Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dilakukan oleh
Kurniasari (2010) dengan menggunakan objek penelitian pada PG Tjoekir
Jombang periode 2005 sampai 2007. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa pengelolaan kebijakan piutang pada PG Tjoekir Jombang dinyatakan
tidak efektif dikarenakan hasil monitoring piutang dagang cenderung
mengalami penurunan.
Penelitian yang dilakukan oleh Pebriani (2010) dengan menggunakan
objek penelitian pada perusahaan X periode 2006 sampai 2008. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan manajemen piutang pada
perusahaan X tidak efektif, dikarenakan bahwa terdapat rasio aktivitas yang
berada dibawah standar yang ditetapkan. Perusahaan X juga mengalami
masalah keterlambatan pembayaran yang melebihi batas waktu jatuh tempo
dan ketidaksesuaian jumlah pembayaran dengan jumlah piutang yang terjadi.
Penelitian yang dilakukan oleh Dermawan (2016) menggunakan objek
penelitian pada KSU Brosem Batu periode 2010-2014. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa pengelolaan piutang yang diterapkan Brosem masih
belum efektif dikarenakan kebijakan penjualan kredit dan penagihan piutang
masih sangat lunak da nada beberapa piutang yang tidak tertagih.
7
B. Tinjauan Teori
1. Pengelolaan Piutang Dagang
Menurut Brigham dan Houston (2001), pengelolaan piutang dagang
dimulai dengan keputusan apakah akan memberikan kredit atau tidak, dalam
mengelola piutang juga ada cara-cara piutang perusahaan dibentuk dan
beberapa cara alternatif untuk memantau piutang. Sistem pemantauan
digunakan, karena jika tidak piutang akan menumpuk menjadi suatu yang
berlebihan, arus kas menurun dan piutang tak tertagih menutupi laba dari
penjualan.
Pengelolaan piutang mempelajari bagaimana piutang bisa dikelola
dengan efisien. Rata-rata saldo piutang ditentukan oleh dua faktor yaitu
penjualan kredit per hari dan jumlah harihari rata periode pengumpulan
piutang. Keduanya sangat tergantung pada kebijakan kredit yang dijalankan
oleh perusahaan. Piutang mengandung risiko berupa kegagalan penagihan
atau biasa disebut bad debts, kemungkinan risiko ini akan semakin kecil
apabila perusahaan hanya melakukan penjualan kredit kepada pelanggannya
yang terkuat saja. Resiko piutang adalah tidak tertagih dan akan
menimbulkan credit cost (biaya kredit). Biaya kredit tersebut adalah :
a. Kegagalan memenuhi default (kewajiban) atau kerugian piutang macet.
b. Biaya penelitian dan penagihan yang lebih tinggi
Piutang merupakan asset yang cukup material. Oleh karena itu
diperlukan manajemen pengelolaan piutang yang efektif dan efisien agar
8
jumlah dana yang diinvestasikan dalam piutang sesuai dengan tingkat
kemampuan perusahaan sehingga tidak mengganggu aliran kas.
2. Keputusan Penjualan Kredit dan Piutang Dagang
Kondisi persaingan yang semakin tajam memaksa perusahaan untuk
memberikan pelayanan yang maksimal kepada pelanggannya. Salah satu
cara yang dilakukan yaitu dengan menjual produknya secara kredit.
Penjualan secara kredit akan memunculkan piutang.. Pemberian piutang
akan meningkatkan volume penjualan dan menaikkan pangsa pasar, dengan
pemberian tersebut suatu perusahaan diharapkan mampu bertahan dan
bersaing dengan perusahaan lainnya.
Menurut Kasmir (2010:244) penjualan kredit merupakan penjualan
barang dimana pembayarannya dilakukan secara angsuran (cicilan) sesuai
kesepakatan yang dibuat antara penjual dan pembeli untuk jangka waktu
tertentu dengan masing-masing hak dan kewajibannya. Penjualan kredit
tidak segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang
langganan dan barulah kemudian pada hari jatuhnya terjadi aliran kas masuk
(cash inflow) yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut. Adanya
tenggang waktu antara penyerahan barang dengan pembayarannya akan
menimbulkan beberapa resiko yang mungkin timbul yaitu biaya pengelolaan
kredit dan piutang tak tertagih.
