26
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Dan Klasifikasi Kecelakaan Lalu lintas adalah suatu sistem yang terdiri dari komponen komponen komponen utama yang pertama atau suatu sistem head way (waktu antara dua kendaraan yang berurutan ketika melalui sebuah titik pada suatu jalan) meliputi semua jenis prasarana infrastruktur dan sarana dari semua jenis angkutan yang ada, yaitu: jaringan jalan, pelengkapan jalan, fasilitas jalan, angkutan umum dan pribadi, dan jenis kendaraan lain yang menyelenggarakan proses pengangkutan. Transportasi atau pengankutan adalah kegiatan perpindahan orang atau barang dari satu tempat (asal) ke tempat lain (tujuan) dngan menggunakan sarana (kendaraan). (Dwi H,dkk) lalu lintas di dalam undang undang No. 22 Tahun 2009 didefinisikan gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan. Ruang lalu lintas jalan. Ruang lalu lintas jalan adalah prasarana yang diperuntukan bagi gerak pindah kendaraan, orang, dan atau barang yang berupa jalan dan fasilitas penumpang. 2.1.1 Definisi Kecelakaan 1. Definisi kecelakan lalu lintas menurut Undang-undang lalu lintas dan angkutan jalan no 22 tahun 2009 menyatakan kecelakan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jlan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa penguna jalan lain mengkibatkan korban manusia dan atau kerugian harta benda. 2. Kecelakan Lalu Lintas adalah suatu peristiwa dijalan yang tidak di sangka sangka dan sengaja, melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan lainnnya, mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda (Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 1993 tentang Prasarana dan Sarana Lalu Lintas). 2.1.2 Klasifikasi Kecelakaan. Menurut (Kadiyali L), Kecelakaan di klasfikasikan berdasarkan beberapa hal di bawah ini: 1. Berdasarkan Lokasi kecelakaan. a. Lokasi jalan lurus 1 jalur, 2 lajur maupun 1 lajur searah atau berlawanan arah. b. Tikungan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Dan Klasifikasi

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Dan Klasifikasi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Dan Klasifikasi Kecelakaan

Lalu lintas adalah suatu sistem yang terdiri dari komponen – komponen komponen

utama yang pertama atau suatu sistem head way (waktu antara dua kendaraan yang

berurutan ketika melalui sebuah titik pada suatu jalan) meliputi semua jenis prasarana

infrastruktur dan sarana dari semua jenis angkutan yang ada, yaitu: jaringan jalan,

pelengkapan jalan, fasilitas jalan, angkutan umum dan pribadi, dan jenis kendaraan lain

yang menyelenggarakan proses pengangkutan. Transportasi atau pengankutan adalah

kegiatan perpindahan orang atau barang dari satu tempat (asal) ke tempat lain (tujuan)

dngan menggunakan sarana (kendaraan). (Dwi H,dkk) lalu lintas di dalam undang –

undang No. 22 Tahun 2009 didefinisikan gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas

jalan. Ruang lalu lintas jalan. Ruang lalu lintas jalan adalah prasarana yang diperuntukan

bagi gerak pindah kendaraan, orang, dan atau barang yang berupa jalan dan fasilitas

penumpang.

2.1.1 Definisi Kecelakaan

1. Definisi kecelakan lalu lintas menurut Undang-undang lalu lintas dan angkutan

jalan no 22 tahun 2009 menyatakan kecelakan lalu lintas adalah suatu peristiwa di

jlan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa

penguna jalan lain mengkibatkan korban manusia dan atau kerugian harta benda.

2. Kecelakan Lalu Lintas adalah suatu peristiwa dijalan yang tidak di sangka – sangka

dan sengaja, melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan lainnnya,

mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda (Peraturan Pemerintah

No. 43 tahun 1993 tentang Prasarana dan Sarana Lalu Lintas).

2.1.2 Klasifikasi Kecelakaan.

Menurut (Kadiyali L), Kecelakaan di klasfikasikan berdasarkan beberapa hal di

bawah ini:

1. Berdasarkan Lokasi kecelakaan.

a. Lokasi jalan lurus 1 jalur, 2 lajur maupun 1 lajur searah atau berlawanan arah.

b. Tikungan Jalan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Dan Klasifikasi

c. Persimpangan

2. Berdasarkan waktu terjadinya kecelakaan.

Jenis kecelakaan ini terdapatkan menurut satu periode waktu tertentu misalnya

periode 1jam , 2 jam dst. Diriktorat Lalu lintas POLRI (Polisi republic Indonesia),

membagi waktu kecelakaan sebagai berikut:

a. Pukul 06.00 - 9.00

b. Pukul 10.00 – 13.00

c. Pukul 14.00 – 13.00

d. Pukul 18.00 – 21.00

e. Pukul 22.00 – 01.00

f. Pukul 02.00 – 05.00

3. Berdasarkan Korban Kecelakaan

a. Kecelakaam Luka Fatal

Kecelakan fatal adalah kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan korban jiwa /

meninggal dunia.

b. Kecelakaan Lalu Berat

Kecelakan Luka Berat adalah kecelaakaan lalu lintas yang mengakibatkan korban

mangalami luka – luka yang dapat membahayakan jiwa dan memerlukan

pertolongan / perwatan lebih lanjut di Rumah Sakit.

c. Kecelakaan Lalu Ringan

Kecelakaan Luka Ringan adalah kecelakaan yang mengakibatkan korban

mengalami luka – luka yang membahayakan jiwa dan tidak memerlukan

pertolongan lebih lanjut dari rumah sakit.

4. Berdasarkan Cuaca

Berdasarkan Buku laporan Kejadian kecelakan dari Divisi Manajemen Lalu Lintas

Jasa Marga, cuaca terbagi menjadi:

a. Cerah

b. Hujan Gerimis

c. Huan Lebat

d. Kabut

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Dan Klasifikasi

e. Mendung

5. Berdasarkan Posisi Kecelakaan

a. Tabrakan secara menyudut (angle)

Merupakan tabrakan antara kendaraan yang berjalan pada arah yang berbeda

tetapi juga arah yang berlawanan. Biasanya terjadi pada sudut siku – siku (right

angle) di pertemuan jalan.

b. Menabrak bagian belakang (rear end)

Merupakan kendaraan yang menabrak bagian belakang kendaraan lain yang

berjalan pada arah yang sama, biasanya di jalur yang sama pula.

c. Menabrak bagian samping / menyerempet (side swipe)

Merupakan kendaran yang menabrak kendaran lain dari bagian samping sambil

berjalan pada arah yang sama atau berlawanan, biasanya pada jalur yang berbeda.

d. Menabrak bagian depan (head on)

Merupakan tabrakan antara kendaraan yang berjalan pada arah yang berlawanan.

e. Menabrak secara mundur (backing)

f. Kehilangan Control

2.1.3 Pelaku Dan Korban Kecelakaan

Yang dimaksud dengan pelaku kecelakaan adalah seseorang yang duduk

dibelakang kemudi dan mengedalikan kemudi pada saat terjadinya kecelakaan

(pengemudi). Pengmudi merupakan salah satu pemegang peranan penting ketika suatu

kecelakaan lalu lintas terjadi. Pada kenyataannya di lapangan, sekitar 90% kecelakaan

lalu lintas terjadi akibat keteledoran pengemudi salah satu bentuk keteledoran

pengemudi yaitu ketidak patuhan terhadap peraturan lalu lintas.

