Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Telaah Literatur
2.1.1 Pengertian Lurik
Lurik merupakan nama kain, kata lurik sendiri berasal dari bahasa Jawa, lorek yang
berarti garis-garis yang merupakan lambang kesederhanaan, sederhana dalam penampilan
maupun perbuatan namun sarat dengan makna (Djoemena, Nian S., 2000). Selain sebagai
penutup dan melindungi tubuh, lurik juga berfungsi sebagai status simbol dan fungsi
ritual keagamaan. Motif lurik yang dipakai oleh golongan bangsawan berbeda dengan
yang digunakan oleh rakyat biasa, begitu pula lurik yang dipakai dalam upacara adat
disesuaikan dengan waktu serta tujuannya. Lurik menurut Ensiklopedia Nasional
Indonesia (1997) adalah suatu kain hasil tenunan benang yang berasal dari Jawa Tengah
dengan motif dasar garis-garis atau kotak-kotak dengan warna suram yang pada
umumnya diselingi aneka warna benang. Kata Lurik berasal dari akar kata rik berarti
garis atau parit yang dimaknai sebagai pagar atau pelindung bagi pemakainya. Motif lurik
tradisional memiliki makna yang mengandung petuah, cita-cita, serta harapan kepada
pemakainya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990), lurik adalah kain tenun yang
memiliki corak jalur-jalur sedangkan dalam Kamus Lengkap Bahasa Jawa
(Mangunsuwito:2002) pengertian lurik adalah corak lirik-lirik atau lorek-lorek yang
berarti garis-garis dalam bahasa Indonesia. Menurut Nian S. Djoemena dalam bukunya
yang berjudul Lurik, Garis-garis dan Bertuah dalam bukunya dijelaskan mengenai proses
13
pembuatan kain lurik berserta alat yang digunakan. Selain itu juga diuraikan pula
mengenai macam-macam motif lurik, makna, waktu pemakaian, dan fungsinya secara
garis besar terutama dalam acara ritual keagamaan dan dalam upacara perkawinan.
Dari berbagai definisi diatas disebutkan disimpulkan bahwa lurik merupakan kain
yang diperoleh melalui proses penenunan dari seutas benang (lawe) yang diolah
sedemikian rupa sehingga menjadi selembar kain tenun. Proses diawali dari pembuatan
benang tukel, tahap pencelupan yaitu pencucian dan pewarnaan, pengelosan dan
pemaletan, penghanian, pencucukan, penyetelan dan penenunan. Motif atau corak yang
dihasilkan berupa garis-garis vertikal maupun horisontal yang dijalin sedemikian rupa
sesuai warna yang dikehendaki dengan berbagai variasi.
2.1.1.1 Makna pada lurik
Kata Lurik berasal dari akar kata rik berarti garis atau parit yang dimaknai sebagai
pagar atau pelindung bagi pemakainya. Motif lurik tradisional memiliki makna yang
mengandung petuah, cita-cita, serta harapan kepada pemakainya. Melalui kain lurik
terdapat filosofi dan makna lurik yang tercermin pada motif dan warnanya. Ada corak
yang dianggap sakral dan memberi petuah, nasehat, petuah, harapan, berbagai unsur
seperti warna, motif terutama kepercayaan yang menyertai kain lurik, membuat nilai lurik
menjadi tinggi. Keberadaan kain ini tidak dapat dipisahkan dari kepercayaan sehingga
keberadaannya selalu mengiringi berbagai upacara perkawinan dan ritual adat.
2.1.1.2 Macam corak lurik
Corak tradisional lurik ditenun menurut aturan tertentu, baik dalam hal pewarnaan atau
perpaduan warna maupun tata susunannya. Corak kain lurik diberi nama yang erat
14
kaitannya dengan daur, falsafah atau pandangan kehidupan keprcayaan si pemakai. Corak
lurik secara garis besar dapat dibagi dalam corak dasar yaitu:
1. Corak lajuran, corak dimana lajur atau garis-garisnya membujur searah benang lungsi.
2. Corak pakan malang, corak dimana lajur atau garis-garisnya melintang searah benang
pakan.
3. Corak cacahan atau kotak-kotak., corak yang terjadi dari persilangan antara corak
lajuran dan corak pakan malang. Menurut Bian S. Djoemena (2000) mengenai nama-
nama corak lurik yang terkenal antara lain:
1. Corak Klenthing Kuning 10. Melati Secontong
2. Sodo Sakler 11. Kembang Bayam
3. Lasem 12. Ketan Ireng
4. Tuluh Watu 13. Dom Dlesep
5. Lompong Keli 14. Loro-pat
6. Kinanthi 15. Jaran Dawuk
7. Kembang Telo 16. Kijing Miring
8. Ketan Ireng 17. Kunang Sekebon
9. Ketan Salak 18. Kembang Mindi
2.1.2 Pengertian Produk Unggulan Daerah
Produk Unggulan Daerah (PUD) merupakan produk yang berupa barang atau jasa
yang dihasilkan oleh usaha kecil dan menengah, koperasi dengan memanfaatkan semua
sumber daya yang dimiliki daerah setempat baik berupa sumber daya alam (bahan baku),
sumber daya manusia (kemampuan masyarakat, penguasaan teknologi, dukungan
15
infrastruktur, dan kondisi sosial budaya setempat), budaya lokal yang berkembang
dilokasi tertentu.
