21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi 1. Pengertian Persepsi Persepsi merupakan proses pengolahan mental secara sadar terhadap stimulus sensori (Dorland, 2002). Definisi lain persepsi adalah stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan kemudian diinterprestasikan sehingga individu menyadari, mengerti tentang apa yang diindera. Proses terbentuknya persepsi didahului adanya penginderaan yaitu merupakan proses yang berujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Namun Proses itu tidak berhenti sampai disitu saja, Melainkan stimulus tersebut diteruskan ke pusat susunan syaraf pusat yaitu otak, dan terjadilah proses psikologis, sehingga individu menyadari apa yang ia lihat, apa yang ia dengar, dan sebagainya, individu mengalami persepsi. Karena itu proses penginderaan tidak dapat lepas dari proses persepsi, dan proses penginderaan merupakan pendahulu dari persepsi (Walgito, 1994). Menurut Maramis (1999) persepsi adalah daya mengenal barang, kualitas atau hubungan dan perbedaan antara lain melalui proses mengamati, mengetahui atau mengartikan setelah panca indera mendapat rangsang. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Persepsidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/2432-3-bab2.pdf · persepsi yaitu : halusinasi, deredisasi, gangguan somatosensorik pada reaksi konversi, gangguan

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Persepsidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/2432-3-bab2.pdf · persepsi yaitu : halusinasi, deredisasi, gangguan somatosensorik pada reaksi konversi, gangguan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan proses pengolahan mental secara sadar

terhadap stimulus sensori (Dorland, 2002). Definisi lain persepsi adalah

stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan kemudian

diinterprestasikan sehingga individu menyadari, mengerti tentang apa

yang diindera.

Proses terbentuknya persepsi didahului adanya

penginderaan yaitu merupakan proses yang berujud diterimanya stimulus

oleh individu melalui alat reseptornya. Namun Proses itu tidak berhenti

sampai disitu saja, Melainkan stimulus tersebut diteruskan ke pusat

susunan syaraf pusat yaitu otak, dan terjadilah proses psikologis,

sehingga individu menyadari apa yang ia lihat, apa yang ia dengar, dan

sebagainya, individu mengalami persepsi. Karena itu proses

penginderaan tidak dapat lepas dari proses persepsi, dan proses

penginderaan merupakan pendahulu dari persepsi (Walgito, 1994).

Menurut Maramis (1999) persepsi adalah daya mengenal barang,

kualitas atau hubungan dan perbedaan antara lain melalui proses

mengamati, mengetahui atau mengartikan setelah panca indera mendapat

rangsang.

8

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Persepsidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/2432-3-bab2.pdf · persepsi yaitu : halusinasi, deredisasi, gangguan somatosensorik pada reaksi konversi, gangguan

Sedangkan menurut Sunaryo (2004) persepsi dapat

diartikan sebagai proses diterimanya rangsang melalui panca indera

dengan didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui,

mengartikan dan menghayati tentang hal yang diamati, baik yang ada

diluar maupun didalam dari individu.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan pengertian

persepsi adalah proses pengolahan mental secara sadar terhadap stimulus

yang dapat menggambarkan sebagai pandangan pribadi seseorang

terhadap kejadian atau peristiwa yang dapat diorganisasikan,

diinterprestasikan terhadap rangsang melalui proses mengamati,

mengetahui atau mengartikan setelah panca indera mendapat rangsang

sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati

tentang hal yang diamati, baik yang ada diluar maupun didalam diri

individu.

2. Macam-macam persepsi

Ada dua macam persepsi menurut Sunaryo (2004) yaitu :

a. External perseption yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang

yang yang datang dari luar individu.

b. Self perception yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang

datang dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang menjadi obyek

adalah dirinya sendiri.

