Upload
vukhanh
View
233
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG II-1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komposit
Komposit adalah gabungan dari dua material yang berbeda yang
umumnya dibentuk untuk memanfaatkan secara penuh kemampuan dari
material yang digabungkan. Komposit bisa juga diterapkan untuk material
yang sama seperti beton dengan beton yang banyak dilakukan untuk
perbaikan elemen beton. Banyak cara untuk mendapatkan sambungan
beton lama dan beton baru agar menjadi komposit, yaitu dengan
menggunakan bahan tambah seperti admixture ataupun komponen
tambahan seperti shear connector dan bentuk sambungan yang dibuat agar
kedua beton tersebut terjadi pengikatan. Kekuatan dari komposit tersebut
juga tergantung dari proses produksi dan perawatannya. Setiap batch
adukan beton, meskipun dibuat di dalam batching plant yang sama dengan
desain campuran yang sama, pasti akan mendapatkan hasil kekuatan yang
berbeda-beda. Oleh karena itu, pada pelaksanaan konstruksi beton, beton
yang dicorkan harus selalu dievaluasi kualitasnya dan juga harus adanya
komponen lain yang menjadikan beton tersebut monolit dan bekerja secara
bersamaan.
2.2 Beton
Berdasarkan Rancangan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan
Jembatan pada seksi 7.1, definisi beton merupakan campuran antara
semen portland atau semen hidraulik yang setara, agregat halus, agregat
kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambah yang membentuk masa
padat.
Beton merupakan salah satu material komposit yang penting pada
suatu bangunan konstruksi, baik itu konstruksi bangunan gedung ataupun
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG II-2
bangunan sipil seperti dermaga, pelabuhan, dan konstruksi lainnya. Selain
itu beton juga merupakan bahan yang sering digunakan dalam dunia
konstruksi karena kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh beton.
Kelebihan dari beton itu sendiri antara lain adalah mudahnya dibentuk,
material mudah didapat, dan tingkat mutu beton dapat dibuat sesuai
dengan tujuan penggunaannya. Berdasarkan mutunya, beton dapat
dibedakan menjadi tiga jenis yaitu beton mutu rendah, beton mutu sedang
dan beton mutu tinggi, untuk melihat pejelasnya dapat dilihat pada Tabel
2.1.
Tabel 2.1 Mutu Beton dan Penggunaan
Sumber : Rancangan Spesifikasi Umum Jalan dan Jembatan Edisi 2007
2.3 Bahan Pembentuk Beton
Secara umum bahan pembentuk beton terdiri dari agregat halus dan
kasar sebagai bahan pengisi, semen sebagai bahan perekat, dan air sebagai
bahan campuran untuk reaksi pengikatan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG II-3
2.3.1 Agregat
Agregat merupakan bahan pengisi yang utama dalam pembuatan
beton, jumlahnya berkisar 70-80 % dari semua pembentuk atau campuran
beton, dikarenakan hal ini kualitas agregat sangat berpengaruh dan
memberikan kontribusi terhadap stabilitas, kekuatan dan keawetan dari
beton tersebut. Agregat adalah bahan butir yang antara lain pasir, kerikil,
batu pecah, dan bahan butir lainnya yang memiliki persyaratan tertentu.
Persyaratan agregat diantaranya adalah bersih, keras, dan mempunyai
susunan butir (gradasi) yang baik. Gradasi agregat sangat berpengaruh
pada kekuatan beton.
Adapaun sifat dan syarat agregat yang dapat berpengaruh terhadap
beton dapat dilihat pada Tabel 2.2 dan Tabel 2.3. Tabel 2.2 Jenis Pengujian dan Persyaratan Agregat Halus
No Jenis Pengujian Standar Uji Satuan Persyaratan Nilai Agregat
1. BJ SSD
SNI 03-1970-1990
gr/ml 2,0-2,6 2. BJ Bulk gr/ml - 3. BJ Apperent gr/ml - 4. Penyerapan air % -
5. Kadar Lumpur SNI 03-4142-1996 % <5 %
6. Kadar Zat Organik SNI-03-2816-1992 - Kode warna
7. Gradasi Agregat SNI 03-1986-1990 - Tabel 2.4
Terdapat sifat yang penting dalan persyaratan distribusi gradasi.
Gradasi agregat yang baik untuk beton adalah antara lain susunan butirnya
terdiri dari butiran halus hingga kasar secara beraturan Gambar 2.1,
Karena butirannya akan saling mengisi sehingga akan diperoleh beton
dengan kepadatan yang tinggi, mudah dikerjakan, dan mudah dialirkan.
Gambar 2.1 Gradasi Menerus (Continous Grade)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG II-4
Tabel 2.3 Jenis Pengujian dan Persyaratan Agregat Halus
No Jenis Pengujian Standar Uji Satuan Persyaratan Nilai Agregat
1. BJ SSD
SNI 03-1970-1990
gr/ml 2,0-2,6 2. BJ Bulk gr/ml - 3. BJ Apperent gr/ml - 4. Penyerapan air % -
5. Kadar Lumpur SNI 03-4142-1996 % <1 %
7. Gradasi Agregat SNI 03-1986-1990 - Tabel 2.5
Mutu gradasi agregat, selain ditentukan terhadap distribusi butiran,
beberapa standar mensyaratkan atas dasar angka modulus kehalusan
(Fineness Modulus/FM). Modulus Kehalusan adalah jumlah persentase
tertahan kumulatif untuk satu seri ukuran ayakan yang kelipatan dua,
dimulai dari ukuran terkecil 0,15 mm dibagi 100.