Perusahaan dalam melaksanakan suatu kegiatan pasti mempunyai
tujuan tertentu, begitu juga dengan keputusan suatu perusahaan melakukan
9
penjualan secara kredit. Menurut Halim dan Sarwoko (2008:105) tujuan
perusahaan melakukan penjualan secara kredit antara lain:
a. Untuk meningkatkan penjualan, pada umumnya para pelanggan lebih
menyukai pembelian secara kredit daripada harus membayar secara tunai.
Maka untuk meningkatkan penjualan, perusahaan melakukan penjualan
secara kredit.
b. Untuk meningkatkan laba, akibat dari adanya penjualan secara kredit
maka akan mengakibatkan kenaikan penjualan, kenaikan ini diharapkan
dapat menaikkan laba perusahaan.
c. Untuk menghadapi persaingan, agar posisi perusahaan dapat bertahan
dalam menghadapi persaingan pasar, maka perusahaan harus melakukan
penjualan secara kredit.
Selain memiliki tujuan, penjualan kredit juga memiliki manfaat.
Menurut Saputro (2000:62) manfaat adanya penjualan secara kredit adalah:
a. Meningkatkan omset penjualan, pembeli yang biasanya membeli dalam
jumlah kecil akan terdorong untuk meningkatkan volume pembeliannya
dengan ditawarkannya pembayaran kredit kepada mereka.
b. Meningkatkan keuntungan, dengan meningkatnya volume penjualan,
maka keuntungan diharapkan akan meningkat.
c. Meningkatkan hubungan dagang antara perusahaan dengan pembeli,
adanya utang piutang maka hubungan dagang antara perusahaan dengan
para pembelinya menjadi lebih erat.
10
Penjualan secara kredit dapat menimbulkan piutang pada
perusahaan, piutang merupakan hak menagih dari pemberi uang atau jasa
kepada penerima jasa yang membentuk hubungan dimana yang pihak satu
berutang dengan pihak pemberi piutang (Hermawan, 2013:29). Piutang
dapat diklasifikasi menjadi dua yaitu piutang dagang yang timbul dari
penjualan secara kredit dan piutang non dagang yang timbul dari pinjaman
karyawan, pinjaman kepada anak perusahaan, serta piutang deviden.
Menurut Nafarin, M (2007:294) piutang merupakan aktivitas yang
timbul karena adanya transaksi penjualan secara kredit oleh perusahaan
kepada pelanggannya. Piutang muncul saat perusahaan menjual barang
dagangan atau jasa kepada pihak lain. Dapat disimpulkan bahwa piutang
adalah hak untuk menagih sejumlah uang dari pihak penjual kepada pihak
pembeli yang timbul karena adanya suatu transaksi penjualan barang atau
jasa secara kredit.
3. Klasifikasi Piutang
Pengklasifikasian piutang dilakukan untuk memudahkan pencatatan
transaksi. Berikut adalah klasifikasi piutang menurut Kasmir (2010:246)
diantaranya:
a. Piutang Usaha (Account Receivable)
Piutang usaha yaitu piutang yang berasal dari penjualan barang atau
jasa yang merupakan kegiatan usaha normal perusahaan.
11
b. Piutang Wesel/ Wesel Tagih (Note Receivable)
Piutang wesel/ wesel tagih yaitu jumlah terhutang bagi pelanggan jika
perusahaan telah menerbitkan surat hutang formal. Wesel biasanya
digunakan untuk jangka waktu yang pembayarannya lebih dari 60 hari.