9

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Persepsidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/2432-3-bab2.pdf · persepsi yaitu : halusinasi, deredisasi, gangguan somatosensorik pada reaksi konversi, gangguan

3. Syarat Terjadinya Persepsi

Agar individu dapat mengadakan persepsi diperlukan beberapa

syarat yang harus dipenuhi yaitu : (Walgito, 1994 dan Sunaryo, 2004).

a. Adanya obyek yang dipersepsi, obyek menimbulkan stimulus yang

mengenai alat indera atau reseptor.

b. Adanya perhatian sebagai langkah pertama untuk mengadakan persepsi.

c. Adanya alat indera atau reseptor sebagai penerima stimulus.

d. Saraf sensori sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak kemudian

dari otak dibawa melalui saraf motorik sebagai alat untuk mengadakan

respon.

4. Proses Terjadinya Persepsi

Menurut Walgito (1994) proses terjadinya persepsi melalui tiga

proses yaitu :

a. Proses fisik : obyek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai

alat indera atau reseptor.

b. Proses fisiologis : stimulus yang diterima oleh indera dilanjutkan

oleh saraf sensoris ke otak.

c. Proses psikologis : proses di dalam otak sehingga individu dapat

menyadari stimulus yang diterima.

5. Gangguan Persepsi (dispersepsi)

Persepsi individu dapat mengalami gangguan, hal ini dapat

disebabkan karena adanya gangguan otak (kerusakan otak, keracunan,

obat halusinogenik), gangguan jiwa (emosi yang menyebabkan ilusi) dan

10

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Persepsidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/2432-3-bab2.pdf · persepsi yaitu : halusinasi, deredisasi, gangguan somatosensorik pada reaksi konversi, gangguan

pengaruh lingkungan sosial budaya (Sunaryo, 2004).

Adapun macam dan gangguan persepsi menurut Maramis

(1999) dikutip oleh Sunaryo (2004) terdapat tujuh macam gangguan

persepsi yaitu : halusinasi, deredisasi, gangguan somatosensorik pada

reaksi konversi, gangguan psikologik dan agnosia.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi

Menurut Krech dan Richard (1992) dalam Walgito (1994)

persepsi ditentukan oleh faktor fungsional dan struktural

a. Faktor fungsional

Merupakan faktor yang berasal dari kebutuhan,

pengalaman, masalah dan hal-hal yang termasuk faktor-faktor

personal yang menentukan persepsi, bukan jenis atau bentuk stimuli

tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli

tersebut.

b. Faktor Struktural

Faktor-faktor yang berasal semata-mata dari sifat stimuli

fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkan pada saraf individu.

Menurut Walgito (1994) faktor lain yang mempengaruhi

persepsi yakni perhatian, didalam pengertiannya perhatian adalah

proses mental ketika stimuli/rangkaian stimuli menjadi menonjol

dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Hal ini ketika

perhatian seseorang berdasarkan pada salah satu indera saja dan

mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indera lainnya.

11

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Persepsidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/2432-3-bab2.pdf · persepsi yaitu : halusinasi, deredisasi, gangguan somatosensorik pada reaksi konversi, gangguan

Sama seperti persepsi, perhatian juga dipengaruhi faktor situasional

dari personal. Faktor situasional terkadang disebut sebagai

determinan perhatian yang bersifat eksternal atau penarikan

perhatian ( attention getter ).

7. Faktor-faktor Personal yang mempengaruhi Persepsi Interpersonal

a. Pengalaman

Seseorang yang telah mempunyai pengalaman tentang hak-

hak tertentu akan mempengaruhi kecermatan seseorang dalam

memperbaiki persepsi.

b. Motivasi

Motivasi yang sering mempengaruhi persepsi interpersonal

adalah kebutuhan untuk mempercayai dunia yang adil, artinya kita

mempercayai dunia ini telah diatur secara adil.

c. Kepribadian

Dalam psikoanalisis dikenal sebagai proyeksi, yaitu usaha

untuk mengeksternalisasi pengalaman subyektif secara tidak sadar,

orang mengeluarkan perasaan kepada orang lain Melvin (1990)

dalam Walgito (1994).

