Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Promosi Kesehatan 2.1.1. Pengertian Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
melalui pembelajaran diri oleh dan untuk masyarakat agar dapat menolong dirinya
sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai
sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan
kesehatan (Kemenkes, 2011).
Sedangkan WHO memberi pengertian bahwa promosi kesehatan merupakan
“the process of enabling individuals and communities to increase control over the
determinants of health and thereby improve their health” (proses mengupayakan
individu-individu dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan dalam
mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, dengan demikian
meningkatkan derajat kesehatan).
Promosi kesehatan pada prinsipnya merupakan upaya dalam meningkatkan
kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama
masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta kegiatan yang sumber
daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung
kebijakan kebijakan public yang berwawasan kesehatan.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melalui Direktoral Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan mengajak masyarakat untuk dapat
10
menuju masa muda sehat dan hari tua nikmat tanpa Penyakit Tidak Menular (PTM)
dengan perilaku “CERDIK”. “CERDIK” merupakan jargon kesehatan yang setiap
hurufnya mewakili: Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktifitas
fisik, Diet sehat dengan kalori seimbang, Istirahat yang cukup, dan Kelola stress.
Penerapan “CERDIK” dapat mengurangi faktor resiko dan deteksi dini PTM.
2.1.2. Tujuan Promosi kesehatan
Promosi kesehatan merupakan suatu proses yang bertujuan memungkinkan
individu meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan kesehatannya
berbasis filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri sendiri. Proses pemberdayaan
tersebut dilakukan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat serta sesuai dengan
sosial budaya setempat. Demi mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik dari
fisik, mental maupun sosial, masyarakat harus mampu mengenal dan mewujudkan
aspirasi dan kebutuhannya, serta mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya
(Kemenkes, 2011).
2.1.3 Sasaran Promosi Kesehatan
Menurut Maulana (2009), pelaksanaan promosi kesehatan dikenal memiliki 3
jenis sasaran yaitu sasaran primer, sekunder dan tersier.
a) Sasaran primer
Sasaran primer kesehatan adalah pasien, individu sehat dan keluarga (rumah
tangga) sebagai komponen dari masyarakat. Masyarakat diharapkan mengubah
perilaku hidup mereka yang tidak bersih dan tidak sehat menjadi perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS). Akan tetapi disadari bahwa mengubah perilaku bukanlah sesuatu
11
yang mudah. Perubahan perilaku pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga)
akan sulit dicapai jika tidak didukung oleh sistem nilai dan norma sosial serta norma
hukum yang dapat diciptakan atau dikembangkan oleh para pemuka masyarakat, baik
pemuka informal maupun pemuka formal. Keteladanan dari para pemuka masyarakat,
baik pemuka informal maupun formal dalam mempraktikkan PHBS. Suasana
lingkungan sosial yang kondusif (social pressure) dari kelompok-kelompok masyarakat
dan pendapat umum (public opinion). Sumber daya dan atau sarana yang diperlukan
bagi terciptanya PHBS, yang dapat diupayakan atau dibantu penyediaannya oleh
mereka yang bertanggung jawab dan berkepentingan (stakeholders), khususnya
perangkat pemerintahan dan dunia usaha (Maulana, 2011).
b) Sasaran Sekunder
Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal
(misalnya pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun pemuka formal
(misalnya petugas kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain-lain), organisasi
kemasyarakatan dan media massa. Mereka diharapkan dapat turut serta dalam upaya
meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) dengan cara:
berperan sebagai panutan dalam mempraktikkan PHBS. Turut menyebarluaskan
informasi tentang PHBS dan menciptakan suasana yang kondusif bagi PHBS. Berperan
sebagai kelompok penekan (pressure group) guna mempercepat terbentuknya PHBS
(Maulana, 2011).
12
c) Sasaran Tersier
Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan
perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang lain yang berkaitan serta
mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya. Mereka diharapkan
turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga
(rumah tangga) dengan cara:
1. Memberlakukan kebijakan/peraturan perundang-undangan yang tidak merugikan
kesehatan masyarakat dan bahkan mendukung terciptanya PHBS dan kesehatan
masyarakat.
2. Membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-lain) yang dapat
mempercepat terciptanya PHBS di kalangan pasien, individu sehat dan keluarga
(rumah tangga) pada khususnya serta masyarakat luas pada umumnya (Maulana,
2011)
2.1.4. Strategi Promosi Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2005), perlu dilaksanakan strategi promosi kesehatan
paripurna yang terdiri dari pemberdayaan, bina suasana, advokasi dan kemitraan.
