15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegypti Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor penular penyakit Demam Berdarah Dengue. Jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali ditempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1.000 meter diatas permukaan laut, karena pada ketinggian tersebut suhu udara terlalu rendah sehingga tidak memungkinkan bagi nyamuk untuk hidup dan berkembangbiak. Nyamuk Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain. Nyamuk Aedes aegypti jantan mengisap cairan sari bunga untuk keperluan hidupnya, sedangkan nyamuk betina lebih menyukai darah manusia. Biasanya nyamuk betina mencari mangsanya pada siang hari. Aktivitas menggigit biasanya pagi (09.00-10.00) dan petang hari (16.00-17.00). Aedes aegypti mempunyai kebiasan mengisap darah berulang kali untuk memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan demikian nyamuk ini sangat infektif sebagai penular penyakit. [1] 1. Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Subphylum : Unimaria Kelas : Insecta Ordo : Diptera Sub-ordo : Nematocera Superfamili : Culicoidea Famili : Culicidae Sub-famili : Culicinae, Genus : Aedes Spesies : Aedes aegypti [2] 2. Karakteristik 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegyptidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/129/jhptunimus-gdl-andykurnia... · Lingkaran hidup nyamuk ini melalui metamorfosis sempurna, ... berhubungan

  • Upload
    lamtruc

  • View
    222

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegyptidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/129/jhptunimus-gdl-andykurnia... · Lingkaran hidup nyamuk ini melalui metamorfosis sempurna, ... berhubungan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Nyamuk Aedes aegypti

Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor penular penyakit Demam

Berdarah Dengue. Jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok

Indonesia, kecuali ditempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1.000 meter

diatas permukaan laut, karena pada ketinggian tersebut suhu udara terlalu

rendah sehingga tidak memungkinkan bagi nyamuk untuk hidup dan

berkembangbiak. Nyamuk Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika

dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain. Nyamuk Aedes aegypti jantan

mengisap cairan sari bunga untuk keperluan hidupnya, sedangkan nyamuk

betina lebih menyukai darah manusia. Biasanya nyamuk betina mencari

mangsanya pada siang hari. Aktivitas menggigit biasanya pagi (09.00-10.00)

dan petang hari (16.00-17.00). Aedes aegypti mempunyai kebiasan mengisap

darah berulang kali untuk memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan

demikian nyamuk ini sangat infektif sebagai penular penyakit.[1]

1. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Subphylum : Unimaria

Kelas : Insecta

Ordo : Diptera

Sub-ordo : Nematocera

Superfamili : Culicoidea

Famili : Culicidae

Sub-famili : Culicinae,

Genus : Aedes

Spesies : Aedes aegypti[2]

2. Karakteristik

7

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegyptidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/129/jhptunimus-gdl-andykurnia... · Lingkaran hidup nyamuk ini melalui metamorfosis sempurna, ... berhubungan

Secara morfologis skutum Aedes aegypti berwarna hitam dengan

dua strip putih sejajar di bagian dorsal tengah yang diapit oleh dua garis

lengkung berwarna putih. Aedes aegypti mempunyai dua subspesies

yaitu Aedes aegypti queenslandensis dan Aedes aegypti formosus.

Subspesies pertama hidup bebas di Afrika sementara subspecies kedua

hidup di daerah tropis yang dikenal efektif menularkan virus DBD.

Subspesies kedua lebih berbahaya dibandingkan subspecies pertama

dalam menularkan virus DBD.[7]

3. Siklus Hidup

Lingkaran hidup nyamuk ini melalui metamorfosis sempurna,

artinya sebelum menjadi stadium dewasa akan mengalami beberapa

stadium pertumbuhan yakni stadium telur, beberapa stadium larva,

stadium pupa, stadium imago (dewasa). Tiga stadium pertama hidup

dalam air sedangkan stadium dewasa aktif terbang. Untuk

menyelesaikan satu siklus hidupnya diperlukan antara waktu antara 9-12

hari atau rata-rata 10 hari dari telur sampai imago. Kondisi tersebut

sangat tergantung dengan adanya persediaan makanan dan temperatur

yang sesuai.[15]

Gambar 2.1 Siklus Hidup Nyamuk Aedes Aegypti[16]

a. Telur

8

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegyptidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/129/jhptunimus-gdl-andykurnia... · Lingkaran hidup nyamuk ini melalui metamorfosis sempurna, ... berhubungan

Karakteristik telur Aedes aegypti adalah berbentuk bulat pancung

yang mula-mula berwarna putih kemudian berubah menjadi hitam.

