23
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam berdarah Dengue (DBD) 2.1.1 Definisi Penyakit Demam Berdarah Dengue Penyakit demam berdarah adalah penyakit infeksi oleh virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Infeksi yang ringan hanya menimbulkan bercak-bercak pada badan dan gejala flu ringan. Anak-anak bisa terkena penyakit demam berdarah yang sangat parah yang bisa menyebabkan perdarahan dan shok (Krishna, 2013 : 38). 2.1.2 Epidemiologi Penyakit Demam Berdarah Dengue Jumlah kasus DBD dilaporkan oleh WHO setiap tahunnya meningkat dari 0,4-1,3 juta pada dekade 1996-2005, pada tahun 2010 mencapai 2,2 juta dan 3,2 juta di tahun 2015. Berdasarkan pemodelan matematika, kejadian tahunan dunia diperkirakan sekitar 50.000.000 – 100.000.000 gejala kasus dalam beberapa tahun terakhir, terutama di Asia, diikuti oleh Amerika Latin dan Afrika, dengan kemungkinan kasus terbanyak sekitar 25% yaitu infeksi virus dengue. Pada tahun 2013 virus dengue diperkirakan mencapai sekitar 3,2 juta kasus hebat dan 9000 kematian, mayoritas terjadi di Negara-negara berpenghasilan menengah bawah, dan untuk 1,1 juta ketidakmampuan mencapai usia hidup (DALY) di seluruh dunia. Penularan virus dengue dari primate non manusia terhadap manusia tampaknya langka. Penyebaran vektor berikutnya yaitu urbanisasi dan menurunnya upaya pengendalian vektor sudah berkontribusi sebagian terhadap peningkatan kejadian infeksi virus dengue. Virus dengue tidak hanya di lingkungan perkotaan saja tetapi kini ditemukan dari daerah pedesaan juga. Selain itu faktor-faktor seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam berdarah Dengue (DBD) …

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam berdarah Dengue (DBD) …

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Demam berdarah Dengue (DBD)

2.1.1 Definisi Penyakit Demam Berdarah Dengue

Penyakit demam berdarah adalah penyakit infeksi oleh virus yang

ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Infeksi yang ringan hanya

menimbulkan bercak-bercak pada badan dan gejala flu ringan. Anak-anak bisa

terkena penyakit demam berdarah yang sangat parah yang bisa menyebabkan

perdarahan dan shok (Krishna, 2013 : 38).

2.1.2 Epidemiologi Penyakit Demam Berdarah Dengue

Jumlah kasus DBD dilaporkan oleh WHO setiap tahunnya meningkat

dari 0,4-1,3 juta pada dekade 1996-2005, pada tahun 2010 mencapai 2,2 juta

dan 3,2 juta di tahun 2015. Berdasarkan pemodelan matematika, kejadian

tahunan dunia diperkirakan sekitar 50.000.000 – 100.000.000 gejala kasus

dalam beberapa tahun terakhir, terutama di Asia, diikuti oleh Amerika Latin

dan Afrika, dengan kemungkinan kasus terbanyak sekitar 25% yaitu infeksi

virus dengue. Pada tahun 2013 virus dengue diperkirakan mencapai sekitar 3,2

juta kasus hebat dan 9000 kematian, mayoritas terjadi di Negara-negara

berpenghasilan menengah bawah, dan untuk 1,1 juta ketidakmampuan

mencapai usia hidup (DALY) di seluruh dunia. Penularan virus dengue dari

primate non manusia terhadap manusia tampaknya langka. Penyebaran vektor

berikutnya yaitu urbanisasi dan menurunnya upaya pengendalian vektor

sudah berkontribusi sebagian terhadap peningkatan kejadian infeksi virus

dengue. Virus dengue tidak hanya di lingkungan perkotaan saja tetapi kini

ditemukan dari daerah pedesaan juga. Selain itu faktor-faktor seperti

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam berdarah Dengue (DBD) …

11

pertumbuhan penduduk, globalisasi dan traveling, serta perubahan iklim dapat

mempengaruhi peningkatan penularan virus dengue tersebut (WHO, 2016).

2.1.3 Etiologi Penyakit Demam Berdarah Dengue

Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue dari family

Flaviviridae dan genus Flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang

dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Keempat serotipe ini

menimbulkan gejala yang berbeda-beda jika menyerang manusia. serotipe

yang menyebabkan infeksi paling berat di Indonesia, yaitu DEN-3. Demam

berdarah dengue tidak menular melalui kontak manusia dengan manusia. Virus

dengue sebagai penyebab demam berdarah hanya dapat ditularkan melalui

nyamuk. Oleh karena itu, penyakit ini termasuk dalam kelompok arthropod

borne disease (Satari & Meiliasari, 2008 : 3).