Tabel 2.4 Spesifikasi Gradasi Agregat halus
Sumber : BS 882-92
Ukuran ayakan
Persen Lolos Agregat Halus
Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4
50,00 - - - - 37,50 - - - - 20,00 - - - - 14,00 - - - - 10,00 100 - - - 5,00 89-100 100 100 100 2,36 60-100 60-100 65-100 80-100 1,18 30-100 30-90 45-90 70-100 0,60 15-100 15-54 25-80 55-80 0,30 5-70 5-40 5-48 5-70 0,15 0-15 0 0 0
0,075 0 - - -
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG II-5
Tabel 2.5 Spesifikasi Gradasi Agregat Kasar
Sumber : BS 882-92
2.3.2 Bahan Perekat
Semen (cement) adalah hasil industri kimia dari perpaduan bahan
baku : batu kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempung/tanah liat
atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan bubuk
(bulk). Batu kapur / gamping adalah bahan alam yang mengandung
senyawa Calcium Oksida (CaO), sedangkan lempung / tanah liat adalah
bahan alam yang mengandung senyawa : Silika Oksida (SiO2),
Alumunium Oksida (A12O3), Besi Oksida (Fe2o3) dan Magnesium Oksida
(MgO). Proses singkat pembuatan semen adalah bahan baku tersebut
dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinkernya, yang
kemudian dihancurkan dan ditambah dengan gips (gypsum) dalam jumlah
yang sesuai dengan komposisi.
Salah satu indikator kemurnian semen adalah dengan mengetahui
berat jenis semen tersebut, berat jenis semen adalah 3,1 sampai dengan
3,2. Fungsi utama semen didalam campuran beton adalah sebagai bahan
Ukuran Ayakan
PROAENTASE LOLOS KUMULATIF NOMINAL 40
MM NOMINAL 20
MM NOMINAL
14MM NOMINAL
10 MM (mm) Min. Maks. Min. Maks. Min. Maks. Min. Maks. 50,00 100 100 - - 37,50 85 100 100 100 20,00 0 25 85 100 100 100 14,00 0 70 85 100 100 100 10,00 0 5 0 25 0 50 85 100 5,00 0 5 0 10 0 25 2,36 0 5 1,18 0,60 0,30 0,15 FM 7,00 6,95 6,00 5,95 6,00 5,90 6,00 5,70
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG II-6
perekat. Berat jenis semen tersebut berpengaruh terhadap sifat daya rekat
semen, jika berat jenis semen kurang dari 3,1 dapat dikatakan sebagai
bahan pengotor dalam beton dan jika lebih besar dari 3,2 dapat dikatakan
sebagai agregat. Jika berat jenis semen tidak sesuai maka semen tersebut
dapat berpengaruh terhadap kekuatan beton itu sendiri.
Persyaratan mutu semen PCC menurut (SNI 15-7064-2004)
a. Syarat Kimia
Syarat kimia untuk semen portland komposit adalah SO3 4,0 %
b. Syarat Fisika
Untuk syarat fisika pada semen PCC ditunujukan pada Tabel 2.5
Tabel 2.5 Persyaratan fisika pada semen PCC
Sumber : SNI 15-7064-2004
Berdasarkan Standar Industri Indonesia (SII) 0013-1977, semen
portland terbagi kedalam 5 jenis (type), yaitu :
1. Semen Portland type I, merupakan semen untuk pemakain umum
tanpa persyaratan khusus.
2. Semen Portland type II, merupakan semen yang mempunyai sifat
ketahanan sedang terhadap garam-garam sulfat didalam air. Untuk
semen tipe ini disyaratkan kadar C3A tidak lebih dari 8 %.
No. Uraian Satuan Persyaratan 1. Kehalusan dengan alat Blaine m2/kg min. 280
2. kekekalan bentuk dengan autoclave Pemuaian % 0,8
Penyusutan % 0,2
3. Waktu pengikatan dengan alat vicat Awal menit 45 Akhir menit 375
4. Kuat tekan umur 3 hari Kg/cm2 min. 125 7 hari Kg/cm2 mn. 200
28 hari Kg/cm2 min.250 5. Pengikatan semu Penetrasi akhir % min. 50
6. Kandungan udara dalam mortar % Volume maks. 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG II-7
3. Semen Portland type III, merupakan semen portland yang cepat
mengeras atau semen yang mempunyai kekuatan tinggi pada umur
muda. Kadar C3S dan C3A pada jenis ini tinggi sedangkan butirnya
halus.
4. Semen Portland type IV, merupakan semen portland dengan panas
hidrasi rendah dan semen jenis ini waktu pengerasan dan
pengembanganya lambat, kadar C3S dibatasi < 35 % dan kadar C3A <
5 %.
5. Semen Portland type V, merupakan semen portland penangkal sulfat,
semen ini digunakan untuk beton yang lingkungannya mengandung
sulfat terutama pada tanah dan air tanah dengan kadar sulfat tinggi.
2.3.3 Air
Air merupakan bahan dasar dalam pembuatan beton. Air ini
diperlukan untuk memicu proses kimiawi semen, membasahi agregat dan
memberikan kemudahan dalam pengerjaan beton. Berdasarkan SNI 03-
6817-2002, air ini digunakan untuk campuran beton sebaiknya memenuhi
syarat sebagai berikut :
1. Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari
bahan-bahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam,
bahan organik, atau bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap
beton atau tulangan.
2. Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton
yang didalamnya tertanam logam alumunium, termasuk air bebas yang
terkandung dalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam
jumlah yang membahaykan.
3. Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton,
kecuali ketentuan berikut terpenuhi :
a. Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada
campuran beton yang menngunakan air dari sumber yang sama.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG II-8
b. Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar
yang dibuat dari adukan dengan air yang tidak dapat diminum
harus mempunyai kekuatan sekurang-kurangnya sama dengan 90
% dari kekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang dapat
diminum. Perbandingan uji kekutan tersebut harus dilakukan pada
adukan serupa, terkecuali pada air pencampur yang dibuat dan diuji
sesuai dengan “Metoda uji kuat tekan untuk mortar semen hidrolis
(menggunakan spesimen kubus dengan ukuran sisi 50 mm)”
pengujian ini berdasarkan ASTM C 109.
