36
9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Dari banyak definisi Rumah Sakit, salah satunya adalah definisi menurut WHO (World Health Organization). Sebagaimana yang termuat dalam WHO Technical Report Series No. 122/1957 yang berbunyi : “Rumah Sakit adalah bagian integral dari satu organisasi social dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan kesehatan paripurna, kuratif dan preventif kepada masyarakat serta pelayanan rawat jalan yang diberikannya guna menjangkau keluarga di rumah. Rumah Sakit juga merupakan pusat pendidikan dan latihan tenaga kesehatan serta pusat penelitian bio-medik” Definisi lain di kemukakan dalam situs Wikipedia yaitu : ”Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter , perawat , dan tenaga ahli kesehatan lainnya.Menurut American Hospital Association (1974) yang ada di dalam buku karangan Azrul Azwar (1996 : 82), definisi rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisir serta

Jhptunimus Gdl Harisoktav 6443 2 Babii

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tak tau

Citation preview

Page 1: Jhptunimus Gdl Harisoktav 6443 2 Babii

9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Rumah Sakit

2.1.1 Definisi Rumah Sakit

Dari banyak definisi Rumah Sakit, salah satunya adalah definisi

menurut WHO (World Health Organization). Sebagaimana yang termuat

dalam WHO Technical Report Series No. 122/1957 yang berbunyi :

“Rumah Sakit adalah bagian integral dari satu organisasi social dan

kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan kesehatan paripurna,

kuratif dan preventif kepada masyarakat serta pelayanan rawat jalan yang

diberikannya guna menjangkau keluarga di rumah. Rumah Sakit juga

merupakan pusat pendidikan dan latihan tenaga kesehatan serta pusat

penelitian bio-medik”

Definisi lain di kemukakan dalam situs Wikipedia yaitu :

”Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan

profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga

ahli kesehatan lainnya.”

Menurut American Hospital Association (1974) yang ada di dalam

buku karangan Azrul Azwar (1996 : 82), definisi rumah sakit adalah suatu

organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisir serta

Page 2: Jhptunimus Gdl Harisoktav 6443 2 Babii

10

sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan

kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta

pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien.

Menurut Kotter (1983) yang ada di dalam situs Wikipedia, definisi rumah

sakit adalah merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan atau

jasa kesehatan, berbagai faktor mempengaruhi perkembangan RS, antara lain;

teknologi, epidemiologi, demografi, sosial ekonomi, faktor kebutuhan masyarakat

terhadap mutu pelayanan dan peraturan, serta faktor kebijaksanaan pemerintah

yang berlaku.(Wikipedia)

Sedangkan menurut Wolper dan Pena (1987) yang juga ada di dalam

situs Wikipedia, mendefinisikan rumah sakit sebagai tempat dimana orang sakit

mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan

klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat serta berbagai tenaga profesi

kesehatan lainnya diselenggarakan.

2.1.2 Jenis-jenis Rumah Sakit

Sistem pengelompokkan rumah sakit yang paling umum digunakan

saat ini (Bastian, 2008 : 27) adalah sebagai berikut :

1. Sistem pengelompokkan yang paling dirasa bermanfaat dan bertahan lama

digunakan oleh Asosiasi Rumah Sakit Amerika (AHA), di mana klasifikasi

rumah sakit terbagi menjadi rumah sakit pemerintah (komunitas) dan

nonpemerintah (nonkomunitas) sesuai dengan tingkat akses pemerintah pada

rumah sakit itu.

2. Jenis pengelompokkan lain adalah berdasarkan kepemilikan atau

control atas kebijakan dan cara operasi rumah sakit. Rumah Sakit di

Page 3: Jhptunimus Gdl Harisoktav 6443 2 Babii

11

bawah kepemilikan kelembagaan atau institusi dibagi dalam 4

kelompok :

a. Pemerintah nonfederal

b. Nonpemerintah nirlaba

c. Rumah sakit yang dimiliki investor

d. Rumah sakit milik pemerintah daerah

3. Berdasarkan rata-rata lama tinggal, rumah sakit dikelompokkan menjadi

rumah sakit jangka pendek atau jangka panjang. Menginap di rumah sakit

dikatakan singkat apabila rata-rata tinggal kurang dari 30 hari, sementara

rata-rata nasional berada di bawah tujuh hari. Sedangkan dikatakan lama

apabila tinggal lebih dari 30 hari.

4. Rumah sakit juga dapat dikelompokkan menurut jumlah tempat tidur :

6-24 tempat tidur, 25 sampai 49, 50 sampai 99, 100 sampai 199, 200

sampai 299, 300 sampai 399, 400 sampai 499 dan 500 atau lebih.

Kategori ini biasanya dikombinasikan dengan pengelompokkan lain

misalnya Rumah Sakit Daerah atau Rumah Sakit Pendidikan dan

Nonpendidikan dalam rangka menentukan biaya rata-rata per jenis

lembaga.

5. Rumah sakit juga dikelompokkan menurut rumah sakit yang

diakreditasi dan yang bukan. Di Amerika Serikat selama lebih dari 60

tahun industri pelayanan kesehatan telah berpartisipasi dalam proses

akreditasi suka rela, yang dirancang untuk memperbaiki kualitas

pelayanan yang diberikan di rumah sakit dan fasilitas yang

berhubungan dengan kesehatan. Istilah suka rela kini sering sering

Page 4: Jhptunimus Gdl Harisoktav 6443 2 Babii

12

disalahartikan, karena akreditasi rumah sakit telah menjadi begitu

terikat dengan pembayaran pihak ketiga. Apabila klaim ini tidak bisa

dilakukan, risiko kesulitan keuangan akan selalu membayangi.

Akreditasi sangat penting bagi rumah sakit untuk alasan keuangan.

Akreditasi juga merupakan tanda pembeda atas kualitas pelayanan

terhadap pasien yang diberikan oleh rumah sakit dan bagi banyak

program nonrumah sakit yang juga harus memenuhi syarat itu.

6. Pendidikan dan nonpendidikan juga merupakan pengelompokkan

umum dari rumah sakit. Rumah sakit pendidikan berpartisipasi dalam

pendidikan para dokter melalui program residensi. Berdasarkan jenis

dan jumlah program residensi yang ditawarkan, sebuah rumah sakit

juga dapat dikelompokkan sebagai lembaga yang pendidikannya lebih

diutamakan atau sebaliknya hanya sebagai pelengkap. Untuk menjadi

rumah sakit pendidikan sepenuhnya, rumah sakit harus menawarkan

dalam batas minimum residensi berikut ini : kedokteran, pembedahan,

kebidanan dan anak. Banyak rumah sakit tipe pendidikan penuh

menawarkan residensi dalam setiap sub spesialis kedokteran dan

bedah, selain spesialisasi patologi, anestesiologi, dokter keluarga dan

banyak program lainnya. Rumah sakit yang porsi pendidikannya tidak

banyak biasanya hanya mempunyai dua atau tiga program antara lain

kedokteran, bedah dan anak, kebidanan atau kombinasi lain yang

jumlahnya kurang dari empat spesialisasi.