Produk Unggulan Daerah (PUD) menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9
Tahun 2014 merupakan produk baik berupa barang atau jasa yang dihasilkan oleh
koperasi, usaha skala kecil dan menengah yang potensial untuk dikembangkan dengan
memanfaatkan semua sumber daya yang dimiliki oleh daerah baik sumber daya alam,
sumber daya manusia dan budaya lokal serta mendatangkan pendapatan bagi masyarakat
maupun pemerintah yang diharapkan menjadi kekuatan ekonomi bagi daerah dan
masyarakat setempat sebagai produk yang potensial yang memiliki daya saing, daya jual,
dan daya dorong menuju dan mampu memasuki pasar global. Sedangkan yang disebut
pengembangan adalah upaya yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah daerah dan
masyarakat dalam mengembangkan produk unggulan daerah melalui perencanaan,
pengorganisasian, pembiayaan, pengawasan, pengendalian, dan evaluasi kegiatan.
2.1.2.1 Model pengembangan Produk Unggulan Daerah
Model pengembangan Produk Unggulan Daerah jangka menengah sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan antara lain melalui:
1. Peningkatan kualitas daya tarik PUD
2. Peningkatan kualitas infrastruktur
3. Peningkatan promosi dan investasi PUD
4. Peningkatan kerjasama
5. Peningkatan peran serta masyarakat
6. Peningkatan perlindungan terhadap PUD
16
Produk unggulan adalah produk yang potensial dikembangkan pada suatu wilayah
dengan memanfaatkan sumber daya alam, sumber daya manusia lokal yang berorientasi
pasar dan ramah lingkungan. Sehingga memiliki keunggulan kompetitif dan siap
menghadapi persaingan global.
2.1.2.2 Kriteria produk atau komoditi unggulan
Kriteria produk atau komoditi unggulan itu merupakan hasil usaha masyarakat
pedesaan menurut prof. Dr. Ir. Soemarno, M.S.,
1. Mempunyai daya saing tinggi di pasaran (keunikan, kualitas bagus, harga murah)
2. Memanfaatkan potensi sumber daya lokal yang potensial dapat di kembangkan
3. Mempunyai nilai tambah tinggi bagi massyarakat pedesaan
4. Secara ekonomi menguntungkan dan bermanfaat meningkatkan perekonomian
5. Layak didukung oleh modal bantuan atau kredit.
Kriteria produk unggul menurut Unkris Satya Wacana Salatiga adalah komoditi yang
memenuhi persyaratan kecukupan sumber daya lokal, keterkaitan komoditas, posisi
bersaing dan potensi bersaing yaitu komoditas potensial, komoditas andalan, komoditas
unggulan. Dari kriteria memunculkan pengelompokkan komoditas berikut:
1. Komoditas potensial adalah komoditas daerah yang memiliki potensi untuk
berkembang karena keunggulan komparatif. Keunggulan komparatif terjadi misal karena
kecukupan ketersediaan sumberdaya lokal, teknologi produksi lokal serta sarana dan
prasarana lokal lainnya.
2. Komoditas andalan adalah komoditas potensial yang dapat dipandang dapat
dipersandingkan dengan produk sejenis di daerah lain karena disamping memiliki
keunggulan komparatif juga memiliki efisiensi usaha yang tinggi
17
3. Komoditas unggulan adalah komoditas yang memiliki keunggulan kompetitif,
karena telah memenangkan persaingan dengan produk sejenis didaerah lain.
Sebuah produk dikatakan unggul jika memiliki daya saing sehingga mampu untuk
menangkal produk pesaing di pasar domestik dan ataumenembus pasar ekspor
(Sudarsono, 2001).
2.1.3 Pengertian Bisnis Keluarga
Bisnis keluarga merupakan salah satu bentuk bisnis yang melibatkan sebagian
anggota keluarga di dalam kepemilikan atau operasi bisnis. Menurut penelitian yang
dilakukan Andreas dalam Susanto (2007) mengklasifikasikan bisnis keluarga sebagai
perusahaan yang sahamnya minimal 25% dimiliki oleh keluarga tertentu atau jika kurang
25% terdapat anggota keluarga yang mempunyai jabatan pada dewan direksi atau dewan
komisaris perusahaan. Menurut John L. Ward dan Craig E. Arnoff, suatu perusahaan
dinamakan perusahaan keluarga apabila terdiri dari dua atau lebih anggota keluarga yang
mengawasi keuangan perusahaan. Menurut Pozza (2007) definisi dari bisnis keluarga
(family businness) bisa dilihat dari:
1. Kontrol ownership dari dua anggota keluarga atau lebih , dari keluarga atau partnership
dari keluarga.
2. Strategi dalam manajemen perusahaan dipengaruhi oleh anggota keluarga baik sebagai
advisor dalam anggota dewan atau menjadi pemegang saham.
3. Lebih peduli pada hubungan keluarga.
Menurut Robert G. Donnelley dalam bukunya “The Fanily Business” suatu
organisasi dinamakan perusahaan keluarga apabila sedikit ada keterlibatan dua generasi
dalam keluarga itu dan mereka mempengaruhi kebijakan perusahaan. Maka definisi
18
bisnis keluarga merupakan salah satu bentuk bisnis yang melibatkan sebagian anggota
keluarga di dalam kepemilikan atau operasi bisnis.
2.1.3.1 Jenis-jenis bisnis keluarga
Menurut Susanto (2007) ada dua bisnis keluarga antara lain yaitu
1. Family Owned Enterprises (FOE)
Perusahaan dimiliki keluarga akan tetapi dikelola oleh eksekutif profesional dari luar
lingkungan keluarga. Dalam hal ini keluarga berperan sebagai pemilik dan tidak
melibatkan diri dalam operasi dilapangan dan tidak ikut mengendalikan perusahaan
agar supaya pengelolaan perusahaan berjalan secara profesional. Dengan pembagian
peran anggota keluarga dapat mengoptimalkan diri dalam fungsi pengawasan saja.
