17
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian Ningtyas (2011) yang berjudul Analisis Usahatani Padi Konvensional Dan Padi System Of Rice Intensification (Sri) Organik (Studi Kasus di Desa Ringgit, Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis keragaan usahatani padi SRI organik di Desa Ringgit dan menganalisis apakah terdapat perbedaan pendapatan, produktivitas, dan efisiensi yang signifikan antara pertanian padi konvensional dengan metode SRI organik. Pengambilan sampel penelitian ini dilakukan melalui dua cara, yaitu metode sensus dan metode simple random sampling. Metode pengumpulan sampel yaitu dengan sensus terhadap petani SRI organik dengan jumlah 31 orang. Metode simple random sampling digunakan untuk pengambilan sampel petani konvensional yaitu sebanyak 30 orang dari jumlah keselurahan sebanyak 74 orang, dengan demikian jumlah responden sebanyak 60 orang. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa keragaan usahatani padi SRI organik di Desa Ringgit sudah cukup sesuai dengan panduan penerapan metode SRI organik pada umumnya dan terdapat perbedaan perlakuan antara pertanian konvensional dengan pertanian SRI organik. Hasil analisis usahatani produktivitas dari pertanian SRI organik sebesar 4,8 ton per hektar, lebih tinggi dibandingkan dengan pertanian konvensional sebesar 4,5 ton per hektar, sehingga berdampak pada penerimaan yang semakin besar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/36319/3/jiptummpp-gdl-ahmadarisf-51181-3-babiir-v.… · 10 Penelitian Asri (2010) yang berjudul “ Studi Komparatif

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/36319/3/jiptummpp-gdl-ahmadarisf-51181-3-babiir-v.… · 10 Penelitian Asri (2010) yang berjudul “ Studi Komparatif

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian Ningtyas (2011) yang berjudul “Analisis Usahatani Padi

Konvensional Dan Padi System Of Rice Intensification (Sri) Organik (Studi Kasus

di Desa Ringgit, Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah)”.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis keragaan usahatani padi SRI

organik di Desa Ringgit dan menganalisis apakah terdapat perbedaan pendapatan,

produktivitas, dan efisiensi yang signifikan antara pertanian padi konvensional

dengan metode SRI organik. Pengambilan sampel penelitian ini dilakukan melalui

dua cara, yaitu metode sensus dan metode simple random sampling. Metode

pengumpulan sampel yaitu dengan sensus terhadap petani SRI organik dengan

jumlah 31 orang. Metode simple random sampling digunakan untuk pengambilan

sampel petani konvensional yaitu sebanyak 30 orang dari jumlah keselurahan

sebanyak 74 orang, dengan demikian jumlah responden sebanyak 60 orang.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa keragaan usahatani padi SRI

organik di Desa Ringgit sudah cukup sesuai dengan panduan penerapan metode

SRI organik pada umumnya dan terdapat perbedaan perlakuan antara pertanian

konvensional dengan pertanian SRI organik. Hasil analisis usahatani produktivitas

dari pertanian SRI organik sebesar 4,8 ton per hektar, lebih tinggi dibandingkan

dengan pertanian konvensional sebesar 4,5 ton per hektar, sehingga berdampak

pada penerimaan yang semakin besar.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/36319/3/jiptummpp-gdl-ahmadarisf-51181-3-babiir-v.… · 10 Penelitian Asri (2010) yang berjudul “ Studi Komparatif

10

Penelitian Asri (2010) yang berjudul “Studi Komparatif Pendapatan

Petani Semangka Dan Petani Padi (Studi Kasus Desa Pilang Dan Desa Sidodadi

Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen)”. Tujuan penelitian ini adalah

mengetahui besarnya pendapatan bersih petani semangka dan padi,

mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh pada usahatani semangka dan

padi, serta mengetahui besarnya manfaat dan biaya yang diperoleh petani dalam

usahatani semangka dan padi. Metode pengumpulan sampel dalam penelitian ini

adalah dengan metode survey berlokasi di Desa Pilang dan Desa Sidodadi

Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen.