12

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Persepsidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/2432-3-bab2.pdf · persepsi yaitu : halusinasi, deredisasi, gangguan somatosensorik pada reaksi konversi, gangguan

B. Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Perilaku adalah segala sesuatu yang dikatakan atau dikerjakan

seseorang dan perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam

diri manusia, sedang dorongan merupakan usaha untuk memenuhi

kebutuhan yang ada dalam diri manusia (Purwanto, 1999).

Perilaku manusia merupakan hasil dari pada segala macam

pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungan yang terwujud

dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Dengan kata lain,

perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus,

respon ini berbentuk dua macam yaitu pasif dan aktif. Bentuk pasif

adalah respon internal yaitu yang terjadi dalam diri manusia dan tidak

secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalya berfikir,

tanggapan atau sikap batin dari pengetahuan. Sedang bentuk aktif yaitu

apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung (Sarwono,

1993).

2. Macam-macam Perilaku

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, perilaku dapat

dibedakan menjadi:

a. Perilaku tertutup

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

terselubung atau tertutup (covert) respon atau reaksi terhadap

stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,

13

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Persepsidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/2432-3-bab2.pdf · persepsi yaitu : halusinasi, deredisasi, gangguan somatosensorik pada reaksi konversi, gangguan

pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang

menerima stimulus tersebut, dan belum dapat di amati secara jelas

oleh orang lain.

b. Perilaku terbuka

Respon seseorang terhadap stimulasi dalam bentuk

tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut

sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice) yang

dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

Sedangkan menurut Purwanto (1999), perilaku manusia

dibedakan :

a. Perilaku refleks

Perilaku refleks terjadi secara otomatis, tanpa dipikir oleh

keinginan, tanpa disadari. Secara umum perilaku ini bertujuan untuk

menghindari ancaman yang merusak keberadaan individu, sehingga

individu tersebut dapat berperilaku dan berkembang secara normal.

b. Perilaku reflek bersyarat

Perilaku ini merupakan perilaku yang muncul karena

adanya perangsang tertentu. Reaksi ini wajar dan merupakan

pembawaan manusia serta bisa dipelajari atau didapat dari

pengalaman.

c. Perilaku yang mempunyai tujuan/perilaku naluri.

Gejala yang menyertainya adalah pengenalan,

perasaan/emosi, dorongan, keinginan/motif.

14

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Persepsidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/2432-3-bab2.pdf · persepsi yaitu : halusinasi, deredisasi, gangguan somatosensorik pada reaksi konversi, gangguan

3. Klasifikasi Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2003) klasifikasi perilaku yang

berhubungan dengan kesehatan adalah sebagai berikut:

a. Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan

upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan

meningkatkan kesehatannya.

b. Perilaku sakit (iIIness behaviour)

Perilaku sakit mencakup respon seseorang terhadap sakit dan

penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab

dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya.

c. Perilaku peran sakit

Perilaku ini meliputi:

1) tindakan untuk memperoleh kesembuhan.

2) mengenal / mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan /

penyembuhan penyakit yang layak.

3) mengetahui hak (misalnya hak untuk memperoleh

perawatan,memperoleh pelayanan kesehatan, dsb) dan kewajiban

orang sakit (memberitahukan penyakit kepada orang lain

terutama kepada dokter/petugas kesehatan,tidak menularkan

penyakitnya kepada orang lain, dan sebagainya.

15

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Persepsidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/2432-3-bab2.pdf · persepsi yaitu : halusinasi, deredisasi, gangguan somatosensorik pada reaksi konversi, gangguan

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu:

a Faktor internal, yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang

bersifat given atau bawaan, misalnya:tingkat kecerdasan, tingkat

emosional, jenis kelamin dan sebagainya.

b. Faktor eksternal, yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial,

budaya, politik, ekonomi dan sebagainya. Faktor lingkungan ini

sering merupakan faktor yang dominan yang sering mewarnai

perilaku seseorang.

