan PbC2O4 yang tidak larut

(COONa)2 + PbSO4 Na2SO4 + PbC2O4 Melalui pencucian dengan air, maka Na2SO4 dan PbC2O4 akan terpisahkan.

Proses pengasaman

Dalam proses pengasaman, PbC2O4 bereaksi dengan asam sulfat membentuk asam oksalat H2C2O4 dan PbSO4 yang tidak larut.

PbC2O4 + H2SO4 (COOH)2 + PbSO4 Pengkristalan dan pengeringan H2C2O4 Larutan asam oksalat dipanaskan, diuapkan dan diembunkan untuk menghasilkan kristal asam oksalat.2. Fermentasi glukosa

Proses ini menggunakan jamur untuk menguraikan glukosa menjadi asam oksalat. Jamur yang digunakan pada proses ini adalah Aspergillus Niger yang beroperasi optimum pada pH 4,5. Produk yang diperoleh kemudian disaring, diasamkan, dan dihilangkan warnanya. Setelah itu, produk dinaikkan konsentrasinya dengan evaporator dan hasilnya dikristalkan. Hasil dari pengkristalan dikeringkan untuk meminimalkan kadar air dalam produk. Yield asam oksalat tergantung dari nutrient (nitrogen) yang ditambahkan.

3. Peleburan alkali

Proses ini menggunakan bahan baku berupa bahan yang mengandung selulosa tinggi, potass serbuk gergaji, sekam, tongkol jagung, dan lain-lain. Bahan ini dilebur dengan sodium hidroksida atau potassium hidroksida pada suhu 240 285C. Produk yang diperoleh direaksikan dengan kapur untuk mengikat oksalat dengan kalsium. Produk ini kemudian direaksikan dengan asam sulfat untuk membentuk asam oksalat. Reaksi-reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

Selulosa + NaOH Na2C2O4 + zat lain

Na2C2O4 + Ca(OH)2 CaC2O4 + 2 NaOH

CaC2O4 + H2SO4 CaSO4 + H2C2O4Konversi yang diperoleh dari proses ini kurang dari 45 % dengan kemurnian produk sebesar 60 %.

4. Oksidasi karbohidrat dengan HNO3Cara ini ditemukan oleh Scheele pada tahun 1776. Karbohidrat yang dapat digunakan pada proses ini antara lain yaitu berupa gula, glukosa, fruktosa, maizena, pati gandum, pati kentang, tapioka, molasses, dan lain-lain. Karbohidrat dihidrolisis terlebih dahulu untuk mendapatkan glukosa dengan reaksi :

(C6H10O5)n + n H2O n C6H12O6Glukosa yang diperoleh dicampurkan dengan larutan induk asam oksalat yang mengandung 50 % H2C2O4 dan kemudian direaksikan dengan HNO3 menggunakan katalis V2O5. Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah :

C6H12O6 + 12 HNO3 3 C2H2O4.2H2O + 3 H2O + 3NO + 9 N2O

4 C6H12O6 + 18 HNO3 + 3 H2O 12 C2H2O4.2H2O + 9 NO2Dalam pembuatan asam oksalat dengan proses ini, bahan dasar yang digunakan mengandung pati 80%. Setelah didapatkan produk asam oksalat, dilakukan penyaringan, pemisahan, dan pengkristalan. Konsentrasi asam oksalat yang dihasilkan mencapai 99 % sedangkan yield dapat mencapai 95 - 97 %. Proses pembuatan asam oksalat dengan metode ini dapat dilakukan secara batch maupun kontinyu.Produk Asam Oksalat yang dihasilkan terdiri atas :

a) Sifat fisika asam oksalat anhydrat (C2H2O4)

Berbentuk kristal, berwarna putih.

b) Sifat kimia asam oksalat anhydrat (C2H2O4)

Titik leleh : 187C.

Densitas : 1.897 g / cm3. Panas pembakaran (E) pada 25C : 245,61 kJ/mol.

Panas pembentukan standart (Hf) pada 25C : 826,61 kJ/mol.

Berat molekul : 90.04 g/mol.

Asam oksalat dengan glycerol akan membentuk allyl alkohol.

Asam oksalat anhydrat menyublim pada suhu 150C tetapi jika dipanaskan lagi akan terdekomposisi menjadi karbondioksida dan asam formiat.