1. Pemberdayaan adalah pemberian informasi dan pendampingan dalam mencegah
dan menanggulangi masalah kesehatan, guna membantu individu, keluarga atau
kelompok-kelompok masyarakat menjalani tahap-tahap tahu, mau dan mampu
mempraktikkan PHBS. Dalam upaya promosi kesehatan, pemberdayaan
masyarakat merupakan bagian yang sangat penting dan bahkan dapat dikatakan
sebagai ujung tombak. Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi kepada
13
individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus-menerus dan
berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu klien,
agar klien tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek
knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude) dan dari mau menjadi
mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice)
(Notoatmodjo, 2005).
2. Bina suasana adalah pembentukan suasana lingkungan sosial yang kondusif dan
mendorong dipraktikkannya PHBS serta penciptaan panutan-panutan dalam
mengadopsi PHBS dan melestarikannya (Notoatmodjo, 2005).
3. Advokasi adalah pendekatan dan motivasi terhadap pihak-pihak tertentu yang
diperhitungkan dapat mendukung keberhasilan pembinaan PHBS baik dari segi
materi maupun non materi (Notoatmodjo, 2005).
Berdasarkan rumusan WHO (1994), dalam Notoatmodjo (2007), strategi promosi
kesehatan secara global terdiri dari tiga hal, yaitu :
1. Advokasi (advocacy)
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain, agar orang lain
tersebut membantu atau mendukung terhadap tujuan yang akan dicapai. Dalam
konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat
keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sektor, dan di berbagai tingkat,
sehingga para pejabat tersebut dapat mendukung program kesehatan yang kita
inginkan.
14
2. Dukungan sosial (social supporrt)
Strategi dukungan sosial adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan sosial
melalui tokoh-tokoh formal maupun informal. Tujuan utama kegiatan ini adalah agar
tokoh masyarakat sebagai penghubung antara sektor kesehatan sebagai pelaksana
program kesehatan dengan masyarakat penerima program kesehatan. Bentuk
kegiatan dukungan sosial antara lain pelatihan-pelatihan para tokoh masyarakat,
seminar, lokakarya, bimbingan kepada tokoh masyarakat dan sebagainya.
3. Pemberdayaan masyarakat (empowerment)
Pemberdayaan merupakan strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada
masyarakat langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan untuk diri mereka
sendiri. Bentuk kegiatan ini antara lain penyuluhan kesehatan, keorganisasian dan
pengembangan masyarakat dalam bentuk koperasi, pelatihan-pelatihan untuk
kemampuan peningkatan pendapatan keluarga (Notoatmodjo, 2007).
2.1.5. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan
Berdasarkan konferensi International Promosi Kesehatan di Ottawa Canada
(1986) yang menghasilkan piagam Ottawa, promosi kesehatan dikelompokan menjadi
lima area berikut:
1. Kebijakan pembangunan berwawasan kesehatan (Health Public Policy) kegiatan
ditujukan pada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan. Hal ini berarti
setiap kebijakan pembangunan dalam bidang apapun harus mempertimbangkan
dampak kesehatan bagi masyarakat.
15
2. Mengembangkan jaringan kemitraan dan lingkungan yang mendukung (create
partnership and supportive environmental). Kegiatan ini bertujuan
mengembangkan jaringan kemitraan dan suasana yang mendukung terhadap
kesehatan. Kegiatan ini ditujukan kepada pemimpin organisasi masyarakat serta
pengelola tempat-tempat umum dan diharapkan memperhatikan dampaknya
terhadap lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan non-fisik yang
mendukung atau kondusif terhadap kesehatan masyarakat.
3. Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health serice) adalah penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang merupakan tanggung jawab bersama antara pemberi
dan penerima pelayanan orientasi pelayanan diarahkan dengan menempatkan
masyarakat sebagai subjek yang dapat memelihara dan meningkatkan kualitas
kesehatannya sendiri. Hal tersebut berarti pelayanan lebih diarahkan kepada
pemberdayaan masyarakat.
4. Meningkatkan keterampilan individu (increase individual skills). Kesehatan
masyarakat adalah kesehatan yang terdiri atas kelompok, keluarga, dan individu.
Kesehatan masyarakat terwujud apabila kesehatan kelompok, keluarga, dan
individu terwujud. Oleh sebab itu, peningkatan keterampilan anggota masyarakat
atau individu sangat penting untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan masyarakat memelihara serta meningkatkan kualitas kesehatannya.
