20
1 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Gulma Gulma adalah tumbuhan yang tumbuhnya salah tempat. Sebagai tumbuhan, gulma selalu berada di sekitar tanaman yang di budidayakan berasosiasi dengannya secara khas. Gulma mudah tumbuh pada tempat yang miskin nutrisi sampai yang kaya nutrisi. Umumnya, gulma mudah melakukan regenerasi hingga unggul dalam persaingan dengan tanaman budidaya. Secara fisik, gulma bersaing dengan tanaman budidaya dalam hal perolehan ruang, cahaya, air, nutrisi, gas-gas penting, serta zat kimia (alelopati) yang di sekresikan. Gulma sering di konotasikan di dalam kompetisi terhadap aktivitas manusia atau pertanian. Kehadiran gulma dalam perkebunan kelapa sawit tidak di kehendaki karena dapat mengakibatkan hal sebagai berikut. Menurunkan produksi akibat bersaing dalam persaingan unsur hara, air, sinar matahari, dan ruang hidup, meurunkan mutu produksi akibat terkontaminasi oleh bagian-bagian gulma, mengeluarkan senyawa alelopati yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, menjadi inang bagi hama, di samping bersifat hotogen yang menyerang tanaman, mengganggu tata guna air, secara umum gangguan yang disebabkan oleh gulma tersebut tidak kasat mata dan berlangsung perlahan, disamping itu kehadiran gulma akan meningkatkan biaya usaha tani karena adanya penambahan kegiatan di pertanaman (Sembodo, 2010).

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Gulma

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Gulma

1

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Gulma

Gulma adalah tumbuhan yang tumbuhnya salah tempat. Sebagai

tumbuhan, gulma selalu berada di sekitar tanaman yang di budidayakan

berasosiasi dengannya secara khas. Gulma mudah tumbuh pada tempat yang

miskin nutrisi sampai yang kaya nutrisi. Umumnya, gulma mudah melakukan

regenerasi hingga unggul dalam persaingan dengan tanaman budidaya. Secara

fisik, gulma bersaing dengan tanaman budidaya dalam hal perolehan ruang,

cahaya, air, nutrisi, gas-gas penting, serta zat kimia (alelopati) yang di sekresikan.

Gulma sering di konotasikan di dalam kompetisi terhadap aktivitas

manusia atau pertanian. Kehadiran gulma dalam perkebunan kelapa sawit tidak di

kehendaki karena dapat mengakibatkan hal sebagai berikut. Menurunkan produksi

akibat bersaing dalam persaingan unsur hara, air, sinar matahari, dan ruang hidup,

meurunkan mutu produksi akibat terkontaminasi oleh bagian-bagian gulma,

mengeluarkan senyawa alelopati yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman,

menjadi inang bagi hama, di samping bersifat hotogen yang menyerang tanaman,

mengganggu tata guna air, secara umum gangguan yang disebabkan oleh gulma

tersebut tidak kasat mata dan berlangsung perlahan, disamping itu kehadiran

gulma akan meningkatkan biaya usaha tani karena adanya penambahan kegiatan

di pertanaman (Sembodo, 2010).

Page 2: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Gulma

2

B. Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha untuk

meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma.

Keunggulan tanaman pokok harus ditingkatkan sedemikian rupa sehingga gulma

tidak mampu mengembangkan pertumbuhannya secara berdampingan atau pada

waktu bersamaan dengan tanaman pokok. Dalam pengertian ini, semua praktik

budi daya di pertanaman atau sejak penyiapan lahan dapat di bedakan antara yang

lebih meningkatkan daya saing gulma. Praktik budi daya yang keliru akan

berakibat pada meningkatkan daya saing gulma. Tidak ada satu pun metode atau

cara yang dapat mengendalikan semua spesies gulma secara tuntas di pertanaman.

Suatu metode mungkin dapat menekan spesies-spesies tertentu, tetapi

beberapa spesies yang lain justru mendapat pengaruh yang menguntungkan, baik

langsung maupun tidak langsung. Jika satu atau beberapa spesies gulma

“dibunuh” maka akan digantikan oleh spesies lain. Hal ini mungkin akan

menimbulkan masalah yang sangat berat dari spesies-spesies sebelumnya.