Jika asam oksalat dipanaskan dengan penambahan asam sulfat akan menghasilkan karbon monoksida, karbondioksida dan H2O. ( Kirk R.E, Othmer D.F, hal.618 635, 1945 ) c) Sifat fisika asam oksalat dihydrat (C2H2O4.2H2O)

Berbentuk kristal, berwarna putih.

d) Sifat kimia asam oksalat dihydrat (C2H2O4.2H2O)

Titik leleh :101,5C.

Densitas : 1,653 g / cm3.

Panas pembentukan standart (Hf) pada 18C : -1422 kJ/mol.

Berat molekul : 126,07 g/mol.

Cp pada suhu 50C adalah 0.385. Cp pada suhu 100C adalah 0.416. (Septi, 2011)II.1.10 Perak Nitrat

Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air. Perak nitrat dapat dibuat dengan cara melarutkan perak mentah dengan asam nitrat, namun perak merupakan logam reaktif yang sukar larut dalam asam yang memiliki konsentrasi rendah. Oleh karena itu oksidator diperlukan untuk mengoksidasi perak menjadi ion-ion perak. Asam nitrat merupakan asam kuat yang bersifat oksidator sehingga dapat melarutkan perak. Tetapi asam nitrat pada suhu ruangan tidak dapat melarutkan perak karena energi yang dibutuhkan untuk melarutkan perak sangat besar, sehingga dilakukan dengan pemanasan asam nitrat sampai suhu 90 0C (Anonim, 2011). Adapun reaksi pelarutannya adalah (USU, 2011) :

4Ag + 6HNO3 4AgNO3 + 3H2O + NO2 + NO

Beberapa penggunaan perak nitrat dalam industri :

1. Plating : Perak nitrat secara efektif digunakan dalam proses elektroplating. Perak nitrat biasanya digunakan untuk penyepuhan pada nikel dengan menggunakan listrik. Jenis plating biasanya digunakan untuk memproduksi jewelery jam tangan.

2. Cermin : Salah satu proses paling terkemuka yang menggunakan perak nitrat, adalah Reagent Tollen, di mana perak nitrat digunakan pada sisi belakang cermin untuk memberikan refleksi yang jelas dan rinci. Lapisan perak nitrat yang diterapkan ke cermin dikenal sebagai 'reflektor'.

3. Pewarna dan Tinta : Selain menggunakan industri seperti plating, perak nitrat juga digunakan dalam berbagai pewarna dan tinta yang termasuk pewarna rambut.

4. Bahan Peledak : Perak nitrat juga digunakan dalam berbagai bahan peledak yang meliputi silver acetylide dan silver azida.

5. Fotografi : Perak nitrat digunakan untuk membuat basis film pada kimia fotografi.

6. Keramik : Perak nitrat juga digunakan dalam keramik untuk membuat warna yang berbeda. (USU, 2011)II.1.11 Spesifikasi Senyawa

Sifat Kimia AgNO3: Bereaksi dengan karbon menghasilkan metana, hidrogen, karbon dioksida, monoksida membentuk gas sintetis (dalam proses gasifikasi batubara)

Bereaksi dengan kalsium, magnesium, natrium dan logam-logam reaktif lain membebaskan H2 Air bersifat amfoter

Bereaksi dengan kalium oksida, sulfur oksida membentuk basa kalium dan asam sulfat.

Dengan anhidrid asam karboksilat membentuk asam karboksilat. (USU, 2011)Sifat Fisika AgNO3: Titik lebur : 212C

Titik didih : 444 C

Massa molar : 169,87 g mol-1

Kepadatan : 4,35 g / cm 3

Kelarutan dalam air : 1,22 kg / L (0C)

2,16 kg / L (20C)

4,40 kg / L (60C)

7,33 kg / L (100C)

Berupa padatan berwarna putih

(USU, 2011)Bahan Baku :A. Asam Nitrat (HNO3)

Berat Molekul : 63,012 g/mol

Densitas : 1,049 g/cm

Titik beku : - 42 C

Titik didih : 118,1 C

Tekanan Uap : 6 kPa (Pada 20 0C)

Berupa cairan tidak berwarnaB. Perak (Ag) Fasa : Padatan

Densitas (pada suhu kamar) : 10,49 g/cm

Densitas (cair pada titik lebur) : 9,320 g/cm

Titik lebur : 961,78 C

Titik didih : 2212 C

Kalor peleburan : 11,28 kJ/mol

Kalor penguapan : 258 kJ/mol

Kapasitas kalor : 25,350 J/molK (25 C)C. Natrium Hidroksida (NaOH)