Jika wesel diperkirakan akan tertagih dalam jangka waktu satu tahun,
maka dalam neraca wesel diklasifikasikan sebagai aktiva lancar.
c. Piutang Lain-lain
Piutang lain-lain yaitu meliputi piutang bunga, piutang pegawai, dan
piutang dari perusahaan. Jika piutang lain-lain diperkirakan dapat
ditagih dalam jangka waktu satu tahun maka piutang ini diklasifikasikan
sebagai aktiva lancar.
Dari klasifikasi piutang diatas dapat disimpulkan piutang mempunyai
beberapa jenis, diantaranya piutang usaha, piutang ini berasal dari penjualan
barang maupun jasa di suatu perusahaan dan piutang lancar. Piutang lancar
berarti sama seperti piutang jangka pendek yang waktu pembayarannya
dalam kurun waktu 1 tahun.
4. Faktor-Faktor Penentu Besarnya Investasi pada Piutang Dagang
Sutrisno (2007:55) menyatakan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi besar kecilnya investasi pada piutang yaitu:
a. Besarnya Volume Penjualan Kredit
Volume penjualan kredit yang diberikan kepada pelanggan akan
ikut menentukan besar kecilnya investasi dalam piutang. Semakin besar
12
jumlah penjualan kredit daripada penjualan tunai maka akan semakin
besar jumlah investasi dalam piutang. Begitupun sebaliknya jika volume
penjualan kredit sedikit maka akan terjadi penurunan investasi pada
piutang. Pembeli atau calon pelanggan akan tertarik membeli barang jika
diberikannya tenggang waktu pembayaran yang longgar. Tenggang
waktu yang terlalu pendek tidak mendorong mereka untuk membeli
dalam jumlah yang lebih banyak dan bahkan akan memilih supplier lain.
b. Syarat Pembayaran
Syarat pembayaran berkaitan dengan berakhirnya jatuh tempo
piutang yang harus dibayar kepada debitur. Semakin panjang waktu
kredit yang diberikan semakin besar investasi dalam piutang. Demikian
sebaliknya semakin pendek batas waktu pembayaran kredit berarti
semakin kecil investasi dalam piutang.
c. Plafon Kredit
Plafon kredit ini menggambarkan seberapa besar kredit yang akan
diberikan kepada pelanggan. Plafon kredit untuk masing-masing
pelanggan tidak harus sama, tetapi tergantung dari besarnya usaha yang
dimiliki oleh pelanggan dan tingkat kepercayaan perusahaan terhadap
pelanggan. Semakin besar plafon kredit yang diberikan untuk pelanggan,
maka semakin besar investasi dalam piutang dan begitupun sebaliknya.
d. Kebiasaan Pembayaran Pelanggan
Apabila kebiasaan pelanggan dalam membayar memanfaatkan
masa diskon, maka investasi pada piutang semakin kecil, tetapi bila
13
kebiasaan pelanggan membayar pada saat jatuh tempo maka investasi
pada piutang semakin besar.
e. Kebijakan dalam Pengumpulan Piutang
Perusahaan dalam melakukan pengumpulan piutang ada yang
menerapkan kebijakan yang sangat ketat (aktif) dan ada juga yang
longgar (pasif). Perusahaan yang menggunakan kebijakan sangat ketat
biasanya menggunakan jasa debt collector sehingga pengumpulan
piutang lebih tepat waktu tetapi perlu tambahan biaya dalam
pengumpulan piutang tersebut.
Perusahaan yang menggunakan kebijakan yang longgar (pasif)
yaitu perusahaan berkeyakinan (percaya) bahwa pelanggan menepati
janji dalam pembayaran, maka resiko tertunggaknya piutang lebih besar.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin ketat kebijakan pengumpulan
piutang maka semakin kecil investasi pada piutang dan bila longgar maka
piutangnya juga akan semakin besar.
5. Model Pengelolaan Piutang Dagang Efektif
Menurut Ravianto dalam Masruri (2014:11) Efektifitas adalah
seberapa baik pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana orang menghasilkan
keluaran sesuai dengan yang diharapkan. Ini berarti bahwa apabila sesuatu
pekerjaan dapat diselesaikan dengan perencanaan, baik dalam waktu, biaya
maupun mutunya, maka dapat dikatakan efektif.
