Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian Ningtyas (2011) yang berjudul “Analisis Usahatani Padi
Konvensional Dan Padi System Of Rice Intensification (Sri) Organik (Studi Kasus
di Desa Ringgit, Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah)”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis keragaan usahatani padi SRI
organik di Desa Ringgit dan menganalisis apakah terdapat perbedaan pendapatan,
produktivitas, dan efisiensi yang signifikan antara pertanian padi konvensional
dengan metode SRI organik. Pengambilan sampel penelitian ini dilakukan melalui
dua cara, yaitu metode sensus dan metode simple random sampling. Metode
pengumpulan sampel yaitu dengan sensus terhadap petani SRI organik dengan
jumlah 31 orang. Metode simple random sampling digunakan untuk pengambilan
sampel petani konvensional yaitu sebanyak 30 orang dari jumlah keselurahan
sebanyak 74 orang, dengan demikian jumlah responden sebanyak 60 orang.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa keragaan usahatani padi SRI
organik di Desa Ringgit sudah cukup sesuai dengan panduan penerapan metode
SRI organik pada umumnya dan terdapat perbedaan perlakuan antara pertanian
konvensional dengan pertanian SRI organik. Hasil analisis usahatani produktivitas
dari pertanian SRI organik sebesar 4,8 ton per hektar, lebih tinggi dibandingkan
dengan pertanian konvensional sebesar 4,5 ton per hektar, sehingga berdampak
pada penerimaan yang semakin besar.
10
Penelitian Asri (2010) yang berjudul “Studi Komparatif Pendapatan
Petani Semangka Dan Petani Padi (Studi Kasus Desa Pilang Dan Desa Sidodadi
Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen)”. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui besarnya pendapatan bersih petani semangka dan padi,
mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh pada usahatani semangka dan
padi, serta mengetahui besarnya manfaat dan biaya yang diperoleh petani dalam
usahatani semangka dan padi. Metode pengumpulan sampel dalam penelitian ini
adalah dengan metode survey berlokasi di Desa Pilang dan Desa Sidodadi
Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen.
Hasil dari penelitian tersebut yaitu thitung 3,589 > ttabel 1,671 yang berarti
terdapat perbedaan rerata pendapatan bersih dengan perbandingan 4:1 sehingga
hipotesis pertama yang menyatakan bahwa “ada perbedaan yang signifikan antara
pendapatan petani semangka dan padi ”diterima”. Serta luas lahan merupakan
faktor produksi yang berpengaruh kuat terhadap pendapatan usahatani semangka
dan padi.
Penelitian lain oleh Kartika & Hadi (2010) dengan judul “Analisis
Perbandingan Pendapatan Petani Peserta FEATI (Farmer Empowerment
Thourgh Agricultural Technology and Information) Dan Non FEATI Pada
Usahatani Padi Sawah (Di Desa Bahal Gajah, Kecamatan Sidamanik, Kabupaten
Simalungun”. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan: 1) Untuk mengetahui
realisasi mekanisme efisiensi petani pada program FEATI ini. 2) Untuk
Bandingkan produktivitas dan pendapatan dari FEATI dan petani Non FEATI
pada bisnis Rice-Field Farm. 3) Untuk Bandingkan efisiensi tingkat bisnis Rice-
Field Farm dari FEATI dan petani Non FEATI ini. Penelitian ini dilakukan pada
11
April 2012 sampai Agustus dengan menggunakan jumlah sampel 24 Rice-
Lapangan Petani, yang termasuk FEATI dan petani Non-FEATI ini. Realisasi
efisiensi petani FEATI ini memiliki kompatibel dengan program komponen
FEATI. Komponen yang bertujuan untuk kekuatan sistem informasi sesuai
dengan kebutuhan petani dan komponen dilakukan dengan disajikan pertemuan
teknologi antara petani peneliti-peneliti yang sangat membantu petani untuk
meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraan dengan meningkatkan
konektivitas informasi, teknologi, keuangan, dan infrastruktur produksi dan juga
peningkatan agribisnis. Menurut perhitungan dan analisis, dapat mengetahui
bahwa pada produktivitas rata-rata per Ha dari FEATI dan petani Non FEATI
pada bisnis Rice-Field Farm, masing-masing 5,339 Kg GKP dan 4.794,67 Kg
GKP dengan total pendapatan Rp. 7.607.701 dan Rp 4.950.682. Sedangkan, total
untuk tingkat yang sesuai dalam jumlah 1,90 untuk FEATI dan 1,53 untuk Non
FEATI. Hasil uji analisis t menunjukkan bahwa produktivitas, pendapatan dan
efisiensi tingkat petani FEATI lebih tinggi / lebih besar dari petani Non-FEATI
ini. Hal ini karena nilai ttabel > thitung. Kesimpulan bahwa program FEATI ini
berpengaruh terhadap produktivitas tingkat, pendapatan dan tingkat efisiensi
sawah.