Menurut PP No.43/ 1993, korban kecelakan terdiri dari korban mati, korban luka

berat, dan korban luka ringan. Yang dimaksud dengan korban mati adalah korban yang

di pastikan mati akibat kecelakaan lalu lintas dalam jangka waktu paling lama 30 hari

setelah terjadi keccelakaan tersebut. Apa bila korban kecelakaan harus dirwarat dalam

jangka waktu lebih dari 30 hari sejak terjadi korban kecelakan atau luka – luka yang

terjadi korban tersebuat mengalami cacat permanen maka korban tersebuat

dikatagorikan ke dalam korban luka berat. Yang dimaksud dengan korban luka ringan

yaitu korban yang tidak termasuk ke dalam korban mati dan korban luka berat. Artinya

korban tersebut tidak perlu dirawat tidak lebih dari 30 hari.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Dan Klasifikasi

Pada kenyataannya di negara kita, dalam melakukan pengkategorian korban tidak

sepenuhnya di lakukan dengan baik. Definisi korban yang sudah ditetapkan tidak di

taati sepenuhnya. korban yang mengalami kecelakan tidak benar – benar di pantau

sampai 30 hari sesuai dengan definisi diatas. Oleh karena itu, terkadang korban yang

ternyata meninggal tidak di catat sebagai korban mati, tetapi tetapi sebagai korban luka

berat karena harus di rawat. Hal ini mempengaruhi pencatatan dan kecelakaan yang ada

di Indonesia.

2.1.4 Indikator Keselamatan Lalu Lintas

Untuk membuat gambaran mengenai tingkat keselamatan lalu lintas pada suatu

ruas jalan, daerah, atau negara tertentu, dibutuhkan indikator keselamatan lalu lintas

jalan. Indikator ini biasanya di perbandingkan dalam suatu kurun waktu tertentu

(misalnya 5 atau 10 tahun).

Terdapat beberapa indikator yang biasa di gunakan untuk membuat gambaran

tingkat keselamatan baik secara nasional maupun internasional antara lain sebagai

berikut :

1. Jumlah kecelakan lalu lintas jalan, dapat di bagi berdasarkan tingkat keparahannya (

degree of severity) yaitu sebagai berikut:

a. Kecelakaan berat (fatal accident)

b. Kecelakaan sedang (serious injury accident)

c. Kecelakaan ringan (slightin injury accident)

d. Kecelakaan lain – lain (property damage accident)

2. Jumlah nominal korban mati, luka, berat, luka, ringan dan kerugian materiil

3. Jumlah nominal korban yang di klasifikasikan menurut golongan umurnya

4. Tingkat kecelakaan atau rasio kecelakaan (Accident Rates) yang terdapat di tetapkan

dalam empat cara, sebagai berikut :

a. Jumlah kecelakaan per jumlah penduduk

b. Jumlah kecelakaan per jumlah kendaraan

c. Jumlah kecelakaan per jumlah kendaraan – kilometer

d. Jumlah kecelakaan perjumlah orang – kilometer

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Dan Klasifikasi

Parameter yang biasa digunakan dalam menentukan rasio kecelakaan antara lain:

a) Kecelakaan atau Fasilitas per 10,000 kendaraan bermotor

b) Kecelakaan atau Fasilitas per 100,000 penduduk

c) kecelakaan atau Fasilitas per 100 juta kendaraan kilometer perjalanan (vehicles

kilometer traveled)

5. Tingkat kematian atau resiko kematian (Risk of Fatlity) yang juga baik di tetapkan

dalam empat cara seperti yang telah di sebuatkan di atas.

6. Biaya kecelakaan (Accident Cost), yaitu besarnya seluruh kerugian sebagai akibat

terjadinya lalu lintas bila di nilai dalam bentuk uang ( Monetary Value)

2.1.5 Faktor Penyebab Kecelakaan

Kecelakaan merupakan suatu terjadinya yang di sebabkan oleh tiga faktor utama

yaitu faktor manusia, faktor kendaraan, serta faktor jalan dan lingkungan. Pada

dasarnya kecelakaan lalu lintas terjadi tidak hanya akibat salah satu faktor di atas

melinkan akibat multi faktor, yaitu antara dua faktor atau bahkan ke tiga – tiganya.

Tidak dapat di pungkiri bahwa penyebab utama kecelakaan adalah karena faktor

ketidak disiplinan pemakai jalan itu sendri. Lebih dari 70% kecelakaan disebabkan

oleh kurangnya disiplinnya pemakaian jalan. Perilaku pengendara pada saat melintasi

penyeberangan pejalan kaki dan persimpangan, di peroleh hasil bahwa di negara

berkembang seperti kita negara kita, hanya 10% - 17% kendaraan yang berhenti pada

saat kendaraan tersebuat harus berhenti.

2.1.6 Pengertian Dan Perilaku Pengendara

2.1.6.1 Pengetian Perilaku Pengendara

Perilaku yang disebut juga tangkah laku menurut (Natawidjaja, 1978) adalah

pernyataan kegiatan yang dapat di amati oleh lain dan merupakan hasil perpaduan dari

pemahaman pengaruh – pengaruh luar dan pengaruh dalam. Selain itu menjelaskan

perkataan tingkah laku atau perbuatan mempunyai pengertian yang luas sekali yaitu

tidak hanya mencakup moralitas saja seperti berbicara, berjalan, lari – lari, berolah

raga, bergerak dan lain – lain akan tetapi juga membahas macam – macam fungsi

seperti melihat, mendengarkan, mengingatkan, berpikir, fantasi, pengenalan kembali,

penampilan emosi - emosi dalam bentuk tangis atau senyum dan seterusnya.

Pada dasarnya dalam psikologi yaitu ilmu yang memperlajari tingkah laku

manusia, tingkah laku manusia itu mempersoalkan apa yang diperbuat dalam

lingkungannya dan mengapa ia berbuat seperti yang ia buat (Petty, 1982) dalam hal

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Dan Klasifikasi

ini di pastikan istilah psikologi karena perilaku seseorang dianggap sebagai penyakit

masyarakat.

Seseorang bertingkah laku karena adanya rangsangan atau stimulus dari luar

dirinya. Rangsagan – ransangan itu dapat diproleh dari lingkungan yang ada di sekitar

individu. Unsur individu dan lingkunganya akan mebuat dimesi yang lebih luas dalam

rangka membahas tingkah laku individu.

