25
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 Pengertian Kecemasan Istilah kecemasan dalam bahasa inggris yaitu Anxiety yang berasal dari Bahasa latin angustus yang memiliki arti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik (Annisa & Ifdil, 2016). Sedangkan menurut Nietzal kecemasan berasal dari bahasa latin ( anxius) dan dari bahasa Jerman (anst) yaitu suatu kata yang digunakan untuk meggambarkan efek negatif dan rangsangan fisiologis (Ghufron & Risnawati, 2010). Kecemasan atau biasa disebut dengan ansietas adalah sebuah emosi dan pengalaman subjektif dari seseorang. Cemas juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang membuat seseorang tidak nyaman (Kusumawati & Hartono, 2010). Kecemasan (anxiety) adalah kondisi dimana individu merasakan kekhawatiran/ kegelisahan , ketegangan, dan rasa tidak nyaman yang tidak bisa dikendalikan dan dapat menyebabkan terjadinya sesuatu yang buruk (Halgin & Whitbourne, 2010). Kecemasan merupakan perasaan tidak santai yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons (penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu). Perasaan takut dan tidak menentu sebagai sinyal yang menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya akan datang dan memperkuat individu mengambil tindakan menghadapi ancaman (Yusuf, Fitryasari, & Nihayati, 2015). Kecemasan merupakan reaksi emosional dan fisiologis akan adanya ancaman ketidaksenangan yang dialami oleh seseorang (Pratiningsih, 2016). Ansietas yaitu respon emosional seseorang terhadap penilaian orang lain yang dipengaruhi oleh alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus apa penyebabnya (Dalami et al, 2009). Dari berbagai pengertian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/51675/3/BAB II.pdf · 2019-08-23 · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 Pengertian Kecemasan

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/51675/3/BAB II.pdf · 2019-08-23 · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 Pengertian Kecemasan

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kecemasan

2.1.1 Pengertian Kecemasan

Istilah kecemasan dalam bahasa inggris yaitu Anxiety yang berasal dari Bahasa

latin angustus yang memiliki arti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik (Annisa &

Ifdil, 2016). Sedangkan menurut Nietzal kecemasan berasal dari bahasa latin (anxius)

dan dari bahasa Jerman (anst) yaitu suatu kata yang digunakan untuk meggambarkan

efek negatif dan rangsangan fisiologis (Ghufron & Risnawati, 2010). Kecemasan atau

biasa disebut dengan ansietas adalah sebuah emosi dan pengalaman subjektif dari

seseorang. Cemas juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang membuat

seseorang tidak nyaman (Kusumawati & Hartono, 2010). Kecemasan (anxiety) adalah

kondisi dimana individu merasakan kekhawatiran/ kegelisahan , ketegangan, dan rasa

tidak nyaman yang tidak bisa dikendalikan dan dapat menyebabkan terjadinya sesuatu

yang buruk (Halgin & Whitbourne, 2010). Kecemasan merupakan perasaan tidak

santai yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu

respons (penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu). Perasaan takut

dan tidak menentu sebagai sinyal yang menyadarkan bahwa peringatan tentang

bahaya akan datang dan memperkuat individu mengambil tindakan menghadapi

ancaman (Yusuf, Fitryasari, & Nihayati, 2015). Kecemasan merupakan reaksi

emosional dan fisiologis akan adanya ancaman ketidaksenangan yang dialami oleh

seseorang (Pratiningsih, 2016). Ansietas yaitu respon emosional seseorang terhadap

penilaian orang lain yang dipengaruhi oleh alam bawah sadar dan tidak diketahui

secara khusus apa penyebabnya (Dalami et al, 2009). Dari berbagai pengertian yang

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/51675/3/BAB II.pdf · 2019-08-23 · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 Pengertian Kecemasan

9

sudah dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan merupakan kondisi

dimana individu merasa tidak nyaman dengan suatu kondisi yang menghawatirkan.

2.1.2 Tanda Gejala Kecemasan

Menurut Harini (2013) gejala-gejala yang timbul ketika cemas yaitu : (1). Gejala

fisik (gugup, gemetar, nafas berat atau sulit bernafas, tangan berkeringat dan lembab,

sulit bicara, detak jantung cepat, badan terasa panas dingin mendadak, mual,

kerongkongan atau mulut terasa kering, pusing, leher atau punggung terasa kaku). (2).

Gejala tingka laku (behavioral) (perilaku menghindar, perilaku tergantung, dan

bingung). (3). Gejala kognitif (khawatir terhadap sesuatu, percaya bahwa seuatu yang

berbahaya akan terjadi tanpa sebab yang jelas, merasa terancam oleh peristiwa yang

secara normal sebenarnya tidak mengancam, takut lepas kendali, takut tidak mampu

mengatasi masalah, berpikir bahwa pikiran yang mengganggu selalu muncul berulan-

ulang, berpikir harus lari dari keramaian, kesulitan konsentrasi, atau memfokuskan

pikiran).

Sedangkan menurut Risma (2015) gejala-gejala kecemasan dalam menghadapi

ujian meliputi kognitif, afektif, motorik, dan somatik yaitu : (1). Gejala kognitif

(menghawatirkan segala macam masalah yang mungkin terjadi, sulit berkonsentrasi

atau mengambil keputusan, khawatir, kesulitan tidur atau insomnia, tidak fokus

terhadap masalah yang akan diselesaikan dalam menghadapi ujian, kesulitan dalam

membaca dan memahami pertanyaan ujian, kesulitan berpikir secara sistematis,

kesulitan mengingat kata kunci dan konsep saat menjawab pertanyaan, dan mental

blocking atau tidak bisa berpikir dengan tenang). (2). Gejala efektif (perasaan gelisah,

takut dalam menghadapi ujian, perasaan terganggu/ pikiran buruk, khawatir apabila

soal ujian terlalu sulit untuk dijawab, dan perkiraan antara apa yang dipelajari tidak

keluar dalam ujian). (3). Gejala motorik (gemetar dan tegang pada otot yang dirasakan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/51675/3/BAB II.pdf · 2019-08-23 · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 Pengertian Kecemasan

10

saat menghadapi ujian, gugup dan kesukaran dalam berbicara). (4). Gejala somatik

(gangguan pernafasan atau gangguan anggota tubuh seperti jantung berdebar,

berkeringat, tekanan darah meningkat, dan gangguan pencernaan, bahkan terjadi

kelelahan dan pingsan).

