Upload
phamdien
View
230
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anak Usia Prasekolah
Anak adalah individu yang mengalami tumbuh kembang, mempunyai
kebutuhan biologis, psikologis dan spiritual yang harus dipenuhi (Suherman,
1995). Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan
berkembang secara teratur, saling berkaitan, dan berkesinambungan dimulai
sejak konsepsi sampai dewasa. Karakteristik tumbuh kembang spesifik
terhadap usia anak. Pada anak usia prasekolah, pertumbuhan berlangsung
dengan stabil, terjadi perkembangan dengan aktivitas jasmani yang bertambah
dan meningkatnya ketrampilan dan proses berfikir (Narendra, 2002).
Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia 3-6 tahun (Supartini,
2004). Anak usia prasekolah ini menunjukkan perkembangan motorik, verbal,
dan ketrampilan sosial secara progresif. Pada masa ini adalah meningkatnya
antisiasme dan energi untuk belajar dan manggali banyak hal.
Perkembangan psikoseksual pertama kali dikemukakan oleh Sigmund
Freud (1939), yang merupakan proses dalam perkembangan anak dengan
pertambahan pematangan fungsi struktur serta kejiwaan yang dapat
menimbulkan dorongan untuk mencari rangsangan dan kesenangan secara
umum untuk menjadikan diri anak menjadi orang dewasa. Perkembangan
psikoseksual anak usia prasekolah berada pada fase phallic. Proses
indentifikasi peran seksual dimulai selama usia prasekolah. Biasanya anak
9
lebih dekat dengan orang tua yang berlainan jenis kelamin dengannya orang
tua yang berlainan jenis kelamin sama dengannya.
Perkembangan psikososial anak usia prasekolah menurut Erickson
(1963), berada pada tahap initiative versus guilt (inisiatif versus rasa bersalah)
dimana anak menunjukkan imajinasi, meniru orang dewasa, mengetes
kenyataan atau fakta yang ada. Tugas utama anak usia prasekolah adalah
perkembangan rasa inisiatif.
Menurut Piaget (1952), perkembangan kognitif anak usia prasekolah
berada pada tahap pemikiran preoperasional. Pada tahap ini anak belajar untuk
berfikir dengan menggunakan simbol dan imajinasi. Bermain merupakan
metode non verbal untuk menstimulasi proses berfikir egosentrik, seperti
dalam penelitian Piaget (1952), anak selalu menunjukkan egosentrik seperti
anak akan memilih sesuatu atau ukuran yang besar walaupun isi sedikit. Masa
ini sifat pikiran bersifat transduktif menganggap semuanya sama, seperti
seorang pria di keluarga adalah ayah, maka semua pria adalah ayah, pikiran
kedua adalah animisme selalu memperhatikan adanya benda mati, seperti
apabil anak terbentur benda mati maka anak akan memulainya kearah benda
tersebut.
Menurut Hurlock (1998), ciri-ciri anak usia prasekolah, meliputi :
1. Secara fisik, otot-otot lebih kuat dan pertumbuhan tulang menjadi besar
dan keras
2. Secara motorik, anak mampu memanipulasi objek kecil (puzzle)
menggunakan balok-balok dalam berbagai ukuran dan bentuk
10
3. Secara intelektual, anak mempunyai rasa ingin tahu, rasa emosi, iri dan
cemburu. Hal ini timbul karena anak memiliki hal-hal yang dimiliki oleh
teman sebayanya
4. Secara sosial, anak mampu menjalin kontak sosial dengan orang-orang
yang ada di luar rumah, sehingga anak mempunyai minat yang lebih untuk
bermain pada temannya, orang-orang dewasa, saudara kandung didalam
keluarga
Tugas perkembangan yang harus dicapai pada anak usia prasekolah (3-
6 tahun) adalah :
1. Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan
2. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai
makhluk biologis
3. Belajar bergaul dengan teman sebaya (sosialisasi)
4. Belajar memainkan peranannya sesuai jenis kelamin
5. Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung
6. Belajar mengembangkan konsep-konsep sehari-hari
7. Mengembangkan kata hati
8. Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi
9. Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial
B. Kebutuhan Bermain Pada Anak
Menurut Soetjiningsih (1995), kebutuhan dasar anak untuk tumbuh
dan berkembang secara umum digolongkan menjadi 3 kebutuhan dasar, yaitu :
11
1. Kebutuhan dasar fisik biomedis (asuh)
Kebutuhan dasar fisik biomedis pada anak meliputi : Pangan / gizi
merupakan kebutuhan penting, perawatan kesehatan dasar (imunisasi,
pemberian ASI), papan / pemukiman yang layak, hygiene perorangan,
sanitasi lingkungan, sandang, kesegaran jasmani dan rekreasi.