Konsep lingkungan di atas memepertlihatkan adanya lingungan fisik seperti

orang tua, kawan bermain dan masyarakat sekitarnya, dapat memperngaruhi perilaku

seorang (dalam bertindak atau beraktivitas). Dan dengan adanya faktor lingkungan

seseorang sengaja maupun tidak seseorang akan meniru lingkungan ia berada.

Tidak semua lingkungan dapat dengan sendirinya merangsang individu untuk

mereaksikan serta memanfaatkannya sesuai dengan minat dan kebutuhan masing –

masing individu dengan bermacam – macam tingkah laku, manusia berhubungan atau

bergaul dengan lingkungannya. Begitu juga masalah – masalah dan persoalan yang

sedang dihadapinya dan semua ini memberikan perangsangan pada diri kita untuk

melakukan suatu perbuatan tertentu.

2.1.6.2. Perilaku Dalam Berkendaraan

Masalah lalu lintas dapat disebabkan oleh berbagai faktor dan yang terpenting

adalah faktor manusia sebagai pemakai jalan baik sebagai pengemudi maupun sebagai

pemakai jalan pada umumnya. Sedangkan disiplin dan kesadaran hukum masyarakat

pemakai jalan masih belum dapat dikatakan baik, belum memiliki kepatuhan, ketaatan

untuk mengikuti perundangan – undangan / hukum yang berlaku

Tingkat kesadaran hukum masyarakat pemakai jalan dapat diukur dari

kemampuan dan daya setiap individu dan bagaimana penerapannya di jalan raya

(Naning ,1982). Berfungsinya hukum secara efektif tergantung dari kondisi

perundangan – undangan lalu lintas yang berlaku, kemampuan aparat penegak hukum

dalam melakukan penindakan – penindakan, fasilitas – fasilitas lalu lintas yang

disediakan dan kondisi masyarakat pemakai jalan. Apabila hal – hal tersebut dinilai

baik, maka hukum sebagaimana dimaksud dapat berfungsi secara efektif dan efisien,

sehingga lingkup penugasan yang diberikan dapat terjangkau secara memadai.

2.1.6.3 Etika dalam berkendaraan.

Etika adalah sebuah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan normal

yang menentukan perilaku dalam hidupnya. Sebagai cabang filsafat, etika sangat

menekankan pendekatan yang kritis dalam melihat nilai dan norma moral tersebuat

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Dan Klasifikasi

serta permasalahan – permsalahan yang timbul dalam kaitan dengan nilai dan norma

moral itu. Etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma

moral yang menentukan dan terwujudkan dalam sikap dan pola perilaku hidup

manusia, baik secara pribadi maupun sebagai kelompokan (Salam, 2007)

Pengertian etika dari ilmuwan lainnya yaitu Magnis Suseno dalam Salam

bahwa etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran yang memberi kita norma

tetang bagaimana kita harus hidup adalah maralitas. Sedangkan etika justru hanya

melakukan refleksi kritis atas norma atau ajaran moral tersebuat. Atau bisa juga

dikatakan bahwa moralitas adalah petunjukan konkret yang siap pakai tentang

bagaimana kita harus hidup. Sedangkan etika adalah perwujudan dan

pengejawantahan fungsi sama, yaitu memberi orientasi bagiamana dan kemana kita

harus melangkah dalam hidup ini

Tujuan dan fungsi dari etika sosial pada dasarnya adalah untuk menggugah

kesadaran kita akan tanggung jawab kita sebagai manusia dalam kehidupan bersama

dalam segela dimensinya. Etika sosial mau mengerjakan kita untuk tidak hanya

melihat segala sesuatu dan bertindak dalam kerangka kepentingan kita saja, malainkan

juga mempedulikan kepentingan bersama yaitu kesejahteraan dan kebahagian

bersama.

Hukum etika dan hukum negara saling mengisi. Hukum negara akan dirasakan

kaku dan kasar ditangan penegak hukum yang tidak mengenal hukum etika, apalagi

yang tidak beretika. Hukum etika tidak mempunyai kekuatan apa – apa didampingi

oleh hukum negara, sebab tidak semua orang suka tunduk kepada peringatan hati

nurani atau bisikan jiwanya sendiri. Dengan mematuhi kedua jenis hukum ini

diharapakann terciptanya tertibannya hukum dalam pergaulan hidup bersama.

Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik

untuk pergerakannya dan digunakan untuk transportasi darat. Berdasarkan Undang –

undang No 14 tahun 1992 yang dimaksud dengan peralatan teknik dapat berupa motor

atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi

tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan. Kendaraan

bermotor termasuk juga kereta gandengan atau kereta tempelan yang dirangkaikan

dengan kendaraaan bermotor sebagai penariknya. Pada umumnya kendaraan bermotor

menggunakan mesin pembakaran dalam, namun mesin listrik dan mesin lainnya juga

dapat digunakan. Kendaraan bermotor memiliki roda dan biasanya berjalan .

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Dan Klasifikasi

2.1.6.4 Pengendara Kendaraan Bermotor

Pengendara disebut juga sebagai pengemudi. Pengemudi yaitu orang yang

mengemudi kendaraan bermotor. Pengemudi yang baik merupakan orang yang sudah

mengembangkan kemapuan dasar mengemudi, kebiasaan mengemudi, kondisi yang

tepat, dan penilaian suara yang baik serta sehat mental dan jasmani. Sebuah sikap

tanggung jawab dan ke hati – hati merupakan hal yang paling penting sikap hatian –

hatian pengemudi akan melakukan hal yang tepat atau mengambil tindakan

pencegahan yang aman dan tepat. Batas keselamatan harus di jaga dan pemberian

kelonggaran dibuat untuk menghindari kecelakaan. Kecelakaan banayak terjadi pada

umur 15 hingga 24 tahun dibanding yang lain. Pengemudi yang lain aman adalah

orang berumur 65 hingga 74 tahun. (Dini Anggraini, 2013)

Dalam buku petunujuk tata cara Bersepeda motor di Indonesia yang di terbitkan

oleh Departemen Perhubungan RI (2008), ”Menggunakan pakaian yang tepat

sengatlah penting untuk keselamatan pengendara karena akan melindungi dan

pengendara dari berbagai macam resiko kecelakaan yang akan terjadi, adapun

persiapan yang perlu dilakukan sebelum berkendara adalah:

1. Helm

Berdasarkan hukum yang berlaku, setiap pengendara dan penumpang wajib

menggunakan helm sesuai standar yang berlaku dan harus terpasang erat di kepala.

2. Perlindungan mata dan wajah

Mata dan wajah memerlukan dari angin, debu, hujan, binatang kecil, dan bebatuan.

