21
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi persalinan Persalinan merupakan proses atau kejadian dimana keluarnya bayi dari rahim ibu dan keluarnya plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Fitriana dan Nurwiandani, 2018). Persalinan yakni suatu proses alami dan berlangsung secara alamiah. Dengan demikian akan membutuhkan pengamatan khusus dikarenakan pada setiap wanita memiliki kesehatan yang berbeda sehingga dapat meminimalisr bahaya kematian ibu dan janin di saat persalinan (Nurhayati, 2019). Menurut Nurhayati (2019) ada 4 cara pada jenis persalinan yaitu ; 1. Persalinan Spontan Pada proses persalinan ini lewat vagina yang berlangsung tanpa adanya alat bantu berupa induksi, vakum yang dimana ini murni ibu hanya mengandalkan tenaga dan usaha dalam mendorong keluarnya bayi dengan kepala janin terlebih dahulu maupun lahir sungsang. 2. Persalinan Normal Pada proses persalinan ini janin dengan kelahiran cukup bulan 37-42 minggu. proses keluarnya janin yang diawali dari belakang kepala janin. selanjutnya pengeluaran plasenta dengan total proses waktu kelahiran kurang dari 24 jam tanpa adanya tindakan rangsangan kontraksi buatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi persalinan

  • Upload
    others

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi persalinan

Persalinan merupakan proses atau kejadian dimana keluarnya bayi dari

rahim ibu dan keluarnya plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Fitriana dan

Nurwiandani, 2018).

Persalinan yakni suatu proses alami dan berlangsung secara alamiah.

Dengan demikian akan membutuhkan pengamatan khusus dikarenakan pada

setiap wanita memiliki kesehatan yang berbeda sehingga dapat meminimalisr

bahaya kematian ibu dan janin di saat persalinan (Nurhayati, 2019).

Menurut Nurhayati (2019) ada 4 cara pada jenis persalinan yaitu ;

1. Persalinan Spontan

Pada proses persalinan ini lewat vagina yang berlangsung tanpa adanya

alat bantu berupa induksi, vakum yang dimana ini murni ibu hanya

mengandalkan tenaga dan usaha dalam mendorong keluarnya bayi dengan

kepala janin terlebih dahulu maupun lahir sungsang.

2. Persalinan Normal

Pada proses persalinan ini janin dengan kelahiran cukup bulan 37-42

minggu. proses keluarnya janin yang diawali dari belakang kepala janin.

selanjutnya pengeluaran plasenta dengan total proses waktu kelahiran

kurang dari 24 jam tanpa adanya tindakan rangsangan kontraksi buatan.

7

3. Persalinan Anjuran

Pada proses persalinan ini tidak dimulai dengan proses seperti biasanya

melainkan dilakukan dengan memberi bantuan tindakan pemecahan

ketuban, selanjutnya dilakukan proses induksi dengan tujuan untuk

merangsang otot rahim berkontraksi sehingga dapat mempercepat proses

persalinan berlangsung.

4. Persalinan Tindakan

Pada proses persalinan ini tidak dapat berjalan dengan sendiri dan tidak

dapat bersalin secara spontan, seperti persalinan tindakan perabdomen atau

section caesaria (SC), ini adalah persalinan alternatif untuk menyelamatkan

nyawa ibu dan bayi, terutama ibu yang memiliki panggul yang sempit.

1. Perubahan Anatomi dan Fisiologis Kehamilan

a. Sistem Reproduksi

1) Vagina dan Vulva

Selama kehamilan terjadi karena adanya vaskularisasi dan hyperemia

yang muncul pada daerah kulit juga pada otot-otot vagina dan vulva,

sehingga vagina akan terlihat menjadi warna merah ungu kebiruan

disebut tanda chadwick. Dinding vagina nantinya akan mengalami

perubahan ini membuktikan untuk mempersiapan peregangan saat

persalinan serta meningkatnya ketebalan mukosa, meregangnya jaringan

ikat dan hipertrofi sel otot polos (Yulizawati et al., 2017).

8

2) Serviks

Terdapat perubahan pada serviks yaitu serviks akan mengalami

perubahan warna dan menjadi elsatis (Yulizawati et al., 2017).

Perubahan ini terjadi akibat adanya hipervaskularisasi sehingga

meningkatkan suplai darah pada seluruh serviks (Pratiwi dan Fatimah,

2019).