2.1.3 Penyebab Kecemasan

Menurut Yusuf, et al (2014) penyebab kecemasan terbagi menjadi dua :

2.1.3.1 Faktor predisposisi (pendukung)

a. Faktor Biologis : otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepin.

Reseptor ini membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA juga berperan

utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan anxietas sebagaimana

halnya dengan endorfin. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan

selanjunya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stresor.

b. Faktor Psikologis

- Pandangan psikoanalitik : Ansietas merupakan konflik emosional yang

terjadi antara dua elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili

dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan

hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya

seseorang. Ego atau aku berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen

yang bertentangan dan fungsi ansietas dapat meningkatkan ego bahwa ada

bahaya.

- Pandanagan interpersonal : Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap

tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas

berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan

kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang mengalami

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/51675/3/BAB II.pdf · 2019-08-23 · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 Pengertian Kecemasan

11

harga diri rendah terutama mudah mangalai perkembangan ansietas yang

berat.

- Pandangan Perilaku : Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala

sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan

yang diinginkan. Pakar perilaku menganggap sebagai dorongan belajar

bedasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Individu

yang terbiasa dengan kehidupan dini dihadapkan pada ketakutan berlebihan

lebih sering menunjukkan ansietas dalam kehidupan selanjutnya.

- Sosial Budaya : Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga.

Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas

dengan depresi. Faktor ekonomi dan latar belakang pendidikan berpengaruh

terhadap terjandinya ansietas.

2.1.3.2 Faktor presipitasi

Faktor presipitasi dibedakan menjadi dua yaitu Ancaman terhadap integritas

seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya

kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari dan Ancaman terhadap sistem

diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang

terintegrasi seseorang.

Sedangkan menurut Harini (2013) penyebab kecemasan terbagi menjadi tiga yaitu

(1). Kekhawatiran (worry) merupakan pikiran negatif tentang dirinya sendiri, seperti

perasaan negatif bahwa dia lebih jelek dibandingkan dengan teman-temanya. (2).

Emosionalitas (imosionality) sebagi reaksi diri terhadap rangsangan saraf otonomi,

seperti jantung berdebar-debar, keringat dingin, dan tegang. (3). Gangguan hambatan

dalam menyelesaikan tugas (task generated interference) merupakan kecenderungan yang

dialami seseorang yang selalu tertekan karena pemikiran yang rasional terhadap tugas.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/51675/3/BAB II.pdf · 2019-08-23 · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 Pengertian Kecemasan

12

2.1.4 Jenis Kecemasan

Menurut Ghufron & Risnawita (2010) perasaan cemas terbagi menjadi dua

yaitu : State anxiety : State anxiety merupakan reaksi emosi sementara yang timbul

pada situasi tertentu yang dirasakan seseorang sebagai ancaman, misalnya mengikuti

tes, menjalani operasi dll. Keadaan ini didasari oleh perasaan tegang yang subjektif.

Trait anxiety : Trait anxiety merupakan disposisi untuk menjadi cemas dalam

menghadapi berbagi macam situasi (gambaran kepribadian). Ini merupakan ciri atau

sifat yang cukup stabil yang mengarahkan seseorang kesuatu keadaan menetap pada

individu (bersifat bawaan) dan berhubungan dengan kepribadian yang demikian.

Sedangkan menurut Feist & Feist (dalam Annisa & Ifdil, 2016) membedakan

kecemasan menjadi tiga jenis yaitu :

a. Kecemasan Neurosis : rasa cemas akibat bahaya yang tidak diketahui. Perasaan itu

berbeda dengan ego, tetapi muncul dari dorongan id. Kecemasan neurosis

bukanlah ketakutan terhadap insting itu sendiri, namun ketakutan terhadap

hukuman yang mungkin terjadi jika suatu insting dipuaskan.

b. Kecemasan Moral : kecemasan ini berakar dari konflik antara ego dan superego.

Kecemasan ini muncul karena kegagalan bersikap konsiten dengan apa yang

mereka yakini benar secara moral. Kecemasan moral merupakan rasa takut

terhadap suara hati. Kecemasan moral juga memiliki dasar dalam realistis, dimasa

lampau individu tersebut pernah mendapat hukuman karena melanggar norma

moral dan dapat dihukum kembali.

c. Kecemasan Realistik : perasaan yang tidak menyenangkan dan tidak spesifik yang

mencakup kemungkinan bahaya itu sendiri. Kecemasan realistik juga merupakan

rasa takut akan adanya bahaya-bahaya nyata yang berasal dari dunia luar.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/51675/3/BAB II.pdf · 2019-08-23 · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 Pengertian Kecemasan

13

1.1.5 Tingkat Kecemasan

Menurut Annisa & Ifdil (2016) menjelaskan bahwa tingkat kecemasan

diantaranya sebagai berikut :

1.1.4.1 Kecemasan ringan

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari, kecemasan ini

menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lapang

persepsinya. Kecemasan ini juga dapat memotivasi belajar dan menghasilkan

pertumbuhan serta kreativitas. Tanda gejala yang muncul pada tingkat ini

yaitu kelelahan, cepat marah, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi,

mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi.

1.1.4.2 Kecemasan Sedang

Memungkinkan seseorang untuk berfokus pada hal yang penting dan

mengesampingkan yang lain. kecemasan ini mempersempit lapang persepsi

seseorang. Dengan demikian seseorang akan mengalami tidak perhatian yang

selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk

melakukannya. Tanda dan gejala yang muncul pada tingkat ini yaitu kelelahan

meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernafasan meningkat, ketegangan

otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan presepsi

menyempit, mampu untuk belajar tapi tidak optimal, kemampuan konsentrasi

menurun, perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak

menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah dan

menangis.

1.1.4.3 Kecemasan Berat

Sangat mengurangi lapang persepsi seseorang. Dengan demikian seseorang

cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/51675/3/BAB II.pdf · 2019-08-23 · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 Pengertian Kecemasan

14

tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan.

