22
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fleksibilitas 2.1.1 Definisi Fleksibilitas Fleksibilitas merupakan kemampuan satu atau lebih sendi untuk bergerak full ROM secara lancar, mudah, tanpa hambatan, serta bebas dari rasa sakit. Fleksibilitas berkaitan erat dengan jaringan lunak, seperti ligamen, tendon, dan otot, di samping struktur tulang itu sendiri (Kisner & Colby,2007). Fleksibilitas juga berhubungan dengan ekstensibilitas dari musculotendinous unit yang saling bersilangan sebagai dasar kemampuan otot untuk rileks atau berubah bentuk dalam proses peregangan. Terdapat dua jenis fleksibilitas, yaitu fleksibilitas dinamis dan fleksibilitas pasif. Fleksibilitas dinamis dikatakan sebagai mobilitas aktif ROM, dimana otot berkontraksi secara aktif untuk gerakan satu sendi, segmen, dan keseluruhan tubuh. Sedangkan fleksibilitas pasif dikatakan sebagai mobilisasi pasif ROM dimana otot dan jaringan ikat sendi dapat diulur secara pasif yang berfungsi sebagai penunjang fleksibilitas dinamis (Kisner & Colby, 2007). Adapun tolak ukur fleksibilitas dapat dilihat dari luas gerak suatu persendian atau gabungan beberapa persendian. Fleksibilitas merupakan fungsi relatif laksitas dan/atau ekstensibilitas jaringan kolagen dan otot

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fleksibilitas. BAB II... · e. Reseptor peregangan: ... regang otot, dimana jika ... fungsi sendi cervical, aktivitas yang berlebihan, serta pola latihan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fleksibilitas. BAB II... · e. Reseptor peregangan: ... regang otot, dimana jika ... fungsi sendi cervical, aktivitas yang berlebihan, serta pola latihan

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fleksibilitas

2.1.1 Definisi Fleksibilitas

Fleksibilitas merupakan kemampuan satu atau lebih sendi untuk

bergerak full ROM secara lancar, mudah, tanpa hambatan, serta bebas dari

rasa sakit. Fleksibilitas berkaitan erat dengan jaringan lunak, seperti

ligamen, tendon, dan otot, di samping struktur tulang itu sendiri (Kisner &

Colby,2007). Fleksibilitas juga berhubungan dengan ekstensibilitas dari

musculotendinous unit yang saling bersilangan sebagai dasar kemampuan

otot untuk rileks atau berubah bentuk dalam proses peregangan.

Terdapat dua jenis fleksibilitas, yaitu fleksibilitas dinamis dan

fleksibilitas pasif. Fleksibilitas dinamis dikatakan sebagai mobilitas aktif

ROM, dimana otot berkontraksi secara aktif untuk gerakan satu sendi,

segmen, dan keseluruhan tubuh. Sedangkan fleksibilitas pasif dikatakan

sebagai mobilisasi pasif ROM dimana otot dan jaringan ikat sendi dapat

diulur secara pasif yang berfungsi sebagai penunjang fleksibilitas dinamis

(Kisner & Colby, 2007).

Adapun tolak ukur fleksibilitas dapat dilihat dari luas gerak suatu

persendian atau gabungan beberapa persendian. Fleksibilitas merupakan

fungsi relatif laksitas dan/atau ekstensibilitas jaringan kolagen dan otot

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fleksibilitas. BAB II... · e. Reseptor peregangan: ... regang otot, dimana jika ... fungsi sendi cervical, aktivitas yang berlebihan, serta pola latihan

9

yang melewati sendi untuk sebagian besar populasi. Ketegangan ligamen

dan otot yang membatasi ekstensibilitas merupakan inhibitor yang paling

besar untuk ROM sendi. Ketika jaringan tersebut tidak terulur (stretch)

maka extensibilitasnya akan menurun (Anshar &Sudaryanto, 2011).

Tujuan dari latihan fleksibilitas adalah untuk meningkatkan

elastisitas otot sehingga mencapai keadaan yang maksimal (Dwijowinoto,

1993). Untuk mencapai hasil elastisitas otot yang maksimal diperlukan

suatu latihan yang dapat meningkatkan fleksibilitas, sebab fleksibilitas

seseorang dapat menurun apabila tidak dilatih.