3. Pemakaian pelindung

Pemakaian pelindung tepat membantu mengurangi resiko cidera jika terjadi

kecelakaan, membantu pengendara agar mudah dilihat oleh pengguna jalan lain

dan membuat pengendara nyaman selama berkendara. Adapun pekaian yang

dimaksud adalah:

a. Pakaian lengan panjang dan celana panjang yang tidk mudah sobek (dianjukan

berbahan Kulit)

b. Sarung tangan dapat memberikan perlinfungan dari luka gores atau luka lainya

yang mengkin terjadi saat berkendara.

c. Pemakaian sepatu yang memiliki alas sepatu yang mempu menapak dengan baik

dan memiliki bagian diperlukan perlindungan tambahan.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Dan Klasifikasi

4. Pengecekan sepeda motor

Sebelum berkendara dianjurkan melakukan pemeriksaan sepeda motor yang akan

digunakan , meliputi:

a. Alat kendali

Rem, periksa rem depan dan belakang pada saat bersamaan. Setiap rem harus

dapat menghentikan kendaraan dengan baik saat melaju.

b. Kopling dan gas ,pastikan kedua kendali ini berfungsi dengan baik halus. Gas

harus segera balik ketika di lepaskan

c. Periksa tekanan angin pada ban (khususnya ketika musim dingan) karena

berpengaruh terhadap pengedalian.

d. Pastikan semua lampu berfungsi dengan baik yaitu lampu utama, lampu sein,

dan lampu rem.

e. Periksa klakson dan pastikan dapat berbunyi dengan baik.

f. Sesuaikan posisi kacaspion dengan benar untuk mendapatkan pandangan yang

lebih luas.

g. Periksa jumlah oli dan bahan bakar sebelum berkendara

h. Periksa rantai motor apakah telah dilumasi dan setelannya telah tepat.

2.1.7 Persimpangan dan Karakteristik Simpang

Persimpangan menurut Departemen Pendidikan dan kebudayaan dalam kamus

besar Bahasa Indonesia (1995), Simpang adalah tempat berbelok atau bercabang dari

yang lurus.

Persimpngan adalah simpul dalam jaringan transportasi dimana dua atau lebih

ruas jalan bertemu, disni arus lau lintas mengalami konflik. Untuk mengendalikan

konflik ini ditetapakan atauran lalu lintsa untk menetapakan siapa yang mempunyai hak

terlebih dahulu untuk persimpangan (http://id.wikipedia.org/wiki/Persimpangan)

Menurut Hendarto ,dkk, 2001 Pesimpangan adalah daerah diman dua atau lebih

jalan bergabung atau berpotongan / bersilangan.

Menurut Hobbs (1995), persimpangan jalan merupakan simpul transportasi yang

terbentuk dari beberapa pendekatan dimana arus kendaraan dari beberapa pendekatan

tersebut bertemu dan memencar meninggalkan persimpangan tersebut.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Dan Klasifikasi

Menurut Abubakar , dkk,(1995), persimpangan adalah simpul pada jaringan jalan

dimana jalan – jalan bertemu dan lintasan kendaraan berpotongan. Lalu lintas pada

masing – masing kaki persimpangan menggunakan ruang jalan pada persimpangan

secara bersama – sama dengan lalu lintas lainya. Persimpangan – persimpangan adalah

merupakan faktor – faktor yang paling penting dalam menetukan kapasitas dan waktu

perjalan pada suatu jaringan jalan, khususnya di daerah perkotaan.

2.1.7.1 Jenis simpang

Menurut Direktorat jendral Bina Marga dalam manual kapasitas Jalan Indonesia

(1997), pemilihan jenis simpangan untuk suatu daerah sebaiknya berdasarkan

pertimbangan ekonomi, pertimbangan keselamatan lalulintas, dan pertimbangan

lingukungan

Merut Morlok (1988), jenis simpangan berdasarkan simpangan cara

pengaturannya dapat di kelompokkan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:

1. Simpang jalan tanpa sinyal, yaitu simpang yang tidak memakai sinyal lalu

lintas. Pada simpang ini pemakai jalan harus memutuskan apakah mereka cukup

aman untuk melewati simpang atau harus berhenti dahulu sebelum melewati

simpang tersebut,

2. Simpang jalan dengan bersinyal, yaitu pemakain jalan dapat melewati

simpangan sesuai dengan pengoprasian sinya lalu lintas. Jadi pemakai jalan

hanya boleh lewat pada saat sinyal lalu lintas menunjukkan warna hijau pada

lengan simpanganya.

2.1.7.2 Macam – macam simpang

Menurut Hariyanto 2004, dilihat dari bentuk ada 2 (dua) macam jenis persimpangan

, yaitu:

1. pertemuan atau persimpngan jalan sebidang, merupakan pertemuan dua ruas jalan

atau lebih secara sebidang (tidak saling bersusun). Petemuan jalan sebidang ada 4

(empat) macam yaitu:

a. pertemuan atau persimpangan bercabang 3 (tiga)

b. pertemuan atau persimpangan bercabang 4 (empat)

c. pertemuan atau persimpangan bercabang banyak

d. bundaran (rotary intersection).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Dan Klasifikasi

2. pertemuan atau persimpangan jalant tidak sebidang, merupakan persimpangan

dimana dua ruas atau lebih saling bertemu tidak dalam satu bidang tetapi salah

satu ruas berada di atas atau dibawah ruas jalan lain.

2.1.7.3 Karateristik simpang

Menurut Hariyanto (2004),dalam percanaan suatu simpang, kekurangan dan

kelebihan dari simpang bersinyal dan simpang tak bersinyal harus dijadikan suatu

pertimbangan. Adapun karakteristik simpang bersinyal dibandingkan simpang tak

bersinyal adalah sebagai berikut:

1. kemungkinan terjadinya kecelakaan dapat ditekan apa bila tidak terjadi

pelanggaran lalu lintas,

2. lampu lalu lintas lebih memberi aturan yang jelas pada saat melalui simpang,

3. simpang bersinyal dapat mengurangi konflik yang terjadi pada simpang, terutama

pada jam sibuk,

4. pada saat lalu lintas sepi, simpang bersinyal menyebabkan adanya tundaan yang

seharusnya tidak terjadi.

2.1.7.4 Pengendalian simpang

Murut Wibowo, dkk (2009),sesuai dengan kondisi lalu lintasnya ,dimana terdapat

pertemuan jalan dengan arah pergerakan yang berbeda, simpang sebidang

merupakan lokasi yang potensial untuk menjadi titik pusat konflik lalu lintas yang

bertemu, penyebab kemacetan, akibat perubahan kapasitas, tempat terjadinya

kecelakaan, konsentrasi para penyeberang jalan atau pedestarian. Masalah utama

yang saling mengkait di persimpangan adalah:

1. Volume dan kapasitas, yang secara langsung mempengaruhi hambatan,

2. Desain geometric, kebebasan padangan dan jarak antar persimpangan,

3. kecelakaan dan keselamatan jalan, kecepatan,lampu jalan,

4. Pejalan kaki, parker, akses dan perbangunan yang sifatnya umum.

Menurut abubakar dkk, (1995), sasaran yang harus di capai pada pendalian

perimpangan antara lain adalah:

1. Mengurangi atau menghindar dari kemungkinan terjadinya kecelakaan yang

disebabkan oleh adanya titik – titik konflik seperti : berpencar

(diverging), bergabung (merging), dan bersilangan (weaving),

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Dan Klasifikasi

2. Menjaga agar kapasita persimpangan operasinya dapat optimal sesuai dengan

rencana,

3. Harus memberikan petunjuk yang jelas dan pasti serta sederhana, dalam

mengarahkan arus lalu lintas yang menggunakan persimpangan.