Seseorang tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area

tertentu. Tanda dan gejala yang muncul pada tingkat ini yaitu mengeluh

pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing,

diare, palpitasi, lahan presepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif,

berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan

tinggi, perasaan tidak berdaya, binggung, dan disorientasi.

1.1.4.4 Tingkat panik

Berhubungan dengan terpengaruh, ketakutan, dan teror. Hal yang rinci

terpecah dari proporsinya karena mengalami kehilangan kendali, seseorang

yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan

arahan. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan

peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan

dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran

yang rasional.

Sedangkan tingkat ansietas menurut Dalami et al (2009) yaitu sebagai beriku :

Gambar 2.1 Rentang Respon Ansietas (Stuart & Sundeen, 1998)

1) Ansietas ringan : berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan

sehari-hari. Pada tingkat ini lapang persepsi melebar dan individu akan berhati-hati

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/51675/3/BAB II.pdf · 2019-08-23 · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 Pengertian Kecemasan

15

dan waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan

pertumbuhan dan kreatifitas. Respon Fisiologi : sesak nafas pendek, nadi dan

tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar.

Respon Kognitif : lapang persepsi melebar, mampu menerima rangsangan yang

kompleks, konsentrasi pada masalah, dan menjelaskan masalah secara efektif.

Respon Perilaku dan Emosi : tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan,

dan suara kadang-kadang meninggi.

2) Ansietas sedang : pada tingkat ini lapang persepsi terhadap lingkungan menurun.

individu lebih memfokuskan hal-hal penting saat itu dan mengenyampingkan hal

lain. Respon Fisiologi : sesak nafas pendek, nadi (ekstra systole), tekanan darah

naik, mulut kering, anorexia, diare/konstipasi dan gelisah. Respon Kognitif :

lapang persepsi menyempit, rangsang luar tidak mampu diterima, dan berfokus

pada apa yang menjadi perhatian. Respon Perilaku dan Emosi : gerakan tersentak-

sentak (meremas tangan), bicara banyak, lebih cepat, susah tidur, dan perasan

tidak aman.

3) Ansietas berat : pada ansietas berat lapang persepsi menjadi sangat sempit,

individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mangabaikan hal lain.

Individu tidak mampu lagi berpikir realistis dan membutuhkan banyak pengarahan

untuk memusatkan perhatian pada area lain. Respon Fisiologi : napas pendek, nadi

naik, tekanan darah naik, berkeringat, sakit kepala, penglihatan kabur, dan

ketegangan. Respon Kognitif : lapang persepsi sangat sempit dan tidak mampu

menyelesaikan masalah. Respon Perilaku dan Emosi : perasaan ancaman

meningkat, verbalisasi cepat, dan blocking.

4) Panik : pada tingkatan ini lapang persepsi individu sudah sangat menyempit dan

sudah terganggu sehingga tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/51675/3/BAB II.pdf · 2019-08-23 · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 Pengertian Kecemasan

16

melakukan apa-apa walaupun telah diberikan penghargaan. Respon Fisiologi :

napas pendek, rasa tercekik, palpasi, sakit dada, pucat, hipotensi, dan koordinasi

motorik rendah. Respon Kognitif : lapang persepsi sangat sempit dan tidak dapat

berpikir logis. Respon Perilaku dan Emosi angitasi, mengamuk, marah, ketakutan,

berteriak-teriak, blocking, kehilangan kendali atau kontrol diri, dan persepsi kacau.

1.1.6 Mekanisme Koping

Ketika seseorang mengalami kecemasan, orang tersebut menggunakan

bermacam-macam mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya. Dalam bentuk

kecemasan ringan dapat diatasi dengan menangis, tertawa, tidur, dan olahraga. Bila

terjadi kecemasan berat sampai panik akan terjadi ketidak mampuan mengatasi

kecemasan secara konstruktif merupakan penyebab utama perilaku yang patologis,

seseorang akan menggunakan energi yang lebih besar untuk dapat mengatasi

ancaman tersebut.

Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan :

1) Reaksi yang berorientasi pada tugas (taks oriented reaction) merupakan pemecahan

masalah secara sadar yang digunakan untuk menangulangi ancaman stressor yang

ada secara ralistis terbagi menjadi tiga yaitu (a). Perilaku menyerang (Agresif) :

Biasanya digunakan seseorang untuk mengatasi rintangan agar memenuhi

kebutuhan. (b). Perilaku menarik diri : Digunakan untuk menghilangkan sumber

ancaman baik secara fisik maupun psikologis. (c). Perilaku kompromi : Digunakan

untuk merubah tujuan-tujuan yang akan dilakukan atau mengorbankan kebutuhan

personal untuk mencapai tujuan.

2) Mekanisme pertahanan ego (Ego oriented reaction) mekanisme ini membantu

mengatasi kecemasan ringan dan sedang yang digunakan untuk melindungi diri

dan dilakukan secara sadar untuk mempertahankan keseimbangan. Mekanisme

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/51675/3/BAB II.pdf · 2019-08-23 · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 Pengertian Kecemasan

17

pertahanan ego terbagi menjadi beberapa bagian yaitu : (a). Disosiasi adalah

pemisahan dari proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya. (b).

Indentifikasi (identification) merupakan proses dimana seseorang menjadi yang ia

kagumi berupaya meniru pikiran, perilaku, dan selera orang tersebut. (c).

Intelektualisasi (intellectualization) adalah penggunaan logika dan alasan yang

berlebihan untuk menghindari pengalaman yang menggunakan perasaannya. (d).

Introjeksin (introjection) merupakan suatu jenis identifikasi yang dimana seseorang

mengambil dan melebur nilai-nilai dan kualitas seseorang atau suatu kelompok

kedalam struktur egonya sendiri berupa hati nurani. (e). Kompensasi adalah proses

dimana seseorang memperbaiki harga dirinya yang telah jatuh dengan secara tegas

menonjolkan keistimewaan/ kelebihan yang dimilikinya. (f). Penyangkalan (denial)

merupakan menyatakan ketidaksetujuan terhadap kenyataan yang ada dengan

mengingkari kenyataan tersebut. (g). Pemindahan (Displacement) adalah

pengalihan emosi yang semula ditujukan pada seseorang atau benda pada orang

lain atau benda lain yang biasanya netral atau kurang mengancam dirinya. (h).

