21
9 BAB II TINJAUANPUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pada bab ini akan dipaparkan mengenai beberapa tinjauan pustaka yang dimana berisi tentang hasil penelitian terdahulu mendukung dalam penelitian ini. Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis. Yualista (2017) menganalisis “Analisis Pengaruh Efektivitas Dan Manfaat E-Commerce Terhadap Sikap Dan Perilaku Pengguna Dengan Menggunakan Metode TAM (Studi Kasus: UKM Kota Palembang)”. Hasil penelitian Perceived Usefulness berpengaruh signifikan terhadap Pemanfaatan E-Commerce di UKM Kota Palembang. Artinya responden menganggap dengan menggunakan aplikasi E-Commerce tersebut mereka percaya bahwa dengan menggunakan sistem tersebut dapatmembantu responden untuk mendapatkan keuntungan keuntungan kienerja didalam pekerjaan. Sistem E-Commerce memiliki sejumlah fasilitas seperti belanja online, testimoni, cara kirim, dan masih banyak lagi. Penelitian ini menguraikan hasil penelitian mengenai sejauh mana sikap dan perilaku pengguna dalam hal ini adalah sektor UKM di Palembang, dalam memanfaatkan teknologi informasi dalam bentuk e-commerce dengan menggunakan metode Theory Acceptance Model (TAM), sehingga bisa diketahui seberapa jauh keefektifan dan manfaat sistem e-commerce dalam membantu sebagai media penjualan dan pembelian secara online.

BAB II TINJAUANPUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUANPUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

9

BAB II

TINJAUANPUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai beberapa tinjauan pustaka yang

dimana berisi tentang hasil penelitian terdahulu mendukung dalam penelitian ini.

Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa jurnal terkait dengan

penelitian yang dilakukan penulis.

Yualista (2017) menganalisis “Analisis Pengaruh Efektivitas Dan Manfaat

E-Commerce Terhadap Sikap Dan Perilaku Pengguna Dengan Menggunakan

Metode TAM (Studi Kasus: UKM Kota Palembang)”. Hasil penelitian Perceived

Usefulness berpengaruh signifikan terhadap Pemanfaatan E-Commerce di UKM

Kota Palembang. Artinya responden menganggap dengan menggunakan aplikasi

E-Commerce tersebut mereka percaya bahwa dengan menggunakan sistem

tersebut dapatmembantu responden untuk mendapatkan keuntungan keuntungan

kienerja didalam pekerjaan.

Sistem E-Commerce memiliki sejumlah fasilitas seperti belanja online,

testimoni, cara kirim, dan masih banyak lagi. Penelitian ini menguraikan hasil

penelitian mengenai sejauh mana sikap dan perilaku pengguna dalam hal ini

adalah sektor UKM di Palembang, dalam memanfaatkan teknologi informasi

dalam bentuk e-commerce dengan menggunakan metode Theory Acceptance

Model (TAM), sehingga bisa diketahui seberapa jauh keefektifan dan manfaat

sistem e-commerce dalam membantu sebagai media penjualan dan pembelian

secara online.

Page 2: BAB II TINJAUANPUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

10

Persamaan dalam penelitian yakni menggunakan Konsep dan teori

efektifitas E-Commerce. Menggunakan konsep yang serupa namun penelitian ini

memiliki banyak perbedaan. Pertama, fokus berbeda Yualista pada seberapa besar

pengaruh efektivitas dan manfaat penggunaan E-Commerce terhadap penggunana

baik Produsen maupun Konsume yang menafaatkan E-Commerce. Kedua, jenis

penelitian berbeda, Yualista yaitu Studi Kasus di UKM Kota Palembang. Ketiga,

pendekatan penelitian berbeda Yualista menggunakan pendekatan Kuantitatif.

Keempat, perbedaan lokasi penelitian. Sehingga penelitian ini berbeda dengan

Yualista.

Lin Seprina (2018) menganalisis “Pengaruh Efektivitas Penggunaan E-

Commerce Pada Peningkatan Motivasi Berwirausaha Pada Siswa Smk Bina Jaya

Palembang”. Mengatakan bahwa untuk mendapatkan gambaran motivasi antara

kelompok responden sudah memiliki akun e-commerce dengan belum serta

responden yang memilki pengalaman bertransaksi dengan belum berpengalaman

di e-commerce dan juga motivasi penggunaan E-Commerce antara rerata data

responden memiliki usaha sendiri/keluarga atau tidak/belum memiliki usaha.

Penelitian ini dilakukan di SMK Bina Jaya Palembang. Metode pengumpulan data

menggunakan metode survei dengan menyebar kuesioner. Populasi dalam

penelitian ini adalah siswa kelas XI Jurusan Tata Niaga / Pemasaran yang

memiliki status siswa aktif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

primer yang diperoleh dengan secara langsung kepada 20 responden.