Menurut Abubakar, dkk,(1995), dalam upaya meminimalkan kofilik dan

melancarkan arus lalu lintas ada beberapa metode pengendalian persimpangan yang

dapat dilakukan, yaitu:

1. Persimpangan prioritas

Metode pengendalian persimpangan ini adalah memberikan prioritas yang

lebih tinggi kepada kendaran yang datang dari jalan utama dari semua

kendaraan yang bergerak dari jalan kecil (jalan minor).

2. Persimpangan dengan lampu pengaturan lau lintas

Metode ini mengendalikan persimpangan dengan suatu alat yang sederhana

(manual, mekanis dan elektris) dengan berurutan untuk memrintahkan

pengemudi berhentikan atau berjalan.

3. Persimpangan dengan bundaran lalu lintas

Metode ini mengendalikan persimpangan dengan cara membatasi alih gerak

kendaraan menjadi pergerakan berpencar (diverging), bergabung (merging),

berpotongan (crossing),dan bersilangan (weaving) sehingga dapat

memeperlambat kecepatan kendaraan.

2.1.7.5 Persimpangan tidak sebidang

Metode ini mengendalikan konflik dan hambatan persimpangan dengan cara

menaikkan lajur lalu lintas atau dijalan di atas yang lain melalui penggunaan

jembatan atau terowongan.

Menurut Abubakar,dkk (1995), perlengkapan pengendalian simpang salah

satunya perbaikan kecil tertentu yang dapat di lakukan untuk semua jenis

persimpangan yang dapat meningkatkan untuk kerja (keselamatan dan efisien) yang

meliputi:

1. Kanalisasi dan pulau –pulau

Unsur desain persimpangan yang paling penting adalah mengakanalisasi

(mengarahkan) kendaraan – kendaraan kedalam lintasan – lintasan yang

bertujuan untuk mengendalikan dan mengurangi titik – titik dan daerah

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Dan Klasifikasi

konfilik. Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan marka – marka jalan,

paku – paku jalan (road stud),median – median dan pulau –pulau lalu lintas

yang timbul.

2. Pelebaran jalur – jalur masuk

Pelebaran jalan yang dilakukan pada jalan yang masuk ke persimpangan,

akan memberi kemungkianan bagi kendraan untk mengambil ruang antar

(gap) pada arus lalu lintas di suatu bundaran lalu lintas, atas waktu prioritas

pada persimpangan berlampu pengaturan lalu lintas

3. lajur – lajur percepatan dan perlambatan

Pada persimpangan – persimpangan antar jalan minor dengan jalan – jalan

kecepatan tinggi , maka merupakan hal yang penting untk menghindari

adana kecepatan relative yang tinggi dari kendraan – kendaraan cara yang

termudah adalah dengan menyediakan lajur – lajur tersendiri untk keperluan

mempercepat dan memperlambat kendraan

4 lajur – lajur belok kanan

Marka lalu lintas yang membelok ke kanan dapat menyebabkan timbulnya

keccelakaan atau hambatan bagi lalu lintas yang bergerak lurus ketika

kendaraan tersebut menuggu adanya tuang yang kosong dari lalu lintas

yang bergerak dari depan. Hal ini membutuhkan ruang tambahan yang kecil

untuk memisahkan kendaraan yang berbelok kanan dari lalu lintas yang

bergerak lurus ke dalam suatu lajur khusus,

2.1.7.6 Pengendalian terhadap perjalan kaki

Para perjalan kaki berjalan dalam suatu garis lurus yang mengarahkan kepada

tujuan, kecuali apa bila diminta untuk melakukannya. fasilitas penyebrangan bagi

pejalan kaki harus diletakkan pada tempat - tempat yang dibutuhkan, sehubungan

sengan kemana mereka akan pergi. Digunakan pagar besi dari untuk mengkanalisasi

(mengarahkan) para pejalan kaki dan penyebrangan bawah tanah (subway) serta

jembatan – jembatan penyebrangan untuk memisahkan para pejalan kaki dari arus

lalu lintas yang padat, dengan mengarahkan dan memberikan fasilitas khusus.

penyediaan fase khusus pada persimpangan berlampu lalu lintas mungkin di

perlukan jika:

1. Arus pejalan kaki yang menyeberangi setiap kaki perimpangan lebih besar dari

500 smp /jam

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Dan Klasifikasi

2. Lalu lintas yang membelok ke setiap kaki persimpangan mempunyai waktu

antra rata-rata kurang dari 5 detik, tepat pada saat arus lalu lintas tersebut

bergerak dan terjadi konflik dengan arus pejalan kaki yang besarnya lebih dari

150 orang/jam

Menurut Well (1993), walau pun lampu lalu lintas adalah alat yang sangat bak

dalam pengendalian lali lintas pada persimpangan –persimpangan yang ada dengan

memperioritaskan membuat pulau – pulau penyalur pada persimpangan –

persimpangan dapat mengurangi titik- titik konflik. bentuk sederhana dalam

penyaluran lalu lintas adalah menggunkan cat putih pada jalan. Pulau – pulau lalu

lintas hanyalah perkembangan garis – garis cat tadi dan dengan fungsi utamanya

sebagaiman halnya tanda – tanda garis adalah:

1. memisahkan arus lalu lintas secara terarah (kadang – kadang juga

kecepatannya)

2. mengarahkan pengemudi melakukan gerakan – gerakan terlarang

3. melindungi (memberikan keamanan) pengemudi yang bermaksud belok

kekanan

4. menyediakan ruang lindung bagi para pejalan satu “kesatuan”lain adalah pulau

lalu lintas seringkali merupakan tempat yg ideal untuk menempatkan peraturan

lalu lintas dan rambu – rambu pengarah dan lainnya

Menurut Departemen Pendidikan dan kebudayaan dalam kamus besar

Bahasa Indonesia (1995), kinerja adalah suatu yang di capai atau pergerakan

sistem

Menurut Abubakar ,dkk (1995) menigkatkan kinerja pada semua jenis

persimpangan dan segi keselamatan dan efisiensi adalah dengan melakukan

perlaksanaan dalam pengendalian persimpangan.