3) Uterus

Semasa kehamilan rahim akan mengalami perubahan dan

menyesuaikan diri untuk melindungi janin, plasenta dan amnion

hingga persalinan. Perubahan yang tampak nyata pada uterus yakni

terjadi pembesaran uterus yang distimulasi oleh hormon estrogen dan

sedikit hormon progesterone meliputi terjadinya elastisitas dan

tebalnya sel-sel otot, akan tetapi produksi miosit sangat terbatas.

didaerah korpus di awal masa kehamilan akan menebal, tetapi sejalan

bertambahnya usia kehamilan akan menipis (Yulizawati et al., 2017).

Seiring dengan perkembangan kehamilan di usia 8 minggu ukuran

uterus membesar dan berbentuk seperti telur bebek, kemudian di usia

12 minggu uterus akan berubah bentuk menjadi seperti telur angsa

seiring bertambahnya usia kehamilan rahim akan bersentuhan dengan

dinding perut dan menyentuh hati (Pratiwi dan Fatimah, 2019).

9

4) Ovarium

Selama proses ovulasi kehamilan, tidak tejadi pembetukan dan

pematangan folikel (kantung cairan pembentuk sel telur) dan tidak

terjadi siklus hormonal menstruasi. Fungsi maksimal dari folikel

adalah selama 6-7 minggu dimasa awal kehamilan (Yulizawati et al.,

2017), hingga akhirnya diusia kehamilan 16 minggu (Tyastuti dan

Wahyuningsih, 2016).

5) Payudara

Pada ibu hamil terjadi hyperpigmentasi pada kulit payudara serta

peningkatan kelenjar Montgomery (kelenjar kecul disekitar putting

dan areola payudara) terutama pada daerah aerola dan papilla akibat

pengaruh sel pigmentasi (Tyastuti dan Wahyuningsih, 2016). Pada ibu

hamil juga secara fisik tampak terlihat jelas perubahan pada

payudaranya yang akan bertambah besar dan terasa tegang, ini terjadi

karena matomamotropin yang menyebabkan hypertrofi serta

meningkatnya produksi Kasein, Laktalbumin, Laktoglobin, Kolostrum

bertujuan untuk mempersiapkan payudara ketika proses laktasi

(Pratiwi dan Fatimah, 2019).

b. Perubahan Sistem Endokrin

Pada sistem endokrin terjadi beberapa perubahan menurut Tyastuti

dan Wahyuningsih (2016) ;

10

1) Hormon Progesterone

Diawal kehamilan hormon progesterone diproduksi oleh korpus

luteum lalu seiring berjalanya waktu menghasilkan plasenta. Terjadi

peningkatan hormon selama kehamilan dan selama menjelang

persalinan akan mengalami penurunan.

2) Hormon Estrogen

Diawal kehamilan ovarium adalah sumber utama dari estrogen,

kemudian estrogen dihasilkan oleh plasenta dimana kadarnya

meningkat dengan pesat hingga menjelang atern atau memasuki usia

kehamilan 39 sampai 40 minggu.

3) Kortisol

Pada masa awal kehamilan kortisol akan merangsang

peningkatan produksi insulin dan meningkatkan resistensi perifer.

4) Human Chronionic Gonadotropin (HGC)

Selama kehamilan hormone ini akan terproduksi. Diawal

kehamilan plasenta akan memproduksi hormon trofoblas (sel telur)

yang kemudian. HCG akan terdeteksi melalui darah diawal kehamilan

yaitu 11 hari setelah pembuahan dan dapat terdeteksi dengan air

kencing yaitu 12-14 hari setelah kehamilan.

11

5) Human Placental Lactogen (HPL)

Pada kehamilan kadar HPL terus meningkat hingga pertumbuhan

plasenta. Hormon tersebut memiliki dampak pada laktogen dan

antagonis insulin, pada HPL ini bersifat diabetogenik yang

menyebkan kebutuhan insulin pada ibu hamil meningkat.

c. Perubahan Sistem Musculoskletal

Adanya perubahan pada muskuloskletal diakibatkan adanya

peningakatan level hormon progesterone dan relaxin maka akan terjadi

pelunakan ligament dan sendi lumbosacrum. Nyeri pada daerah pinggang

dan panggul adalah salah satu penyebab umum yang terjadi dimasa

kehamilan pada trimester III, dengan perkiraan 4% sampai 76%.