2.4 Perancangan Beton
Terdapat banyak metoda-metoda yang dilakukan dalam perancangan
beton yang dapat mempermudah dalam segi perhitungan maupun dari segi
biaya dan pada setiap negara pun ada metoda tersendiri dalam
perancangan, seperti di Amerika dengan metoda ACI, di Inggris dengan
metoda DoE.
Merancang suatu campuran beton merupakan suatu proses memilih
bahan-bahan campuran beton dan menentukan masing-masing jumlahnya
dengan tujuan untuk menghasilkan beton yang memenuhi persyaratan
minimum, kekuatan, sifat tahan lama dan ekonomis.
Pertimbangan yang mendasar dari pembuatan suatu beton adalah harga
yang murahdan dapat memenuhi persyaratan.
Menurut SNI 03-2834-2000 Syarat- syarat minimum untuk beton
umumnya mengenai hal-hal sebagai berikut :
1. Kuat tekan minimum yang diperlukan untuk suatu struktur bangunan
beton.
2. Faktor air semen maksimum atau kadar air semen minimum atau
untuk keadaan cuaca tertentu disyaratkan kadar udara dalam beton
minimum agar betonnya memiliki sifat tahan lama.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG II-9
3. Jumlah semen maksimum untuk menghindari terjadinya retak akibat
pengaruh suhu tinggi.
4. Jumlah semen maksimum untuk menghindari tejadinya retak susut
dalam keadan cuaca terbuka yang kelembabannya relatif rendah.
5. Berat beton minimum yang biasanya disyaratkan untuk jenis
bangunan beton tertentu.
Dalam perancangan beton banyak data yang diperlukan dalam proses
perhitunganya, data tersebut dibantu dengan tabel-tabel dan grafik pada
satndar yang ada. Data tersebut dibagi dalam dua kategori yaitu
Kelompok data yang menyangkut penggunaan data dan sifat beton yang
akan dirancang campurannya dan data mengenai sifat fisik material.
Di bawah ini salah satu contoh perancangan beton dengan metoda
DoE, Secara garis besar terdapat empat langkah dalam perancangan
campuran beton ini :
Langkah ke-satu
Menentukan faktor air semen (fas) rencana:
a. Menentukan kurva reference kekuatan beton pada fas 0,5:
- Menentukan kuat tekan beton pada fas 0,5 dengan pertimbangan
umur, jenis semen portland, dan jenis agregat kasar dengan bantuan
perkiraan kekuatan tekan (MPa) beton dengan fas Tabel 2.6.
- Menentukan titik potong fas 0,5 pada grafik hubungan antara
kekuatan tekan beton dan faktor air semen Gambar 2.1 dengan
kekuatan tekan beton yang didapat dari tabel perkiraan kekuatan
tekan (MPa) beton dengan fas Tabel 2.3. Melalui titik potong
tersebut, buat kurva reference yang parallel (identik) dengan kurva
disampingnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG II-10
Tabel 2.6 Perkiraan Kekuatan Tekan (Mpa) Beton dengan fas 0,5
Sumber : British Methode DoE in 1988
b. Menentukan target kekuatan tekan beton rata-rata yang hendak
dicapai (dalam bentuk kekuatan tekan kubus dengan rusuk 15 cm),
c. Melalui grafik hubungan antara kekuatan tekan beton dan faktor air
semen Gambar 2.2, didapatkanlah nilai fas rencana.
Sumber : British Methode DoE in 1988
Gambar 2.2 Hubungan Antara Kekuatan Tekan Beton dan faktor air semen (benda uji kubus 150 x 150 x 150 mm)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG II-11
Langkah ke-dua
Menentukan kadar air bebas.
Dengan nilai workability (slump), ukuran maksimum agregat kasar
(10mm, 20 mm, dan 40mm), dan type agregat kasar (non-batu pecah, dan
batu pecah), maka berdasarkan Tabel 2.7 dapat ditentukan perkiraan kadar
air bebas campuran beton. Menghitung kadar semen yang dibutuhkan
dengan cara membagi kadar air dengan rasio air-semen/fas
Tabel 2.7 Perkiraan kadar air bebas untuk berbagai tingkat workability, type
dan jenis agregat yang digunakan
Sumber : British Methode DoE in 1988
Langkah ke-tiga
Menentukan Kadar Agregat:
a. Menentukan berat volume (density) beton segar:
Membuat kurva reference berat jenis SSD agregat kasar yang
identik dengan asumsi berat jenis dari type agregat yang digunakan
berdasarkan Gambar 2.2.
b. Menghitung kadar agregat yang diperlukan, dengan mengurangi
berat volume beton segar dengan kadar semen dan air yang sudah
didapat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG II-12
Sumber : Bulding Research Establishment
Gambar 2.2 Grafik Perkiraan berat volume padat beton segar
Langkah ke-empat
Menentukan Kadar Agregat Halus dan Kasar:
d. Menentukan Kadar Agregat Halus:
- Menentukan proporsi agregat halus dengan bantuan grafik, dengan
dasar pertimbangan ukuran maksimum agregat, tingkat workability
dan fas bebas.
- Menghitung perkiraan kebutuhan agregat halus, dengan cara
mengalikan prosentase agregat halus yang didapat di atas dengan
berat agregat total.
e. Menentukan Kadar Agregat Kasar:
- Menghitung perkiraan kebutuhan agregat kasar, dengan cara
mengurangi berat agregat total dengan berat agregat halus.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG II-13
Sumber : Bulding Research Establishment Gambar 2.3 Proporsi Agregat Halus yang direkomendasikan terhadap berat total agregatuntuk
ukuran butir maksimum 20 mm
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG II-14
2.5 Pembuatan Beton
Tedapat beberapa proses yang penting dalam pembuatan benda
beton yaitu pembuatan cetakan, pengadukan, Uji kelecakan beton dan
perawatan beton.