Isolasi merupakan pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang

mengganggu dapat bersifat sementara atau berjangka lama. (i). Proyeksi adalah

pengalihan buah pikiran atau implus pada diri sendiri untuk orang lain terutama

keinginan, perasaan emosional dan motivasi yang tidak dapat ditoleransi.

(j). Rasionalisasi adalah mengemukakan penjelasan yang tampak logis dan dapat

diterima oleh seseorang untuk membenarkan perasaan perilaku dan motif yang

tidak dapat diterima. (k). Reaksi formasi merupakan pengembangan sikap dan pola

perilaku yang ia sadari yang bertentangan dengan apa yang sebenarnya ia rasakan

atau ingin dilakukan. (l). Regresi adalah kemunduran akibat sterss terhadap

perilaku dan ciri khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini. (m). Represi

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/51675/3/BAB II.pdf · 2019-08-23 · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 Pengertian Kecemasan

18

merupakan penyampingan secara tidak sadar tentang pikiran, ingatan yang

menyakitkan atau bertentangan, dari kesadaran seseorang, merupakan pertahanan

ego yang cenderung diperkuat oleh mekanisme lain. (n). Pemisahan (splitting)

adalah sikap mengelompokkan orang dianggap semuanya baik atau semuanya

buruk, kegagalan untuk memajukan nilai-nilai positif dan negatif didalam diri

seseorang. (o). Sublimasi penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya

dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan normal. (p).

Supresi suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi

sebetulnya merupakan analog represi yang disadari, pengesampingan yang

disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang, kadang-kadang dapat

mengarah pada represi yang berikutnya. (q). Undoing tindakan/ perilaku atau

komunikasi yang menghapuskan sebagaian dari tindakan atau komunikasi

sebelumnya, merupakan mekanisme pertahanan primitif (Dalami et al, 2009).

Sedangkan menurut Yusuf, Fitryasari & Nihayati (2015) tingkat ansietas

sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping yaitu reaksi yang

berorientasi pada tugas merupakan upaya yang disadari dan berorientasi pada

tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi stres, misalnya perilaku

menyerang untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan.

Menarik diri untuk memindahkan dari sumber stres. Kompromi untuk mengganti

tujuan atau mengorbankan kebutuhan personal. Sedangkan pertahana ego membantu

mengatasi kecemasan ringan dan sedang, tetapi berlangsung tidak sadar, melibatkan

penipuan diri, distorsi realitas, dan bersifat maladaptif.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/51675/3/BAB II.pdf · 2019-08-23 · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 Pengertian Kecemasan

19

1.1.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

1.1.7.1 Usia

Usia menunjukan ukuran waktu pertumbuhan dan perkembangan sesorang.

Usia berkorelasi dengan pengalaman, pengalaman berkorelasi dengan

pengetahuan, pemahaman dan pandangan terdapat suatu penyakit atau

kejadian sehingga akan membentuk persepsi dan sikap. Kematangan dalam

proses berpikir pada individu yang berusia dewasa lebih memungkinkan

untuk menggunakan mekanisme koping yang baik dibandingkan kelompok

usia anak-anak (Hety, 2015). Selain itu seseorang dengan usia remaja atau

masih muda lebih cenderung mengalami kecemasan dibandingkan dengan

tingkat usia yang semakin deawasa dan lebih tua, semakin menigkatnya usia

seseorang maka frekuansi kecemasan seseorang makin berkurang (Savitri,

Fidayantin, & Subiyanto, 2016).

1.1.7.2 Pendidikan

Orang yang berpendidikan tinggi lebih mampu menggunakan pemahaman

mereka, secara adaptif dibandingkan kelompok respon yang berpendidikan

rendah. Kondisi ini menunjukan respon cemas berat cenderung dapat kita

tentukan pada responden yang berpendidikan rendah karena rendahnya

pemahaman mereka sehingga membentuk persepsi yang menakutkan (Hety,

2015).

1.1.7.3 Jenis Kelamin

Tingkat kecemasan pada perempuan lebih tinggi dari pada tingkat kecemasan

pada laki-laki. Perempuan lebih cenderung emosional, mudah meluapkan

perasaanya, sementara laki-laki bersifat objektif dan dapat berpikir rasional

sehingga mampu berpikir dan dapat mengendalikan emosi. Kecemasan lebih

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/51675/3/BAB II.pdf · 2019-08-23 · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 Pengertian Kecemasan

20

sering dialami oleh perempuan daripada laki-laki, karena perempuan sering

kali menggunakan perasaan untuk menyikapi dan menghadapi sesuatu dalam

hidupnya sedangkan laki-laki selalu menggunakan pikiran dalam menghadapi

situasi yang akan mengancam dirinya (Savitri, Fidayantin, & Subiyanto, 2016).

1.1.7.4 Pengalaman Negatif Pada Masa Lalu

Pengalaman ini merupakan hal yang tidak menyenangkan pada masa lalu

mengenai peristiwa yang dapat terulang lagi pada masa mendatang, apabila

individu tersebut menghadapi situasi atau kejadian yang sama dan juga tidak

menyenangkan, misalnya pernah gagal dalam tes. Hal tersebut merupakan

pengalaman umun yang menimbulkan kecemasan siswa dalam menghadapi

tes (Ghufron & Risnawita, 2010).

1.1.7.5 Pikiran Yang Tidak Rasional

Para psikolog memperdebatkan bahwa kecemasan terjadi bukan karena suatu

kejadian, melainkan kepercayaan atau keyakinan tentang kejadian itulah yang

menjadi penyebab kecemasan. Adler dan Rodman memberi daftar

kepercayaan atau keyakinan kecemasan sebagai contoh dari pikiran rasional

yang disebut buah pikiran yang keliru yaitu Kegagalan Katastropik : adanya

asumsi dari diri individu bahwa akan terjadi sesuatu yang buruk pada dirinya.