2. Family Business Enterprises(FBE)
Pada Family Business Enterprises perusahaan yang dimiliki dan dikelola keluarga
pendirinya. Keluarga berperan baik pengelolaan dan kepemilikan dipegang oleh orang
yang sama, posisi penting dalam perusahaan dipegang oleh anggota keluarga.
2.1.3.2 Keuntungan Dan Kendala Bisnis Keluarga
a. Keuntungan Bisnis Keluarga
1. Sangat membantu mengenai kepercayaan dan cara yang bagus untuk mengajak
semua anggota keluarga demi keamanan generasi selanjutnya.
2. Keluarga memiliki kecenderungan untuk tetap bersatu dalam masa-masa sulit
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menjalankan bisnis keluarga yaitu
a. Mencampuradukan bisnis dengan urusan pribadi bisa berdampak buruk pada
hubungan keluarga, maka pastikan membuat batasan-batasan yang jelas tentang
bisnis.
19
b. Pastikan bahwa komunikasi antar keluarga tidak menjadi halangan.
c. Perlakukan bisnis keluarga sebagaimana mestinya.
d. Pastikan bahwa setiap anggota keluarga memiliki peranan yang jelas dalan bisnis.
e. Setiap anggota keluarga diperlakukan secara adil.
f. Berusaha untuk mengembangkan rencana menjalankan bisnis secara bergantian.
g. Sebelum terjun menjalankan usaha seiap anggota keluarga wajib mendapatkan
pengalaman sebelum mereka bergabung.
b. Kendala menjalankan bisnis keluarga
1. Kurangnya profesionalisme dalam anggota keluarga akhirnya muncul mitos “generasi
pertama membangun, generasi kedua menikmati, dan generasi ketiga menghancurkan”.
2. Sering terjadinya konflik dalam bisnis keluarga, suksesi, kompetensi dan budaya dalam
perusahaan keluarga.
3. Ketergantungan terhadap anggota keluarga
2.1.4 Keberlanjutan Bisnis Keluarga (Family Business Sustainability)
2.1.4.1 Pengertian Keberlanjutan Bisnis Keluarga (Family Business Sustainability)
Menurut Marpa (2012:97) sukses pada perusahaan keluarga didefinisikan sebagai
penyerahan tongkat kepemimpinan dari pemilik-pendiri atau pemilik pengelola
(incumbent) kepada seseorang suksesor, baik merupakan anggota keluarga maupun
bukan anggota keluarga yaitu seorang pengelola profesional. Transisi dalam perusahaan
keluarga menyangkut tentang pengalihan kepemilikan, pengalihan manajemen, dan
pengalihan aturan-aturan (governance). Karakteristik yang menentukan kinerja bisnis
keluarga adalah pemilik otoriter, masalah komunikasi dengan saudara, motivasi
20
keberhasilan, perbedaan pendapat, kekuasaan dalam pengambilan keputusan dan suksesi
pada generasi kedua dan ketiga.
Keberlanjutan bisnis keluarga merupakan suatu permasalahan yang paling serius,
untuk keberlanjutan maka hal yang penting diperhatikan adalah suksesi kepemimpinan
dari satu generasi kepemilikan kedepan. Menurut penelitian sekitar 30% mentransfer ke
generasi kedua, 10-15% dari generasi kedua ke generasi ketiga (Poza, 2009; Ward, 1987),
dan hanya 4% ke generasi keempat (Poza, 2009), dan melalui survei 77% bisnis keluarga
gagal dan dinyatakan bangkrut setelah kematian pendirinya.
2.1.4.2 Suksesi
Masalah terpenting dalam keberlanjutan usaha keluarga adalah masalah suksesi,
suksesi merupakan bukan satu-satunya penentu kelanggengan bisnis keluarga. Terdapat
tujuh langkah dalam melakukan suksesi bisnis keluarga (Susanto. 2007):
1. Mengevaluasi struktur kepemilikan
2. Mengembangkan gambaran struktur yang diharapkan setelah suksesi
3. Mengevaluasi keinginan keluarga
4. Mengembangkan proses pemilihan
5. Melatih dan memonitoring penerus masa depan
6. Melakukan aktivitas team building dari keluarga, menciptakan dewan direksi yang
efektif
7. Memasukkan penerus pada saat yang tepat.
Perencanaan suksesi terdiri dari tiga pola yaitu menurut (Susanto. 2007):
1. Planned Succession yang merupakan perencanaan suksesi yang sifatnya terfokus.
21
2. Informal Planned Succession yaitu perencanaan suksesi yang lebih mengarah pada
pemberian pengalaman.
3. Unplanned Succession dimana pemberian kekuasaan pada generasi selanjutnya
berdasarkan pada keputusan dari pemilik yang bersifat sepihak.
2.1.4.3 Kinerja Bisnis
Salah satu faktor yang dianggap penting terhadap keberlanjutan bisnis keluarga
adalah kinerja bisnis keluarga. Temuan ini disampaikan oleh Tan et al. (2002) yang
mengemukakan bahwa semakin konsisten kinerja perusahaan untuk jangka waktu
tertentu, maka semakin bessar pula peluang keberlanjutannya. Temuan serupa
disampaikan oleh Kausari (2014), dimana perusahaan yang selalu memantau kinerja akan
memiliki posisi unggul dipasar dan mampu mewujudkan keberlanjutan yang baik.