Sedangkan Menurut Purwanto (1999) faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku adalah sebagai berikut:

a. Keturunan diartikan sebagai pembawaan yang merupakan karunia

dari Tuhan Yang Maha Esa.Teori Mendel merupakan teori tentang

keturunan yang dikenal dengan hipotesa genetika yang menjelaskan

tentang sifat-sifat mahluk hidup dikendalikan oleh faktor

keturunan.tiap pasangan merupakan penentu alternative bagi

keturunanya dan pada waktu pembentukan sel kelamin; pasangan

keturunan memisah dan menerima pasangan pasangan faktor

keturunan.

b. Lingkungan dalam pengertian psikologi adalah segala sesuatu yang

berpengaruh bagi pengembangan sifat dan perilaku.individu mulai

mengalami dan mengecap alam dan sekitarnya.

16

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Persepsidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/2432-3-bab2.pdf · persepsi yaitu : halusinasi, deredisasi, gangguan somatosensorik pada reaksi konversi, gangguan

5. Penyebab Berperilaku

Tim kerja WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan

seseorang itu berperilaku tertentu adalah karena adanya enam alasan

pokok, yaitu:

1. Pengetahuan

2. Kepercayaan

3. Sikap

4. Orang penting sebagai referensi

5. Sumber-sumber daya meliputi fasilitas, uang, waktu, tenaga,

dll.

6. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-

sumber dalam masyarakat (budaya) (Notoatmodjo, 2003).

6. Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme)

terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,

sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan

Skiner (1990) dalam Notoatmodjo (2003).

17

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Persepsidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/2432-3-bab2.pdf · persepsi yaitu : halusinasi, deredisasi, gangguan somatosensorik pada reaksi konversi, gangguan

C. Rokok

1. Pengertian Rokok

Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk

cerutu atau bentuk lainya yang dihasilkan dari tanaman Nicotania

Tobacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang

mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (PP RI

No.19 Tahun 2003) dalam Frans (2004) Secara umum, bahan-bahan

dalam rokok dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu komponen

gas dan komponen padat atau partikel, sedang komponen padat atau

partikel dibagi menjadi nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat

karsinogenik. rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen dan

setidaknya 200 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. racun

utama dalam rokok adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida

(Atmanta, 2005).

2. Kandungan Rokok

a. Nikotin

Nikotin adalah zat,bahan senyawa pirolidin yang terdapat

dalam nikotiana Tobacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya

yang bersifat adiktif dapat mengakibatkan ketergantungan, Zat ini

mempenggaruhi syaraf dan peredaran darah. Pada awalnya rokok

mengandung 8-20 mg nikotin dan setelah dibakar nikotin yang

masuk ke dalam sirkulasi darah hanya 25 persen. Walau demikian

18

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Persepsidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/2432-3-bab2.pdf · persepsi yaitu : halusinasi, deredisasi, gangguan somatosensorik pada reaksi konversi, gangguan

jumlah kecil tersebut memiliki waktu hanya 15 detik untuk sampai

ke otak manusia.

Nikotin di terima oleh reseptor asetilkolin-nikotinik yang

kemudian membaginya ke jalur imbalan dan jalur adrenergic. Pada

jalur imbalan, perokok akan merasakan nikmat, memacu sistem

dopaminergik. Hasilnya perokok akan merasa tenang, daya pikir

serasa cemerlang, dan mampu menahan rasa lapar. Sementara di

jalur adrenergik, zat ini akan mengaktifkan sistem adrenergik pada

bagian otak lokus seruleus yang mengeluarkan serotonin.

Meningkatkan serotonin menimbulkan rangsangan rasa senang

sekaligus keinginan mencari rokok lagi.

Hal inilah yang menyebabkan perokok sangat sulit

meninggalkan rokok, karena sudah ketergantungan pada nikotin.

Ketika berhenti merokok rasa nikmat yang diperolehnya akan

berkurang (Mu’tadin, 2002).

b. Tar

Tar adalah senyawa polinuklir hidrokarbon aromatika yang

bersifat Skarsinogenik (PP No. 19 Tahun 2003). Tar adalah

kumpulan dari ratusan bahkan ribuan bahan kimia dalam komponen

padat asap rokok setelah dikurangi nikotin dan air, tar dan asap rokok

juga dapat merangsang jalan nafas dan tar tersebut tertimbun

disaluran itu sehingga menyebabkan batuk-batuk atau sesak nafas.

