Upload
others
View
15
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi persalinan
Persalinan merupakan proses atau kejadian dimana keluarnya bayi dari
rahim ibu dan keluarnya plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Fitriana dan
Nurwiandani, 2018).
Persalinan yakni suatu proses alami dan berlangsung secara alamiah.
Dengan demikian akan membutuhkan pengamatan khusus dikarenakan pada
setiap wanita memiliki kesehatan yang berbeda sehingga dapat meminimalisr
bahaya kematian ibu dan janin di saat persalinan (Nurhayati, 2019).
Menurut Nurhayati (2019) ada 4 cara pada jenis persalinan yaitu ;
1. Persalinan Spontan
Pada proses persalinan ini lewat vagina yang berlangsung tanpa adanya
alat bantu berupa induksi, vakum yang dimana ini murni ibu hanya
mengandalkan tenaga dan usaha dalam mendorong keluarnya bayi dengan
kepala janin terlebih dahulu maupun lahir sungsang.
2. Persalinan Normal
Pada proses persalinan ini janin dengan kelahiran cukup bulan 37-42
minggu. proses keluarnya janin yang diawali dari belakang kepala janin.
selanjutnya pengeluaran plasenta dengan total proses waktu kelahiran
kurang dari 24 jam tanpa adanya tindakan rangsangan kontraksi buatan.
7
3. Persalinan Anjuran
Pada proses persalinan ini tidak dimulai dengan proses seperti biasanya
melainkan dilakukan dengan memberi bantuan tindakan pemecahan
ketuban, selanjutnya dilakukan proses induksi dengan tujuan untuk
merangsang otot rahim berkontraksi sehingga dapat mempercepat proses
persalinan berlangsung.
4. Persalinan Tindakan
Pada proses persalinan ini tidak dapat berjalan dengan sendiri dan tidak
dapat bersalin secara spontan, seperti persalinan tindakan perabdomen atau
section caesaria (SC), ini adalah persalinan alternatif untuk menyelamatkan
nyawa ibu dan bayi, terutama ibu yang memiliki panggul yang sempit.
1. Perubahan Anatomi dan Fisiologis Kehamilan
a. Sistem Reproduksi
1) Vagina dan Vulva
Selama kehamilan terjadi karena adanya vaskularisasi dan hyperemia
yang muncul pada daerah kulit juga pada otot-otot vagina dan vulva,
sehingga vagina akan terlihat menjadi warna merah ungu kebiruan
disebut tanda chadwick. Dinding vagina nantinya akan mengalami
perubahan ini membuktikan untuk mempersiapan peregangan saat
persalinan serta meningkatnya ketebalan mukosa, meregangnya jaringan
ikat dan hipertrofi sel otot polos (Yulizawati et al., 2017).
8
2) Serviks
Terdapat perubahan pada serviks yaitu serviks akan mengalami
perubahan warna dan menjadi elsatis (Yulizawati et al., 2017).
Perubahan ini terjadi akibat adanya hipervaskularisasi sehingga
meningkatkan suplai darah pada seluruh serviks (Pratiwi dan Fatimah,
2019).
3) Uterus
Semasa kehamilan rahim akan mengalami perubahan dan
menyesuaikan diri untuk melindungi janin, plasenta dan amnion
hingga persalinan. Perubahan yang tampak nyata pada uterus yakni
terjadi pembesaran uterus yang distimulasi oleh hormon estrogen dan
sedikit hormon progesterone meliputi terjadinya elastisitas dan
tebalnya sel-sel otot, akan tetapi produksi miosit sangat terbatas.
didaerah korpus di awal masa kehamilan akan menebal, tetapi sejalan
bertambahnya usia kehamilan akan menipis (Yulizawati et al., 2017).
Seiring dengan perkembangan kehamilan di usia 8 minggu ukuran
uterus membesar dan berbentuk seperti telur bebek, kemudian di usia
12 minggu uterus akan berubah bentuk menjadi seperti telur angsa
seiring bertambahnya usia kehamilan rahim akan bersentuhan dengan
dinding perut dan menyentuh hati (Pratiwi dan Fatimah, 2019).