Menurut Gago (2013) disebutkan bahwa terdapat beberapa faktor

internal dan eksternal yang mempengaruhi fleksibilitas,yaitu:

1. Faktor internal

a. Sendi: Sendi merupakan sambungan antar tulang pada tubuh

manisia. Dengan memberikan latihan tertentu pada sendi maka

akan terjadi peningkatkan luas gerak sendi sehingga

mempengaruhi fleksibilitas.

b. Ligamen: ligamen terdiri dari dua jaringan yang berbeda yakni

putih dan kuning. Jaringan ikat putih tidak melar, tetapi sangat

kuat sehingga bahkan jika tulang yang patah jaringan akan

tetap di tempatnya. Sedangkan jaringan kuning merupakan

jaringan yang elastis sehingga dapat ditarik jauh namun bisa

kembali ke posisi semula.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fleksibilitas. BAB II... · e. Reseptor peregangan: ... regang otot, dimana jika ... fungsi sendi cervical, aktivitas yang berlebihan, serta pola latihan

10

c. Tendon: tendon tidak elastis bahkan kurang elastis. Tendon

dikategorikan sebagai jaringan ikat yang mendukung,

mengelilingi, dan mengikat serat-serat otot.

d. Jaringan otot: jaringan otot terbuat dari bahan elastis yang

diatur dalam bundel dari serat paralel.

e. Reseptor peregangan: reseptor ini memiliki dua bagian yaitu

sel spindle dan tendon golgi. Sel spindle terletak di pusat otot

yang bertugas untuk mengirim pesan pada otot untuk

berkontraksi. Sedangkan tendon golgi terletak dekat ujung dari

serat otot dan bertugas mengirim pesan pada otot untuk

berelaksasi.

2. Faktor eksternal

a. Kurang aktif: orang yang aktivitasnya banyak diam akan

berpengaruh pada fleksibilitasnya. Hal ini terjadi karena

jaringan lunak dan sendi menyusut sehingga kehilangan daya

regang otot, dimana jika seseorang tidak aktif maka otot-otot

dipertahankan pada posisi memendek dalam waktu yang lama.

b. Cedera: akibatadanya cidera pada sendi, otot, dan tulang maka

seseorang akan takut menggerakkan anggota gerak karena nyeri

sehingga akan berpengaruh terhadap fleksibilitasnya.

c. Usia: pengaruh usia terhadap fleksibilitas digambarkan seperti

kurva. Dimana diawali pada usia anak-anak yang semakin

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fleksibilitas. BAB II... · e. Reseptor peregangan: ... regang otot, dimana jika ... fungsi sendi cervical, aktivitas yang berlebihan, serta pola latihan

11

meningkat fleksibilitasnya namun sesudah remaja mulai

menurun. Penurunan ini dipicu oleh berkurangnya sekresi

growth hormone oleh pituitari gland sehingga kemampuan

cecovery jaringan semakin melambat. Growth hormone pada

manusia mencapai puncak pada umur 20-25 tahun dan akan

menurun drastis pada lansia.

d. Pengalaman: seseorang yang memiliki pengalaman berolahraga

yang membutuhkan gerakan dinamis yang besar akan memiliki

jangkauan gerak yang lebih baik daripada seseorang dengan

gaya hidup biasa saja.

2.1.2 Fleksibilitas Otot Upper Trapezius

Fleksibilitas otot upper trapezius sangat ditentukan dari

panjang otot upper trapezius itu sendiri. Apabila otot upper

trapezius mengalami pemendekan maka fleksibilitas otot tersebut

juga akan menurun. Penurunan fleksibilitas menandakan bahwa

sendi dan otot tidak dapat digerakkan secara full ROM baik aktif

ataupun pasif. Hal ini bisa terjadi karena suatu kondisi seperti

terjadinya kekakuan sendi dan pemendekan otot. Keadaan tersebut

akan mudah menimbulkan cedera yang biasa terjadi pada tendon

upper trapezius.

Penurunan fleksibilitas upper trapezius dapat disebabkan

oleh beberapa faktor, seperti pemendekan otot upper trapezius,

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fleksibilitas. BAB II... · e. Reseptor peregangan: ... regang otot, dimana jika ... fungsi sendi cervical, aktivitas yang berlebihan, serta pola latihan

12

cidera akut ataupu kronis pada otot upper trapezius, menurunnya

fungsi sendi cervical, aktivitas yang berlebihan, serta pola latihan

yang tidak benar. Upper trapezius yang berfungsi untuk gerakan

elevasi bahu, ekstensi dan lateral fleksi cervical dalam aktivitas

sehari-hari jarang diberikan latihan khusus (Miller, 2010).