Penelitian terdahulu yang lain adalah penelitian oleh Candra Ayu Budi
Saputri dkk (2012) yang berjudul “Studi Komparatif Usahatani Kedelai Dengan
Sistem Tanam Tugal Dan Sistem Tanam Sebar Di Desa Bogotanjung Kecamatan
Gabus Kabupaten Pati”. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan
membandingkan biaya dan pendapatan usahatani kedelai, membandingkan tingkat
efisiensi pada usahatani kedelai dengan cara sistem tanam tugal dan sistem tanam
12
sebar. Penentuan desa sebagai daerah sampel penelitian dilakukan dengan cara
purposive sampling atau sengaja, yaitu pengambilan daerah sampel yang
dilakukan secara sengaja dengan mempertimbangkan alasan tertentu sesuai
dengan tujuan penelitian. Pemilihan sampel petani menggunakan metode simple
random sampling (sampel acak sederhana), jumlah sampel pada penelitian ini
adalah 60 orang, 30 orang dengan sistem tanam tugal dan 30 orang dengan sistem
tanam sebar.
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa rata-rata
biaya usahatani kedelai dengan sistem tanam tugal lebih tinggi daripada rata-rata
biaya usahatani kedelai dengan tanam sebar. Hasil perhitungan uji t, biaya
usahatani kedelai dengan sistem tanam tugal berbeda nyata dengan petani kedelai
dengan sistem tanam sebar; rata-rata pendapatan usahatani kedelai dengan sistem
tanam tugal lebih tinggi daripada usahatani kedelai dengan sistem sebar.
Berdasarkan perhitungan uji t, pendapatan usahatani kedelai dengan sistem tanam
tugal berbeda nyata dengan petani kedelai dengan sistem tanam sebar; analisis
R/C ratio menunjukkan usahatani kedelai dengan sistem tanam tugal lebih efisien
dibanding sistem sebar; analisis Increamental B/C ratio menunjukkan usahatani
kedelai dibandingkan dengan usahatani kedelai dengan sistem tanam sebar.
Efektifitas bibit pada sistem tanam tugal lebih tinggi daripada tanam sebar
sehingga pengendalian hama juga akan lebih efektif. Nilai kemanfaatan usahatani
kedelai dengan sistem tanam tugal lebih bermanfaat bagi petani (Increamental
B/C ratio= 6,21). Hasil penelitian ini disarankan agar petani kedelai dengan sistem
tanam sebar menerapkan sistem tanam tugal, karena efektifitas bibit lebih tinggi
13
daripada tanam sebar sehingga pengendalian hama juga akan lebih efektif dalam
mengoptimalkan produksi.
2.2 Kajian Teori
2.2.1 Tanaman Cabai
Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang
memiliki nama ilmiah Genus Capsicum. Cabai berasal dari benua Amerika
tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan
Asia termasuk negara Indonesia. Tanaman cabai banyak ragam tipe pertumbuhan
dan bentuk buahnya. Terdapat 20 spesies yang sebagian besar hidup di negara
asalnya. Masyarakat pada umumnya hanya mengenal beberapa jenis saja, yakni
cabai besar, cabai keriting, cabai rawit dan paprika (Djarwaningsih, 2009).
Genus Capsicum terdiri atas 30 spesies dan lima yang paling banyak
diusahakan di Indonesia adalah C. annuum (cabai merah besar dan keriting),
kemudian diikuti oleh C. frutescens (cabai rawit) (Sinar Tani Agroinovasi, 2011).
1. Capsicum annuum, dikenal sebagai cabai merah, terdiri atas cabai merah
besar, cabai keriting, dan paprika (C. annuum var. grossum).
a. Cabai besar
Bunga cabai berwarna putih dan pada setiap buku terdapat satu kuntum
bunga. Permukaan buah cabai rata dan halus, dengan diameter sedang sampai
besar dan kulit daging buah tebal. Kadar kapsaisin buah cabai besar umumnya
rendah. Buah cabai besar umumnya dipanen setelah berwarna merah, tetapi
kadang – kadang juga dipanen ketika buah masih berwarna hijau. Cabai besar
berumur genjah dan dapat tumbuh di berbagai ketinggian, baik di lahan darat,
lahan sawah maupun pantai.