5. Memperkuat kegiatan masyarakat (strengthen community action), derajat
kesehatan masyarakat akan terwujud secara efektif jika unsur-unsur yang
terdapat di masyarakat tersebut bergerak sama-sama. Memperkuat kegiatan
16
masyarakat berarti memberikan bantuan terhadap kegiatan yang sudah berjalan
di masyarakat sehingga lebih dapat berkembang. Disamping itu, tindakan ini
memberi kesempatan masyarakat untuk berimprovisasi, yaitu melakukan
kegiatan dan berperan serta dalam pembangunan kesehatan.
Pendekatan yang menyeluruh dalam pembangunan kesehatan dengan
menggunakan lima ruang lingkup tersebut jauh lebih efektif dibanding dengan
menggunakan pendekatan tunggal. Pendekatan melalui tatanan memudahkan
implementasi penyelenggaraan promosi kesehatan. Peran serta masyarakat
sangat penting untuk melestarikan berbagai upaya. Masyarakat harus menjadi
subjek dalam promosi kesehatan dan pengambilan keputusan. Akses pendidikan
dan informasi sangat penting untuk mendapatkan partisipasi dan pemberdayaan
masyarakat (Notoatmodjo, 2009).
Adapun ruang lingkup promosi kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan Kesehatan (perubahan perilaku)
2. Kampanye Sosialisasi (sosial marketing)
3. Penyuluhan (komunikasi, informasi dan edukasi)
4. Upaya peningkatan (upaya promotif) Universitas
5. Advokasi (upaya mempengaruhi lingkungan)
6. Pengorganisasian dan penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat
7. Upaya lain sesuai dengan keadaan dan kebutuhan.
17
2.1.6 Indikator Keberhasilan Promosi Kesehatan
Indikator keberhasilan perlu dirumuskan untuk keperluan pemantauan dan
evaluasi Promosi Kesehatan (Notoadmodjo, 2007). Indikator keberhasilan mencakup
indikator masukan (input), indikator proses, dan indikator (output).
1. Indikator Masukan
Masukan yang perlu diperhatikan adalah yang berupa komitmen, sumber daya
manusia, sarana/peralatan, dan dana dengan sasaran individu, kelompok, dan
masyarakat. Oleh karena itu, indikator masukan ini perlu diperhatikan secara detail
sebelum melakukan Promosi Kesehatan.
2. Indikator Proses
Proses yang dipantau adalah proses pelaksanaan Promosi Kesehatan yang akan
mempengaruhi orang lain. Hal ini bisa merupakan media dan metode yang digunakan
dalam Promosi Kesehatan.
3. Indikator Keluaran
Keluaran yang diharapkan dari Promosi Kesehatan yaitu perilaku kesehatan yang
kondusif untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan yang terbagi atas:
a. Perubahan perilaku, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesehatan
dirubah.
b. Pembinaan perilaku, yaitu perilaku masyarakat yang sudah sehat tetap
dilanjutkan.
c. Pengembangan perilaku, yaitu membiasakan perilaku hidup sehat dimulai bagi
anak-anak.
18
2.1.7 Jenis Promosi Kesehatan
Maulana (2011), mengidentifikasi tujuan area kegiatan Promosi Kesehatan
yaitu :
1. Progam Pendidikan Kesehatan
Program pendidikan kesehatan adalah kesempatan yang direncanakan untuk
belajar tentang kesehatan, dan melakukan perubahan-perubahan secara sukarela
dalam tingkah laku.
2. Pelayanan Kesehatan Preventif
Maulana (2011), mengungkapkan 3 tahap pencegahan yang dikenal dengan teori
five levels of prevention, yaitu:
1) Pencegahan Primer. Dilakukan saat individu belum menderita sakit, meliputi:
a. Promosi Kesehatan (health promotion). Kegiatan pada tahap ini ditujukan
untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap masalah kesehatan.
b. Perlindungan Khusus (specific protection). Berupa upaya spesifik untuk
mencegah terjadinya penularan penyakit tertentu, misalnya melakukan
imunisasi, dan peningkatan keterampilan remaja untuk mencegah ajakan
menggunakan narkotik, dan penanggulangan stress.
2) Pencegahan Skunder
a. Diagnosis dini dan pengobatan segera.
b. Pembatasan kecacatan
19
3) Pencegahan Tersier
Pada tahap ini upaya yang dilakukan adalah mencegah agar cacat yang diderita
tidak menjadi hambatan sehingga indiviu yang menderita dapat berfungsi
optimal secara fisik, mental, dan sosial.