Telur tersebut diletakkan secara terpisah di permukaan air untuk

memudahkannya menyebar dan berkembang menjadi larva di dalam

media air. Media air yang dipilih untuk tempat peneluran itu adalah

air bersih yang stagnan (tidak mengalir) dan tidak berisi spesies lain

sebelumnya. Sejauh ini, informasi mengenai pemilihan air bersih

stagnant sebagai habitat bertelur Aedes aegypti banyak dilaporkan

oleh peneliti searangga vektor tersebut dari berbagai negeri.

Demikian juga oleh peneliti Indonesia. Tetapi laporan terakhir yang

disampaikan oleh penelitian IPB Bogor bahwa ada telur Aedes

aegypti yang dapat hidup pada media air kotor dan berkembang

menjadi larva.[7]

Gambar 2.2 Telur Aedes aegypti[17]

b. Larva

Larva nyamuk semuanya hidup di air yang stadianya terdiri atas

empat instar. Keempat instar itu dapat diselesaikan dalam waktu 4

hari – 2 minggu tergantung keadaan lingkungan seperti suhu air

persediaan makanan. Pada air yang agak dingin perkembangan larva

lebih lambat, demikian juga keterbatasan persediaan makanan juga

menghambat perkembangan larva. Setelah melewati stadium instar

ke empat larva berubah menjadi pupa.[7]

9

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegyptidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/129/jhptunimus-gdl-andykurnia... · Lingkaran hidup nyamuk ini melalui metamorfosis sempurna, ... berhubungan

Gambar 2.3 Larva Aedes aegypti[18]

c. Pupa

Sebagaimana larva, pupa juga membutuhkan lingkungan akuatik

(air). Pupa adalah fase inaktif yang tidak membutuhkan makan,

namun tetap membutuhkan oksigen untuk bernafas. Untuk keperluan

pernafasannya pupa berada di dekat permukaan air. Lama fase pupa

tergantung dengan suhu air dan spesies nyamuk yang lamanya dapat

berkisar antara satu hari sampai beberapa minggu. Setelah

melelewati waktu itu maka pupa membuka dan melepaskan kulitnya

kemudian imago keluar ke permukaan air yang dalam waktu singkat

siap terbang.[7]

Gambar 2.4 Pupa Aedes aegypti[18]

d. Nyamuk dewasa

10

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegyptidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/129/jhptunimus-gdl-andykurnia... · Lingkaran hidup nyamuk ini melalui metamorfosis sempurna, ... berhubungan

Nyamuk Aedes aegypti tubuhnya berwarna hitam dengan bercak-

bercak putih keperakan (putih kekuningan). Di bagian dorsal thorax

terdapat bentuk bercak yang khas berupa dua garis sejajar di bagian

tengah dan dua garis melengkung di tengahnya. Bentuk abdomen

nyamuk betina lancip ujungnya dan memiliki cerci yang lebih

panjang dari pada cerci nyamuk-nyamuk lainnya. Jumlah nyamuk

jantan dan nyamuk betina yang menetas dari sekelompok telur pada

umumnya sama banyak. Umur nyamuk jantan lebih pendek dari

pada nyamuk betina, dan terbang tidak jauh dari tempat

perindukannya. Sedang nyamuk betina umumnya lebih panjang dari

pada nyamuk jantan dan perlu menghisap darah untuk

pertumbuhan telurnya.[19] Nyamuk dapat hidup dengan baik pada

suhu 29°C, serta akan mati bila berada pada suhu 6°C selama 24

jam. Nyamuk dapat hidup pada suhu 7-9°C. Rata-rata lama hidup

nyamuk betina Aedes selama 10 hari.[2]

Gambar 2.5 Nyamuk Aedes aegypti[20]

4. Habitat

Secara bioekologis spesies nyamuk Aedes aegypti mempunyai dua

habitat yaitu aquatic (perairan) untuk fase pradewasanya (telur, larva

dan pupa), dan daratan atau udara untuk nyamuk dewasa. Walaupun

habitat imago di daratan atau udara, namun juga mencari tempat di dekat

permukaan air untuk meletakkan telurnya. Bila telur yang diletakkan itu

11

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegyptidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/129/jhptunimus-gdl-andykurnia... · Lingkaran hidup nyamuk ini melalui metamorfosis sempurna, ... berhubungan

tidak mendapat sentuhan air atau kering masih mampu bertahan hidup

antara 3 bulan sampai satu tahun. Masa hibernasi telur-telur itu akan

berakhir atau menetas bila sudah mendapatkan lingkungan yang cocok

pada musim hujan untuk menetas.[7]

