Upload
ngothuan
View
230
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Proyek
Proyek Konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu
kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek (Ervianto, 2005).
Dalam rangkaian kegiatan tersebut, terdapat suatu proses yang mengolah sumber
daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan. Proses yang
terjadi dalam rangkaian kegiatan tersebut tentunya melibatkan pihak-pihak yang
terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Karakteristik proyek konstruksi dapat dipandang secara tiga dimensi
(Ervianto, 2005). Tiga karakteristik proyek konstruksi tersebut adalah:
1. Proyek bersifat unik
Keunikan dari proyek konstruksi adalah tidak pernah terjadi rangkaian
kegiatan yang sama persis (tidak ada proyek identik, yang ada adalah proyek
sejenis), proyek bersifat sementara, dan selalu melibatkan grup pekerja yang
berbeda-beda.
2. Membutuhkan sumber daya (resource)
Setiap proyek konstruksi membutuhkan sumber daya dalam penyelesaiannya,
yaitu pekerja dan “sesuatu” (uang, mesin, metoda, material). Pengorganisasian
semua sumber daya tersebut dilakukan oleh manajer proyek. Dalam
kenyataannya, mengorganisasikan pekerja lebih sulit dibandingkan sumber
daya lainnya. Apalagi, pengetahuan yang dipelajari seorang manajer proyek
bersifat teknis, seperti mekanika rekayasa, fisika bangunan, computer science,
construction management. Jadi, seorang manajer proyek secara tidak langsung
membutuhkan pengetahuan tentang teori kepemimpinan yang harus ia pelajari
sendiri.
3. Membutuhkan organisasi
Setiap organisasi mempunyai keragaman tujuan dimana didalamnya terlibat
sejumlah individu dengan ragam keahlian, ketertarikan, kepribadian dan juga
ketidakpastian. Langkah awal yang harus dilakukan oleh seorang manajer
5
proyek adalah menyatukan visi menjadi satu tujuan yang telah ditetapkan oleh
organisasi.
2.2 Manajemen Proyek
Definisi manajemen proyek menurut Harold Kersner (1982) dalam
Soeharto (1997) adalah sebagai berikut : “Manajemen proyek adalah
merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengendalikan sumber daya
perusahaan untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan”. Dari
definisi diatas terlihat bahwa konsep manajemen proyek mengandung hal-hal
pokok:
a. Menggunakan pengertian manajemen berdasarkan fungsinya, yaitu
merencanakan, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan sumber daya
perusahaan yang berupa manusia dan material.
b. Kegiatan yang dikelola berjangka pendek, dengan sasaran yang telah
digariskan secara spesifik. Untuk itu perlu teknik dan metode pengelolaan
yang khusus, terutama aspek perencanaan dan pengendalian.
2.3 Kinerja Proyek
Kinerja Proyek merupakan bagaimana cara kerja proyek tersebut dengan
membandingkan hasil kerja nyata dengan perkiraan cara kerja pada kontrak kerja
yang disepakati oleh pihak owner dan kontraktor pelaksana. Menurut Barrie
(1995) dalam Pramana (2014), pelaporan mengenai hasil kinerja suatu proyek
harus memenuhi lima komponen yaitu:
1. Prakiraan, yang akan memberikan suatu standar untuk membandingkan hasil
sebenarnya dengan hasil ramalan.
2. Hal yang sebenarnya terjadi.
3. Ramalan, yang didasarkan untuk melihat apa yang akan terjadi di masa yang
akan datang.
4. Varian, menyatakan sampai sejauh mana hasil yang sebenarnya terjadi
berbeda dari apa yang diperkiraan/diramalkan.
5. Pemikiran, untuk menerangkan mengenai keadaan proyek. Apabila dalam
suatu pelaporan terdapat penyimpangan maka manajemen akan meneliti dan
6
memahami alasan yang melatarbelakanginya. Untuk itu diperlukan
pengendalian agar pekerjaan sesuai anggaran, jadwal dan sepesifikasi yang
telah ditetapkan.
2.4 Pengendalian Proyek
Pengendalian merupakan usaha yang sistematis untuk standar yang sesuai
dengan sasaran perencanaan, merancang sistem informasi, membandingkan
pelaksanaan dengan standar, menganalisis kemungkinan adanya penyimpangan
antara pelaksanaan dan standar, kemudian mengambil tindakan pembetulan yang
diperlukan agar sumber daya yang digunakan efektif dan efisien dalam rangka
mencapai sasaran (Soeharto, 1997).
Pengendalian yang dilaksanakan adalah memastikan bahwa segala
sesuatunya berjalan sesuai dengan rencana yang ditetapkan, instruksi yang
diberikan dan prinsip yang telah ditentukan. Proses pengendalian proyek meliputi
sebagai berikut:
a. Menentukan Sasaran
Sasaran pokok proyek yang telah ditentukan, dihasilkan dari suatu
perencanaan dasar dan menjadi salah satu pertimbangan utama dalam
mengambil keputusan untuk pelaksana sehingga sasaran-sasaran tersebut
merupakan tonggak tujuan dari kegiatan pengendalian.
b. Lingkup Kegiatan
Untuk memperjelas sasaran maka lingkup pekerjaan meliputi ukuran, batas
dan jenis pekerjaan apa saja yang harus dilakukan untuk meyelesaikan lingkup
proyek secara keseluruhan.
c. Standar Dan Kriteria
Usaha untuk mencapai sasaran yang efektif dan efisien, perlu disusun suatu
standar dan kriteria yang dipakai sebagai tolak ukur untuk membandingkan
dan menganalisis hasil pekerjaan. Standar, kriteria, dan patokan yang dipilih
dan ditentukan harus bersifat kuantitatif, demikian pula metode pengukuran
dan perhitungannya harus dapat memberikan indikasi terhadap pencapaian
sasaran.
7
d. Merancang Sistem Informasi
Satu hal yang perlu ditekankan dalam proses pengendalian proyek adalah
perlunya sistem informasi dan pengumpulan data yang mampu memberikan
keterangan yang cepat, tepat dan akurat. Sistem ini diperlukan untuk
memantau prestasi pekerjaan dan mengolahnya menjadi suatu bentuk
informasi yang dapat digunakan untuk tindakan pengambilan keputusan.
e. Mengkaji Dan Menganalisis Hasil Pekerjaan
Pada tahap ini, diadakan analisis berdasarkan indikator yang diperoleh dan
mencoba membandingkan kriteria dan standar yang ditentukan. Hasil analisis
ini digunakan sebagai landasan dan dasar tindakan pembetulan.
f. Mengadakan Tindakan Pembetulan
Apabila hasil analisis menunjukkan adanya penyimpangan yang cukup berarti,
maka perlu diadakan langkah-langkah pembetulan. Hasil analisis dan
pembetulan akan berguna sebagai umpan balik pekerjaan selanjutnya dalam
rangka mengusahakan tetap tercapainya sasaran semula.