Berat molekul : 40 g/mol

Densitas : 2,13 g/cm

Titik lebur : 323 C

Titik didih : 1390 C

Kelarutan dalam air : 111 g/100 ml (20 C)

Kebasaan (pKb) : -2,43

Tekanan uap : 20 C

Berupa padatan berwarna putih

Bereaksi dengan asam klorida akan membentuk garam dan air

NaOH + HCl NaCl + H2O

Natrium hidroksida asam klorida garam air

Bereaksi dengan karbondiosida akan membentuk natrium karbonat dan air

2NaOH + CO2 Na2CO3 + H2O

natrium hidroksida karbondioksida natrium karbonat airD. Sodium Format (HCOONa)

Berat molekul : 68,01 g/mol

Densitas : 2,1 g/cm3

Titik lebur : 318 C

Titik didih : 1390 C

Kelarutan dalam air : 111 g/100 mL (20C)

Kebasaan (pKb) : 7,0 8,5E. Air (H2O) Berat molekul : 18,015 gr/mol

Titik didih : 1000C

Titik beku : 00C

Densitas (250c) : 0,998 gr/ml

Viskositas (pada kondisi standar, 1 atm) : 8,949 mP

Tekanan uap (200c) : 0,0212 atm

Panas pembentukan : 6,013 kJ/mol

Panas spesifik (pada kondisi standar) : 4,180 J/kg K

Panas penguapan : 22,6.105 J/mol

Kapasitas panas : 4,22 kJ/kg K

Tidak berbau, berasa dan berwarna (USU, 2011)Proses Pembuatan

Terdapat beberapa cara untuk menghasilkan perak nitrat murni, diantaranya yaitu:a) Larutan perak nitrat dikontakkan secara berturut-turut dengan bahan baku karbon, alumina aktif dan perak oksida untuk menghilangkan logam pengotor.

b) Larutan perak nitrat ditambah dengan perak oksida hingga mencapai pH minimal 6,1, kemudian diendapkan agar terpisah dari logam pengotor dan logam hidroksida, selanjutnya filtrat dicampur dengan air yang telah dicampurkan dengan alumina aktif atau magnesium yang berfungsi sebagai adsorben.

c) Larutan perak nitrat dicampurkan dengan perak oksida yang bertujuan untuk meningkatkan pH dan membentuk endapan dari logam pengotor tertentu, kemudian filtrat dipanaskan hingga mencapai suhu 750C sampai 950 C, selanjutnya ditambahkan besi nitrat dan perak oksida untuk mengendapkan kontaminan yang tersisa.

d) Larutan perak nitrat dicampurkan dengan perak oksida yang cukup agar mencapai pH 5,1 sampai 5,8 dan membentuk endapan. Filtrat yang dihasilkan selanjutnya dimurnikan dengan mencampurkan perak oksida untuk menghasilkan pH dari 5,9 menjadi 6,3 dan membentuk endapan kedua. Filtrat dan endapan dipisahkan sehingga menghasilkan filtrat yang lebih murni.

e) Melarutkan perak mentah ke dalam larutan asam nitrat dengan penambahan NaOH untuk menjaga pH 5,7 6,0 dan menghilangkan logam-logam pengotor. Kemudian menambahkan sodium format (HCOONa) untuk mereduksi perak nitrat menjadi perak dan

f) mengendapkan logam pengotor. Kemudian mereaksikan perak murni dengan larutan asam nitrat menghasilkan perak nitrat murni. (USU, 2011)Pemilihan Proses

Dari kelima cara pembuatan perak nitrat murni di atas, kami memilih cara yang terakhir yaitu melarutkan perak mentah ke dalam larutan asam nitrat dengan penambahan NaOH untuk menjaga pH 5,7 6,0 dan menghilangkan logam-logam pengotor. Kemudian menambahkan sodium format (HCOONa) untuk mereduksi perak nitrat menjadi perak dan menghilangkan logam pengotor. Kemudian mereaksikan perak murni dengan larutan asam nitrat menghasilkan perak nitrat murni. Alasan pemilihan proses ini adalah dapat menghilangkan logam-logam pengotor secara maksimal sehingga menghasilkan perak nitrat yang memiliki kemurnian yang sangat tinggi (USU, 2011).