Hasil dari penelitian tersebut yaitu thitung 3,589 > ttabel 1,671 yang berarti

terdapat perbedaan rerata pendapatan bersih dengan perbandingan 4:1 sehingga

hipotesis pertama yang menyatakan bahwa “ada perbedaan yang signifikan antara

pendapatan petani semangka dan padi ”diterima”. Serta luas lahan merupakan

faktor produksi yang berpengaruh kuat terhadap pendapatan usahatani semangka

dan padi.

Penelitian lain oleh Kartika & Hadi (2010) dengan judul “Analisis

Perbandingan Pendapatan Petani Peserta FEATI (Farmer Empowerment

Thourgh Agricultural Technology and Information) Dan Non FEATI Pada

Usahatani Padi Sawah (Di Desa Bahal Gajah, Kecamatan Sidamanik, Kabupaten

Simalungun”. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan: 1) Untuk mengetahui

realisasi mekanisme efisiensi petani pada program FEATI ini. 2) Untuk

Bandingkan produktivitas dan pendapatan dari FEATI dan petani Non FEATI

pada bisnis Rice-Field Farm. 3) Untuk Bandingkan efisiensi tingkat bisnis Rice-

Field Farm dari FEATI dan petani Non FEATI ini. Penelitian ini dilakukan pada

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/36319/3/jiptummpp-gdl-ahmadarisf-51181-3-babiir-v.… · 10 Penelitian Asri (2010) yang berjudul “ Studi Komparatif

11

April 2012 sampai Agustus dengan menggunakan jumlah sampel 24 Rice-

Lapangan Petani, yang termasuk FEATI dan petani Non-FEATI ini. Realisasi

efisiensi petani FEATI ini memiliki kompatibel dengan program komponen

FEATI. Komponen yang bertujuan untuk kekuatan sistem informasi sesuai

dengan kebutuhan petani dan komponen dilakukan dengan disajikan pertemuan

teknologi antara petani peneliti-peneliti yang sangat membantu petani untuk

meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraan dengan meningkatkan

konektivitas informasi, teknologi, keuangan, dan infrastruktur produksi dan juga

peningkatan agribisnis. Menurut perhitungan dan analisis, dapat mengetahui

bahwa pada produktivitas rata-rata per Ha dari FEATI dan petani Non FEATI

pada bisnis Rice-Field Farm, masing-masing 5,339 Kg GKP dan 4.794,67 Kg

GKP dengan total pendapatan Rp. 7.607.701 dan Rp 4.950.682. Sedangkan, total

untuk tingkat yang sesuai dalam jumlah 1,90 untuk FEATI dan 1,53 untuk Non

FEATI. Hasil uji analisis t menunjukkan bahwa produktivitas, pendapatan dan

efisiensi tingkat petani FEATI lebih tinggi / lebih besar dari petani Non-FEATI

ini. Hal ini karena nilai ttabel > thitung. Kesimpulan bahwa program FEATI ini

berpengaruh terhadap produktivitas tingkat, pendapatan dan tingkat efisiensi

sawah.

Penelitian terdahulu yang lain adalah penelitian oleh Candra Ayu Budi

Saputri dkk (2012) yang berjudul “Studi Komparatif Usahatani Kedelai Dengan

Sistem Tanam Tugal Dan Sistem Tanam Sebar Di Desa Bogotanjung Kecamatan

Gabus Kabupaten Pati”. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan

membandingkan biaya dan pendapatan usahatani kedelai, membandingkan tingkat

efisiensi pada usahatani kedelai dengan cara sistem tanam tugal dan sistem tanam

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/36319/3/jiptummpp-gdl-ahmadarisf-51181-3-babiir-v.… · 10 Penelitian Asri (2010) yang berjudul “ Studi Komparatif

12

sebar. Penentuan desa sebagai daerah sampel penelitian dilakukan dengan cara

purposive sampling atau sengaja, yaitu pengambilan daerah sampel yang

dilakukan secara sengaja dengan mempertimbangkan alasan tertentu sesuai

dengan tujuan penelitian. Pemilihan sampel petani menggunakan metode simple

random sampling (sampel acak sederhana), jumlah sampel pada penelitian ini

adalah 60 orang, 30 orang dengan sistem tanam tugal dan 30 orang dengan sistem

tanam sebar.