14
Menurut Handayaningrat (2002:16) efektifitas merupakan
pengukuran dalam arti tercapainya sasaran yaitu tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya. Efektifitas merupakan suatu ukuran yang
memberikan gambaran seberapa jauh tujuan tercapai, baik secara kualitas
maupun waktu orientasinya pada keluaran yang dihasilkan.
Beberapa pengertian efektivitas diatas maka dapat disimpulkan
bahwa efektivitas piutang adalah keadaan dan kemampuan yang dilakukan
oleh karyawan dalam mengelola piutang secara tepat (kuantitas, kualitas dan
waktu) sehingga dapat mengantisipasi piutang yang bermasalah dan
perusahaan dapat mencapai tujuannya sesuai dengan apa yang diharapkan.
Menurut Sartono (2012:432) untuk menentukan pengelolaan piutang
efektif dan kredit yang optimal manajer keuangan harus mempertimbangkan
beberapa variabel yang berkaitan dengan piutang yang meliputi:
a. Standar kredit
Standar kredit merupakan salah satu kriteria yang dipakai
perusahaan untuk menyeleksi para pelanggan yang akan diberi kredit dan
berapa jumlah yang harus diberikan. Menurut Kasmir (2010:259) ada
lima dimensi utama (5C) dalam menganalisa pemohon kredit:
1) Karakter (Character)
Pemberian kredit kepada calon pelanggan adalah atas dasar
kepercayaan, jadi yang mendasari suatu kepercayaan yaitu adanya
keyakinan dari pihak perusahaan bahwa pelanggan mempunyai moral,
watak maupun sifat-sifat pribadi yang positif serta mempunyai rasa
15
tanggung jawab baik dalam kehidupan pribadi sebagai manusia,
kehidupan sebagai anggota masyarakat ataupun dalan menjalankan
kegiatan usahanya.
Karakter merupakan faktor yang paling penting, sebab
walaupun pelanggan mampu menyelesaikan utangnya tetapi kalau
tidak mempunyai iktikad baik tentu akan membawa berbagai kesulitan
bagi perusahaan dikemudian hari.
2) Kemampuan (Capacity)
Kemampuan (Capacity) adalah suatu penilaian kepada calon
pelanggan dengan melihat kemampuan pelanggan dalam meraih
penjualan ataupun pendapatan yang dapat diukur dari penjualan yang
dicapai pada masa lalu. Hal ini berkaitan dengan kemampuan untuk
membayar.
3) Modal (Capital)
Modal (Capital) adalah jumlah dana atau modal sendiri yang
dimiliki calon pelanggan. Biasanya perusahaan mengukur posisi
keuangan calon pelanggan secara umum dengan memperhatikan
modal yang dimiliki perusahaan dan juga memperhatikan
perbandingan hutang dan modal.
4) Jaminan (Collateral)
Jaminan (Collateral) adalah barang-barang jaminan yang
diserahkan oleh calon pelanggan sebagai jaminan atas piutang yang
diterima. Manfaat jaminan sebagai alat pengaman dalam menghadapi
16
kemungkinan adanya ketidakpastian pada kurun waktu yang akan
datang pada saatnya piutang tersebut harus dilunasi.
5) Kondisi (Condition)
Kondisi ekonomi (Condition) adalah situasi politik, social,
ekonomi, budaya dan lain-lain yang memepengaruhi kelancaran usaha
dari calon pelanggan yang memperoleh piutang tersebut.