2.5 Objek dan Aspek Pengendalian
Dengan mengetahui fungsi dan proses pengendalian, maka langkah
selanjutnya adalah mengidentifikasi jenis kegiatan dan aspek kegiatan yang perlu
dikendalikan. Pengendalian bertujuan memantau dan membimbing pelaksanaan
pekerjaan yang akan direncanakan. Garis besar objek dan aspek pengendalian
proyek adalah sebagai berikut:
a. Organisasi Dan Personel
Memantau apakah organisasi pelaksanaan proyek dibentuk sesuai dengan
rencana, apakah pengisian personel telah memenuhi kualifikasi dan apakah
jumlahnya telah mencukupi.
b. Waktu/Jadwal
Dalam aspek ini objek pengendalian berlangsung sepanjang siklus proyek.
Jadwal adalah penjabaran perencanaan proyek menjadi urutan langkah-
langkah pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai sasaran. Pada jadwal telah
dimasukkan waktu. Metode menyusun jadwal yang terkenal adalah analisa
8
jaringan kerja (network), yang menggambarkan dalam suatu grafik hubungan
urutan pekerjaan proyek.
c. Anggaran Biaya
Sepertinya halnya aspek waktu maka pengendalian anggaran dan pemakaian
jam-orang berlangsung sepanjang siklus proyek, dengan potensi paling
mungkin keberhasilan yang besar berada diawal proyek sewaktu merumuskan
definisi lingkup kerja.
d. Pengendalian Kinerja
Memantau serta mengendalikan aspek biaya dan jadwal secara terpisah
dengan memberikan penjelasan perihal kinerja pada saat pelaporan. Berbagai
faktor menentukan didalam efektifitas pengendalian, salah satu diantaranya
yang terpenting adalah tepat waktu dan biaya serta peka terhadap indikasi
penyimpangan yang terjadi terhadap status proyek.
2.6 Penjadwalan Proyek
Penjadwalan merupakan penjabaran perencanaan proyek menjadi urutan
langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan sesuai skala waktu untuk mencapai
sasaran. Penjadwalan menentukan kapan aktivitas-aktivitas itu dimulai, ditunda,
dan diselesaikan, sehingga pembiayaan dan pemakaian sumber daya akan
disesuaikan waktunya menurut kebutuhan yang telah ditentukan.
Pada dasarnya, suatu pekerjaan konstruksi dibagi menjadi seperangkat
pekerjaan-pekerjaan kecil sehingga dapat dianggap sebagai satu unit pekerjaan
yang dapat berdiri sendiri dan memiliki suatu perkiraaan jadwal yang tertentu
pula, dengan tujuan untuk meningkatkan akurasi perkiraan kurun waktu
penyelesaian proyek dan mempertajam analisis ketergantungan antar kegiatan,
karena makin terperincinya pemecahan akan makin banyak komponen-komponen
kegiatan terpisahkan, sehingga jumlahnya bertambah. Dengan demikian, makin
banyak variasi hubungan ketergantungan yang terbuka dan yang mungkin
menghasilkan kurun waktu penyelesaian proyek yang lebih singkat, dimana hal ini
disebabkan oleh adanya kegiatan-kegiatan yang dapat disebabkan secara parallel
(Soeharto, 1997).
9
2.6.1 Bar Chart
Bar Chart adalah sekumpulan aktivitas yang ditempatkan dalam kolom
vertikal, sementara waktu ditempatkan dalam baris horizontal. Waktu mulai dan
selesai setiap kegiatan beserta durasinya ditunjukkan dengan menempatkan balok
horizontal di bagian sebelah kanan dari setiap aktivitas. Perkiraan waktu mulai
dan selesai dapat ditentukan dari skala waktu horizontal pada bagian atas bagan.
Panjang dari balok menunjukkan durasi dari aktivitas dan biasanya aktivitas-
aktivitas tersebut disusun berdasarkan kronologi pekerjaannya (Callahan, 1992)
dalam Widiasanti dan Lenggogeni (2013).
Bar Chart ini dibuat pertama kali oleh Henry L. Gantt pada masa perang
dunia I, sehingga sering juga disebut sebagai Gantt Chart. Bar Chart atau Gantt
Chart digunakan secara luas sebagai teknik penjadwalan dalam konstruski. Hal ini
karena bar chart memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Mudah dalam pembuatan dan persiapannya.
2. Memiliki bentuk yang mudah dimengerti.
3. Bila digabungkan dengan metode lain, seperti kurva S dapat dipakai lebih jauh
sebagai pengendalian biaya.
Meskipun memiliki segi-segi keuntungan tersebut, penggunaan metode
bagan balok terbatas karena kendala-kendala berikut (Callahan, 1992) dalam
Widiasanti dan Lenggogeni (2013).
1. Tidak menunjukkan secara spesifik hubungan ketergantungan antara satu
kegiatan dengan kegiatan yang lain, sehingga sulit untuk mengetahui dampak
yang diakibatkan oleh keterlambatan satu kegiatan terhadap jadwal
keseluruhan proyek.
2. Sukar mengadakan perbaikan atau pembaruan, karena umumnya harus
dilakukan dengan membuat bagan balok baru padahal tanpa adanya
pembaruan segera menjadi “kuno” dan menurun daya gunanya.
3. Untuk proyek berukuran sedang dan besar, lebih-lebih yang bersifat kompleks,
penggunaan bagan balok akan menghadapi kesulitan. Aturan umum
penggunaan penjadwalan dengan dengan bar chart menyatakan bahwa proyek
yang kurang dari 100 kegiatan karena jika lebih dari 100, maka akan menjadi
sulit untuk dibaca dan digunakan.