Deskripsi Proses

Tahap awal pada proses ini berlangsung di dalam crusher untuk mengecilkan ukuran perak mentah dan melarutkannya dengan asam nitrat di dalam reaktor pelarutan selama 90 menit untuk membentuk larutan perak nitrat, dimana asam nitrat dipanaskan secara perlahan hingga mencapai suhu 900C yang berfungsi untuk memutuskan rantai perak mentah. Persamaan reaksi perak dengan asam nitrat yaitu (USU, 2011):

4Ag + 6HNO3 4AgNO3 + NO + NO2 + 3H2O

Larutan perak nitrat yang dihasilkan diencerkan dengan air sebanyak 25 % dari jumlah perak nitrat. Kemudian ditambahkan sodium hidroksida (NaOH) dengan konsentrasi 90% sebanyak 5809,24907 kg/jam untuk menghasilkan pH 5,7-6,0 yang berfungsi untuk mengendapkan logam pengotor. Larutan yang dihasilkan dialirkan ke filter untuk memisahkan endapan (logam pengotor) dari larutan perak nitrat. Selanjutnya, larutan perak nitrat yang dihasilkan dimasukkan kedalam reactor dengan menambahkan sodium format (HCOONa) berlebih 10% dari nilai stoikiometri dan reaksi berlangsung selama 2 jam (120 menit). Pada reaktor ini, larutan dipanaskan dengan suhu 900C. Reaksi perak nitrat dengan sodium format (HCOONa) adalah (USU, 2011):

AgNO3 + HCOONa HCOOAg + NaNO32HCOOAg 2Ag + HCOOH + CO22AgNO3 + HCOOH 2Ag + CO2 + 2HNO3Penambahan sodium format (HCOONa) mengakibatkan perak mengendap dan membentuk bubuk perak yang akan dipisahkan dari logam pengotor dengan menggunakan sentrifugasi. Kemudian dicuci dengan air bersih, sehingga dihasilkan bubuk perak yang murni. Selanjutnya bubuk perak tersebut dimasukkan ke dalam reaktor dan dilarutkan dalam asam nitrat sekitar 25 menit dengan cara pemanasan pada suhu 900 C dengan penambahan udara untuk memisahkan nitrogen oksida. Larutan dialirkan ke tangki kristalisator untuk menghasilkan kristal perak nitrat dengan cara mendinginkan larutan pada suhu 20 0C. Kristal yang dihasilkan dipisahkan dari asam nirat dengan menggunakan sentrifugasi. Asam nitrat yang berlebih direcycle ke tangki bahan baku dan dapat digunakan untuk melarutkan perak mentah. Kristal perak nitrat yang dihasilkan dari sentrifugasi dikeringkan dengan proses pemanasan (dryer) pada suhu 95 0C dan tekanan 0,5 atm. Kristal dengan kemurnian 99,99% dimasukkan ke tangki penyimpanan.

(USU, 2011)II.1.12 Amonium oksalatSenyawa kimia iniberbentuk serbuk kristal tidak berwarna dengan Rumus molekul C2H7NO5memiliki berat molekul 125,08 dan Berat jenis (air=1) 1,556 dengan Kelarutan dalam air 4%. Amoniun oksalat monohidrat Sedikit larut dalam alkohol tetapi Tidak larut dalam eter, benzen (POM, 2011).Frasa Risiko, Frasa Keamanan dan Tingkat BahayaPeringkat NFPA (Skala 0-4) : Kesehatan 2=Tingkat keparahan tinggi

Kebakaran 1=Dapat terbakar

Reaktivitas 0=Tidak reaktif

(POM, 2011)Amonium oksalat monohidrat digunakan sebagai bahan dalam pembuatan peledak, pemoles logam, detinning besi dan untuk pencelupan tekstil. Untuk mendeteksi dan determinasi kalsium, timbal, dan logam bumi yang jarang.Bahaya dalam tubuh atauBahaya utama terhadap kesehatan: Dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan, iritasi kulit, dan iritasi mata .Organ sasaran jika terdapat dalam tubuh adalahGinjal, hati, mata, kulit, otak, saraf, membran mukosa. Jika kalian menyentuh atau menghirup bahan ini ada cara untuk mencegah kerusakan fatal dalam tubuh yaitu : Terhirup Bila aman memasuki area, segera pindahkan dari area pemaparan. Bila perlu gunakan kantong masker berkatup atau pernafasan penyelamatan. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.

