24
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Sudah banyak penelitian terdahulu yang menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity) untuk meminimumkan pembelian bahan antara lain: Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu No. Nama Penulis Alat analisis Kesimpulan 1 Sudarto Usuli, 2013 “Analisis Economic Order Quantity (EO) pada perusahaan tahu tempe ViraEOQ Sebelum menggunakan EOQ perusahaan membeli kedelai sebanyak 3.500 kg namun setelah menggunakan EOQ pembelian bahan baku menjadi ekonomis sebanyak 1.461 kg itu berarti penggunaan EOQ sangat efisien bagi perusahaan. 2 Simbar, Katiandagho, Lolowang, Baroleh 2014. “Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Cempaka Pada Industri Mebel Dengan Menggunakan Metode EOQ (Sudi Kasus Pada UD. Zaman Batu)” EOQ, SS, ROP, TIC, MI Pembelian bahan baku tiap kali pesan menurut metode EOQ sebesar 4,448 m 3 sedangkan maximum inventory yang harus disediakan perusahaan adalah sebesar 4,688 m 3. Safety stock yang dibutuhkan perusahaan menurut EOQ adalah 0,24 m 3, waktu pemesanan kembali yang tepat menurut EOQ pada saat persediaan bahan baku masih 0,603 m 3, frekuensi pembelian menurut EOQ sebanyak 2 kali sedangkan menurut perusahaan sebanyak 4 kali, dan total persediaan optimal selama satu tahun menurut EOQ sebesar Rp. 881.670 sedangkan menurut kebijakan perusahaan sebesar Rp. 1.335.000. 3 Feby Zakaria 2014, “Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pasir Silika Menggunakan Metode EOQ Studi pada CV. Bumi Silika Jaya” EOQ, SS, ROP Pada hasil perhitungan EOQ memberikan hasil besarnya biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 2.848.174 yang sebelumnya yang dilakukan perusahaan sebesar Rp. 7.531.681. frekuensi pemesanan yang dilakukan perusahaan sebelumnya sebanyak 143 kali setelah menggunakan perhitungan EOQ menjadi 25 kali dalam setahun.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 ...eprints.umm.ac.id/39904/3/BAB II.pdf · A. Penelitian Terdahulu Sudah banyak penelitian terdahulu yang menggunakan metode

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 ...eprints.umm.ac.id/39904/3/BAB II.pdf · A. Penelitian Terdahulu Sudah banyak penelitian terdahulu yang menggunakan metode

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Sudah banyak penelitian terdahulu yang menggunakan metode EOQ

(Economic Order Quantity) untuk meminimumkan pembelian bahan antara

lain:

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

No. Nama Penulis Alat

analisis

Kesimpulan

1 Sudarto Usuli, 2013

“Analisis Economic

Order Quantity (EO)

pada perusahaan tahu

tempe Vira”

EOQ Sebelum menggunakan EOQ perusahaan

membeli kedelai sebanyak 3.500 kg namun

setelah menggunakan EOQ pembelian bahan

baku menjadi ekonomis sebanyak 1.461 kg itu

berarti penggunaan EOQ sangat efisien bagi

perusahaan.

2 Simbar, Katiandagho,

Lolowang, Baroleh 2014.

“Analisis Pengendalian

Persediaan Bahan Baku

Cempaka Pada Industri

Mebel Dengan

Menggunakan Metode

EOQ (Sudi Kasus Pada

UD. Zaman Batu)”

EOQ,

SS, ROP,

TIC, MI

Pembelian bahan baku tiap kali pesan

menurut metode EOQ sebesar 4,448 m3

sedangkan maximum inventory yang harus

disediakan perusahaan adalah sebesar 4,688

m3. Safety stock yang dibutuhkan perusahaan

menurut EOQ adalah 0,24 m3, waktu

pemesanan kembali yang tepat menurut EOQ

pada saat persediaan bahan baku masih 0,603

m3,frekuensi pembelian menurut EOQ

sebanyak 2 kali sedangkan menurut

perusahaan sebanyak 4 kali, dan total

persediaan optimal selama satu tahun menurut

EOQ sebesar Rp. 881.670 sedangkan menurut

kebijakan perusahaan sebesar Rp. 1.335.000.

3 Feby Zakaria 2014,

“Pengendalian

Persediaan Bahan Baku

Pasir Silika

Menggunakan Metode

EOQ Studi pada CV.

Bumi Silika Jaya”

EOQ,

SS, ROP

Pada hasil perhitungan EOQ memberikan

hasil besarnya biaya yang dikeluarkan sebesar

Rp. 2.848.174 yang sebelumnya yang

dilakukan perusahaan sebesar Rp. 7.531.681.

frekuensi pemesanan yang dilakukan

perusahaan sebelumnya sebanyak 143 kali

setelah menggunakan perhitungan EOQ

menjadi 25 kali dalam setahun.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 ...eprints.umm.ac.id/39904/3/BAB II.pdf · A. Penelitian Terdahulu Sudah banyak penelitian terdahulu yang menggunakan metode

10

Lanjutan tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama Penulis Alat

Analisis Kesimpulan

Dengan menggunakan EOQ jumlah

persediaan pengamanan yang dibutuhkan

perusahaan sebanyak 2.452 ton. Dan

pemesanan kembali harus dilakukan

perusahaan apabila pasir silika berada pada

titik 3.3398 ton.