14
b. Cabai keriting
Bunga cabai keriting berwarna putih atau ungu. Buah muda berwarna hijau
atau ungu, permukaan buah bergelombang, diameternya lebih kecil
dibandingkan dengan diameter buah cabai besar, sedangkan kulit daging
buahnya lebih tipis. Umur panen cabai keriting lebih dalam dan buahnya lebih
tahan disimpan. Cabai keriting dapat tumbuh di berbagai ketinggian, baik
dilahan darat, maupun lahan sawah.
2. Capsicum frutescens (cabai rawit)
Cabai rawit yang masih muda berwarna putih, kuning, atau hijau.
Bunganya berwarna putih kehijauan. Pada umumnya, dalam satu ruas terdapat
satu kuntum bunga, tetapi kadang – kadang lebih dari satu. Tangkai bunga
tegak saat anthesis, tetapi bunganya merunduk, sedangkan tangkai daun
pendek. Daging buah umumnya lunak, dengan kapsaisin yang kadarnya tinggi,
sehingga rasa buah pedas.
Syarat tumbuh tanaman cabai menurut Tjahjadi dalam Nurfalach (2010)
yaitu pada lingkungan dengan suhu 24-28ºC. Pertumbuhan tanaman cabai akan
optimum jika ditanam pada tanah yang gembur, subur, dan banyak mengandung
humus (bahan organik) dengan pH 6-7, salain itu tanah yang mengandung unsur-
unsur pokok yaitu unsur N dan K, tanaman cabai tidak suka dengan air yang
menggenang.
2.2.2 Definisi Usahatani
Definisi usahatani menurut J.P. Makeham dkk dalam Anas Tain (2015)
adalah terjemahan dari farm management yaitu tentang cara bagaimana mengelola
kegiatan pertanian. Jenis dan ukuran usahatani berkisar sebidang lahan yang
15
sempit hingga lahan luas yang dimiliki suatu perusahaan hingga suatu Negara.
Usahatani dapat dikelola oleh seorang penggarap lahan atau pemiliknya, maupun
seorang pimpinan perusahaan yang umumnya disebut manajer yang berada di
bawah naungan perusahaan, atau bisajadi seorang pemilik lahan yang tinggal jauh
dari lahan yang dimilikinya.
Mosher (1968) dalam Ningtyas (2011) mengemukakan bahwa usahatani
merupakan suatu tempat atau sebagian dari permukaan bumi di mana pertanian
diselenggarakan oleh seorang petani, baik sebagai seorang pemilik, penyakap atau
manajer yang digaji dari sumber-sumber alam yang terdapat pada tempat itu yang
diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air, perbaikan-perbaikan
yang dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan
di atas tanah itu dan sebagainya.
Pendapat Soekartawi (1995) dalam Shinta (2011) bahwa ilmu usahatani
adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya
pada waktu tertentu secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang
tinggi. Usahatani dapat dikatakan efektif apabila seorang petani dapat
mengelolanya dengan baik, dan efisien apabila pemanfaatan sumberdaya tersebut
mengeluarkan output yang melebihi input.
Berdasarkan berbagai pendapat definisi tentang usahatani di atas maka
dapat disimpukan ilmu usahatani adalah ilmu tentang bagaimana seorang
mengelola faktor-faktor produksi berupa lahan, air bahkan sumberdaya manusia
dalam mengusahakan aktifitas pertanian. Usahatani dapat dikatakan efisien
apabila output yang dihasilkan lebih besar daripada input yang dikeluarkan. Serta
efektif yaitu semua sumberdaya yang dipergunakan dikelola dengan baik dan
16
tidak terbuang sia-sia, sehingga aktifitas usahatani yang dilakukan mendatangkan
keuntungan bagi petani.
Empat unsur pokok menurut Shinta (2011) dalam usahatani yaitu antara
lain:
1. Lahan
Lahan adalah Lahan ialah tempat di mana kegiatan produksi usahatani dan
sebagai tempat tinggal dari keluarga petani tersebut. Lahan berfungsi sebagai
faktor produksi dan dipengaruhi oleh tingkat kesuburan, letak lahan, luas lahan,
hubungan petani dan lahan, lokasi, intensifikasi, dan fasilitas.