Page 5: Jhptunimus Gdl Harisoktav 6443 2 Babii

13

7. Rumah sakit juga dapat dikelompokkan menurut integrasi vertikal atau

konsep regionalisasi. Menurut sistem ini, rumah sakit dibagi menjadi

pusat layanan pertama, layanan kedua dan layanan ketiga. Fasilitas

layanan pertama, terlepas dari struktur dan lokasi, menawarkan

pelayanan berlandaskan tuntutan atau kebutuhan bagi masyarakat.

Fasilitas tersebut dirancang, dilengkapi, diberi staf, diorganisir dan

dijalankan sebagai bagian menyeluruh dari sistem pelayanan kesehatan

yang komprehensifserta menawarkan pelayanan kesehatan dalam cara

yang terus menerus, pribadi dan kontinu berdasarkan pasien rawat

jalan. Fasilitas layanan kedua, memberikan pelayanan yang

memerlukan tingkat kesempurnaan serta keterampilan dan biasanya

berhubungan dengan lingkup kebutuhan pencari perawatan untuk

periode waktu tertentu. Rumah sakit untuk penyakit akut yang

dikhususkan melayani pasien rawat jalan seperti pusat bedah, termasuk

dalam kategori ini. Fasilitas layanan ketiga, memberikan layanan yang

sangat khusus dengan keterampilan teknis yang tinggi. Jenis pelayanan

ini biasanya ditawarkan oleh pusat-pusat medis universitas atau rumah

sakit spesialis, misalnya pusat perawatan luka bakar.

Dalam situs Wikipedia, rumah sakit dapat dibedakan menjadi 5

jenis rumah sakit menurut sifat dan fungsinya, yaitu :

1. Rumah Sakit Umum

Rumah sakit yang dijalankan organisasi National Health

Service di Inggris. Melayani hampir seluruh penyakit umum, dan

Page 6: Jhptunimus Gdl Harisoktav 6443 2 Babii

14

biasanya memiliki institusi perawatan darurat yang siaga 24 jam (ruang

gawat darurat) untuk mengatasi bahaya dalam waktu secepatnya dan

memberikan pertolongan pertama. Rumah sakit umum biasanya

merupakan fasilitas yang mudah ditemui di suatu negara, dengan

kapasitas rawat inap sangat besar untuk perawatan intensif ataupun

jangka panjang. Rumah sakit jenis ini juga dilengkapi dengan fasilitas

bedah, bedah plastik, ruang bersalin, laboratorium, dan sebagainya.

Tetapi kelengkapan fasilitas ini bisa saja bervariasi sesuai kemampuan

penyelenggaranya. Rumah sakit yang sangat besar sering disebut

Medical Center (pusat kesehatan), biasanya melayani seluruh

pengobatan modern. Sebagian besar rumah sakit di Indonesia juga

membuka pelayanan kesehatan tanpa menginap (rawat jalan) bagi

masyarakat umum (klinik). Biasanya terdapat beberapa

klinik/poliklinik di dalam suatu rumah sakit.

2. Rumah Sakit Terspesialisasi

Jenis ini mencakup trauma center, rumah sakit anak, rumah sakit

manula, atau rumah sakit yang melayani kepentingan khusus seperti

psychiatric (psychiatric hospital), penyakit pernapasan, dan lain-lain.

Rumah sakit bisa terdiri atas gabungan atau pun hanya satu bangunan.

Kebanyakan mempunyai afiliasi dengan universitas atau pusat riset

medis tertentu. Kebanyakan rumah sakit di dunia didirikan dengan

tujuan nirlaba.

Page 7: Jhptunimus Gdl Harisoktav 6443 2 Babii

15

3. Rumah Sakit Penelitian/Pendidikan

Rumah sakit penelitian/pendidikan adalah rumah sakit umum

yang terkait dengan kegiatan penelitian dan pendidikan di fakultas

kedokteran pada suatu universitas/lembaga pendidikan tinggi.

Biasanya rumah sakit ini dipakai untuk pelatihan dokter-dokter muda,

uji coba berbagai macam obat baru atau teknik pengobatan baru.

Rumah sakit ini diselenggarakan oleh pihak universitas/perguruan

tinggi sebagai salah satu wujud pengabdian masyararakat/Tri Dharma

perguruan tinggi.

4. Rumah Sakit Lembaga/Perusahaan

Rumah sakit yang didirikan oleh suatu lembaga/perusahaan

untuk melayani pasien-pasien yang merupakan anggota lembaga

tersebut/karyawan perusahaan tersebut. Alasan pendirian bisa karena

penyakit yang berkaitan dengan kegiatan lembaga tersebut (misalnya

rumah sakit militer, lapangan udara), bentuk jaminan

sosial/pengobatan gratis bagi karyawan, atau karena letak/lokasi

perusahaan yang terpencil/jauh dari rumah sakit umum. Biasanya

rumah sakit lembaga/perusahaan di Indonesia juga menerima pasien

umum dan menyediakan ruang gawat darurat untuk masyarakat umum.

5. Klinik

Fasilitas medis yang lebih kecil yang hanya melayani keluhan

tertentu. Biasanya dijalankan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat atau

dokter-dokter yang ingin menjalankan praktek pribadi. Klinik biasanya

Page 8: Jhptunimus Gdl Harisoktav 6443 2 Babii

16

hanya menerima rawat jalan. Bentuknya bisa pula berupa kumpulan

klinik yang disebut poliklinik.

2.1.3 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Berikut merupakan tugas sekaligus fungsi dari rumah sakit

(Wikipedia), yaitu :

1. Melaksanakan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis,

2. Melaksanakan pelayanan medis tambahan, pelayanan penunjang medis

tambahan,

3. Melaksanakan pelayanan kedokteran kehakiman,

4. Melaksanakan pelayanan medis khusus,

5. Melaksanakan pelayanan rujukan kesehatan,

6. Melaksanakan pelayanan kedokteran gigi,

7. Melaksanakan pelayanan kedokteran sosial,

8. Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan,

9. Melaksanakan pelayanan rawat jalan atau rawat darurat dan rawat

tinggal (observasi),

10. Melaksanakan pelayanan rawat inap,

11. Melaksanakan pelayanan administratif,

12. Melaksanakan pendidikan para medis,

13. Membantu pendidikan tenaga medis umum,

14. Membantu pendidikan tenaga medis spesialis,

15. Membantu penelitian dan pengembangan kesehatan,

Page 9: Jhptunimus Gdl Harisoktav 6443 2 Babii

17

16. Membantu kegiatan penyelidikan epidemiologi,

Tugas dan fungsi ini berhubungan dengan kelas dan tipe rumah

sakit yang ada di Indonesia yang terdiri dari rumah sakit umum dan rumah

sakit khusus, kelas A, B, C, D dan E. berbentuk badan dan sebagai unit

pelaksana teknis daerah. perubahan kelas rumah sakit dapat saja terjadi

sehubungan dengan turunnya kinerja rumah sakit yang ditetapkan oleh

Menteri Kesehatan Indonesia melalui keputusan Dirjen Yan Medik.