4 Fadlun AR. Mado, 2016.

“Analisis persediaan bahan

baku produk Sale pisang

industri rumah tangga

“Sofie” di kota Palu”

EOQ Dengan menggunakan metode EOQ jumlah

pembelian bahan baku jauh lebih ekonomis.

Rata-rata jumlah pembelian sebesar 245,88

kg, dengan frekuensi pemesanan setiap

bulannya sebanyak 2 kali. Biaya total yang

dikeluarkan untuk persediaan stok

sebesar Rp.987.566,24, biaya meningkat

dikarenakan Meningkatnya permintaan pasar

5 Yuliana, Topowijono,

Sudjana 2016. “Penerapan

Model EOQ Dalam

Rangka Meminimumkan

Biaya Persediaan Bahan

Baku"

EOQ,

TIC,

SS,

ROP

Hasil perhitungan EOQ dapat diketahui

bahwa biaya persediaan bahan baku pada

tahun 2015 sebesar Rp. 32.687.501 dengan

20 kali pembelian dalam satu tahun

sedangkan pada kebijakan sebelumnya

sebesar Rp. 46. 538. 827 dalam pembelian

bahan baku sebanyak 48 kali. Dan

berdasarkan perhitungan safety stock pada

tahun 2015 sebanyak 92.249.487 dan untuk

ROP harus melakukan pemesanan kembali

ketika persediaan bahan baku digudang

sebesar 184.858,974 kg dan persediaan

maksimum ketela pohon yang disimpan

gudang pada tahun 2015 sebesar 825.008,016

kg

Berdasarkan dari penelitian terdahulu hasil perhitungan EOQ

(Economic Order Quantity) yang dilakukan perusahaan dapat

meminimumkan biaya. Terdapat persamaan penelitian yang akan dilakukan

sekarang yaitu sama-sama ingin meneliti tentang biaya persediaan yang

seharusnya dikeluarkan oleh perusahaan, berapa frekuensi pembelian yang

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 ...eprints.umm.ac.id/39904/3/BAB II.pdf · A. Penelitian Terdahulu Sudah banyak penelitian terdahulu yang menggunakan metode

11

seharusnya dilakukan perusahaan, berapa safety stock yang dilakukan

perusahaan dan berapa persediaan maksimum ketika persediaan yang di

gudang telah mencapai batas maksimum.

Sedangkan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian

sekarang terletak pada lokasi karena peneliti sekarang mengambil UKM

(Usaha Kecil Menengah) pembuatan tempe Sanan Malang dan hanya meneliti

satu tahun produksi tempe

B. Landasan Teori

Setiap perusahaan yang akan memproduksi barang akan memerlukan

persediaan bahan baku. Dengan adanya persediaan bahan baku tersebut

diharapkan perusahaan dapat menjalankan kegiatan produksi dengan baik

sesuai dengan permintaan konsumen. Peranan persediaan dasarnya untuk

mempermudah atau memperlancar jalannya operasi perusahaan yang harus

dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-barang.

a.Persediaan

Menurut Yamit (2003:5) persediaan timbul disebabkan oleh tidak

sinkronnya permintaan dengan penyediaan dan waktu yang digunakan untuk

memproses bahan baku. Oleh karena itu terdapat empat faktor yang

dijadikan sebagai fungsi perlunya persediaan antara lain:

1) Faktor waktu menyangkut lamanya proses produksi dan distribusi

sebelum barang jadi sampai ke konsumen.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 ...eprints.umm.ac.id/39904/3/BAB II.pdf · A. Penelitian Terdahulu Sudah banyak penelitian terdahulu yang menggunakan metode

12

2) Faktor ketidakpastian waktu datang dari supplier ini menyebabkan

perusahaan harus melakukan persediaan agar tidak menghambat proses

produksi maupun keterlambatan ke konsumen.

3) Faktor ketidakpastian yang terjadi didalam perusahaan disebabkan karena

kesalahan dalam peramalan permintaan, kerusakaan mesin,

keterlambatan operasi, bahan cacat dan berbagai kondisi lainnya.

4) Faktor ekonomis adalah adanya keinginan perusahaan untuk

mendapatkan alternatif biaya yang rendah dalam membeli suatu item.

Persediaan menurut Ishak (2010:159) dapat diartikan sebagai sumber

daya yang menganggur (idle resouce). Sumber daya menganggur ini belum

digunakan karena menunggu proses lebih lanjut, keberadaan persediaan ini

mempunyai suatu tujuan tertentu dan adanya persediaan menimbulkan

konsekuensi berupa resiko-resiko tertentu yang harus di tanggung

perusahaan seperti menanggung biaya-biaya yang timbul akibat adanya

persediaan tersebut.