Pengendalian gulma harus memperhatikan species gulma yang terdapat dalam

crop (tanaman budidaya), cara perkembangbiakan dan cara penyebaran gulma

tersebut disamping itu pengendalian gulma harus memerhatikan teknik

pelaksanaan di lapangan atau faktor teknis, biaya yang di perlukan atau faktor

ekonomis, dan dampaknya negatif yang di timbulkan (Sukman, 2005).

Page 3: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Gulma

3

C. Tanaman Menghasilkan (TM)

1. Pemeliharaan piringan, pasar pikul, dan TPH

Pada tanaman menghasilkan (TM), perawatan piringan untuk beberapa

tahun pertama sebaiknya dilakukan secara manual, yaitu lebar piringan yang

dikehendaki adalah 200 cm dari pangkal batang tanaman. Piringan berfungsi

sebagai tempat untuk menyebarkan pupuk. Selain itu, piringan juga merupakan

daerah jatuhnya tandan buah dan brondolan.

Gambar 1. Pengendalian Gulma di Piringan

2. Perawatan pasar pikul

Pada musim hujan, pasar pikul sangat licin, bahkan sering digenangi oleh

air. Oleh karena itu, pengendalian gulma sebaiknya dilakukan secara kimia karna

meskipun gulma-gulma mati, tetapi sisa-sisa bangkasan kering nya akan

melindungi permukaan pasar pikul agar tidak licin. Kondisi ini akan menyulitkan

tenaga pemanen untuk mengakat hasil panen. Pada areal gambut penyemprotan

herbisida dapat dilakukan dua bulan sekali, sedangkan pada tanaman mineral

dilakukan tiga bulan sekali. Pasar pikul berfungsi sebagai jalan untuk

mengangkut buah ke TPH dan menjalankan aktivitas oprasional lainnya.

Page 4: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Gulma

4

Gambar 2. Pengendalian Gulma di Pasar Pikul

3. Tempat pengumpulan hasil (TPH)

TPH berfungsi sebagai tempat pengumpulan hasil panen sebelum di

angkut ke PKS. Agar berfungsi sebagaimana mestinya, sarana tersebut mutlak

memerlukan pemeliharaan yang berkesinambungan (Yustina, 2012).

D. Penggolongan Gulma

Berdasarkan morfologinya gulma dapat dibedakan menjadi :

1. Golongan rerumputan (gulma berdaun sempit/ Grasses)

Golongan rerumputan mencakup jenis gulma yang termasuk dalam famili

Gramineae. Selain merupakan komponen terbesar dari seluruh populasi gulma,

famili ini mempunyai daya adaptasi yang cukup tinggi, distribusi amat luas dan

mampu tumbuh baik pada lahan kering maupun tergenang, contohnya alang-

alang, rumput pahit, jampang pahit, kakawatan, gerinting, jejagoan, glagah,

jejahean dan bebontengan.

Page 5: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Gulma

5

2. Golongan Teki (Sedges)

Golongan teki meliputi semua jenis gulma yang termasuk kedalam famili

Cyperaceae. Golongan teki terdiri dari 4000 spesies, lebih menyukai air kecuali

Cyperus rotundus L. Contohnya rumput teki, walingi, rumput sendayan, jekeng,

rumput 3 segi, dan rumput knop.

3. Golongan Berdaun Lebar (Broadleaf Weeds)

Golongan gulma berdaun lebar meliputi semua jenis gulma selain famili

Gramineae dan Cyperaceae. Golongan gulma berdaun lebar biasanya terdiri dari

famili paku-pakuan (pteridophyta) dan dicotyledoneae, Contohnya Bayam duri,

kremek, jengger ayam, kayu apu, wedusan, sembung dan meniran

(Gerbang pertanian, 2010).

E. Cara Pengendalian Gulma

1. Mekanis

Pengendalian gulma dengan cara ini merupakan usaha menekan

pertumbuhan gulma dengan cara merusak bagian-bagian sehingga gulma tersebut

mati atau pertubuhannya terhambat. Teknik pengendalian ini hanya

mengandalkan kekuatan fisik atau mekanik. Dalam praktek dilakukan secara

tradisional dengan tangan, alat sederhana, sampai penggunaan alat berat yang

lebih modren. Cara ini umumnya cukup baik dilakukan pada berbagai jenis

gulma setahun. Tetapi pada kondisi tertentu juga efektif bagi gulma-gulma

tahunan. Pengendalian mekanis merupakan cara yang relatif tua dan masih

banyak dilakukan meskipan secara ekonomis bisa lebih mahal dibandingkan cara-

cara yang lain.

