14
BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Stroke 2.1.1 Defenisi Stroke Stroke adalah berhentinya pasokan darah ke bagian otak sehingga mengakibatkan gangguan pada fungsi otak (Smeltzer dan Bare, 2002). Kurangnya aliran darah menyebabkan infark pada daerah otak yang terkena sehingga terjadi defisit neurologis (Batticaca, 2008) 2.1.2 Klasifikasi Stroke Menurut Ginsberg (2005) secara umum, stroke terbagi atas dua jenis yaitu stroke iskemik dan hemoragik. Stroke iskemik terjadi karena adanya penyumbatan aliran darah sehingga pasokan darah ke otak mengalami gangguan. Penyumbatnya adalah plak atau tumpukan lemak yang mengandung kolesterol yang ada dalam darah. Penumpukan plak atau timbunan lemak tersebut menyebabkan dinding dalam arteri menjadi kasar dan juga karena darah berupa cairan kental maka kemungkinan akan terjadi gumpalan darah (trombosis) sehingga menghambat aliran darah dan mengakibatkan otak mengalami kekurangan suplai darah yang membawa nutrisi dan oksigen yang diperlukan oleh otak. Berkurangnya aliran darah yang semakin buruk dapat

BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Stroke - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11819/2/T1_462012016_BAB II... · BAB II . TINJAUAN TEORETIS . 2.1 Stroke . 2.1.1

Embed Size (px)

Citation preview

BAB II

TINJAUAN TEORETIS

2.1 Stroke

2.1.1 Defenisi Stroke

Stroke adalah berhentinya pasokan darah ke bagian otak

sehingga mengakibatkan gangguan pada fungsi otak

(Smeltzer dan Bare, 2002). Kurangnya aliran darah

menyebabkan infark pada daerah otak yang terkena sehingga

terjadi defisit neurologis (Batticaca, 2008)

2.1.2 Klasifikasi Stroke

Menurut Ginsberg (2005) secara umum, stroke terbagi

atas dua jenis yaitu stroke iskemik dan hemoragik. Stroke

iskemik terjadi karena adanya penyumbatan aliran darah

sehingga pasokan darah ke otak mengalami gangguan.

Penyumbatnya adalah plak atau tumpukan lemak yang

mengandung kolesterol yang ada dalam darah. Penumpukan

plak atau timbunan lemak tersebut menyebabkan dinding

dalam arteri menjadi kasar dan juga karena darah berupa

cairan kental maka kemungkinan akan terjadi gumpalan darah

(trombosis) sehingga menghambat aliran darah dan

mengakibatkan otak mengalami kekurangan suplai darah

yang membawa nutrisi dan oksigen yang diperlukan oleh

otak. Berkurangnya aliran darah yang semakin buruk dapat

mengakibatkan kematian pada jaringan otak. Kadang-kadang

terjadi gejala stroke singkat yang timbul karena terganggunya

pasokan darah. Kondisi ini disebut gangguan peredaran

darah sesaat di otak atau transient ischemic attack (TIA), atau

biasa disebut juga stroke ringan. Sedangkan stroke

hemoragik terjadi ketika pembuluh darah pada otak

mengalami kebocoran atau pecah, sehingga darah mengalir

dan mengenangi atau menutupi ruang-ruang jaringan sel otak

maka akan menyebabkan kerusakan jaringan sel otak dan

menyebabkan kerusakan fungsi kontrol otak. Stroke

hemoragik terbagi dua yaitu hemoragi subaraknoid yaitu

hemoragik yang terjadi di ruang subaraknoid (ruang sempit

antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi

otak) dan hemoragi intraserebral yaitu perdarahan yang

terjadi didalam jaringan otak.

Walaupun stroke hemoragik jarang terjadi jika

dibandingkan dengan stroke iskemik, namun stroke

hemoragik lebih mematikan karena biasanya sekitar 50%

orang yang mengalami stroke hemoragik meninggal dunia

sedangkan pada penderita stroke iskemik peluang itu hanya

sekitar 20% saja dan juga biasanya stroke hemoragik ini

terjadi pada orang yang berusia muda (Holistic Health

Solution, 2002).