Penggunaan otot upper trapezius yang berlebihan merupakan

penyebab utama ketegangan pada otot upper trapezius. Adanya

postur yang kurang baik yang melibatkan kontraksi otot secara terus

menerus seperti misalnya pada kasus forward head posture

menyebabkan keadaan statik pada otot. Jika berlangsung lama hal

tersebut akan mempengaruhi kekuatan otot untuk berelaksasi dan

fleksibilitasnya sehingga sering timbul nyeri.

2.1.3 Pengukuran fleksibilitas

Fleksibilitas merupakan kemampuan satu atau lebih sendi

untuk bergerak full ROM secara lancar, mudah, tanpa hambatan,

serta bebas dari rasa sakit. Pada penelitian ini untuk menghitung

fleksibilitas otot upper trapezius akan digunakan gerakan lateral

fleksi cervical dimana titik bawah dari rentangan fleksibiltas yang

normal adalah 40 derajat (Neumann,2002). Pengukuran dari

fleksibilitas tersebut dapat diukur dengan menggunakan alat berupa

goniometer dengan cara meletakan axis (fulcrum) di posisi ataupun

di suatu titik pengukuran kemudian lengan proksimal (stationary

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fleksibilitas. BAB II... · e. Reseptor peregangan: ... regang otot, dimana jika ... fungsi sendi cervical, aktivitas yang berlebihan, serta pola latihan

13

arm) posisi diam dan lengan distal (moving arm) bergerak

mengikuti gerakan sendi. Sudut yang ditunjukan pada goniometer

diinterpretasikan sebagai ROM dari sendi tersebut.

Gambar 2.1 Goniometer

(Sumber: Reese,2002)

2.2 Biomekanik dan Anatomi Terapan Cervical

2.2.1 Regio Cervical

Regio cervical disusun oleh 3 sendi penyusun yaitu atlanto-

occipital joint (C0-C1), atlanto-axial joint (C1-C2) dan vertebra

joints (C2-C7). Regio ini merupakan regio yang paling sering

bergerak dari seluruh bagian tulang vertebra. Hal itu dapat terlihat

dari peranannya yaitu untuk mengatur sendi dan memfasilitasi

posisi dari kepala, termasuk penglihatan (vision), pendengaran,

penciuman dan keseimbangan tubuh. Adapun gerakan yang

dihasilkan pada regio ini yaitu fleksi-ektensi, rotasi dan lateral fleksi

cervical.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fleksibilitas. BAB II... · e. Reseptor peregangan: ... regang otot, dimana jika ... fungsi sendi cervical, aktivitas yang berlebihan, serta pola latihan

14

2.2.1.1 Atlanto-occipital Joint (C0-C1)

Atlanto-occipital Joint berperan dalam gerakan

fleksi-ekstensi dan lateral fleksi cervical. Arthrokinematika

pada gerakan fleksi condylus yang conveks akan slide ke

arah belakang terhadap facet articularis yang concaf

sebesar 10 derajat. Sedangkan pada gerakan ekstensi

condylus yang conveks akan slide ke arah depan terhadap

facet articularis yang concaf sebesar 17derajat.

Pada gerakan lateral fleksi cervical akan terjadi

roll dari sisi-sisi pada jumlah yang kecil pada condylis

occipital yang conveks terhadap facet articularis(atlas)

yang concaf sebesar 5derajat

2.2.1.2 Atlanto-axial Joint (C1-C2)

Gerakan utama pada atlanto-axial joint adalah

gerakan rotasi cervical ditambah dengan gerakan fleksi dan

ekstensi. Pada gerakan fleksi akan terjadi gerakan pivot

kedepan dan sedikit berputar pada atlas terhadap axis (C2)

sebesar 15 derajat sedangkan pada gerakan ekstensi gerakan

pivot kebelakang dan sedikit berputar pada atlas terhadap

axis (C2).