Adanya pemberian kredit kepada para pelanggan maka akan
memunculkan piutang dagang, yang mana berhubungan dengan risiko
(masalah) piutang tak tertagih. Karena itu sebelum memberikan kredit
suatu perusahaan harus menentukan standar kredit dengan baik, agar
masalah piutang macet bisa dikendalikan.
b. Persyaratan kredit
Persyaratan kredit merupakan suatu kondisi yang diisyaratkan
untuk pembayaran kembali piutang dari para pelanggan. Kondisi tersebut
meliputi lama waktu pemberian kredit (periode kredit) dan potongan
tunai serta persyaratan khusus lainnya. Misalnya ada syarat pembayaran
5/10 – n/60, artinya bila piutang dibayar paling lambat 10 hari dari
tanggal penjualan, akan diberikan diskon sebesar 5% dan batas akhir
pembayaran piutang selama 60 hari.
c. Monitoring piutang dagang
Langkah selanjutnya yang harus diperhatikan dalam pengelolaan
piutang yaitu dengan melakukan pemonitoran piutang dagang. Jika
piutang dagang menunjukkan kecenderungan meningkat dan periode
17
pengumpulan piutang meningkat maka perusahaan perlu melakukan
pemonitoran terhadap piutangnya.
Monitoring piutang dagang bisa dilakukan dengan mengawasi
periode pengumpulan piutang (Tangkilisan, 2003:247). Ada beberapa
cara untuk mengawasi piutang, diantaranya:
1) Tingkat Perputaran Piutang (Receivable Turnover)
Salah satu cara untuk mengetahui pengelolaan piutang yang
efektif dapat dilakukan dengan menghitung tingkat perputaran piutang
dari hasil piutang perusahaan. Tingkat perputaran piutang digunakan
untuk mengukur seberapa besar aktivitas dari piutang yang dimiliki
perusahaan. Rasio perputaran piutang ini menggambarkan seberapa
besar dana dalam piutang perusahaan berputar menjadi kas (Kasmir,
2010:247).
Menurut Syamsudin (2000:49) semakin tinggi account
receivable suatu perusahaan semakin baik pengelolaan piutang.
Account receivable turnover dapat ditingkatkan dengan cara
memperketat kebijakan penjualan kredit, misalnya dengan
memperpendek waktu pembayaran. Tetapi kebijakan ini cukup sulit
untuk diterapkan, karena dengan semakin ketatnya kebijakan
penjualan kredit kemungkinan besar volume penjualan akan menurun,
sehingga hal tersebut bukannya membawa kebaikan bagi perusahaan
bahkan sebaliknya.
18
Rasio tingkat perputaran piutang menggambarkan kualitas
piutang perusahaan dan kesuksesan perusahaan dalam usaha
penagihan piutang yang dimiliki, tingkat perputaran piutang dihitung
sebagai berikut:
Rata-rata piutang dagang di atas diperoleh dari:
2) Hari Rata-rata Pengumpulan Piutang (Average Age of Account
Receivable )
Setelah menentukan seberapa besar tingkat perputaran piutang,
selanjutnya menentukan hari rata-rata pengumpulan piutang. Hari
rata-rata pengumpulan piutang merupakan periode pengumpulan
piutang kepada pelanggan yang sudah melakukan transaksi penjualan
secara kredit sampai piutang tersebut sudah dilunasi atau dibayarkan
dengan keseluruhan (Kasmir, 2010:247). Guna mengetahui umur rata-
rata piutang dapat dilihat dengan cara perhitungan sebagai berikut :
3) Skedul Umur Piutang
Skedul umur piutang adalah laporan yang menunjukkan berapa
lama umur piutang dengan memberi prosentase pada kelompok
piutang yang belum jatuh tempo dan kelompok piutang yang jatuh
temponya telah melewati periode tertentu. Umur piutang dalam tabel
19
biasanya diklasifikasikan menjadi empat kategori yaitu: 1–30hari, 31–
60hari, 61–90hari, lebih dari 90 hari (Brigham dan Houston,
2013:287). Dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Skedul Umur Piutang
Umur Jumlah Persen
1– 30 hari Xx Xx
31-60 hari Xx Xx
61–90 hari Xx Xx
>90 hari Xx Xx
Total Xx Xx
Sumber: (Brigham dan Houston, 2013:287)
Tabel 2.1 ini digunakan untuk mengetahui persentase piutang
dagang dan cara mengelompokkan piutang tersebut dalam tingkat
umur (lamanya piutang terjadi) setelah diketahui umurnya baru
ditentukan persentase tidak tertagih setiap kelompok umur. Skedul
umur piutang dagang yang baik menunjukkan prosentase yang kecil.