2.1.3 Penyebab Stroke

Stroke dapat terjadi bila pasokan darah ke otak

mengalami hambatan, sehingga jaringan pada otak tidak

dapat memperoleh darah ataupun oksigen. Padahal otak

merupakan salah satu organ tubuh yang sangat

membutuhkan oksigen. Satu-satunya sumber oksigen otak

diperoleh dari peredaran darah.

Menurut Smeltzer dan Bare (2002), stroke biasanya

diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian: (1) trombosis

(bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher), (2)

embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang

dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain), (3) iskemia

(penurunan aliran darah ke area otak), dan (4) hemoragi

serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan

perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak).

Akibatnya adalah penghentian suplai darah ke otak, yang

menyebabkan kehilangan sementara atau permanen

gerakan, berpikir, memori, bicara, atau sensasi.

Faktor resiko yang dapat menyebabkan stroke yaitu

hipertensi, penyakit kardioavaskular, kolestrol tinggi, obesitas,

diabetes, merokok, konsumsi alkohol (Smeltzer dan Bare,

2002).

Stroke dapat terjadi pada semua umur, akan tetapi lebih

banyak terjadi pada usia tua dengan angka kematian

meningkat dua kali lipat setiap tahun pada rentang usia 55

hingga 85 tahun (Goldstein dkk, 2007).

2.1.4 Dampak stroke

Otak mengatur berbagai hal yang berlangsung di tubuh

kita. Kerusakan pada otak dapat mempengaruhi pergerakan,

perasaan, perilaku, kemampuan berpikir seseorang.

Pengaruh stroke terhadap seseorang tergantung pada bagian

otak yang mengalami stroke, seberapa seriusnya dan usia,

kondisi kesehatan serta kepribadian penderitanya (Soeharto,

2004). Seseorang yang mengalami stroke akan mengalami

perubahan-perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan

ini dapat berupa kecacatan fisik dan atau psikis.

Menurut Smeltzer dan Bare (2002) stroke

mengakibatkan berbagai gangguan neurologis bergantung

pada lokasi lesi dan luasnya kerusakan neuron pada fokal

otak ataupun secara global (pembuluh darah yang

tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan

jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesoris).

Beberapa dampak stroke yang sering dijumpai adalah

(Ginsberg, 2005):

1. Kelumpuhan pada satu sisi tubuh. Salah satu akibat dari

stroke yang paling umum terjadi adalah kelumpuhan.

Kelumpuhan biasanya terjadi di bagian yang berlawanan dari

letak lesi di otak karena adanya pengaturan representasi

silang oleh otak.

2. Gangguan komunikasi. Stroke dapat mempengaruhi

kemampuan seseorang untuk berbahasa/berbicara,

membaca dan menulis atau untuk memahami

pembicaraan orang lain. Menurut Smeltzer & Bare (2002)

disfungsi bahasa dan komunikasi berupa disartria (kesulitan

dalam berbicara), ditandai dengan berbicara yang sulit

dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang

bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara, disfasia atau

afasia yang terbagi lagi yaitu afasia ekspresif

(ketidakmampuan dalam membentuk kata yang dapat

dipahami; mampu berbicara dalam respon kata tunggal),

afasia reseptif (ketidakmampuan untuk memahami kata yang

disampaikan atau dibicarakan, mampu berbicara namun tidak

masuk akal) dan afasia global (kombinasi antar afasia reseptif

dan ekspresif).

3. Gangguan penglihatan. Penderita stroke sering mengalami

gangguan penglihatan berupa defisit lapang penglihatan yang

dapat mengenai satu atau kedua bola mata. Hal ini

menyebabkan penderita hanya dapat melihat sesuatu

pada satu sisi saja.

4.Gangguan persepsi. Ketidakmampuan untuk

menginterpretasikan sensasi merupakan salah satu akibat

yang ditimbulkan dari stroke. Akibat stroke seseorang tidak

dapat mengenali objek-objek yang ada di sekitarnya

atau tidak mampu menggunakan benda tersebut.

5. Depresi. Depresi umum dapat terjadi pada penderita stroke

dan mungkin diperberat oleh respon alamiah penderita

terhadap dampak stroke yan dialaminya. Untuk kasus ini,

dukungan keluarga akan sangat membantu penderita.

6. Emosi yang labil. Stroke dapat mengakibatkan seseorang

mengalami ketidakstabilan emosi sehingga memperlihatkan

respon emosi yang berlebihan atau tidak sesuai.