9
4) Ovarium
Selama proses ovulasi kehamilan, tidak tejadi pembetukan dan
pematangan folikel (kantung cairan pembentuk sel telur) dan tidak
terjadi siklus hormonal menstruasi. Fungsi maksimal dari folikel
adalah selama 6-7 minggu dimasa awal kehamilan (Yulizawati et al.,
2017), hingga akhirnya diusia kehamilan 16 minggu (Tyastuti dan
Wahyuningsih, 2016).
5) Payudara
Pada ibu hamil terjadi hyperpigmentasi pada kulit payudara serta
peningkatan kelenjar Montgomery (kelenjar kecul disekitar putting
dan areola payudara) terutama pada daerah aerola dan papilla akibat
pengaruh sel pigmentasi (Tyastuti dan Wahyuningsih, 2016). Pada ibu
hamil juga secara fisik tampak terlihat jelas perubahan pada
payudaranya yang akan bertambah besar dan terasa tegang, ini terjadi
karena matomamotropin yang menyebabkan hypertrofi serta
meningkatnya produksi Kasein, Laktalbumin, Laktoglobin, Kolostrum
bertujuan untuk mempersiapkan payudara ketika proses laktasi
(Pratiwi dan Fatimah, 2019).
b. Perubahan Sistem Endokrin
Pada sistem endokrin terjadi beberapa perubahan menurut Tyastuti
dan Wahyuningsih (2016) ;
10
1) Hormon Progesterone
Diawal kehamilan hormon progesterone diproduksi oleh korpus
luteum lalu seiring berjalanya waktu menghasilkan plasenta. Terjadi
peningkatan hormon selama kehamilan dan selama menjelang
persalinan akan mengalami penurunan.
2) Hormon Estrogen
Diawal kehamilan ovarium adalah sumber utama dari estrogen,
kemudian estrogen dihasilkan oleh plasenta dimana kadarnya
meningkat dengan pesat hingga menjelang atern atau memasuki usia
kehamilan 39 sampai 40 minggu.
3) Kortisol
Pada masa awal kehamilan kortisol akan merangsang
peningkatan produksi insulin dan meningkatkan resistensi perifer.
4) Human Chronionic Gonadotropin (HGC)
Selama kehamilan hormone ini akan terproduksi. Diawal
kehamilan plasenta akan memproduksi hormon trofoblas (sel telur)
yang kemudian. HCG akan terdeteksi melalui darah diawal kehamilan
yaitu 11 hari setelah pembuahan dan dapat terdeteksi dengan air
kencing yaitu 12-14 hari setelah kehamilan.
11
5) Human Placental Lactogen (HPL)
Pada kehamilan kadar HPL terus meningkat hingga pertumbuhan
plasenta. Hormon tersebut memiliki dampak pada laktogen dan
antagonis insulin, pada HPL ini bersifat diabetogenik yang
menyebkan kebutuhan insulin pada ibu hamil meningkat.
c. Perubahan Sistem Musculoskletal
Adanya perubahan pada muskuloskletal diakibatkan adanya
peningakatan level hormon progesterone dan relaxin maka akan terjadi
pelunakan ligament dan sendi lumbosacrum. Nyeri pada daerah pinggang
dan panggul adalah salah satu penyebab umum yang terjadi dimasa
kehamilan pada trimester III, dengan perkiraan 4% sampai 76%.
Terdapat tekanan pada spine dikarenakan adanya penambahan beban
pada perut, penurunan stabilitas pada pinggul, laxity pada sendi Sacrum
Iliaca (SI) dan penambahan gerakan sendi selama kehamilan itu adalah
salah satu faktor dari biomekanikal. Selanjutnya terdapat kram otot
merupakan disfungsi musculoskeletal. Kram adalah suatu kontraksi otot
biasanya terjadi pada otot betis yang biasanya dirasakan pada malam hari
(Jannah et al., 2019).
d. Perubahan pada Sistem Respirasi
Pada ibu hamil adanya kadar estrogen terjadi peningkatan dan
berdampak pada ligamentum kerangka thorax yang berileksasi sehingga
mengalami peningkatan ekspansi rongga dada. Dimana pernafasan ibu
hamil agak terasa lebih dalam daripada ketika tidak sedang hamil. Ibu
12
hamil juga sering terjadi sesak yang dikarenakan adanya penurunan
kadar karbon dioksida (Pratiwi dan Fatimah, 2019).
e. Perubahan Sistem Gastrointestinal
Pada ibu hamil terdapat pengaruh dari estrogen yang membuat asam
lambung meningkat yang pada akhirnya terjadi morning sickness.