Tabel 2.1
Keterlibatan anggota keluarga
pada perusahaan keluarga:
1. Jumlah anggota keluarga yang
terlibat dalam perusahaan
2. Posisi anggota keluarga dalam
perusahaan keterlibatan anggota
keluarga dalam hal keuangan
Kinerja Bisnis
1. Financial Measure (Pendekatan
tradisional untuk mengukur keberhasilan
organisasi)
2. Market/Customer Permormance
(Mempresentasikan hubungan
organisasi dengan pelanggan)
3. Process Performance (Mencerminkan
efisiensi organisasi dan melihat
perbaikan)
22
4. People Development Performance
(Mengakui peran pentik stakeholder)
5. Future Performance (Mengukkur
kesiapan masa depan organisasi).
Sumber: Cruz, Christina, Justo, Rachida, De Castro, Julio o (2012); Kim Y, Gao F.Y
(2013); Shinnar, Rachel S., Cho Seonghee., Rogof, Edward G. (2013); Matlz (2003).
2.1.5 Keberhasilan Usaha
2.1.5.1 Pengertian Keberhasilan Usaha
Pengertian keberhasilan usaha menurut Suyanto (2010: 179), keberhasilan usaha
industri kecil dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kinerja usaha industri kecil dapat
diartikan sebagai tingkat keberhasilan dalam pencapaian maksud atau tujuan yang
diharapkan, sebagai ukuran keberhasilan usaha suatu perusahaan dapat dilihat dari
berbagai aspek seperti kinerja keuangan dan image perusahaan dan laba usaha yang
berhasil dicapai oleh pengusaha dalam kurun waktu tertentu (Waridah, 1992). Berhasil
atau tidaknya suatu usaha dapat diketahui dari membesarnya skala usaha yng dimilikinya
(Dedi haryadi, 1998).
Keberhasilan usaha identik dengan perkembangan perusahaan, istilah itu diartikan
sebagai suatu proses peningkatan kuantitas dari dimensi perusahaan. Perkembangan
perusahaan adalah prooses dalam pertambahan jumlah karyawan, peningkatan omset
penjualan dan lain- lain (Bienayme dalam Novari, 2002). Menurut Dr. Ir. Eddy Soeryanto
Soegoto, kewirausahaan adalah usaha kreatif yang dibangun berdasarkan inovasi untuk
menghasilkan sesuatu yang baru, memiliki nilai tambah, memberi manfaat dan
23
menciptakan lapangan kerja dan hasilnya berguna untuk orang lain. Dalam berwirausaha
tentu saja untuk meraih kesuksesan dalam berbisnis dibutuhkan karakteristik wirausaha
dan faktor pendukung keberhasilan wirausaha lainnya.
Menurut Ina Primiana (2009:49) mengemukakan bahwa keberhasilan usaha adalah
permodalan sudah terpenuhi, penyaluran yang produktif, dan tercapainya tujuan
organisasi. Menurut Dwi Riyanti (2003:29) keberhasilan usaha yaitu usaha kecil berhasil
karena wirausaha memiliki otak yang cerdas yaitu kreatif, mengikuti perkembangan
teknologi dan dapat menerapkan secara proaktif sehingga definisi keberhasilan usaha
adalah keberhasilan dari bisnis mencapai tuannya dimana keberhasilan tersebut
didapatkan dari wirausaha dan hal tersebut terlihat dari efisiensi proses produksi yang
dikelompokkan berdasarkan efisiensi secara teknis dan ekonomis, target perusahaan yang
ditentukan oleh manajer pemilik usaha, peermodalan, skala usaha, hasil atau laba, jenis
usaha atau pengelolaan, kinerja keuangan, serta image perusahaan.
2.1.5.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha
Keberhasilan usaha dapat diketahui dari dua faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
1. Faktor internal antara lain kualitas sumber daya manusia, struktur organisasi,
sistem manajemen yang digunakan, budaya bisnis, jaringan bisnis dengan pihak
luar, kekuatan modal, tingkat enterpreunership, penguasaan tentang pengelolaan
bisnis.
2. Faktor eksternal dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor pemerintah dan non
pemerintah, faktor pemerintah antara lain yaitu kebijakan pemerintah, otonomi
daerah, tingkat demokrasi, untuk faktor non pemerintah contohnya natara lain
24
sistem perekonomian, kultur budaya masyarakat setempat, kondisi infrastruktur,
tingkat pendidikan masyarakat, perburuhan, dan lingkungan global.
Menurut penelitian Luk dalam Suyatno (2010:179) berkaitan dengan faktor penentu
keberhasilan usaha dari hasil penelitiannya menemukan bahwa keberhasilan usaha kecil
ditandai oleh inovasi produk, perilaku mengambil resiko. Menurut Murphy menemukan
bahwa keberhasilan usaha disumbangkan oleh kerja keras, dedikasi, dan komitmen
terhadap pelayanan dan kualitas. Penentu keberhasilan usaha hasil identifikasi penelitian
Luk pada dasarnya adalah cerminan dari kemampuan usaha (pengetahuan, sikap, dan
keterampilan), pengalaman yang relevan, motivasi kerja dan tingkat pendidikan seorang
pengusaha.