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa rata-rata

biaya usahatani kedelai dengan sistem tanam tugal lebih tinggi daripada rata-rata

biaya usahatani kedelai dengan tanam sebar. Hasil perhitungan uji t, biaya

usahatani kedelai dengan sistem tanam tugal berbeda nyata dengan petani kedelai

dengan sistem tanam sebar; rata-rata pendapatan usahatani kedelai dengan sistem

tanam tugal lebih tinggi daripada usahatani kedelai dengan sistem sebar.

Berdasarkan perhitungan uji t, pendapatan usahatani kedelai dengan sistem tanam

tugal berbeda nyata dengan petani kedelai dengan sistem tanam sebar; analisis

R/C ratio menunjukkan usahatani kedelai dengan sistem tanam tugal lebih efisien

dibanding sistem sebar; analisis Increamental B/C ratio menunjukkan usahatani

kedelai dibandingkan dengan usahatani kedelai dengan sistem tanam sebar.

Efektifitas bibit pada sistem tanam tugal lebih tinggi daripada tanam sebar

sehingga pengendalian hama juga akan lebih efektif. Nilai kemanfaatan usahatani

kedelai dengan sistem tanam tugal lebih bermanfaat bagi petani (Increamental

B/C ratio= 6,21). Hasil penelitian ini disarankan agar petani kedelai dengan sistem

tanam sebar menerapkan sistem tanam tugal, karena efektifitas bibit lebih tinggi

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/36319/3/jiptummpp-gdl-ahmadarisf-51181-3-babiir-v.… · 10 Penelitian Asri (2010) yang berjudul “ Studi Komparatif

13

daripada tanam sebar sehingga pengendalian hama juga akan lebih efektif dalam

mengoptimalkan produksi.

2.2 Kajian Teori

2.2.1 Tanaman Cabai

Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang

memiliki nama ilmiah Genus Capsicum. Cabai berasal dari benua Amerika

tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan

Asia termasuk negara Indonesia. Tanaman cabai banyak ragam tipe pertumbuhan

dan bentuk buahnya. Terdapat 20 spesies yang sebagian besar hidup di negara

asalnya. Masyarakat pada umumnya hanya mengenal beberapa jenis saja, yakni

cabai besar, cabai keriting, cabai rawit dan paprika (Djarwaningsih, 2009).

Genus Capsicum terdiri atas 30 spesies dan lima yang paling banyak

diusahakan di Indonesia adalah C. annuum (cabai merah besar dan keriting),

kemudian diikuti oleh C. frutescens (cabai rawit) (Sinar Tani Agroinovasi, 2011).

1. Capsicum annuum, dikenal sebagai cabai merah, terdiri atas cabai merah

besar, cabai keriting, dan paprika (C. annuum var. grossum).

a. Cabai besar

Bunga cabai berwarna putih dan pada setiap buku terdapat satu kuntum

bunga. Permukaan buah cabai rata dan halus, dengan diameter sedang sampai

besar dan kulit daging buah tebal. Kadar kapsaisin buah cabai besar umumnya

rendah. Buah cabai besar umumnya dipanen setelah berwarna merah, tetapi

kadang – kadang juga dipanen ketika buah masih berwarna hijau. Cabai besar

berumur genjah dan dapat tumbuh di berbagai ketinggian, baik di lahan darat,

lahan sawah maupun pantai.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/36319/3/jiptummpp-gdl-ahmadarisf-51181-3-babiir-v.… · 10 Penelitian Asri (2010) yang berjudul “ Studi Komparatif

14

b. Cabai keriting

Bunga cabai keriting berwarna putih atau ungu. Buah muda berwarna hijau

atau ungu, permukaan buah bergelombang, diameternya lebih kecil

dibandingkan dengan diameter buah cabai besar, sedangkan kulit daging

buahnya lebih tipis. Umur panen cabai keriting lebih dalam dan buahnya lebih

tahan disimpan. Cabai keriting dapat tumbuh di berbagai ketinggian, baik

dilahan darat, maupun lahan sawah.