10
Penggunaan bar chart bertujuan untuk mengidentifikasi unsur waktu dan
urutan dalam merencanakan suatu kegiatan, terdiri dari waktu mulai, waktu
selesai dan pada saat pelaporan. Penggambaran bar chart terdiri dari kolom dan
baris. Pada kolom tersusun urutan kegiatan yang disusun secara berurutan,
sedangkan baris menunjukkan periode waktu yang dapat berupa hari, minggu,
ataupun bulan. Perincian yang terdapat pada bar chart adalah sebagai berikut:
1. Pada sumbu horizontal X tertulis satuan waktu, misalnya hari, minggu, bulan,
tahun. Waktu mulai dan akhir suatu kegiatan tergambar dengan ujung kiri dan
kanan balok dari kegiatan yang bersangkutan.
2. Pada sumbu vertikal Y dicantumkan kegiatan atau aktivitas proyek dan
digambar sebagai balok.
3. Perlu diperhatikan urutan antara kegiatan satu dengan lainnya, meskipun
belum terlihat hubungan ketergantungan antara satu dengan lain.
4. Format penyajian bar chart yang lengkap berisi perkiraan urutan pekerjaan,
skala waktu, dan analisis kemajuan pekerjaan pada saat pelaporan.
5. Jika bar chart atau bagan balok dibuat berdasarkan Activity on Arrow, maka
yang pertama kali digambarkan atau dibuat baloknya adalah kegiatan kritis,
kemudian dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan nonkritis.
Gambar 2.1 Bar Chart atau Gantt ChartSumber: Ervianto, 2005
2.6.2 Diagram Preseden (Precedence Diagram)
Precedence Diagram merupakan salah satu teknik penjdwalan yang
termasuk dalam teknik penjadwalan Network Planning. Precedence Diagram
menitikberatkan kegiatan pada node sehingga kadang disebut dengan Activity on
11
Node. Istilah “Presedence Diagram” pertama kali muncul tahun 1964 pada
perusahaan IBM. Precedence Diagram merupakan versi yang lebih kompleks dari
Arrow Diagram.
Precedence Diagram mengenal adanya konstrain antar kegiatan, yaitu SS
(Start to Start), SF (Start to Finish), FS (Finish to Start), dan FF (Finish to
Finish), yang memungkinkan menggambarkan kegiatan tumpang tindih lebih
sederhana.
Nomor Urut
ID Durasi
Tanggal Mulai Tanggal Selesai
Nomor Urut
Tgl. Mulai : ES/LS Durasi
Tgl. Selesai : EF/LF Total Float
Progres Penyelesaian %
Gambar 2.2 Denah yang lazim pada node PDMSumber: Soeharto, 1997
Keterangan:
- Nama Kegiatan = Nama kegiatan sesuai dengan inventarisasi
kegiatan
- ID = Nomor identitas kegiatan kerja
- Durasi = Lamanya waktu pelaksanaan kegiatan
- Earliest Start (ES) = Waktu mulai paling cepat
- Latest Start (LS) = Waktu mulai paling lambat
- Earliest Finish (EF) = Waktu selesai paling cepat
- Latest Start (LS) = Waktu selesai paling lambat
- Total Float =Tenggang waktu total
- Progres Penyelesaian = Prosentase kemajuan proyek
12
2.6.3 Konstrain, Lead, Dan Lag pada Precedence Diagram
Pada diagram presedence hubungan antar kegiatan berkembang menjadi
beberapa kemungkinan berupa konstrain. Konstrain menunjukkan hubungan antar
kegiatan dengan satu garis dari node terdahulu ke node berikutnya. Satu konstrain
hanya dapat menghubungkan dua lingkaran (node). Karena setiap lingkaran
(node) hanya memiliki dua ujung yaitu ujung awal atau mulai = (S) dan ujung
akhir atau selesai (F), maka ada empat macam konstrain yaitu awal ke awal (SS),
awal ke akhir (SF), akhir ke akhir (FF), dan akhir ke awal (FS), pada garis
konstrain dibubuhkan penjelasan mengenai waktu mendahului (lead) atau
terlambat tertunda (lag). Bila kegiatan (i) mendahului (j) dan satuan waktu adalah
hari, maka penjelasan lebih lanjut adalah sebagai berikut:
a. Konstrain Selesai ke Mulai (FS)
Dirumuskan sebagai FS (i-j) = a yang berarti kegiatan (j) mulai “a” hari,
setelah kegiatan yang mendahuluinya (i) selesai.
Konstrain FS:
Gambar 2.3 Konstrain FSSumber: Soeharto, 1997
b. Konstrain Mulai ke Mulai (SS)
Dirumuskan sebagai SS (i-j) = b yang berarti suatu kegiatan (j) mulai setelah
“b” hari kegiatan (i) mulai. Konstrain semacam ini terjadi bila sebelum
kegiatan terdahulu selesai 100% maka kegiatan (j) boleh mulai.
Konstrain SS:
Gambar 2.4 Konstrain SSSumber: Soeharto, 1997
Kegiatan (i) Kegiatan (j)FS (i-j) = a
Kegiatan (i)
Kegiatan (j)SS (i-j) = b
13
c. Konstrain Selesai ke Selesai (FF)
Dirumuskan sebagai FF (i-j) = c yang berarti suatu kegiatan (j) selesai setelah
“c” hari kegiatan terdahulu (i) selesai. Konstrain semacam ini mencegah
selesainya suatu kegiatan terdahulu selesai 100% sebelum kegiatan yang
terdahulu telah sekian “c” hari selesai.
Konstrain FF:
Gambar 2.5 Konstrain FFSumber: Soeharto, 1997
d. Konstrain Mulai ke Selesai (FS)
Dirumuskan sebagai FS (i-j) = d yang berarti suatu kegiatan (j) selesai setelah
“d” hari kegiatan terdahulu (i) harus mulai sebelum bagian akhir kegiatan
yang dimaksud boleh diselesaikan.
Konstrain SF:
Gambar 2.6 Konstrain SFSumber: Soeharto, 1997
Catatan :
- b dan c disebut lead time (waktu mendahului)
- a dan c disebut lag time (waktu tertunda)
Kegiatan (j)
Kegiatan (i)
SF (i-j) = d
Kegiatan (j)
Kegiatan (i)
FF (i-j) = c
Kegiatan (j)
Kegiatan (i)
14
2.6.4 Network Diagram
Network diagaram adalah visualisasi proyek berdasarkan network
planning. Network diagram berupa jaringan kerja yang berisi lintasan-lintasan
kegiatan dan urutan-urutan peristiwa yang ada selama penyelenggaraan proyek.