2. Kebutuhan dasar emosi / kasih sayang (asih)
Pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra
selaras antara orang tua dengan anak merupakan syarat untuk menjamin
tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental maupun psikologis.
Kekurangan kasih sayang orang tua pada tahun-tahun pertama kehidupan
mempunyai dampak negatif pada tumbuh kembang anak baik fisik, mental
maupun sosial emosi, kasih sayang dari orang tuanya akan menciptakan
ikatan yang erat dan kepercayaan dasar.
3. Kebutuhan akan stimulasi mental (asah)
Stimuli mental merupakan akal bakal dalam proses belajar pada
anak. Stimulasi mental ini mengembangkan perkembangan mental
psikososial : kecerdasan, ketrampilan, kemandirian, kreativitas, agama
kepribadian, moral-etika, produktivitas. Untuk memenuhi kebutuhan akan
stimuli mental diperlukan kegiatan bermain pada anak sehingga kebutuhan
tersebut dapat terpenuhi sesuai tahap pertumbuhan dan perkembangan
anak.
12
a. Bermain
Bermain merupakan istilah yang digunakan secara bebas
sehingga arti utamanya mungkin hilang. Arti yang paling tepat ialah
setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya
tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara suka
rela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban
(Hurlock, 1999).
b. Tujuan Bermain
Tujuan bermain anak usia prasekolah antara lain: 1)
Mendorong imajinasi / kreativitas anak, 2) Mengoptimalkan
pertumbuhan seluruh organ tubuh, 3) Untuk bersosialisasi dengan
orang lain, 4) Mengembangkan kemampuan intelektual (Soetjiningsih,
1995; Hanifah, 1994).
c. Fungsi Bermain
Fungsi bermain bagi anak terdiri dari :
1) Perkembangan sensori motorik
Aktivitas sensori motorik merupakan komponen utama
bermain pada semua tingkat usia anak. Bermain aktif menjadi hal
yang penting dalam perlambangan sistem otot dan saraf yang
bermanfaat dalam melepaskan kelebihan energi (Whaley & Wong,
2003).
13
2) Perkembangan kognitif / intelektual
Anak dapat mengeksplorasi dan memanipulasi ukuran,
bentuk, tekstur dan warna. Mengenali angka, hubungan yang
renggang dan konsep abstrak. Bermain memberikan kesempatan
pada anak untuk mempraktekkan dan memperluas kemampuan
bahasa. Memberi kesempatan untuk menghilangkan pengalaman
masa lalu untuk memasukkannya ke dalam persepsi dan
persahabatan yang baru. Bermain membantu anak untuk
mengintegrasikan dunia dimana mereka tinggal, untuk
membedakan antara realitas dan fantasi (Whaley & Wong, 2003).
3) Perkembangan moral dan sosial
Bermain mengajarkan peran orang dewasa termasuk
perilaku peran seks. Bermain memberikan kesempatan untuk
menguji persahabatan dan mengembangkan ketrampilan sosial.
Anak yang diberi kebebasan bermain dengan teman sebayanya
akan mengembangkan ketrampilan untuk melihat sesuatu dari
sudut pandang orang lain.
Dalam bermain anak belajar memberi dan menerima,
belajar hal-hal benar dari kesalahan yang dilakukan, standar sosial
dan tanggung jawab terhadap tindakan mereka (Whaley & Wong,
2003).