3. Kegiatan Berbasis Masyarakat
Promosi kesehatan menggunakan pendekatan “dari bawah”, bekerja dengan dan
untuk penduduk, dengan melibatkan masyarakat dalam kesadaran kesehatan.
4. Pengembangan Organisasi
Pengembangan organisasi berhubungan dengan pengembangan dan
pelalaksanaan kebijakan dalam oranisasi-organisasi yang berupaya meningkatkan
kesehatan para staf dan pelanggan.
5. Kebijakan Publik yang Sehat
Upaya ini melibatkan badan resmi atau sukarela, kelompok profesional, dan
masyarakat umum yang bekerja sama mengembangkan perubahan-perubahan
dalam situasi dan kondisi kehidupan.
7. Tindakan Kesehatan Berwawasan Lingkungan
Upaya yang dilakukan adalah menjadikan lingkungan fisik penunjang kesehatan,
baik di rumah, tempat kerja, atau tempat-tempat umum.
20
2.2. Scabies
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes scabiei varientas hominis dan produknya (Djuanda, 2012).
Penyakit skabies dikenal dari ruam, pustul, vesikel dengan krusta dan terowongan
pada kulit dan sering menyebabkan rasa gatal terutama pada malam hari (Tidman,
2013).
Skabies di kenal di Indonesia sebagai penyakit kudis. Kulit terasa sangat gatal di
malam hari dan pada kulit di dapat vesiculae kecil-kecil cairan bening. Kudis ini
disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei yang memasuki kulit, memakan jaringan
kulit dan menaruh telur-telurnya di dalam kulit. Karena gatalnya penderita terus
menggaruk-garuk kulitnya dan sebagai akibatnya sering kali menjadi infeksi sekunder
(Slamet, 2012).
Skabies merupakan ruam gatal yang intensif pada kulit terutama sela-sela jari dan
lipatan-lipatan kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi dari Sarcoptes
scabiei dan produknya (Currie, 2014). Penyakit ini sering juga disebut dengan nama
lain kudis, the itch, seven year itch, gudikan, gatal agogo, budukan atau penyakit
ampera (Boediardja, 2014).
Skabies secara morfologik ditularkan oleh tungau kecil, berbentuk oval,
punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna
putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya, yang betina berkisar antara 330-450
mikron 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron 150-
200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai empat pasang kaki di depan sebagai alat
21
untuk melekat dan dua pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut,
sedangkan pada yang jantan pasangan pada kaki ketiga berakhir dengan rambut dan
keempat berakhir dengan alat perekat (Djuanda, 2012).
Sarcoptes Scabiei ke dalam epidermis tidak segera memberikan gejala pruiritus.
Rasa gatal timbul satu bulan setelah infestasi primer serta adanya infestasi kedua
sebagai manifestasi respon imun terhadap tungau maupun sekret yang dihasilkannya
di terowongan bawah kulit. Sekreta dan ekskreta yang dikeluarkan tungau betina
bersifat toksik atau antigenik. Diduga bahwa terdapat infiltrasi sel dan deposit IgE di
sekitar lesi kulit yang timbul (Boediardja, 2004). Keadaan hyperinfestasi terjadi karena
kegagalan respon imun seluler yang memadai, tetapi sering diserta dengan level IgE
total yang sangat tinggi (Currie, 2014).
Menurut Djuanda (2012), ada empat tanda cardinal, yaitu:
1. Pruritus nokturna, adalah gatal pada malam hari yang disebabkan karena
aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga,
biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah
kampung yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan
akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang
seluruh anggota keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau,
tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa
(carier).
22
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat prediklesi yang berwarna
putih dan keabu-abuan,berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang
1 cm, pada ujung terowongan itu di temukan popula atau vesikal. Jika timbul
infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi dan
lainlain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum
korneum yang tipis, yaitu: sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian
volar, siku bagian luar, lipatan ketiak bagian depan, areola mamae (wanita),
umbilicus, bokong, genetalia eksterna (pria) dan perut bagian bawah. Pada
bayi dapat menyerang telapak kaki dan telapak tangan.