Dengan network diagram dapat segera dilihat kaitan suatu kegiatan-kegiatan
lainnya, sehingga bila sebuah kegiatan terlambat maka dengan segera dapat dilihat
kegiatan apa saja yang dipengaruhi oleh keterlambatan tersebut dan berapa besar
pengaruhnya. Juga dengan network diagram dapat diketahui kegiatan-kegiatan
mana saja yang kritis, sehingga dengan mengetahui tingkat kekeritisannya dapat
ditetapkan skala prioritas dalam menangani masalah-masalah yang timbul dalam
penyelenggaraan proyek. Juga dapat diketahui peristiwa-peristiwa mana saja yang
kritis sehingga usaha-usaha segera dapat diarahkan dan dimulai sedini mungkin
untuk membuat peristiwa kritis tersebut terjadi pada saatnya.
Jumlah simbol yang digunakan dalam sebuah network diagram minimum
dua dan maksimum tiga macam. Ketiga macam simbol tersebut adalah: anak
panah yang melambangkan kegiatan, lingkaran melambangkan peristiwa, dan
anak panah terputus-putus melambangkan hubungan antara dua peristiwa.
1. Anak panah (Arrow)
Anak panah melambangkan kegiatan. Sebuah anak panah hanya
melambangkan sebuah kegiatan demikian pula sebuah kegiatan hanya
dilambangkan oleh sebuah anak panah. Pada umumnya nama kegiatan
dicantumkan diatas anak panah dan lama kegiatan dicantumkan dibawah anak
panah. Anak panah selalu digambarkan dengan ekor anak panah di sebelah
kiri dan kepala anak panah disebelah kanan. Ekor anak panah ditafsirkan
sebagai kegiatan dimulai dan kepala anak panah ditafsirkan sebagai kegiatan
selesai.
2. Lingkaran (Node)
Lingkaran yang melambangkan peristiwa selalu digambar berupa lingkaran
yang terbagi atas tiga ruang yaitu: ruangan sebelah kiri, ruangan sebelah kanan
atas, dan ruangan sebelah kanan bawah. Ruangan sebelah kiri merupakan
tempat huruf yang menyatakan nomor peristiwa dan nomor peristiwa bisa pula
dinyatakan berupa simbol (variabel) dengan huruf n, i, dan j. Ruangan sebelah
15
kanan atas merupakan tempat bilangan yang menyatakan nomor hari (untuk
satuan waktu hari) yang merupakan saat paling awal peristiwa yang mungkin
terjadi. Ruang sebelah kanan bawah merupakan tempat bilangan yang
menyatakan nomor hari (untuk satuan waktu hari) yang merupakan saat paling
lambat peristiwa yang bersangkutan boleh terjadi.
3. Anak Panah Terputus-Putus (Dummy)
Anak panah terputus-putus menyatakan nama kegiatan semu atau disebut
Dummy Activity. Fungsinya adalah menunjukkan saling ketergantungan antara
setiap kegiatan. Dummy tidak mempunyai waktu pengerjaan (Zero Time
Duration).
2.7 Biaya Proyek
Perkiraan biaya memegang peranan penting dalam penyelenggaraan suatu
proyek. Segala sesuatu mengenai penyeleggaraan kegiatan proyek mulai dari
tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian akan dihitung dalam nilai
uang. Maka pengalaman dan ketelitian akan sangat penting dalam perhitungan
penyusunan perkiraan biaya proyek (Soeharto, 1997). Pembiayaan suatu proyek
terdiri dari biaya langsung (direct cost), biaya tak langsung (indirect cost), dan
total biaya proyek.
2.7.1 Biaya Langsung
Biaya langsung yaitu biaya yang dikeluarkan langsung berpengaruh
terhadap pelaksanaan fisik proyek (Luthan dan Syafriandi, 2006). Yang termasuk
dalam biaya langsung:
a. Biaya bahan, dengan memperhatikan spesifikasi, kualitas, dan kuantitas bahan
yang dibutuhkan dapat dilakukan perhitungan biaya untuk bahan. Biaya bahan
terdiri dari biaya pembelian material, biaya transportasi, biaya penyimpanan
material, dan biaya kerugian akibat kehilangan atau kerusakan material.
b. Biaya tenaga kerja, biaya ini diperhitungkan dengan memperkirakan keahlian
dan jumlah yang dipakai untuk melaksanakan setiap kegiatan proyek. Biaya
ini dapat dibedakan menjadi upah harian dan upah borongan.
16
c. Biaya peralatan, biaya ini umumnya digolongkan sebagai jenis biaya sendiri
dapat berupa sewa (bila menyewa), biaya pembelian peralatan, biaya
operasional, biaya pemeliharaan, biaya operator, biaya mobilisasi, dan lain-
lain terkait dengan peralatan.
2.7.2 Biaya Tak Langsung
Biaya tak langsung yaitu pengeluaran untuk manajemen, dimana biaya
tersebut dikeluarkan untuk dapat melancarkan pelaksanaan proyek (Luthan dan
Syafriandi, 2006). Biaya-biaya tersebut antara lain:
a. Biaya umum proyek, misalnya biaya pembangunan fasilitas sementara, gaji
karyawan, penyediaan transportasi, listrik, air, dan lainnya.
b. Keuntungan, yang biasanya diperhitungkan untuk melengkapi penawaran
proyek.
Biaya tak langsung untuk pelaksanaan proyek (gaji karyawan, telepon, dll)
biasanya besar perbulannya tetap.
2.7.3 Total Biaya Proyek
Total biaya proyek yaitu penjumlahan biaya langsung dengan biaya tak
langsung. Kedua biaya ini umumnya berubah sejalan dengan waktu dan kemajuan
proyek. Makin lama proyek berjalan maka makin tinggi kumulatif biaya tak
langsung yang diperlukan.
Biaya pengeluaran proyek adalah biaya yang dikeluarkan oleh pelaksana
atau kontraktor untuk menyelesaikan setiap pekerjaan proyek (Luthan dan
Syafriandi, 2006). Cara pembayarannya (accure at) oleh kontraktor adalah:
a. Start, pembayaran yang dilakukan pada awal suatu kegiatan dimulai, misalnya
pengeluaran untuk pembelian bahan seperti semen, pasir, batu, dan lainnya
yang dibayar atau diadakan sebelum pelaksanaan dimulai.
b. Prorate, pembayaran yang dilakukan per waktu tertentu. Pengeluaran ini
biasanya berupa pengeluaran untuk tukang, pekerja dan lainnya yang
dibayarkan per hari atau per minggu.