Individu mengalami kecemasan dan perasaan ketidakmampuan serta tidak

sanggup mengatasi permasalahannya. Kesempurnaan : setiap individu

menginginkan kesempurnaan. Individu mengharapkan dirinya berperilaku

sempurna dan tidak ada yang cacat. Ukuran kesempurnaan dijadikan target

dan sumbe inspirasi bagi individu tersebut. Persetujuan : persetujuan adanya

keyakinan yang salah didasarkan pada ide bahwa terdapat hal virtual yang

tidak hanya diinginkan, tetapi juga untuk mencapai persetujuan dari sesama

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/51675/3/BAB II.pdf · 2019-08-23 · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 Pengertian Kecemasan

21

teman atau siswa. Generalisasi Yang Tidak Tepat : keadaan ini juga memberi

istilah generalisasi yang berlebihan. Hal ini terjadi pada orang yang

mempunyai sedikit pengalaman (Ghufron & Risnawita, 2010).

1.1.8 Penatalaksanaan kecemasan

Menurut Harini (2013) berbagai macam situasi dan kondisi yang akan menekan

seseorang dalam menjalankan rutinitas dan kegiatannya, juga dapat mengakibatkan

munculnya situasi yang mencemaskan. Kecemasan dapat diatasi dengan pendekatan

Farmakologis dan Nonfarmakologis diantaranya :

1) Farmakologis

Pendekatan farmakologis hanya diberikan pada kecemasan tingkat berat dan

panik, yaitu pemberian dengan alprazolam, benzodiazepin, buspiron, dan berbagai

antidepresan lainnya. Farmakologi untuk kecemasan tidak dianjurkan untuk jangka

panjang karena dapat menyebabkan toleransi dan ketergantungan panda individu

tersebut (Sepriani, 2014).

2) Non-farmakologis

a. Relaksasi

Relaksasi adalah salah satu teknik dalam terapi perlakuan untuk mengurangi

ketegangan dan kecemasan. Relaksasi merupakan suatu terapi agar individu

menjadi lebih rileks dengan menegangkan otot-otot tertentu dan kemudian

relaksasi (Potter & Perry, 2010). Teknik ini juga dapat dilakukan oleh pasien

tanpa bantuan terapis dan dapat digunakan untuk mengurangi ketegangan dan

kecemasan yang dialami sehari-hari dirumah. Relaksasi akan meningkatkan

sekresi hormon endorfin dari dalam tubuh sehingga individu menjadi nyaman

dan tidak akan berfokus pada kecemasan yang dialami. Terapi musik klasik

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/51675/3/BAB II.pdf · 2019-08-23 · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 Pengertian Kecemasan

22

termasuk salah satu contoh musik yang memiliki fungsi untuk mengurangi

ketegangan dan kecemasan (relaksasi).

b. Distraksi

Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan kecemasan dengan cara

mengalihkan perhatian pada hal-hal lain sehingga individu akan lupa terhadap

kecemasannya bahkan dapat menigkatkan toleransinya terhadap cemas yang

dialami. Stimulus sensori yang menyenangkan menyebabkan pelepasan

hormon endorfin yang bisa menghambat stimulus cemas yang mengakibatkan

lebih sedikit stimuli cemas yang ditrasmisikan ke otak (Potter &Perry, 2010).

c. Pengendalian Pernafasan

Pengendalian pernafasan merupakan suatu teknik untuk mengendalikan nafas

yang sifatnya cepat dan memfokuskan diri pada pernafasan. Orang yang

sedang mengalami kecemasan cenderung bernafas dengan cepat dan dangkal

karena adanya perasaan panik dan khawatir, padahal hal ini dapat

meningkatkan rasa cemas. Pernafasan yang lebih lambat dan dalam selalu

memiliki efek menenangkan, hal ini merupakan salah satu cara yang paling

cepat untuk menghentikan serangan panik.

d. Cognitif Behavior Therapy

Cognitif behavior therapy merupakan suatu pendekatan belajar terhadap

terapi yang menggabungkan teknik kognitif dan behavioral. Terapi ini

berupaya untuk mengintegrasikan teknik-teknik terapeutik yang berfokus

untuk membantu individu melakukan perubahan, tidak hanya pada perilaku

yang nyata, tetapi juga dalam pemikiran, keyakinan, dan sikap yang

mendasarinya.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/51675/3/BAB II.pdf · 2019-08-23 · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 Pengertian Kecemasan

23

2.2 Konsep Terapi Musik

2.2.1 Pengertian Terapi Musik

Musik merupakan kesatuan dari kumpulan suara melodi, ritme dan harmoni

yang dapat membangkitkan emosi. Musik bisa membuat mood seseorang menjadi

bahagia bahkan menguras air mata. Selain itu musik juga bisa mengajak seseorang

untuk bernyanyi, menari, bisa membuat suasana hati menjadi menyenangkan, dan

menghibur. Menurut H.A Lingerman dalam bukunya yang berjudul “The of Musik”

musik berfungsi untuk meningkatkan vitalitas fisik, menghilangkan kelelahan,

meredahkan kecemasan dan ketegangan, menigkatkan konsentrasi, memperdalam

hubungan dan memperkaya persahabatan, merangsang kreativitas dan kepekaan, dan

memperkuat karakter dan perilaku positif (Ferawati & Amiyakun, 2015). Musik

merupakan suara yang disusun sedemikian rupa yang didalamnya mengandung irama,

lagu, dan keharmonisan terutama suara yang dihasilkan dari alat-alat yang dapat

mengahilkan bunyi. Selain itu musik merupakan seni budaya hasil cipta, rasa dan

karya manusia yang ditata berdasarkan bunyi yang indah, berirama dan dituangkan

kedalam bentuk lagu (Suryana, 2012). Selain itu musik menurut Djohan 2009 (dalam

Geraldina, 2017) menjelaskan musik sebagai produk pikiran, maka dari itu elemen

vibrasi (fisika dan kosmos) dalam bentuk frekuensi, amplitudo, dan durasi belum

menjadi musik bagi manusia sampai semua itu ditransformasi secara neurologis dan

diintepretasikan melalui otak menjadi picth (nada-harmoni), timbre (warna suara),

dinamika (keras-lembut), dan tempo (cepat-lambat).