Menghasilkan bahwa ada perbedaan nyata antara persepsi motivasi

pengguna aplikasi E-Commerce antara kelompok data yang telah berpengalaman

bertarnsaksi di E-Commerce dengan yang belum perna. Hitung rerata juga

Page 3: BAB II TINJAUANPUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

11

diperoleh bahwa rata-rata data motivasi penggunaan aplikasi E-Commerce pada

kelompok yang telah miliki akun sebesar 28,22 sedangkan yang tidak/belum

memiliki akun sebesar 31,0 atau lebih kecil. Sementara dari hasil uji taraf

signifikansi diperoleh α=0,036 yang ini lebih kecil dari 0,05. Hal ini menujukkan

bahwa motivasi penggunaan aplikasi e-commerce pada responden yang belum

memiliki usaha lebih tinggi dibandingkan dengan yang telah memiliki usaha

sendiri atau usaha keluarga.

Persamaan pertama, yakni menggunakan konsep dan teori efektivitas dan

e-commerce. Kedua,metode penelitian kualitiatif. Penelitian ini juga memiliki

beberapa perbedaan; Pertama, Obyek Penelitian Lin dilaksanakan di SMK Bina

Jaya Palembang beralamat di Jalan Ki Merogan Lr Ngabehi No 733 Kelurahan

Kemas Rindo Kecamatan Kertapati Palembang. Kedua, metode survei

menyebarkan kuesioner. Ketiga, Variabel penelitian adalah motivasi penggunaan

aplikasi e-commerce dalam berwirausaha. Dari banyak perbedaan tersebut,

menunjukan bahwa penelitian ini perlu diteliti.

Sugeng (2018) menganalisis “Efektifitas Penggunaan Media E-Commerce

Terhadap Peningkatan Pendapatan UMKM Depok Dilihat Dari Etika Bisnis”.

Hasil penelitian menunjukan pengaruh yang signifikan media e-commerce pada

bisnis retail terhadap peningkatan pendapatan UMKM di Depok. Persamaan yakni

menggunakan konsep e-commerce. Perbedaan yakni; pertama, pendekatan

penelitian kuantitatif. Kedua, lokasi penelitian Depok. Ketiga, objek peelitian

pengusaha AIKD daerah Depok. Keempat, penelitian Sugeng berfokus

pengukuran seberapa efektif penggunaan E-Commerce terhadap peningkatan

pendapatan UMKM Depok yang dilihat dari etika bisnis. Dari beberapa

Page 4: BAB II TINJAUANPUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

12

persamaan dan perbedaan Sugeng (2018) ini perlu untuk diteliti kembali dengan

lokasi dan focus yang berbeda.

Fajar (2017) menganalisis “Pengaruh E-Commerce, Kualitas Produk Dan

Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian Pada Industri Ekonomi Kreatif

(Studi Pada UMKM Askha Jaya)” Hasil Penelitian Usaha mikro kecil dan

menengah atau UMKM merupakan salah satu penggerak ekonomi Indonesia

dalam menghadapi persaingan pasar bebas masyarakat ekonomi ASEAN (MEA).

Keripik Askha Jaya adalah salah satu UMKM di Provinsi Lampung yang menjual

produk makanan ringan oleh-oleh khas Lampung. Keripik Askha Jaya telah

menerapkan E-Commerce dalam memasarkan produknya agar dapat bersaing

secara kompetitif. Kualitas produk merupakan cerminan kesuksesan produk yang

dimilikinya agar dapat menarik perhatian konsumen dan Brand image merupakan

salah satu faktor pendukung sehingga dapat menimbulkan citra yang baik melalui

citra produk, citra perusahaan, dan citra konsumen. Permasalahan dalam

penelitian ini adalah apakah ada pengaruh secara signifikan E-commerce, kualitas

produk, dan brand image terhadap keputusan pembelian pada UMKM Keripik

Askha Jaya.

Persamaan menggunakan konsep E-Commerce. Namun terdapat banyak

perbedaan. Pertama, pendekatan penelitian yakni Kuantitatif dengan Sampel pada

penelitian ini adalah 100 responden konsumen yang pernah membeli produk

Keripik Askha Jaya melalui media E-Commerce. Metode yang digunakan adalah

metode non-probability sampling dengan teknik purposive sampling. Desain

penelitian deskriptif verifikatif dengan menggunakan analisis regresi linear

berganda. Untuk menguji hipotesis setiap variabel bebas digunakan uji t dan uji f.

Page 5: BAB II TINJAUANPUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

13

Hasil penelitian ini adalah variabel e-commerce dan brand image berpengaruh

secara signifikan terhadap keputusan pembelian. Sedangkan variabel kualitas

produk tidak berpengaruh secara signifikan.