Menurut kemampuan yang dimiliki rumah sakit di Indonesia dapat

digolongkan dalam beberapa kategori, yaitu :

1. Rumah sakit tipe A, ciri-ciri : Specialis dan sub specialis lebih luas,

Top referral hospital

2. Rumah sakit tipe B, ciri-ciri : Specialis dan sub specialis terbatas,

pelayanan rujukan dari kabupaten

3. Rumah Sakit tipe C, ciri-ciri : Spesialis terbatas, Pelayanan rujukan

dari Puskesmas

4. Rumah sakit tipe D, ciri-ciri : Pelayanan rujukan dari Puskesmas

5. Rumah sakit tipe E (rumah sakit khusus) : RS Jiwa, RS Jantung, RS

Paru, Kanker, Kusta dll

Dalam beberapa kebutuhan rumah sakit juga dapat di golongkan

menjadi 2, yaitu : RS pendidikan dan non pendidikan. RS pendidikan

dikelompokkan menjadi 2 golongan: (1) pusat ilmu kesehatan pada

universitas besar yang mengadakan penelitian ilmu kesehatan dasar; dan

Page 10: Jhptunimus Gdl Harisoktav 6443 2 Babii

18

(2) RS pendidikan yang mengadakan tiga atau lebih program kedokteran

spesialis.

2.1.4 Tujuan Rumah Sakit

Rumah sakit yang ideal (Bastian, 2008) adalah tempat di mana

orang-orang yang sakit bisa mencari dan menerima perawatan, di samping

itu juga memberikan pendidikan klinis kepada para mahasiswa-mahasiswa

kedokteran, perawat, serta seluruh ahli kesehatan. Rumah sakit yang

dimaksud dapat juga memberikan pendidikan berkelanjutan bagi para

dokter praktek dan secara bertahap menjalankan fungsi lembaga

pembelajaran yang lebih tinggi bagi seluruh lingkungan, komunitas serta

daerah. Selain peran pendidikannya, rumah sakit modern juga memimpin

studi penyelidikan dan penelitian dalam ilmu pengetahuan kedokteran,

baik tentang catatan klinis maupun para pasien, serta penelitian dasar

dalam ilmu fisika dan ilmu kimia. Pembangunan rumah sakit diatur atau

dipengaruhi oleh Undang-undang Negara, peraturan Departemen

Kesehatan, Peraturan Daerah dan standar lainnya.

Berubahnya penekanan dari pelayanan pasien inap ke pasien rawat

jalan dan kemajuan teknologi kedokteran yang pesat, telah memfokuskan

fasilitas yang ada sekarang untuk merencanakan kegiatan pengembangan

penunjang medis dan pusat-pusat pelayanan pasien rawat jalan mandiri.

Bangunan swadaya memungkinkan rumah sakit meminimalkan pengaruh

keuangan yang kuat dari peraturan dan perundang-undangan yang

menekan terhadap rumah sakit.

Page 11: Jhptunimus Gdl Harisoktav 6443 2 Babii

19

Kebutuhan akan sistem yang dapat mengintegrasikan dan

membedakan terminologi, definisi serta karakter penting lembaga

pelayanan kesehatan telah lama diakui. Kesulitan yang dihadapi dalam

upaya menghubungkan dan membandingkan data yang diperoleh oleh

agen-agen yang menggunakan terminologi dan definisi yang berbeda telah

jelas terlihat selama bertahun-tahun.

Secara umum, organisasi kesehatan atau rumah sakit mempunyai

tujuan mendorong peningkatan status kesehatan masyarakat secara

mandiri, terpadu dan mampu berdaya saing antarindividu, keluarga,

masyarakat serta bangsa dalam kondisi lingkungan yang kondusif dan

sehat.

Sementara itu, tujuan khusus yang ingin dicapai yaitu :

1. Terwujudnya penyelenggaraan sistem kesehatan dalam organisasi

kesehatan atau rumah sakit yang mencakup sistem pembangunan

kesehatan, sistem pelayanan kesehatan dan sistem informasi kesehatan

secara tepat, cepat serta akurat.

2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan

terjangkau oleh semua lapisan masyarakat dengan penggunaan obat

secara rasional.

3. Meningkatkan kemampuan dan kemandirian individu, keluarga serta

masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan, status gizi, pencegahan dan

pemutusan rantai penularan penyakit.

Page 12: Jhptunimus Gdl Harisoktav 6443 2 Babii

20

4. Meningkatkan pemakaian sarana sanitasi kesehatan dan pembangunan

yang berwawasan lingkungan.

5. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan petugas dalam

membentuk tenaga kesehatan yang profesional.

6. Dan menjalin kemitraan lintas sektor, LSM/Lembaga Masyarakat

maupun Pemda dan lain sebagainya.

2.1.5 Sumber Pembiayaan Rumah Sakit

Sumber pembiayaan pada organisasi kesehatan atau rumah sakit

biasanya berasal dari masyarakat pengguna jasa, pemerintah atau

penyandang dana. Di organisasi kesehatan atau rumah sakit yang berstatus

milik pemerintah, pembiayaannya atau modalnya bersumber dari anggaran

pemerintah dan iuran masyarakat pengguna jasa. Sedangkan untuk

organisasi kesehatan atau rumah sakit yang berstatus milik swasta, seperti

berada di bawah naungan suatu yayasan, koperasi atau milik perseorangan,

sumber pembiayaannya berasal dari alokasi dana

yayasan/pemilik/sumbangan lain dan masyarakat pengguna jasanya.

(Bastian, 2008 : 4)

2.1.6 Pertanggungjawaban Rumah Sakit

Di organisasi kesehatan atau rumah sakit dengan status milik

negara atau organisasi publik, pertanggungjawaban dilakukan berdasarkan

birokrasi yang ada. Sebagai contoh, RSUP berada di bawah naungan

pemerintah provinsi, sehingga RSUP bertanggung jawab kepada

Page 13: Jhptunimus Gdl Harisoktav 6443 2 Babii

21

pemerintah provinsi. Sedangkan RSUD yang berada di bawah naungan

pemerintah Kabupaten/Kota, bertanggung jawab kepada pemerintah

Kabupaten/Kota. Demikian pula Puskesmas, Poliklinik, Polindes dan

organisasi kesehatan publik lainnya bertanggung jawab kepada

badan/divisi yang membawahinya.

Di organisasi kesehatan atau rumah sakit dengan status milik

swasta atau nonpemerintah, pertanggungjawaban akan dilakukan ke

badan/divisi yang menaunginya. Sebagai contoh, untuk rumah sakit swasta

di bawah sebuah yayasan atau sekelompok pribadi,

pertanggungjawabannya dilakukan oleh dewan/bagian yang berwenang.