17
c. End, pembayaran yang dilakukan saat selesainya kegiatan proyek. Misalkan
yang dilakukan secara borongan, dimana setelah selesai pekerjaan tersebut
baru dibayar.
d. Pembayaran yang dilakukan per periode tertentu atau termyn sesuai dengan
hasil yang didapat.
2.8 Metode Pengendalian
Suatu sistem pengendalian disamping memerlukan perencanaan yang
realistis sebagai tolak ukur pencapaian sasaran, juga harus dilengkapi dengan
teknik dan metode yang dapat segera mengungkapan tanda-tanda terjadinya
penyimpangan. Untuk pengendalian biaya dan jadwal terdapat dua macam teknik
dan metode yang luas pemakaiannya, yaitu identifikasi varians dan konsep nilai
hasil. Identifikasi dilakukan dengan membandingkan jumlah uang yang
sesungguhnya dikeluarkan dengan anggaran. Sedangkan untuk jadwal, dianalisis
kurun waktu yang telah dipakai dibandingkan dengan perencanaan. Melalui
identifikasi ini, akan terlihat apakah telah terjadi penyimpangan antara rencana
dan kenyataan, serta mendorong untuk mencari sebab-sebabnya. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Konsep Nilai Hasil (Earned
Value), dengan mengkaji kecendrungan varian biaya dan jadwal, dan nantinya
dapat mengadakan tindakan manajerial.
2.8.1 Metode Earned Value
Salah satu langkah pengendalian pelaksanaan proyek yang digunakan
yaitu metode Earned Value. Metode Earned Value merupakan metode
perhitungan anggaran biaya sesuai dengan pekerjaan yang telah diselesaikan.
Metode Earned Value mengkombinasikan biaya, jadwal dan prestasi
pekerjaan serta mengukur besarnya pekerjaan yang telah diselesaikan pada suatu
waktu dan menilai berdasarkan jumlah anggaran yang disediakan untuk pekerjaan
tersebut. Metode ini dapat mengungkapkan apakah kemajuan pelaksanaan
pekerjaan proyek senilai dengan pemakaian pada bagian anggarannya. Dengan
analisis metode Earned Value dapat diketahui hubungan antara apa yang
18
sesungguhnya telah dicapai secara fisik terhadap jumlah anggaran yang telah
dikeluarkan.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa metode ini menyajikan tiga
dimensi, yaitu penyelesaian fisik dari proyek (the percent complete) yang
mencerminkan rencana penyerapan biaya (budgeted cost), biaya aktual yang
sudah dikeluarkan (actual cost), serta apa yang didapat dari biaya yang sudah
dikeluarkan atau yang disebut Earned Value. Dari ketiga dimensi tersebut, dengan
metode Earned Value dapat dihubungkan antara kinerja biaya dan waktu
(Flemming dan Koppelman, 1994) dalam Widiasanti dan Lenggogeni (2013).
Persamaan dari metode Earned Value dapat ditulis dengan rumus:
(2.1)
Sumber: Soeharto, 2001
Dimana:
- % Penyelesaian yang dicapai pada saat pelaporan
- Anggaran yang dimaksud adalah nilai kontrak proyek
2.8.2 Indikator-Indikator yang Dipergunakan
Dalam metode ini terdapat tiga indikator dasar yang dipergunakan untuk
mengalisis kinerja dari proyek berdasarkan konsep Earned Value yaitu, ACWP
(Actual Cost of Work Performance), BCWP (Budgeted Cost of Work
Performance), dan BCWS (Budgeted Cost of Work Scheduled).
a. ACWP (Actual Cost of Work Performance)
Actual Cost of Work Performance adalah jumlah biaya aktual dari pekerjaan
yang telah dilaksanakan. Biaya ini diperoleh dari data-data akuntansi atau
keuangan proyek pada tanggal pelaporan (misalnya, akhir bulan), yaitu catatan
segala pengeluaran biaya aktual dari paket kerja atau kode akuntansi termasuk
perhitungan overhead dan lain-lain. Jadi, ACWP merupakan jumlah aktual
dari dana pengeluaran atau dana yang digunakan untuk melaksanakan
pekerjaan pada kurun waktu tertentu.
Nilai Hasil = (% Penyelesaian) x (Anggaran)
19
b. BCWP (Budgeted Cost of Work Performance)
Budgeted Cost of Work Performance adalah nilai hasil dari sudut pandang
nilai pekerjaan yang telah diselesaikan terhadap anggaran yang disediakan
untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. BCWP ini dihitung berdasarkan
akumulasi dari pekerjaan-pekerjaan yang telah diselesaikan. Bila angka
ACWP dibandingkan dengan BCWP, maka akan terlihat perbandingan antara
biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan yang terlaksana terhadap biaya yang
seharusnya dikeluarkan untuk pekerjaan tersebut.
c. BCWS (Budgeted Cost of Work Scheduled)
Budgeted Cost of Work Scheduled adalah anggaran untuk suatu paket
pekerjaan, tetapi disusun dan dikaitkan dengan jadwal pelaksanaan. BCWS
dihitung dari penjumlahan biaya yang direncanakan untuk pekerjaan dalam
periode waktu tertentu. Disini terjadi perpaduan antara biaya, jadwal dan
lingkup kerja dimana setiap elemen pekerjaan telah diberi alokasi biaya dan
jadwal yang dapat menjadi tolak ukur dalam pelaksanaan pekerjaan.
Dengan menggunakan 3 indikator diatas, dapat dihitung berbagai faktor
yang menunjukkan kemajuan dan kinerja pelaksanaan proyek, seperti:
a. Varian biaya dan varian jadwal terpadu;
b. Memantau perubahan varians terhadap angka standar;
c. Indeks produktivitas dan kinerja; dan
d. Prakiraan biaya penyelesaian proyek.
2.8.3 Varian Biaya dan Varian Jadwal
Berdasarkan indikator-indikator di atas diperoleh besaran varians atau
penyimpangan biaya dan jadwal yang dapat memberikan informasi kinerja
pengelolaan biaya dan jadwal. Variansi biaya dan jadwal tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a. Varian Biaya atau Cost Variance (CV)
Cost Variance merupakan perbedaan nilai yang diperoleh setelah
menyelesaikan bagian pekerjaan dengan nilai aktual pelaksanaan proyek.