2.1.7.7 Manajemen Lalu Lintas

Menurut Hobbs (1995), tujuan pokok manajemen lalau lintas adalah

memaksimumkan pemakaian sistem jalan yang ada dan meningkatkan seamanan

jalan, tanpa merusak lalu lintas

Menurut Well (1993), agar jalan dapat berfungsi secara maksimal seta

untuk mengurangi masalah yang terus bertambah, maka dibutuhkan teknik lalu

lintas. Teknik lalau lintas adalah suatu disiplin yang relatife baru dalam bidang

teknik sipil yang meliputi perencanan lalu lintas, rencana lalu lintas, dan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Dan Klasifikasi

pengembangan jalan, bagian depan bangunan yang berbatasan dengan jalan

fasilitas parkir, pengendalian lalu lintas agar aman dan nyaman serta murah bagi

gerak perjalan maupun bagi kendaraan

Menurut Malkahamah (1996), manajemen lalau lintas adalah suatu proses

pengaturan dan penggunaan sistem jalan yang sudah ada dengan tujuan untuk

memenuhi suatu kepentingan tertentu, tanpa perlu penambahan infrastruktur baru.

2.1.7.8 Arus lalu lintas

Menurut Tamin (1997), arus lalu lintas berinteraksi dengan sistem jaringan

trasnportasi. Jika arus lalu lintas meningkat pada ruas jalan tertentu, waktu

tempuh pasti bertambah karena kecepatan manurun. Arus maksimum yang dapat

melewati suatu ruas jalan bias disebut kapasitas jalan tersebut.

Menurut Abubakar,dkk,(1995) karakteristik lalu lintas terdiri dari:

1. karakteristi primer

Karakteristik perimer dari lalu lintas ada tiga macam, yaitu: Volume Kecepatan

dan Kepadatan

2. karakteristik sekunder.

Karakteristik sekunder yang terpenting adalah jarak-antara. Ada dua yaitu waktu

– antara kendaram dan jarak - anatara kendaraan

2.1.7.9 Karakteristik volume

Menurut Hobbs (1995) volume adalah sebuah perubahan (variable) yang

paling penting pada teknik lalu lintas, dan pada dasarnya merupakan proses

perhitungan yang berhubungan dngan jumalah gerakan per satuan waktu pada

lokasi tertentu.

Menurut Abubakar, dkk (1995), karakteristik volume lalu lintas pada sautu

jalan akan bervariasi tergantung pada volume total dua arah, arah lalu lintas,

volume harian, bulaan, dan tahunan seta pada kompesisi kendraan.

1. Variasi harian, yaitu arus lalu lintas bervariasi sesuai dengan hari dalam

seminggu. Selama 6 (enam) hari dan jalan antar kota akan mejadikan sibuk dihari

Sabtu dan Minggu sore.

2. Variasi jam-an, yaitu volume lalu lintas umunya rendah pada malan hari, retapi

meninggakatnya secara sewaktu oraang mulai pergi ketempat kerja Volume jam

sibuk biasanya terjadi di jaln pertokoan pada saat orang melakukan perjalan ke

dan dari tempat kerja atau sekolah Volume jam sibuk pada jalan antara kota sulit

untuk diperkirakan.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Dan Klasifikasi

3. Variasi bulanan, yaitu volume lalu lintas yang berbeda disebabkan oleh karena

adanya perbedaan musim atau budaya masyarakat seperti pada saat liburan

lebaran dan lain – lian.

4. Variasi arah, yaitu volume arus lalu lintas dalam satu hari pada masing –

masing arah biasanya sama besar, tetapi kalau dilihat pada waktu – waktu

tertentu, misalnya pada jam sibuk banyak orang akan melakukan perjalan dalam

satu arah, demikian juga pada daerah – daerah wisata atau pada saat upacara

keagamaan juga terjadi seperti ini dan akan kembali lagi pada akhir masa liburan

tersebut. Jenis variasi ini merupakan suatu kasus yang khusus.

5. Distribusi jalur, yaitu apa bila dua lajur lalu lintas disediakan pada arah yang

sama lajur, yaitu apabila dua jalur lalu lintas disediakan pada arah yang sama,

maka distribusi kendaranan pada masing - masing lajur tersebut akan tergantung

dari volume, kecepatan dan proporsi dari kendaraan bergerak lambat dan lain

sebagainya.

2.1.7.10 Karakteristik Kecepatan

Menurut Hobbs (1995), keccepatan adalah laju perjalan yang bisasanya

dinyatakan dalam kilometer perjam (km/jam) dan umunya dibagi dalam tiga

jenis:

1. Kecepatan setempat (spot speed), yaitu menujukan distribusi yang luas, dan

banyak pertimbangan yang saling berinteraksi dalam menentukan kecepatan

tertentu yang dipilih oleh pengemudi. pertimbangan tersebut meliputi hal- hal

yang ada pada pengemudi itu sendri (misalnya sifat psikologis dan fisiologis)

keadaan – keadaan yang bertalian dengan lingkungan dan sebagainya.

2. Kecepatan perjalan (journey speed),yaitu kecepatan efektif kendaraan yang

sedang dalam perjalan antara lama waktu bagi kendaraan untuk menyelesaian

perjalan antara dua tempat ditimbulakan oleh hambatan (penundaan) lalu lintas.

3. Kecepatan bergerak (running speed), yaitu kecepatan kendraan rata – rata pada

suatu jalur pada saat kendaaran bergerak yang didapat dengan membagi jalur

dengan waktu kendaraan bergerak menempuh jalur tersebut.

2.1.8 Pelanggaran Rambu Lalu Lintas

Pelanggaran lalu lintas tertentu atau yang sering disebut dengan tilang

merupakan kasus dalam ruang lingkup hukum pidana yang diatur dalam UU

Nomor 14 Tahun 1992 (www. transparansi. or. id, 2009). Hukum pidana mengatur

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Dan Klasifikasi

perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh undang-undang dan berakibat

diterapkannya hukuman bagi barang siapa yang melakukannya dan memenuhi

unsur-unsur perbuatan yang disebutkan dalam undang ‒ undang pidana

(www.id.wikipedia.org, 2009)

Dalam Keputusan Menteri No. 61 Tahun 1993 tentang Rambu Lalu Lintas Di

Jalan pasal 1 ayat (1) Rambu Lalu Lintas adalah salah satu dari perlengkapan jalan,

berupa lambang, huruf, angka, kalimat dan / atau perpaduan diantaranya sebagai

peringatan, larangan, perintah atau petunjuk bagi pemakai jalan. Pemasangan

rambu pada jalan memiliki fungsi sebagai alat yang utama dalam mengatur,

memberi peringatan dan mengarahkan lalu lintas. Agar dapat berfungsi dengan

baik, perencanaan dan pemasangan rambu harus mempertimbangkan keseragaman

bentuk dan ukuran rambu, desain rambu, lokasi rambu, operasi rambu, serta

pemeliharaan rambu.

Menurut Undang – undang Republik Indonesia nomor 22 tahun 2009 (pasal

1:17) Rambu lalu lintas adalah bagian perlengkapan jalan yang berupa lambang,

huruf, angka, kalimat dan atau perpaduan yang berfungsi sebagai peringatan,

larangan perintah, atau petunjuk bagi pengguna jalan.