Dalam situasi tertentu, seperti saat bencana, rumah sakit semi-

permanen didirikan oleh sebuah organisasi sosial tertentu dalam rangka

memberikan layanan sosial. Dalam hal ini, pertanggungjawaban dilakukan

ke pihak pemberi dana atau organisasi yang menaunginya. (Bastian,

2008:5)

2.1.7 Pelayanan Rumah Sakit

Menurut Bastian (2008 : 36), untuk menghasilkan suatu pelayanan

kesehatan yang berkarakter, pihak manajemen harus melaksanakan hal-hal

sebagai berikut :

1. Terhadap karyawan : melaksanakan pendidikan dan pelatihan yang

berhubungan dengan pembentukan karakter yang baik, terutama di

bidang pelayanan pasien. Pihak manajemen harus melakukan

Page 14: Jhptunimus Gdl Harisoktav 6443 2 Babii

22

pengawasan terhadap perilaku karyawannya, sehingga hal-hal yang

tidak diinginkan langsung dapat diperbaiki.

2. Terhadap pasien : pasien mengetahui hak dan kewajibannya, sehingga

ia tahu mana yang merupakan haknya dan apa yang menjadi

kewajibannya. Pihak manajemen harus mencantumkan atau memasang

peraturan-peraturan tersebut, sehingga pasien mudah membacanya.

3. Terhadap pihak manajemen sendiri : pihak manajemen harus membuka

diri untuk menerima saran dan kritikan dari karyawan serta dari pihak

pasien. Pihak manajemen harus dapat memenuhi hak dan kewajiban

untuk mensejahterakan karyawannya, sehingga kualitas pelayanan

dapat ditingkatkan. Pihak manajemen harus secara terus menerus

memperbaiki dan mengevaluasi setiap kebijakan yang dibuat sesuai

dengan prinsip “good governance”.

Organisasi-organisasi pelayanan kesehatan harus mempunyai

komitmen untuk memberikan layanan kesehatan yang berkualitas bagi

masyarakat yang mereka layani. Jadi, organisasi pelayanan kesehatan

harus dapat terus berjalan secara keuangan, efektif dalam biaya dan

sensitif terhadap kebutuhan para pasiennya. Hubungan dengan pasien

dipengaruhi oleh sikap pekerja, pengumpulan informasi yang efektif,

sistem pemrosesan, penjadwalan, koordinasi dan komunikasi

antardepartemen. (Wolper, 2001)

Page 15: Jhptunimus Gdl Harisoktav 6443 2 Babii

23

2.2 Sistem Akuntansi

2.2.1 Sistem Akuntansi pada Rumah Sakit

Akuntansi merupakan suatu kegiatan untuk meraih hasil dalam

tingkat tertentu dan bermanfaat bagi kehidupan organisasi kesehatan

terkait. Seperti di berbagai lembaga publik lainnya, yaitu lembaga

pendidikan, lembaga keagamaan dan lain-lain, penerapan akuntansi dalam

organisasi kesehatan tidak jauh berbeda. Perbedaan hanya muncul karena

perbedaan lingkungan yang mempengaruhi. Perbedaan sifat dan

karakteristik organisasi kesehatan tergolong ke dalam organisasi nirlaba

dengan organisasi lainnya yang profit oriented, dapat dilihat dengan

membandingkan tujuan organisasi, sumber pendanaan, pola

pertanggungjawaban, struktur keorganisasian dan anggarannya.

Setiap organisasi memiliki tujuan khusus yang hendak dicapai.

Dilihat dari tujuannya, organisasi kesehatan memberikan pelayanan dan

menyelenggarakan seluruh aktivitas yang terkait dengan pemeriksaan,

penanganan dan pemeliharaan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat.

Meskipun tujuan utama organisasi kesehatan adalah memberikan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat, ini tidak berarti bahwa organisasi

kesehatan sama sekali tidak memiliki tujuan keuangan. Hal ini tergantung

pada kondisi organisasi yang bersangkutan dan besarnya biaya operasional

organisasi. Sebagai contoh, apabila organisasi tidak mempunyai sumber

dana yang pasti, kebutuhan akan daya dukung pelayanan kesehatan turut

Page 16: Jhptunimus Gdl Harisoktav 6443 2 Babii

24

berkembang. Kenyataannya, keuangan menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi perkembangan pelayanan kesehatan.

Dari segi sumber pendanaan atau lebih konkretnya struktur modal

dan struktur pembiayaan, organisasi kesehatan sangat berbeda dalam hal

bentuk dan jenisnya. Sumber pendanaan organisasi kesehatan berasal dari

masyarakat, subsidi pemerintah (bagi organisasi kesehatan milik

pemerintah) dan sumbangan pihak tertentu bagi organisasi kesehatan

swasta.

Dalam konteks pola pertanggungjawaban, pertanggungjawaban

dilakukan kepada lembaga yang menaunginya, seperti pemerintah atau

pemilik yayasan/lembaga. Pertanggungjawaban organisasi kesehatan

merupakan bagian terpenting dalam menciptakan kredibilitas pengelolaan

yang dijalankan. Apabila elemen pertanggungjawaban ini tidak dapat

dipenuhi, implikasinya sangat luas, yang bisa berupa ketidakpercayaan,

ketidakpuasan atau bahkan buruknya citra organisasi terkait.

2.2.2 Tujuan Akuntansi pada Rumah Sakit

Seperti halnya akuntansi organisasi publik lainnya, akuntansi

kesehatan terkait dengan tiga hal pokok, yaitu penyediaan informasi,

pengendalian pengelolaan dan akuntabilitas. Akuntansi kesehatan

merupakan alat informasi tentang pengelolaan bagi lembaga yang

menaungi sebuah organisasi kesehatan. Bagi organisasi kesehatan

bersangkutan, informasi akuntansi digunakan dalam proses pengendalian

Page 17: Jhptunimus Gdl Harisoktav 6443 2 Babii

25

pengelolaan mulai dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan

pertanggungjawaban. Tujuan akuntansi dalam organisasi kesehatan atau

rumah sakit (Bastian, 2008 : 6) adalah

1. Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola organisasi

secara tepat, efisien dan ekonomis menyangkut kegiatan dan alokasi

sumber daya yang dipercayakan ke organisasi. Tujuan ini terkait

dengan pengendalian pengelolaan.

2. Memberikan informasi yang memungkinkan pengelola organisasi

untuk melaporkan pelaksanaan tanggung jawab pengelolaan secara

tepat dan efektif beserta penggunaan sumber daya yang menjadi

wewenangnya, di samping memungkinkan pengelola organisasi untul

melaporkan ke publik atau lembaga penaung atas hasil operasi

organisasi. Tujuan ini terkait dengan akuntabilitas.

Informasi akuntansi bermanfaat sebagai salah satu pedoman

pengambilan keputusan, terutama membantu pengelola organisasi dalam

mengalokasikan sumber daya. Informasi akuntansi juga digunakan untuk

menentukan biaya program atau kegiatan beserta kelayakannya, baik

secara ekonomis maupun teknis. Dengan informasi akuntansi, pengelola

organisasi menentukan biaya operasional yang akan dibebankan ke

masyarakat sasarannya dan menetapkan biaya standar serta harga yang

akan dibebankan ke organisasi kesehatan bersangkutan.