Page 6: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Gulma

6

a. Pengolahan tanah

Suatu usaha yang cukup praktis pada pengendalian gulma semusim

(annual), gulma dua semusim (biennial), gulma tahunan (perennial weeds), ialah

cara pengolahan tanah. Dalam pengendalian gulma semusim (annual) cukup

dibajak dangkal saja. Dengan cara ini gulma tersebut hanya dirusakkan bagian

yang ada di bagian atas permukaan tanah. Sedangkan untuk tipe gulma dua

semusim (biennal) bagian yang dirusak adalah bagian atas dan mahkotanya, dan

bagi gulma tahunan (perennial weeds) kedua bagian di bawah dan di atas tanah

dirusakkan. Kebanyakan gulma semusim (annual) dapat dikendalikan hanya

dengan sekali pemberoan. Bila tanah banyak mengandung biji gulma yang viabel,

maka perlu diikuti tahun kedua dengan pertanaman barisan dan pengolahan yang

bersih untuk mencegah pembentukan biji. Sedangkan untuk gulma tahunan

(perennial weeds), pemberoan semusim belum cukup. Sebaiknya perlakuan

digabung dengan penggunaan herbisida dan pengolahan yang bersih. Metode ini

cukup memadai dan beragam dengan spesies gulma, usia infestasi dan sifat tanah,

kesuburan serta kedalaman air tanah. Gulma tahunan (perennial weeds) yang

berakar dangkal sekali pembajakan cukup dapat mereduser, dengan “membawa”

akar ke atas dan dikeringkan. Pembajakan di atas akan menekan pembentukan

dan tunas baru. Untuk gulma tahunan (perennial weeds) berakar dalam

pembajakan berulangkali dan pada interval teratur akan menguarangi

perkembangannya. Perlakuan ini akan menguras cadangan pangan dalam akar

dengan berulangkali merusak bagian atas. Pada tanah ringan dan kurang subur

perlakuan tersebut sangat berhasil. Dari pengolahan tanah dapat disimpulkan

Page 7: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Gulma

7

bahwa penimbunan titik tumbuh gulma dan mengganggu sistem perakaran dengan

pemotongan akar dapat membuat gulma mati, karena potongan-potongan akar

dapat mengering sebelum pulih kembali.

b. Penggenangan

Pelaksanaan penggenangan pada umumnya berhasil untuk gulma tahunan

(perennial weeds). Penggenangan dibatasi dengan pematang, dengan tinggi

kurang lebih 15-25 cm selama 3-8 minggu. Sebelumnya dibajak dilakukan

perendaman hingga semua bagian gulma terendam. Gulma tahunan (perennial

weeds) dan tumbuh dengan padi sawah pada umumnya diberantas dengan cara ini

dan sangat berhasil pada tanah ringan, sedang pada tanah keras dianjurkan.

c. Pembakaran

Pembakaran juga merupakan salah-satu cara mngendalikan gulma dengan

menggunakan alat pembakar (burner) yaitu semacam penyebar api kecil seperti

alat untuk mengelas. Pembakaran juga dilakukan dengan flame cultivator atau

weed burner yang menggunakan bahan bakar butane dan propone. Bahan

material hujau dapat dibakar dengan laju 3 mil per jam dan hal ini akan meningkat

dua kali lipat untuk bahan kering. Pembakaran juga dapat dilakukan dengan

pemberian panas dalam bentuk uap (sceaming), terutaman dalam usaha

mematikan biji gulma pada tempat-tempat tertentu seperti pembuatan bedengan.

d. Pencabutan

Pencabutan dengan tangan dilakukan untuk gulma annual dan bienual.