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik, dapat ditemukan
satu atau lebih stadium hidup tungau ini. Pencegahan yang dapat dilakukan
adalah memperhatikan lingkungan rumah agar tidak menjadi tempat bertahan
tungau skabies sebelum mendapatkan penjamu baru. Pakaian, sprey, handuk
milik penderita skabies harus dicuci dengan baik yaitu direbus dengan air panas
supaya tungau-tungaunya mati. Disamping itu, jangan berkontak secara
langsung dengan penderita dan jangan saling pinjam-meminjam pakaian atau
perlengkapan lain. Bagi keluarga yang sudah menderita skabies seharusnya
pengobatan diberikan secara masal dalam satu keluarga atau satu rumah, tidak
boleh ada satupun penderita, ini akan menjadi sumber penularan kembali
(Tabri, 2004).
Pakaian, handuk, seprai, sarung bantal, selimut dan alat-alat tidur milik
penderita skabies harus dicuci dengan direbus dengan suhu minimal 120 ºF
23
atau 50 ºC sedikitnya selama 10 menit (Grandholm, 2015). Pakaian, sprey,
handuk direbus dengan air panas supaya tungau-tungaunya mati (Tabri, 2014).
Alternatif metode lain yang dapat dilakukan untuk peralatan yang tidak dapat
dicuci rebus seperti sepatu, mantel, dan jaket adalah dengan menempatkan
peralatan di dalam plastik rapat dan didinginkan pada suhu -20 ºC selama 12
jam (Grandholm, 2015).
2.3 Media Promosi Kesehatan
Menurut Hasan (2013), promosi adalah fungsi pemasaran yang fokus untuk
mengkomunikasikan program-program pemasaran secara persuasive kepada target
pelanggan-calon pelanggan (audience) untuk mendorong terciptanya transaksi
pertukaran antara perusahaan dan audience. Promosi merupakan salah satu faktor
penentu keberhasilan suatu program pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu
produk, bila konsumen belum pernah mendengarnya dan tidak yakin bahwa produk
itu akan berguna bagi mereka, maka mereka tidak akan pernah membelinya.
Pentingnya promosi dapat digambarkan lewat perumpamaan bahwa
pemasaran tanpa promosi dapat diibaratkan seorang pria berkacamata hitam yang
dari tempat gelap pada malam kelam mengedipkan matanya pada seorang gadis
cantik di kejauhan. Tak seorang pun yang tahu apa yang dilakukan pria tersebut, selain
dirinya sendiri (Tjiptono, 2002).
Tujuan utama dari promosi adalah menginformasikan, mempengaruhi dan
membujuk, serta mengingatkan pelanggan sasaran tentang perusahaandan bauran
24
pemasaran. Menurut Tjiptono (2002), secara rinci ketiga tujuan promosi tersebut
dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Menginformasikan (informing), dapat berupa:
a. Menginformasikan pasar mengenai keberadaan suatu produk baru,
b. Memperkenalkan cara pemakaian yang baru dari suatu produk,
c. Menyampaikan perubahan harga kepada pasar,
d. Menjelaskan cara kerja suatu produk
e. Menginformasikan jasa-jasa yang disediakan oleh perusahaan
f. Meluruskan kesan yang keliru,
g. Mengurangi ketakutan atau kekhawatiran pembeli,
h. Membangun citra perusahaan.
2. Membujuk pelanggan sasaran (persuading) untuk:
a. Membentuk pilihan merk
b. Mengalihkan pilihan ke merk tertentu,
c. Mengubah persepsi pelanggan terhadeap atribut pokok,
d. Mendorong pembeli untuk belanja saat itu juga,
e. Mendorong pembeli untuk menerima kunjungan wiraniaga (salesman).
3. Mengingatkan (reminding), dapat terdiri atas:
a. Mengingatkan pembeli bahwa produk yang bersangkutan dibutuhkan dalam
waktu dekat,
b. Mengingatkan pembeli akan tempat-tempat yang menjual produk perusahaan,
c. Membuat pembeli tetap ingat walaupun tidak ada kampanye iklan,
25
d. Menjaga agar ingatan pertama pembeli jatuh pada produk perusahaan.
Misalnya bila pembeli ingin membeli sabun mandi, diharapkan ingatan
pertamanya adalah merk Lux.
Adapun fungsi dari promosi yang dikemukakan oleh Swastha (2014):
1. Memberikan Informasi Promosi dapat menambah nilai suatu barang dengan
memberikan informasi kepada konsumen. Promosi dapat memberikan informasi
baik tentang barangnya, harganya, ataupun informasi lain yang mempunyai
kegunaan kepada konsumen.Tanpa adanya informasi seperti itu orang segan atau
tidak akan mengetahui banyak tentang suatu barang. Dengan demikian promosi
merupakan suatu alat bagi penjual dan pembeli untuk memberitahu kepada pihak
lain tentang kebutuhan dan keinginan mereka, sehingga kebutuhan dan keinginan
tersebut dapat dipengaruhi dengan mengadakan pertukaran yang memuaskan.