19

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Persepsidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/2432-3-bab2.pdf · persepsi yaitu : halusinasi, deredisasi, gangguan somatosensorik pada reaksi konversi, gangguan

c. Karbon monoksida

Karbon monoksida adalah zat yang mengikat Hemoglobin

dalam darah, sehingga darah tidak mampu untuk mengikat oksigen

dan Gas CO juga berpengaruh negatif terhadap jalan nafas dari

pembuluh darah.

3. Rokok dan Kesehatan

Kerugian yang ditimbulkan rokok sangat banyak bagi kesehatan. Tapi

sayangnya masih banyak orang yang menikmatinya.efek dari

rokok/tembakau memberi stimulasi depresi ringan, gangguan daya

tangkap, perasaan, pikiran, tngkah laku. Jika dibandingkan dengan zat-

zat adiktif lainnya rokok sangatlah rendah pengaruhnya, maka

ketergantungan pada rokok tidak begitu dianggap gawat.

Penyakit yang ditimbul:

a. Jantung

Menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah dan

peningkatan tekanan darah, kenaikan penggunaan O2 serta

peningkatan denyut jantung.

b. Otak

Menyebabkan terjadinya stroke dan lumpuh.

c. Paru-paru

Menyebabkan terjadinya batuk berdahak, bronchitis, paru-paru,

kanker.

20

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Persepsidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/2432-3-bab2.pdf · persepsi yaitu : halusinasi, deredisasi, gangguan somatosensorik pada reaksi konversi, gangguan

4. Bahaya Merokok

Laporan WHO (2003) dalam Utama (2004) juga menyebutkan

beberapa penyakit yang berhubungan dengan kebiasaan merokok, yaitu

kanker paru, bronchitis kronik, penyakit jantung iskemik, penyakit

kardiovaskuler, kangker mulut, kangker tenggorok, penyakit pembuluh

darah otak dan dan gangguan janin dalam kandungan.

Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003). menambahkan tiga

sub tipe dampak dari merokok yaitu:

a. Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya menambah atau

meningkatkaan kenikmatan yang sudah didapat, misal merokok

setelah minum kopi atau makan

b. Stimulation to pick them up. Perilaku merokok hanya dilakukan

sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.

c. Pleasure of headling the cigaretee. Kenikmatan yang peroleh dengan

rokok sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan

menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau sedang

untuk menghisapnya dibutuhkan waktu beberapa menit saja. Atau

perokok lebih senang memainkan dengan jari-jarinya lama sebelum

ia nyalakan dengan api.

5. Perilaku Merokok

a. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh ”perasaan negatife”.

Banyak orang yang menggunakan rokok untuk mengurangi

perasaan negatif, misalnya bila ia sedang marah, cemas, gelisah,

21

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Persepsidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/2432-3-bab2.pdf · persepsi yaitu : halusinasi, deredisasi, gangguan somatosensorik pada reaksi konversi, gangguan

rokok di anggap sebagai penyelamat.

b. Perilaku merokok yang “adiktif” oleh green disebut sebagai

psychological addiction mereka yang sudah adiksi, akan

menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari

rokok yang dihisapnya berkurang.

c. Perilaku merokok sudah menjadi “kebiasaan”. Mereka

menggunakan rokok sama sekali bukan untuk mengendalikan

perasaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah menjadi

kebiasaan rutin. dapat dikatakan pada orang-orang tipe ini merokok

sudah merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis, seringkali

tanpa dipikirkan dan tanpa disadari.

6. Tempat Merokok

Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku perokok.

Berdasarkan tempat-tempat dimana seseorang menghisap rokok,maka

dapat digolongkan atas :

a. Merokok di tempat-tempat umum

1) Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol

mereka menikmati kebiasaanya. Umumnya mereka masih

menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan diri di

smoking area.