Diki (2017) menganalisis “Sistem Penjualan Berbasis E-Commerce

Menggunakan Metode Objek Oriented pada Distro Dlapak Street Wear”hasil

penelitian Sistem Penjualan e-commerce pada Distro Dlapak Street Wear ini

merupakan prototipe aplikasi sistem komputerisasi yang dibuat dengan berbasis

web dan memuat database pengolahan data informasi secara terpusat sehingga

dapat mengelolah database tersebut menjadi sebuah informasi yang dibutuhkan

oleh para pengguna. Sistem Penjualan E-Commerce pada Distro Dlapak Street

Wear ini memiliki beberapa keuntungan, diantaranya dapat diakses dari mana saja

dan kapan saja melalui jaringan internet, serta peningkatan efisiensi dan efektifitas

proses penyampaian informasi produk tanpa harus terhalang oleh waktu dan

tempat.

Persamaan penelitian yakni menggunakan e-commerce. Namun terdadapat

beberapa perbedaan yakni pertmana, focus penelitian berbeda. Kedua, lokasi

penelitian di Serang. Ketiga, jenis penelitin merupakan penelitian terapan

(Applied Research). Berdasarka beberapa persamaan dan perbedaan dalam

penelitian tersebut membuktikan terdapat perbedaan yang signifikan sehingga

penelitian perlu untuk dlkaji.

2.2 Kajian Teori

2.2.1 E-commerce

E-Commerce atau Electronic Commerce jika ditinjau dari asal bahasanya

maka terdiri dari electronic dan commerce yang mengindikasikan sebuah arti

Page 6: BAB II TINJAUANPUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

14

perdagangan melalui elektronik atau lebih lengkapnya bisa disebut sebagai proses

pelaksanaan transaksi bisnis seperti: distribusi, pembelian, penjualan, dan

pelayanan yang dilakukan secara elektronik melalui jaringan komputer terutama

internet dan juga jaringan eksternal. Artinya e-commerce adalah pemanfaatan

internet untuk berbagai aktivitas usaha. Kegiatan bisnis yang dilakukan secara

online itu bisa meliputi pemasaran, promosi, public relation, transaksi,

pembayaran dan penjadwalan pengiriman barang, serta masih sangat terbuka

kemungkinan inovasi-inovasi kegiatan bisnis online seiring dengan perkembangan

teknologi e-commerce itu sendiri (Arisandi, 2014).

E-commerce merupakan wujud kemajuan teknologi pada aspek bisnis

yang memadukan antara mekanisme konvensional dan digital. E-commerce pada

transaksi bisnis berbasis individu ataupun perusahaan digerakkan sebagai medium

pertukaran barang, jasa dan informasi baik antara dua buah institusi (business to

business) dan konsumen langsung (business to consumen). Singkatnya, e-

commerce saat ini bisa dilihat sebagai sebuah alternative dalam menjalankan

transaksi bisnis yang syarat dengan solusi berupa kemudahan yang selama ini

menjadi persoalan dominan (Rosyita, 2018).

E-commerce merupakan proses membeli, menjual, atau memperdagangkan

data, barang, atau jasa melalui internet (Sugeng, 2018). E-commerce didefinisikan

sebagai transaksi komersial yang melibatkan pertukaran nilai yang dilakukan

melalui atau menggunakan tekonologi digital antara individual. Media

E-Commerce melibatkan penggunaan internet, world wide web, dan aplikasi atau

browser pada perangkat selular atau mobile untuk bertransaksi bisnis (Sugeng,

2018).

Page 7: BAB II TINJAUANPUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

15

2.2.2 Klasifikasi E-commerce

Laudon dan Traver mengklasifikasikan e-commerce menjadi enam jenis

model, yaitu (Sirurmath, 2004):

1. Business-to-Consumer (B2C) E-Commerce, merupakan jenis E-Commerce

yang paling sering dibahas, di mana bisnis online jenis ini menjangkau

konsumen individual. B2C E-Commerce mencakup pembelian barang ritel,

travel, konten online dan jenis layanan lainnya. Jenis B2C E-Commerce ini

tumbuh secara eksponensial sejak 1995, dan merupakan jenis e-commerce

yang paling sering ditemui konsumen.

2. Business-to-Business (B2B) E-Commerce, merupakan jenis E-Commerce

terbesar yang berfokus pada penjualan ke bisnis lain. Proses transaksi

E-Commerce bertipe B2B melibatkan perusahaan atau organisasi yang dapat

bertindak sebagai pembeli atau penjual. Terdapat dua model bisnis utama

yang digunakan dalam B2B E-Commerce: (1) net marketplace, yang meliputi

e-distributor, perusahaan e-procurement, bursa dan konsorsium industri, dan

jaringan industri swasta.