2. Membujuk dan mempengaruhi. Promosi selain bersifat memberitahu juga bersifat
untuk membujuk terutama kepada pembeli-pembeli potensial, dengan
mengatakan bahwa suatu produk adalah lebih baik dari pada produk yang lainnya.
3. Menciptakan Kesan (Image). Promosi dapat memberikan kesan tersendiri bagi
calon konsumen untuk produk yang diiklankan, sehingga pemasar menciptakan
promosi sebaik-baiknya misalnya untuk promosi periklanan (advertising) dengan
menggunakan warna, ilustrasi, bentuk atau layout yang menarik.
4. Promosi merupakan suatu alat mencapai tujuan. Promosi dapat digunakan untuk
mencapai tujuan, yaitu untuk menciptakan pertukaran yang menguntungkan
melalui komunikasi, sehingga keinginan mereka dapat terpenuhi. Dalam hal ini
26
komunikasi dapat menunjukan cara-cara untuk mengadakan pertukaran yang
saling memuaskan.
Ada beberapa tujuan yang terdapat dalam promosi menurut Asri (2013 : 360) :
1. Informing, yaitu memberitahukan informasi selengkap-lengkapnya kepada calon
pembeli tentang barang yang ditawarkan, siapa penjualnya, siapa pembuatnya,
dimana memperolehnya, harganya dan sebagainya. Informasi yang digunakan
dapat diberikan melalui tulisan. Gambar, kata-kata dan sebagainya, yang
disesuaikan dengan keadaan.
2. Persuading yaitu membujuk calon konsumen agar mau membeli barang atau jasa
yang ditawarkan. Perlu ditekankan di sini bahwasannya membujuk bukan berarti
memaksa calon konsumen sehingga keputusan yang diambil mungkin justru
keputusan yang negatif.
3. Reminding yaitu mengingatkan konsumen tentang adanya barang tertentu, yang
dibuat dan dijual perusahaan tertentu, ditempat tertentu dengan harga yang
tertentu pula. Konsumen kadang-kadang memang perlu diingatkan, karena
mereka tidak ingin bersusah payah untuk selalu mencari barang apa yang
dibutuhkan dan dimana mendapatkannya.
Menurut Swastha (2014), banyak jenis media yang dapat digunakan untuk
mempromosikan produk, baik barang maupun jasa. Untuk lebih jelasnya lagi, apa saja
jenis media yang dapat digunakan dapat di lihat dari tabel berikut:
27
No Jenis Media
Promosi Kelebihan Kekurangan
1 Koran/Surat Kabar Biasanya relatif tidak mahal, sangat fleksibel, dapat dinikmati lebih lama
Mudah diabaikan, dan terkadang dianggap tidak penting.
2 Majalah
Dapat dinikmati lebih lama, pembacanya lebih selektif, dapat mencantumkan dengan menggunakan gambar yang menarik
Biayanya relatif lebih mahal dan fleksibilitasnya rendah.
3. Televisi
Dapat dinikmati oleh siapa saja, waktu dan acara siarannya sudah tertentu, dapat memberikan kombinasi antara gambar yang bergerak
Biayanya relatif lebih mahal, dapat dinikmati sebentar, dan kurang fleksibel.
4 Radio
Biayanya relative murah, dapat diterima oleh siapa saja, dan juga dapat menjangkau daerah luas
Waktunya terbatas, tidak dapat mengemukakan gambar, pendengar sering kurang mendengar secara penuh karena sambil melakukan pekerjaan.
Media merupakan sarana ataupun sebuah alat untuk menayangkan dan
memperkenalkan sebuah informasi tersebut secara visual mamupun audio visual yang
sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dalam mengadakan iklan, maka
perusahaan dituntut untuk memilih media iklan secara tepat. Hal ini adalah sangat
penting karena tidak semua iklan cocok untuk mengiklankan suatu produk.
2.3. Media Cetak
Media cetak merupakan media tertua yang ada dimuka bumi. Media cetak
berawal dari media yang disebut dengan Acta Diuna dan Acta Senatus dikerajaan
romawi, kemudian berkembang pesat setelah Johanes Guttenberg menemukan mesin
28
cetak hingga kini sudah beragam bentuknya, seperti surat kabar, tabloid, dan majalah.