Zulfikarijah (2005:4) persediaan secara umum di definisikan sebagai

stock bahan baku yang digunakan untuk memfasilitasi produksi atau untuk

memuaskan permintaan konsumen. Persediaan dalam industri manufaktur

merupakan stock item yang dijaga oleh perusahaan, persediaan dalam suatu

perusahaan berbeda-beda tergantung pada usaha yang di jalani. Menurut

Joko (2004:343) persediaan dalam pada perusahaan manufaktur terbagi

menjadi tiga jenis yaitu:

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 ...eprints.umm.ac.id/39904/3/BAB II.pdf · A. Penelitian Terdahulu Sudah banyak penelitian terdahulu yang menggunakan metode

13

1) Persediaan bahan baku yaitu bahan yang merupakan input awal dari

proses transformasi menjadi produk jadi.

2) Persediaan barang setengah jadi yaitu barang yang merupakan bentuk

peralihan antara bahan baku dengan produk jadi.

3) Persediaan barang jadi yaitu barang yang merupakan hasil akhir

transformasi yang siap dipasarkan ke konsumen.

Menurut Joko (2004;346) dalam menentukkan kebijakan persediaan

masalah yang sering dihadapi perusahaan terbagi menjadi dua yaitu:

1) Masalah kuantitatif, masalah ini berkaitan dengan penentuan kebijakan

persediaan, antara lain:

a) Berapa banyak jumlah bahan baku yang akan dipesan.

b) Kapan pemesanan bahan baku akan dilakukan.

c) Berapa jumlah persediaan bahan baku pengaman.

d) Metode mana yang paling tepat untuk dilakukan.

Dengan adalah masalah tersebut ada cara mudah untuk menjawab

dengan cara:

a) Dengan menumpuk bahan baku sebanyak-banyaknya sebelum

permintaan datang. Namun dengan cara ini tdaklah efisien sebab

semakin banyak barang yang ditumpuk digudang maka modal yang

tertanam dalam persediaan tidak dapat digunakan.

b) Menyediakan sejumlah barang tertentu pada saat tertentu pula.

Dengan cara ini pula memungkinkan akan terjadinya kekurangan

persediaan karena kedatangan permintaan belum diketahui secara

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 ...eprints.umm.ac.id/39904/3/BAB II.pdf · A. Penelitian Terdahulu Sudah banyak penelitian terdahulu yang menggunakan metode

14

pasti. Kekurangan persediaan dapat mengakibatkan keuntungan yang

tak dapat diraih, mesin menjadi menganggur dan kemungkinan akan

kehilangan konsumen.

2) Masalah kualitatif, yaitu berkaitan dengan sistem pengoperasian

persediaan yang akan menjamin kelancaran sistem persediaan seperti:

a) Jenis barang apa yang perlu dimiliki.

b) Di mana barang tersebut harus ada.

c) Bagaimana barang yang akan dipesan.

d) Siapa yang akan menjadi pemasok dari masing-masing item.

Yang di maksud persediaan dalam penelitian ini adalah suatu aset

perusahaan yang sifatnya digunakan untuk kegiatan proses produksi yang

berupa barang mentah dan di olah menjadi barang jadi lalu di pasarkan ke

konsumen demi mendapatkan keuntungan.

Menurut Handoko (2012:335) efisiensi operasional suatu organisasi

dapat ditingkatkan karena berbagai fungsi penting persediaan. Pertama,

harus di ingat bahwa persediaan adalah sekumpulan produk phisikal pada

berbagai tahap proses transformasi dari bahan mentah, barang dalam proses

lalu menjadi barang jadi. Setiap perusahaan akan selalu mempunyai

persediaan apapun bentuknya, karena persediaan mempunyai beberapa

fungsi yang berguna untuk memperlancar kegiatan proses produksi (Joko

2004:344) yang antara lain:

1) Fungsi Decouple

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 ...eprints.umm.ac.id/39904/3/BAB II.pdf · A. Penelitian Terdahulu Sudah banyak penelitian terdahulu yang menggunakan metode

15

Dengan fungsi decouple ini memungkinkan perusahaan dapat

beroperasi dengan pihak internal dan eksternal. Dari kebebasan pihak

eksternal diharapkan perusahaan tidak bergantung pada pemasok bila

mempunyai bahan mentah sedangkan kebebasan pihak internal terjadi

bila perusahaan mempunyai persediaan barang dalam proses.

2) Fungsi economic lot sizing

Persediaan lot sizing dilakukan dengan melalui penghematan-

penghematan berupa potongan-potongan pembelian, biaya pengangkutan

per unit karena perusahaan menekan biaya yang lebih rendah.

3) Fungsi antisipasi

Perusahaan sering menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat

diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau data masa

lalu yaitu permintaan musiman. Perusahaan juga sering dihadapkan pada

ketidakpastian dalam waktu pengiriman sehingga perlu perlu persediaan

yang ekstra yang disebut juga dengan persediaan pengaman (safety

inventories).

Tujuan manajemen persediaan adalah untuk menyediakan jumlah

material yang tepat , lead time yang tepat dan biaya rendah. Manajemen

Persediaan yang baik adalah manajemen persediaan yang dapat menjaga

keseimbangan antara investasi persediaan dengan tingkat pelayanan

kepada konsumen (Yamit, 2003:8). Biaya persediaan merupakan biaya

keseluruhan biaya operasi yang didasarkan pada parameter ekonomis

yang relevan sebagai berikut:

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 ...eprints.umm.ac.id/39904/3/BAB II.pdf · A. Penelitian Terdahulu Sudah banyak penelitian terdahulu yang menggunakan metode

16

1) Biaya pembelian (purchase cost) adalah harga per unit apabila item

dibeli dari pihak luar apabila diproduksi dari perusahaan. Untuk

pembelian item dari luar biaya per unit adalah hargabeli ditambah

biaya pengangkutan. Sedangkan untuk item yang diproduksi di

dalam perusahaan biaya per unit termasuk biaya tenaga kerja, bahan

baku, dan biaya overhead pabrik.