Sedangkan untuk gulma perenual, praktek pencabutan akan mengakibabtkan

terpotongnya dan tetinggalnya bagiannya di dalam tanah yang akhirnya akan

Page 8: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Gulma

8

tumbuh gulma baru. Pencabutan bagi gulma yang terakhir (perenual) menjadi

berulang-ulang dan pekerjaan menjadi tidak efektif. Pada pertanaman, cara

pencabutan akan berhasil dengan baik bila diberi air sampai cukup basah sehingga

pencabutan dapat dilakukan dengan mudah. Pelaksanaan pencabutan yang baik

adalah pada saat sebelum pembentukan buji, sedang pencabutan pada saat gulma

sudah dewasa mengakibatkan kemungkinan adanya bagian bawah gulma yang

tidak tercabut sehingga tumbuh kembali.

e. Pembabatan (mowing)

Pembabatan pada umumnya hanya efektif untuk untuk mengendalikan

gulma-gulma yang bersipat setahun (annual) dan relatif kurang efektif untuk

gulma tahunan (perennial) pembabatan bisa dilakukan diperkebunan yang

mempunyai tanaman berupa pohon, padang rumput, tepi jalan umum, jalan kreta

api, dan halaman rumah. Efektivitas cara ini sangat ditentukan oleh saat dan

interval pembabatan. Pembabatan sebaiknya dilakukan pada saat daun gulma

sedang tumbuh lebat, menjelang berbunga dan sebelum membentuk biji

(Sukman dan Yakup, 2005).

2. Metode Pola Tanam Atau Persaingan

Menerapkan pola tanaman meningkatkan kemampuan sistem bertanam

(croping system). Sistem bertanam (croping system) berasosiasi dengan sejenis

gulma tertentu dengan khas. Menanam crop seperti ini terus menerus (beruntun)

dapat mengakibatkan akumulasi gulma. oleh karena itu, perencanaan pergiliran

tanaman tidak boleh mengabaikan faktor gulma. Pergiliran tanaman memberi

kemungkinan segolongan gulma tidak mempunyai kesempatan mengganggu

Page 9: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Gulma

9

perkembangan pertanaman berikutnya. Pesaing kuat bagi suatu pertanaman

memberi banyak keuntungan. Misalnya, pertanaman itu cepat tumbuh, berkanopi

lebat sehingga cepat memberikan naungan pada daerah di bawahnya, dan cepat

masak untuk dipanen, karena persaingan yang diperebutkan adalah cahaya, air,

dan nutrisi, maupun ruangan.

3. Pengendalian Gulma Secara Hayati (biologycal control)

Metode pengendalian secara hayati bertujuan untuk menekan populasi

gulma dengan menggunakan organisme seperti serangga, kumbang, ternak,

mikroba, maupun ikan. Penerapan metode ini harus hati-hati dan memenuhi

syarat yaitu organisme yang digunakan sebagai pemangsa gulma harus spesifik,

kalau mungkin bersifat monofag, sehingga tidak menyerang tanaman.

Pengendalian hayati lainnya adalah penggunaan tanaman lain sebagai kompetitor

gulma, seperti LCC, yang dikenal juga sebagai metode pengendalian ekologi

(Sembodo, 2010).

4. Pengendalian Gulma Secara Kultur Preventif (Pencegahan)

Tindakan preventif (pencegahan) merupakan langkah yang paling tepat,

karena kerugian yang sesungguhnya pada tanaman budidaya belum sempat

terjadi. Gulma, baik sebagai tumbuhan dewasa, biji, atau bagian-bagian vegetatif

nya yang dapat tumbuh hendaknya dicegah masuknya kesuatau daerah yang

penting bagi tanaman budidaya (Soekisman, 1984).

5. Pengendalian Gulma Secara Kultur Teknis

Membiarkan tumbuhan tinggal pada suatu lahan dapat mengakibatkan

tanah menjadi tandus oleh perakaran dan jatuhnya air hujan tertahan oleh kanopi,

Page 10: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Gulma

10

akibatnya erosi dapat dikurangi. Namun demikian pada suatu lahan yang

ditumbuhi sejenis atau beberapa jenis gulma, bila lahan tersebut hendak ditanami

dengan croping system, perlu diadakan pengolahan lahan terlebih dahulu.