2. Capsicum frutescens (cabai rawit)

Cabai rawit yang masih muda berwarna putih, kuning, atau hijau.

Bunganya berwarna putih kehijauan. Pada umumnya, dalam satu ruas terdapat

satu kuntum bunga, tetapi kadang – kadang lebih dari satu. Tangkai bunga

tegak saat anthesis, tetapi bunganya merunduk, sedangkan tangkai daun

pendek. Daging buah umumnya lunak, dengan kapsaisin yang kadarnya tinggi,

sehingga rasa buah pedas.

Syarat tumbuh tanaman cabai menurut Tjahjadi dalam Nurfalach (2010)

yaitu pada lingkungan dengan suhu 24-28ºC. Pertumbuhan tanaman cabai akan

optimum jika ditanam pada tanah yang gembur, subur, dan banyak mengandung

humus (bahan organik) dengan pH 6-7, salain itu tanah yang mengandung unsur-

unsur pokok yaitu unsur N dan K, tanaman cabai tidak suka dengan air yang

menggenang.

2.2.2 Definisi Usahatani

Definisi usahatani menurut J.P. Makeham dkk dalam Anas Tain (2015)

adalah terjemahan dari farm management yaitu tentang cara bagaimana mengelola

kegiatan pertanian. Jenis dan ukuran usahatani berkisar sebidang lahan yang

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/36319/3/jiptummpp-gdl-ahmadarisf-51181-3-babiir-v.… · 10 Penelitian Asri (2010) yang berjudul “ Studi Komparatif

15

sempit hingga lahan luas yang dimiliki suatu perusahaan hingga suatu Negara.

Usahatani dapat dikelola oleh seorang penggarap lahan atau pemiliknya, maupun

seorang pimpinan perusahaan yang umumnya disebut manajer yang berada di

bawah naungan perusahaan, atau bisajadi seorang pemilik lahan yang tinggal jauh

dari lahan yang dimilikinya.

Mosher (1968) dalam Ningtyas (2011) mengemukakan bahwa usahatani

merupakan suatu tempat atau sebagian dari permukaan bumi di mana pertanian

diselenggarakan oleh seorang petani, baik sebagai seorang pemilik, penyakap atau

manajer yang digaji dari sumber-sumber alam yang terdapat pada tempat itu yang

diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air, perbaikan-perbaikan

yang dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan

di atas tanah itu dan sebagainya.

Pendapat Soekartawi (1995) dalam Shinta (2011) bahwa ilmu usahatani

adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya

pada waktu tertentu secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang

tinggi. Usahatani dapat dikatakan efektif apabila seorang petani dapat

mengelolanya dengan baik, dan efisien apabila pemanfaatan sumberdaya tersebut

mengeluarkan output yang melebihi input.

Berdasarkan berbagai pendapat definisi tentang usahatani di atas maka

dapat disimpukan ilmu usahatani adalah ilmu tentang bagaimana seorang

mengelola faktor-faktor produksi berupa lahan, air bahkan sumberdaya manusia

dalam mengusahakan aktifitas pertanian. Usahatani dapat dikatakan efisien

apabila output yang dihasilkan lebih besar daripada input yang dikeluarkan. Serta

efektif yaitu semua sumberdaya yang dipergunakan dikelola dengan baik dan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/36319/3/jiptummpp-gdl-ahmadarisf-51181-3-babiir-v.… · 10 Penelitian Asri (2010) yang berjudul “ Studi Komparatif

16

tidak terbuang sia-sia, sehingga aktifitas usahatani yang dilakukan mendatangkan

keuntungan bagi petani.