Persamaan dari Cost Variance (CV) adalah:
20
(2.2)
Sumber: Soeharto, 2001
Dimana:
CV : Varian Biaya (Cost Variance)
BCWP : Budgeted Cost of Work Performance
ACWP : Actual Cost of Work Performance
CV = 0 : Biaya sesuai dengan anggaran rencana
CV = + : Biaya lebih kecil/hemat
CV = - : Biaya lebih besar/boros
b. Varian Jadwal atau Schedule Variance (SV)
Schedule Variance adalah perbedaan bagian pekerjaan yang dapat
dilaksanakan dengan bagian pekerjaan yang direncanakan. Persamaan dari
Schedule Variance (SV) adalah:
(2.3)
Sumber: Soeharto, 2001
Dimana:
SV : Varian Jadwal (Schedule Variance)
BCWP : Budgeted Cost of Work Performance
BCWS : Budgeted Cost of Work Scheduled
SV = 0 : Proyek tepat waktu
SV = + : Proyek lebih cepat
CV = BCWP – ACWP
SV = BCWP – BCWS
21
SV = - : Proyek terlambat
Gambar 2.7 Grafik Earned ValueSumber: Soeharto, 2001
Tabel 2.1 Analisis Varians Terpadu
Varian Jadwal
SV = BCWP - BCWS
Varian Biaya
CV = BCWP - ACWP Keterangan
Positif Positif
Pekerjaan terlaksana lebih
cepat daripada jadwal
dengan biaya lebih kecil
dari anggaran.
Nol Positif
Pekerjaan terlaksana tepat
sesuai jadwal dengan biaya
lebih rendah daripada
anggaran.
Positif Nol
Pekerjaan terlaksana sesuai
anggaran dan selesai lebih
cepat daripada jadwal.
Nol Nol
Pekerjaan terlaksana sesuai
jadwal dan anggaran.
22
Varian Jadwal
SV = BCWP - BCWS
Varian Biaya
CV = BCWP - ACWP Keterangan
Negatif Negatif
Pekerjaan selesai terlambat
dan menelan biaya lebih
tinggi daripada anggaran.
Nol Negatif
Pekerjaan terlaksana sesuai
jadwal dengan menelan
biaya diatas anggaran.
Negatif Nol
Pekerjaan selesai terlambat
dan menelan biaya sesuai
anggaran.
Positif Negatif
Pekerjaan selesai lebih
cepat daripada rencana
dengan menelan biaya
diatas anggaran
2.8.4 Indeks Kinerja/Prestasi Jadwal dan Biaya
Varians jadwal dan biaya di atas belum menggambarkan kondisi
penyimpangan relatif terhadap satuan unit anggaran atau biayanya. Oleh karena
itu terdapat suatu index yang dapat mengukur prestasi baik jadwal dan biaya, atau
untuk mengetahui seberapa besar efisiensi penggunaan sumberdaya oleh suatu
proyek, digunakan besaran berupa indeks produktivitas atau indeks kinerja
sebagai berikut:
a. Indeks Kinerja Jadwal atau Schedule Performance Index (SPI)
Schedule Performance Index adalah perbandingan antara penyelesaian
pekerjaan di lapangan dengan rencana kerja pada periode waktu tertentu. Nilai
SPI lebih dari 1 menujukan bahwa kinerja pekerjaan yang baik, pekerjaan
yang diselesaikan melampaui target yang sudah direncanakan. Persamaan dari
Indeks Kinerja Jadwal adalah:
(2.4)
Sumber: Soeharto, 2001
SPI = BCWP / BCWS
23
Dimana:
SPI : Indeks Kinerja Jadwal (Schedule Performance Index)
BCWP : Budgeted Cost of Work Performance
BCWS : Budgeted Cost of Work Scheduled
SPI = 0 : Proyek tepat waktu
SPI > 0 : Proyek lebih cepat
SPI < 0 : Proyek terlambat
b. Indeks Kinerja Biaya atau Cost performance Index (CPI)
Cost performance Index adalah perbandingan antara nilai yang diterima dari
penyelesaian pekerjaan dengan biaya aktual yang dikeluarkan untuk
menyelesaikan pekerjaan tersebut. CPI lebih dari 1 menunjukkan kinerja biaya
yang baik, terjadi penghematan biaya aktual pelaksanaan dibandingkan
dengan biaya rencana untuk bagian pekerjaan tersebut. Persamaan dari Indeks
Kinerja Biaya adalah:
(2.5)
Sumber: Soeharto, 2001
Dimana:
CPI : Indeks Kinerja Biaya (Cost performance Index)
BCWP : Budgeted Cost of Work Performance
ACWP : Actual Cost of Work Performance
CPI = 0 : Biaya sesuai dengan anggaran rencana
CPI > 0 : Biaya lebih kecil/hemat
CPI < 0 : Biaya lebih besar/boros
2.8.5 Proyeksi Biaya dan Jadwal Akhir Proyek
Membuat prakiraan biaya atau jadwal penyelesaian proyek berdasarkan
atas analisis indikator yang diperoleh saat pelaporan akan memberikan petunjuk
CPI = BCWP / ACWP
24
besarnya biaya pada akhir proyek (Estimate All Cost - EAC). Atau dapat
dikatakan memberikan proyeksi mengenai akhir proyek atas dasar angka yang
diperoleh pada saat pelaporan.
Prakiraan tidak dapat memberikan jawaban dengan angka yang tepat
karena didasarkan atas berbagai asumsi, jadi tergantung dari akurasi asumsi yang
dipakai. Meskipun demikian, pembuatan prakiraan biaya dan jadwal sangat
bermanfaat karena memberikan peringatan dini mengenai hal-hal yang akan
terjadi pada masa yang akan datang bila kecenderungan yang ada pada saat ini
(saat pelaporan) tidak mengalami perubahan. Dengan demikian, masih tersedia
kesempatan untuk mengadakan tindakan pembetulan.