Gerakan rotasi pada sendi ini sebesar 45 derajat

dimana atlas yang berbentuk cincin akan berputar disekitar

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fleksibilitas. BAB II... · e. Reseptor peregangan: ... regang otot, dimana jika ... fungsi sendi cervical, aktivitas yang berlebihan, serta pola latihan

15

procesus odonthoid bagian procesus articularis inferior atlas

yang sedikit concaf akan slide dengan arah sirkuler

(melingkar) terhadap procesus articularis superior axis.

2.2.1.3 Vertebra joints (C2-C7)

Pada vertebra joint terjadi gerakan fleksi-ekstensi,

rotasi dan lateral fleksi cervical. Pada gerakan fleksi

permukaan procesus articularis inferior vertebra superior

yang berbentuk concaf akan slide ke arah atas dan depan

terhadap procesus articularis superior vertebra inferior

sebesar 40 derajat, sedangkan pada gerakan ekstensi

permukaan procesus articularis inferior vertebra superior

yang berbentuk concaf akan slide ke arah bawah dan

belakang terhadap procesus articularis superior vertebra

inferior sebesar 70 derajat.

Pada gerakan rotasi akan terjadi slide pada procesus

articularis inferior vertebra superior ke arah belakang dan

bawah pada ipsilateral arah rotasi dan akan terjadi slide ke

arah depan atas pada sisi contralateral terhadap procesus

articularis superior vertebra inferior sebesar 45 derajat.

Gerakan lateral fleksi cervical, procesus articularis

inferior vertebra superior pada sisi ipsilateral slide ke arah

bawah dan sedikit ke belakang dan pada sisi contralateral

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fleksibilitas. BAB II... · e. Reseptor peregangan: ... regang otot, dimana jika ... fungsi sendi cervical, aktivitas yang berlebihan, serta pola latihan

16

akan slide ke arah atas dan sedikit kedepan sebesar 35

derajat. Inlinasi pada bentuk facet joint akan menghasilkan

gerakan coupling yang searah dimana selama gerakan rotasi

akan disertai dengan lateral fleksi yang searah (Neuman,

2002).

2.2.2Biomekanik Terapan pada Upper Trapezius

Otot trapezius adalah salah satu grup otot besar pada tubuh

manusia, otot ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu upper, midle dan

lower trapezius. Otot upper trapezius merupakan grup otot pada

tubuh manusia yang berfungsi untuk elevasi bahu, ekstensi dan

lateral fleksi cervical. Otot upper trapezius merupakan otot yang

berperan sentral dapan stabilisasi postur kepala. Stabilisasi tersebut

dikarenakan adanya otot agonis dan antagonis yang dimainkan olrh

upper trapezius kiri dan kanan. Otot ini memberikan arah tarikan

ke inferolateral pada cervical sehingga dengan adanya suatu

gangguan pada otot ini akan menyebabkan postur kepala yang

tidak seimbang antara kanan dan kiri (Neuman, 2002).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fleksibilitas. BAB II... · e. Reseptor peregangan: ... regang otot, dimana jika ... fungsi sendi cervical, aktivitas yang berlebihan, serta pola latihan

17

Gambar 2.2 Upper Trapezius

(Sumber: Lippert, 2011)

Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa salah satu peran dari

otot upper trapezius adalah lateral fleksi, gerakan ini juga berfungsi

untuk membatasi gerakan kearah contralateral untuk menghasilkan ROM

yang normal sehingga dibutuhkan fleksibilitas pada upper trapezius

yang baik untuk dapat bergerak dalam lingkup gerak sendinya tanpa

adanya keterbatasan..

Pada otot upper trapezius yang mengalami penurunan

fleksibilitas baik secara patologis akan menyebabkan jaringan lunak

pada upper trapezius tidak dapat bergerak leluasa dengan ditandai oleh

penurunan ROM dan nyeri ketika lateral fleksi.

ekstensi cervical Latera fleksi cervical

elevasi bahu

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fleksibilitas. BAB II... · e. Reseptor peregangan: ... regang otot, dimana jika ... fungsi sendi cervical, aktivitas yang berlebihan, serta pola latihan

18

Gambar 2.2 Lateral fleksi cervical

Gambar 2.3 Lateral Fleksi Cervical

(Sumber :Neumann, 2002)