5. Perilaku Aedes aegypti

a. Perilaku makan

Aedes aegypti sangat antropofilik, walaupun juga bisa makan dari

hewan berdarah panas lainnya. Sebagai hewan diurnal, nyamuk

betina memiliki dua periode aktivitas menggigit, pertama di pagi hari

selama beberapa jam setelah matahari terbit dan sore hari selama

beberapa jam sebelum gelap. Puncak aktivitas menggigit yang

sebenarnya dapat beragam tergantung lokasi dan musim. Jika masa

makannya terganggu, maka Aedes aegypti dapat menggigit lebih dari

satu orang. Perilaku ini semakin memperbesar efisiensi penyebaran

epidemi. Aedes aegypti biasanya tidak menggigit di malam hari,

tetapi akan menggigit saat malam dikamar yang terang.[9]

b. Perilaku istirahat

Aedes aegypti suka beristirahat di tempat yang gelap, lembab dan

bersembunyi di dalam rumah atau bangunan, termasuk dikamar

tidur, kamar mandi, kamar kecil, maupun dapur. Nyamuk ini jarang

ditemukan diluar rumah, di tumbuhan, atau di tempat terlindung

lainnya. Di dalam ruangan, tempat istirahat yang mereka suka adalah

di bawah furniture, benda yang tergantung seperti baju dan korden,

serta dinding.[9]

c. Jarak terbang

Penyebaran nyamuk Aedes aegypti betina dewasa dipengaruhi oleh

beberapa faktor termasuk ketersediaan tempat bertelur dan darah,

tampaknya terbatas sampai jarak 100 meter dari lokasi kemunculan.

Akan tetapi penelitian di Puerto Rico menunjukkan bahwa nyamuk

ini dapat menyebar sampai lebih dari 400 meter terutama untuk

12

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegyptidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/129/jhptunimus-gdl-andykurnia... · Lingkaran hidup nyamuk ini melalui metamorfosis sempurna, ... berhubungan

mencari tempat bertelur. Transportasi pasif dapat berlangsung

melalui telur dan larva yang ada dalam penampung.[9]

d. Lama hidup

Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki rata-rata lama hidup hanya

delapan hari. Selama musim hujan, saat masa bertahan hidup lebih

panjang, hal ini menyebabkan risiko penyebaran virus semakin

besar.[9]

6. Cara Penularan Virus

Cara penularan virus DBD adalah melalui cucukan stilet nyamuk

Aedes aegypti betina terhadap inang penderita DBD. Nyamuk Aedes

aegypti bersifat “antropofilik” lebih menyukai mengisap darah manusia

dibandingkan dengan darah hewan. Darah yang diambil dari inang yang

menderita sakit mengandung virus DBD, kemudian berkembang biak di

dalam tubuh nyamuk sekitar 8 -10 atau sekitar 9 hari. Setelah itu nyamuk

sudah terinfeksi virus DBD dan efektif menularkan virus. Aedes aegypti

mempunyai kemampuan untuk menularkan virus terhadap keturunannya

secara transovarial atau melalui telurnya. Keturunan nyamuk yang

menetas dari telur nyamuk terinfeksi virus DBD secara outomatis

menjadi nyamuk terinfeksi yang dapat menularkan virus DBD kepada

inangnya yaitu manusia.[7]

7. Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Kehidupan Vektor

Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupan vektor

adalah faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik seperti curah hujan,

temperatur, dan evaporasi dapat mempengaruhi kegagalan telur, larva

dan pupa nyamuk menjadi imago. Demikian juga faktor biotik seperti

predator, parasit, kompetitor dan makanan yang berinteraksi dalam

kontener sebagai habitat akuatiknya pradewasa juga sangat berpengaruh

terhadap keberhasilannya menjadi imago. Keberhasilan itu juga

ditentukan oleh kandungan air kontainer seperti bahan organik,

13

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegyptidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/129/jhptunimus-gdl-andykurnia... · Lingkaran hidup nyamuk ini melalui metamorfosis sempurna, ... berhubungan

komunitas mikroba, dan serangga air yang ada dalam kontainer itu juga

berpengaruh terhadap siklus hidup Aedes aegypti. Selain itu bentuk,

ukuran dan letak kontener (ada atau tidaknya penaung dari kanopi pohon

atau terbuka kena sinar matahari langsung) juga mempengaruhi kualitas

hidup nyamuk. Faktor curah hujan mempunyai pengaruh nyata terhadap

flukstuasi populasi Aedes aegypti. Suhu juga berpegaruh terhadap

aktifitas makan, dan laju perkembangan telur menjadi larva, larva

menjadi pupa dan pupa menjadi imago. Faktor suhu dan curah hujan

berhubungan dengan evaporasi dan suhu mikro di dalam kontainer.[7]