Pada zaman dahulu, digunakan sebagai katalis untuk menstimulasi emosi dan

mengantarkan individu pada kondisi istirahat dan relaksasi sampai kemudian orang-

orang Yunani pada abad kelima sebelum masehi menggunakan jenis musik tertentu

untuk mengatasi orang-orang yang memiliki masalah (Grocke & Wigram, 2007 dalam

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/51675/3/BAB II.pdf · 2019-08-23 · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 Pengertian Kecemasan

24

Geraldina, 2017). Terapi musik merupakan suatu intervensi yang dapat memulihkan,

menjaga dan meperbaiki kesehatan emosi, fisik, psikologis dan spiritual (Ferawati &

Amiyakun, 2015). Terapi musik merupakan keahlian dalam menggunakan musik atau

elemen musik oleh seorang terapis untuk meningkatkan, mempertahankan dan

mengembalikan kesehatan mental, fisik, emosional dan spiritual. Dalam ilmu

kedokteran, terapi musik disebut terapi pelengkap (Complementary medicine), Potter juga

mendefinisikan terapi musik sebagai teknik yang digunakan untuk menyembuhkan

suatu penyakit dengan menggunakan bunyi atau irama tertentu. Terapi musik

bertujuan untuk membuat hati dan perasan seseorang menjadi senang dan terhibur,

membantu mengurangi beban penderitaan seseorang dan sebagai tempat penyaluran

bakat seseorang (Suryana, 2012). Terapi musik membantu orang-orang yang memiliki

masalah emosional dalam mengeluarkan perasaan mereka, membuat perubahan

positif dengan suasana hati, membantu memecahkan masalah, dan memperbaiki

kognitif (Djohan, 2006 dalam Permatasari, Misrawati, & Hasanah, 2015).

2.2.2 Manfaat Terapi Musik

Terapi musik memiliki kekuatan yang luar biasa yang berdampak bagi kejiwaan.

Musik dapat membantu seseorang menjadi lebih rileks, mengurangi stres,

menimbulkan rasa aman dan sejahtera, melepaskan rasa sedih, menjadi gembira, dan

membantu serta melepaskan rasa sakit. Musik yang didengarkan secara intensif dapat

memberikan kekuatan penuh, dalam arti untuk merefleksikan emosi diri, penerangan

jiwa dan ekspresi. Musik juga dapat memperlambat dan mempercepat gelombang

listrik yang teradapat di otak sehingga dapa merubah sistem kerja didalam tubuh

(Moekroni & Analia, 2016).

Manfaat musik menurut Suryana (2012) tebagi menjadi enam yaitu (1). Efek

mozart : salah satu istilah untuk efek yang bisa dihasilkan sebuah musik yang dapat

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/51675/3/BAB II.pdf · 2019-08-23 · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 Pengertian Kecemasan

25

meningkatkan intelegensia seseorang. (2). Refresing : pada saat pikiran seseorang

sedang kacau atau jenuh, dengan mendengarkan musik walupun Cuma sejenak dapat

menenangkan dan menyegarkan pikiran kembali. (3). Motivasi : hal yang hanya bisa

muncul melalui “felling”. Apabila ada motivasi, semangatpun akan memunculkan

segala kegiatan yang bisa dilakukan. (4). Perkembangan kepribadian : kepribadian

seseorang diketahui mempengaruhi dan dipengaruhi oleh jenis musik yang

didengarnya selama masa perkembangan. (5). Terapi : berbagai penelitian dan

literatur menerangkan tentang manfaat musik untuk kesehatan, baik untuk kesehatn

fisik maupun mental. (6). Komunikasi : musik mampu menyampaikan berbagai pesan

keseluruh bangsa. Pada kesehatan mental, terapi musik diketahui dapat memberi

kekuatan komunikasi dan keterampilan fisik pada penggunanya.

2.2.3 Jenis Terapi Musik

Pada tahun 1998 Don Campbell seorang musisi sekaligus pendidik bersama

Dr. Alfred Tomatis yang psikolog mengadakan penelitian untuk melihat efek positif

dari beberapa jenis musik. Musik mempunyai keseimbangan diantaranya ada empat

unsur musik yakni melodi, harmoni, irama (rhythm) dan warna suara (timbre)

(Ferawati & Amiyakun, 2015). Pada dasarnya semua jenis musik yang berirama

lembut serta mampu menenangkan suasana juga dapat digunakan dalam

menurunkan tingkat kecemasan. Namun dianjurkan untuk memilih musik dengan

tempo sekitar 60 ketukan/menit, sehingga didapatkan keadaan istirahat yang

optimal (Moekroni & Analia, 2016).

Jenis jenis musik menutur Suryana (2012) yang digunakan dalam terapi musik

dibagi menjadu dua yaitu (a). Musik klasik : Musik klasik sering menjadi acuan

karena berirama tenang dan mengalun lebut. Musik klasik diyakini oleh para ahli

bahwa irama dan tempo musik klasik mengikuti kecepatan denyut jantung manusia

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/51675/3/BAB II.pdf · 2019-08-23 · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 Pengertian Kecemasan

26

yaitu sekitar 60 detak/menit sehingga dapat berperan besar dalam perkembangan

otak, pembentukan jiwa dan raga manusia (Moekroni & Analia, 2016). Selain itu

musik klasik yang banyak disarankan oleh peneliti yaitu musik mozart karena musik

mozart telah membuktikan hasil yang menakjubkan bagi perkembangan ilmu

kesehatan. Musik klasik mozart memiliki keunggulan akan kemurnian dan

kesederhanaan bunyi-bunyi yang dimunculkannya. Irama, melodi, dan frekuensi-

frekuensi tinggi pada musik klasik mozart merangsang dan memberi daya pada area-

area kreatif dan motivasi dalam otak serta sesuai dengan pola sel otak manusia.

Terapi musik klasik mozart dapat memberikan perasaan rileks dan tenang bagi

pendengarnya (Permatasari, Misrawati & Hasanah, 2015). (b). Instrumental : Musik

Instrumental merupakan musik yang melantun tanpa vokal, dan hanya instrumen

atau alat musik dan backing vocal saja yang mengalun. Manfaat musik instrumental

yaitu dapat membuat pikiran, badan dan mental seseorang menjadi sehat (Faridah,

2016).