Pengolahan tanah yang cukup dalam dan berulang kali dapat menghancurkan

tumbuhnya kebanyakan gulma meskipun tindakan semacam ini memerlukan

tambahan tenaga. Saat pengolahan tanah yang tepat perlu dipertimbangkan, yaitu

sebelum pembentukan tunas, jangan sampai gulma berbunga apa lagi membentuk

biji. Demikian pula jenis alat pengolah akan memberi pengaruh pada “bersihnya”

pengolahan tanah dari gulma. Alat pengolah yang sederhana sampai sempurna

akan memberi beda pada timbulnya gulma selanjutnya. Alat sederhana

menggunakan tenaga manusia atau hewan, sedang yang sempurna boleh

disebutkan alat berat yang menggunakan mesin. Disamping itu pengendalian

gulma secara kultur teknis dapat juga dilakukan dengan menggunakan tanaman

penutup tanah jenis kacangan. Cara ini bertujuan untuk mengurangi pengaruh

buruk dari gulma (Widya, 2009).

6. Pengendalian Gulma Secara Ekologis

Memodifikasikan lingkungan yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman

menjadi baik dan pertumbuhan gulma menjadi buruk adalah cara lain dalam

pengendalian gulma. Misalnya mengubah kedudukan air dan nutrisi dalam tanah

saat tertentu (pada saat ada atau tiada tanaman yang tumbuh pada suatu lahan),

dengan cara pemberoan setelah suatu tanaman dipanen, ataupun pemberian yang

diberi genangan. Di lain pihak membuat drainase bagi tanah berair dapat

membantu pengendalian gulma dan pengolahan lebih awal dapat dilaksanakan.

Page 11: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Gulma

11

7. Pengendalian Gulma Secara Terpadu

Akibat parahnya penekanan gulma pada pertumbuhan membuat para

petani berusaha dengan sunguh-sunguh dalam menanganinya. Suatu

pengendalian gulma yang efektif melibatkan beberapa cara dalam waktu yang

berurutan dalam suatu musim tanam. Misalnya, satu jenis spesies pertanaman

kurang mampu menekan pertumbuhan gulma, pengendalian secara mekanik

sendiri tidak sempurna dalam mengatasi gulma tertentu. Maka timbul pemikiran

bahwa paduan antara beberapa cara pengendalian dalam satu musim tanam

diharapkan dapat mengatasi masalahnya. Seperti perpaduan antara pengendalian

secara mekanik diteruskan dengan pemberian herbisida pasca tumbuh,

penggunaan herbisida pra-tumbuh dan lain lagi perpaduan yang sekiranya dapat

menekan infestasi gulma yang sulit untuk dibasmi. Penentuan keputusan

pelaksanaan pengendalian secara terpadu sangat penting dalam keberhasilannya.

Apakah perpaduan cara pengendalian itu menguntungkan atau tidak. Kombinasi

dalam perpaduan yang tepat akan memberikan hasil yang maksimal dalam

pengendalian gulma (Shooichi Matsunaka, 2005).

8. Pengendalian Gulma Secara Kimiawi

Pengendalian gulma secara kimiawi adalah cara pengendalian gulma

dengan menggunakan herbisida, baik yang bersifat kontak maupun yang bersifat

sistemik. Keuntungan cara ini adalah penggunaan tenaga kerja yang relatif

sedikit. Namun cara ini dapat mengganggu organisme lain dalam kelestarian alam

(Widya, 2009).

Page 12: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Gulma

12

F. Jenis-jenis atau Klasifikasi Gulma

1. Berdasarkan siklus hidup

Berdasarkan siklus hidupnya gulma dapat di bedakan menjadi gulma

semusim (annual weeds), gulma dua musim (biannual weeds), dan gulma tahunan

(perennial weeds).

a. Gulma semusim (annual weeds)

Gulma semusim menyelesaikan siklus hidupnya dalam satu tahun atau satu

musim. Ada gulma daun lebar semusim, teki semusim, dan rumput semusim,

Sebagai contoh adalah cyperus iria, echinchola crusgalli.

b. Gulma dua semusim (biannual weeds)

Gulma biannual weeds memerlukan dua musiman pertumbuhan untuk

menyelesaikan siklus hidupnya, biasanya berbentuk roset pada tahun pertama dan

pada tahun kedua menghasilkan bunga, memproduksi biji lalu mati. Jenis gulma

ini kurang umum dan kurang penting dibanding gulma annual. Contoh gulma

biannual daucus corata, sonchus arvensis.

c. Gulma tahunan (perennial weeds)

Gulma perennial hidup lebih dari dua tahun dan mungkin dalam

kenyataanya hampir tidak terbatas. Beberapa spesies gulma ini mungkin secara

alami berkembang biak secara biji, tetapi sangat reproduktif dengan potongan

batang, umbi, rhizomi, dan daun. Contoh gulma tahunan: imperata cylindrical,

mikania chordate, dan cyperus rotundus (Sukman dan Yakub,2004).