2) Biaya pemesanan (order cost/setup cost) adalah biaya yang berasal

dari pembelian pesanan dari suplier atau biaya persiapan apabila

item diproduksi di dalam perusahaan. Biaya pemesanan dapat berupa

biaya membuat daftar permintaan, menganalisis suplier, membuat

pesanan pembelian, penerimaan bahan, inspeksi bahan, dan

pelaksanaan proses transaksi. Biaya yang mencakup biaya

pemesanan sebagai berikut:

a) Biaya ekspedisi

b) Biaya upah,

c) Biaya telepon,

d) Biaya surat-menyurat,

e) Biaya pengepakan dan penimbangan,

f) Biaya pengiriman ke gudang,

g) Biaya pemeriksaan penerimaan (Raw Materials Inspection)

3) Biaya simpan (carrying cost) adalah biaya yang dikeluarkan atas

investasi dalam persediaan dan pemeliharaan. Yang termasuk dalam

biaya simpan sebagai berikut:

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 ...eprints.umm.ac.id/39904/3/BAB II.pdf · A. Penelitian Terdahulu Sudah banyak penelitian terdahulu yang menggunakan metode

17

a) Biaya memiliki persediaan (biaya modal)

Penumpukan barang di gudang sama dengan penumpukan

modal, oleh karena itu biaya yang timbul karena memiliki

persediaan harus diperhitungkan dalam biaya sistem persediaan.

b) Biaya gudang

Biaya gudang dan peralatannya disewa maka biaya gudang

merupakan biaya sewa apabila gudang itu mlik sendiri maka

biaya tersebut merupakan biaya depresiasi.

c) Biaya kerusakan dan penyusutan

Barang yang disimpan di gudang suatu saat pasti mengalami

kerusakan atau penyusutan. Biaya kerusakan atau penyusutan

biasanya diukur sesuai dengan persentasenya.

d) Biaya kadaluarsa

Barang yang disimpan dapat mengalami penurunan nilai

karena perubahan teknologi. Biasanya diukur dengan besarnya

penurunan nilai jual barang tersebut.

e) Biaya asuransi

Biaya asuransi ini mencegah dari hal-hal yang tidak

diinginkan seperti kebakaran.

f) Biaya administrasi

Biaya ini dikeluarkan untuk administrasi persediaan barang

yang ada, baik pada saat pemesanan, penerimaan barang maupun

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 ...eprints.umm.ac.id/39904/3/BAB II.pdf · A. Penelitian Terdahulu Sudah banyak penelitian terdahulu yang menggunakan metode

18

penyimpanan dan memindahkan barang dari luar maupun

kedalam tempat penyimpanan.

b. Pengendalian dan Perencanaan Persediaan

Perencanaan dan pengendalian persediaan merupakan bagian dari

manajemen persediaan. Teknik pengendalian persediaan merupakan

tindakan yang sangat penting untuk menghitung berapa jumlah optimal

tingkat persediaan yang harus dilakukan (Rangkuti,2004:19). Pengendalian

tanpa perencanaan akan sia-sia dan perencanaan tanpa pengendalian

merupakan tindakan yang tidak efektif. Pengendalian persediaan

merupakan suatu usaha yang dilakukan perusahaan untuk memenuhi

keperluan proses produksi dengan resiko yang sangat kecil.

Namun kekurangan persediaan bahan baku juga mengakibatkan

terganggunya kelancaran proses produksi sehingga ketepatan dalam

pengiriman barang ke konsumen tidak bisa terpenuhi. Jadi persediaan

bahan baku dalam perusahaan harus seimbang antara penyimpanan dengan

pemesanan kembali agar tidak terjadi pembengkakan biaya penyimpanan

yang harus di keluarkan.

Perencanaan menentukkan terlebih dahulu apa yang harus

dilakukan,bagaimana harus dilaksanakan, kapan dan bagaimana alternatif

untuk mencapai tujuan termasuk biaya-biaya yang akan terjadi juga harus

di ukur. Perencanaan juga harus saling berhubungan untuk memperbaiki

profitabilitas.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 ...eprints.umm.ac.id/39904/3/BAB II.pdf · A. Penelitian Terdahulu Sudah banyak penelitian terdahulu yang menggunakan metode

19

Pengendalian persediaan bertujuan untuk memperlancar kegiatan

proses produksi, melayani kebutuhan bahan baku dari waktu ke waktu.

Tujuan pengendalian persediaan secara umum sebagai berikut:

1) Menjaga agar bahan baku di dalam perusahaan tidak kehabisan

sehingga bisa memperlancar kegiatan proses produksi.

2) Menjaga agar persediaan bahan baku tidak terlalu banyak dan tidak

terlalu sedikit.