Pembuatan cetakan merupakan proses yang penting, karena dengan
cetakan yang berkualitas akan didapatkan juga beton yang bagus baik dari
segi dimensi maupun kekuata. Hal yang penting dalam pembuatan cetakan
adalah bagaimana agar beton tersebut sesuai dengan ukuran rencana dan
cetakan tersebut bisa menahan beban coran.
2.5.1 Pengadukan Beton
Pengadukan beton adalah proses pecampuran matrial beton agar
menjadi beton segar. Beton segar tersebut harus memiliki campuran yang
homogen dan memiliki workability yang sesuai dengan perencanaan. Hal
yang harus diperhatikan dalam pengadukan adalah kebersihan campuran
matrial, dan metoda yang digunakan.
2.5.2 Uji Kelecakan Beton
Pengujian yang dilakukan pada beton segar adalah slump cone
test, tujuan dari pengujian ini adalah untuk mendapatkan tingkat
kelecakan dari beton. Pengujian kelecekan atau menentukan
konsistensi beton ini yang paling sering digunakan menggunakan
adalah denga alat slump.
Percobaan slump diperkenalkan oleh Chapman di USA (1913)
dengan menggunakan alat kerucut terpancung yang berukuran sebagai
berikut :
1. Diameter puncak = 100 mm
2. Diameter dasar = 200 mm
3. Tinggi = 300 mm
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG II-15
Gambar 2.4 Sketsa alat slump dan penggunaanya
Nilai slump ditentukan oleh besarnya penurunan adukan
setelah alat slump diangkat, nilai penurunan slump akan dibandingkan
dengan nilai slump rencana. Jika lebih besar dari nilai slump rencana
maka adukan semakin kental dan nilai workability-nya akan semakin
tinggi sehingga pengerjaannya semakin mudah.
Nilai slump untuk berbagai jenis pekerjaan ditentukan nilai
maksimum dan nilai minimumnya, supaya hasil yang didapat sesuai
dengan yang dikerjakan .
Kelecakan adukan beton yang masih segar perlu mendapatkan
perhatian, karena banyak dipengaruhi pada kemampuan dalam
pengerjaan. Beton yang kurang lecak atau kering , mudah
menimbulkan pemisahan butir – butir beton, serta beton tidak jadi
homogen akibatnya beton menjadi tidak seragam.
Pengujian alat slump digunakan untuk mengetahui apakan
mudah dikerjakan atau tidak, yang nantinya berhubungan dengan
kadar air dalam campuran beton.
Persyaratan nilai slump pada beton terdapat pada PBI-1971
pada tabel berikut ini :
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG II-16
Tabel 2.8 Persyaratan nilai slump
No Jenis Pekerjaan Beton Slump (mm)
Maksimum Minimum 1. Dinding, Pelat Pondasi dan Pondasi Telapak Bertulang 125 65
2. Pondasi Telapak Tidak Bertulang dan konstruksi bawah tanah 90 25
3. Pelat, Balok, Kolom dan Dinding 150 75 4. Pengerasan Jalan 75 50 5. Pembetonan Masal 75 25
Sumber : PBI-1971
Adapaun tahapan yang dilakukan dalam pengujian ini adalah :
a. Menyiapkan tabung kerucut dan batang pengaduk.
b. Beton yang masih segar dimasukan keadalam kerucut abram dengan
tahapan memasukan sesuai standar.
c. Pemasukan beton dilakukan tiga tahapan, dan setiap tahapan dilakukan
penusukan dengan tongkat sebanyak 25-30 kali.
d. Kerucut abram dibuka dengan perlahan dan disimpan pada samping
beton yang akan diuji.
Tahap terakhir adalah ukur penurunan beton yang terjadi dengan
cara menyimpan tongkat diatas kerucut. Toleransi untuk test ini yaitu ± 2
cm.
2.5.3 Perawatan Benda Uji
Perawatan beton merupakan proses yang penting dalam pembuatan
benda uji, karena dengan perawatan yang benar akan didapatkan kekuatan
beton sesuai rencana. Tujuan dari perawatan beton adalah untuk
memaksimalkan adukan beton dalam proses pengeringannya. Terdapat
banyak cara dalam perawatan beton diantaranya adalah: merendam beton
dalam air, menyiramkan air pada beton secara berkala, memberikan
karung goni yang dibasahi pada permukaan beton dan menyimpan beton
pada ruang suhu terkondisi dengan dilembapkan sebelumnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG II-17
2.6 Pengujian Beton
2.6.1 Kuat Tekan Beton
Kekuatan tekan beton adalah muatan tekan maksimum yang dapat
dipikul oleh beton persatuan luas. Kekuatan tekan beton dalam industri
konstruksi biasa dipakai untuk menilai karakteristik serta untuk
mengendalikan mutu beton untuk tujuan persyaratan spesifikasi
perencanaan, yaitu membandingkan kuat tekan rencana dengan nyata di
lapangan.
Salah satu cara yang digunakan untuk pemeriksaan kekuatan tekan
beton adalah dengan menggunakan mesin tekan. Nilai kekuatan tekan
beton ini tergantung pada dua hal yaitu kecepatan pembebanan dan
kedataran permukaan bidang tekan dari benda uji.