2.2.3 Biomekanik Otot Skeletal

Otot upper trapezius merupakan salah satu jenis otot

skeletal yang terdiri dari banyak serabut otot berbentuk seperti

benang/serabut. Membran yang membungkus serabut otot dinamakan

dengan sarkolema. Sarkolema berbentuk seperti neuron yang

mengandung potensial membran. Neuron tersebut akan mengeluarkan

impuls yang berjalan ke sarkolema yang mengakibatkan sel otot

berkontraksi. Transverse tubulus merupakan lubang yang ada pada

sarkolema yang berfungsi menghantarkan impuls dari sarkolema ke

dalam sel terutama pada struktur lain di dalam sel yang menyelubungi

miofilamen yang disebut sarcoplasmic reticulum. Tranverse tubules

mempunyai lubang yang berhubungan dengan sarcoplasmic reticulum

dalam menghantarkan impuls serta tempat penyimpanan ion

muscle strech

muscle contraction

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fleksibilitas. BAB II... · e. Reseptor peregangan: ... regang otot, dimana jika ... fungsi sendi cervical, aktivitas yang berlebihan, serta pola latihan

19

kalsium.Antara sarcoplasmicreticulum dengan sitoplasma sel otot

disebut sarkoplasma.Pada sarkoplasmatersebut terjadi pemompaan ion

kalsium. Ketika impuls saraf ada pada membransarcoplasmic

reticulum maka terjadi pembukaan membran yang memungkinkan ion

kalsium melewati menuju pada sarkoplasma yang akan mempengaruhi

miofibril untuk berkontraksi (Fatmawati, 2012).

Sarkoplasma pada setiap serabutotot mengandung sejumlah

nukleus dan mitokondria, serta sejumlah benang/serabut miofibril

yang berjalan paralelsejajar satu sama lain. Miofibril mengandung 2

tipe filamen protein yang susunannya menghasilkan karakteristik pola

striated sehingga dinamakan otot striated atau otot skeletal (Anshar

&Sudaryanto, 2011). Miofibril terbuat dari molekul protein yang

panjang disebut miofilamen. Miofilamen terdiri dari 2 jenis yaitu thick

miofilamen yang berwarna lebih gelap dan thin miofilamen yang

berwarna lebih terang. Kedua jenis miofilamen tersebut membentuk

sub unit yang saling berhubungan dalam miofibril. Sub unit tersebut

dinamakan sebagai sarkomer yang merupakan unit strukural dasar dari

serabut otot. Di dalam sarkomer, thick miofilamen berada di tengah

dan diapit oleh thin miofilamen. Jika dilihat dalam microscopis daerah

tengah sarkomer akan terlihat lebih gelap yang disebut dengan I-band

sedangkan daerah pinggir terlihat lebih terang yang disebut dengan A-

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fleksibilitas. BAB II... · e. Reseptor peregangan: ... regang otot, dimana jika ... fungsi sendi cervical, aktivitas yang berlebihan, serta pola latihan

20

band. Bagian yang memisahkan antara kedua daerah tersebut adalah

Z-line (Sherwood, 2006).

Kepala miosin mempunyai dua tempat tautan yaitu ATP,

binding site dan aktin binding site. Pergeseran miosin yang terjadi

disebabkan karena kepala dari miosin bertemu dengan molekul aktin

di dalam miofilamen.Thin miofilamen terdiri dari tiga komponen

protein yaitu aktin, troponin dan tropomiosin. Pada otot yang rileks,

molekul miosin menempel pada benang molekul tropomiosin, ketika

ion kalsium mengisi troponin maka akan mengubah bentuk dan posisi

troponin. Perubahan tersebut membuat molekul tropomiosin terdorong

dan menjadikan kepala miosinbersentuhan dengan dengan molekul

aktin.Persentuhan tersebut membuat kepala miosin bergeser.Pada

akhir gerakan ATP masuk dalam crossbridge dan memecah ikatan

antara aktin dan miosin. Kepala miosin kembali bergerak ke belakang

dan ATP dipecah sebagai ADP + P. Kepala miosin kembali berikatan

dengan molekul aktin yang lain. ikatan ini membuat terjadinya lagi

gerakan aktin terdorong oleh kepala miosin(Fatmawati, 2012).