Empat unsur pokok menurut Shinta (2011) dalam usahatani yaitu antara

lain:

1. Lahan

Lahan adalah Lahan ialah tempat di mana kegiatan produksi usahatani dan

sebagai tempat tinggal dari keluarga petani tersebut. Lahan berfungsi sebagai

faktor produksi dan dipengaruhi oleh tingkat kesuburan, letak lahan, luas lahan,

hubungan petani dan lahan, lokasi, intensifikasi, dan fasilitas.

2. Modal

Modal bertujuan untuk meningkatkan produktivitas kerja dan kekayaan

usahatani itu sendiri. Menurut kegunaannya, modal dibagi menjadi dua, yakni

modal tetap atau modal yang dapat digunakan untuk lebih dari satu proses

produksi dan modal lancar atau modal yang digunakan untuk sekali proses

produksi. Sumber pembentukan modal dapat berasal dari milik sendiri, pinjaman

(kredit dari bank, dari tetangga atau famili), warisan, dari usaha lain dan kontrak

sewa. contoh modal dalam usahatani, misalnya berupa tanah, bangunan, alat-alat

pertanian, tanaman, ternak, saprodi, piutang dari bank dan uang tunai

3. Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah energi yang dicurahkan dalam suatu proses kegiatan

untuk menghasilkan suatu produk. Tenaga kerja manusia (laki-laki, perempuan

dan anak-anak) bisa berasal dari dalam maupun luar keluarga. Tenaga kerja luar

keluarga diperoleh dengan cara upahan.

4. Manajemen dan Pengelolahan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/36319/3/jiptummpp-gdl-ahmadarisf-51181-3-babiir-v.… · 10 Penelitian Asri (2010) yang berjudul “ Studi Komparatif

17

Manajemen dalam usahatani adalah kemampuan petani dalam

merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, sumberdaya manusia serta

mengkoordinasikan dan mengawasi faktor produksi yang dimiliknya sehingga

mampu memberikan produksi seperti yang diharapkan.

2.2.3 Budidaya Bibit Cabai

Tanaman cabai adalah tanaman yang berkembang biak dengan cara

generativ yaitu melalui biji. Pendapat Hernanda (2010) dalam budidaya cabai, biji

atau benih dapat langsung ditanam di kebun atau disemaikan terlebih dahulu.

Risiko kerugian akibat tanaman cabai yang rentan rusak karena cuaca yang

ekstrim lebih renta terjadi apabila benih langsung ditanam di kebun, maka akan

lebih baik jika tanaman disemaikan terlebih dahulu, sehingga dapat terhindar dari

kerugian akibat risiko tanaman cabai yang rentan rusak karena cuaca yang ekstrim

akan lebih baik jika disemaikan terlebih dahulu.

Tahap – tahap dalam melakukan budidaya bibit cabai

1. Seleksi Benih

Pertama yang perlu dipersiapkan untuk membuat bibit cabai adalah

menyiapkan benih yang berkualitas, karena penggunaan benih yang

bermutu dapat meminimalisir risiko kerugian akibat kegagalan budidaya

tanaman. Empat komponen mutu yang perlu diperhatikan dalam memilih

benih cabai yaitu, mutu genetik, mutu fisiologis, mutu fisik, dan mutu

kesehatan dalam Sinar Tani Agroinovasi (2011).

2. Menyiapkan Lahan

Tempat persemaian menggunakan atap plastik dan menghadap ke

Timur. Media persemaian berupa campuran pupuk kandang yang telah

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/36319/3/jiptummpp-gdl-ahmadarisf-51181-3-babiir-v.… · 10 Penelitian Asri (2010) yang berjudul “ Studi Komparatif

18

matang dan tanah dengan perbandingan 1 : 1. Sebelum disemai, benih

cabai sebaiknya direndam dahulu dengan fungisida Propamocarb dengan

konsentrasi 0,1% selama 1 jam atau dengan air panas + 50º C selama + 1

malam.