2. Modal
Modal bertujuan untuk meningkatkan produktivitas kerja dan kekayaan
usahatani itu sendiri. Menurut kegunaannya, modal dibagi menjadi dua, yakni
modal tetap atau modal yang dapat digunakan untuk lebih dari satu proses
produksi dan modal lancar atau modal yang digunakan untuk sekali proses
produksi. Sumber pembentukan modal dapat berasal dari milik sendiri, pinjaman
(kredit dari bank, dari tetangga atau famili), warisan, dari usaha lain dan kontrak
sewa. contoh modal dalam usahatani, misalnya berupa tanah, bangunan, alat-alat
pertanian, tanaman, ternak, saprodi, piutang dari bank dan uang tunai
3. Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah energi yang dicurahkan dalam suatu proses kegiatan
untuk menghasilkan suatu produk. Tenaga kerja manusia (laki-laki, perempuan
dan anak-anak) bisa berasal dari dalam maupun luar keluarga. Tenaga kerja luar
keluarga diperoleh dengan cara upahan.
4. Manajemen dan Pengelolahan
17
Manajemen dalam usahatani adalah kemampuan petani dalam
merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, sumberdaya manusia serta
mengkoordinasikan dan mengawasi faktor produksi yang dimiliknya sehingga
mampu memberikan produksi seperti yang diharapkan.
2.2.3 Budidaya Bibit Cabai
Tanaman cabai adalah tanaman yang berkembang biak dengan cara
generativ yaitu melalui biji. Pendapat Hernanda (2010) dalam budidaya cabai, biji
atau benih dapat langsung ditanam di kebun atau disemaikan terlebih dahulu.
Risiko kerugian akibat tanaman cabai yang rentan rusak karena cuaca yang
ekstrim lebih renta terjadi apabila benih langsung ditanam di kebun, maka akan
lebih baik jika tanaman disemaikan terlebih dahulu, sehingga dapat terhindar dari
kerugian akibat risiko tanaman cabai yang rentan rusak karena cuaca yang ekstrim
akan lebih baik jika disemaikan terlebih dahulu.
Tahap – tahap dalam melakukan budidaya bibit cabai
1. Seleksi Benih
Pertama yang perlu dipersiapkan untuk membuat bibit cabai adalah
menyiapkan benih yang berkualitas, karena penggunaan benih yang
bermutu dapat meminimalisir risiko kerugian akibat kegagalan budidaya
tanaman. Empat komponen mutu yang perlu diperhatikan dalam memilih
benih cabai yaitu, mutu genetik, mutu fisiologis, mutu fisik, dan mutu
kesehatan dalam Sinar Tani Agroinovasi (2011).
2. Menyiapkan Lahan
Tempat persemaian menggunakan atap plastik dan menghadap ke
Timur. Media persemaian berupa campuran pupuk kandang yang telah
18
matang dan tanah dengan perbandingan 1 : 1. Sebelum disemai, benih
cabai sebaiknya direndam dahulu dengan fungisida Propamocarb dengan
konsentrasi 0,1% selama 1 jam atau dengan air panas + 50º C selama + 1
malam.
3. Pembibitan
Benih disemai dengan cara disebar pada media yang sudah
diratakan, kemudian ditutup dengan tanah halus dengan ketebalan + 0,5
cm. Setelah benih berkecambah, penutup persemaian dibuka. Setelah 6 – 7
hari biji berkecambah, bibit dipindahkan ke bumbungan/pot – pot kecil
yang terbuat dari plastik atau daun pisang, untuk meningkatkan daya
adaptasi dan daya tumbuh bibit pada saat dipindahkan ke lapangan. Bibit
dipindahkan ke lapangan ataupun dijual setelah berumur 7 – 8 minggu
setelah semai atau setelah bibit mempunyai 4 – 5 helai daun.
2.2.4 Biaya Usahatani
Definisi Biaya menurut Tiku (2008) menyebutkan bahwa biaya atau
pengeluaran usahatani adalah semua nilai yang habis dikeluarkan untuk melakukan
proses produksi, kecuali biaya upah tenaga kerja keluarga petani. Pendapat lain
mengemukakan bahwa biaya adalah korbanan yang dicurahkan dalam proses
produksi semula fisik, kemudian semua korbanan yang dikeluarkan dijadikan nominal
dalam rupiah, Handayani (2010). Definisi Biaya Usahatani dapat disimpukan bahwa
semua sumberdaya baik uang maupun barang yang dikeluarkan untuk melakukan
proses produksi.