Selain itu, informasi akuntansi kesehatan juga dapat digunakan

untuk membantu pemilihan dan peningkatan kegiatan pelayanan yang

Page 18: Jhptunimus Gdl Harisoktav 6443 2 Babii

26

efektif dan efisien ini sangat membantu meringankan penganggaran. Pada

akhir proses pengendalian organisasi kesehatan, akuntansi diperlukan

dalam penyusunan laporan keuangan yang merupakan bagian terpenting

dari proses akuntabilitas pada lembaga penaung dan publik.

2.2.3 Siklus Akuntansi pada Rumah Sakit

Siklus akuntansi (Bastian, 2008) merupakan serangkaian prosedur

kegiatan akuntansi selama satu periode, mulai dari pencatatan transaksi

pertama sampai dengan penyusunan laporan keuangan, penutupan

pembukuan secara keseluruhan, hingga pencatatan transaksi periode

selanjutnya.

Proses Akuntansi :

1. Pencatatan dan pengklasifikasian (dalam jurnal)

2. Peringkasan (dalam akun buku besar)

3. Penyajian dalam bentuk laporan keuangan, yaitu laporan posisi

keuangan/neraca, laporan arus kas dan laporan aktivitas organisasi.

Untuk memudahkan pekerjaan menyusun laporan keuangan biasanya

dibuat neraca lajur (kertas kerja).

Page 19: Jhptunimus Gdl Harisoktav 6443 2 Babii

27

LAP

KEU

RS

LAP

AR

US

KA

S

NER

AC

A S

ALD

O

SETE

LAH

PE

NY

ESU

AIA

N

NER

ACA

SUR

PLU

S/

DEF

ISIT

PER

UB

AH

AN

EK

UIT

AS

PEN

UTU

PAN

PEM

BA

LIK

AN

PEN

YES

UA

I-A

N

KER

TAS

KER

JA

ELIM

INA

SI

NER

AC

A

SALD

O

KA

SIR

PASI

EN

TRA

NSA

KSI

BU

KTI

JUR

NA

L

NER

AC

A

AW

AL

BU

KU

BES

AR

PEM

BA

NTU

BU

KU

B

ESA

R

Gam

bar

2.1

Sikl

us A

kunt

ansi

dala

m R

umah

Sak

it

(Sum

ber :

Bas

tian,

200

8 : 1

40)

Page 20: Jhptunimus Gdl Harisoktav 6443 2 Babii

28

2.2.4 Tahapan Siklus Akuntansi pada Rumah Sakit

Siklus akuntansi dapat dikelompokkan dalam tiga tahap (Bastian,

2008 : 128), yaitu :

Gambar 2.2

Tahapan Siklus Akuntansi pada

Rumah Sakit

1

Tahap

Pencatatan

1) Kegiatan pengidentifikasian dan pengukuran bukti

transaksi dan bukti pencatatan.

2) Kegiatan pencatatan bukti transaksi ke dalam buku harian

atau jurnal.

3) Memindah-bukukan (posting) dari jurnal berdasarkan

kelompok atau jenisnya ke dalam akun buku besar.

2

Tahap

Pengikhtisaran

1) Penyusunan neraca saldo (trial balance) berdasarkan

akun-akun buku besar.

2) Pembuatan ayat jurnal penyesuaian.

3) Penyusunan kertas kerja atau neraca lajur (work sheet).

4) Pembuatan ayat jurnal penutup (closing entries).

5) Pembuatan neraca saldo setelah penutupan.

6) Pembuatan ayat jurnal pembalik

3

Tahap

Pelaporan

1) Laporan Surplus/Defisit

2) Laporan Arus Kas

3) Neraca

4) Laporan Perubahan Ekuitas

5) Catatan atas Laporan Keuangan (Sumber : Bastian, 2008 : 128-129)

Page 21: Jhptunimus Gdl Harisoktav 6443 2 Babii

29

2.3 Sistem Akuntansi Biaya

2.3.1 Akuntansi Biaya pada Rumah Sakit

Mulyadi mendefinisikan akuntansi biaya adalah proses pencatatan,

penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya, pembuatan dan penjualan

produk atau jasa dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya.

Obyek kegiatan akuntansi biaya adalah biaya.

Proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian, serta

penafsiran informasi biaya adalah tergantung untuk siapa proses tersebut

ditujukan. Proses akuntansi biaya dapat ditujukan untuk memenuhi

kebutuhan pemakai luar perusahaan. Dalam hal ini proses akuntansi biaya

harus memperhatikan karateristik akuntansi keuangan. Dengan demikian

akuntansi biaya dapat merupakan bagian dari akuntansi keuangan. Dapat

ditujukan pula untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam perusahaan.

Akuntansi biaya atau akuntansi manajemen menurut Amin

Widjajatunggal adalah sistem yang didesain untuk mengukur biaya

produk, performa dan pengendalian operasi perusahaan.

Akuntansi biaya menurut National Association of Accountants

(NAA) didefinisikan sebagai suatu teknik atau metode untuk menentukan

biaya suatu proyek, proses, atau hal-hal yang digunakan oleh mayoritas

kesatuan legal dalam suatu masyarakat atau secara khusus ditentukan oleh

suatu kelompok akuntansi otoritatif. Akuntansi biaya memberi perhatian

pada penentuan biaya.

Page 22: Jhptunimus Gdl Harisoktav 6443 2 Babii

30

Sedangkan menurut Bastian, akuntansi biaya merupakan proses

penentuan biaya penuh maupun biaya tambahan bagi penyedia layanan

serta barang untuk pasien dan masyarakat. Untuk menentukan total biaya

penyediaan layanan, semua jenis dan besaran biaya harus dipastikan

terlebih dahulu. Sebagai contoh, sejumlah bagian yang tidak menyediakan

layanan secara langsung pada pasien, juga merupakan operasi lembaga.

Beban suatu bagian overhead harus dialokasikan ke bagian yang

menggunakannya. Dalam kenyataannya, untuk mengeluarkan keputusan

manajemen, biaya harus diketahui berdasarkan dengan prosedur, pasien

dan bagian atau departemen terkait.

2.3.2 Biaya pada Rumah Sakit

Menurut AICPA (American Institute of Certified Public

Accounting), biaya adalah pengurangan pada aktiva netto sebagai akibat

digunakannya jasa-jasa ekonomi untuk menciptakan penghasilan. Biaya

adalah pengorbanan sumber daya atau nilai ekuivalen kas yang

dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan

member manfaat saat sekarang atau di masa akan datang bagi organisasi.

Secara terminologi (Masiyah Kholmi, 2002), biaya dapat

dibedakan antara biaya (cost) dan beban (expenses) :

1. Cost atau unexpired cost merupakan pengorbanan sumber ekonomi

perusahaan yang digunakan untuk memperoleh barang atau jasa.

Contohnya : pembelian bahan baku.