3) Selain untuk memenuhi permintaan pelanggan persediaan juga

diperlukan apabila biaya untuk mencari barang atau bahan penggantian

terlalu besar.

Jadi pengendalian persediaan sangat penting bagi perusahaan karena

dapat memperlancar proses produksi jika persediaan dalam keadaan yang

baik sesuai dengan kuantitas yang dibutuhkan perusahaan.

Menurut Joko (2004:353) mengawasi tingkat persediaan yang

dilakukan dengan cara menentukan berapa jumlah barang yang dipesan

dan kapan waktu memesannya merupakan dari sistem pengendalian

persediaan. Ada dua macam system persediaan dasar: yaitu continunous

system (fix order quantity system) dan periodic system (fixed time period

system).

1) System persediaan continuous atau yang disebut dengan system

perpetual dan system pemesanan dalam jumlah yang tetap (fix order

quantity system). Dalam persediaan ini catatan tingkat persediaan

barang untuk setiap item barang secara kontinyu selalu akan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 ...eprints.umm.ac.id/39904/3/BAB II.pdf · A. Penelitian Terdahulu Sudah banyak penelitian terdahulu yang menggunakan metode

20

disesuaikan. Ketika tingkat persediaan barang ditangan berkurang

sampai tingkat tertentu makan akan dilakukan pemesanan kembali.

Hal ini bertujuan untuk menggantikan persediaan yang telah terpakai.

Dalam sistem continunous ini tingkat persediaan dimonitor secara

teliti sehingga perusahaan dapat mengetahui status dari persediaan hal

ini sangat menguntungkan untuk persediaan barang yang penting

seperti penggantian suku cadang dan bahan baku.

2) System persediaan periodik

Sering disebut dengan system fixed time periodic review system.

Setelah jumlah stok persediaan diketahui pemesanan barang dilakukan

agar persediaan barang kembali seperti jumlah yang diinginkan.

Dalam sistem ini tidak di monitor dalam setiap waktu diantara waktu

pemesanan sehingga system ini mempunyai keunggulan pada sedikit

atau tidak sama sekali menjaga pencatatan.

c. Metode-metode Pengendalian Persediaan

Menurut Ishak (2010:165) di dalam mencari jawaban atas

permasalahan umum dalam pengendalian persediaan dapat di

identifikasikan sebagai berikut:

1) Pengendalian Persediaan Secara Statistic (Statistical Inventory

Control)

Metode ini menggunakan ilmu matematika dan statistik dalam

memecahkan masalah kuantitatif dalam sistem persediaan. Pada

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 ...eprints.umm.ac.id/39904/3/BAB II.pdf · A. Penelitian Terdahulu Sudah banyak penelitian terdahulu yang menggunakan metode

21

dasarnya metode ini berusaha mencari jawaban optimal dalam

menentukkan:

a) jumlah ukuran pemesanan dinamis (EOQ).

b) titik pemesanan kembali (Reorder Point).

c) jumlah cadangan pengaman (safety stok) yang diperlukan.

2) Metode Perencanaan Kebutuhan Material

Metode pengendalian tradisional tidak akan efektif bila digunakan

untuk permintaan yang bersifat tidak bebas (independent) yang

dimaksud permintaan tidak bebas adalah permintaan yang tergantung

kepada kebutuhan suatu komponen dengan komponen lainnya.

Menurut Yamit (2003:151) MRP merupakan sistem yang dirancang

secara khusus untuk situasi permintaan bergelombang yang secara

tipikal karena permintaan tersebut dependen.

Oleh karena itu tujuan sistem MRP adalah a) menjamin

tersedianya material, item atau komponen pada saat dibutuhkan untuk

memenuhi skedul produksi, menjamin tersedianya produk jadi bagi

konsumen b) menjaga tingkat persediaan pada kondisi minimum dan

c) merencanakan aktivitas pengiriman, penjadwalan dan aktivitas

pembelian.

3) Metode Persediaan Just In Time (JIT)

Metode ini merupakan salah satu operasionalisasi dari konsep JIT

(Just In Time). Model persediaan Just In Time adalah suatu model

yang digunakan untuk menurunkan atau meniadakan persediaan.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 ...eprints.umm.ac.id/39904/3/BAB II.pdf · A. Penelitian Terdahulu Sudah banyak penelitian terdahulu yang menggunakan metode

22

Model ini didasarkan pada model persediaan deterministik (EOQ) atau

model probabilistik P atau Q yang digunakan sebagai masukan awal

dalam perhitungannya.

Masalah sistem JIT adalah untuk menentukan jumlah optimal

deliveries bagi operasi JIT berdasarkan kuantitas pemesanan pada

model deterministik atau probabilistik. Dari model ini akan dihasilkan

kuantitas pemesanan yang optimal, order quantity, total annual cost,

delivery quantity, dan saving by switching.

d. Model Pesanan Ekonomis ( Economic Order Quantity/EOQ)

Menurut Ishak (2010:176) model EOQ (Economic Order Quantity)

digunakan sebagai asumsi-asumsi berikut untuk menyederhanakan

sistem persediaan yang ada. Permintaan (kebutuhan) diketahui dengan

pasti dan konstan sepanjang waktu dan pemesanan kembali dilakukan

ketika persediaan mencapai titik nol dan akan langsung diterima

seketika sesuai ukuran pemesanan yang dilakukan sehingga tidak akan

terjadi kekurangan persediaan.