3. Consumer-to-Consumer (C2C) E-Commerce, merupakan jenis yang

menyediakan media bagi konsumen untuk menjual satu sama lain, dengan

bantuan pembuat pasar online (juga disebut penyedia platform). Dalam C2C

E-Commerce, pihak individu menjual barang atau jasanya kepada individu,

organisasi atau perusahaan yang berperan sebagai konsumen melalui Internet.

4. Mobile E-Commerce (m-commerce), mengacu pada penggunaan perangkat

mobile untuk memungkinkan bertransaksi online dengan menggunakan

Page 8: BAB II TINJAUANPUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

16

jaringan seluler dan nirkabel untuk menghubungkan smartphone atau tablet ke

internet.

5. Social E-Commerce, merupakan e-commerce yang menggunakan jejaring

sosial dan social media. Pertumbuhan Sociale-commerce didorong oleh

sejumlah faktor, termasuk meningkatnya popularitas sign-on sosial, notifikasi

jaringan, kolaborasi alat belanja online, pencarian social toko virtual di

Facebook, Instagram, Pinterest, YouTube, dan situs jejaring sosial lainnya.

Social E-Commerce sering kali dihubungkan dengan jenis E-Commerce, hal

ini disebabkan karena semakin banyak pengguna jaringan sosial mengakses

jaringan tersebut melalui perangkat mobile. Proses social E-Commerce

melibatkan penggunaan aplikasi mobile pengolahan pesan seperti Facebook

Messenger, WhatsApp, Instragram, dan lain-lain sebagai media berinteraksi

antara penjual dengan konsumen.

6. Local e-commerce, merupakan bentuk e-commerce yang berfokus untuk

melibatkan konsumen berdasarkan lokasi geografis saat ini. Pedagang lokal

menggunakan berbagai teknik pemasaran online untuk mendorong konsumen

ke toko mereka. Local E-Commerce adalah perpaduan dari M-Commerce,

social E-Commerce, dan local E-Commerce yang didorong oleh banyaknya

minat terhadap layanan on-demand lokal seperti Uber, dan GOJEK (Sugeng,

2018).

7. Business-to-Employees (B2E) The business-to-employees (B2E) category

refers to the delivery of services, information, or products from organizations

to their employees. A major category of employees is mobile employ-ees , such

Page 9: BAB II TINJAUANPUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

17

as fi eld representatives or repair ser-vices that go to customers. EC support

to such employees is also called business-to-mobile employees (B2ME).

8. Collaborative Commerce (c-commerce) refers to online activities and

communications done by parties working to attain the same goal. For

example, business partners may design a new product together.

2.2.3 Komponen E-commerce

Suatu perusahaan membutuhkan informasi, infrastruktur, dan layanan

pendukung yang tepat untuk dapat melakukan kegiatan e-commerce. Komponen

atau pilar pendukung e-commerce adalah sebagai berikut:

1. Manusia. Penjual, pembeli, perantara, sistem informasi dan pakar teknologi,

karyawan lain, dan peserta lainnya.

2. Kebijakan publik, Masalah hukum dan kebijakan lain dan peraturan seperti

perlindungan privasi dan perpajakanyang ditentukan oleh pemerintah

termasuk standar teknis dan kepatuhan.

3. Pemasaran dan periklananbisnis lainnya, e-commerce membutuhkan

dukungan pemasaran dan periklanan. Hal ini sangat penting dalam transaksi

online B2C, di mana pembeli dan penjual biasanya tidak saling mengenal.

4. Layanan pendukung, banyak layanan dibutuhkan untuk mendukung

E-Commerce dari pembuatan konten hingga pembayaran hingga pengiriman

pesanan.

5. Kemitraan bisnis,usaha patungan, pertukaran, dan kemitraan bisnis dari

berbagai jenis umum terjadi di E-Commerce. Ini sering terjadi di seluruh

rantai pasokan yaitu, interaksi antara perusahaan dan pemasoknya, konsumen,

dan mitra lainnya (Sugeng, 2018).

Page 10: BAB II TINJAUANPUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

18

2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan E-commerce

Menurut E. Turban, David K, J. Lee, T. Liang, D. Turban, e-commerce

memiliki manfaat dan kelebihan (Sugeng, 2018) yakni:

1. Bagi Perusahaan, Ketersediaan pasar nasional dan internasional Penurunan

biaya operasional, distribusi dan penarikan informasi.

2. Bagi Masyarakat, Akses ke sejumlah besar produk dan jasa tanpa batas, 24

jam sehari serta memberikan layanan informasi dengan mudah dan nyaman,

kepada orang-orang di kota, desa dan berbagai negara.