Sedangkan untuk muntah yang berlebihan yang dapat menganggu
keseharian disebut hyperemesis progesterone yaitu gerak usus semakin
berkurang yang menyebabkan sembelit atau penumpukan feses
(Sarwono, 2005 ; Fatimah dan Nuryaningsih, 2017).
f. Perubahan Sistem Integument
Pada ibu hamil terjadi perubahan warna kulit dan hyperpigemntasi
dikarenakan adanya melanophore stimulating hormone lobus anterior
dan adanya pengaruh kelenjar supranelis hyperpigmentasi tersebut
terjadi pada striae gravidarum livide atau alba, aerola papilla mamae
(Sarwono, 2005 ; Fatimah dan Nuryaningsih, 2017).
2. Keluhan-keluhan pada kehamilan
a. Keluhan pada ibu hamil menurut (Patimah et al., 2020) yakni ;
1) Mual dan Muntah
2) Keputihan
3) Pusing
4) Mudah lelah
5) Sering kencing
6) Sembelit atau sulit buang air besar
7) Nyeri perut bagian bawah
13
8) Kaki dan tangan oedema
9) Nafas pendek
10) Sukar tidur
3. Tahapan persalinan
Tahapan persalinan menurut Fitriana dan Nurwiandani (2018) ;
a. Kala I
Tahap ini dimulai dari adanya kontraksi otot-otot rahim diawal
persalinan yang pertama hingga pembukaan serviks menjadi sempurna.
Pada kala I tahap pembukaan dibagi menjadi sebagai berikut;
1) Fase Laten
Waktu yang dibutuhkan adalah 8 jam yang dimana pada fase ini
tahap pembukaan sangat lambat yaitu 0-3 cm.
2) Fase Aktif
Fase yang tahap pembukaan lebih cepat dan terbagi lagi menjadi 3
tahap;
a) Fase Percepatan, yaitu pembukaan 3 cm sampai 4 cm yang
dalam kurun waktu 2 jam.
b) Fase dilatasi (perubahan ukuran) maksimal, yaitu pembukaan
4 cm sampai 9 cm dalam kurun waktu 2 jam.
c) Fase dekelerasi (fase lambat), yaitu fase dari pembukaan 9 cm
sampai 10 cm dalam kurun waktu 2 jam.
14
b. Kala II atau tahap pengeluaran
Pada tahap ini terjadi proses pembukaan lengkap hingga lahirnya
bayi, dimana kontraksi yang terjadi 60-90 detik.
c. Kala III atau kala uri
Pada tahap ini berlangsung selama 10-30 menit yang diawali dari
lahirnya bayi hingga dengan lahirnya plasenta, dimana sesudah bayi
dilahirkan akan ada proses masa tenang yang singkat, selanjutnya rahim
berkontraksi yang menyebabkan plasenta terlepas dari dinding rahim.
d. Kala IV atau tahap pemantauan
Pada tahap ini setelah plasenta lahir, dimana akan dilakukan
observasi untuk melihat kesadaran, pemeriksaan tekanan darah,nadi dan
pernafasan, kontraksi uterus dan perdarahan (Nurhayati, 2019).
4. Etiologi Persalinan
Hingga saat ini, penyebab terjadinya persalinan masih menjadi
pembahasan yang rumit. Ada dua hormone yang dominan dan
mempengaruhi pada persalinan yakni hormon estrogen dan hormon
progesterone. Hormon estrogen berperan dalam meninggikan sensitifitas
otot rahim dan mempermudah respon rangsangan dari luar berupa
oksitoksin, prostaglandin. Hormon progesterone berperan dalam
menurunkan sensitifitas otot rahim, menahan rangsangan dari luar dan juga
merileksasikan otot-otot polos. Menurut Purwaningsih (2010) ; Nurhayati
(2019) penyebab timbulnya persalinan sebagai berikut ;
a. Teori penurunan hormon; menurunya kadar hormon estrogen dan
progesterone kurang lebih 1-2 minggu sebelum persalinan berlangsung.