Menurut Zulfikarijah (2005:99) pada saat beberapa biaya

meningkat seperti halnya adanya persediaan yang meningkat dan yang

lainnya menurun maka keputusan ukuran pemesanan terbaik jarang

terjadi. Salah satu teknik yang terbaik dan tertua yang dinamakan

adalah model EOQ (Economic Order Quantity) karena model

persediaan ini untuk permintaan independen yang artinya permintaan

yang tidak terpengaruh oleh permintaan yang lain (Render, 2015:561).

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 ...eprints.umm.ac.id/39904/3/BAB II.pdf · A. Penelitian Terdahulu Sudah banyak penelitian terdahulu yang menggunakan metode

23

Metode dimana perusahaan memesan bahan baku dengan kuantitas

barang yang diperoleh dengan biaya minimal, atau sering disebut

sebagai jumlah pembelian yang optimal menurut Joko (2004:362).

Model EOQ sangat aplikatif untuk situasi dimana item dibeli dari

perusahaan lain. Model EOQ dapat digunakan dalam menentukan

persediaan dengan syarat harus memenuhi beberapa asumsi di bawah

ini (Zulfikarijah, 2004:100).

1) Tingkat permintaan diketahui dan konstan

2) Harga item sama untuk semua ukuran pemesanan (tidak ada diskon)

3) Persediaan diterima dengan segera. Dengan kata lain persediaan

yang dipesan tiba-tiba dalam bentuk kumpulan produk pada satu

waktu.

4) Lead time konstan dan diketahui dengan baik. Pesanan datang tepat

pada persediaan habis.

5) Item merupakan produk tunggal dan tidak ada kaitannya dengan

produk lain.

6) Biaya penempatan dan penerimaan pesanan diabaikan untuk

sejumlah pesanan.

7) Keadaan kehabisan stock dapat dihindari sama sekali bila pemesanan

dilakukan dengan tepat waktu.

Grafik model persediaan dimana setiap segitiga memiliki

keruncingan yang sama. Garis diagonal memiliki kemiringan/slope

yang sama karena tingkat persediaaan selalu dianggap selalu sama

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 ...eprints.umm.ac.id/39904/3/BAB II.pdf · A. Penelitian Terdahulu Sudah banyak penelitian terdahulu yang menggunakan metode

24

setiap waktunya. Tingkat persediaan pada titik nol karena diasumsikan

pesanan dikirim sesuai waktu yang telah ditetapkan. Pemesanan

dilakukan ketika telah mencapai ROP (reorder point) dan akan habis

pada titik LT (lead time).

Gambar. 2.1. Pemesanan Konstan

Pada saat persediaan berada di titik nol, maka persediaan yang

telah dipesan pada saat ROP telah sampai diperusahaan. Pemesanan ini

dihitung dalam harian, mingguan dan bulanan. Oleh karena itu

ROP=Da X LT. Kesamaan ukuran segitiga disebabkan oleh ukuran

pemesanan yang sama, waktu yang sama dan keadaan yang sama dalam

siklus.

e. Biaya Persediaan

Menurut Zulfikarijah tujuan EOQ adalah untuk meminimumkan

total biaya persediaan tahunan yang diklasifikasikan menjadi biaya

simpan dan biaya pemesanan. Apabila meminimalkan biaya pemesanan

dan biaya penyimpanan maka total biaya juga akan minimal. Apabila

jumlah pemesanan meningkat dengan jumlah pemesanan menurun

maka biaya pemesanan yang menurun di sebabkan karena frekuensi

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 ...eprints.umm.ac.id/39904/3/BAB II.pdf · A. Penelitian Terdahulu Sudah banyak penelitian terdahulu yang menggunakan metode

25

pemesanan menurun. Di sisi lain biaya penyimpanan yang disebabkan

oleh meningkatnya jumlah persediaan yang disimpan. Keseimbangan

biaya persediaan terjadi saat biaya pemesanan sama dengan biaya

penyimpanan atau yang disebut dengan EOQ (Economic Order

Quantity) dimana jumlah pemesanan mencapai titik optimum.

Gambar. 2.2 Biaya Persediaan

Untuk mencapai titik optimum tersebut ditemukan dengan terlebih

dahulu menghitung biaya yang terkait didalamnya. Adapun biaya-biaya

tersebut adalah:

TC = TOC + TCC + Purchasing Cost

= 𝐷

𝑄 𝑆 +

𝑄

2 𝐶 + 𝑃. 𝐷

Dimana :

TC = Total biaya persediaan

TOC = Biaya pemesanan total/total ordering cost

TCC = Biaya penyimpanan total / total carrying cost

D = Jumlah permintaan selama satu tahun

Q = Jumlah setiap kali melakukan pemesanan

S = Biaya setiap kali melakukan pemesanan

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 ...eprints.umm.ac.id/39904/3/BAB II.pdf · A. Penelitian Terdahulu Sudah banyak penelitian terdahulu yang menggunakan metode

26

C = Biaya penyimpanan per unit

P = Harga barang per unit

Berikut uraian untuk masing-masing biaya dalam persamaan di atas

dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Biaya pemesanan per tahun (TOC) yaitu biaya yang dikeluarkan

untuk melakukan pemesanan selama satu tahun.