7. Gangguan memori. Penderita stroke dapat mengalami

gangguan memori dan kesulitan mempelajari dan

mengingat hal baru.

2.2 Stroke pada lansia

Stroke merupakan penyakit yang sering dijumpai pada

kaum lansia, dikarenakan tingkat kejadian stroke semakin

meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Lansia

mempunyai resiko tinggi untuk mengalami stroke dan penyakit

yang berhubungan dengan stroke. Insiden stroke yang

mengenai populasi lansia semakin meningkat dari tahun ke

tahun sehingga menyebabkan ketergantungan lansia semakin

meningkat (Azizah, 2011). Lansia yang mengalami penyakit

yang menimbulkan keterbatasan dan ketergantungan seperti

stroke mengalami perubahan dalam berbagai hal yang

berhubungan dengan kepuasan hidup atas dirinya sendiri.

Menurut Hariandja (2013), penderita stroke akan

menjadi bergantung pada orang lain dalam melakukan aktivitas

dalam kehidupannya dikarenakan kemandirian dan mobilitas

menjadi berkurang atau bahkan hilang. Serangan stroke yang

dialami dapat menyebabkan defisit pada neurologis seperti

mengalami perubahan dalam kemampuan motorik anggota

tubuh dan otot, kognitif, visual dan koordinasi. Tingkat

kemandirian dan mobilitas seseorang akan berkurang sehingga

sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup. Berkurangnya

kemampuan motorik pada penderita stroke dapat menimbulkan

keterbatasan gerak dalam melakukan aktivitas sehari-hari

sehingga memiliki pengaruh negatif terhadap kepuasan

hidupnya (Kariasa, 2009). Jadi secara umum, lansia yang

mengalami stroke memiliki tingkat kepuasan yang lebih rendah

terhadap kehidupannya dibandingkan dengan lansia yang

sehat.

Penelitian yang dilakukan oleh Katona et al (2015)

mengemukakan bahwa kualitas hidup jangka panjang yang

terkait dengan kesehatan pada penderita stroke dapat

dipengaruhi secara positif dengan mengurangi resiko jatuh

pada penderita dan meningkatkan kesejahteraan emosional

mereka.

Masa usia lanjut merupakan tingkatan terakhir dari fase

kehidupan sehingga membutuhkan banyak penyesuaian agar

dapat mencapai kepuasan hidup. Oleh karena itu pada masa

lanjut usia, individu mengalami penurunan kondisi fisik maupun

psikis. Kepuasan hidup dipakai sebagai ukuran kesejahteraan

psikologis pada lansia dan menjadi salah satu yang berperan

penting dalam mencapai kesuksesan pada fase akhir

kehidupan, sebelum kematian (Azizah, 2011).

2.3 Kualitas Hidup

Kualitas hidup didefinisikan dengan cara yang berbeda

oleh para peneliti dikarenakan istilah kualitas hidup merupakan

istilah multi disipliner yang tidak hanya digunakan dalam

pembicaraan sehari-hari, tetapi dalam konteks penelitian yang

dihubungkan dengan berbagai macam bidang khusus seperti

sosiologi, ilmu kedokteran, keperawatan, dan psikologi (Rahmi,

2011).

Setiap individu memiliki kualitas hidup yang berbeda

tergantung dari masing-masing individu dalam menyikapi

permasalahan yang terjadi dalam dirinya. Jika menghadapi

dengan positif maka akan baik pula kualitas hidupnya, tetapi

lain halnya jika menghadapi dengan negatif maka akan buruk

pula kualitas hidupnya.

2.3.1 Defenisi Kualitas Hidup

WHO (1997) mendefinisikan kualitas hidup sebagai

persepsi individu sebagai laki-laki maupun perempuan

mengenai posisi mereka dalam hidup, ditinjau dari konteks

budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal, dan

berhubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan

dan perhatian mereka. Hal ini merupakan konsep tingkatan

yang terangkum secara kompleks yang mencakup

kesehatan fisik, status psikologis, tingkat kebebasan,

hubungan sosial dan hubungan spiritual kepada karakteristik

lingkungan mereka. Kualitas hidup dapat diartikan sebagai

sebuah istilah yang merujuk pada emosional, sosial dan

kesejahteraan fisik seseorang serta kemampuan dalam

melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (Donald, 2009).