Pada keadaan rileks, otot skeletal akan terjadi apabila

impuls saraf melalui end plates. Akibat dari ketiadaan impuls tersebut

maka tidak ada ion kalsium yang masuk ke dalam sitoplasma karena

pintu masuk kalsium menjadi tertutup sehingga kalsium akan kembali

masuk ke dalam sarcoplasmic reticulum. Selanjutnya akibat

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fleksibilitas. BAB II... · e. Reseptor peregangan: ... regang otot, dimana jika ... fungsi sendi cervical, aktivitas yang berlebihan, serta pola latihan

21

kembalinya kalsium ke dalam sarcoplasmic reticulum menyebabkan

posisi troponin kembali normal sehingga posisi tropomiosin kembali

normal dan memutus hubungan antara kepala miosin dan aktin. Otot

akan kembali rileks pada saat kepala miosin dan aktintidak lagi saling

berhubungan sehingga tak ada lagi pergeseran molekul.

Gambar 2.4 Struktur Otot dan Mekanisme Kontraksi dan

Relaksasi Otot

(Sumber: Sherwood, 2006)

MenurutAzizah & Hardjono (2006), ada 2 tipe serabut

yang utama yaitu serabut slow-twitch dan serabut fast-twitch. Kedua

tipe serabut tersebut terdapat didalam suatu otot tunggal.

1. Tipe I atau slow twitch (tonik muscle fibers) : disebut juga red

muscle karena berwarna lebih gelap dari otot yang lainnya.

Otot ini memiliki karakteristik tertentu, yaitu menghasilkan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fleksibilitas. BAB II... · e. Reseptor peregangan: ... regang otot, dimana jika ... fungsi sendi cervical, aktivitas yang berlebihan, serta pola latihan

22

kontraksi yang lambat (kecepatan kontraktil yang lambat),

banyak mengandung hemoglobin dan mitokondria, kekuatan

motor unit yang rendah, tahan terhadap kelelahan, memiliki

kapasitas aerobik yang tinggi dan berfungsi untuk

mempertahankan sikap.

2. Tipe II atau fast twitch (phasic muscle fibers) : disebut juga

white muscle karena berwarna lebih pucat. Otot ini memiliki

karakteristik menghasilkan kontraksi yang cepat (kecepatan

kontraktil yang cepat), tidak tahan terhadap kelelahan (cepat

lelah), memiliki kapasitas aerobik yang rendah, banyak

mengandung miofibril, durasi kontraksi lebih pendek dan

berfungsi untuk melakukan gerakan yang cepat dan kuat.

Kontraksi otot skeletal ada dua yaitu kontraksi

isotonik dan isometrik. Kontraksi otot isotonik dibagi menjadi

konsentrik dan eksentrik.Kontraksi konsentrik merupakan

kontraksi otot yang membuat otot memendek dan terjadi

gerakan pada sendi sedangkan kontraksi eksentrik merupakan

kontraksi otot pada saat memanjang untuk menahan

beban.Kontraksi isometrik merupakan kontraksi otot yang

tidak disertai dengan perubahan panjang otot (Lippert, 2011).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fleksibilitas. BAB II... · e. Reseptor peregangan: ... regang otot, dimana jika ... fungsi sendi cervical, aktivitas yang berlebihan, serta pola latihan

23

2.3 Proprioceptive Neuromuscular Facilitation

PNF atau (Proprioceptive Neuromuscular Facilitation)

merupakan metode gerakan peningkatan dan fasilitasi neuromuscular

dengan sendirinya, sehingga memerlukan blocking yang berlawanan.

Dalam proses ini, reaksi mekanisme neuromuscular dimanfaatkan,

difasilitasi dan dipercepat melalui stimulasi reseptor-reseptor.

Penggunaan gerakan kompleks berdasarkan pada prinsip-prinsip

stimulasi organ neuromuscular dengan bantuan tambahan dari seluruh

gerakan. Reseptor-reseptor dalam otot dan sendi merupakan elemen

penting dalam stimulasi sistem motorik.