TOC = [𝐷 (𝑆)

𝑄]

2. Biaya penyimpanan per tahun (TCC) yaitu biaya yang dikeluarkan

untuk melakukan pemesanan selama satu tahun.

TCC = [𝑄

2] 𝐶

3. Biaya pembelian per periode yaitu biaya yang dikeluarkan untuk

membeli barang yang dipesan.

= D X P

4. Jumlah pemesanan ekonomis (EOQ) yaitu jumlah pemesanan yang

dapat meminimalkan total biaya persediaan sehingga perhitungan

biaya hanya didasarkan pada biaya yang relevan saja.

Q = √2𝐷𝑆

𝐶

5. Frekuensi pemesanan adalah jumlah pemesanan yang dilakukan oleh

Perusahaan satu tahun.

F = 𝐷

𝑄

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 ...eprints.umm.ac.id/39904/3/BAB II.pdf · A. Penelitian Terdahulu Sudah banyak penelitian terdahulu yang menggunakan metode

27

6. Siklus pemesanan adalah selisih waktu yang dipergunakan untuk

melakukan pemesanan dari satu periode ke periode berikutnya.

T = jumlah hari kerja/th

F

7. Biaya total persediaan per tahun berdasarkan perhitungan EOQ

adalah total biaya pemesanan ditambah total biaya penyimpanan.

TC = TOC + TCC

TC [𝐷

𝑄] 𝑆 +

𝑄

2 𝐶

f. Persediaan Pengamanan (Safety Stock)

Menurut Zulfikarijah (2005:143) safety stock merupakan dilema,

dimana adanya stockout akan mengakibatkan terganggunya proses

produksi dan adanya stock yang berlebih akan membengkakan biaya

penyimpanan. Oleh karena itu penentuan safety stock harus

memperhatikan keduanya dengan kata lain dalam safety stock

diusahakan terjadi keseimbangan antar keduanya. Tujuan dari safety

stock adalah untuk meminimalkan terjadinya stockout dan mengurangi

penambahan biaya penyimpanan dan biaya stock out total.

g. Re-order Point (ROP)

Pada model EOQ sebelumnya informasi lead time belum

dipertimbangkan sehingga diasumsikan bahwasanya pesanan akan

langsung diterima seketika sesuai ukuran pemesanan yang dilakukan

(Ishak, 2010:178).

Joko (2004:392) reorder point adalah penentuan kapan melakukan

pemesanan dalam system persediaan atau continunous. Titik untuk

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 ...eprints.umm.ac.id/39904/3/BAB II.pdf · A. Penelitian Terdahulu Sudah banyak penelitian terdahulu yang menggunakan metode

28

melakukan pemesanan kembali pada model EOQ dasar dengan

permintaan konstan dan tenggang waktu untuk menerima pesanan yang

konstan dapat dicari dengan cara yang sederhana yaitu dengan melihat

jumlah kebutuhan selama waktu menunggu pesanan diterima.

h. Perhitungan Total Biaya Persediaan (TIC)

Untuk mengetahui total biaya persediaan bahan baku minimal yang

diperlukan perusahaan dengan menggunakan perhitungan EOQ.

Perhitungan TIC adalah sebagai berikut:

TIC = √2𝐷. 𝑆. 𝐻

Dimana :

D = kuantitas penggunaan per periode

S = Biaya per pesanan

H = biaya penyimpanan per unit

i. Penentuan Persediaan Maksimum (Maximum Inventory)

Persediaan maksimum diperlukan oleh perusahaan agar kuantitas

persediaan yang ada di gudang tidak berlebihan sehingga tidak tejadi

pemborosan modal.

j. Model EOQ Dengan Banyak Item Permintaan Tetap

. Pembelian semacam ini dilakukan perusahaan pada pemasok yang

sama. Untuk menentukan jumlah persediaan yang ekonomis dapat

digunakan perhitungan EOQ dengan asumsi (Zulfikarijah, 2005:130).

1) Tingkat permintaan setiap jenis barang bersifat konstan dan diketahui

dengan pasti.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 ...eprints.umm.ac.id/39904/3/BAB II.pdf · A. Penelitian Terdahulu Sudah banyak penelitian terdahulu yang menggunakan metode

29

2) Lead time diketahui dengan pasti, sehingga tidak terjadi stokout

maupun biaya stokout.

3) Lead time semua jenis barang sama yang artinya semua jenis barang

yang dipesan pada satu titik waktu siklus yang sama.

4) Biaya penyimpanan, harga per unit dan biaya pemesanan untuk setiap

jenis barang diketahui dengan pasti dan tidak ada diskon atau

perubahan harga.