Page 13: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Gulma

13

G. Biaya dan Cara Pengendalian Gulma

1. Dosis herbisida dan kalibrasi alat semprot

Dosis herbisida per Ha yang digunakan untuk pengendalian gulma sangat

tergantung dari jenis gulma sasaran. Untuk kepraktisan di lapangan, dosis

tersebut harus di konversi menjadi konsentrasi dan volume larutan semprot.

Untuk keperluan tersebut, terlebih dahulu harus dilakukan kalibrasi alat semprot,

nozel, dan kecepatan jalan untuk mengetahui kebutuhan volume semprot per Ha.

Selanjutnya, konsentrasi larutan semprot dihitung dengan memakai data dosis per

Ha dan kebutuhan volume larutan semprot per Ha. Sepuluh tahapan cara kalibrasi

alat semprot :

a. Periksalah bagian-bagian alat semprot yang dipakai dan jenis alat pemercik.

Alat pemercik yang perlu diperhatikan adalah bunga percikan dan keluaran.

Alat pemercik yang dipasang di traktor, harus diukur satu persatu, untuk setiap

alat pemercik keluaran harus sama banyaknya.

b. Alat semprot sebelum digunakan untuk penyemprotan pestisida dilapangan

harus dikalibrasi.

c. Isi tangki alat semprot dengan air, pompa sampai tekanan 1 kg/cm2 dan jaga

agar tetap konstan selama pengukuran air yang keluar per detik. Alat semprot

“KEF”, pakabak, atau SOLO” dengan memasang alat pengukur tekanan

(pressure gauge) pada tangki alat penyemprot. Atau dapat juga dilakukan

tanpa memasang alat pengukur tekanan, yakni dengan memompa sebanyak 7-

8 kali pertama, selanjutnya setiap 2 detik pompa lagi sebanyak 2 kali. Alat

semprot “CP-3” telah dilengkapi alat pengukur tekanan yang dipasang dalam

Page 14: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Gulma

14

tangki. Pada kedudukan tekanan setinggi 1 kg/cm2. Pengukuran ini

digunakan untuk kalibrasi.

d. Buatlah patok/tanda pada jarak tertentu, misalnya 30 m untuk alat semprot

punggung dan 200 m alat semprot yang dipasang ditraktor.

e. Penyemprot yang terampil perlu dilatih kecepatan jalan sambil membawa alat

semprot punggung yang diisi dengan air, serta memompa sampai tekanan 1

kg/cm2. Misalnya untuk menentukan kecepatan jalam 3 km/jam maka

lakukanlah :

- Pasang patok/tanda setiap 8 m, 16 m, dan seterusnya.

- Lakukan latihan penyemprotan berulang-ulang, paling sedikit 5 kali

sampai jarak yang ditempuh selama 10 detik tepat pada masing-masing

patok.

- Hitung kecepatan jalan dalam km/jam menurut Tabel 1.

Tabel 1. Rata-Rata Kecepatan Jalan km/jam

Jarak yang ditempuh selama 10

detik dalam m

Rata-rata kecepatan jalan km/jam

5,5 2

8 3

11 4

14 5

Sumber : LPP, 1986

Dapat dihitung juga dengan menggunakan rumus :

𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 (𝑚)

10 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘=

𝑥

3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

Page 15: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Gulma

15

Rumus ini dibagi 1000 m agar diperoleh kecepatan jalan dalam km/jam.

Misalnya hasil latihan penyemprotan dengan alat penyemprot punggung.

Kecepatan rata-rata 5 kali pengamatan dengan jarak yang ditempuh selama 10

detik sepanjang 8 m.

Sumber : LPP, 1989

Kecepatan jalan alat semprot yang dipasang ditraktor, dapat dibaca pada

alat pengukur kecepatan (speedo meter),

f. Isi penuh tangki alat semprot dan lakukan sekali lagi pengujian dan latihan

penyemprotan dengan kecepatan, tekanan alat semprot dan jarak yang telah

ditentukan pada sebidang tanah seluas 2 x 30 m (petak). Latihan ini harus

benar-benar berhasil, yakni menyemprotkan air dengan volume tertentu pada

luas tanah tersebut, maka ketepatan membuka dan menutup klep pada batas

petak harus diperhatikan.

g. Untuk menentukan volume air yang telah disemprotkan pada petak tanah,

dapat dilakukan dengan mengisi air sampai keadaan permukaan air seperti

sebelum disemprotkan, air yang ditambahkan diukur dengan gelas ukur.