3. Pembibitan

Benih disemai dengan cara disebar pada media yang sudah

diratakan, kemudian ditutup dengan tanah halus dengan ketebalan + 0,5

cm. Setelah benih berkecambah, penutup persemaian dibuka. Setelah 6 – 7

hari biji berkecambah, bibit dipindahkan ke bumbungan/pot – pot kecil

yang terbuat dari plastik atau daun pisang, untuk meningkatkan daya

adaptasi dan daya tumbuh bibit pada saat dipindahkan ke lapangan. Bibit

dipindahkan ke lapangan ataupun dijual setelah berumur 7 – 8 minggu

setelah semai atau setelah bibit mempunyai 4 – 5 helai daun.

2.2.4 Biaya Usahatani

Definisi Biaya menurut Tiku (2008) menyebutkan bahwa biaya atau

pengeluaran usahatani adalah semua nilai yang habis dikeluarkan untuk melakukan

proses produksi, kecuali biaya upah tenaga kerja keluarga petani. Pendapat lain

mengemukakan bahwa biaya adalah korbanan yang dicurahkan dalam proses

produksi semula fisik, kemudian semua korbanan yang dikeluarkan dijadikan nominal

dalam rupiah, Handayani (2010). Definisi Biaya Usahatani dapat disimpukan bahwa

semua sumberdaya baik uang maupun barang yang dikeluarkan untuk melakukan

proses produksi.

Biaya usahatani menurut Soekartawi, et.al. dalam Fazlurrahman (2012)

terbagi menjadi dua, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap sendiri adalah

biaya yang relative tetap jumlahnya dan bertambahnya biaya tetap tidak berpengaruh

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/36319/3/jiptummpp-gdl-ahmadarisf-51181-3-babiir-v.… · 10 Penelitian Asri (2010) yang berjudul “ Studi Komparatif

19

terhadap jumlah produksi. Biaya tetap meliputi pajak, penyusutan alat produksi,

bunga pinjaman, sewa lahan dan iuran irigasi, sedangkan biaya variable kewajiban

yang harus dibayar perusahaan per satuan waktu tertentu, guna pembayaran seluruh

input variabel yang digunakan dalam proses produksi. Pendapat lain menyebutkan

bahwa biaya produksi berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi tiga yaitu biaya

produksi tetap (Fixed Cost), biaya produksi variabel (Variabel Cost), Biaya produksi

total (Total Cost) (Joesron dan Fathorrazi, 2012). Biaya produksi total (Total Cost)

merupakan jumlah dari biaya variabel dalam proses produksi.

Rumus Biaya Produksi Total (TC) adalah:

TC = FC + VC

Keterangan:

TC = Biaya produksi total (Total Cost)

FC = Biaya produksi tetap (Fixed Cost)

VC = Biaya produksi variabel (Variabel Cost)

2.2.5 Penerimaan

Penerimaan adalah pembayaran yang diterima perusahaan dari penjualan

barang atau jasa. Menurut Fazlurrahman (2012), penerimaan adalah perkalian antara

output yang dihasilkan dengan harga jual. Secara sistematis dapat ditulis sebagai

berikut:

TR = P x Q

Dimana

TR = Penerimaan total (Total Revenue)

P = Harga (Price)

Q = Jumlah produk yang dihasilkan (Quantity)

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/36319/3/jiptummpp-gdl-ahmadarisf-51181-3-babiir-v.… · 10 Penelitian Asri (2010) yang berjudul “ Studi Komparatif

20

Semakin banyak produk yang dihasilkan maka semakin tinggi harga per unit

produk bersangkutan, maka penerimaan total yang diterima produsen akan semakin

besar. Jika produk yang dihasilkan sedikit dan harganya rendah maka penerimaan

total yang diterima oleh produsen semakin kecil. Penerimaan total yang dikeluarkan

akan memperoleh pendapatan bersih yang merupakan keuntungan yang diperoleh

produsen.