Prinsip pengujian kuat tekan beton dengan alat mesin tekan adalah
mengukur besarnya beban yang dapat dipikul oleh satu satuan luas beton
(benda uji) sampai benda uji itu hancur / rusak. Adapun rumus rumus yang
digunakan dalam pengujian ini adalah :
1. Rumus umum tegangan
σ = AP (N/mm2) ....................................................(2.1)
Keterangan P = Beban Terpusat (N)
A = Luas bidang tekan (mm2)
2. Rumus kuat tekan usia 28 hari
σb = AP (N/mm2) .....................................................(2.2)
Keterangan p = Panjang bidang tekan (mm)
l = Lebar bidang tekan (mm)
A = Luas bidang tekan = p x l (mm2)
P = Beban Terpusat (N)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG II-18
3. Rumus kuat tekan rata-rata
σbm = N
N
Nb
1
.......................................................(2.3)
dimana N = jumlah benda uji
4. Rumus kuat tekan yang dipakai.
σbk = σbm – k. SD ...................................................(2.4)
SD =
11
2
N
N
bbm
..........................................(2.5)
Berdasarkan bentuk dan ukuran benda uji, untuk pemeriksaan
benda tekan pada umumnya terdiri dari (PBI 1971):
Kubus ukuran 15x15x15 cm, dengan perbandingan
kekuatan 1,00
Kubus ukuran 20x20x20 cm, dengan perbandingan
kekuatan 0,95
Silinder ukuran dia. 15x30 cm, dengan pebandingan
kekuatan 0.83
Data kekuatan tekan umur 28 hari dapat dihitung berdasarkan data
kuat tekan pada umur lainnya, yaitu dengan menggunakan angka konversi
menurut PBI-1971 seperti pada Tabel 2.9.
Tabel 2.9 : Konversi pengujian umur beton
UMUR BETON (HARI)
3 7 14 21 28 90 365
PC, TYPE I 0,4 0,65 0,88 0,95 1 1,2 1,35 PC, TYPE III 0,55 0,75 0,9 0,95 1 1,15 1,2
Sumber : PBI-1971
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG II-19
2.6.2 Kuat Lentur Beton
Pengujian kuat lentur beton merupakan nilai hasil pengujian kuat
lentur maksimum dari beton biasa (tanpa ada tulangan) yang diletakkan
pada 2 tumpuan kemudian dibebani pada setiap 1/3 dari bentang sehingga
menghasilkan momen lentur yang mengalihkan tegangan – tegangan tarik
pada bagian bawah dan tegangan – tegangan tekan pada bagian atas balok.
Balok tersebut patah akibat tegangan tarik dari kekuatan lentur yang
dihasilkan. Kekuatan lentur (Mr) beton = (0,11 – 0,23) fc’. Tegagan lentur
terjadi pada serat terluar benda uji.
Kekuatan lentur beton berkisar (0,11 – 0,23) fc’ → (concrete mix
design quality control & specification). f’c = kuat tekan benda uji beton
selinder (MPa)
Rumus Umum :
Kuat lentur = WMl ............................................................................(2.6)
Keterangan :
Ml = 6
PL ................................................................(2.7)
W = 61 b h2 ................................................................(2.8)
σlt = 2..hbLP ................................................................(2.9)
keterangan :
W = Momen Penahan ( mm3 )
Ml = Momen akibat pembebanan (Nmm)
P = Beban Terpusat (N)
L = Panjang bentang antar tumpuan (mm)
f’c = Kuat tekan beton (MPa)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG II-20
Menurut kuat lentur teoritis Ml = 70,7 'fc (SNI-03-2847-2002)
Gambar 2.5 : Reaksi Pembebanan
2.6.3 Kuat Tarik Tidak Langsung
Kuat tarik tidak langsung merupakan pengujian yang dilakukan
untuk mengetahui nilai kekuatan tarik dari beton, pengujian ini merupakan
metoda pendekatan yang dilakukan untuk menentukan metoda pengujian
ikatan sambungan beton lama dan beton baru.
Dari cara – cara yang telah dikembangkan, cara yang paling mudah
dan sering dilakukan adalah percobaan membelah silinder tersebut (Split
Cylinder Test). Dengan membelah silinder ini, maka terjadi pengalihan
tegangan – tegangan tarik melalui bidang tempat salah satu diameter dari
1/3 l 1/3 l 1/3 l
1/6 p.l
b
h
L P
½ P ½ P
½ P ½ P
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG II-21
silinder beton tersebut terbelah sepanjang diameter yang dibebani dan itu
sejajar dengan sambungan yang diuji sehingga didapatkan besaran nilai
sambungan ikatan beton Gambar 2.7.
Besarnya tegangan tarik tidak langsung yang dialihkan saat beton itu
belah, dapat dihitung menggunakan rumus :
σtrk / f1split = DL
P..
2
..............................................................(2.14)
Dimana :
P = beban tekan maksimum (N)
L = panjang benda uji (mm)
D = diameter benda uji (mm)
= 22/7
Kuat tarik tidak langsung menurut ACI 363R- 22 adalah sebagai berikut :
F’sp = 6,5 cf 1
f’ c = kuat tekan beton (MPa).
(a) (b)
Gambar 2.7 : (a) Reaksi pembebanan beton biasa, (b) Reaksi pembebanan ikatan sambungan beton
Gambar 2.7 : Reaksi pengujian pada kondisi memanjang
σt
σt
σt
σt
P
P
σt
σt
σt
σt
P
P
P
D
L
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG II-22
2.7 Perbaikan Beton
Perbaikan atau repair terbagi ke dalam dua kategori yaitu
perbaikan struktur dan perbaikan bukan struktur. Perbaikan struktur
adalah suatu pekerjaan atau kegiatan perbaikan struktur yang dilakukan
sehingga bisa menambah atau meningkatkan kekuatan atau kapasitas
struktur baik itu perbagian atau secara keseluruhan Produk & Sistem
yang digunakan dalam pekerjaan Struktural Repair digunakan untuk
memperbaiki bagian beton yang rusak, sehingga mengembalikan
integritas & durabilitas struktur seperti semula bahkan bisa ditingkatkan.