8

10 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘=

𝑥

3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

=2,880 𝑚. 𝑗𝑎𝑚

1000𝑚𝑘𝑚

= 2,88𝑘𝑚

𝑗𝑎𝑚 = 3 𝑘𝑚/𝑗𝑎𝑚

𝑥 = 2880𝑚

𝑗𝑎𝑚

Page 16: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Gulma

16

h. Lebar bunga semprot yang mengenai tanah, ditentukan oleh jenis alat

pemercik dan tingginya, serta tekanan alat semprot. Misalnya polijet tip

berwarna merah, setinggi 60 cm dari permukaan tanah pada tekanan 1 kg/cm2,

lebar bunga semprotan adalah 2,25 m. Agar penyemprotan merata pada

suatu petak tanah maka alat pemercik tersebut efektir hanya sebesar 2,0 m.

i. Untuk menentukan volume air yang diperlukan dalam satu hektar, dapat

dipakai rumus :

Misalnya, lebar bunga semprotan 2 m, panjang petak percobaan 30 m dan air

yang diperlukan sebanyak 3,61, maka air yang diperlukan untuk 1 ha

sebanyak:

j. Satu tangki alat semprot punggung dapat diisi air sebanyak 15 I, sedangkan

telah ditentukan 1 ha diperlukan 1 kg bahan aktir 2,4-D (0,5 kg bahan aktir per

liter) atau sebanyak 2 I herbisida, 2,4-D dan luartan herbisida yang dipakai

sebanyak 600 I/ha, maka air yang diperlukan sebagai bahan pelarut sebanyak

600 I-2 I= 598 I/ha. Untuk satu tangki alat semprot (15 I) diperlukan :

𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 (𝐼)

𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 (𝑚)=

𝑥

1 ℎ𝑎

3,6 𝐼

2 𝑥 30 𝑚=

𝑥

10.000 𝑚2

60 𝑥 = 36.000

𝑥 = 600 𝐼/ℎ𝑎

2 𝐼

600=

𝑥

15

𝑥 =15 𝑥 2

600=

3

60 𝐼

= 50 𝑐𝑐 2,4 − 𝐷/𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖

Page 17: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Gulma

17

Selanjutnya untuk 1 tangki diperlukan air sebanyak 15 I – 50 cc = 14,95 liter

Dalam praktek pencampuran herbisida di lapangan, ternyata pencampuran

dalam tangki alat semprot tidak selalu hasilnya memuaskan, karena herbisida

berbentuk tepung tidak dapat larut dengan sempurna. Maka dianjurkan agar

pencampuran herbisida dilakukan dengan durm.

Untuk 1 drum 200 I liter, diperlukan 2,4-D sebanyak :

Selanjutnya untuk 1 drum diperlukan air sebanyak 2001-2/3 I = 199 1/3

liter untuk memperoleh campuran yang baik, maka drum diisi air sebanyak 50 I,

lalu tuangkan 2/3 I 2,4 – D dan diaduk. Selajutnya drum diisi dengan air sampai

penuh dan diaduk lagi.

2. Keuntungan penggunaan unit semprot

Adapun keuntungan penggunaan semprot adalah

a. Penghematan tenaga supervisi.

b. Control lebih baik.

c. Mobilitas tinggi.

d. Kualitas pencampuran racun lebih baik.

e. Pengorganisasian kerja lebih mudah (LPP, 1986).