Biaya usahatani menurut Soekartawi, et.al. dalam Fazlurrahman (2012)
terbagi menjadi dua, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap sendiri adalah
biaya yang relative tetap jumlahnya dan bertambahnya biaya tetap tidak berpengaruh
19
terhadap jumlah produksi. Biaya tetap meliputi pajak, penyusutan alat produksi,
bunga pinjaman, sewa lahan dan iuran irigasi, sedangkan biaya variable kewajiban
yang harus dibayar perusahaan per satuan waktu tertentu, guna pembayaran seluruh
input variabel yang digunakan dalam proses produksi. Pendapat lain menyebutkan
bahwa biaya produksi berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi tiga yaitu biaya
produksi tetap (Fixed Cost), biaya produksi variabel (Variabel Cost), Biaya produksi
total (Total Cost) (Joesron dan Fathorrazi, 2012). Biaya produksi total (Total Cost)
merupakan jumlah dari biaya variabel dalam proses produksi.
Rumus Biaya Produksi Total (TC) adalah:
TC = FC + VC
Keterangan:
TC = Biaya produksi total (Total Cost)
FC = Biaya produksi tetap (Fixed Cost)
VC = Biaya produksi variabel (Variabel Cost)
2.2.5 Penerimaan
Penerimaan adalah pembayaran yang diterima perusahaan dari penjualan
barang atau jasa. Menurut Fazlurrahman (2012), penerimaan adalah perkalian antara
output yang dihasilkan dengan harga jual. Secara sistematis dapat ditulis sebagai
berikut:
TR = P x Q
Dimana
TR = Penerimaan total (Total Revenue)
P = Harga (Price)
Q = Jumlah produk yang dihasilkan (Quantity)
20
Semakin banyak produk yang dihasilkan maka semakin tinggi harga per unit
produk bersangkutan, maka penerimaan total yang diterima produsen akan semakin
besar. Jika produk yang dihasilkan sedikit dan harganya rendah maka penerimaan
total yang diterima oleh produsen semakin kecil. Penerimaan total yang dikeluarkan
akan memperoleh pendapatan bersih yang merupakan keuntungan yang diperoleh
produsen.
2.2.6 Pendapatan Usahatani
Tujuan utama sebuah usahatani adalah pendapatan, karena dengan adanya
pendapatan biaya terkait operasional usahatani dapat terpenuhi sehingga usahatani
dapat berjalan dengan semestinya. Definisi pendapatan usahatani menurut
Tjakrawiralaksana dalam Tiku (2008) adalah selisih biaya yang dikeluarkan dan
penerimaan yang diperoleh. Besarnya pendapatan yang diterima merupakan balas
jasa untuk tenaga kerja, modal kerja keluarga yang dipakai dan pengelolaan yang
dilakukan oleh seluruh anggota keluarga.
Bentuk dan jumlah pendapatan memiliki fungsi yang sama, yaitu untuk
memenuhi keperluan sehari-hari dan memberikan kepuasan petani agar dapat
melanjutkan kegiatannya. Pendapatan ini akan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dan kewajiban-kewajiban, maka oleh sebab itu pendapatan
yang diterima petani akan dialokasikan pada berbagai kebutuhan. Analisis
pendapatan bagi seorang petani sangat dibutuhkan, karena dengan analisis
tersebut seorang petani dapat mengetahui usahatani yang sedang dijalankan
menguntungkan atau tidak. Usahatani dapat dikatakan sukses apabila memenuhi
beberapa syarat sebagi berikut:
21
a. Pendapatannya cukup untuk membayar semua pembelian sarana produksi
termasuk biaya angkutan dan biaya administrasi yang mungkin melekat
pada pembelian tersebut.
b. Cukup untuk membayar upah tenaga kerja ataupun dalam bentuk lain
untuk tenaga kerja yang tidak diupah.
c. Cukup untuk membayar bunga modal yang ditanamkan (termasuk
pembayaran sewa tanah atau pembayaran dana depresi modal).