Perbaikan non struktural adalah suatu pekerjaan atau kegiatan yang mana
jika sudah selesai tidak menambah kekuatan atau kapasitas per bagian
atau secara keseluruhan. Produk dan system untuk perbaikan non
Struktur diaplikasikan pada permukaan beton untuk rehabilitasi secara
ukuran atau estetika .
Terdapat banyak kerusakan yang terjadi pada beton dan terdapat
juga metoda perbaikan yang digunakan dalam perbaikan beton. Ada
beberapa metoda dalam perbaikan beton itu sendiri. Penjelasan mengenai
kerusakan dan metoda perbaikan antara lain adalah :
2.7.1 Jenis-jenis Kerusakan Beton
Kerusakan beton yang seringkali terjadi di lapangan adalah :
- Honeycomb atau keropos yang ditunjukan Gambar 2.8. Banyak
faktor yang menyebakan terjadinya keropos diantaranya adalah
tulangan terlalu padat, penampang sempit, kebocoran sambungan
pada bekisting, workability rendah, dan juga faktor pelaksanaan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG II-23
Gambar 2.8 : Beton yang terjadi kropos
[ Sumber : http://undip-project.blogspot.com/2009/08/beton-keropos-pada-balok-plat.html]
- Pengelupasan atau spalling yang ditunjukan Gambar 2.9,
pengelupasan biasanya diakibatkan oleh pengaruh temperatur tinggi
akibat peristiwa kebakaran. Akibat temperatur yang tinggi maka
terjadi perubahan komposisi kimia pada bahan semen, dimana akibat
usaha pemadaman api pada beton, sehingga terjadi pengelupasan.
Gambar 2.9 : Beton yang terjadi pengelupasan [Sumber : http://ronymedia.wordpress.com/2010/06/16/kerusakan-struktur-beton/]
- Patah pada konstruksi beton, patahnya konstruksi beton terjadi jika
penampang menerima beban lentur dalam waktu lama, yang
berlanjut dengan kegagalan geser, dan akhirnya runtuh.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG II-24
- Pelapukan atau dekarbonasi, proses pelapukan dapat terjadi karena
udara yang mengandung unsur kimia merubah susunan kimia dari
beton, sehingga terjadi pelapukan.
- Lendutan, dapat diakibatkan oleh berbagai jenis diantaranya oleh
dimensi dan kualitas bahan yang kurang memenuhi persyaratan atau
akibat tidak kakunya komponen balok pemikul. Lendutan juga dapat
terjadi akibat perubahan fungsi ruangan, sehingga beban yang
bekerja melampaui beban rencana.
- Beton keropos dengan atau tanpa besi tulangan yang terekspose.
- Beton tidak rata atau menggelembung.
2.7.2 Metoda Perbaikan
Gambar 2.10 :Diagram Alir Perbaikan
[Sumber : PT. Metro Giba Abadi]
Metoda perbaikan yang dilakukan tergatung dari kerusakan yang
terjadi pada beton. Beberapa metoda perbaikan yang sering dilakukan
dalam perbaikan beton adalah :
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG II-25
1. Honeycomb (Pada ketebalan selimut beton)
- Membersihkan daerah yang terjadi honeycomb, chipping apakah
terlihat besi atau tidak, jika terlihat besi ikuti cara perbaikan
selanjutnya, jika tidak terlihat besinya ikuti langkah – langkah
dibawah ini :
- Melakukan hacking dan menghilangkan beton keropos yang lepas
sampai menemukan permukaan yang padat.
- Membersihkan area dari kotoran-kotoran dan sisa-sisa beton yang
kemudian membasahi permukaan dengan bonding agent
- Menambal area yang terbuka dengan mortar ataupun beton.
- Melakukan Curing terhadap area yang perlu diperbaiki.
2. Retak pada pelat
Perbaikan pada pelat dibagi dalam dua metoda tergantung
seberapa besar kerusaknya, adapun metodanya adalah :
a. Patching or Sealing (Metode penambalan)
Untuk retak-retak ringan (lebar retak < 0.3 mm) pada lantai
beton diajukan perbaikan dengan penambalan menggunakan
metoda grouting.
Metode perbaikannya adalah sebagai berikut:
- Membersihkan debu dan kotoran-kotoran pada daerah retak
dan menyiram permukaan lantai dengan air
- Menambal retak pada lantai dengan menggunakan mortar
khusus grouting
b. Pressure Grouting/Injection (Suntikan)
- Untuk retak dengan lebar > 0.3 mm biasanya perbaikan dengan
metoda suntikan atau diinjeksi.
- Langkah kerjanya adalah sebagai berikut:
- Membersihkan daerah retak
- Melakukan pengeboran dan pemasangan selang suntikan
sepanjang retakan dengan jarak specing 200 mm.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG II-26
- Menambal retakan, terutama area - area sekeliling retakan
yang akan digunakan untuk injeksi.
- Setelah 1 hari curing, dilakukan suntikan melalui selang atau
yang terpasang.
- Melakukan grouting menggunakan bahan grout. Suntikan
dilakukan dengan tekanan yang sudah ada dalam spesifikasi
produk grouting.
- Setelah selesai dilakukan suntikan, selang injeksi dilepas dan
permukaan dibersihkan.
3. Beton keropos dengan atau tanpa besi tulangan yang terekspose.
Perbaikan pada beton keropos dibagi dalam dua metoda
tergantung seberapa besar kerusaknya, adapun metodanya adalah :
a. Patching or Sealing (Metode penambalan)
Untuk beton keropos tanpa tulangan yang terekspose, diajukan
metode patching(tambalan) dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
- Melakukan hacking dan menghilangkan beton keropos yang
lepas sampai menemukan permukaan yang padat.
- Membersihkan area dari kotoran-kotoran dan sisa-sisa beton,
lalu basahi dengan bonding agent.