3. Perhitungan dengan metode kuadran

Kuadrat adalah ukuran luas yang di hitung dalam satuan kuadrat (m², cm²,

dan sebagainya). Bentuk kuadrat bermacam-macam seperti lingkaran, segitiga,

2

600=

𝑥

200

𝑥 =200 𝑥 2

600=

2

3 𝐼

Page 18: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Gulma

18

empat persegi panjang, dan bujur sangkar. Dalam pelaksanaan di lapangan, lebih

sering digunakan bujur sangkar.besar atau peubah yang dapat di ukur dengan

menggunakan metode ini adalah kerapatan, domonansi, frekuensi, nilai penting,

dan jumlah nisbah dominansi (JND) atau SDR (sumet dominance ratio), dengan

batasan sebagai berikut.

a. Kerapatan Mutlak (KM) = jumlah individu jenis gulma tertentu dalam

petak contoh.

b. Kerapatan Nisbi (KN) = kerapatan jenis gulma tertentu di bagi total

kerapatan mutlak semua jenis gulma.

c. Dominansi Mutlak (DM) = tingkat penutupan, luas basal, bobot kering,

atau volume jenis gulma tertentu dalam petak contoh.

d. Dominansi Nisbi (DN) = dominansi mutlak jenis gulma tertentu di bagi

total dominansi mutlak semua jenis gulma.

e. Frekuensi Mutlak (FM) = jumlah petak contoh yang memuat jenis gulma

tertentu

f. Frekuensi Nisbi (FN) = frekuensi mutlak jenis gulma tertentu di bagi total

frekuensi mutlak semua jenis gulma.

g. Nilai Penting (NP) = jumlah nilai semua peupah nisbi yang digunakan.

h. SDR = nilai penting di bagi jumlah peubah nisbi.

NP dan SDR dapat dihitung berdasarkan dua atau tiga peubah di atas,

misalnya dominansi dengan frekuensi, kerapatan dengan frekuensi, atau dominan,

kerapatan, dan frekuensi. Makin banyak peubah yang digunakan makin

mendekati nilai kebenaran yang akan diduga.

Page 19: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Gulma

19

SDR menggambarkan kemampuan suatu jenis gulma tertentu untuk

mengusai sarana tumbuh yang ada. Semakin bernilai SDR maka gulma tersebut

semakin dominan. Apabila nilai SDR diurutkan dari nilai yang tertinggi hingga

yang terendah, semua gulm harus diberi nomor urut walaupun nilai SDR-nya

sama, maka diurutan dengan SDR tersebut menggambarkan komposisi jenis

gulma yang ada pada areal pengamatan. Perhitungan dalam analisa vegetasi

dengan menggunakan metode kuadrat akan dijelaskan berikut ini dengan

menggunakan data fiktif hasil pengamatan dilapangan. Data terebut dikumpulkan

dengan menggunakan peubah yang diamati berupa kerapatan gulma dan penutup

gulma (%) sebagai peubah dominansi.

Tabel 2. Jenis Gulma

Jenis

Gulma

Kerapatan

(individu/m2)

Dominasi

(%)

penutupan) KM KN DM DN FM FN

1 2 3 1 2 3

Alang-

alang

20 10 10 40 20 30 40 0.40 90 0.45 3 0.50

Wedusan 5 - 5 20 - 30 10 0.10 50 0.25 2 0.33

Teki - 50 - - 60 50 0.50 60 0.30 1 0.17

Total 100 200 6

Sumber : Sembodo, 2010

Contoh perhitungan untuk alang-alang :

KM = 20 + 10 + 10 = 40

KN = 40 : 100 = 0.40

DM = 40 + 20 + 30 = 90

DN = 90 : 200 = 0.45

NP = KN + DN + FN

= 0.40 + 0.45 + 0.50 = 1.35

FM = 3 (semua petak ada alang-alang)

Page 20: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Gulma

20

FN = 3 : 6 = 0.50

SDR = NP : 3

= 1.35 : 3 = 0.45

SDR alang-alang sebesar 0.45 atau 45% tersebut berarti bahwa alang-

alang menguasai 45% sarana tumbuh yang ada. Dengan cara perhitungan di atas

dapat dihitung nilai SDR untuk Wedusan dan Teki, yaitu masing-masing sebesar

23% untuk Wedusan dan 32% untuk teki. Dari ketiga data tersebut dapat

disimpulkan bahwa alang-alang adalah gulma yang paling dominan dengan urutan

pertama kemudian disusul teki dan terakhir Wedusan.

Kebijakan pengendalian gulma yang diambil adalah bagaimana cara

menekan pertumbuhan alang-alang terlebih dahulu. Apabila pengendalian

dilakukan dengan menggunakan herbisida, maka herbisida yang dipilih harus

yang mampu mengendalikan alang-alang itu (Sembodo, 2010).