15
Dimana progesterone berkontribusi dalam menenangkan otot rahim.
Saat kadar progesterone menurun akan timbul kontraksi otot rahim dan
pada akhirnya menimbulkan persalinan.
b. Teori plasenta menjadi tua; seiring bertambahnya usia plasenta maka
menyebabkan penurunan hormon estrogen dan progesterone dan
menimbulkan pembekakan pada nadi, dengan kondisi tersebut dapat
menyebabkan kontraksi rahim.
c. Teori berkurangnya nutrisi pada janin; hasil konsepsi segera dikeluarkan
apabila nutrisi pada janin berkurang.
d. Teori distensi rahim; rahim akan berangsur membesar hingga menegang
yang membuat iskemia pada otot uterus. Keadaan demikian salah satu
faktor yang dapat mengganggu aliran pada uteroplasenta.
e. Teori iritasi mekanik; saat ganglion servikale tertekan makan membuat
kontraksi uterus, dimana letak dari ganglion ini dibelakang serviks.
f. Teori induksi partus (Induction Of Labor); partus terjadi karena adanya
gejala gangguan luminaria. Beberapa luminaria dimasukkan kedalam
kanalis servikalis yang bertujuan untuk merangsang pleksus
frankenhause, amniotomi (pemecahan ketuban), oksitosin drips.
5. Tanda-tanda Persalinan
Pada sebagian besar wanita, proses melahirkan dimulai antara minggu
ke-39 dan ke-41 usia kehamilan. Secara umum, wanita hamil akan
merasakan tanda- tanda persalinan satu minggu sebelum melahirkan yang
merupakan suatu sinyal tubuh dengan memberikan pemberitahuan bahwa
persalinan sudah mulai dekat. Berikut adalah tanda-tanda dari persalinan;
16
a. Turunnya kepala janin
Pada proses persalinan ketika sudah dekat kepala janin mulai turun
ke daerah panggul dan terjadi 2 hingga 4 minggu sebelum janin keluar.
Ciri lainnya adalah ibu akan sering buang air kecil, mengalami
gangguan air kecil, perubahan bentuk tubuh, nyeri pinggang yang berat,
nyeri pada area rectum perineum dan vagina (Nurhayati, 2019).
b. Tekanan panggul
Setelah kepala janin turun kebawah panggul, ibu akan merasakan
kurang nyaman yang diakibatkan dari adanya tekanan panggul
(Nurhayati, 2019).
c. Timbulnya his persalinan
HIS adalah sekelompok kontraksi otot rahim yang secara bertahap
akan mendorong janin melalu serviks yang bekerja dengan baik dan
sempurna (Fitriana dan Nurwiandani 2018).
Ciri-ciri sebagai berikut;
1) Nyeri yang berasal dari punggung hingga menuju area perut pada
bagian depan.
2) Makin lama maka makin pendek intervalnya dan makin kuat
intesitasnya nyeri.
3) Jikalau berjalan maka kontraksi semakin kuat.
4) Memiliki pengaruh pada pembukaan persalinan.
d. Lendir disertai darah (Bloody Show)
Keluarnya lendir disertai darah merupakan suatu pembukaan yang
berasal dari canalis cervicalis. Darah keluar dengan jumlah yang sedikit
17
menyebabkan terlepasnya selaput bayi pada bawah rahim hingga
beberapa kapiler darah terputus (Fitriana dan Nurwiandani 2018).
e. Pecah ketuban
Saat terjadi pecah ketuban memiliki tanda awal persalinan yang
paling umum terjadi dan dapat diduga bahwa persalinan sudah dekat
dalam waktu 24 jam. Saat ketuban pecah akan ada kotraksi lebih
intensif (Nurhayati, 2019).