Kontak dengan kulitSegera tanggalkan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang terkontaminasi. Cuci dengan sabun atau deterjen ringan serta air yang banyak sampai dipastikan tidak ada bahan kimia yang tertinggal (selama kurang lebih 15-20 menit). Bila perlu segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. Kontak dengan mataSegera lepaskan lensa kontak (jika menggunakannya) dan cuci mata dengan air yang banyak atau garam normal sekurang-kurangnya selama 15 menit, dengan sesekali membuka kelopak mata atas dan bawah sampai dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang tertinggal. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. TertelanBila terjadi muntah, jaga agar kepala lebih rendah daripada panggul untuk mencegah aspirasi. Jika korban tidak sadarkan diri, miringkan kepala ke samping. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.(POM, 2011)Toksisitas

Data pada hewan

LD50 oral-tikus 375 mg/kg; LD50 kulit-kelinci 20000 mg/kg.

Data Karsinogenik

Tidak terdaftar sebagai karsinogenik berdasarkan ACGIH, IARC, NTP, atau CA Prop

Data Reproduksi

Asam oksalat menyebabkan kerusakan ginjal pada fetus domba dan tikus serta mengganggu siklus estrus pada tikus. Selain itu juga dapat meningkatkan abnormalitas sperma pada generasi kedua mencit yang diberi asam oksalat 0,2% pada air minumnya.(POM, 2011)Penatalaksanaan oleh tenaga kesehatan

Stabilisasi

Penatalaksanaan jalan nafas, yaitu membebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran udara.

Penatalaksanaan fungsi pernafasan untuk memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernafasan buatan untuk menjamin cukupnya kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida.

Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi darah. d. Jika ada kejang, beri diazepam dengan dosis: Dewasa: 10-20 mg IV dengan kecepatan 2,5 mg/30 detik atau 0,5 mL/30 menit, jika perlu dosis ini dapat diulang setelah 30-60 menit. Mungkin diperlukan infus kontinyu sampai maksimal 3 mg/kg BB/24 jam. Anak-anak: 200-300 g/kg BB(POM, 2011)Dekontaminasi

a. Dekontaminasi mata

Dilakukan sebelum membersihkan kulit:

Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah dan miring ke sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya.

Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan cuci dengan sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl 0,9% diguyur perlahan selama 30 menit atau sekurangnya satu liter untuk setiap mata.

Hindarkan bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya.

Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.

Jangan biarkan pasien menggosok matanya.

Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat dan konsul ke dokter mata.(POM, 2011)b. Dekontaminasi kulit (termasuk rambut dan kuku)

Bawa segera pasien ke air pancuran terdekat.

Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir yang dingin atau hangat serta sabun minimal 10 menit.

Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain atau kertas secara lembut. Jangan digosok.

Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahannya dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup.

Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan menggunakan sarung tangan, masker hidung, dan apron. Hati-hati untuk tidak menghirupnya.

Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.(POM, 2011)Batas Paparan dan Alat Pelindung Diri

Batas paparan amonium oksalat monohidrat:

Ventilasi: Sediakan sistem ventilasi penghisap udara setempat. Pastikan dipatuhinya batas paparan yang sudah ditentukan.

Proteksi mata: Gunakan kaca mata pengaman tahan percikan dan/atau masker wajah penuh. Sediakan kran pencuci mata untuk keadaan darurat serta semprotan air deras dekat dengan area kerja.

Pakaian: Gunakan pakaian pelindung yang tahan bahan kimia.

Sarung tangan: Gunakan sarung tangan pelindung yang tahan bahan kimia.(POM, 2011)Manajemen Tumpahan

Tumpahan di tempat kerja: Jangan menyentuh bahan yang tumpah. Hentikan kebocoran jika memungkinkan dilakukan tanpa adanya risiko personal.

Tumpahan kecil: Serap tumpahan bahan menggunakan pasir atau bahan lain yang tidak mudah terbakar. Kumpulkan tumpahan bahan dalam wadah yang sesuai untuk pembuangan.

Tumpahan kecil dan kering: Pindahkan wadah dari area tumpahan ke area yang aman.