Page 23: Jhptunimus Gdl Harisoktav 6443 2 Babii

31

2. Expenses atau expired cost adalah pengorbanan sumber ekonomi

perusahaan yang digunakan untuk mengarahkan penghasilan. Beban

ini terjadi dalam periode terjadinya transaksi dan dapat langsung

memberi manfaat pada periode yang bersangkutan. Contohnya : beban

penjualan, beban sewa, dan lain-lain.

Tetapi menurut Amin Widjajatunggal, biaya diklasifikasikan

menjadi tiga, yaitu :

1. Cost (biaya) adalah nilai dari pengorbanan yang dilakukan (manfaat

yang diberikan) untuk mendapatkan barang dan jasa.

2. Biaya (expenses) adalah suatu ‘cost’ yang telah memberikan manfaat

dan sekarang telah kadaluarsa (expired).

3. Kerugian (loss) adalah suatu ‘cost’ yang terjadi pada saat barang dan

jasa siap dibeli, ditentukan tidak bernilai, tanpa memberikan manfaat

apapun.

Dan Hansen dan Mowen, mengemukakan biaya adalah kas atau

nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa

yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa datang bagi

organisasi.

Bastian (2008 : 204) mengemukakan bahwa biaya dapat

diklasifikasikan ke dalam 3 kategori yaitu :

1. Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tidak

dipengaruhi oleh perubahan kegiatan organisasi. Biaya yang termasuk

Page 24: Jhptunimus Gdl Harisoktav 6443 2 Babii

32

ke dalam biaya tetap adalah biaya gaji direktur, biaya gaji bulanan atau

tahunan dan lain-lain. Biaya tetap itu sendiri terbagi menjadi 2 bagian,

yaitu :

a. Biaya yang tidak dipengaruhi oleh kebijakan manajemen, adalah

biaya tetap yang dikeluarkan karena keputusan masa lalu dan

berhubungan dengan ramalan pengoperasian jangka panjang atau

untuk menjaga kapasitas yang dibutuhkan dalam jangka panjang.

Sebagai contoh, biaya penyusutan aktiva tetap, pajak bumi dan

bangunan, biaya asuransi, biaya sewa dan gaji karyawan utama.

b. Biaya yang dipengaruhi oleh kebijakan manajemen adalah biaya

yang timbul dari keputusan penyediaan anggaran secara berkala

(biasanya tahunan). Sebagai contoh, biaya riset dan

pengembangan, biaya iklan, biaya promosi, biaya program latihan

karyawan dan biaya konsultan.

2. Biaya Variabel

Biaya variabel adalah jumlah biaya yang totalnya dipengaruhi

oleh perubahan kegiatan. Contoh biaya variabel pada organisasi

manufaktur yaitu biaya bahan baku dan biaya upah tenaga kerja

langsung. Sedangkan contoh biaya variabel untuk organisasi jasa

adalah biaya administrasi dan biaya komisi.

3. Biaya Semivariabel

Biaya semivariabel adalah biaya yang memiliki unsure tetap

dan variabel. Unsure tetap adalah jumlah minimum untuk

Page 25: Jhptunimus Gdl Harisoktav 6443 2 Babii

33

menyediakan jasa, sedangkan unsure variabel adalah bagian dari biaya

semivariabel yang dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan.

Bastian juga mengemukakan bahwa biaya juga dapat

diklasifikasikan menjadi 2 kategori yaitu :

1. Biaya Langsung

Biaya langsung adalah biaya yang dipengaruhi secara langsung

oleh adanya program atau kegiatan yang direncanakan. Jenis biaya

langsung adalah biaya staf dan relawan serta biaya peralatan.

2. Biaya Tidak Langsung

Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak dipengaruhi

secara langsung oleh adanya program atau kegiatan.

2.3.3 Sistem Akuntansi Biaya pada Rumah Sakit

Dalam organisasi kesehatan (rumah sakit) di Indonesia, sistem

akuntansi biaya yang telah diterapkan adalah :

1. Activity Costing System (Sistem Pembiayaan Berdasarkan Aktivitas

Kesehatan)

ACS (Activity Costing System) adalah suatu pembiayaan yang

diberikan oleh pihak rumah sakit berdasarkan aktivitas yang diterima

oleh pasien. Pihak rumah sakit akan memberikan pelayanan kepada

pasien sesuai dengan diagnosis pasien. Bastian (2008 : 207)

mengungkapkan bahwa dalam penerapan ACS, biaya pasien

dialokasikan ke kategori jenis biaya berdasarkan aktivitas yang

diterima dari pihak rumah sakit.

Page 26: Jhptunimus Gdl Harisoktav 6443 2 Babii

34

Contoh penerapan Activity Costing System :

Seorang pasien terkena penyakit stroke yang dirawat inap di

sebuah rumah sakit dengan ACS. Asumsi biaya kamar Rp325.000,00

per hari. Biaya yang harus ditanggung oleh pasien tersebut adalah

Tabel 2.1 Activity Costing System

No. Layanan Tarif (Rp) 1 Lama tinggal/rawat inap (selama 25 hari) 8.125.000,00 2 Biaya diagnosis 475.000,00 3 Biaya terapi 800.000,00 3 Biaya perawat, dokter dan ahli medis lainnya 1.750.000,00 4 Tindakan medis (pengobatan, UGD) 2.350.000,00 5 Obat 3.650.000,00

Jumlah 17.150.000,00 (Sumber : Bastian, 2008 : 207)

2. DRG (Diagnosis Related Groups) System

Konsep DRG’s berkembang di Yale-New Haven Hospital oleh

Robert Fetter dan John Thompson yang semula dimaksudkan untuk

mempelajari dan mengembangkan penilaian atas proses utilisasi

(utilization review process) sejak tahun 1970. Pengelompokkan DRG’s

semula mempergunakan klasifikasi ICD-8-CM (International

Classification of Disease, Eight Edition Revision-Clinical

Modification). Dengan menggunakan data medik (medical record) dari

New Jersey, Conneticut dan South Carolina, diagnosis klinik

dikelompokkan sesuai dengan tiga prinsip yang ditetapkan yaitu,

pertama bahwa diagnosis disesuaikan dengan pengelompokan anatomi

dan fisiologis; kedua, bahwa jumlah kasus cukup besar, sehingga dapat

Page 27: Jhptunimus Gdl Harisoktav 6443 2 Babii

35

mewakili kasus tersebut; dan ketiga dapat mencakup seluruh ICD-8-

CM dengan tidak saling tumpang tindih. Hasilnya, sejumlah 83

pengelompokan diagnosis.

Perkembangan berikutnya adalah bahwa ternyata dari group

yang telah ditetapkan perlu diperluas lagi, untuk menghindari variasi

yang sangat besar dalam angka rawat inap RS. Perkembangan itu telah

membuka kategori untuk diagnosis berikutnya (secondary diagnosis),

operasi, usia penderita dan lain-lainnya. Hasilnya menjadi 383 DRG’s.