- Penambalan area yang terbuka dengan beton atau mortar
- Melakukan curing area yang perlu diperbaiki.
b. Pressure Grouting /Injection (Suntikan)
Untuk beton keropos dengan tulangan yang terekspose,
metode perbaikan yang biasa dilakunkan adalah Pressure Grouting
/Injection (suntikan) dengan langkah-langkah sebagai berikut:
- Melakukan hacking dan hilangkan beton keropos yang lepas
sampai menemukan permukaan yang padat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG II-27
- Membersihkan area dari kotoran-kotoran dan sisa-sisa beton,
lalu basahi dengan bonding agent.
Untuk area yang cukup besar :
- Pemasangan bekisting dan pengecoran kembali dengan beton
mutu yang sama.
Untuk area yang kecil, sempit dan rapat dengan tulangan,
metode perbaikannya sebagai berikut :
- Menyediakan agregat 20 mm dengan kawat ayam dipasang
sekililing area yang akan diperbaiki.
- Tutup dengan bekisting, sediakan selang grouting (inlet dan
outlet).
- Penambalan celah-celah pada bekisting dengan plug bersetting
cepat.
- Curing selama 1 hari.
- Melakukan suntikan dengan mortar grout.
- Memberikan tekanan 1-3 bar dan tahan selama beberapa menit.
- Selang grout dapat dipotong dan dilepaskan pada hari
berikutnya.
4. Beton tidak rata atau gelembung/bunting pada permukaan beton
(Kolom, Slab, Balok, Shearwall, dan Corewall)
Untuk cacat ini, dilakukan metode Trimming and Patching sebagai
berikut :
- Menandai area yang cacat.
- melakukan hacking pada permukaan beton yang tidak rata.
- Meratakan dengan melakukan penambalan menggunakan
mortar.
- Melakukan curing pada permukaan yang diperbaiki.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG II-28
2.8 Bonding Agent
Bonding agent merupakan bahan tambah yang material
pembentuknya adalah polimer, kegunaan dari bonding agent adalah
memperkuat ikatan beton lama dengan beton baru. Penuangan beton
segar di atas permukaan beton lama seringkali mengalami kesulitan
dalam pengikatan (penyatuannya). Biasanya untuk mengatasi hal tersebut
digunakan bahan tambah agar terjadi ikatan yang menyatu antara
permukaan yang lama dengan permukaan yang baru.
Adapun macam-macam merek bonding agent dapat dilihat dari
Gambar 2.11 dan Gambar 2.12
(a) (b) Gambar 2.11 : (a)Nabo BondTM – Concrete Primer (b)Intralok ® Bonding Agent
(a) (b) Gambar 2.12 : (a)Sika epoxy bonding agent (b)Fosroc Bonding Agent
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG II-29
2.9 Calbond U-Stron
Calbond U-stron merupakan salah satu produk bonding agent,
alasan pada penelitian ini menggunakan merek ini karena dilihat dari
nilai ekonomis produk dan sering dipakainya produk ini di lapangan
dalam merekatkan beton lama dan beton baru. Selain merekatkan beton
lama dan beton baru terdapat juga kegunaan dari produk ini yaitu:
1. Untuk melekatkan plesteran pada tembok, beton, batu bata tanpa
mengasarkan permukaan (chiping) terlebih dahulu.
2. Pengisi celah tembok/beton yang retak.
3. Campuran adukan plesteran sehingga adukan menjadi liat dan
elastis.
4. Pelekat keramik, mozaik, porselen, marmer, karpet dan macam-
macam penutup lantai lainnya.
Gambar 2.13 : Calbond U-stron
Terdapat empat kegunaan dari calbond ini yang setiap
kegunaanya dibedakan berdasarkan perbandingan komposisi yang
digunakan, adapun komposisi dan cara penggunaan tersebut adalah:
1. Untuk sambungan atau perekatan antara beton lama dan baru,
laburkan calbond pada permukaan beton dan biarkan kering,
sehingga membentuk lapisan seperti film, kemudian diamkan
dengan waktu 8-10 menit, setelah itu coran dapat dituangkan.
2. Untuk menutup (topping) lantai baru gunakan calbond dengan
perbandingan calbond : semen : air = 1 : 1 : 1 dan laburkan dengan
ketebalan 2 mm diatas permukaan yang telah dibersihkan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG II-30
3. Untuk menutup retakan atau celah pada dinding beton, calbond
dicampurkan dengan semen dan aduk sehingga membentuk pasta.
Untuk campuran plesteran gunakan calbond : air = 1 : 3 dan
campuran tersebut campurkan ke adukan plesteran dengan komposisi
semen : pasir = 1 : 3. Calbond dapat digunakan untuk 4-6 m2
permukaan beton atau plesteran.
2.10 Sambungan Beton
Komposit adalah gabungan dari dua material yang berbeda yang
umumnya dibentuk untuk memanfaatkan secara penuh kemampuan dari
material yang digabungkan. Sebagai contoh jika pelat beton ditumpu oleh
balok baja pada Gambar 2.14, balok baja mempunyai kekuatan
terhadap tarik sedang pelat beton kuat terhadap tekan. Jika sumbu netral
dari elemen gabungan ini diusahakan berada pada pertemuan balok dan
pelat maka akan menjadi sangat efisien dan hal ini dapat terjadi jika
disediakan media penghubung antara kedua material yaitu berupa shear
connector ataupun bahan pengikat dari kedua komponen agar menjadi
satu kesatuan. Jika tidak ada media untuk transfer geser antara kedua
komponen tersebut maka hasilnya adalah penampang non-komposit.