B. Definisi Nyeri
Nyeri adalah suatu perasaan yang tidak mengenakkan dan
menganggu produktivitas atau kenyamanan seseorang. Nyeri rasanya
sangat bervariasi dengan individu yang lain, hal ini dikarenakan nyeri
tidak saja tentang masalah fisik melainkan juga melibatkan unsur
emosi (Ikawati dan Dito Anugro 2018). Sehingga nyeri dikarenakan
adanya kerusakan jaringan baik secara actual maupun potensial.
1. Mekanisme terjadinya nyeri
Ada beberapa tahap penghantaran nyeri sebagai berikut;
a. Transduksi
Pada proses transduksi dimulai ketika suatu stimulasi
datang dan diubah menjadi sinyal elektrik pada reseptor
perifer. Patologi akan menjadi stimulus yang selanjutnya
dihantarkan ke dorsal horn, dan dari dorsal horn sinyal akan
dikirim ke otak dan diintepretasikan sebagai rasa nyeri
(Ikawati dan Dito Anugro 2018).
b. Transmisi
18
Saat Impuls saraf dibawah ke corda spinalis melewati
dua variasi sel saraf aferen primer yaitu serabut A-δ dan
serabut C. Serabut A-δ bertugas menyalurkan sinyal dengan
cepat, dimana ia membebaskan asam amino elektrik berupa
glutamat dan nantinya akan menghidupkan reseptor AMPA
pada dorsal horn saraf. Transmisi sinyal pada serabut A-δ
menghasilkan sensasi nyeri yang tajam dan disebut fist pain.
Selanjutnya serabut C yang tidak bermielin bereaksi pada
stimulus mekanik mengirim sinyal ke corda spinal secara
lambat. Serabut ini memiliki ujung di daerah dorsal horn
pada corda spinal, membebaskan asam amino eksitatorik
glutamate dan aspartate. Dan juga membebaskan senyawa
peptide berupa subsantsi P, neurokinin A, somatostatin,
galanin dan calcitonin gene-related peptide (CGRP).
Serabut C menghasilkan nyeri tumpul, panas dan menyebar
dimana nyeri jenis ini disebut second pain. Pada saat reseptor
di dorsal horn teraktivasi, maka sinyal elektrik akan
diteruskan lagi menuju thalamus melalui saluran
spinothalamus dan dari thalamus sinyal akan dibawa ke
korteks pada bagian lain dari otak yang bertugas dan
mengintepretasikan sinyal (Ikawati dan Dito Anugro 2018).
c. Modulasi
Selanjutnya pada tahap modulasi, dimana tubuh akan
memodifikasi nyeri. Saraf di daerah thalamus dan batang
19
otak akan memblok substansi P (Ikawati dan Dito Anugro
2018).
d. Persepsi
Nyeri terjadi di cortex cerebri, persepsi suatu tahap akhir dari
rangkaian penghantaran impuls nyeri diatas, dari transduksi hingga
modulasi. Persepsi nyeri bukan hanya berupa nyeri nosiseptif
melainkan respon tubuh dan emosi yang dirasakan oleh seorang
individu (Ikawati dan Dito Anugro 2018).
C. Fisiologis Nyeri Persalinan
Nyeri persalinan yakni kontraksi uterus, penipisan serviks serta
penurunan janin saat persalinan berlangsung (Fitriana dan Nurwiandani
2018). Nyeri saat persalinan akan datang pada kala I difase laten dan fase
aktif, difase laten terdapat pembukaan serviks hingga 3 cm dan memiliki
proses selama 8 jam.
Nyeri saat persalinan biasanya dilihat dari adanya kontraksi rahim,
yang asli terjadi pada masa kehamilan minggu ke-30 yang disebut
kontraksi Braxton hicks diakibatkan karena adanya transformasi hormon
estrogen dan progesterone (Sari, Rufaida, dan Lestari 2018). Nyeri pada
kontraksi yang ada di uterus akan meningkatkan respons stres
neuroendokrin yang umumnya membuat efek selama kala I persalinan.