2.2.6 Pendapatan Usahatani

Tujuan utama sebuah usahatani adalah pendapatan, karena dengan adanya

pendapatan biaya terkait operasional usahatani dapat terpenuhi sehingga usahatani

dapat berjalan dengan semestinya. Definisi pendapatan usahatani menurut

Tjakrawiralaksana dalam Tiku (2008) adalah selisih biaya yang dikeluarkan dan

penerimaan yang diperoleh. Besarnya pendapatan yang diterima merupakan balas

jasa untuk tenaga kerja, modal kerja keluarga yang dipakai dan pengelolaan yang

dilakukan oleh seluruh anggota keluarga.

Bentuk dan jumlah pendapatan memiliki fungsi yang sama, yaitu untuk

memenuhi keperluan sehari-hari dan memberikan kepuasan petani agar dapat

melanjutkan kegiatannya. Pendapatan ini akan digunakan untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan dan kewajiban-kewajiban, maka oleh sebab itu pendapatan

yang diterima petani akan dialokasikan pada berbagai kebutuhan. Analisis

pendapatan bagi seorang petani sangat dibutuhkan, karena dengan analisis

tersebut seorang petani dapat mengetahui usahatani yang sedang dijalankan

menguntungkan atau tidak. Usahatani dapat dikatakan sukses apabila memenuhi

beberapa syarat sebagi berikut:

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/36319/3/jiptummpp-gdl-ahmadarisf-51181-3-babiir-v.… · 10 Penelitian Asri (2010) yang berjudul “ Studi Komparatif

21

a. Pendapatannya cukup untuk membayar semua pembelian sarana produksi

termasuk biaya angkutan dan biaya administrasi yang mungkin melekat

pada pembelian tersebut.

b. Cukup untuk membayar upah tenaga kerja ataupun dalam bentuk lain

untuk tenaga kerja yang tidak diupah.

c. Cukup untuk membayar bunga modal yang ditanamkan (termasuk

pembayaran sewa tanah atau pembayaran dana depresi modal).

Secara matematis rumus pendapatan bersih yaitu :

Π = Y. Py – ΣXi.Pxi – BTT

Keterangan :

π = pendapatan (Rp)

Y = hasil produksi (bibit)

Py = harga hasil produksi (Rp)

Xi = faktor produksi

Pxi = harga faktor produksi (Rp)

BTT = biaya tetap total (Rp)

Pendapatan juga dapat dihitung menggunakan rumus (Soekartawi, 1995) dalam

Fazlurrahman (2012) :

π = TR-TC

Keterangan :

π = keuntungan/pendapatan

TR = total revenue (total penerimaan)

TC = total cost (total biaya)

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/36319/3/jiptummpp-gdl-ahmadarisf-51181-3-babiir-v.… · 10 Penelitian Asri (2010) yang berjudul “ Studi Komparatif

22

2.2.7 Efisiensi Usaha

Keberhasilan suatu usahatani selain dapat diukur dengan analisis

pendapatan juga dapat diukur dari analisis efisiensi. Salah satu ukuran efisiensi

usahatani adalah rasio imbangan penerimaan dan biaya yaitu R/C rasio (revenue

cost ratio). Perhitungan analisis R/C rasio sebaiknya dibagi dua, yaitu R/C yang

menggunakan biaya yang secara riil dikeluarkan pengusaha dan R/C yang

menghitung semua biaya, baik biaya yang riil dikeluarkan maupun biaya yang

tidak riil dikeluarkan (Soekartawi,1995). Efisiensi menurut Sukirno dalam Shinta

(2011) didefinisikan sebagai kombinasi antara faktor produksi yang digunakan

dalam kegiatan produksi untuk menghasilkan output yang optimal.