E-commerce memiliki beberapa keterbatasan, secara teknologi dan

nonteknologi, yang telah memperlambat pertumbuhan dan penerimaanya.

Keterbatasan teknologi meliputi kurangnya standar keamanan yang diterima

secara universal, bandwidth telekomunikasi yang tidak cukup dan mahalnya

akses. Keterbatasan nonteknologi meliputi persepsi bahwa e- commerce tidak

aman, dasar hukumnya yang belum lengkap, serta kurangnya penjual dan pembeli

besar yang penting (Sirurmath, 2004).

2.2.5 Mekanisme Pembayaran E-Commerce

Prinsip pembayarane-commerce sebenarnya tidak jauh berbeda dengan

dunia nyata, hanya saja internet berfungsi sebagai POS (Point Of Sale) yang dapat

dengan mudah diakses melalui sebuah komputer dan semuanya serba digital serta

didesain serba elektronik. Cara yang paling umum dalam melakukan pembayaran

terhadap produk atau jasa yang dibelinya adalah membayar langsung dengan alat

pembayaran yang sah (uang) secara tunai Akan tetapi dalam pembayaran secara

elektronik ada beberapa cara, yaitu:

Page 11: BAB II TINJAUANPUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

19

1. Kartu cerdas (smart card) Kartu cerdas menyerupai kartu kredit,

perbedaannya terletak pada micro-chip yang ditanamkan dalam kartu tersebut

yang memungkinkan smart-card untuk menyimpan informasi dan terkadang

melakukan hitungan- hitungan yang mudah.

2. Cek elektronik (E-cheques) Sistem ini bermaksud untuk menandingi sistem

pengelolaan cek kertas konvensional. Dengan cara ini, pelayan rekening pihak

ketiga berperan sebagai jasa pencatatan keuangan untuk para pengguna.

Dalam penggunaannya, e-cheques membutuhkan tanda tangan digital dan jasa

pembuktian keaslian untuk proses informasi digital antara pembayar, yang

dibayar dan bank.

3. Kartu Kredt merupakan system pembayaran dimana bank atau instansi

keuangan mengeluarkan kartunya untuk meminjamkan uang kepada pemakai

(Triana, 2014).

2.2.6 Teori Efektivitas

Efektivitas merupakan keberhasilan organisasi dalam menjalankan

program atau kebijakannya melalui berbagai sarana dan cara serta upaya

memanfaatkan segala sumber daya dalam rangka mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Georgopolous dan Tannembaum, mengemukakan: “Efektivitas

ditinjau dari sudut pencapaian tujuan, dimana keberhasilan suatu organisasi harus

mempertimbangkan bukan saja sasaran organisasi tetapi juga mekanisme

mempertahankan diri dalam mengejar sasaran. Dengan kata lain, penilaian

efektivitas harus berkaitan dengan mesalah sasaran maupun tujuan”. Lebih lanjut

menurut Agung Kurniawan (2005) dalam bukunya Transformasi Pelayanan

Publik mendefinisikan efektivitas, sebagai berikut: “Efektivitas adalah

Page 12: BAB II TINJAUANPUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

20

kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi)

daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau

ketegangan diantara pelaksanaannya” (Arisandi, 2014).

Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target

(kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase

target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya” disimpulkan bahwa efektivitas

adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan

waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah

ditentukan terlebih dahulu. Efektivitas merupakan pencapaian tujuan organisasi

melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara efisien, ditinjau dari sisi

masukan (input), proses, maupun keluaran (output) (Arisandi, 2014).

Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran suatu pusat tanggung

jawab dengan sasaran yang mesti dicapai, semakin besar konstribusi daripada

keluaran yang dihasilkan terhadap nilai pencapaian sasaran tersebut, maka dapat

dikatakan efektif pula unit tersebut (Nabila, 2016).

Gibson dkk (1989) memberikan pengertian efektivitas dengan

menggunakan pendekatan sistem yaitu (1) seluruh siklus input-proses-output,

tidak hanya output saja, dan (2) hubungan timbal balik antara organisasi dan

lingkungannya. Cambel J.P (1987), pengukuran efektivitas secara umum dan yang

paling menonjol adalah:

1. Keberhasilan program

2. Keberhasilan sasaran

3. Kepuasan terhadap program

4. Tingkat input dan output

Page 13: BAB II TINJAUANPUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

21

5. Pencapaian tujuan menyeluruh (Lase, 2018).

Efektivitas program dapat dijalankan dengan kemampuan operasional

dalam melaksanakan program-program kerja yang sesuai dengan tujuan yang

telah ditetapkan sebelumnya, secara komprehensif, efektivitas dapat diartikan

sebagaitingkat kemampuan suatu lembaga atau organisasi untuk dapat

melaksanakan semua tugas-tugas pokonya atau untuk mencapai sasaran yang

telah ditentukan sebelumnya.