Tumpahan besar: Tampung tumpahan untuk kemudian dibuang. Isolasi area tumpahan dan jauhkan orang yang tidak berkepentingan memasuki area tumpahan.(POM, 2011)II. 2 Jurnal Aplikasi Industri

PENGARUH PENAMBAHAN ABU TERBANG (FLY ASH) TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR SEMEN TIPE PCC SERTA ANALISIS AIR LAUT YANG DIGUNAKAN UNTUK PERENDAMAN2012Semen merupakan senyawa/zat pengikat hidrolis yang terdiri dari senyawa C-S-H (kalsium silikat hidrat) yang apabila bereaksi dengan air akan dapat mengikat bahan-bahan padat lainnya, membentuk satu kesatuan massa yang kompak, padat dan keras. Ada beberapa jenis semen yang terdapat di pasaran. Salah satunya semen Portland Composite Cement (PCC). Semen PCC merupakan bahan pengikat hidrolis hasil penggilingan bersama-sama klinker semen Portland dan gipsum dengan satu atau lebih bahan anorganik. Bahan anorganik tersebut antara lain terak tanur tinggi (blast furnace slag), pozolan, senyawa silikat, dengan kadar total bahan anorganik 6 % 35 %.(2) Fly ash adalah bagian dari sisa pembakaran batubara pada boiler pembangkit listrik tenaga uap yang berbentuk partikel halus amorf dan bersifat pozzolan, berarti abu tersebut dapat bereaksi dengan kapur pada suhu kamar dengan media air membentuk senyawa yang bersifat mengikat. Dengan adanya sifat pozzolan tersebut, abu terbang mempunyai prospek untuk digunakan dalam berbagai keperluan bangunan. Komponen yang terkandung dalam fly ash bervariasi bergantung pada sumber batubara yang dibakar, tetapi semua fly ash mengandung SiO2,CaO, MgO dan secara kimia abu terbang merupakan material oksida anorganik mengandung silika dan alumina aktif karena sudah melalui proses pembakaran pada suhu tinggi. Bersifat aktif yaitu dapat bereaksi dengan komponen lain dalam kompositnya untuk membentuk material baru (mulite) yang tahan suhu tinggi.(3) Sifat pozzolan fly ash digunakan untuk menghemat penggunaan klinker sehingga biaya produksi semen bisa dikurangi serta fly ash yang merupakan sisa pembakaran batubara bisa dimanfaatkan.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen tipe PCC produksi PT Semen Padang, abu terbang (fly ash) dari limbah PT Bima Sepaja Abadi (BSA), air laut di dekat pelabuhan Teluk Bayur, air yang berasal dari jaringan air bersih PT Semen Padang, agregat halus (pasir ottawa) diimpor dari Kanada, larutan standar EDTA 0,02 M, buffer pH 10, larutan natrium hidroksida (NaOH) 1 N, indikator mureksid, indikator EBT, larutan perak nitrat (AgNO3), dan akuades.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat uji kuat tekan (compresif strength), neraca analitik dan teknis, gelas ukur, batang pengaduk, alat cetakan mortar (kubus ukuran 5 cm3), cawan tempat perendaman mortar, oven, cawan porselen, alat pengaduk mortar (mikser), pH meter, gelas piala, labu ukur, pipet gondok, corong kaca masir, pompa vacum, erlenmeyer, labu semprot, hot plate dan magnetik stirrer, buret, dan desikator.Semen uji dibuat dengan campuran klinker, pozzolan, lime stone, gipsum dan fly ash dengan perbandingan tertentu. Persentase campuran fly ash yang dibuat divariasikan yaitu 0, 2, 4, dan 6% yang dikurangi dari total klinker yang digunakan. Bahan-bahan yang telah dicampur tersebut digiling dalam cement mill sehingga menghasilkan semen uji. Mortar yang dibuat terdiri dari campuran semen uji, pasir ottawa dan air. Perbandingan komposisi masing-masing material dengan jumlah benda uji enam buah. Setelah semua material penyusun mortar ditimbang, campuran diaduk dengan menggunakan mesin pengaduk mekanik selama kurang lebih lima menit. Adonan mortar yang telah homogen kemudian dicetak dengan alat pencetak yang telah disiapkan. Mortar bersama cetakannya disimpan dalam lemari penyimpanan selama 24 jam. Kemudian direndam dalam air laut dan akuades selama 3, 7, dan 28 hari. Pengukuran kuat tekan mortar dilakukan pada saat perendaman mortar telah berumur 3, 7, dan 28 hari dengan menggunakan alat uji kuat tekan. Sebelum pengujian, bersihkan permukaan benda uji dengan lap sampai bersih dari butiran-butiran pasir yang menempel pada permukaannya. Dilakukan pengukuran terhadap rusuk-rusuk kubus dengan teliti dan dihitung luas bidang tekannya. Kubus uji diletakkan pada tengah-tengah bidang landasan (pelat) baja penekan dalam mesin tekan, lalu atur agar permukaan bidang tekan kubus terjepit antara dudukan dan landasan penekanan dari mesin tekan. Lalu dicatat angka maksimal yang terbaca pada alat untuk setiap pengujian. Kuat tekan didapat dengan membagi beban maksimum (F) dengan luas bidang tekan benda uji (A).Penentuan TSS dilakukan terhadap larutan rendaman mortar (air laut dan akuades) dengan menggunakan metoda gravimetri. Proses dimulai dengan memanaskan corong kaca masir kosong dalam oven pada suhu 105C selama 1 jam, corong tersebut didinginkan di dalam desikator dan ditimbang. Setelah berat penimbangan dicatat (W1), kemudian larutan uji dikocok dan dipipet 100 mL kemudian disaring dengan corong kaca masir memakai pompa vacum, filtrat saringan di ambil untuk pengujian TDS dan kesadahan total serta kesadahan kalsium (Ca). Sedangkan residu yang tertinggal di dalam corong dicuci dengan akuades panas. Corong dikeringkan kembali di dalam oven pada suhu 105C seama 1 jam. Corong didinginkan kembali dalam desikator dan ditimbang kembali sampai berat konstan (W2). Untuk larutan uji dengan air rendaman pada air laut, untuk mengetahui tidak adanya lagi garam klorida, filtrat terakhir ditetesi dengan larutan AgNO3 sampai tidak terbentuk lagi endapan putih.