d. Kebijakan Pengumpulan Piutang
Menurut Syamsudin (2000:273) ada beberapa metode dalam
penagihan piutang kepada pelanggan yaitu seperti :
1) Penagihan melalui surat, bilamana waktu pembayaran utang dari
langganan sudah lewat beberapa hari tetapi belum juga dilakukan
pembayaran maka perusahaan dapat mengirim surat dengan nada
“mengingatkan” langganan yang belum membayar tersebut bahwa
utangnya sudah jatuh tempo.
20
2) Melalui telepon, apabila setelah dikirimkan surat teguran ternyata
utang-utang tersebut belum juga dibayar maka bagian kredit dapat
menelpon langganan dan secara pribadi memintanya untuk segera
melakukan pembayaran. Kalau dari hasil pembicaraan tersebut
ternyata misalnya langganan mempunyai alasan yang dapat diterima
maka mungkin perusahaan dapat memberikan perpanjangan sampai
suatu jangka waktu tertentu.
3) Mengunjungi personal, pengumpulan piutang dengan cara melakukan
kunjungan secara personal atau pribadi ke tempat langganan seringkali
digunakan karena dirasakan sangat efektif dalam usaha-usaha
pengumpulan piutang.
4) Tindakan Yuridis, bilamana ternyata langganan tidak mau membayar
utang-utangnya maka perusahaan dapat menggunakan tindakan-
tindakan hukum dengan mengajukan gugatan perdata melalui
pengadilan.
C. Kerangka Pikir Penelitian
Pada dasarnya kerangka konsep merupakan uraian konsep pemikiran
peneliti dalam pemecahan masalah, sehingga kerangka pikir sangat
menentukan kejelasan proses penelitian secara keseluruhan. Kerangka pikir ini
dibuat untuk memberikan gambaran penelitian yang akan dilakukan yaitu
mengenai pengelolaan piutang dagang pada CV Cita Mandiri periode 2015-
21
2017.Berdasarkan teori-teori yang telah dijelaskan, maka dapat digambarkan
kerangka pikir sebagaimana yang terlihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir Penelitian
Berdasarkan Gambar 2.1 dapat diketahui bahwa penelitian ini berawal
dari kebijakan penjualan kredit yang diterapkan di CV Cita Mandiri. Adanya
penjualan kredit akan memunculkan piutang, apabila suatu piutang yang
Kebijakan penjualan
kredit
Efektivitas Kebijakan
Piutang
Kebijakan
Pemberian Kredit
Kebijakan Penagihan
Efektif Tidak Efektif
Monitoring Piutang
Dagang
1. Standar Kredit
2. Persyaratan
Kredit
1. Tingkat Perputaran
Piutang
2. Hari rata-rata
Pengumpulan
Piutang
3. Skedul Umur
Piutang
Usaha Pengumpulan
Piutang
Penilaian Keefektifan
Pengelolaan Piutang
22
berlebihan dan jumlahnya besar tidak dikelola dengan baik maka akan
menimbulkan piutang bermasalah atau piutang macet.
Adanya masalah tersebut menjadikan CV Cita Mandiri perlu melakukan
pengelolaan piutang yang efektif, pengelolaan dapat dilakukan dengan 3 cara
di antaranya kebijakan pemberian kredit, monitoring piutang dagang dan
kebijakan penagihan piutang. Kemudian membandingkan realisasi pengelolaan
piutang CV Cita Mandiri saat ini dengan target pengelolaan piutang CV Cita
Mandiri. Kemudian barulah diketahui apakah pengelolaan piutang yang
dilakukan CV Cita Mandiri sudah efektif atau tidak. Jika tidak efektif maka CV
Cita Mandiri perlu membuat perubahan atau perbaikan dalam hal pengelolaan
piutangnya saat ini