Terdapat tekanan pada spine dikarenakan adanya penambahan beban

pada perut, penurunan stabilitas pada pinggul, laxity pada sendi Sacrum

Iliaca (SI) dan penambahan gerakan sendi selama kehamilan itu adalah

salah satu faktor dari biomekanikal. Selanjutnya terdapat kram otot

merupakan disfungsi musculoskeletal. Kram adalah suatu kontraksi otot

biasanya terjadi pada otot betis yang biasanya dirasakan pada malam hari

(Jannah et al., 2019).

d. Perubahan pada Sistem Respirasi

Pada ibu hamil adanya kadar estrogen terjadi peningkatan dan

berdampak pada ligamentum kerangka thorax yang berileksasi sehingga

mengalami peningkatan ekspansi rongga dada. Dimana pernafasan ibu

hamil agak terasa lebih dalam daripada ketika tidak sedang hamil. Ibu

12

hamil juga sering terjadi sesak yang dikarenakan adanya penurunan

kadar karbon dioksida (Pratiwi dan Fatimah, 2019).

e. Perubahan Sistem Gastrointestinal

Pada ibu hamil terdapat pengaruh dari estrogen yang membuat asam

lambung meningkat yang pada akhirnya terjadi morning sickness.

Sedangkan untuk muntah yang berlebihan yang dapat menganggu

keseharian disebut hyperemesis progesterone yaitu gerak usus semakin

berkurang yang menyebabkan sembelit atau penumpukan feses

(Sarwono, 2005 ; Fatimah dan Nuryaningsih, 2017).

f. Perubahan Sistem Integument

Pada ibu hamil terjadi perubahan warna kulit dan hyperpigemntasi

dikarenakan adanya melanophore stimulating hormone lobus anterior

dan adanya pengaruh kelenjar supranelis hyperpigmentasi tersebut

terjadi pada striae gravidarum livide atau alba, aerola papilla mamae

(Sarwono, 2005 ; Fatimah dan Nuryaningsih, 2017).

2. Keluhan-keluhan pada kehamilan

a. Keluhan pada ibu hamil menurut (Patimah et al., 2020) yakni ;

1) Mual dan Muntah

2) Keputihan

3) Pusing

4) Mudah lelah

5) Sering kencing

6) Sembelit atau sulit buang air besar

7) Nyeri perut bagian bawah

13

8) Kaki dan tangan oedema

9) Nafas pendek

10) Sukar tidur

3. Tahapan persalinan

Tahapan persalinan menurut Fitriana dan Nurwiandani (2018) ;

a. Kala I

Tahap ini dimulai dari adanya kontraksi otot-otot rahim diawal

persalinan yang pertama hingga pembukaan serviks menjadi sempurna.

Pada kala I tahap pembukaan dibagi menjadi sebagai berikut;

1) Fase Laten

Waktu yang dibutuhkan adalah 8 jam yang dimana pada fase ini

tahap pembukaan sangat lambat yaitu 0-3 cm.

2) Fase Aktif

Fase yang tahap pembukaan lebih cepat dan terbagi lagi menjadi 3

tahap;

a) Fase Percepatan, yaitu pembukaan 3 cm sampai 4 cm yang

dalam kurun waktu 2 jam.

b) Fase dilatasi (perubahan ukuran) maksimal, yaitu pembukaan

4 cm sampai 9 cm dalam kurun waktu 2 jam.

c) Fase dekelerasi (fase lambat), yaitu fase dari pembukaan 9 cm

sampai 10 cm dalam kurun waktu 2 jam.

14

b. Kala II atau tahap pengeluaran

Pada tahap ini terjadi proses pembukaan lengkap hingga lahirnya

bayi, dimana kontraksi yang terjadi 60-90 detik.

c. Kala III atau kala uri

Pada tahap ini berlangsung selama 10-30 menit yang diawali dari

lahirnya bayi hingga dengan lahirnya plasenta, dimana sesudah bayi

dilahirkan akan ada proses masa tenang yang singkat, selanjutnya rahim

berkontraksi yang menyebabkan plasenta terlepas dari dinding rahim.

d. Kala IV atau tahap pemantauan

Pada tahap ini setelah plasenta lahir, dimana akan dilakukan

observasi untuk melihat kesadaran, pemeriksaan tekanan darah,nadi dan

pernafasan, kontraksi uterus dan perdarahan (Nurhayati, 2019).