2.3.2 Komponen kualitas hidup

Komponen kualitas hidup menurut World Health

Organization Quality of Life (WHOQOL-BREF) terbagi

menjadi empat domain yaitu fisik, psikologis, hubungan

sosial dan lingkungan (WHO, 1997 dalam Wulandari 2004).

1. Domain fisik

WHOQOL membagi domain fisik pada tiga bagian,

yaitu:

1). Aktivitas sehari-hari

Aspek ini menggambarkan kesulitan dan

kemudahan yang dirasakan individu ketika

melakukan kegiatan sehari-hari

2). Ketergantungan pada obat-obatan dan bantuan

medis

Aspek ini menggambarkan seberapa besar

kecenderungan individu dalam menggunakan obat-

obatan atau bantuan medis lainnya dalam

melakukan aktivitas sehari-hari

3). Energi dan kelelahan

Aspek ini menggambarkan tingkat kemampuan

yang dimiliki oleh individu dalam menjalankan

aktivitasnya sehari-hari.

4). Mobilitas

Aspek ini menggambarkan tingkat perpindahan

yang mampu dilakukan oleh individu dengan

mudah dan cepat

5) Tidur dan istirahat

Aspek ini menggambarkan seberapa banyak tidur

dan istirahat dan juga tentang masalah tidur seperti

sulit untuk pergi tidur, sering terbangun tengah

malam dan tidak dapat kembali lagi untuk serta

kurang segar pada saat bangun di pagi hari.

2. Domain psikologis

WHOQOL membagi domain psikologis pada lima

bagian, yaitu:

1). Bodily image dan appearance

Aspek ini menggambarkan bagaimana individu

memandang keadaan tubuh serta penampilannya.

2). Berfikir, belajar, ingatan dan konsentrasi

Aspek ini mengungkapkan pandangan individu

terhadap pemikiran, pembelajaran, ingatan,

konsentrasi dan kemampuannya dalam membuat

keputusan. Hal ini juga termasuk kecepatan dan

kejelasan individu memberikan gagasan.

3). Self-esteem

Aspek ini untuk melihat bagaimana individu menilai

atau menggambarkan dirinya sendiri serta

berfokus pada kepuasan dengan diri dan kendali

diri.

4). Perasaan positif

Aspek ini menggambarkan perasaan yang

menyenangkan yang dimiliki oleh individu.

5). Perasaan negatif

Aspek ini fokus pada seberapa banyak pengalaman

perasaan negatif individu, termasuk patah

semangat, perasaan berdosa, kesedihan,

keputusasaan, kegelisahan, kecemasan, dan

kurang bahagia dalam hidup.

3. Hubungan sosial

1). Relasi personal

Aspek ini menggambarkan hubungan individu

dengan orang lain.

2). Dukungan sosial

Aspek ini menggambarkan adanya bantuan yang

didapatkan oleh individu yang berasal dari

lingkungan sekitarnya.

4. Lingkungan

WHOQOL membagi domain lingkungan pada

delapan bagian, yaitu:

1). Sumber finansial

Aspek ini menggambarkan keadaan keuangan

individu, apakah keuangan yang dimilikinya dapat

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atau tidak.

2). Physical safety dan security

Aspek ini menggambarkan tingkat keamanan

individu yang dapat mempengaruhi kebebasan

dirinya.

3). Perawatan kesehatan dan Social care

Aspek ini menggambarkan ketersediaan layanan

kesehatan dan perlindungan sosial yang dapat

diperoleh individu.

4). Lingkungan rumah

Aspek ini menggambarkan keadaan tempat

tinggal individu. Kualitas sebuah rumah dapat

dinilai pada kenyamanan, tempat teraman individu

untuk tinggal.

5). Patisipasi dalam kesempatan berekreasi dan waktu

luang

Aspek ini menggambarkan sejauh mana individu

memiliki kesempatan dan dapat bergabung untuk

berkreasi dan memiliki waktu luang.

6). Lingkungan fisik (polusi/ keributan/ kemacetan/

iklim)

Aspek ini menggambarkan keadaan lingkungan

sekitar tempat tinggal individu.

7). Transportasi

Aspek ini menggambarkan sarana kendaran yang

dapat dijangkau oleh individu.