B. Pengendalian Nyamuk Aedes aegypti

Cara pengendalian DBD yang dapat dilakukan saat ini adalah dengan

memberantas nyamuk penularnya, karena vaksin untuk mencegah dan obat

untuk membasmi belum ada. Pada dasarnya pengendalian vektor DBD dapat

dilakukan dengan 4 cara.[21]

1. Pengendalian Lingkungan

Langkahnya terdiri dari pengendalian terhadap nyamuk dewasa dan

pradewasa. Pada prinsipnya pengelolaan lingkungan ini adalah

mengusahakan agar kondisi lingkungan tidak/kurang disenangi oleh

nyamuk sehingga umur nyamuk berkurang dan tidak mempunyai

kesempatan untuk menularkan penyakit. Usaha ini dapat dilakukan

dengan cara menambah pencahayaan ruangan dalam rumah, lubang

ventilasi, mengurangi tanaman perdu, tidak membiasakan

menggantungkan pakaian di kamar serta memasang kawat kasa. Selain

itu melakukan pengelolaan lingkungan tempat perindukan nyamuk untuk

menghalangi nyamuk meletakkan telurnya atau menghalangi proses

perkembangbiakan nyamuk.

2. Pengendalian Secara Biologis.

14

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegyptidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/129/jhptunimus-gdl-andykurnia... · Lingkaran hidup nyamuk ini melalui metamorfosis sempurna, ... berhubungan

Yakni berupa intervensi yang dilakukan dengan memanfaatkan musuh-

musuh (predator) nyamuk yang ada di alam seperti ikan kepala timah

dan goppy.

3. Pengendalian Secara Kimia

Yakni berupa pengendalian vektor dengan bahan kimia, baik bahan

kimia sebagai racun, sebagai bahan penghambat pertumbuhan ataupun

sebagai hormon. Penggunaan bahan kimia untuk pengendalian vektor

harus mempertimbangkan kerentanan terhadap insektisida yang

digunakan, bisa diterima masyarakat, aman terhadap manusia dan

organisme lainnya, stabilitas dan aktivitas insektisida, dan keahlian

petugas dalam penggunaan insektisida.

4. Pengendalian Terpadu

Langkah ini tidak lain merupakan aplikasi dari ketiga cara yang

dilakukan secara tepat/terpadu dan kerja sama lintas program maupun

lintas sektoral dan peran serta masyarakat.

C. Insektisida

1. Definisi Insektisida

Insektisida berasal dari kata insekta yang berarti serangga, dan dari

kata sida yang berarti pembunuh (asal katanya ceado). Yang secara

harfiah berarti pembunuh serangga.[22] Insektisida adalah bahan yang

mengandung persenyawaan kimia yang digunakan untuk membunuh

serangga. Insektisida yang baik (ideal) mempunyai daya bunuh yang

besar dan cepat serta tidak berbahaya bagi binatang vertebrata termasuk

manusia dan ternak, murah dan mudah didapat, mempunyai susunan

kimia yang stabil dan tidak mudah terbakar serta tidak berwarna dan

tidak berbau yang tidak menyenangkan.[23]

2. Bentuk Insektisida[24]

15

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegyptidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/129/jhptunimus-gdl-andykurnia... · Lingkaran hidup nyamuk ini melalui metamorfosis sempurna, ... berhubungan

a. Dust (Serbuk)

Dapat ditaburkan pada tanaman yang terserang hama atau yang

dilarutkan oleh air yang selanjutnya dimanfaatkan dalam

penyemperotan-penyemperotan.

b. Emulsion Concetrated (Cairan)

Dibuat dalam bentuk cairan yang dilarutkan dalam sejenis minyak.