Bila dianggap kinerja biaya pada pekerjaan yang tersisa tetap seperti pada
saat pelaporan, maka prakiraan biaya untuk pekerjaan yang tersisa (ETC) adalah:
ETC = (BAC - BCWP) / CPI (2.6)
Jadi, prakiraan total biaya proyek (EAC) adalah sama dengan jumlah
pengeluaran sampai pada saat pelaporan ditambah prakiraan biaya untuk
pekerjaan tersisa, atau:
EAC = ACWP + ETC (2.7)
Sedangkan prakiraan terhadap aspek waktu penyelesaian seluruh pekerjaan
adalah:
ETS = (Rencana – Waktu Pelaporan) / SPI (2.8)
EAS = Waktu Pelaporan + ETS (2.9)
Dimana :
BAC (Budgeted at Completion) = Anggaran Proyek Keseluruhan
SPI (Schedule Performance Index) = Indeks Kinerja Jadwal
CPI (Cost performance Index) = Indeks Kinerja Biaya
ETC (Estimate Temporary Cost) = Prakiraan Biaya Untuk Pekerjaan
Tersisa
EAC (Estimate All Cost) = Prakiraan Total Biaya Proyek
ETS (Estimate Temporary Schedule) = Prakiraan Waktu Untuk Pekerjaan
Tersisa
EAS (Estimate All Schedule) = Prakiraan Total Waktu Proyek
25
Seperti yang telah dikemukakan diatas maksud dari pengendalian adalah
untuk mengusahakan agar pekerjaan dapat berjalan sesuai dengan perencanaan.
Penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan mungkin sesuatu hal yang sulit
dihindari sehingga perlu dilakukan usaha pembetulan atau penanganan yang
diikuti pembentukan jaringan kerja (Network Planning) yang baru untuk dapat
diketahui rencana waktu yang akan dilaksanakan.
2.8.6 Kriteria Sistem Pengendalian Biaya dan Jadwal
Kriteria sistem pengendalian biaya dan jadwal adalah penerapan dari
konsep nilai dengan memasukkan dan mengkaitkan unsur-unsur anggaran,
pengeluaran, jadwal, nilai hasil, lingkup kerja dan organisasi pelaksana.
Pengelompokkan konsep kriteria sistem biaya dan jadwal dibagi menjadi lima
golongan, yaitu:
1. Organisasi
Golongan ini terdiri dari:
a. Identifikasi lingkup proyek atau kontrak. Kemudian menguraikan dan
menyusunnya kembali dalam bentuk paket kerja.
b. Identifikasi unsur-unsur organisasi yang akan diserahi tugas pekerjaan,
2. Perencanaan dan Anggaran Biaya
Pada golongan ini bertujuan menyusun kriteria tolak ukur yang akan dipakai
untuk mengukur kinerja pekerjaan, kriteria yang terpenting adalah:
a. Menyusun jadwal pekerjaan.
b. Menyusun anggaran atau perkiraan biaya termasuk over head.
c. Membuat tolak ukur kinerja.
3. Kode Akuntansi Biaya
Kode akuntansi ini menyatukan rincian lingkup kerja dengan rincian
organisasi. Dalam rangka mengadakan penetuan dan pengendalian, sistem
kode akuntansi berfungsi menjelaskan urutan, posisi dan hubungannya dengan
paket kerja dan lapisan struktur yang lain.
26
4. Mengadakan Analisis
Pada saat pelaporan, misalnya laporan bulanan, data yang terkumpul mengenai
kemajuan pekerjaan dan pengeluaran dianalisis untuk setiap paket pekerjaan
yang meliputi:
a. Kemajuan fisik aktual dihitung berdasarkan anggaran yang dialokasikan
atau BCWP.
b. Pengeluaran tercatat pada sistem akuntansi atau ACWP.
c. Perencanaan dasar dan anggaran yang mengaitkan jadwal dengan biaya
atau BCWS.
Ketiga indikator tersebut setelah dianalisis akan memberikan gambaran yang
tepat perihal kinerja setiap paket pekerjaan, yaitu mengenai pencapaian jadwal
dan anggarannya.
5. Revisi dan Pemeriksaan Data
Bila terjadi perubahan, revisi atau change order, maka harus ditangani sesuai
prosedur yang ditetapkan berikut dokumen-dokumen yang mencatat dan
mendukungnya.
2.9 Aplikasi Komputer Dalam Penyusunan Penjadwalan
Salah satu keunggulan dari penggunaan aplikasi komputer adalah
kemampuan mengolah data dalam jumlah yang besar dengan kemungkinan
kesalahan yang kecil serta lebih cepat dan akurat. Untuk mempermudah dalam
penyusunan penjadwalan maka salah satu aplikasi komputer yang dapat
digunakan yaitu dengan menggunakan Microsoft Project. Microsoft Project
adalah suatu paket program komputer yang membantu penyusunan perencanaan
dan pemantauan jadwal suatu proyek (Luthan dan Syafriandi, 2006). Program ini
menggunakan perhitungan network planning dan menggunakan diagram bar chart
atau gantt chart sebagai tampilan grafisnya agar memudahkan pembacaan. Dalam
Microsoft Project terdapat lembaran kerja yang terbagi dua dan dipisahkan oleh
pembatas yang dapat digeser-geser dengan mouse. Lembaran sebelah kiri adalah
data masukan (task sheet) dan lembaran sebelah kanan adalah diagram gantt
chart. Lembaran task sheet pada tampilan gantt chart terdiri dari kolom-kolom
(field) sebagai berikut:
27
1. Task name, bila diterjemahkan berarti nama kegiatan atau tugas. Sebuah
proyek akan terdiri beberapa kegiatan dan masing-masing kegiatan menempati
satu baris.
2. Duration adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
Kolom ini berisikan lamanya kegiatan yang dilakukan dimana satuannya
terdiri dari w (weeks), d (days), h (hours), m (minutes) dan mo (mounth).
3. Start adalah untuk data tanggal kapan kegiatan tersebut dimulai. Data pada
kolom ini akan menyesuaikan sendiri jika ada data keterkaitan (link) kegiatan
tersebut dengan kegiatan lain.
4. Finish adalah kolom yang otomatis terisi dengan kapan kegiatan tersebut akan
selesai jika telah ditentukan durasi dari kegiatan tersebut.
5. Predecessors adalah suatu kegiatan yang harus dimulai atau selesai sebelum
kegiatan pada baris ini dilaksanakan. Dalam suatu proyek, suatu kegiatan
senantiasa saling berkaitan dengan kegiatan yang lain sehingga antara satu
kegiatan dengan kegiatan lain memiliki hubungan. Jika kegiatan B terkait
hubungan dengan kegiatan A, maka kegiatan A dikatakan predecessors bagi
kegiatan B dan sebaliknya kegiatan B sebagai successors bagi kegiatan A.
Kolom predecessors diisi dengan baris dan jenis hubungan ketergantungan.