Media cetak adalah segala barang cetak yang dipergunakan sebagai sarana
penyampaian pesan seperti yang sudah disebutkan sebelumnya macam-macam media
cetak pada umumnya.
Media cetak memiliki karakteristik, di antaranya media cetak biasanya lebih
bersifat fleksibel, mudah dibawa ke mana-mana bisa disimpan (dikliping), bisa dibaca
kapan saja, tidak terikat waktu. Dalam hal penyajian iklan, walaupun media cetak
dalam banyak hal kalah menarik dan atraktif dibanding media elektronik namun di segi
lain bisa disampaikan secara lebih informatif, lengkap dan spesifik untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat konsumen. Selain itu dalam hal penyampaian kritik sosial
melalui media cetak akan lebih berbobot atau lebih efektif karena diulas secara lebih
mendalam dan bisa menampung sebanyak mungkin opini pengamat serta aspirasi
masyarakat pada umumnya.
Setiap media memiliki kelebihan masing-masing, media cetak juga memiliki
kelebihan dibanding media elektronik. Kelebihan media cetak secara umum dibanding
media elektronik terletak dari “daya tahan” informasi. Dari berbagai jenis media
massa, media cetak memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh media lain. hasil
cetakan tersebut permanen dan bisa disimpan sehingga pembaca bisa mengulanginya
sampai mengerti isi pesan yang disampaikan, tanpa biaya tambahan. Selain itu,
halaman media cetak, menurut Mondry, bisa terus ditambah seandainya diperlukan.
Fungsi/peranan media cetak diantaranya, Pertama, sebagai media informasi
yang mencerahkan. Kedua, Sebagai media pendidikan yang mencerdaskan. Ketiga,
29
Meningkatkan intelektual kehidupan masyarakat. Keempat, membantu memperkuat
kesatuan nasional.
Jenis-jenis media cetak yaitu, Pertama, Surat kabar harian yaitu jenis media
cetak yang terbit setiap hari. Jenis media cetak ini masih dibagi menjadi surat kabar
harian nasional, surat kabar harian daerah, dan surat kabar harianlocal. Berita yang
disampaikan adalah jenis berita news atau informasi terkini dan disampaikan dengan
sistem straight news atau apa adanya. Kedua, Surat kabar mingguan yaitu jenis media
cetak yang lebih banyak dikenal dengan sebutan tabloid. Biasanya berita yang
diangkat adalah berita hiburan atau juga in depth news. Tulisan dalam media ini
banyak bergaya feature atau deskriptif. Ketiga, Majalah mingguan, jenis majalah ini
terbit setiap seminggu sekali. Keempat, Majalah tengah bulanan. Kelima, Majalah
bulanan. Keenam, majalah dwibulanan. Ketujuh, majalah tribulanan. Kedelapan,
Bulletin, media cetak ini biasanya dibuat untuk kalangan tertentu atau intern saja. Dan
media ini biasanya hanya terdiri dari beberapa halaman, serta dibuat konsep
sederhana. Bulletin juga tidak dibuat untuk kepentingan komersial. Jenis media cetak
yang disebut diatas mempunyai berbagai macam bidang.
2.4.1 Karakteristik Media Cetak
Media cetak memiliki beberapa karakteristik yaitu,
1. Membaca merangsang orang untuk berinteraksi dengan aktif berfikir dan
mencerna secara reflektif dan kreatif, sehingga lebih berpeluang membuka dialog
dengan pembaca/masyarakat konsumennya di samping memungkinkan untuk
mengulas permasalahan secara lebih mendalam dan lebih spesifik.
30
2. Media cetak, baik Koran atau majalah relative lebih jelas siapa masyarakat
konsumennya. Sementara media elektronik seringkali sulit mengukur dan
mengetahui siapa konsumen mereka. Dengan demikian Koran atau majalah lebih
mewakili opini kelompok masyarakat tertentu.
3. Kritik social yang disampaikan melalui media cetak akan lebih berbobot atau lebih
efektif karena diulas secara lebih mendalam dan bisa menampung sebanyak
mungkin opini pengamat serta aspirasi masyarakat pada umumnya.
4. Media cetak lebih bersifat fleksibel, mudah dibawa ke mana-mana, bisa
disimpan(dikliping), bisa dibaca kapan saja, tidak terikat waktu.