Beban yang bekerja pada penampang komposit akan menyebabkan pelat
berdefleksi bersama dengan balok, menghasilkan sebagian beban dipikul
oleh pelat. Kecuali jika terdapat ikatan yang cukup kuat antara keduanya
(seperti halnya kasus balok baja terbungkus dalam beton, atau jika
disediakan sambungan mekanis), beban yang dipikul oleh pelat hanya
sedikit atau dapat diabaikan. Karena kondisi lapangan, bisa terjadi jumlah
shear connector tidak dapat dipasang penuh sehingga menghasilkan
elemen komposit parsial.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG II-31
(a) (b) Gambar 2.14 Perbandingan lendutan balok dengan dan tanpa aksi komposit (a) balok tidak
komposit (b) balok komposit
Komposit bisa juga diterapkan untuk material yang sama seperti
beton dengan beton. Sambungan beton dengan beton ini banyak
dilakukan untuk perbaikan elemen beton. Pada komposit ini mutu beton
sangat tergantung dari proses produksi dan perawatannya. Setiap batch
adukan beton, meskipun dibuat di dalam batching plant yang sama
dengan desain campuran yang sama, pasti akan mendapatkan hasil
kekuatan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, pada pelaksanaan
konstruksi beton, beton yang dicorkan harus selalu dievaluasi
kualitasnya. Untuk itu perlu dilakukan pengujian dengan uji kuat tekan
beton. Menurut Mulyono (2004), bahwa kuat tekan beton
mengidentifikasikan mutu sebuah struktur dimana semakin tinggi tingkat
kekuatan struktur yang dikehendaki, maka semakin tinggi pula mutu
beton yang dihasilkan.
Terdapat banyak perbaikan beton yang dilakukan salah satunya
perbaikan jembatan beton. Jembatan beton di daerah Pantai Utara Jawa
atau pun di daerah lain dengan kadar garam tinggi akan mendapatkan
serangan ion Klorida jika beton tidak cukup kedap. Langkah perbaikan
adalah dengan menambal (grouting) bagian yang hilang dengan beton
baru setelah sebelumnya diberikan angkur sebagai penghubung geser
atau shear connector. Peran shear connector adalah mentransfer beban
vertikal dan geser horizontal dari lapisan atas ke lapisan bawah. Untuk
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG II-32
memperkuat ikatan antara beton lama dan beton baru seringkali
ditambahkan dengan bahan tambah pada permukaan beton yang akan
disambung. Terdapat beberapa riset terdahulu mengenai sambungan
beton yang disampaikan dalam paragraf berikut.
1. KAJIAN GESER INTERFACE ANTARA BETON LAMA DAN BARU
DENGAN VARIABEL WAKTU DAN VARIABEL PENANGANAN
INTERFACE
Penelitian ini berhubungan dengan bidang perbaikan dan
perkuatan struktur beton, yaitu penyambungan beton lama dan beton
baru. Penelitian ini menggunakan salah satu metode penanganan
interface yaitu dengan mengasarkan permukaan beton lama pada metode
penyambungan dengan pengasaran permukaan beton lama, dibagi
menjadi dua yaitu pengasaran tingkat rendah dan tingkat tinggi. Benda
uji yang digunakan berupa kubus berukuran 15x15x15 cm yang dibagi
menjadi dua yaitu beton lama berukuran 10x15x15 cm dan beton baru
berukuran 5x15x15 cm. Kedua metode pengasaran tersebut masing-
masing akan dikombinasikan dengan variasi umur penyambungan beton
lama dan baru yaitu umur penyambungan 7, 14, dan 28 hari.
(a) (b) Gambar 2.15 : (a)pengasaran tingkat rendah (b)pengasaran tingkat tinggi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG II-33
2. METODE PENYAMBUNGAN PADA STRUKTUR BETON
BERTULANG
Jurnal ini berisi mengenai metode konstruksi dalam perekatan
beton, yaitu seringkali pada pelaksanaan struktur bangunan dengan
volume pengecoran beton yang besar selalu diperlukan pemberhentian
sementara pengecoran adukan material beton. Untuk penyambungan
beton lama dengan adukan beton baru tak akan pernah bersatu dengan
sempurna. Maka perlu adanya suatu cara untuk menyatukan dua
permukaan tersebut. Dengan demikian perlu adanya konstruksi
sambungan. Pemakaian suatu sistem penyambungan tergantung dari
tujuan penyambungan.
Gambar 2.16 Contoh sambungan beton pada balok
3. PERBANDINGAN KUAT TARIK BETON PADA PENGECORAN
UTUH DAN SAMBUNG DENGAN MENGGUNAKAN BONDING
AGENT NITOBON PVA
Penelitian ini berisi mengenai perekatan beton lama dan baru
yaitu seringkali terjadinya penghentian pengecoran di lapangan. Penulis
mencoba meneliti bagaimana terjadinya pengaruh kuat tarik beton pada
pengecoran utuh dan pada pengecoran sambungan dengan menggunakan
bahan Bonding Agent Nitobon PVA. Maksud dari pengecoran sambungan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG II-34
pada penelitian ini adalah pengecoran sambungan antara beton lama dan
beton baru dengan tinjauan sudut kemiringan 00, 300, 450, 600, 900.
Sambungan termasuk bagian konstruksi beton untuk memberikan tempat
pemberhentian pengecoran yang aman untuk tahapan konstruksi
selanjutnya.
4. Clouston, Civjan, dan Bathon (2004) menyampaikan bahwa penggunaan
shear connector pada balok kayu yang memikul pelat beton dapat
meningkatkan kekuatan, kekakuan, dan daktilitas elemen, Gambar 2.17
Gambar 2.17 Shear Connector dalam Riset Cluston, Civjan dan Bathon
5. Qian dan Li (2006) menyampaikan bahwa semakin tinggi mutu beton
dari elemen komposit dengan stud shear connector akan menghasilkan
keruntuhan elemen yang semakin daktil. Percobaan yang dilakukan
diberikan dalam Gambar 2.18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
LAPORAN TUGAS AKHIR
JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG II-35
Gambar 2.18 Metoda pengujian oleh Qian dan Li