4. Etiologi Persalinan

Hingga saat ini, penyebab terjadinya persalinan masih menjadi

pembahasan yang rumit. Ada dua hormone yang dominan dan

mempengaruhi pada persalinan yakni hormon estrogen dan hormon

progesterone. Hormon estrogen berperan dalam meninggikan sensitifitas

otot rahim dan mempermudah respon rangsangan dari luar berupa

oksitoksin, prostaglandin. Hormon progesterone berperan dalam

menurunkan sensitifitas otot rahim, menahan rangsangan dari luar dan juga

merileksasikan otot-otot polos. Menurut Purwaningsih (2010) ; Nurhayati

(2019) penyebab timbulnya persalinan sebagai berikut ;

a. Teori penurunan hormon; menurunya kadar hormon estrogen dan

progesterone kurang lebih 1-2 minggu sebelum persalinan berlangsung.

15

Dimana progesterone berkontribusi dalam menenangkan otot rahim.

Saat kadar progesterone menurun akan timbul kontraksi otot rahim dan

pada akhirnya menimbulkan persalinan.

b. Teori plasenta menjadi tua; seiring bertambahnya usia plasenta maka

menyebabkan penurunan hormon estrogen dan progesterone dan

menimbulkan pembekakan pada nadi, dengan kondisi tersebut dapat

menyebabkan kontraksi rahim.

c. Teori berkurangnya nutrisi pada janin; hasil konsepsi segera dikeluarkan

apabila nutrisi pada janin berkurang.

d. Teori distensi rahim; rahim akan berangsur membesar hingga menegang

yang membuat iskemia pada otot uterus. Keadaan demikian salah satu

faktor yang dapat mengganggu aliran pada uteroplasenta.

e. Teori iritasi mekanik; saat ganglion servikale tertekan makan membuat

kontraksi uterus, dimana letak dari ganglion ini dibelakang serviks.

f. Teori induksi partus (Induction Of Labor); partus terjadi karena adanya

gejala gangguan luminaria. Beberapa luminaria dimasukkan kedalam

kanalis servikalis yang bertujuan untuk merangsang pleksus

frankenhause, amniotomi (pemecahan ketuban), oksitosin drips.

5. Tanda-tanda Persalinan

Pada sebagian besar wanita, proses melahirkan dimulai antara minggu

ke-39 dan ke-41 usia kehamilan. Secara umum, wanita hamil akan

merasakan tanda- tanda persalinan satu minggu sebelum melahirkan yang

merupakan suatu sinyal tubuh dengan memberikan pemberitahuan bahwa

persalinan sudah mulai dekat. Berikut adalah tanda-tanda dari persalinan;

16

a. Turunnya kepala janin

Pada proses persalinan ketika sudah dekat kepala janin mulai turun

ke daerah panggul dan terjadi 2 hingga 4 minggu sebelum janin keluar.

Ciri lainnya adalah ibu akan sering buang air kecil, mengalami

gangguan air kecil, perubahan bentuk tubuh, nyeri pinggang yang berat,

nyeri pada area rectum perineum dan vagina (Nurhayati, 2019).

b. Tekanan panggul

Setelah kepala janin turun kebawah panggul, ibu akan merasakan

kurang nyaman yang diakibatkan dari adanya tekanan panggul

(Nurhayati, 2019).

c. Timbulnya his persalinan

HIS adalah sekelompok kontraksi otot rahim yang secara bertahap

akan mendorong janin melalu serviks yang bekerja dengan baik dan

sempurna (Fitriana dan Nurwiandani 2018).

Ciri-ciri sebagai berikut;

1) Nyeri yang berasal dari punggung hingga menuju area perut pada

bagian depan.

2) Makin lama maka makin pendek intervalnya dan makin kuat

intesitasnya nyeri.

3) Jikalau berjalan maka kontraksi semakin kuat.