Beberapa uraian definisi efektivitas menurut para ahli tersebut, dapat

dijelaskan bahwa efektivitas merupakan taraf sampai sejauh mana peningkatan

kesejahteraan manusia dengan adanya suatu program tertentu, karena

kesejahteraan manusia merupakan tujuan dari proses pembangunan. Adapun

untuk mengetahui tingkat kesejahteraan tersebut dapat pula di lakukan dengan

mengukur beberapa indikator spesial misalnya: pendapatan, pendidikan, ataupun

rasa aman dalam mengadakan pergaulan (Slamet Yuswanto, 2018).

Beberapa pendapat dan teori efektivitas yang telah diuraikan tersebut,

dapat disimpulkan bahwa dalam mengukur efektivitas suatu kegiatan atau aktifitas

perlu diperhatikan beberapa indikator, yaitu:

1. Pemahaman program.

2. Tepat Sasaran.

3. Tepat waktu.

4. Tercapainya tujuan.

5. Perubahan nyata (Rosyita, 2018).

Deskripsi di atas tentang efektivitas disimpulkan bahwa efektivitas

mengacu kepada pencapaian tujuan, yaitu pengukuran dalam arti tercapainya

Page 14: BAB II TINJAUANPUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

22

sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Efektivitas tersebut

dibangun atas lima indikator, yaitu 1) Pemahaman program, 2) Tepat sasaran, 3)

Tepat waktu, 4) Tercapainya tujuan, 5) Perubahan nyata.

2.2.7 Ukuran Efektivitas

Mengukur efektivitas suatu program kegiatan bukanlah suatu hal yang

sangat sederhana, karena efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut pandang dan

tergantung pada siapa yang menilai serta menginterpretasikannya. Bila dipandang

dari sudut produktivitas, maka seorang manajer produksi memberikan

pemahaman bahwa efektivitas berarti kualitas dan kuantitas (output) barang dan

jasa (Suhendri, 2017).

Tingkat efektivitas juga dapat diukur dengan membandingkan antara

rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan. Namun,

jika usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak tepat sehingga

menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran yang diharapkan, maka hal itu

dikatakan tidak efektif (Bash, 2015).

Steers, (1985) mengatakan mengenai ukuran efektivitas, sebagai berikut:

1. Pencapaian Tujuan, keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus dipandang

sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian tujuan akhir semakin

terjamin, diperlukan pentahapan, baik dalam arti pentahapan pencapaian

bagian-bagiannya maupun pentahapan dalam arti periodisasinya. Pencapaian

tujuan terdiri dari beberapa faktor, yaitu: Kurun waktu dan sasaran yang

merupakan target kongktit.

Page 15: BAB II TINJAUANPUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

23

2. Adaptasi, Kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Untuk itu digunakan tolak ukur proses pengadaan dan

pengisian tenaga kerja (Yuningsih, 2017).

3. Integrasi pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi untuk

mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus dan komunikasi dengan

berbagai macam organisasi lainnya. Integrasi menyangkut proses sosialisasi

(Yuningsih, 2017).

Perbedaan alat ukur efektivitas kinerja menurut Richard dan M. Steers

(1985), meliputi:

1. Kemampuan Menyesuaikan Diri Kemampuan manusia terbatas dalam segala

hal, sehingga dengan keterbatasannya itu menyebabkan manusia tidak dapat

mencapai pemenuhan kebutuhannya tanpa melalui kerjasama dengan orang

lain. Kunci keberhasilan organisasi adalah kerjasama dalam pencapaian

tujuan. Setiap orang yang masuk dalam organisasi dituntut untuk dapat

menyesuaikan diri dengan orang yang bekerja di dalam organisasi tersebut

maupun dengan pekerjaan dalam organisasi tersebut

2. Prestasi Kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam

melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepada seseorang yang

didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan dan waktu. Dari

pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan kecakapan, pengalaman,

kesungguhan dan waktu yang dimiliki oleh seorang pegawai maka tugas yang

diberikan dapat dilaksanakan sesuai dengan tanggung jawab yang dibebankan

kepadanya.

Page 16: BAB II TINJAUANPUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

24

3. Kepuasan Kerja yang dimaksud adalah tingkat kesenangan yang dirasakan

seseorang atas peranan atau pekerjaannya dalam organisasi. Tingkat rasa puas

individu bahwa mereka mendapat imbalan yang setimpal, dari bermacam-

macam aspek situasi pekerjaan dan organisasi tempat mereka berada.