5. Dalam hal penyajian iklan, walaupun media cetak dalam banyak hal kalah menarik
dan atraktif disbanding media elektronik namun di segi lain bisa disampaikan
secara informative, lengkap dan spesifik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
konsumen.
Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat
yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana. Ada
beberapa yang disajikan secara berlipat. Leaflet digunakan untuk memberikan
keterangan singkat tentang suatu masalah, misalnya deskripsi pengolahan air di
tingkat rumah tangga, deskripsi tentang diare dan penecegahannya, dan lain- lain.
Leaflet dapat diberikan atau disebarkan pada saat pertemuan-pertemuan dilakukan
seperti pertemuan FGD, pertemuan Posyandu, kunjungan rumah, dan lain-lain.
Leaflet dapat dibuat sendiri dengan perbanyakan sederhana seperti di photo copy
(Notoatmodjo, 2010).
31
Leaflet adalah selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang sesuatu
masalah khusus untuk suatu sasaran dengan tujuan tertentu. Leaflet juga diartikan
sebagai salah satu media yang menggunakan selembar kertas yang berisi tulisan cetak
tentang suatu masalah khusus untuk sasaran yang dapat membaca dan biasanya di
sajikan dalam bentuk lipatan yang dipergunakan untuk penyampaian informasi atau
penguat pesan yang disampaikan.
Leaflet merupakan salah satu publikasi singkat dari berbagai bentuk media
komunikasi yang berupa selebaran yang berisi keterangan atau informasi tentang
perusahaan, produk, organisasi dan jasa atau ide untuk diketahui oleh umum. Leaflet
adalah selebaran-selebaran yang bentuk lembarannya seperti daun, biasanya bentuk
Leaflet lebih kecil dari pamphlet.
Menurut Effendi dalam Falasifah, Leaflet adalah lembaran kertas berukuran
kecil mengandung pesan tercetak untuk disebarkan kepada umum sebagai informasi
mengenai suatu hal atau peristiwa. Menurut kamus Merriam-webster, Leaflet adalah
suatu lembaran yang dicetak pada umumnya dilipat yang diharapkan untuk distribusi
secara Cuma-Cuma.
1. Ciri-Ciri Leaflet
a. Tulisan terdiri dari 200 sampai dengan 400 huruf dengan tulisan cetak biasanya
juga diselingi gambar-gambar
b. Isi Leaflet harus dapat dibaca sekali pandang.
c. Ukuran biasanya sampai dengan cm
32
2. Penggunaan Leaflet
a. Untuk mengingatkan kembali hal-hal yang pernah dipelajari
b. Biasanya Leaflet diberikan kepada sasaran setelah selesai
pelajaran/penyuluhan atau dapat juga diberikan sewaktu kampanye untuk
memperkuat ide yang disampaikan.
c. Isi dari Leaflet harus dimengerti
3. Keuntungan Leaflet
a. Leaflet menarik untuk dilihat
b. Mudah untuk dimengerti
c. Merangsang imajinasi dalam pemahaman isi Leaflet
d. Lebih ringkas dalam penyampaian isi informasi
4. Kelemahan Leaflet
a. Salah dalam desain tidak akan menarik pembaca
b. Leaflet hanya untuk dibagikan, tidak bisa di pajang/ ditempel.
Promosi kesehatan sebagai pendekatan kesehatan terhadap faktor perilaku
kesehatan, maka kegiatannya tidak terlepas dari faktor-faktor yang menentukan
perilaku tersebut. Dengan perkataan lain, kegiatan promosi kesehatan harus
disesuaikan dengan determinan (faktor yang mempengaruhi perilaku itu sendiri). Dan
menurut Lawrence Green perilaku ini ditentukan oleh 3 faktor utama, yakni:
33
1. Faktor Pendorong (predisposing factors)
Faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku
seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi,
dan sebagainya.
2. Faktor pemungkin (enabling factors)
Faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan.
Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas
untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya: Puskesmas, Posyandu, Rumah Sakit,
tempat pembuangan air, tempat pembuangan sampah, tempat olah raga, makanan
bergizi, uang dan sebagainya.
3. Faktor penguat (reinforcing factors)
Faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang
meskipun orang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya.
34
2.4 Kerangka Teoritis
Skiner (1983) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari
luar). Perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan
kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut teori “S-
O-R” atau stimulus-organisme-respon.
Gambar 2.1. Kerangka Teoritis
Respon
Peningkatan Pengetahuan
Santri tentang scabies
Stimulus Media Cetak
Organisme Leaflet