2.1.5.3. Dimensi Keberhasilan Usaha
Menurut Samir (2005:33) mengemukakan bahwa indicator dalam mengukur keberhasilan
usaha atau kinerja organisasi yaitu
1. Produktivitas yang diukur melalui perubahan output kepada perubahan di semua
factor (modal dan tenega kerja)
2. Perubahan di tingkat kepegawaian (output, teknologi, modal, mekanisme
penyesuaian dan pengaruh terhadap perubahan status).
3. Rasio finansial (mengurangi biaya pegawai dan meningkatkan nilai tambah
pegawai.
Beberapa indikator dalam menentukan keberhasilan usaha menurut Henry Faizal Noor
(2007:397) sebagai berikut
1. Laba atau profitabilitas
25
Merupakan tujuan dari suatu bisnis, laba usaha merupakan selisih Antara
pendapatan dengan biaya.
2. Produktifitas dan efisiensi
Produktifitas suatu usaha akan menentukan besar kecilnya suatu produksi, hal ini
berpengaruh terhadap penjualan dan menentukan tentang bessar kecilnya
pendapatan, sehingga berpengaruh terhadap besar kecilnya laba yang diperoleh.
3. Daya saing
Suatu kemampuan bersaing dalam menjalankan suatu usaha dalam bersaing
merebut perhatian konsumen dan loyalitas konsumen. Di dalam suatu bisnis bias
dikatakan berhasil apabila dapat mengalahkan para pesaingnya dan dapat
mempertahankan eksistensinya dalam menghadapi pesaing.
4. Kompetensi dan etika usaha
Kompetensi merupakan akumulasi dari suatu pengetahuan, hasil penelitian dan
pengalaman dalam suatu bidangnya sehingga dapat berinovasi dan menunjukan
kereatifitas sesuai dengan tuntutan zaman.
5. Citra baik
Citra baik perusahaan terbagi menjadi dua yaitu trust internal dan trust external.
Trust internal adalah amanah atau trust dari orang yang ada di dalam perusahaan.
Trust external adalah timbulnya rasa amanah atau rasa percaya dari segenap
stakeholder perusahaan, baik itu konsumen, pemasok, pemerintah maupun
masyarakat luas dan para pesaing.
Indikator dari keberhasilan usaha menurut Dwi Riyanti (2003:28) kriteria untuk
mennetukan keberhasilan usaha:
26
1. Jumlah produksi
2. Jumlah pelanggan
3. Perluasan usaha
4. Perluasan daerah pemasaran
5. Perbaikan sarana fisik
6. Pendapat usaha
Indikator keberhasilan usaha menurut Suryana (2003:85) terdiri dari
1. Modal
2. Pendapatan
3. Volume penjualan
4. Output produksi
5. Tenaga kerja
Dilihat dari beberapa pendapat dan pandangan mengenai dimensi keberhasilan usaha
maka yang digunakan dalam penelitian ini menurut pendapat Dwi Riyanti (2003:28)
bahwa dimensi keberhasilan usaha adalah peningkatan dalam akumulasi modal atau
peningkatan modal, jumlah produksi, jumlah pelanggan, perluasan usaha, perluasan
daerah pemasaran, perbaikan sarana fisik, dan pendapat usaha.
2.1.6 Harapan Pelanggan (Customer Expectations)
2.1.6.1 Pengertian Harapan Pelanggan (Customer Expectations)
Harapan pelanggan diyakini mempunyai peranan yang besar dalam evaluasi kualitas
produk (barang dan jasa) dan kepuasan pelanggan. Harapan pelanggan pada dasarnya ada
hubungan yang erat antara penentuan kualitas dan kepuasan pelanggan (Tjiptono,
1997:28).
27
Harapan pelanggan selalu ada karena empat hal menurut Kertajaya, 2004:223. Terdiri
dari:
1. Individual Need (kebutuhan perseorangan menjadi faktor yang penting)
2. Word of mouth (pelanggan biasa punya harapan tertentu karena cerita orang lain,
cerita orang bias dianggap referensi).
3. Past experience atau pengalaman masa lalu
Jika orang sudah mempunyai pengalan baik di masa lalu maka akan dapat
menerima pelayanan minimal sama dengan yang dulu.
4. External communication (berjanji sesuatu kepada pelanggan dalam rangka
menarik pelanggan).
2.1.6.2 Tingkat Harapan Pelanggan
Zeithaml, L Berry dan Parasuraman mengemukakan pendapat terdapat sepuluh faktor
yang mempengaruhi tingat harapan pelanggan. Menurut David, L, H (2005)
mengemukakan cara untuk mempengaruhi harapan pelanggan terdapat 7 yaitu
1. Menetapkan kebenaran: kepercayaan harus diperoleh dan dipengaruhi oleh orang
lain yang mereka percaya..
2. Mendidik, semakin banyak pelanggan mengetahui semakin baik pula mereka
memahami kompleksitas usaha.
3. Jelaskan (menunjukan pada pengalaman)
4. Lakukan secara pribadi, pelanggan tidak akan mengubah pikiran mereka atau
mengakui kurangnya pengetahuan yang dimiliki didepan umum.
5. Tunjukan pada mereka, biarkan pelanggan nmengalami manfaat dari ide dan saran
sebelum mencoba untuk menjual ide dan saran tersebut.
28
6. Keseimbangan memberi dan menerima.
7. Harapan semakin lama semakim menguat jika dibiarkan saja, perhatian sedini
mungkin.