4) Memiliki pengaruh pada pembukaan persalinan.

d. Lendir disertai darah (Bloody Show)

Keluarnya lendir disertai darah merupakan suatu pembukaan yang

berasal dari canalis cervicalis. Darah keluar dengan jumlah yang sedikit

17

menyebabkan terlepasnya selaput bayi pada bawah rahim hingga

beberapa kapiler darah terputus (Fitriana dan Nurwiandani 2018).

e. Pecah ketuban

Saat terjadi pecah ketuban memiliki tanda awal persalinan yang

paling umum terjadi dan dapat diduga bahwa persalinan sudah dekat

dalam waktu 24 jam. Saat ketuban pecah akan ada kotraksi lebih

intensif (Nurhayati, 2019).

B. Definisi Nyeri

Nyeri adalah suatu perasaan yang tidak mengenakkan dan

menganggu produktivitas atau kenyamanan seseorang. Nyeri rasanya

sangat bervariasi dengan individu yang lain, hal ini dikarenakan nyeri

tidak saja tentang masalah fisik melainkan juga melibatkan unsur

emosi (Ikawati dan Dito Anugro 2018). Sehingga nyeri dikarenakan

adanya kerusakan jaringan baik secara actual maupun potensial.

1. Mekanisme terjadinya nyeri

Ada beberapa tahap penghantaran nyeri sebagai berikut;

a. Transduksi

Pada proses transduksi dimulai ketika suatu stimulasi

datang dan diubah menjadi sinyal elektrik pada reseptor

perifer. Patologi akan menjadi stimulus yang selanjutnya

dihantarkan ke dorsal horn, dan dari dorsal horn sinyal akan

dikirim ke otak dan diintepretasikan sebagai rasa nyeri

(Ikawati dan Dito Anugro 2018).

b. Transmisi

18

Saat Impuls saraf dibawah ke corda spinalis melewati

dua variasi sel saraf aferen primer yaitu serabut A-δ dan

serabut C. Serabut A-δ bertugas menyalurkan sinyal dengan

cepat, dimana ia membebaskan asam amino elektrik berupa

glutamat dan nantinya akan menghidupkan reseptor AMPA

pada dorsal horn saraf. Transmisi sinyal pada serabut A-δ

menghasilkan sensasi nyeri yang tajam dan disebut fist pain.

Selanjutnya serabut C yang tidak bermielin bereaksi pada

stimulus mekanik mengirim sinyal ke corda spinal secara

lambat. Serabut ini memiliki ujung di daerah dorsal horn

pada corda spinal, membebaskan asam amino eksitatorik

glutamate dan aspartate. Dan juga membebaskan senyawa

peptide berupa subsantsi P, neurokinin A, somatostatin,

galanin dan calcitonin gene-related peptide (CGRP).

Serabut C menghasilkan nyeri tumpul, panas dan menyebar

dimana nyeri jenis ini disebut second pain. Pada saat reseptor

di dorsal horn teraktivasi, maka sinyal elektrik akan

diteruskan lagi menuju thalamus melalui saluran

spinothalamus dan dari thalamus sinyal akan dibawa ke

korteks pada bagian lain dari otak yang bertugas dan

mengintepretasikan sinyal (Ikawati dan Dito Anugro 2018).

c. Modulasi

Selanjutnya pada tahap modulasi, dimana tubuh akan

memodifikasi nyeri. Saraf di daerah thalamus dan batang

19

otak akan memblok substansi P (Ikawati dan Dito Anugro

2018).

d. Persepsi

Nyeri terjadi di cortex cerebri, persepsi suatu tahap akhir dari

rangkaian penghantaran impuls nyeri diatas, dari transduksi hingga

modulasi. Persepsi nyeri bukan hanya berupa nyeri nosiseptif

melainkan respon tubuh dan emosi yang dirasakan oleh seorang

individu (Ikawati dan Dito Anugro 2018).

C. Fisiologis Nyeri Persalinan

Nyeri persalinan yakni kontraksi uterus, penipisan serviks serta

penurunan janin saat persalinan berlangsung (Fitriana dan Nurwiandani

2018). Nyeri saat persalinan akan datang pada kala I difase laten dan fase

aktif, difase laten terdapat pembukaan serviks hingga 3 cm dan memiliki

proses selama 8 jam.

Nyeri saat persalinan biasanya dilihat dari adanya kontraksi rahim,

yang asli terjadi pada masa kehamilan minggu ke-30 yang disebut

kontraksi Braxton hicks diakibatkan karena adanya transformasi hormon

estrogen dan progesterone (Sari, Rufaida, dan Lestari 2018). Nyeri pada

kontraksi yang ada di uterus akan meningkatkan respons stres

neuroendokrin yang umumnya membuat efek selama kala I persalinan.