Secara matematis rumus pendapatan bersih yaitu :
Π = Y. Py – ΣXi.Pxi – BTT
Keterangan :
π = pendapatan (Rp)
Y = hasil produksi (bibit)
Py = harga hasil produksi (Rp)
Xi = faktor produksi
Pxi = harga faktor produksi (Rp)
BTT = biaya tetap total (Rp)
Pendapatan juga dapat dihitung menggunakan rumus (Soekartawi, 1995) dalam
Fazlurrahman (2012) :
π = TR-TC
Keterangan :
π = keuntungan/pendapatan
TR = total revenue (total penerimaan)
TC = total cost (total biaya)
22
2.2.7 Efisiensi Usaha
Keberhasilan suatu usahatani selain dapat diukur dengan analisis
pendapatan juga dapat diukur dari analisis efisiensi. Salah satu ukuran efisiensi
usahatani adalah rasio imbangan penerimaan dan biaya yaitu R/C rasio (revenue
cost ratio). Perhitungan analisis R/C rasio sebaiknya dibagi dua, yaitu R/C yang
menggunakan biaya yang secara riil dikeluarkan pengusaha dan R/C yang
menghitung semua biaya, baik biaya yang riil dikeluarkan maupun biaya yang
tidak riil dikeluarkan (Soekartawi,1995). Efisiensi menurut Sukirno dalam Shinta
(2011) didefinisikan sebagai kombinasi antara faktor produksi yang digunakan
dalam kegiatan produksi untuk menghasilkan output yang optimal.
Mubyarto dalam Hasanah (2014) mengemukakan bahwa efisieni adalah
banyaknya hasil produksi fisik yang dapat diperoleh dari satu kesatuan faktor
produksi (input). Pendapat lain tentang efisiensi adalah rasio antara output dan
input, dan perbandingan antara masukkan dan keluaran. Apa saja yang
dimaksudkan dengan masukan serta bagaimana angka perbandingan tersebut
diperoleh, akan tergantung dari tujuan penggunaan tolak ukur tersebut. Secara
sederhana menurut Nopirin (1997) dalam Az-zarnuji dan Hendarto (2009). Salah
satu pengukur efisiensi adalah R-C rasio. R-C rasio adalah singkatan Return Cost
Ratio atau dikenal dengan perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya.
Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
a = TR/TC
Keterangan :
a = pembanding (nisbah) antara penerimaan dan biaya
TR = Total Penerimaan (Rupiah)
23
TC = Total Biaya (Rupiah)
Kriteria yang digunakan dalam penentuan efisiensi usaha adalah R/C > 1
berarti usaha sudah dijalankan secara efisien. R/C = 1 berarti usaha yang
dijalankan dalam kondisi titik impas/Break Event Point (BEP). R/C < 1 berarti
usaha tidak dijalankan secara efisien (Soekartawi, 1995) dalam Shinta (2011).
2.3 Kerangka Pemikiran
Permasalahan yang sering dialami oleh petani bibit cabai di Desa Dilem
adalah harga cabai yang berfluktuasi sehingga berpengaruh pada minat petani
untuk usahatani cabai. Keadaan tersebut otomatis akan mengakibatkan tingkat
permintaan antara bibit cabai rawit dan cabai besar yang tidak menentu, serta
mahalnya biaya sarana produksi salah satunya adalah benih cabai impor, sehingga
menjadi permasalahan yang cukup kompleks bagi petani pembibitan di Desa
Dilem. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui struktur
biaya, pendapatan, penerimaan dan efisiensi antara usahatani bibit cabai rawit
dengan cabai besar.
Perbedaan berbagai penggunaan faktor produksi pada usaha pembibitan
cabai rawit maupun cabai besar akan berpengaruh terhadap struktur biaya dan
pendapatan dari kedua usaha pembibitan. Analisis efisiensi usaha dapat
menggambarkan bagaimana struktur biayanya dan komponen biaya apa saja yang
bisa dikurangi atau mungkin dihilangkan. Langkah selanjutnya perbandingan
sruktur biaya, penerimaan, pendapatan, dan R/C Ratio diuji menggunakan
software SPSS for window menggunakan uji Independent Sample t test.
24
Alur Kerangka Pemikiran
Gambar 2 Kerangka Pemikiran
Sama Berbeda
Biaya Tetap R/C Ratio > 1
Efisien
Biaya Variabel R/C Ratio = 1
Impas
R/C Ratio <1
Tidak Efisien
Uji Independen Sampel t test
Usahatani Bibit Cabai
Usahatani Bibit Cabai Besar
Usahatani Bibit Cabai Rawit
Struktur
biaya
Pendapatan
Efisiensi
Usaha
Analisis Usaha
Penerimaan
25
2.4 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, muncul hipotesis sebagai berikut:
1. Diduga terdapat perbedaan rata-rata total biaya antara usahatani
pembibitan Cabai Besar dengan Cabai Rawit.
2. Diduga terdapat perbedaan rata-rata pendapatan antara usahatani
pembibitan Cabai Besar dengan Cabai Rawit.