Agar rambu yang digunakan dapat berfungsi dengan efektif, maka rambu

tersebut harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

1. Memenuhi kebutuhan.

2. Menarik perhatian dan mendapat respek penguna jalan.

3. Memberikan pesan yang sederhana dan mudah dimengerti.

4. Menyediakan waktu yang cukup kepada pengguna jalan dalam memberikan

respon.

Rambu sesuai dengan fungsinya dikelompokkan menjadi 4 jenis, yaitu :

1. Rambu Peringatan

Rambu peringatan digunakan untuk memberikan peringatan kemungkinan ada

bahaya atau tempat berbahaya di bagian jalan didepannya, berwarna dasar

kuning dengan lambang atau tulisan berwarna hitam dan dapat dilengkapi

dengan papan tambahan. Rambu peringatan ditempatkan dengan jarak tertentu

pada sisi jalan sebelum tempat berbahaya dan dapat diulangi dengan ketentuan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Dan Klasifikasi

jarak antara rambu dengan awal bagian jalan yang berbahaya dinyatakan dengan

papan tambahan.

Rambu peringatan ditempatkan sekurang - kurangnya pada jarak 50 meter

atau pada jarak tertentu sebelum tempat bahaya dengan memperhatikan kondisi

lalu lintas, cuaca dan keadaan jalan yang disebabkan oleh faktor geografis,

geometris, permukaan jalan, dan kecepatan rencana jalan. Rambu peringatan

memiliki dua buah bentuk berupa bujur sangkar dan empat persegi panjang.

Berikut adalah jenis - jenis rambu peringatan sesuai dengan

2. Rambu Larangan

Rambu larangan digunakan untuk menyatakan perbuatan yang dilarang untuk

dilakukan oleh pemakai jalan, ditempatkan sedekat mungkin dengan titik

larangan dimulai serta dapat dilengkapi dengan papan tambahan, berwarna dasar

putih dengan warna lambang hitam atau merah. Untuk memberikan petunjuk

pendahuluan pada pemakai jalan dapat ditempatkan rambu petunjuk lain pada

jarak yang layak sebelum titik larangan dimulai. Berikut adalah jenis-jenis

rambu larangan sesuai dengan Tabel II A Keputusan Menteri Perhubungan

Nomor KM. 61 Tahun 1993 :

3. Rambu Perintah

Rambu perintah digunakan untuk menyatakan perintah yang wajib dilakukan

oleh pemakai jalan, ditempatkan sedekat mungkin dengan titik wajib dimulai,

dapat dilengkapi dengan papan tambahan, serta dengan warna dasar biru dan

lambang/tulisan berwarna putih serta merah untuk garis serong sebagai batas

akhir perintah. Untuk memberikan petunjuk pendahuluan pada pemakai jalan

dapat ditempatkan rambu petunjuk pada jarak yang layak sebelum titik

kewajiban dimulai.

4. Rambu Petunjuk

Rambu petunjuk digunakan untuk menyatakan petunjuk mengenai jurusan,

jalan, situasi, kota, tempat, pengaturan, fasilitas dan lain-lain bagi pemakai

jalan. Rambu petunjuk ditempatkan sedemikian rupa sehingga mempunyai daya

guna sebesar ‒ besarnya dengan memperhatikan keadaan jalan dan kondisi lalu

lintas.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Dan Klasifikasi

Rambu petunjuk yang menyatakan tempat fasilitas umum, batas wilayah suatu

daerah, situasi jalan, dan rambu berupa kata-kata serta tempat khusus

dinyatakan dengan warna dasar biru, sedangkan Rambu petunjuk pendahulu

jurusan rambu petunjuk jurusan dan rambu penegas jurusan yang menyatakan

petunjuk arah untuk mencapai tujuan antara lain kota, daerah / wilayah serta

rambu yang menyatakan nama jalan di nyatakan dengan warna dasar hijau

dengan lambang dan/atau tulisan warna putih. Serta rambu petunjuk jurusan

kawasan dan objek wisata dinyatakan dengan warna dasar coklat dengan

lambang dan/atau tulisan warna putih serta dapat dinyatakan dengan papan

tambahan.

Selain rambu-rambu yang disebutkan diatas, adapun yang disebut rambu

sementara. Rambu sementara adalah rambu lalu lintas yang tidak dipasang

secara tetap dan digunakan dalam keadaan dan kegiatan tertentu. Bentuk,

lambang, warna dan arti rambu juga berlaku ketentuan untuk rambu sementara.

Dan untuk kemudahan penggunaan rambu sementara dapat dibuat portable atau

variabel. Berikut adalah jenis-jenis rambu petunjuk sesuai dengan

5. Papan Tambahan

Papan tambahan digunakan untuk memuat keterangan yang diperlukan untuk

menyatakan hanya berlaku untuk waktu-waktu tertentu, jarak-jarak dan jenis

kendaraan tertentu ataupun perihal lainnya sebagai hasil manajemen dan

rekayasa lalu lintas. Papan tambahan berwarna dasar putih dengan tulisan dan

bingkai berwarna hitam serta tidak boleh menyatakan suatu keterangan yang

tidak berkaitan dengan rambunya sendiri. Berikut ini adalah contoh papan

tambahan yang ditempatkan pada rambu :

2.1.9 Penelitian Terdahulu

Pada tabel di jelaskan tentang penelitian terdahulu, variable penelitian, teknik

analisa seta hasil penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

NO Sumber

Penelitian

Judul Variable

Yang

Diteliti

Hasil Penelitian Hubungan dengan

penelitian sekarang

1

Aji Suraji,

Ngudi

Indikat

or

1. Perilaku

Pengendara

Terkaitnya

dengan msalah

Dari kesimpulan

terdahulu terdapat

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Dan Klasifikasi

2

3

tjhjono,

Muhamm

ad

Cakrawal

a,

Syahriar

B.Effendy

.

Willton

Wahab,

Ermanisar

, Khairul

Fahmi,SP

d.MT,

Faktor

Manusi

a

Terhad

ap

Kecela

kaan

Sepeda

Motor

Studi

Tingkat

Disiplin

Pengen

dara

Sepeda

Motor

(Studi

Kasus

Jalan

Gajah

Dan

Kampu

s ITP

2.

Kecelakaan

Berkendara

Indikator

(X1)

1.Pengaruh

Minuman

Ber Alkohol

/ Narkoba.

2.

Kelelahan

3. Ugal -

Ugalan

1. Perilaku

Pengendara

1.Persimpn

gan Traffic

Light

2.

kecelakaan

sepedamotrodi

Indonesia, factor

manusiamerupa

kan factor yang

unik dan rumit

padapenelitian

ini dilakukan

seuatu analis

terhadap

kontribusi

indicator factor

manusia paada

kecelakaanseped

a motor

Menggunakan

Pakaian yang

tepat sangat

penting Untuk

keselamatan

pengendarakare

na adkan

melindungi dan

membantu

pengendara dari

seriko

kecelakaan yang

akan terjadi

pemasangan

lampu lalu lintas

adalah bentuk

pengendalian

kesimpulan yang

menguatkan bahwa

penelitian terdahulu

berkaitan dengan bukti

variable (X1) Perilaku

pengendara

Dari kesimpulan

terdahulu terdapat

kesimpulan yang

menguatkan bahwa

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Dan Klasifikasi

4

Bambang

Edison,M

T.