Penggunaannya harus dilarutkan dalam air agar tercapai kepekatan

tertentu sesuai dengan kebutuhan/keperluan.

c. Granular (Butiran)

Digunakan dengan menaburkan larikan-larikan tanah atau pada tanah

sekitar tanaman, kemudian ditutup atau ditimbuni tanah. Pada waktu

terjadinya hujan atau waktu dilakukan penyiraman, butiran ini akan

hancur dan meresap kedalam tanah sehingga hama akan terbasmi.

d. Fumigan (Gas/Asap)

Digunakan dalam penyemperotan/fumigasi untuk membasmi hama

tanaman.

3. Jenis Insektisida

a. Insektisida Anorganik

Insektisida anorgaik adalah insektisida yang berasal dari unsur-unsur

alamiah dan tidak mengandung karbon. Contohnya asam borat,

arsenat timbal, kalsium arsenat, sulfat tembaga, dan kapur belerang.[22]

b. Insektisida Sintetik

Insektisida sintetik adalah insektisida yang terdiri atas unsur-unsur

karbon, hidrogen, fosfor, dan nitrogen. Kelompok ini merupakan

hasil buatan pabrik dengan melalui proses sintetis kimiawi.

Insektisida modern pada umumnya merupakan insektisida sintetik.[22]

c. Insektisida Nabati

16

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegyptidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/129/jhptunimus-gdl-andykurnia... · Lingkaran hidup nyamuk ini melalui metamorfosis sempurna, ... berhubungan

Insektisida nabati adalah insektisida yang bahan aktifnya berasal dari

tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang atau

buah. Bahan-bahan ini diolah menjadi berbagai bentuk, antara lain

bahan mentah berbentuk tepung, ekstrak atau resin yang merupakan

hasil pengambilan cairan metabolit sekunder dari bagian tumbuhan

atau bagian tumbuhan dibakar untuk diambil abunya dan digunakan

sebagai insektisida.[25]

4. Cara Kerja Insektisida Nabati

Cara kerja insektisida nabati ini adalah dapat mengendalikan

serangga hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik, yaitu dapat

melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal. Cara kerja yang

sangat spesifik yaitu merusak perkembangan telur, larva dan pupa,

penolak makan, mengurangi nafsu makan, menghambat reproduksi

serangga betina dll.[26]

5. Keunggulan dan Kelemahan Insektisida Nabati

Keunggulannya adalah biaya yang murah karena mudah didapat,

relatif aman bagi lingkungan, tidak menyebabkan keracunan pada

tanaman, tidak menimbulkan kekebalan pada hama, kompatible bila

digabungkan dengan cara pengendalian lain dan yang tidak kalah

pentingnya adalah hasil pertanian yang sehat dan bebas residu pestisida.

Sedangkan kelemahannya adalah daya kerja relatif lambat, tidak

membunuh langsung ke jasad sasaran, tidak tahan terhadap sinar

matahari, kurang praktis, tidak tahan disimpan dan penyemprotan

dilakukan secara berluang-ulang.[26]

D. Suren (Toona Sureni)

Suren merupakan salah satu sumber insektisida nabati yang cukup

potensial untuk mengendalikan hama. Suren memiliki kandungan bahan

surenon, surenin dan surenolakton yang berperan sebagai penghambat

pertumbuhan, insektisida dan antifeedant (menghambat daya makan)

17

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegyptidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/129/jhptunimus-gdl-andykurnia... · Lingkaran hidup nyamuk ini melalui metamorfosis sempurna, ... berhubungan

terhadap serangga. Bahan-bahan tersebut juga terbukti merupakan repellant

(pengusir atau penolak) serangga, termasuk nyamuk. Daun dan kulit

kayunya beraroma cukup tajam. Secara tradisional, petani menggunakan

daun suren untuk menghalau hama serangga tanaman dan dapat digunakan

dalam keadaan hidup.[11]

1. Klasifikasi

Kingdom : Plantae-Plants

Subkingdom : Tracheobionta – Vascular Plants

Superdivision : Spermatophyta

Division : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Subclass : Rosidae

Order : Sapindales

Famili : Meliaceae

Sinonim : Cedrela febrifuga Blume (1823), Toona

febrifuga (Blume) M.J Roemer (1946), Cedrela sureni(Blume) Burkill

(1930). Nama lokal/daerah : Suren, Surian, Surian amba.[27]

2. Deskripsi Botani

Pohon berukuran sedang sampai besar, dapat mencapai tinggi 40-

60 m dengan tinggi bebas cabang hingga 25 m. Diameter dapat

mencapai 100 cm, bahkan di pegunungan dapat mencapai hingga 300

cm. Berbanir hingga tinggi 2 m. Kulit batang terlihat pecah-pecah dan

seolah tumpang tindih, berwarna coklat keputihan, pucat hingga keabu

abuan, dan mengeluarkan aroma apabila dipotong. Kayunya ringan,

dengan gubal merah muda dan teras coklat. [27]