Aktifitas saraf simpatis yang berlebihan meningkatkan persepsi nyeri dan
stress yang akan memperburuk kontraksi uterus yang tidak terkoordinasi.
20
Stress akan meningkatkan adrenalin sehingga menyebabkan kontraksi
uterus lemah ( Labor & Maguire, 2008 ; Widiawati dan Legiati 2018).
Nyeri persalinan memiliki dua komponen yaitu visceral dan
somatik. Nyeri viseral diakibatkan karena adanya dilatasi pada daerah
vagina dan bagian bawah rahim. Setiap uterus menegang maka tekanan
dikirimkan ke daerah serviks dan akan menimbulakan peregangan hingga
terjadi pengaktifan stimulus nosiseptor aferen sehingga menyebabkan
iskemia dalam rahim yang diakibatkan kontraksi tadi. Impuls yang
dihasilkan dan dikirimkan pada daerah sumsum tulang belakang oleh
serabut C aferen kecil tanpa mielin yang akan berjalan dengan serabut
simpatis melewati fleksus pelvikus menuju nervus hipogatrik medius,
selanjutnya menyebar ke hipogastrik superior hingga mengarah ke
simpatis lumbal. Serabut nyeri dari rantai simpatetik memasuki dorsal
kornu yang terkait dengan saraf tulang belakang T10 hingga L1 dengan
melewati akar saraf posterior ke sinaps di daerah dorsal kornu sumsum
tulang belakang (Widiawati dan Legiati 2018).
Saat persalinan pada awal kala II terjadi nyeri somatic yang bersifat
terlokalisir ke daerah vagina, rektum dan perineum sehingga nyeri
mendominasi kerusakan jaringan di panggul dan perineum. Nyeri somatik
akan menyebar ke daerah dermatom yang berdekatan dengan T10 dan L1
dan jika dilihat dengan nyeri visceral, nyeri somatik lebih kuat terhadap
obat pengurangan rasa nyeri (Widiawati dan Legiati 2018).
21
Secara keseluruhan saat semua impuls saraf yang dihasilkan
(visceral dan somatik) akan menyebar ke bagian sel tanduk dorsal yang
selanjutnya dikirimkan ke otak melewati area spino-thalamic. Secara
fisiologi nyeri saat persalinan timbul dikarenakan adanya peningkatan
hormon oksitosin dimana akan mengakibatkan kontraksi rahim sehingga
terjadi spasme yang pada akhirnya berakibat penurunan aliran darah dan
menimbulkan rasa nyeri di daerah tersebut (Widiawati dan Legiati 2018).
D. Definisi Birth Ball Exercises
Birth ball exercises adalah suatu bola kelahiran fisik yang dimana
membantu proses persalinan yang dapat di gunakan dalam berbagai
gerakan. Birth Ball exercises sebagai latihan dengan menggunakan
bola yang diterapkan untuk ibu yangakan melahirkan dan pasca
melahirkan (Purwati dan Rayani 2020). Latihan birth ball
dilaksanakan selama 30 menit pada ibu inpartu primigravida setelah
pembukaan 4cm-7cm (kala I fase aktif persalinan) akan berdampak
pada nyeri persalinan. Ketidaknyamanan dapat diatasi dengan posisi
tubuh yang menunjang grafitasi dan posisi yang mempercepat
dilatasi serviks seperti berjalan, berjongkok, berlutut, dan duduk.
Penggunaan birth ball akan mendukung ibu untuk menggunakan
posisi tersebut selama proses persalinan. Hal ini akan membantu
janin turun ke dalam rongga panggul dan ibu lebih sedikit merasakan
nyeri (Kurniawati et al., 2017).
22
1. Manfaat
Manfaat dari latihan ini adalah memperlancar peredaran darah ke
rahim, plasenta maupun bayi, menurunkan tekanan dengan memberi rasa
nyaman untuk lutut dan pergelangan kaki, dapat meberikan jalan
turunnya bayi ke dalam dasar panggul sehingga dapat memperlaju proses
persalinan. Selain itu, menggunakan latihan tersebut dapat memperkuat
punggung, juga membantu jalan lahir bayi dalam persiapan kelahiran
(Purwati dan Rayani 2020).