Aktifitas saraf simpatis yang berlebihan meningkatkan persepsi nyeri dan

stress yang akan memperburuk kontraksi uterus yang tidak terkoordinasi.

20

Stress akan meningkatkan adrenalin sehingga menyebabkan kontraksi

uterus lemah ( Labor & Maguire, 2008 ; Widiawati dan Legiati 2018).

Nyeri persalinan memiliki dua komponen yaitu visceral dan

somatik. Nyeri viseral diakibatkan karena adanya dilatasi pada daerah

vagina dan bagian bawah rahim. Setiap uterus menegang maka tekanan

dikirimkan ke daerah serviks dan akan menimbulakan peregangan hingga

terjadi pengaktifan stimulus nosiseptor aferen sehingga menyebabkan

iskemia dalam rahim yang diakibatkan kontraksi tadi. Impuls yang

dihasilkan dan dikirimkan pada daerah sumsum tulang belakang oleh

serabut C aferen kecil tanpa mielin yang akan berjalan dengan serabut

simpatis melewati fleksus pelvikus menuju nervus hipogatrik medius,

selanjutnya menyebar ke hipogastrik superior hingga mengarah ke

simpatis lumbal. Serabut nyeri dari rantai simpatetik memasuki dorsal

kornu yang terkait dengan saraf tulang belakang T10 hingga L1 dengan

melewati akar saraf posterior ke sinaps di daerah dorsal kornu sumsum

tulang belakang (Widiawati dan Legiati 2018).

Saat persalinan pada awal kala II terjadi nyeri somatic yang bersifat

terlokalisir ke daerah vagina, rektum dan perineum sehingga nyeri

mendominasi kerusakan jaringan di panggul dan perineum. Nyeri somatik

akan menyebar ke daerah dermatom yang berdekatan dengan T10 dan L1

dan jika dilihat dengan nyeri visceral, nyeri somatik lebih kuat terhadap

obat pengurangan rasa nyeri (Widiawati dan Legiati 2018).

21

Secara keseluruhan saat semua impuls saraf yang dihasilkan

(visceral dan somatik) akan menyebar ke bagian sel tanduk dorsal yang

selanjutnya dikirimkan ke otak melewati area spino-thalamic. Secara

fisiologi nyeri saat persalinan timbul dikarenakan adanya peningkatan

hormon oksitosin dimana akan mengakibatkan kontraksi rahim sehingga

terjadi spasme yang pada akhirnya berakibat penurunan aliran darah dan

menimbulkan rasa nyeri di daerah tersebut (Widiawati dan Legiati 2018).

D. Definisi Birth Ball Exercises

Birth ball exercises adalah suatu bola kelahiran fisik yang dimana

membantu proses persalinan yang dapat di gunakan dalam berbagai

gerakan. Birth Ball exercises sebagai latihan dengan menggunakan

bola yang diterapkan untuk ibu yangakan melahirkan dan pasca

melahirkan (Purwati dan Rayani 2020). Latihan birth ball

dilaksanakan selama 30 menit pada ibu inpartu primigravida setelah

pembukaan 4cm-7cm (kala I fase aktif persalinan) akan berdampak

pada nyeri persalinan. Ketidaknyamanan dapat diatasi dengan posisi

tubuh yang menunjang grafitasi dan posisi yang mempercepat

dilatasi serviks seperti berjalan, berjongkok, berlutut, dan duduk.

Penggunaan birth ball akan mendukung ibu untuk menggunakan

posisi tersebut selama proses persalinan. Hal ini akan membantu

janin turun ke dalam rongga panggul dan ibu lebih sedikit merasakan

nyeri (Kurniawati et al., 2017).

22

1. Manfaat

Manfaat dari latihan ini adalah memperlancar peredaran darah ke

rahim, plasenta maupun bayi, menurunkan tekanan dengan memberi rasa

nyaman untuk lutut dan pergelangan kaki, dapat meberikan jalan

turunnya bayi ke dalam dasar panggul sehingga dapat memperlaju proses

persalinan. Selain itu, menggunakan latihan tersebut dapat memperkuat

punggung, juga membantu jalan lahir bayi dalam persiapan kelahiran

(Purwati dan Rayani 2020).