2) Kelompok yang heterogen (merokok ditengah orang-orang lain

yang tidak rokok) mereka yang berani merokok ditempat

tersebut, tergolong sebagai orang yang tidak berperasaan, kurang

22

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Persepsidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/2432-3-bab2.pdf · persepsi yaitu : halusinasi, deredisasi, gangguan somatosensorik pada reaksi konversi, gangguan

etis, kurang sopan, dan tidak punya tata krama.

b. Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi:

1) Di kantor atau di kamar tidur pribadi. Mereka yang memilih

tempat seperti ini sebagai tempat yang digolongkan kepada

individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh dengan

rasa gelisah yang mencekam.

2) Di toilet. Perokok ini dapat di golongkan sebagai orang yang

suka berfantasi, Sepertiga jumlah perokok dunia adalah remaja.

Menurut Kim Farley (1990) dalam Notoatmodjo (2003)

dewasa ini anak-anak dan remaja menjadi ancaman utama bahaya

meningkatnya penggunaan tembakau di seluruh dunia, termasuk

Indonesia. Berbagai penelitian menunjukkan usia untuk memulai

merokok ternyata lebih muda. Kebanyakan perokok memulainya ketika

masih remaja. Padahal, jika seseorang tidak mulai merokok sampai umur

20 tahun, kemungkinannya kecil untuk menjadi perokok setelah dewasa.

7. Manfaat Merokok

Dibedakan menjadi 2 yaitu sisi negatif dan sisi positif yaitu :

Bila dilihat dari sisi negative merokok dapat merusak kesehatan seperti

stroke. Sedangkan dilihat dari sisi positif dapat membantu ribuan buruh

yang bekerja pada industri rokok Indonesia untuk tetap bertahan hidup

(Atmanta, 2005).

23

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Persepsidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/2432-3-bab2.pdf · persepsi yaitu : halusinasi, deredisasi, gangguan somatosensorik pada reaksi konversi, gangguan

8. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Merokok

a. Pengaruh orang tua

Salah satu temuan tentang remaja merokok adalah bahwa

anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia,

dimana orang tua tidak perhatian pada anaknya dan memberikan

hukuman fisik yang keras lebih muda untuk menjadi perokok

dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah

tangga yang bahagia. Remaja yang berasal dari keluarga konservatif

yang menekan nilai-nilai sosial dan agama dengan baik dengan

tujuan jangka panjang lebih sulit untuk terlibat dengan

rokok/tembakau/obat-obatan dengan keluarga yang perfisif dengan

penekanan falsafah ”kerjakan urusanmu sendiri” dan yang paling

kuat adalah bila orang tua menjadi figur yaitu contoh sebagai

perokok berat, maka anak cenderung meniru kebiasaan yang

dilakukan oleh orang tua.

b. Pengaruh teman

Berbagai fakta mengungkapkan , makin banyak teman-

teman kita yang sudah pada merokok, makin besar kemungkinan kita

jadi perokok juga.

c. Faktor kepribadian

Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu

atau melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan

diri dari kebosanan. Namun satu sifat Kepribadian yang bersifat

24

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Persepsidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/2432-3-bab2.pdf · persepsi yaitu : halusinasi, deredisasi, gangguan somatosensorik pada reaksi konversi, gangguan

hanya mencoba-coba pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok)

seperti ini justru mangarahkan kepada hal-hal yang negatif.

b. Pengaruh Iklan

Melihat iklan di media cetak dan elektronik yang

menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan

atau glamour, sering kali membuat seseorang terpicu untuk

mengikuti perilaku seperti yang ada dalam halaman iklan tersebut.

9. Waktu Merokok

Biasanya waktu yang digunakan seseorang dapat

menikmati rokok adalah sehabis makan dan setelah minum kopi,

sehabis kerja, perasaan lagi kalut, frustasi dan tidak memperdulikan

waktu entah pagi, siang, sore ataupun malam Green (1990) dalam

Notoatmodjo (2003).