14
4) Perkembangan kreativitas
Bermain memberi kesempatan pada anak untuk
mengeluarkan ide dan minat kreasi, mengijinkan mereka untuk
berfantasi dan berimajinasi serta memberi kesempatan untuk
mengembangkan bakat dan minat. Sekali anak merasa puas ketika
berhasil melakukan sesuatu yang hal baru maka anak akan
memindahkan rasa ketertarikan ini kedalam situasi diluar dunia
(Whaley & Wong, 2003).
5) Perkembangan kesadaran diri
Dalam bermain anak mengekspresikan emosi. Bermain
memfasilitasi perkembangan identitas diri dan mendorong
menentukan perilaku pribadi. Dengan bermain anak dapat
menemukan kekuatan serta kelemahan, minat dan cara
menyelesaikan tugas dalam bermain (Soetjiningsih, 1995).
Bermain memberikan kesempatan untuk membandingkan
kemampuan sendiri dengan kemampuan anak lain dan belajar
bagaimana pengaruh tingkah laku pribadi terhadap orang lain
(Whaley & Wong, 2003).
6) Nilai terapeutik
Bermain dapat menghilangkan tekanan dan stres. Bermain
dapat mengurangi tekanan yang sering saat anak dalam proses
belajar.
15
7) Perkembangan komunikasi
Bermain memfasilitasi komunikasi nonverbal akan
kebutuhan, rasa takut, dan keinginan secara langsung.
d. Karakteristik Bermain (Whaley & Wong, 2003)
1) Menurut isi
a) Sosial affektif play
Permainan yang membuat anak belajar berhubungan
dengan orang lain. Contoh : orang tua berbicara, memeluk,
bersenandung, anak memberi respon dengan tersenyum,
mendengkur, tertawa, beraktivitas, ci luk baa, dll.
b) Sense pleasure play (bermain untuk bersenang-senang)
Stimulus pengalaman yang non sosial yang berasal dari
luar. Objek di lingkungan anak menstimulasi sensori mereka
dan kesenangan. Contoh : main air dan pasir, objek seperti
cahaya, bau, rasa, benda alam dan gerakan tubuh.
c) Skill play
Bermain yang bersifat membina ketrampilan. Misalnya
berulang kali melakukan dan melatih kemampuan yang baru
didapat, menimbulkan nyeri dan frustasi pada anak. Contoh :
naik sepeda.
d) Dramatic play
Di kenal sebagai permainan simbolik atau permainan
berpura-pura. permainan drama memberikan kerangka bagi
16
tingkah laku matang yang di uji dan asimulasi.. Contoh :
berpura-pura melakukan kegiatan keluarga seperti makan,
minum dan tidur, main dokter –dokteran.
2) Menurut karakteristik sosial
a) Solitary play
Anak bermain sendiri. Menyukai kehadiran orang lain
tapi tidak ada usaha untuk mendekat atau berbicara. Hanya
berpusat pada aktivitas atau permainannya sendiri.
b) Paralel play
Bermain yang di lakukan oleh dua atau lebih dengan
permainan yang sama tetapi tidak terjadi komunikasi. Ciri
bermain anak Toddler.
c) Asosiasi play
Bermain dan beraktivitas serupa bersama, tetapi tidak
ada pembagian kerja, pemimpin / tujuan bersama, anak
interaksi dengan saling meminjam alat permainan. Ciri anak
prasekolah. Contoh main boneka, masak –masakan.
d) Kooperatif play
Bermain dalam kelompok, ada perasaan kebersamaan /
sebaliknya, terbentuk hubungan pemimpin dan pengikut. Ada
tujuan yang ditetapkan dan ingin dicapai. Contoh main sepak
bola.
17
e. Karakteristik Bermain (Hurlock, 1999)
1) Bermain dipengaruhi oleh tradisi
Anak kecil meniru permainan anak yang lebih besar, yang
telah menirunya dari generasi sebelumnya. Dalam setiap
kebudayaan, satu generasi menurunkan bentuk permainan yang
paling memuaskan ke generasi berikutnya.
2) Bermain mengikuti pola perkembangan yang didapat diramalkan.
Beberapa kegiatan permainan tertentu popular pada suatu
tingkat usia dan tidak pada usia yang lain tanpa mempersoalkan
lingkungan, bahasa, status sosial ekonomi, jenis kelamin ini sangat
popular secara universal dan dapat di ramalkan sehingga
merupakan hal yang biasa untuk membagi tahun masa kanak-kanak
kedalam tahapan bermain yang spesifik.