Penentuan rumus EOQ untuk kasus joint purchase diperoleh dengan

mendeveriasi biaya total persediaan yang terdiri dari total biaya pesan

dan total biaya simpan selama periode tertentu, yang dimana rumusnya

adalah:

TC = (𝑆+∑𝑠𝑖)𝐷

∑𝑄𝑅𝑝𝑖 +

2 (∑𝑄𝑅𝑝𝑖)

dimana :

S = biaya pesan yang tidak dipengaruhi oleh jumlah item

si = biaya pesan tambahan (minor cost)

di = biaya item I selama periode tertentu

h = biaya simpan

C = harga per item

D = biaya total kebutuhan seluruh item selama satu periode

Q*Rp =EOQ optimal

Dari persamaan di atas maka dapat di turunkan rumus EOQ menjadi:

Q*Rp = √2 (𝑆+∑𝑠𝑖)𝐷

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 ...eprints.umm.ac.id/39904/3/BAB II.pdf · A. Penelitian Terdahulu Sudah banyak penelitian terdahulu yang menggunakan metode

30

Dimana nilai Q*Rp merupakan nilai EOQ optimal yang akan

meminimumkan TC.

EOQ dalam rupiah untuk setiap item adalah sebagai berikut

Q*Rpi = (𝑑𝑖

𝐷) Q*Rp

EOQ dalam unit setiap item adalah :

Ql* = 𝑄∗𝑅𝑝𝑖

𝐶

Jarak antar pemesanan optimal (T*) diperoleh dengan cara membagi

lamanya periode (misalnya satu tahun) dengan frekuensi pemesanan yang

terjadi selama periode tertentu, sehingga :

T* = 𝑙

𝑓=

1

𝐷 𝑄⁄ ∗𝑅𝑃 =

𝑄∗𝑅𝑝

𝐷

k. EOQ Dengan Banyak Item Untuk Permintaan Bervariasi

Menurut Zulfikarijah (2005:135) asumsi EOQ banyak item tidak

semuanya dapat diterapkan terutama apabila ROP berbeda setiap item.

Hal ini disebabkan oleh tingkat permintaan setiap item yang bersifat

independen sehingga permintaan setiap item setiap hari bervariasi. Begitu

juga halnya dengan permintaan dependent yang di anggap diskrit

memungkinkan terjadinya perbedaan yang disebabkan oleh

keterlambatan pengiriman, pembatalan pemesanan, keterlambatan

pengiriman. Permasalahan ini di ilustrasikan dengan rumus:

Q*Rpi = 𝑑𝑖

𝐷 ( 𝑄 ∗ 𝑅𝑝 + ∑𝐼𝑅𝑝𝑖) − 𝐼𝑅𝑝𝑖

Dimana :

Irpi = persediaan item ke I pada saat dilakukan pemesanan

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 ...eprints.umm.ac.id/39904/3/BAB II.pdf · A. Penelitian Terdahulu Sudah banyak penelitian terdahulu yang menggunakan metode

31

C. Kerangka Pikir

Kebanyakan perusahaan perlu memiliki persediaan bahan baku untuk

menjamin agar proses produksinya tidak terhambat akibat kekurangan supply.

Oleh karena itu setiap perusahaan harus berhati-hati mempertimbangkan secara

matang tentang berapa besarnya persediaan yang harus ada di dalam

perusahaan.

Menurut Zulfikarijah (2005:4) bahwa persediaan bahan baku dipengaruhi

oleh faktor-faktor antara lain: perkiraan pemakaian bahan baku, harga bahan

baku biaya-biaya persediaan yaitu biaya pemesanan dan biaya penyimpanan

bahan baku, kebijakan pembelanjaan perusahaan pembelian bahan baku

besarnya persediaan pengaman dan pemesanan kembali.

D.

Gambar 2.3. Kerangka Pikir

Industri tempe Zulvida

Sanan malang

Pemakaian bahan baku

Kebijakan persediaan bahan baku:

EOQ ( Economic Order

Quantity)

Persediaan pengamanan (safety

stock)

Titik pemesanan kembali (re-

order-point)

Perhitungan total biaya

persediaan bahan baku (TIC)

Pembelian bahan baku

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 ...eprints.umm.ac.id/39904/3/BAB II.pdf · A. Penelitian Terdahulu Sudah banyak penelitian terdahulu yang menggunakan metode

32

Berdasarkan gambar 2.3 kerangka pikir ini menjelaskan tentang

bagaimana metode persediaan yang di lakukan pada industri tempe

Zulvida Sanan Malang dengan menggunakan metode EOQ (Economic

Order Quantity) . Industri tempe Zulvida Sanan Malang melakukan

kebijakan persediaan guna untuk mengantisipasi apabila bahan baku

terlambat atau bahan baku kedelai tidak ada di distributor. Industri tempe

Zulvida Sanan Malang melakukan pembelian bahan baku apabila

persediaan kedelai di dalam gudang akan habis. Penggunaan bahan baku

kedelai disesuaikan dengan permintaan jumlah pasar.

Untuk melakukan persediaan bahan baku tersebut perusahaan harus

memperkirakan kapan bahan baku itu akan di beli, berapa jumlah

pemesanan ekonomis setiap satu kali pemesanan, dan kapan akan

melakukan pemesanan ulang ketika persediaan di gudang telah mencapai

batas maksimum. Persediaan wajib di lakukan bagi setiap perusahaan atau

industri karena dengan persediaan perusahaan akan meminimumkan biaya

bahan baku dan mencapai suatu keuntungan.