2.1.6.3 Faktor-faktor yang menentukan harapan pelanggan
Menurut Zeithaml (1993) melakukan sebuah penelitian khusus dalam sector jasa dan
menemukan bahwa harapan pelanggan terhadap kualitas suatu jasa terbentuk oleh
beberapa factor yaitu:
1. Enduring Service Intensifiers
Merupakan faktor yang memiliki sifat stabil serta mendorong pelanggan untuk
meningkatkan sensitivitasnya terhadap suatu jasa. Pelanggan akan berharap
bahwa dirinya pantas untuk dilayai dengan baik jika pelanggan yang lain dilayani
dengan baik oleh pemberi jasa yang bersangkutan.
2. Personal Needs
Kebutuhan yang dirasakan oleh seseorang yang mendasar bagi kesejahteraannya
akan sangat menentukan dalam penciptaan harapannya. Kebutuhan tersebut
mencakup kebutuhan fisik, kebutuhan social dan kebutuhan psikologis.
3. Transitory Service Intensifiers
Adalah factor individual yang memiliki sifat sementara (jangka pendek) yang bias
meningkatkan sensitivitas pelanggan atas suatu jasa. Faktor ini mencakup sebagai
berikut:
a. Situasi darurat disaat pelanggan sangat membutuhkan jasa serta
menginginkan perusahaan untuk bias membnatunya, misalnya jasa asuransi
yang menangani kecelakaan lalu lintas.
29
b. Jasa terakhir yang dipakai oleh pelanggan dan dijadikan sebagai acuan
pelanggan untuk menentukan baik atau tidaknya jasa tersebut.
4. Perceived Service Alternativies
Persepsi yang dimiliki pelanggan atas derajat atau tingkat pelayanan perusahaan
lain yang sejenis. Apabila pelanggan mempunyai beberapa alternative pilihan,
maka harapannya terhadap suatu jasa akan semakin besar pula.
5. Self Perceived Service Roles
Meruoakan persepsi pelanggan mengenai derajat atau tingkat keterlibatannya
dalam mempengaruhi jasa yang diterimanya. Apabila pelanggan terlibat dalam
proses pemberian jasa, lalu jasa yang diterima tidak baik maka pelanggan tidak
bisa sepenuhnya memberikan kesalahan pada sang pemberi jasa.
6. Situtational Factors
Segala kemungkinanyang dapat mempengaruh kinerja jasa dan berada diluar
kendali penyedia jasa itu sendiri.
7. Explicit Service Promises
Pernyataan secara personal ataupun non personal oleh perusahaan mengena
jasanya kepada pelanggan. Pernyataan tersebut bisa berupa perjanjian, iklan
ataupun komunikasi dengan karyawan perusahaan.
8. Implicit Service Promises
Faktor ini mengenai petunjuk yang berhubungan dengan jasa, yang memberikan
kesimpulan bagi pelanggan mengenai jasa yang akan diberikan bagi pelanggan
mengenai jasa yang akan diberikan dan seharusnya diberikan.
9. Word of Mouth (Rekomendasi dari orang lain)
30
Pernyataan secara personal maupun non personal yang disampaikan oleh orang
lain selain perusahaan kepada pelanggan.
10. Past Experience
Mencakup hal-hal yang diketahui pelanggan dari yang pernah diterimanya dimasa
lalu.
Harapan pelanggan dari waktu ke waktu selalu berkembang seiring dengan banyaknya
informasi yang diterima pelanggan dan juga semakin bertambahnya pengalaman
pelanggan yang pada akhirnya berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pelanggan.
Lovelock (2007) mengatakan setiap konsumen pasti memiliki harapan dalam membuat
suatu keputusan pembelian, harapan inilah yang memiliki peran besar sebagai standar
perbandingan dalam mengevaluasi kualitas produk tersebut maupun kepuasan konsumen.
Ketika konsumen mendapatkan suatu produk sesuai dengan harapan atau terpenuhinya
harapan pelanggan maka konsumen akan mempertahankan produk yang didapat sehingga
tinggi pula tingkat untuk mewujudkannya. Maka disimpulkan bila semakin besar harapan
pelanggan terpenuhi maka semakin tinggi untuk mewujudkannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Parasuraman, A; Berry, leonard L; Zeithaml, Valarie A
(1991) dengan metode kualitatif harapan pelanggan tentang layanan dikategorikan
menjadi lima diantaranya yaitu:
1. Reliability (keandalan) merupakan kemampuan untuk melakukan layanan sesuai
yang dijanjikann andal dan akurat.
2. Tangibles (nyata) merupakan penampilan fasilitas fisik, peralatan kantor, personel
dan materi komunikasi yang digunakan.
31
3. Responsiveness (tanggap) merupakan kesediaan untuk membantu pelanggan dan
memberikan layanan yang cepat.
4. Assurance (jaminan) merupakan pengetahuan dan kesopanan karyawan dan
kemampuan mereka untuk menyampaikan kepercayaan dan keyakinan.
5. Empaty (empati) merupupakan rasa peduli, perhatian individual yang diberikan
kepada pelanggan.
Teori harapan pelanggan (Customer Expectations) digunakan dalam penelitian ini
untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan harapan pelanggan, semakin
besar harapan pelanggan Lurik Prasojo terpenuhi maka akan semakin tinggi pula
tingkat untuk mewujudkannya dan pada akhirnya dapat menciptakan suatu kerjasama
antara pengusaha dan pelanggan untuk tetap saling besinergi demi membangun
perekonomian baik lingkungan sekitar maupun nasional dan lurik Prasojo dapat
mempertahankan dan menjaga eksistensi dalam usahanya.