3) Jumlah teman bermain menurun dengan bertambahnya usia.
Anak kecil akan bermain dengan siapa saja yang ada dan
mau bermain dengannya. Jika mereka melihat ada anak yang
sedang bermain dengan cara yang lebih menarik, mereka dari
teman lama ke teman baru. dalam kelompok tetangga atau sekolah
anak-anak menganggap semua anggota kelompok sebagai teman
bermain. Anak yang lebih besar membatasi jumlah teman
bermainnya dan menghabiskan sebagian besar waktu bermainnya
dengan mereka.
18
4) Bermain secara fisik kurang aktif dengan bertambahnya usia.
Perhatian dalam permainan aktif mencapai titik rendahnya
selama masa puber awal. Pada waktu ini, anak tidak hanya menarik
diri dari bermain aktif melainkan menghabiskan sedikit waktu
untuk membaca, bermain dirumah, atau menonton televisi.
Kebanyakan waktu bermainnya di habiskan dengan melamun,
suatu bentuk permainan yang membutuhkan tenaga minimum.
f. Bentuk-bentuk Bermain
1) Bermain aktif
a) Bermain mengamati / menyelidiki (exploratory play)
Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah
memeriksa alat permainan tersebut. Anak memperhatikan alat
permainan, mengocok-ngocok apakah ada bunyi, mencium,
meraba, menekan dan kadang-kadnag membongkar.
b) Bermain musik
Bermain musik dapat mendorong anak untuk
mengembangkan tingkah laku sosialnya, yaitu dengan bekerja
sama dengan teman sebaya dalam memproduksi musik,
menyanyi atau memainkan alat musik.
c) Bermain drama (dramatic play)
Dalam permainan ini, anak memerankan suatu peranan,
menirukan karakter yang di kagumi dalam kehidupan yang
19
nyata. Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan
dengan saudara-saudaranya atau dengan teman-temannya.
d) Mengumpulkan / mengoleksi sesuatu
Kegiatan ini sering menimbulkan rasa bangga, karena
anak mempunyai koleksi lebih banyak dari pada teman-
temannya. Di samping itu mengumpulkan benda – benda dapat
mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial anak. Anak
terdorong untuk bersikap jujur, bekerja sama dan bersaing.
e) Permainan olah raga
Dalam permainan olah raga, anak banyak
menggunakan energi fisiknya, sehingga sangat membantu
perkembangan fisiknya. Kegiatan ini mendorong sosialisasi
anak dengan belajar bergaul dan bekerja sama.
2) Bermain pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan
melihat, mendengar. Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak
sudah lelah bermain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk
mengatasi kebosanan dan keletihannya.
Contohnya : Melihat gambar-gambar dibuku-buku / majalah,
mendengarkan cerita atau musik, menonton televisi, dll.
20
g. Faktor-faktor yang mempengaruhi bermain anak
1) Kesehatan
Anak – anak yang sehat mempunyai banyak energi untuk
bermain dibandingkan dengan anak yang kurang sehat, sehingga
anak yang sehat menghabiskan banyak waktu untuk bermain dan
membutuhkan banyak energi.
2) Perkembangan motorik
Permainan anak pada setiap usia melibatkan koordinasi
motorik. Apa saja yang dilakukan dan waktu bermainnya
bergantung pada perkembangan motorik anak.
3) Intelegensi
Pada setiap anak, anak yang cerdas lebih aktif dari pada
anak yang kurang cerdas. Anak yang pandai menunjukkan
keseimbangan perhatian bermain yang besar, termasuk upaya
menyeimbangkan faktor fisik dan intelektual yang nyata.
4) Jenis kelamin
Pada masa awal kanak-kanak anak laki-laki menunjukkan
perhatian pada berbagai jenis permainan yang lebih banyak
ketimbang perempuan. Perbedaan ini bukan berarti bahwa anak
perempuan kurang sehat dibanding anak laki – laki, melainkan
panangan masyarakat bahwa anak permpuan sebaiknya menjadi
anak lembut dan bertingkah laku yang halus.