4. Kualitas dari jasa atau produk primer yang dihasilkan oleh organisasi

menentukan efektivitas kinerja dari organisasi itu. Kualitas mungkin

mempunyai banyak bentuk operasional, terutama ditentukan oleh jenis produk

atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi tersebut.

5. Penilaian Oleh Pihak Luar Penilaian mengenai organisasi atau unit organisasi

diberikan oleh mereka (individu atau organisasi) dalam lingkungan organisasi

itu sendiri, yaitu pihak-pihak dengan siapa organisasi ini berhubungan.

Kesetiaan, kepercayaan dan dukungan yang diberikan kepada organisasi oleh

kelompok-kelompok seperti para petugas dan masyarakat umum (Suhendri,

2017).

Dalam Penelitian ini efektivitas e-commerce agribisnis pada pemasaran di

DD Orchid Nursery Kota Batu menggunakan ukuran mengenai pencapaian tujuan

efektif atau tidak, sebagaimana di kemukanan oleh S.P Siagian (1987), yaitu:

1. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini dimaksdukan supaya karyawan

dalam pelaksanaan tugas mencapai sasaran yang terarah dan tujuan organisasi

dapat tercapai.

2. Kejelasan strategi pencapaian tujuan, telah diketahui bahwa strategi adalah

“pada jalan” yang diikuti dalam melakukan berbagai upaya dalam mencapai

sasaran-sasaran yang ditentukan agar para implementer tidak tersesat dalam

pencapaian tujuan organisasi.

Page 17: BAB II TINJAUANPUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

25

3. Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap, berkaitan dengan

tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang telah di tetapkan artinya

kebijakan harus mampu menjembatani tujuantujuan dengan usaha-usaha

pelaksanaan kegiatan operasional.

4. Perencanaan yang matang, pada hakekatnya berarti memutuskan sekarang apa

yang dikerjakan oleh organisasi dimasa depan.

5. Penyusunan program yang tepat suatu rencana yang baik masih perlu

dijabarkan dalam program-program pelaksanaan yang tepat sebab apabila

tidak, para pelaksana akan kurang memiliki pedoman bertindak dan bekerja.

6. Tersedianya sarana dan prasarana kerja, salah satu indikator efektivitas

organisasi adalah kemampuan bekerja secara produktif.

7. Pelaksanaan yang efektif dan efisien, bagaimanapun baiknya suatu program

apabila tidak dilaksanakan secara efektif dan efisien maka organisasi tersebut

tidak akan mencapai sasarannya, karena dengan pelaksanaan organisasi

semakin didekatkan pada tujuannya.

8. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik mengingat sifat

manusia yang tidak sempurna maka efektivitas organisasi menuntut

terdapatnya sistem pengawasan dan pengendalian (Bash, 2015).

2.2.8 Pendekatan Efektivitas

Pendekatan efektivitas digunakan untuk mengukur sejauh mana aktifitas

itu efektif. Ada beberapa pendekatan yang digunakan terhadap efektivitas yaitu:

1. sasaran (Goal Approach), Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana

suatu lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai.

Pendekatan sasaran dalam pengukuran efektivitas dimulai dengan identifikasi

Page 18: BAB II TINJAUANPUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

26

sasaran organisasi dan mengukur tingkatan keberhasilan organisasi dalam

mencapai sasaran tersebut

Sasaran yang penting diperhatikan dalam pengukuran efektivitas

dengan pendekatan ini adalah sasaran yang realistis untuk memberikan hasil

maksimal berdasarakan sasaran resmi “Official Goal” dengan memperhatikan

permasalahan ditimbulkannya, dengan memusatkan perhatian terhadap aspek

output yaitu dengan mengukur keberhasilan program dalam mencapai tingkat

output yang direncanakan (Bash, 2015).

Dengan demikian, pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana

organisasi atau lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai.

Efektivitas juga selalu memperhatikan faktor waktu pelaksanaan. Oleh karena

itu, dalam efektivitas selalu terkandung unsur waktu pelaksanaan dan tujuan

tercapainya dengan waktu yang tepat maka program tersebut akan lebih

efektif. Contoh dari pendekatan sasaran yaitu apabila suatu pekerjaan

mempunyai target menjual habis barangnya dalam waktu satu minggu, dan

barang tersebut terjual habis dalam waktu satu minggu, maka pekerjaan

tersebut dapat di katakan efektif.