2.3.1 Teknik Reversal Antagonistic

Teknik reversal antagonistic merupakan salah satu teknik dalam

Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF) yang melibatkan

kontraksi isometrik dan isotonik dari otot agonis dan antagonis yang

mengalami ketegangan. Mekanisme dari teknik ini adalah dengan

menginstruksikan pasien untuk mengkontraksikan otot yang lebih kuat

kemudian mengkontraksikan otot antagonis denga tahanan tanpa

relaksasi atau berhenti. Menurut Sugijanto (2006) menyebutkan bahwa

pada peregangan cara PNF, diperlukan adanya bantuan dari orang lain

atau menggunakan peralatan lain untuk membantu memudahkan

gerakan peregangan agar mencapai target yang diinginkan. Adapun

tujuan dari pemberian teknik reversal antagonistic adalah untuk

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fleksibilitas. BAB II... · e. Reseptor peregangan: ... regang otot, dimana jika ... fungsi sendi cervical, aktivitas yang berlebihan, serta pola latihan

24

memanjangkan/mengulur struktur jaringan lunak, seperti otot, fasia,

tendon dan ligamen yang memendek secara patologis maupun non

patologis sehingga dapat meningkatkan lingkup gerak sendi dan

mengurangi nyeri akibat spasme, pemendekan otot/akibat fibrosis.

Reversal antagonistic diindikasikan apabila ditemukan

adanya keterbatasan lingkup gerak sendi akibat adanya perlengketan,

pembentukan jaringan parut, yang berperan untuk menimbulkan

ketegangan otot, jaringan ikat dan kulit. Reversal antagonistic tidak

dapat dilakukan pada pasien dengan fraktur yang masih baru

(Sugijanto, 2006). Sedangkan menurut Kisner & Colby (2007),

menyebutkan indikasi dari stretching berupa, lingkup geraksendi yang

terbatas kerena jaringan lunak yang kehilangan ekstensibilitas, gerakan

yang terbatas akibat deformitas struktural, kelemahan otot dan

pemendekan dari jaringan antagonis, serta sebagai bagian dari total

program fitnes yang didesain untuk mencegah cedera muskuloskeletal.

Kontraindikasi dari stretching adalah sebuah tulang menonjol yang

membatasi gerakan sendi, fraktur yang masih baru, terdapat penyatuan

tulang yang belum komplit, adanya infeksi akut, proses inflamasi, atau

penyembuhan jaringan lunak didaerah itu, nyeri akut yang tajam pada

gerakan sendi atau elongasi otot, serta terjadi perdarahan atau indikasi

lain dari trauma jaringan yang masih diobservasi.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fleksibilitas. BAB II... · e. Reseptor peregangan: ... regang otot, dimana jika ... fungsi sendi cervical, aktivitas yang berlebihan, serta pola latihan

25

2.3.2 Dynamic Reversals

Dynamic revelsals merupakan salah satu bagian dari teknik

reversal antagonistic dimana teknik ini memberikan efek penambahan

fleksibilitas pada lingkup gerak sendi dengan melibatkan kontraksi otot

agonis dan antagonis. dalam pelaksanaannya terapis memberikan

tahanan sedangkan pasien mengkontraksikan otot yang lebih kuat

hingga ROM yang diinginkan dan setelah itu tanpa adanya

pengurangan kontraksi atau relaksasi otot dilanjutkan dengan memberi

tahanan kontraksi pada otot yang antagonis. Kontraksi maksimal pada

otot yang dipanjangkan akan memprovokasi perubahan struktur dari

aktin-miosin.Gerakan yang pelan akan memastikan setiap otot yang

diinginkan berkontraksi secara maksimal.

2.3.3 Rythmic Stabilization

Teknik ini merupakan metode aplikasi dari reversal antagonist

yang melibatkan peranan otot agonis dan antagonis untuk

memperbaiki fleksibilitas dari otot. Teknik rythmic stabilization

menggunakan prinsip kontraksi isometrik otot, dimana dalam

pengaplikasiannya pasien tidak boleh melakukan gerakan atau pasien

harus menahan gerakan yang diberikan oleh terapist. Tahanan atau

kontraksi isometrik dilakukan dimulai dari arah yang ototnya lebih kuat

kemudian terapis memberikan dorongan dan pasien harus menahannya

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fleksibilitas. BAB II... · e. Reseptor peregangan: ... regang otot, dimana jika ... fungsi sendi cervical, aktivitas yang berlebihan, serta pola latihan

26

dan selanjutnya tanpa adanya penurunan dari relaksasi otot diberikan

kontraksi isometrik pada sisi lainnya sehingga tidak ada fase relaksasi

dari otot. Indikasi dari teknik ini adalah ketika terjadi nyeri regang saat

pasien menggerakan sendi atau otot yang mengalami pengurangan

fleksibilitas. Teknik ini juga dapat melatih stabilitas sendi dari

penguatan otot agonis dan antagonis yang terus dilatih sehingga dapat

meningkatkan stabilitas jaringan.