2.1.7 Difusi Inovasi
Teori difusi inovasi muncul pada tahun 1903 oleh Sosiolog Perancis bernama Gabriel
Tarde yang memperkenalkan kpada public Kurva Difusi bentuk S (S-shaped Diffusion
Curve). Kurva ini menjelaskan bahwa suatu inovasi dilakukam oleh seseorang
diperhatikan melalui dimensi waktu. Dalam kurva tersebut terdapat dua sumbu yakni
sumbu yang menjelaskan tingkat adopsi dan sumbu yang menjelaskan dimensi waktu.
Difusi menurut Rogers dalam buku Diffusion of Innovations (1983:10) dijelaskan bahwa:
“Diffution as he process by which an innovation is communicated through certain
channels over time among the members of a social system”. Rogers mendefinisikan
difusi inovasi sebagai proses sosial yang mengkomunikasikan informasi tentang ide baru
32
yang dipandang secara subjektif. Makna inovasi perlahan dikembangkan melalui sebuah
proses konstruksi social. Teori difusi inovasi pada esensinya menjelaskan bagaimana
sebuah gagasan dan ide baru dikomunikasikan pada sebuah kultur atau kebudayaan.
Bahwa teori ini berfokus pada bagaimana sebuah gagasan atau ide baru dapat dan
dimungkinkan diadopsi oleh suatu kelompok. Unsur-unsur difusi terdiri dari empat
macam yaitu (1) inovasi, (2) saluran komunikasi, (3) jangka waktu tertentu, (4) anggota
sistem social (Abdillah hanafi, 1981:24). Sesuatu bisa dikatakan inovasi karena
mempunyai karakteristik yaitu (1) keuntungan relative (relative advantages), (2)
kompabilitas (compatibility), (3) kompleksitas (complexity), (4) triabilitas (triability), (5)
observalitas (observability).
Teori difusi inovasi membuktikan bahwa anggota sistem sosial dapat terkena
pengaruh untuk menerima suatu inovasi melalui suatu perantara atau opinion leader.
Apabila terjadi penyampaian informasi inovasi melalui suatu individu-individu tertentu
terlebih dahulu sebagai opinion leader, maka terlihat adanya model two step flow of
communication (komunikasi dua tahap). Opinion leader berperan sebagai dalam
mengkomunikasikan inovasi yang didapat kepada khalayak atau individu lain, model
komunikasi dua tahap ini melibatkan komunikasi interpersonal dan media massa (Onong,
1986:76). Teori ini pada prinsipnya dikenal dengan pemuka pendapat atau disebut dengan
agen perubahan. Penyampaian suatu inovasi kepada anggota system sosial tidak hanya
lewat satu perantara saja melainkan seseorang dapat terkena efek disebarkannya inovasi
secara langsung dari agen perubahan. Model penyampaian dapat melalui dua yaitu model
multi tahap (multi step) dan (multi step of communication) dengan komunikasi dua tahap
(two step flow of communication). Menurut Everett Rogers dan Floyd G. Shoemaker
33
(1973) merumuskan teori ini dengan memberikan asumsi bahwa ada empat tahapan
dalam suatu proses difusi inovasi yaitu
1. Pengetahuan : Kesadaran individu akan adanya inovasi dan adanya pemahaman
tertentu tentang bagaimana inovasi tersebut berfungsi.
2. Persuasi : Individu membentuk atau memiliki sikap yang menyetejui atau
menolak inovasi tersebut.
3. Keputusan : Individu terlibat dalam aktivitas yang membawa pada suatu
pilihan untuk mengadopsi atau menolak inovasi.
4. Konfirmasi : Individu akan mencari pendapat yang menguatkan keputusan tang
telah diambil, namun dia dapat berubah dari keputusan yang diambil sebelumnya
jika pessan-pessan mengenai inovasi yang diterimanya berlawanan satu dengan
yang lainnya.
Dengan teori difusi inovasi yang sudah diterapkan oleh lurik Prasojo dapat
mengkomunikasikan dengan baik kepada masyarakat atau pelanggan terkait penciptaan
inovasi produk yang dihasilkan dengan berbagai keahlian dan kemampuan sang pengelola
dalam hal mendesaign produk yang dihasilkan dari Lurik Prasojo dengan kreativitas yang
tinggi yang hanya berbahan dasar lurik yang dikombinasikan menghasilkan berbagai
macam barang-barang dengan kualitas tinggi dan mempunyai nilai jual yang tinggi
misalnya lurik disulap menjadi barang kebutuhan sehari-hari seperti tas, koper, baju,
sarung bantal, topi dll dan bermacam-macam pernak-pernik dengan ide-ide yang kreatif
sang penerus lurik Prasojo lah Mbak Maharani Setyawan membuat daya tarik pelanggan
semakin meningkat dan mampu menjadi daya tarik para wisatawan baik masyarakat kota
Klaten maupun dari luar Klaten untuk menyambangi pabrik Prasojo maupun melakukan
34
pemesanan lewat media sosial, dengan mempertahankan dan menomorsatukan kualitas
diharapkan lurik Prasojo dapat mempertahankan eksistensinya hingga generasi ke empat
dan seterusnya.