Generasi kedua DRG’s berkembang sejak tahun 1981,

sehubungan dengan terbitnya ICD-9-CM (International Classification

of Disease, Ninth Revision-Clinical Modification). Sebuah panel para

ahli membagi ICD-9-CM menjadi 23 diagnosis besar (Major

Diagnosis) berdasarkan organ tubuh. Diagnosis besar itu kemudian

diklasifikasikan kembali sesuai dengan tindakan operasi yang

dilakukan, komplikasi yang dialami, umur pasien, kelamin dan status

pasien pada saat keluar RS. Hasilnya 467 DRG’s. (Soelastomo, 2006)

DRG adalah suatu sistem pemberian imbalan jasa pelayanan

kesehatan pada penyedia pelayanan kesehatan (PPK) yang ditetapkan

berdasarkan pengelompokkan diagnosa penyakit. Diagnosis dalam

DRG sesuai dengan ICD-9-CM (International Classification Disease

Ninth Edition Clinical Modification) dan ICD-10. Dengan adanya ICD

memudahkan dalam pengelompokkan penyakit agar tidak terjadi

tumpang tindih.

Page 28: Jhptunimus Gdl Harisoktav 6443 2 Babii

36

Alasan perlu adanya klasifikasi penyakit adalah bahwa rumah

sakit memiliki banyak produk pelayanan kesehatan sehingga dengan

adanya klasifikasi tersebut dapat menerangkan dari berbagai produk

tersebut. Selain itu, dapat juga membantu klinisi dalam meningkatkan

pelayanan, membantu dalam memahami pemakaian sumberdaya dan

menciptakan alokasi sumberdaya yang lebih adil, meningkatkan

efisiensi dalam melayani pasien serta menyediakan informasi yang

komparatif antar rumah sakit.

Manfaat Diagnostic Related Group (Bastian, 2008 : 211) :

a. Penyedia layanan kesehatan terhindar dari godaan penggunaan

yang berlebihan, tidak terencana dan salah sehingga biaya

kesehatan dapat lebih terkendali.

b. Sistem dan beban administrasi pengelola dana serta penyelenggara

pelayanan kesehatan akan lebih sederhana dan tidak merepotkan,

sehingga biaya pengelolaan turun.

c. Dalam sistem pengelolaan perawatan, dokter dibantu dalam

mengidentifikasi bagian mana yang membutuhkan peningkatan

kualitas.

d. Tidak menurunkan kualitas pelayanan.

Beberapa keuntungan dari pengimplementasian metode DRG

yaitu :

a. Bagi rumah sakit yaitu sebagai salah satu cara untuk meningkatkan

mutu standar pelayanan kesehatan, memantau pelaksanaan

Page 29: Jhptunimus Gdl Harisoktav 6443 2 Babii

37

program ”Quality Assurance”, memudahkan mendapatkan

informasi mengenai variasi pelayanan kesehatan, dapat digunakan

untuk mengevaluasi kualitas pelayanan kesehatan, dapat

mempelajari proses pelayanan pasien, adanya rencana pelayanan

pasien yang tepat, dan dapat dijadikan sebagai alat perencanaan

anggaran rumah sakit.

b. Bagi pasien, yaitu memberikan prioritas pelayanan kesehatan

berdasarkan tingkat keparahan penyakit, pasien menerima kualitas

pelayanan kesehatan yang baik, mengurangi/meminimalkan risiko

yang dihadapi pasien, dan mempercepat pemulihan dan

meminimalkan kecacatan.

c. Bagi institusi kesehatan, yaitu dapat mengevaluasi dan

membandingkan kinerja rumah sakit, benchmarking, area untuk

audit klinis, mengembangkan kerangka kerja klinis dan alur

pelayanan kesehatan (SOP), dan menstandardisasi proses

pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Pada pedoman Daftar Penggolongan Penyakit dan Tindakan

serta Tarif Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin di Rumah

Sakit Tahun 2008 yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan RI

terdapat penggolongan 23 Major Diagnostic Categories (MDC) yang

terbagi dalam 1077 diagnosis penyakit. Tarif pelayanan askes ini

meliputi tarif pelayanan rawat inap (Inpatient Procedure) dan rawat

jalan (Ambulatory Procedure) untuk rumah sakit tipe A, B, C, D,

Page 30: Jhptunimus Gdl Harisoktav 6443 2 Babii

38

RSUPN Cipto Mangunkusumo, RSAB Harapan Kita, RSJP Harapan

Kita, dan RS Kanker Dharmais. Komponen biaya yang ada dalam tarif

INA-DRG meliputi jasa pelayanan, biaya pemeriksaan penunjang,

biaya obat dan alat habis pakai, biaya akomodasi, dan biaya

administrasi.

Page 31: Jhptunimus Gdl Harisoktav 6443 2 Babii

39

Tabel 2.2

23 Major Diagnostic Categories

MDC Keterangan MDC

01 Disease and Disorders of the Nervous System

02 Disease and Disorders of the Eye

03 Disease and Disorders of the Ear, Nose, Mouth, and Throat

04 Disease and Disorders of the Respiratory System

05 Disease and Disorders of the Circulatory System

06 Disease and Disorders of the Digestive System

07 Disease and Disorders of the Hepatobiliary System and Pancreas

08 Disease and Disorders of the Musculoskeletal System and Conn Tissue

09 Disease and Disorders of the Skin, Subcutaneous Tissue and Breast

10 Disease and Disorders of the Endocrine, Nutritional, and Metabolic System

11 Disease and Disorders of the Urinary Tract

12 Disease and Disorders of the Male Reproductive System

13 Disease and Disorders of the Female Reproductive System

14 Childbirth

15 Newborns and Other Neonates

16 Diseases and Disorders of Blood, Blood Forming Organs, Immunolog

Disord

17 Myeloproliferative Diseases and Disorders, Poorly Differentiated Neoplasm

18 Infectious and Parasitic Diseases, Sistemic or Unspecified Sites

19 Mental Diseases and Disorders

20 Alcohol/Drug Use and Alcohol/Drug Induced Organic Mental Disorders

21 Injuries, Poisonings, and Toxic Effects of Drugs

22 Factors Influencing Health Status and Other Contacts With Health Service

23 Medical Outpatient Visit Sumber : RS Roemani Muhammadiyah Semarang

Page 32: Jhptunimus Gdl Harisoktav 6443 2 Babii

40

Penentuan Diagnostic Related Group harus ditentukan lebih dulu

sebelum ditetapkannya sebuah tarif. Diagnosis yang ada dikelompokkan

dengan menggunakan kode seperti gambar di atas. Principal diagnostic

adalah diagnosis yang berdasarkan International Disease Classification

(ICD) yaitu kondisi yang dinilai sebagai penyebab utama pasien masuk

rumah sakit. Major Diagnostic Category (MDC) yang terdiri dari 23 MDC

dalam INA-DRG, terdiri dari dua macam yaitu sistem organ yang terkena

penyakit dan jenis penyakit. Misalnya dalam kasus diagnosis penyakit

diare, sistem organ yang terkena adalah sistem saluran pencernaan dan

jenis penyakitnya adalah penyakit infeksi dan parasit. Kemudian

ditentukan apakah perlu untuk dilakukan tindakan pembedahan atau tidak.