Riastika

Teja

Murti,

Imam

Muthohar

Padang

Penger

uh

traffic

light

pada

Kecela

kan

Lalu

Lintas

Evaluas

i

Kinerja

Rambu

Pembat

asan

Kecepa

tan

Sebagai

Upaya

Kecelakaan

1.Pelanggar

an lalu

lintas

2.

Kecelakaan

Lalu Lintas

Indikator

(X3)

pengaturan

waktu yang

banyak

digunakan di

persimpangan

terutama untuk

jalan arteri di

perkotaan.

Manfaat yang

diperoleh dari

penggunaan

lampu lalu lintas

tersebut adalah

untuk :

mengurangi titik

konflik dan

potensi

kecelakaan,

mengurangi

tundaan dengan

mengatur

pergerakan lalu

lintas

Salah satu

penyebab utama

kecelakaan

lalulintas adalah

ketidakpatuhan

pengemudi

kendaraan

bermotor,

termasuk

berkendara

penelitian terdahulu

berkaitan dengan bukti

variable (X2)

Krakteristik Lalu Lintas

Simpang

Dari kesimpulan

terdahulu terdapat

kesimpulan yang

menguatkan bahwa

penelitian terdahulu

berkaitan dengan bukti

variable (X3)

Pelanggaran lalu lintas

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Dan Klasifikasi

5

Uri

Hermariza

, 2008

Mendu

kung

Aksi

Kesela

matan

Jalan

Studi

Iddentif

ikasi

Derah

Rawan

Kecela

kaan

Diruas

Tol

Jakarta-

Cikamp

ek

1.

Menerobos

traffic light

2. Melewati

garis marka

3.

Menghirauk

an rambu

peringatan

1.

Kecelakaan

Indikator

(Y)

1. Luka –

Luka

2. Kamatian

3.

Kerusakan

Harta

Benda

dengan

kecepatan tinggi

tanpa

memperhatikan

rambu lalu lintas

yang

menunjukkan

batas kecepatan

maksimal

kendaraan

bermotor.

Kecelakaan

seringkali terjadi

karena

ketidaksiapan

dan

kurangnya

antisipasi dari

pengemudi.

Upaya – upaya

dalam

mereduksi

kecelakaan

harus

disesuaikan

dengan

karakteristik

kecelakaan yang

terjadi. Salah

satu upaya

awal yang dapat

dilakukan dalam

rangka

penanganan

kecelakaan

adalah dengan

melakukan

identifikasi

lokasi titik

rawan

kecelakaan.

Dari kesimpulan

terdahulu terdapat

kesimpulan yang

menguatkan bahwa

penelitian terdahulu

berkaitan dengan bukti

variable (Y)

Kecelakaan

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Dan Klasifikasi

6

7

S.A

Adisasmit

a, I Renta

A. Fitriani

Aji Suraji,

Ngudi

Tjahono,

Priyo Tri

Widodo,

2010

Penger

uh

penyem

pitan

jalan

terhada

p

karakte

ristik

lalu

lintas

jalan

(Studi:J

L.P.

kemerd

ekaan

dekat

mitos

jembata

n tello)

Analisi

Faktor

kendara

an

Sepeda

motor

terhada

p risiko

kecelak

Indikator

(X2)

1.

Kecepatan

2. Volume

3. Kcepatan

Lalu lintas

1.Kecelakaa

n lalu lintas

Mengetahui

seberapa besar

pengaruh

penyempitan

jalan terhadap

karakteristik lalu

lintas, seperti:

arus, kecepatan

dan kerapatan

lalu lintas

Kondis

keselamatan lalu

lintas di

Indonesia

merupakan

persoalan yang

masih

memprihatinkan

. Hal ini didasari

oleh fakta di

mana masih

Dari kesimpulan

terdahulu terdapat

kesimpulan yang

menguatkan bahwa

penelitian terdahulu

berkaitan dengan bukti

variable (X2)

Karakteristik Lalu Lintas

Simpang

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Dan Klasifikasi

aan

lalulint

as

tingginya tingkat

kecelakaan yang

terjadi di jalan

raya. Menurut

laporan

Direktorat

LLAJ-Ditjen

Hubdat (2004),

berdasarkan data

dari Jasa

Raharja pada

tahun 2003

terdapat 26.211

orang meninggal

akibat

kecelakaan lalu

lintas jalan raya

2.2 Hipotesis

Hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk

sementara yang dapat menerangkan fakta – fakta yang diamati ataupun kondisi – kondisi

yang diamati, dan digunakan sebagai petunjuk langkah penelitian selanjutnya, “ Good and

Scates 1954. Maka untuk memberikan jawaban sementara atas masalah yang dikemukakan

diatas maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Diduga perilaku pengendara berpengaruh positif terhadap kecelakaan lalu lintas pada

ruas simpang Tlogosari Semarang.

2. Diduga Karakteristik lalu lintas simpang berpengaruh positif terhadap kecelakaan lalu

lintas berkendara di ruas simpang Tlogosari Semarang.

3. Diduga Pelnggaran rambu lalu lintas berpengaruh positif terhadap kecelakaan lalu

lintas di ruas simpang Tlogosari Semarang.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Dan Klasifikasi

2.3 Kerangka Pikir Teoritis

H1

H2

H3

= Variabel = Pengukur

= Indikator = Pengaruh

H = Hipotesis

Indikator variable Dependen (Y) Kecelakaan Lalu Lintas

PelanggaranR

ambu Lalu

Lintas (X3 )

Perilaku

Pengendara

(X1)

Kecelakaan

Lalu Lintas

(Y)

Karakteristik

Lalu Lintas

Simpang (X2)

X3.3

X.1.3

X.1.2

X.1.1

X3.1

Y3

Y2

Y1

X2.3

X2.2

X2.1

X3.2

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Dan Klasifikasi

Y1 = Luka- Luka

Y2 = Kematian

Y3 = Kerusakan Harta Benda

Indikator Variabel Independen (X1) Perilaku Pengendara

X1.1 = Pengaruh Minuman Alkohol / Narkoba

X1.2 = Kelelahan

X1.3 = Ugal- ugalan

Indikator Variabel Independen (X2) Karakteristik Lalu Lintas Simpang

X2.1 = Arus Lalu Lintas Simpang

X2.2 = Volume Lalu Lintas

X2.3 = Kecepatan Lalu Lintas

Indikator Variabel Independen (X3) Pelanggaran Rambu – Rambu Lalu Lintas

X3.1 = Menerobos Traffic Light

X3.2 = Melewati garis Marka Jalan

X3.3 = Menghiraukan Rambu peringatan