Virus dengue sebagai penyebab penyakit demam berdarah dengue

merupakan mikroorganisme sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan

mikroskop elektron. Virus hanya dapat hidup di dalam sel hidup. Maka demi

kelangsungan hidupnya, virus harus bersaing dengan sel manusia yang

ditempati terutama untuk kebutuhan protein. Apabila daya tahan tubuh

seseorang yang terkena infeksi virus tersebut rendah sebagai akibatnya sel

jaringan akan semakin rusak. Sebaliknya, apabila sel tersebut berkembang

banyak, fungsi organ tubuh tersebut baik, maka akan sembuh dan timbul

kekebalan terhadap virus dengue yang pernah masuk ke dalam tubuhnya

(Misnadiarly, 2009).

2.1.4 Gejala Klinis Penyakit Demam Berdarah Dengue

Menurut WHO (2009, dalam Hasmi, 2015) dengue merupakan

penyakit sistemik yang dinamis. Perubahan yang terjadi terdiri dari beberapa

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam berdarah Dengue (DBD) …

12

fase. Setelah periode inkubasi, penyakit mulai berkembang menuju 3 fase

yaitu febris, kritis dan penyembuhan.

1. Fase Febris

Pasien mengalami demam tinggi secara tiba-tiba. Fibrilasi akut ini

bertahan 2-7 hari dan disertai sritma kulit, wajah yang memerah, sakit

sekujur tubuh, arthralgia dan sakit kepala. Pada beberapa pasien juga

ditemukan radang tenggorokan, infeksi faring dan konjungtiva, anorexia,

pusing, dan muntah-muntah juga sering ditemui. Febris antara dengue dan

non dengue pada awal fase febris sulit dibedakan. Oleh karena itu,

monitoring dari tanda bahaya dan parameter klinik lainnya seangat krusial

untuk menilau progresi ke fase kritis.

Manifestasi hemoragik seperti patechie dan perdarahan membrane

mukosa (hidung dan gusi) mungkin timbul. Perdarahan massif vagina

dan gastrointestinal juga mungkin timbul dalam fase ini, hepatomegaly

muncul setelah beberapa hari demam. Tanda abnormal dari pemeriksaan

darah rutin adalah penurunan total sel darah putih.

2. Fase Kritis

Penurunan suhu tubuh setelah demam hingga suhu tubuh

menjadi 37,5-38’ C atau bahkan kurang dapat terjadi 3-7 hari dan

peningkatan hematokrit. Leukopenia progresif yang diikuti penurunan

jumlah platelet biasa terjadi setelah kebocoran plasma. Pada kondisi ini

pasien yang permeabilitas kapilernya tidak meningkat, kondisinya

membaik. Sebaliknya pada pasien yang permeabilitas kapilernya

meningkat, terjadi kehilangan banyak volume plasma. Derajat kebocoran

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam berdarah Dengue (DBD) …

13

plasma pun berbeda-beda. Efusi pleura dan aites dpat terjadi. Derajat

tingginya hematocrit menggambarkan kebocoran plasma.

Syok dapat terjadi ketika banyak kehilangan volume cairan

plasma. Kemudian kondisi tersebut dilanjutkan dengan tanda suhu tubuh

yang abnormal. Apabila syok terjadi cukup banyak dapat menyebabkan

kerusakan organ, asidosis metabolic dan Disseminated intravascular

coagulation (DIC).

3. Fase Penyembuhan

Apabila pasien bertahan setalah 24-48 jam fase kritis, reabsorpsi

gradual cairan ekstravaskular akan terjadi dalam 48-72 jam kemudian.

Kondisi ini akan membaik, nafsu makan meningkat, gejala gastrointestinal

mereda, hemodinamik makin stabil dan diuresis membaik. Namun pada

fase ini dapat terjadi pruritus, bradikardi dan perubahan pada EKG.

Distress pernafasan yang diakibatkan oleh efusi pleura masif dan asites

dapat muncul bila pasien diberikan cairan berlebihan dihubungkan

dengan edema pulmoner dan gagal jantung kongestif.

Berikut ini adalah table gambaran klinis dari setiap fase :

Tabel 2.1 Fase DBD

FASE DBD GEJALA KLINIS

Fase febris Dehidrasi, demam tinggi yang dapat menyebabkan gangguan neurologis dan kejang pada anak.

Fase kritis Syok karena kebocoran plasma, perdarahan berat dan kegagalan organ.

Fase penyembuhan

Hypervolemia (apabila pemberian cairan intravena berlebihan).

2.1.5 Faktor Penularan Penyakit Demam Berdarah Dengue

Wati (2009 : 21) mengemukakan ada dua faktor yang menyebabkan

penyebaran penularan penyakit DBD adalah sebagai berikut :

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam berdarah Dengue (DBD) …

14

1. Faktor Internal

Faktor intrenal meliputi ketahanan tubuh atau stamina seseorang.