Penentuan TDS dilakukan terhadap larutan perendaman mortar (air laut dan akuades) dengan menggunakan metoda gravimetri. Proses dimulai dengan membersihkan cawan penguap dan dipanaskan dalam oven pada suhu 105C selama 1 jam, kemudian cawan didinginkan di dalam desikator dan ditimbang (W1). Sebanyak 25 mL larutan perendaman mortar yang telah disaring dituang ke dalam cawan dengan menggunakan pipet gondok. Cawan berisi sampel dipanaskan kembali di dalam oven pada suhu 105C sampai semua air menguap. Cawan didinginkan kembali dalam desikator dan ditimbang kembali sampai berat konstan (W2).

Penentuan kesadahan total dilakukan terhadap larutan perendaman mortar (air laut dan akuades) menggunakan metoda kompleksometri dengan larutan standar EDTA. Pertama dipipet 25 mL larutan uji (larutan rendaman mortar) uji secara duplo, kemudian dimasukkan kedalam labu erlenmeyer 250 mL, encerkan dengan akuades sampai volume 100 ml. Ditambahkan 1-2 mL larutan penyangga pH 10. Tambahkan 2 tetes indikator EBT. Dilakukan titrasi dengan larutan standar EDTA 0,02 M secara perlahan sampai terjadi perubahan warna merah keunguan menjadi biru. Dicatat volume larutan standar EDTA yang terpakai.Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa, kuat tekan semen tipe PCC dengan penambahan fly ash semakin turun dengan semakin meningkatnya persentase penambahan fly ash. Nilai kuat tekan mortar dengan persentase penambahan fly ash 2, 4, dan 6% pada umur 28 hari dalam perendaman air laut berturut-turut 284, 276, dan 273 kg/cm2 sedangkan dalam akuades 323, 315, dan 298 kg/cm2. Nilai kuat tekan mortar dengan persentase penambahan fly ash 2% yang direndam dalam air laut masih memenuhi SNI 15-7064-2004 yaitu 280 kg/cm2, sedangkan persentase 4 dan 6% tidak memenuhi SNI. Nilai pengukuran pH, TSS, TDS dan kesadahan total semakin naik dengan bertambahnya komposisi fly ash yang digunakan.

II-1

LABORATORIUM KIMIA ANALIT

Program Studi DIII Teknik Kimia

FTI - ITS