21
5) Status sosial ekonomi
Anak dari kelompok sosial ekonomi yang lebih tinggi lebih
banyak tersedia alat – alat bermain yang lengkap dibandingkan
dengan anak yang di besarkan di keluarga yang status ekonominya
rendah.
6) Lingkungan
Anak dari lingkungan buruk kurang bermain ketimbang
anak lainnya karena kesehatan yang buruk, kurang waktu,
peralatan dan ruang. Anak yang berasal dari lingkungan kota. Hal
ini kurangnya peralatan dan waktu bebas.
7) Peralatan bermain
Peralatan bermain yang dimiliki anak mempengaruhi
permainannya. Misalnya, dominasi boneka dan binatang buatan
yang mendukung permainan pura-pura.
h. Alat Permainan
Alat permainan adalah semua alat bermain yang digunakan
oleh anak untuk memenuhi naluri bermainnya dan memiliki berbagai
macam sifat seperti mengelompokkan, meragakan, membentuk,
menyempurnakan suatu desain atau menyusun sesuai dengan bentuk
utuhnya (Soetjiningsih, 1995).
1) Ciri alat permainan untuk anak usia 3-5 tahun menurut Padmoro S.
dikutip dari Titi S (1993) :
a) Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan
22
b) Mengembangkan kemampuan berbahasa
c) Mengembangkan kemampuan berhitung, menambah dan
mengurangi
d) Merangsang daya imajinasi dengan berbagai cara permainan
berpura-pura
e) Membedakan benda-benda dengan peralatan
f) Menumbuhkan sportivitas
g) Mengembangkan kepercayaan diri, kreativitas
h) Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat,
lari, dan lain-lain)
i) Memperkenalkan pengertian yang bersifat pengetahuan
(terapung dan tenggelam)
j) Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong
2) Alat permainan yang diajukan
a) Berbagai benda disekitar rumah, buku bergambar, majalah
anak-anak, alat gambar, dan tulis kertas untuk belajar melipat,
menggunting, dan lain-lain
b) Teman-teman bermain sama anak sebaya, orang tua, dan orang
lain diluar rumah
23
C. Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Terdapat berbagai pengertian mengenai persepsi yang
dikemukakan oleh para ahli. Menurut Rokhmat (2000), persepsi adalah
pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkannya. Persepsi
adalah memberikan makna pada stimuli inderawi atau sensori stimuli.
Persepsi merupakan suatu proses yang dilakukan oleh
penginderaan yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu
melalui responnya. Stimulus dilanjutkan ke susunan saraf otak dan
terjadilah proses kognitif sehingga individu mengalami persepsi (Walgito,
1997).
Persepsi adalah suatu proses dimana individu memberikan arti
pada lingkungan yang melibatkan pengorganisasian dan interpretasi
berbagai stimulus ke dalam pengalaman psikologis (Gibson, 1998).
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi
adalah suatu proses penangkapan stimulus yang kemudian disimpulkan
menjadi suatu yang bermakna dan berarti melalui proses seleksi,
organisasi, interpretasi. Persepsi juga merupakan suatu proses kognisi
yang melibatkan cara-cara dimana individu memproses informasi yang
didapatnya, dengan proses kognisi tersebut menimbulkan perbedaan dan
keunikan masing-masing individu yang mempersepsikan.
24
2. Syarat untuk mengadakan persepsi
a. Adanya objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yag mengenai alat indera atau
reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi,
tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan
yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai
reseptor. Namun sebagian terbesar stimulus datang dari luar individu.
b. Alat indera atau reseptor
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima
stimulus. Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat
untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan
syaraf.
c. Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan
adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu
persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan
pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang
ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek,
3. Proses terjadinya persepsi
Untuk dapat memahami persepsi secara lebih jelas, perlu kita
ketahui bagaimana proses persepsi itu berlangsung dalam diri manusia,
seperti diutarakan oleh Gibson yang diterjemahkan oleh Wahid (1998).