2.2.4 Mekanisme Terapi Musik

Terapi musik dapat meningkatkan mekanisme koping emosi dan status afektif

positif, mendapatkan kepuasan psikologis, meningkatkan kondisi saat melakukan

operasi, dan menurunkan tekanan darah, denyut nadi, pernafasan, frekuensi detak

jantung, penurunan hormon. Musik dapat menurunkan stimulus sistem saraf

simpatik. Saat musik diperdengarkan, musik yang berupa gelombang akan diterima

oleh daun telinga dan kemudian disalurkan ke kanal pendengaran eksternal yang

kemudian getaran gelombang suara tersebut diterima oleh membran timpani. Dari

membran timpani, getaran gelombang musik di lanjutkan ke tulang telinga maleus,

incus dan stapes dan akan diproses ke rumah siput atau koklea akan menerima

melalui saraf pendengaran, yang kemudian akan diterima oleh otak (lobus temporal)

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/51675/3/BAB II.pdf · 2019-08-23 · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 Pengertian Kecemasan

27

sebagai sensasi suara. Suara yang dihasilkan oleh musik akan menstimulasi

pengeluaran endorfin yang berguna untuk proses kerja sistem limbik di amigdala

dalam mengendalikan sistem emosi dan perasaan. Jika regulasi emosi di amigdala

terorganisir, maka itu dapat mengontrol emosi dan tidak akan merasakan ansietas.

Mendengarkan musik dengan slow rythme akan mereduksi pelepasan catecholamines ke

dalam pembuluh darah, jadi kadar konsetrasi dai catecholamines akan rendah dan itu

juga dapat mengaktifasi saraf simpatik dan karena adanya pelepasan hormon stres

yang akan menjadikan tubuh menjadi rileks (Weeks & Nilsson, 2011 dalam

Handayani et al, 2018). Dari amigdala akan diteruskan ke hipotalamus. Hipotalamus

sendiri merupakan area pengaturan sebagian fungsi vegetative dan fungsi endokrin

tubuh seperti halnya banyak aspek perilaku emosional, jaras pendengaran diteruskan

ke formatio reticularis sebagai penyalur impuls menuju saraf otonom. Saraf tersebut

memiliki 2 jenis saraf yaitu simpatik dan parasimpatik. Kedua saraf ini dapat

mempengaruhi kontraksi dan relaksasi organ-organ. Relaksasi dapat merangsang

pusat rasa ketenangan (Rahmayati & Handayani, 2017).

2.2.5 Pelaksanaan Terapi Musik

Menurut (Pandoe, 2006 dalam Suryana, 2012) menjelaskan pelaksanaan terapi

musik tidak selalu membutuhkan terapis, walau mungkin membutuhka bantuanya

saat mengawali terapi musik. Berikut beberapa dasar terapi musik yang dapat

dilakukan :

a. Untuk memulai melakukan terapi musik, khususnya untuk relaksasi, peneliti

dapat memilih sebuh tempat yang tenang, yang bebas dari gangguan.

b. Untuk mempermudah, penliti dapat mendengarkan berbagai jenis musik pada

awalnya. Ini berguna untuk mengetahui respon dari tubuh responden. Lalu

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/51675/3/BAB II.pdf · 2019-08-23 · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 Pengertian Kecemasan

28

anjurkan responden untuk duduk dengan posisi rileks, ambil nafas dalam-

dalam, tarik nafas dan keluarkan perlahan-lahan melalui hidung.

c. Saat musik dimainkan, dengarkan dengan seksama instrumennya, seolah-olah

pemainnya sedang ada di ruangan memainkan musi khusus untuk responden.

Peneliti bisa memilih tempat duduk lurus didepan speaker, atau bisa juga

menggunakan headphone. Tapi yang terpenting biarkan suara musik mengalir

keseluruh tubuh responden, bukan hanya bergaung dikepala.

d. Bayangkan gelombang suara itu datang dari speaker dan mengalir keseluruh

tubuh responden. Bukan hanya dirasakan secara fisik tapi juga fokuskan

dalam jiwa. Fokuskan ditempat mana yang ingin peneliti sembuhkan, dan

suara itu mengalir kesana. Dengarkan, sembari responden membayangkan

alunan musik itu mengalir melewati seluruh tubuh dan melengkapi kembali

sel-sel, melepisi tipis tubuh dan organ dalam reponden.

e. Saat peneliti melakukan terapi musik, responden akan membangun metode

ini untuk melakukan yang terbaik bagi dirinya. Jika peneliti telah mengetahui

bagaimana tubuh merespon alunan musik, warna musik, dan gaya musik yang

didengarkan.

f. Idealnya, peneliti dapat melakukan terapi musik selama kurang lebih 30

menit hingga 1 jam tiap hari, namun dari beberapa jurnal mejelaskan bahwa

waktu 15 menit saja sudah cukup membantu pikiran responden menjadi lebih

rileks.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/51675/3/BAB II.pdf · 2019-08-23 · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 Pengertian Kecemasan

29

2.3 Objektive Structured Clinical Examination (OSCE)

2.3.1 Pengertian OSCE

OSCE pertama kali diperkenalkan oleh Harden pada taun 1975, dan

dijelaskan kemudian mejadi format penilaian dibagian Pediatri oleh Waterson dan

koleganya. Sejak itu OSCE telah meningkat digunakan untuk ujian formatif dan

sumatif diberbagai disiplin ilmu. Fakultas Kedokteran dan Kesehatan baik untuk

tingkat sarjana maupun pasca sarjana diseluruh dunia telah banyak menggunakan

OSCE untuk ujian formatif dan sumatif. Di United of Kingdom, Amerika Serikat,

Canada dan fakultas-fakultas kedokteran terkemuka didunia telah menggunakan

OSCE sebagai standar untuk uji kompetensi. Sebagai alat uji keterampilan klinik bagi

mahasiswa kesehatan, metode OSCE dapat dinyatakan terbukti valid dan reliabel.

OSCE dapat menilai kompetensi klinik para mahasiswa secara komprehensif dan

terstandar. Penelitian telah menunjukkan bahwa OSCE membantu mahasiswa

mengembangkan keterampilan prosedural, komunikasi, dan pemeriksaan fisik

(Triyana, Retno & Suryadi, 2014).