Tetapkan apakah umur dan komplikasi berpengaruh.

Di lingkungan PT Askes Indonesia semacam DRG’s telah

diberlakukan bagi tindakan-tindakan khusus, misalnya cuci darah,

transplantasi ginjal, dan tindakan operasi jantung terbuka. Keuntungan

yang diperoleh adalah penyederhanaan administrasi serta efisiensi dana

pelayanan kesehatan. (Soelastomo, 2006 : 23-24)

2.4 Sistem dan Prosedur Pelayanan Kesehatan Rawat Inap

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas :

”Rawat inap adalah (opname) adalah istilah yang berarti proses

perawatan pasien oleh tenaga kesehatan profesional akibat penyakit

tertentu, di mana pasien diinapkan di suatu ruangan di rumah sakit . Ruang

rawat inap adalah ruang tempat pasien dirawat. Ruangan ini dulunya

Page 33: Jhptunimus Gdl Harisoktav 6443 2 Babii

41

sering hanya berupa bangsal yang dihuni oleh banyak orang sekaligus.

Saat ini, ruang rawat inap di banyak rumah sakit sudah sangat mirip

dengan kamar-kamar hotel. Pasien yang berobat jalan di Unit Rawat Jalan,

akan mendapatkan surat rawat dari dokter yang merawatnya, bila pasien

tersebut memerlukan perawatan di dalam rumah sakit, atau menginap di

rumah sakit. Saat ini, di Rumah Sakit Dr. Moehammad Hoesin Palembang

terdapat beberapa zaal atau bangsal yang digunakan untuk merawat

pasien.”

Semua rumah sakit yang menyediakan pelayanan kesehatan rawat

inap hampir memiliki prosedur rawat inap yang sama. Salah satu contoh

prosedur pelayanan kesehatan rawat inap yang dilakukan oleh RSUD Kota

Prabumulih (www.google.co.id) adalah sebagai berikut :

1. Pasien yang dirujuk untuk Rawat Inap melakukan Pendaftaran atau

Registrasi Rawat Inap.

2. Setelah terdaftar sebagai pasien Rawat Inap, kemudian pasien tersebut

menempati bed.

3. Pasien ke layanan penunjang yaitu Laboratorium atau Radiologi untuk

diketahui diagnosa penyakitnya.

4. Hasil tersebut diserahkan ke dokter piket atau jaga ke ruangan.

5. Pasien ke Farmasi / Apotek untuk pengesahan obat.

6. Pasien melakukan pembayaran ke Kasir / Verifikasi ke bagian Askes.

7. Pasien mengambil obat di Farmasi / Apotek.

8. Pasien ke ruangan untuk menyerahkan obat–obatan kepada perawat.

Page 34: Jhptunimus Gdl Harisoktav 6443 2 Babii

42

9. Pasien diperbolehkan pulang.

Di dalam PT JAMSOSTEK, pelayanan dan prosedur rawat inapnya

adalah sebagai berikut :

1. Pelayanan rawat inap di rumah sakit meliputi:

a. Kamar perawatan :Kelas II (dua) rumah sakit umum pemerintah,

atauKelas III (tiga) di rumah sakit TNI/ Polri/ BUMN/ Swasta.

b. Lama hari rawat ditanggung maksimum 60 hari/kasus/tahun

kalender, termasuk 20 hari/kasus/tahun kalender untuk perawatan

khusus.

c. Visite dokter yang merawat maksimum 1x sehari.

d. Konsultasi dokter spesialis yang diperlukan secara medis.

e. Pemberian obat-obatan sesuai indikasi medis yang merujuk pada

standar obat JPK PT Jamsostek (Persero).

f. Pemeriksaan penunjang diagnostik seperti laboratorium, rontgen,

elektromedis, dan patologi.

g. Tindakan Medis.

h. Perawatan khusus (ICCU, ICU, HCU,NICU, dan ICU Anak).

i. Operasi sesuai klasifikasi operasi dengan penyetaraan setinggi-

tingginya setara dengan operasi besar.

j. Alat Kesehatan tidak habis pakai (Pin, Plate, Screw, korset, collar

neck, Intra Ocular Lens, Double J, peritoneal stein, dan jaring

untuk hernia) ditanggung oleh PT JAMSOSTEK (Persero)

Page 35: Jhptunimus Gdl Harisoktav 6443 2 Babii

43

sebesar 60% nilai barang, atau setinggi-tingginya Rp 500.000,-

sisanya ditanggung oleh peserta.

2. Prosedur pelayanan rawat inap di rumah sakit :

a. Pasien yang membutuhkan perawatan inap atas sesuai indikasi

medis akan mendapatkan surat perintah rawat inap dari dokter

spesialis RS atau dari UGD.

b. Surat perintah rawat inap akan ditindak lanjuti dengan mendatangi

bagian pendaftaran untuk konfirmasi ruangan sesuai hak peserta

dengan membawa KPK asli dan fotocopy sehingga peserta bisa

langsung dirawat.

c. Bila ruang perawatan sesuai hak peserta penuh, maka ybs berhak

dirawat 1 (satu) kelas diatas/dibawah haknya. Selanjutnya peserta

dapat pindah menempati kamar sesuai haknya dan bila terdapat

selisih biaya yang timbul maka peserta membayar selisih biaya

perawatan.

d. Bagian Pendaftaran rawat inap di RS akan menerbitkan Surat

Keterangan Perawatan RS dan selanjutnya akan diteruskan ke

Kantor Cabang PT Jamsostek (Persero) dapat melalui faksimil agar

segera dapat diterbitkan surat jaminan rawat inap.

e. Bidang Pelayanan atau Bidang Pelayanan JPK Kantor Cabang PT

Jamsostek akan menerbitkan Surat Jaminan Rawat Inap

berdasarkan Surat Keterangan Perawatan RS dan akan dikirim

melalui faksimil ke RS. Surat jaminan harus sudah diurus

Page 36: Jhptunimus Gdl Harisoktav 6443 2 Babii

44

selambat-lambatnya 2x24 jam terhitung peserta rawat inap di

rumah sakit.

f. Bila pasien membutuhkan pemeriksaan penunjang diagnostik

lanjutan atau tindakan medis, maka yang bersangkutan harus

menandatangani Surat Bukti Pemeriksaan dan Tindakan setiap kali

dilakukan.

g. Setiap selesai rawat inap, peserta/orangtua peserta bersangkutan

harus menandatangani Surat Bukti Rawat Inap dan pasien akan

mendapatkan perintah untuk kontrol kembali ke spesialis yang

bersangkutan.

h. Pasien akan membawa surat perintah kontrol kembali dari dokter

spesialis ke dokter PPK I untuk mendapatkan Surat Rujukan PPK

I ke dokter spesialis di RS yang ditunjuk.

i. Selanjutnya berlaku prosedur rawat jalan dokter spesialis di RS.

j. Jawaban rujukan dari dokter spesialis dapat diberikan kembali

kepada dokter keluarga di PPK I.