2. Fisiologis Exercises

Saat duduk di bola dan ibu bergoyang kedepan belakang,

samping kanan dan kiri akan memberi rasa nyaman dan membantu

percepatan persalinan dengan menggunakan gaya gravitasi

sehingga terdapat peningkatan pelepasan endorfin dikarenakan

adany elastisitas dan lengkungan bola yang merangsang reseptor di

daerah panggul bertanggung jawab untuk mensekresi endorfin

(Kurniawati et al., 2017).Dan juga membantu proses turunnya

kepala janin dikarenakan adanya gaya gravitasi, dengan

mekanisme merangsang input somatosensori normal menuju

neuron proyektor yang dapat menurunkan persepsi nyeri, juga

dapat mempengaruhi psikologis dan mengurangi kecemasan

sehingga dapat mengurangi rasa nyeri dalam persalinan, elastisitas

dan lengkungan bola membuat perineum dan punggung bawah

tidak tertekan yang memicu peningkatan nyeri (Sari et al., 2020).

3. Indikasi dan kontraindikasi

23

a. Indikasi

Indikasi dari penatalaksanaan latihan birth ball antara lain

diberikan pada ibu yakni; terdapat penurunan kepala bayi yang

lama, pembukaan yang lama, dan mersakan nyeri.

b. Kontraindikasi

Kontraindikasi dari penatalaksanaan birth ball antara lain janin

malpresentasi (bayi sungsang), pendarahan antepartum, ketuban

pecah dini dan ibu hamil dengan riwayat penyakit hipertensi

(Rifiana dan Septiani 2020)

4. Macam- macam gerakan Birth ball

Menurut Oktifa, 2012 ; Jenis gerakan yang dapat dilakukan dengan

birth ball exercises yakni ;

a. Duduk di atas bola

Gambar 2. 1 Prosedur Birth ball (T. G. Noviyanti, 2019)

1) Subjek duduk diatas bola lalu kaki membuka sedikit agar

tubuh seimbang.

2) Tangan berada dipinggang, lalu menggerakkan pinggul

kearah kanan dan kiri mengikuti arah gelinding bola.

3) Dilakukan secara berulang minimal 2x 8 hitungan.

4) letakkan tangan di pinggang atau lutut , lalu gerakkan

24

pinggul kearah depan dan belakang mengikuti arah

gelinding bola. Dilakukan secara berulang minimal 2x 8

hitungan.

5) Subjek tetap duduk diatas bola, dengan melakukan gerakan

memutar pinggul searah jarum jam dan dilakukan

sebaliknya seperti membentuk lingkaran.

b. Duduk diatas bola bersandar ke depan

Gambar 2. 2 Prosedur Birth ball (T. G. Noviyanti, 2019)

1) Setelah menggerakkan pinggul mengikuti arah bola

menggelinding, dengan melakukan istirahat dengan

bersandar ke depan pada kursi atau dengan salah satu

anggota keluarga.

2) Selanjutnya diselingi dengan latihan Tarik nafas dalam.

3) Dilakukan selama 5 menit.

c. Berdiri bersandar diatas bola

25

Gambar 2. 3 Prosedur Birth ball (T. G. Noviyanti, 2019)

1) Letakkan bola di atas kursi.

2) Selanjutnya subjek berdiri dengan sedikit dibuka, lalu

bersandar kea rah depan pada bola seperti merangkul bola.

3) Dilakukan selama 5 menit.

d. Berlutut dan bersandar diatas bola.

Gambar 2. 4 Prosedur Birth ball (T. G. Noviyanti, 2019)

1) Letakkan bola di lantai.

2) Lalu letakkan bantal atau pengalas yang empuk.

3) Kemudian subjek berlutut diatas alas yang empuk.

4) Posisikan badan subjek bersandar ke arah depan seperti

memeluk bola.

5) Subjek tetap pada posisi tersebut, lalu diarahkan ke samping

kanan dan kiri dengan mengikuti aliran bola menggelinding.

6) Dilakukan selama 5 menit.

e. Duduk bersandar pada bola

26

Gambar 2. 5 Prosedur Birth ball (T. G. Noviyanti, 2019)

1) Letakkan bola menempel pada tembok.

2) Subjek duduk diatas lantai dan membelakangi bola atau

bersandar pada bola.

3) Dilakukan selama 5 menit.