Objective Structured Clinical Examination (OSCE) merupakan salah satu

penilaian kompetensi klinis secara terencana dan terstruktur sehingga didapat

objektivitas dalam penilaian (Kurniasih, 2014). OSCE merupakan ujian dengan

penilaian berdasarkan keterampilan (performa) yang diobservasi saat melakukan

berbagai keterampilan klinik, selain itu OSCE juga merupakan metode yang sesuai

dalam evaluasi keterampilan klinis karena dapat menigkatkan keterampilan klinik

mahasiswa. OSCE biasanya terdiri dari sirkuit pendek (5-10 menit meskipun bebrapa

menggunakan 15 menit) perstase, yakni masing-masing peserta diuji secara individual

dengan satu atau dua penguji ahli dengan menggunakan pasien nyata atau pasien

simulasi. Setiap stase memiliki penguji yang berbeda dimana peserta ditugaskakn

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/51675/3/BAB II.pdf · 2019-08-23 · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 Pengertian Kecemasan

30

untuk melakukan pemeriksaan klinis yang diminta. Penilai disetiap stase mengamati

peserta dan menilai kinerja mereka sesuai dengan check list keterampilan. Setelah

periode waktu yang ditentukan habis, timer akan berbunyi menandakan setaip peserta

harus pindah distase berikutnya (Risma, 2015).

OSCE merupakan metode penilaian yang paling mencemaskan bagi

mahasiswa dibandingkan dengan tes tertulis ataupun tes persiapan preklinik. Tingkat

kecemasan OSCE berhubungan dengan tingkat persiapan dan harapan akan

keberhasilan dalam OSCE, tetapi tidak berkaitan dengan skor tes yang diperoleh.

Sebagai suatu metode penilaian OSCE harus memenuhi kriteria penilaian yang baik,

kriteria tersebut yaitu validity atau coherence, reproducibility atau consistency, equivalence,

feasibility, educational effect, catalytic effect dan ecceptability (Kurniasih, 2014).

2.3.2 Tujuan dan Manfaat OSCE

Tujuan OSCE untuk mengevaluasi keterampilan dan sikap pada tingkat yang

lebih tinggi untuk pembelajaran terintegrasi. OSCE juga dapat mendorong mahasiswa

untuk belajar lebih baik pada kelemahan yang dirasakan, karena saat pelaksanaan

OSCE peserta ujian mendapatkan feedback setelah kegiatan dilakukan (Triyana et al,

2014).

Manfaat utama OSCE yaitu dapat digunakan untuk memeriksa berbagai

keterampilan kinis yang dimana semua mahasiswa akan melakukan tugas yang sama

dan dinilai dengan kriteria yang sudah baku oleh penguji (Blundell & Harrison, 2015).

Selain itu keuntungan dari OSCE dapat memberikan kesempatan bagi mahasiswa

untuk menunjukkan kemampuan dalam melakukan keterampilan klinnis yang

spesifik. Format OSCE juga sangat baik untuk mengevaluasi berbagai macam

kompetensi, khususnya yang berkaitan dengan diagnosis dan pengobatan (Kurniasih,

2014).

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/51675/3/BAB II.pdf · 2019-08-23 · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 Pengertian Kecemasan

31

2.4 Pengaruh Terapi Musik Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan

Mahasiswa Yang Melakukan OSCE

Kecemasan merupakan emosi normal terhadap sesuatu yang dianggap sebagai

bahaya atau ancama, tetapi dapat menjadi masalah kesehatan mental jika individu

berlebihan dan mengganggu kehidupan sehari-hari. Kecemasan menghadapi OSCE

merupakan keadaan dimana adanya ketakutan gagal dalam menghadapi OSCE,

suasana OSCE yang hening menegangkan, dosen penguji yang menunggui, dan

ketakutan akan ketidakmampuan atau salah memahami soal (Pratiningsih, 2016).

Ketika simptom kecemasan yang muncul tidak dapat diatasi dan menjadi semakin

berat, maka kecemasan akan rentan berkembang menjadi suatu gangguan kecemasan.

Oleh karena itu mahasiswa perlu menangani kecemasan yang dialaminya. Pendekatan

non-farmakologi yang dapat dilakukan untuk menurunkan kecemasan adalah terapi

musik klasik mozart. Terapi musik klasik mozart adalah mendengarkan musik yang

bertujuan untuk memberikan rasa rileks dan tenang bagi pendengarnya. Terapi ini

dilakukan selama 2-3 hari berturut-turut dengan durasi 15 menit (Sufyanti et al, 2017).

Pemberian terapi musik dinilai efisien untuk menurunkan kecemasan dikarenakan

saat seseorang mendengarkan musik klien menjadi lebih rileks dan tenang.

Terapi musik yang berupa suara diterima oleh saraf pendengaran, diubah

menjadi vibrasi yang kemudian disalurkan ke otak melalui sistem limbik. Dalam

sistem limbik (Amigala dan Hipotalamus) memberikan stimulus kesistem saraf

atonom yang berkaitan erat dengan sistem endorkin yang dapat menurunkan

hormon-hormon yang berhubungan dengan stress dan kecemasan, kemudian

stimulus mengaktifkan hormon endorphin untuk membantu meningkatkan rasa rileks

dalam tubuh seseorang. Sistem saraf otonom terbagi menjadi dua yaitu sistem saraf

simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Kedua saraf ini memiliki fungsi yang berbeda

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/51675/3/BAB II.pdf · 2019-08-23 · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kecemasan 2.1.1 Pengertian Kecemasan

32

dan bertentangan. Sistem saraf simpatik akan lebih aktif dalam menghadapi situasi

yang dapat mengancam diri. Sedangkan sistem parasimpatik akan bekerja lebih aktif

dalam keadaan yang normal. Seseorang dalam keadaan cemas maka sistem saraf

simpatik akan meningkatkan kerja detak jantung, tekanan darah, dan pernafasan.

Sebaliknya ketika seseorang dalam keadaan santai, berbaring maka nafas akan

menjadi pelan teratur maka sistem parasimpatik yang bekerja lebih aktif. Dalam terapi

ini musik sebagai fasilitator untuk membuat keadaan seseorang menjadi rileks dan

nyaman sehingga kerja sistem saraf parasimpatik akan bekerja lebih dominan (Savitri,

Fidayanti & Subiyanto, 2016).