2. Pendekatan Sumber (System Resource Approach), Pendekatan sumber

mengukur efektivitas melalui keberhasilan suatu lembaga dalam mendapatkan

berbagai macam sumber yang dibutuhkannya. Suatu lembaga harus dapat

memperoleh berbagai macam sumber dan juga memelihara keadaan dan

sistem agar dapat menjadi efektif. Pendekatan ini didasarkan pada teori

mengenai keterbukaan sistem suatu lembaga terhadap lingkungannya, karena

lembaga mempunyai hubungan yang merata dalam lingkungannya, dimana

Page 19: BAB II TINJAUANPUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

27

dari lingkungan diperoleh sumber-sumber yang terdapat pada lingkungan

seringkai bersifat langka dan bernilai tinggi (Bash, 2015). Pendekatan sumber

dalam kegiatan usaha organisasi dilihat dari seberapa jauh hubungan antara

anggota binaan program usaha dengan lingkungan sekitarnya, yang berusaha

menjadi sumber dalam mencapai tujuan.

3. Pendekatan Proses (Internal Process Approach, Pendekatan proses

menganggap sebagai efisiensi dan kondisi kesehatan dari suatu lembaga

internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal berjalan dengan lancar

dimana kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara terkoordinasi.

Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan melainkan memusatkan

perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap sumber-sumber yang

dimiliki lembaga, yang menggambarkan tingkat efisiensi serta kesehatan

(Bash, 2015).

Gibson (1985) mengemukakan ada lima aspek kriteria efektivitas yaitu:

1. Produksi

2. Efesiensi

3. Kepuasan

4. Adaptasi

5. Pengembangan Organisas (Yuningsih, 2017).

2.2.9 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas

Ada empat faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja, seperti yang

dikemukakan oleh Richard M. Steers (1985) yaitu:

1. Karakteristik Organisasi terdiri dari struktur dan teknologi organisasi yang

dapat mempengaruhi segi-segi tertentu dari efektivitas dengan berbagai cara.

Page 20: BAB II TINJAUANPUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

28

Yang dimaksud struktur adalah hubungan yang relatif tepat sifatnya, seperti

dijumpai dalam organisasi, sehubungan dengan susunan sumber daya

manusia, struktur meliputi bagaimana cara organisasi menyusun orang-

orangnya dalam menyelesaikan pekerjaan, sedangkan yang dimaksud

teknologi adalah mekanisme suatu organisasi untuk mengubah masukan

mentah menjadi keluaran (output) (Suhendri, 2017).

2. Karakteristik Lingkungan, Aspek lingkungan luar dan lingkungan dalam juga

telah dinyatakan mempunyai pengaruh terhadap efektivitas kerja. Kedua aspek

tersebut sedikit berbeda, namun saling berhubungan. Lingkungan luar yaitu

semua kekuatan yang timbul di luar batas-batas organisasi dan mempengaruhi

keputusan serta tindakan di dalam organisasi. Pengaruh faktor semacam ini

terhadap dinamika organisasi pada umumnya dianggap meliputi derajat

kestabilan yang relatif dari lingkungan, derajat kompleksitas lingkungan dan

derajat ketidak pastian lingkungan (Suhendri, 2017).

3. Karakteristik Pekerjaan merupakan faktor pengaruh yang paling penting

karena perilaku merekalah yang dalam jangka panjang akan memperlancar

atau merintangi tercapainya tujuan organisasi. Pekerja merupakan sumber

daya yang langsung berhubungan dengan pengelolaan semua sumber daya

yang ada di dalam organisasi, oleh sebab itu perilaku pekerja sangat

berpengaruh terhadap pencapaian tujuan organisasi. Pekerja merupakan modal

utama di dalam organisasi yang akan berpengaruh besar terhadap efektivitas,

karena walaupun teknologi yang digunakan merupakan teknologi yang

canggih dan didukung oleh adanya struktur yang baik, namun tanpa adanya

pekerja maka semua itu tidak ada gunanya (Suhendri, 2017).

Page 21: BAB II TINJAUANPUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

29

4. Kebijaksanaan dan praktek manajemen secara umum, para pemimpin

memainkan peranan sentral dalam keberhasilan suatu organisasi melalui

perencanaan, koordinasi dan memperlancar kegiatan yang ditunjukan kearah

sasaran. Kewajiban mereka para pemimpin untuk menjamin bahwa struktur

organisasi konsisten dengan dan menguntungkan untuk teknologi dan

lingkungan yang ada. Sudah menjadi tanggung jawab dari para pemimpin

untuk menetapkan suatu sistem imbalan yang pantas sehingga para pekerja

dapat memuaskan kebutuhan pribadinya serta tujuan dan sasaran organisasi.

Peranan pemimpin ini mungkin merupakan fungsi yang paling penting.

Semakin rumitnya proses teknologi dan makin rumit dan kejamnya keadaan

lingkungan, peranan manajemen dalam mengkoordinasi orang dan proses

demi keberhasilan organisasi tidak hanya bertambah sulit, tapi juga menjadi

semakin penting artinya (Suhendri, 2017).