18

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegyptidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/129/jhptunimus-gdl-andykurnia... · Lingkaran hidup nyamuk ini melalui metamorfosis sempurna, ... berhubungan

Gambar 2.6 Tanaman Toona Sureni[27]

3. Penyebaran dan Habitat

Jenis ini menyebar di Nepal, India, Bhutan, Myanmar, Indo-China,

Cina Selatan, Thailand dan sepanjang Malaysia hingga barat Papua

Nugini. Di Indonesia, menyebar di Sumatra, Jawa, dan Sulawesi yang

beriklim A-C (Schmidt dan Ferguson), dengan rata-rata suhu tahunan

22ºC. Jenis ini dijumpai di hutan-hutan primer maupun sekunder, dan

banyak tumbuh di hutan pedesaan, sering ditemukan di sepanjang sungai

di daerah bukit dan lereng-lereng, pada ketinggian 1.200 – 2.700 m dpl.

Jenis ini memerlukan tanah yang subur.[28]

4. Bahan Kimia Yang Terkandung

Pada pemeriksaan fitokimia daun Suren, Toona sureni (Blume)

Merril (Meliaceae) terdapat adanya golongan senyawa flavonoid, tanin

dan steroid/triterpenoid. Minyak atsiri dari daun terdapat adanya 13

komponen. Toona Sureni juga mengandung zat ekstraktif dengan fungsi

antifeedant (menghambat nafsu makan serangga) maupun zat surenin,

surenon maupun surenolakton yang berperan sebagai repellent (penolak

atau pengusir serangga).[29]

19

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegyptidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/129/jhptunimus-gdl-andykurnia... · Lingkaran hidup nyamuk ini melalui metamorfosis sempurna, ... berhubungan

5. Kegunaan

Sering ditanam di perkebunan teh sebagai pemecah angin. Jenis ini

cocok sebagai naungan dan pohon di sepanjang tepi jalan. Kayunya

bernilai tinggi dan mudah digergaji serta memiliki sifat kayu yang baik.

Kayunya sering digunakan untuk lemari, mebel, interior ruangan, panel

dekoratif, kerajinan tangan, alat musik, kotak cerutu, finir, peti kemas,

dan konstruksi. Beberapa bagian pohon, terutama kulit dan akar sering

digunakan untuk ramuan obat, yaitu diare. Kulit dan buahnya dapat

digunakan untuk minyak atsiri.[28]

E. Kerangka Teori

Kematian nyamuk Aedes aegypti dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor diantaranya yaitu adanya predator, umur nyamuk, jenis insektisida

yang digunakan, dosis insektisida yang digunakan, frekuensi penyemprotan

insektisida terhadap nyamuk, resistensi nyamuk terhadap insektisida, suhu,

kelembaban, jumlah nyamuk dan lama waktu kontak terhadap insektisida.

Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.7 Kerangka Teori[7,21,25]

F. Kerangka Konsep

Jenis InsektisidaKematian

Nyamuk Aedes aegypti

Predator Umur nyamuk

Resistensi Terhadap Insektisida

Lingkungan Fisik Suhu Kelembaban

Lingkungan Biologi Jumlah Nyamukb. Lama Waktu Kontak

Dosis Pemaparan insektisida

Frekuensi penyemprotan Insektisida

20

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegyptidigilib.unimus.ac.id/files/disk1/129/jhptunimus-gdl-andykurnia... · Lingkaran hidup nyamuk ini melalui metamorfosis sempurna, ... berhubungan

Kerangka konsep pada penelitian ini dapat digambarkan pada

gambar berikut ini:

Gambar 2.8 Kerangka Konsep

G. Hipotesis

1. Ekstrak daun suren (Toona sureni) dapat membunuh nyamuk Aedes

aegypti.

2. Ada dosis ekstrak daun suren (Toona sureni) yang efektif dalam

membunuh nyamuk Aedes aegypti.

Variabel Bebas : Berbagai konsentrasi ekstrak daun suren

Variabel Terikat :Jumlah kematian

nyamuk Aedes aegypti

Variabel Terkendali : SuhuKelembabanLamanya waktu kontakJumlah nyamukFrekuensi penyemprotan

Variabel Perancu :Umur nyamuk

21