2.1.8. Resource Based View
Teori Resource Based View (RBV) merupakan teori yang membahas mengenai
sumber daya yang dimiliki perusahaan dan bagaimana perusahaan tersebut dapat
mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya. Menurut Wernerfelt
menjelaskan bahwa menurut pandangan RBV perusahaan akan unggul dalam persaingan
usaha dan mendapatkan kinerja keuangan yang baik dengan cara memiliki, menguasai
dan memanfaatkan sumber asset-aset strategis yang penting (asset berwujud dan tidak
berwujud). Berdasarkan pendekatan RBV, sumber daya atau asset yang telah eksis adalah
bundle dan sumber daya ini mempengaruhi kinerja dengan casual ambiguity. Karena itu
adalah sukar untuk menengarai bagaimana sumber daya secara individual dapat
memberikan kontribusi terhadap keberhasilan usaha tanpa memperhitungkan
interdepensi dengan asset lainnya.
Pandangan RBV bahwa sumber daya yang dimiliki perusahaan jauh lebih penting
daripada struktur industry dalam memperoleh dan mempertahankan keunggulan
kompetitif. Menurut pendekatan ini sumber daya merupakan kunci tertentu akan
memberikan perusahaan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Kunci model RBV
didasarkan atas identifikasi sumber data dasar yang merupakan fondasi utama dalam
menemukan dan mengembangkan kompetitif inti. Ciri-ciri sumber daya yang berharga
dalam perusahaan antara lain
35
1. Sumber daya tersebut dapat menambah nilai perusahaan atau value.
2. Langka (rare) idealnya tidak ada pesaing yang memiliki sumber daya yang sama.
3. Sumber daya tersebut sebaiknya sukar ditiru (hard to imitate)
4. Sumber daya tidak harus bernilai, langka, dan sukar ditiru akantetapi perusahaan
juga harus mempunyyai kemampuan dalam memanfaatkannya (ability to
eksploit).
Relevansi teori RBV pada usaha lurik Prasojo, jika suatu perusahaan atau usaha itu
memiliki kekuatan internal yang baik maka usaha tersebut memiliki kekuatan untuk
bersaing dalam menghadapi para pesaing yang ada di pangsa pasar. Jika lurik Prasojo
memiliki sumber daya (resource) yang baik dan kapabilitas (capabilities) yang baik pula
maka lurik Prasojo mampu bersaing menghadapi para pesaing di pangsa pasar yang selalu
tidak menentu akan permintaan yang selalu berubah-ubah di pangsa pasar.
2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya
Penelitian terdahulu dimaksudkan untuk menggali informasi tentang ruang penelitian
yang berkaitan dengan penelitian ini.
Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2
Hasil Penelitian Terdahulu
Judul, Pengarang,Tahun Permasalahan Temuan
Menurut penelitian yang
dilakukan Andreas dalam
Klasifikasi bisnis
keluarga
sebagai perusahaan yang
sahamnya minimal 25%
dimiliki oleh keluarga tertentu
36
Susanto (2007) atau jika kurang 25% terdapat
anggota keluarga yang
mempunyai jabatan pada
dewan direksi atau dewan
komisaris perusahaan.
penelitian Luk dalam
Suyatno (2010:179)
faktor penentu
keberhasilan usaha
menemukan bahwa
keberhasilan usaha kecil
ditandai oleh inovasi produk,
perilaku mengambil resiko
Menurut Murphy Faktor penentu
keberhasilan usaha
menemukan bahwa
keberhasilan usaha
disumbangkan oleh kerja
keras, dedikasi, dan komitmen
terhadap pelayanan dan
kualitas.
Tan et al. (2002)
faktor yang dianggap
penting terhadap
keberlanjutan bisnis
keluarga adalah kinerja
bisnis
mengemukakan bahwa
semakin konsisten kinerja
perusahaan untuk jangka
waktu tertentu, maka semakin
besar pula peluang
keberlanjutannya.
37
Temuan disampaikan oleh
Kausari (2014)
faktor yang dianggap
penting terhadap
keberlanjutan bisnis
Temuannya adalah dimana
perusahaan yang selalu
memantau kinerja akan
memiliki posisi unggul dipasar
dan mampu mewujudkan
keberlanjutan yang baik.
Hasil identifikasi
penelitian Luk
Penentu keberhasilan
usaha
cerminan dari kemampuan
usaha (pengetahuan, sikap,
dan keterampilan),
pengalaman yang relevan,
motivasi kerja dan tingkat
pendidikan seorang
pengusaha.
Penelitian yang dilakukan
oleh Parasuraman, A;
Berry, leonard L;
Zeithaml, Valarie A (1991)
dengan metode kualitatif
Harapan pelanggan
tentang layanan
dikategorikan menjadi
lima
Maka disimpulkan bila
semakin besar harapan
pelanggan terpenuhi maka
semakin tinggi pula tingkat
loyalitas pelanggan.
Menurut Zeithaml (1993)
melakukan sebuah
penelitian khusus dalam
sector jasa
Faktor-faktor yang
menentukan harapan
pelanggan
Menemukan bahwa harapan
pelanggan terhadap kualitas
suatu jasa terbentuk oleh
sepuluh factor antara lain
38
Enduring Service Intensifiers,
personal need, transitory
service intensifiers, perceived
service alternativies, self
perceived service roles,
situtational factors, explicit
service promises, implicit
service promises, word of
mouth (rekomendasi dari
orang lain), past experience
2.3 Alur Penelitian
Bagan 2.1
Alur pembahasan telaah literatur
Bagaimana usaha Lurik Prasojo dalam
keberlangsungan usaha mempertahankan
eksistensinya
Lurik Prasojo
Keberhasilan Lurik Prasojo dalam
mempertahankan eksistensi di tengah
persaingan usaha sejenis di masyarakat
Faktor Keberhasilan menjalankan usaha pada
Lurik Prasojo
Mengungkap Faktor Keberhasilan Usaha pada
Lurik Prasojo