10. Upaya Pencegahan

a. Upaya Kampanye

Memang susah menghentikan/menghilangkan kebiasaan

merokok. Tahap pertama Dengan menumbuhkan motivasi dalam diri

remaja untuk berhenti atau tidak mencoba untuk merokok, akan

membuat mereka mampu untuk tidak terpengaruh oleh godaan

merokok yang datang dari teman, media massa, atau kebiasaan

keluarga/orang tua.

Suatu program kampanye anti merokok buat para remaja

yang dilakukan oleh Evans (1990) dalam Notoatmodjo (2003) dapat

25

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Persepsidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/2432-3-bab2.pdf · persepsi yaitu : halusinasi, deredisasi, gangguan somatosensorik pada reaksi konversi, gangguan

dijadikan contoh untuk melakukan upaya pencegahan agar remaja

tidak merokok, karena ternyata program tersebut membawa hasil

yang menggembirakan. Kampanye anti merokok ini dilakukan

dengan cara membuat berbagai poster, film, dan diskusi-diskusi

tentang berbagai macam aspek yang berhubungan dengan merokok.

Lahan yang digunakan untuk kampanye ini adalah sekolah-sekolah,

televisi atau radio.

b. Pesan-pesan dalam Kampanye meliputi:

1) Meskipun orang tuamu merokok, kamu tudak perlu harus

meniru, karena kamu mempunyai akal yang dapat kamu pakai

untuk membuat keputusan sendiri.

2) Iklan-iklan merokok sebenarnya menjerumuskan orang.

Sebaiknya kamu mulai belajar untuk tidak terpengaruh oleh iklan

seperti itu.

3) Kamu tidak harus ikut merokok hanya karena teman-temanmu

merokok. Kamu bisa menolak ajakan mereka untuk ikut

merokok.

4) Perilaku merokok akan memberikan dampak bagi kesehatan

secara jangka pendek maupun jangka panjang yang nantinya

akan ditanggung tidak hanya sajaoleh diri kamu sendiri tetapi

juga akan membebani orang (misal:orang tua).

26

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Persepsidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/2432-3-bab2.pdf · persepsi yaitu : halusinasi, deredisasi, gangguan somatosensorik pada reaksi konversi, gangguan

c. Pelatihan Pemahaman Terhadap Pesan

Agar remaja dapat memahami pesan-pesan tersebut maka

dalam kampanye anti merokok perlu disertai dengan beberapa

pelatihan seperti:

1) Ketrampilan berkomunikasi

2) Kemampuan untuk membuat keputusan sendiri

3) Kemampuan untuk menyesuaiakan diri dengan rasa cemas/ansietas

4) Kemampuan untuk menghadapi tekanan dari kelompok sebaya, dll.

Dengan cara-cara diatas remaja akan diajak untuk dapat

memiliki kemampuan dan kepercayaan diri dalam menolak berbagai

godaan untuk merokok, baik yang datang dari media massa, teman

sebaya maupun dari keluarga. Melarang, menghukum, atau pun

memaksa remaja untuk tidak merokok hanya akan memberikan

dampak yang relatif singkat karena tidak disadari oleh motivasi

internal remaja (Mu’tadin, 2002).

27

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Persepsidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/3/2432-3-bab2.pdf · persepsi yaitu : halusinasi, deredisasi, gangguan somatosensorik pada reaksi konversi, gangguan

Kerangka Teori

Bagan I : Kerangka Teori modifikasi dari :

(Walgito, 1994; Purwanto, 1999; Notoatmodjo, 2003)

28

Faktor-faktor yang mempengaruhi merokok:

a. Orang tua b. Teman c. Kepribadian d. Iklan

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi interpersonal:

a. Pengalaman b. Motivasi c. Kepribadian

Persepsi Prilaku Merokok Masyarakat

Perilaku dipengaruhi: a. Internal

Karakteristik bawaan, seperti: tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dll.

b. Eksternal Lingkungan: fisik, social, budaya dan politik