2. Fisiologis Exercises
Saat duduk di bola dan ibu bergoyang kedepan belakang,
samping kanan dan kiri akan memberi rasa nyaman dan membantu
percepatan persalinan dengan menggunakan gaya gravitasi
sehingga terdapat peningkatan pelepasan endorfin dikarenakan
adany elastisitas dan lengkungan bola yang merangsang reseptor di
daerah panggul bertanggung jawab untuk mensekresi endorfin
(Kurniawati et al., 2017).Dan juga membantu proses turunnya
kepala janin dikarenakan adanya gaya gravitasi, dengan
mekanisme merangsang input somatosensori normal menuju
neuron proyektor yang dapat menurunkan persepsi nyeri, juga
dapat mempengaruhi psikologis dan mengurangi kecemasan
sehingga dapat mengurangi rasa nyeri dalam persalinan, elastisitas
dan lengkungan bola membuat perineum dan punggung bawah
tidak tertekan yang memicu peningkatan nyeri (Sari et al., 2020).
3. Indikasi dan kontraindikasi
23
a. Indikasi
Indikasi dari penatalaksanaan latihan birth ball antara lain
diberikan pada ibu yakni; terdapat penurunan kepala bayi yang
lama, pembukaan yang lama, dan mersakan nyeri.
b. Kontraindikasi
Kontraindikasi dari penatalaksanaan birth ball antara lain janin
malpresentasi (bayi sungsang), pendarahan antepartum, ketuban
pecah dini dan ibu hamil dengan riwayat penyakit hipertensi
(Rifiana dan Septiani 2020)
4. Macam- macam gerakan Birth ball
Menurut Oktifa, 2012 ; Jenis gerakan yang dapat dilakukan dengan
birth ball exercises yakni ;
a. Duduk di atas bola
Gambar 2. 1 Prosedur Birth ball (T. G. Noviyanti, 2019)
1) Subjek duduk diatas bola lalu kaki membuka sedikit agar
tubuh seimbang.
2) Tangan berada dipinggang, lalu menggerakkan pinggul
kearah kanan dan kiri mengikuti arah gelinding bola.
3) Dilakukan secara berulang minimal 2x 8 hitungan.
4) letakkan tangan di pinggang atau lutut , lalu gerakkan
24
pinggul kearah depan dan belakang mengikuti arah
gelinding bola. Dilakukan secara berulang minimal 2x 8
hitungan.
5) Subjek tetap duduk diatas bola, dengan melakukan gerakan
memutar pinggul searah jarum jam dan dilakukan
sebaliknya seperti membentuk lingkaran.
b. Duduk diatas bola bersandar ke depan
Gambar 2. 2 Prosedur Birth ball (T. G. Noviyanti, 2019)
1) Setelah menggerakkan pinggul mengikuti arah bola
menggelinding, dengan melakukan istirahat dengan
bersandar ke depan pada kursi atau dengan salah satu
anggota keluarga.
2) Selanjutnya diselingi dengan latihan Tarik nafas dalam.
3) Dilakukan selama 5 menit.
c. Berdiri bersandar diatas bola
25
Gambar 2. 3 Prosedur Birth ball (T. G. Noviyanti, 2019)
1) Letakkan bola di atas kursi.
2) Selanjutnya subjek berdiri dengan sedikit dibuka, lalu
bersandar kea rah depan pada bola seperti merangkul bola.
3) Dilakukan selama 5 menit.
d. Berlutut dan bersandar diatas bola.
Gambar 2. 4 Prosedur Birth ball (T. G. Noviyanti, 2019)
1) Letakkan bola di lantai.
2) Lalu letakkan bantal atau pengalas yang empuk.
3) Kemudian subjek berlutut diatas alas yang empuk.
4) Posisikan badan subjek bersandar ke arah depan seperti
memeluk bola.
5) Subjek tetap pada posisi tersebut, lalu diarahkan ke samping
kanan dan kiri dengan mengikuti aliran bola menggelinding.
6) Dilakukan selama 5 menit.
e. Duduk bersandar pada bola