6. Resources name digunakan untuk menuliskan sumber daya yang digunakan
atau yang bertanggung jawab.
Dalam suatu proyek, suatu kegiatan senantiasa saling berkaitan dengan
kegiatan lainnya sehingga antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya memiliki
suatu hubungan. Didalam program Microsoft Project terdapat empat jenis
hubungan ketergantungan kegiatan. Masing-masing jenis ketergantungan tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Start to Start (SS) : suatu kegiatan harus dimulai bersamaan dengan
kegiatan lainnya.
2. Start to Finish (SF) : suatu kegiatan baru dapat diakhiri jika kegiatan lain
dimulai.
3. Finish to Start (FS) : suatu kegiatan baru dapat dikerjakan jika kegiatan
sebelumnya telah selesai.
28
4. Finish to Finish (FF) : suatu kegiatan harus selesai bersamaan dengan
selesainya kegiatan lain.
Selain hubungan keempat jenis tersebut, didalam antar kegiatan dapat juga
disertakan lag time. Lag time terdiri dari dua jenis yaitu lag time negatif yaitu
untuk menghemat waktu yang dibutuhkan dalam penyelesaian suatu kegiatan dan
lag time positif yaitu tenggang waktu antara penyelesaian kegiatan pertama
dengan pelaksanaan kegiatan berikutnya.
2.10 Rencana Anggaran Biaya Proyek
Kegiatan estimasi dalam proyek konstruksi dilakukan dengan tujuan
tertentu tergantung dari siapa/pihak yang membuatnya. Pihak owner membuat
estimasi dengan tujuan mendapatkan informasi sejelas-jelasnya tentang biaya
yang harus disediakan untuk merealisasikan proyeknya, hasil estimasi ini disebut
OE (Owner Estimate) atau EE (Engineer Estimate). Pihak kontraktor membuat
estimasi dengan tujuan untuk kegiatan penawaran terhadap proyek konstruksi.
Kontraktor akan memenangkan lelang jika penawaran yang diajukan
mendekati Owner Estimate (OE) atau Engineer Estimate (EE), kisaran yang masih
dapat diterima oleh owner. Dalam menentukan harga penawaran, kontraktor harus
memasukkan aspek-aspek lain yang sekiranya berpengaruh terhadap biaya proyek
nantinya.
Rencana anggaran biaya (RAB) adalah proses perhitungan volume
pekerjaan, harga dari berbagai macam bahan dan pekerjaan yang akan terjadi pada
suatu konstruksi (Sastraatmadja, 1984). Karena taksiran dibuat sebelum
dimulainya pembangunan, maka jumlah ongkos yang diperoleh ialah “taksiran
biaya” bukan “biaya sebenarnya” atau actual cost.
Tahap-tahap yang sebaiknya dilakukan untuk menyusun anggaran biaya adalah
sebagai berikut:
a. Melakukan pengumpulan data tentang jenis, harta serta kemampuan pasar
menyediakan bahan/material konstruksi secara kontinu.
b. Melakukan pengumpulan data tentang upah pekerja yang berlaku di daerah
lokasi proyek dan atau upah pada umumnya jika pekerja didatangkan dari luar
daerah lokasi proyek.
29
c. Melakukan perhitungan analisa bahan dan upah dengan menggunakan analisa
yang diyakini baik oleh si pembuat anggaran.
d. Melakukan perhitungan harga satuan pekerjaan dengan memanfaatkan hasil
analisa satuan pekerjaan dan daftar kuantitas pekerjaan.
e. Membuat rekapitulasi.
Berikut merupakan tahap dari penyusunan rencana anggaran biaya (RAB):
Gambar 2.8 Tahap penyusunan rencana anggaran biaya (RAB)Sumber: Ervianto, 2005
2.11 Time Schedule
Time Schedule adalah mengatur rencana kerja dari suatu bagian atau unit
pekerjaan (H. Bachtiar Ibrahim, 1993) dalam Junaida (2013). Time Schedule
meliputi kegiatan antara lain sebagai berikut:
1. Schedule Bahan, adalah jadwal bahan-bahan yang dipergunakan pada proyek
menurut jumlah dan jenisnya.
2. Schedule Peralatan, adalah jadwal peralatan yang akan dipergunakan pada
proyek ini menurut jumlah dan fungsi.
3. Schedule Tenaga Kerja, adalah jadwal tenaga kerja yang dibutuhkan pada
proyek ini sesuai dengan keahlian.
Daftar Harga SatuanBahan
Daftar Harga SatuanUpah
Daftar Harga SatuanUpah & Bahan
Daftar Volume &Harga Satuan
Pekerjaan
Rekapitulasi
30
4. Schedule Biaya, adalah jadwal aliran biaya yang harus dikeluarkan sesuai
dengan schedule bahan, peralatan, dan tenaga kerja.
Dari Time Schedule, kita dapat mendapatkan gambaran berapa lama
pekerjaan dapat diselesaikan, serta bagian-bagian pekerjaan yang saling berkaitan
antara satu sama lainnya. Keempat hal tersebut harus sesuai dengan pengadaannya
sehingga pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan sesuai dengan rencana. Tujuan dari
pembuatan Time Schedule ini adalah:
1. Untuk menentukan urutan pekerjaan, agar sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan yang ada sehingga pelaksanaan dapat berjalan dengan lancar dan
tercapainya efisiensi sumber daya dengan mutu pekerjaan yang memenuhi
persyaratan teknis.
2. Untuk mendeteksi terjadinya keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, bila terjadi
keterlambatan dapat dicegah sedini mungkin atau diambil kebijakan lain
sehingga tidak terlalu mengganggu kelancaran pekerjaan lain.
Fungsi dari Time Schedule adalah:
1. Untuk memperkirakan jumlah sumber daya (material, manusia, peralatan dan
lain-lain) yang harus disediakan pada waktu pelaksanaan pekerjaan.
2. Pedoman bagi Kontraktor dan Konsultan Pengawas untuk mengatur kecepatan
pelaksanaan proyek.
3. Referensi bagi pemilik, Konsultan Pengawas dan Kontraktor untuk
mengontrol kemajuan pekerjaan proyek.
4. Pedoman bagi Konsultan Pengawas dan Kontraktor untuk mengevaluasi
pekerjaan yang telah diselesaikan.
5. Pedoman bagi Kontraktor dan Konsultan Pengawas untuk mengetahui apakah
metode pelaksanaanya cocok diterapkan dalam proyek atau harus diperbaiki.