2.4 Mekanisme Peningkatan Fleksibilitas Otot Upper Trapezius Melalui

Teknik Intervensi Dynamic Reversals dan Rhythmic Stabilization

Mekanisme peningkatan fleksibilitas otot upper trapezius dengan

intervensi reversal antagonistic, baik dynamic reversals dan rhythmic

stabilization sama-sama dapat meningkatkan relaksasi dan pemanjangan

otot hingga 20 persen melalui neuromuscular fasilitation sehingga nyeri

regang, spasme, ataupun pemendekan otot dapat diturunkan. Motor unit

yang ada pada seluruh serabut otot akan teraktivasi akibat dari adanya

kontraksi isometrik dan isotonik (Chaitow, 2006).

Konsep dari teknik dynamic reversals pada dasarnya terjadi pada

komponen elastik (aktin dan miosin) yang menyebabkan ketegangan dalam

otot meningkat dengan tajam, sarkomer akan memanjang dan bila hal ini

dilakukan terus-menerus otot akan beradaptasi. Saat pengaplikasian teknik

intervensi dynamic reversals akan terjadi mekanisme yang disebut

reciprocal innervations/inhibition. Reciprocal inhibition mengacu pada

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fleksibilitas. BAB II... · e. Reseptor peregangan: ... regang otot, dimana jika ... fungsi sendi cervical, aktivitas yang berlebihan, serta pola latihan

27

inhibisi otot antagonist ketika kontraksi isotonik yang terjadi dalam otot

agonis. Hal ini terjadi karena reseptor strecth dalam serabut otot agonis

muscle spindle. Muscle spindle bekerja untuk mempertahankan panjang otot

secara tetap dengan memberikan umpan balik pada perubahan kontraksi,

dalam hal ini arah muscle spindle memainkan bagian dalam proprioceptif.

Dalam respon untuk peregangan, muscle spindle menghentikan impuls saraf

yang meningkatkan kontraksi, hingga mencegah over stretching. Pada

dynamic reversals juga terjadi penguluran komponen elastik pada otot.

sehingga akan mempengaruhi komponen elastik sarkomer pada otot dimana

melepaskan perlengketan ataupun taut band aktin dan moisin sehingga akan

mempengaruhi dari pemanjangan otot (Azizah &Hardjono, 2006).

Gambar 2.10 Reciprocal Inhibition

(Sumber: Chaitow, 2006)

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fleksibilitas. BAB II... · e. Reseptor peregangan: ... regang otot, dimana jika ... fungsi sendi cervical, aktivitas yang berlebihan, serta pola latihan

28

Pada intervensi teknik rhythmic stabilization akan terjadi mekanisme

post isometric relaxation (PIR). Post isometric relaxation mengacu pada

pengurangan tonus otot agonist setelah kontraksi isometrik. Hal ini terjadi

karena pengaruh reseptor stretch yang disebut golgi tendon organ pada otot

agonis. Reseptor ini bereaksi terhadap overstretching otot oleh inhibisi otot

yang selanjutnya berkontraksi. Hal ini secara natural melindungi reaksi

terhadap regangan berlebih, mencegah ruptur dan memiliki pengaruh

pemanjangan karena relaksasi yang terjadi tiba-tiba pada seluruh otot

dibawah pengaruh stretching.

Gambar 2.9 Post Isometric Relaxation

(Sumber: Chaitow, 2006)

Dalam teknik ini, kekuatan kontraksi otot terhadap perlawanan yang

sama memicu reaksi golgi tendon organ. Impuls saraf afferent dari golgi

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fleksibilitas. BAB II... · e. Reseptor peregangan: ... regang otot, dimana jika ... fungsi sendi cervical, aktivitas yang berlebihan, serta pola latihan

29

tendon organ masuk ke bagian dorsal spinal cord dan bertemu dengan

inhibitor motor neuron. Hal ini menghentikan impuls motor neuron efferent

dan oleh karena itu terjadi pencegahan kontraksi lebih lanjut, tonus otot

menurun, yang menghasilkan relaksasi dan pemanjangan otot agonist

(Azizah &Hardjono, 2006).