Mubyarto dalam Hasanah (2014) mengemukakan bahwa efisieni adalah

banyaknya hasil produksi fisik yang dapat diperoleh dari satu kesatuan faktor

produksi (input). Pendapat lain tentang efisiensi adalah rasio antara output dan

input, dan perbandingan antara masukkan dan keluaran. Apa saja yang

dimaksudkan dengan masukan serta bagaimana angka perbandingan tersebut

diperoleh, akan tergantung dari tujuan penggunaan tolak ukur tersebut. Secara

sederhana menurut Nopirin (1997) dalam Az-zarnuji dan Hendarto (2009). Salah

satu pengukur efisiensi adalah R-C rasio. R-C rasio adalah singkatan Return Cost

Ratio atau dikenal dengan perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya.

Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

a = TR/TC

Keterangan :

a = pembanding (nisbah) antara penerimaan dan biaya

TR = Total Penerimaan (Rupiah)

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/36319/3/jiptummpp-gdl-ahmadarisf-51181-3-babiir-v.… · 10 Penelitian Asri (2010) yang berjudul “ Studi Komparatif

23

TC = Total Biaya (Rupiah)

Kriteria yang digunakan dalam penentuan efisiensi usaha adalah R/C > 1

berarti usaha sudah dijalankan secara efisien. R/C = 1 berarti usaha yang

dijalankan dalam kondisi titik impas/Break Event Point (BEP). R/C < 1 berarti

usaha tidak dijalankan secara efisien (Soekartawi, 1995) dalam Shinta (2011).

2.3 Kerangka Pemikiran

Permasalahan yang sering dialami oleh petani bibit cabai di Desa Dilem

adalah harga cabai yang berfluktuasi sehingga berpengaruh pada minat petani

untuk usahatani cabai. Keadaan tersebut otomatis akan mengakibatkan tingkat

permintaan antara bibit cabai rawit dan cabai besar yang tidak menentu, serta

mahalnya biaya sarana produksi salah satunya adalah benih cabai impor, sehingga

menjadi permasalahan yang cukup kompleks bagi petani pembibitan di Desa

Dilem. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui struktur

biaya, pendapatan, penerimaan dan efisiensi antara usahatani bibit cabai rawit

dengan cabai besar.

Perbedaan berbagai penggunaan faktor produksi pada usaha pembibitan

cabai rawit maupun cabai besar akan berpengaruh terhadap struktur biaya dan

pendapatan dari kedua usaha pembibitan. Analisis efisiensi usaha dapat

menggambarkan bagaimana struktur biayanya dan komponen biaya apa saja yang

bisa dikurangi atau mungkin dihilangkan. Langkah selanjutnya perbandingan

sruktur biaya, penerimaan, pendapatan, dan R/C Ratio diuji menggunakan

software SPSS for window menggunakan uji Independent Sample t test.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/36319/3/jiptummpp-gdl-ahmadarisf-51181-3-babiir-v.… · 10 Penelitian Asri (2010) yang berjudul “ Studi Komparatif

24

Alur Kerangka Pemikiran

Gambar 2 Kerangka Pemikiran

Sama Berbeda

Biaya Tetap R/C Ratio > 1

Efisien

Biaya Variabel R/C Ratio = 1

Impas

R/C Ratio <1

Tidak Efisien

Uji Independen Sampel t test

Usahatani Bibit Cabai

Usahatani Bibit Cabai Besar

Usahatani Bibit Cabai Rawit

Struktur

biaya

Pendapatan

Efisiensi

Usaha

Analisis Usaha

Penerimaan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/36319/3/jiptummpp-gdl-ahmadarisf-51181-3-babiir-v.… · 10 Penelitian Asri (2010) yang berjudul “ Studi Komparatif

25

2.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, muncul hipotesis sebagai berikut:

1. Diduga terdapat perbedaan rata-rata total biaya antara usahatani

pembibitan Cabai Besar dengan Cabai Rawit.

2. Diduga terdapat perbedaan rata-rata pendapatan antara usahatani

pembibitan Cabai Besar dengan Cabai Rawit.