25
Proses persepsi meliputi 3 tahapan, yaitu :
a. Kenyataan dalam kehidupan individu (sebagai stimulus)
Misalnya informasi yang diterima baik dari sekolah maupun dari luar
sekolah.
b. Pengolahan persepsi
Stimulus tersebut diolah, diorganisasi dan ditafsirkan dengan
perangkat-perangkat yang ada. Terdapat juga tiga bagian dalam tahap
pengolahan ini, yaitu :
1) Pengamatan stimulus
Tahap ini disebut juga sensasi, yang melibatkan panca indera
sebagai pintu-pintu masuk stimulus ke dalam psikis manusia. Jadi
sensasi merupakan bagian dari persepsi.
2) Faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang terhadap stimuli
yang diterimanya
Menurut Krech dan Field (1977) yang dikutip oleh Rokhmat
(2000), persepsi ditentukan oleh faktor perhatian, fungsional, dan
struktural.
3) Evaluasi dan penafsiran kenyataan
Dalam hal ini kenyataan-kenyataan (sebagai stimuli) tadi sudah
diolah dalam suatu mekanisme psikis yang rumit dan tak selalu
bisa dijelaskan.
26
c. Hasil proses persepsi
Hasil proses persepsi adalah perilaku tanggapan dan sikap yang
terbentuk. Dua bentuk hasil tersebut bisa bersifat positif dan negatif.
Selanjutnya dua bentuk hasil persepsi tadi akan memberikan umpan
balik terhadap stimuli, pengamatan stimuli dan faktor-faktor
berpengaruh.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
Berikut ini beberapa faktor yang dapat mempengaruhi persepsi
baik dari faktor internal maupun eksternal. Menurut Jallaludin Rachmat
(2005), adalah sebagai berikut :
a. Faktor Internal
1) Alat Indra
Alat indra atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus,
disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk
meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan
syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk
mengadakan respon diperlukan syaraf motoris
2) Perhatian
Untuk menyadari atau mengadakan persepsi diperlukan adanya
perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu
persiapan merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh
aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan
objek.
27
3) Pengalaman
Pengalaman mempengaruhi kecermatan persepsi. Pengalaman
tidak selalu lewat proses belajar formal. Pengalaman bisa
bertambah melalui rangkaian peristiwa yang pernah dihadapi.
b. Faktor Eksternal
1) Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indra atau
reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang
mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari individu yang
bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang
bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian besar stimulus datang
dari luar individu.
2) Informasi
Era teknologi zaman sekarang ini lebih dari kata maju, banyak
sekali cara untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dari
berbagai sumber yang terpercaya. Baik dari media cetak seperti
koran, majalah, tabloid, dll. Serta dari media elektronik seperti TV,
internet dengan acara yang kita bisa langsung ikut dalam interaktif
didalamnya.
3) Budaya / lingkungan
Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dipelajari dan dialami
bersama secara sosial oleh para anggota suatu masyarakat.
28
D. Kerangka Teori
Bagan 1 : Kerangka Teori
(Soetjiningsih, 1995 ; Narendra, 2002 ; Whaley and Wong, 2001)
Bermain
Faktor Internal - Indra - Perhatian - Pengalaman Faktor Eksternal - Objek - Informasi - Budaya / lingkungan
Kebutuhan fisik biomedis (asuh) : - Pangan - Imunisasi - Papan - Hygiene perseorangan - Sandang dan rekreasi
Persepsi orang tua
Terpenuhinya kebutuhan anak
Kebutuhan kasih sayang (asih) : - Menciptakan ikatan
yang erat - Kepercayaan dasar
Kebutuhan stimulasi mental : - Kecerdasan - Ketrampilan - Kemandirian - Kreativitas - Produktivitas - Fungsi bermain
- Karakteristik bermain - Bentuk-bentuk
permainan - Faktor-faktor yang
mempengaruhi bermain anak
- Alat permainan
29
E. Kerangka Konsep
Bagan 2. Kerangka Konsep
F. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini merupakan variabel tunggal yaitu
persepsi orang tua terhadap kebutuhan bermain anak usia pra sekolah di Desa
Temuroso Kecamatan Guntur Kabupaten Demak.
Persepsi orang tua terhadap
kebutuhan bermain anak
Fungsi bermain
Karakteristik bermain
Bentuk-bentuk permainan
Faktor-faktor yang mempengaruhi bermain
Alat permainan