Jika kondisi badan tetap bugar kemungkinannya kecil untuk terkena

penyakit DBD. Hal tersebut dikarenakan tubuh memiliki daya tahan

cukup kuat dari infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri, parasite, arau

virus seperti penyakit DBD. Oleh karena itu sangat penting untuk

meningkatkan daya tahan tubuh pada musim hujan dan pancaroba. Pada

musim itu terjadi perubahan cuaca yang mempengaruhi pertumbuhan

dan perkembangan virus dengue penyebab DBD. Hal ini menjadi

kesempatan jentik nyamuk berkembangbiak menjadi lebih banyak.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang datang dari luar tubuh

manusia. Faktor ini tidak mudah dikontrol karena berhubungan dengan

pengetahuan, lingkungan, dan perilaku manusia baik di tempat tinggal,

lingkungan sekolah, atau tempat bekerja. Satari & Meilisari (2004, dalam

Wati, 2009 : 21) mengatakan faktor yang memudahkan seseorang

menderita DBD dapat dilihat dari kondisi berbagai tempat

berkembangbiaknya nyamuk seperti di tempat penampungan air, karena

kondisi ini memberikan kesempatan pada nyamuk untuk hidup dan

berkembangbiak. Hal ini dikarenakan penampungan air masyarakat

indonesia umumnya lembab, kurang sinar matahari dan sanitasi atau

kebersihannya.

2.1.6 Klasifikasi Penyakit Demam Berdarah Dengue

Derajat penyakit DBD diklasifikasikan menurut Ginanjar (2007)

berdasarkan tingkat keparahannya. Secara singkat dijelaskan seperti berikut :

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam berdarah Dengue (DBD) …

15

1. Derajat I

Disebut derajat 1 apabila terdapat tanda-tanda demam selama 5-7 hari,

gejala umum tidak khas, tes Rumpeleede (+). Tes Rumpeleede merupakan tes

penapisan (skrining) untuk menilai adanya perdarahan kulit. Tes ini

dilakukan dengan cara membendung pembuluh darah pada lengan pasien

dengan menggunakan manset pengukur tekanan darah selama lima

menit. Besar tekanannya adalah ½ kali dari penjumlahan tekanan darah

sistolik dan diastolik. Hasil positif adalah jika terdapat bintik-bintik

perdarahan pada lengan penderita DBD, sebanyak lebih dari 20

buah/inci2.

2. Derajat II

Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan pada kulit berupa ptekiae

dan ekimosis, mimisan (epistaksis), muntah darah (hematemesis), buang air

besar berdarah berwarna merah kehitaman (melena), perdarahan gusi,

perdarahan Rahim (uterus), telingan dan sebagainya.

3. Derajat III

Ada tanda-tanda kegagalan sirkulasi darah, seperti denyut nadi teraba

lemah dan cepat (>120x/menit), tekanan nadi (selisih antara tekanan

darah sistolik dan diastolik) menyempit (<20 mmHg). DBD derajat III

merupakan peringatan awal yang mengarah pada terjadinya renjatan

(syok).

4. Derajat IV

Denyut nadi tidak teraba, tekanan darah tidak terukur, denyut jantung

>140x/menit, ujung-ujung jari kaki dan tangan terasa dingin, tubuh

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam berdarah Dengue (DBD) …

16

berkeringat, kulit membiru. DBD derajat IV merupakan manifestasi

syok, yang sering kali berakhir dengan kematian.

2.1.7 Cara Penularan Penyakit Demam Berdarah Dengue

Menurut Sukohar (2014 : 6) terdapat tiga faktor yang memegang

peranan pada penularan infeksi virus dengue, yaitu manusia, virus dan vektor

perantara. Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui nyamuk Aedes

aegypti. Aedes albopictus¸Aedes polynesiensis dan beberapa spesies yang lain dapat

juga menularkan virus ini, namun merupakan vektor yang kurang berperan.

Aedes tersebut mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang

sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur

berkembnag biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum

dapat ditularkan kembali pada manusia pada saat gigitan berikutnya. Sekali

virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam tubuh nyamuk tersebut

akan dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif). Dalam tubuh

manusia, virus memerlukan masa tunas 4-6 hari (intrinsic incubation period)

sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk

dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia,

yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul.

2.1.8 Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue

Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian

vektornya, yaitu nyamuk Aedes Aegypti. Sukohar (2014 : 12-13)

mengemukakan pengendalian nyamuk dapat dilakukan dengan menggunakan

beberapa metode yang tepat, yaitu :

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam berdarah Dengue (DBD) …

17

1. Lingkungan

Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara

lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah

padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping

kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah. Sebagai contoh :

a. Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali

seminggu.

b. Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu

sekali.

c. Menutup dengan rapat tempat penampungan air.

d. Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas, dan ban bekas di sekitar

rumah.

2. Biologis

Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan

pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang).

3. Kimiawi

Cara pengendalian ini antara lain dengan :

a. Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion),

berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas

waktu tertentu.

b. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat

penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam dan lain-lain.

Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah

dengan mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan “3M Plus”,

yaitu menutup, menguras dan menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam berdarah Dengue (DBD) …

18

plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida,

menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot

dengan inseksida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa

jentik berkala dan disesuaikan dengan kondisi setempat.

2.1.9 Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue (DBD)

Hasmi (2015) menyatakan bahwa pada dasarnya pengobatan DBD

bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat

peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat perdarahan. Secara garis

besar dibagi menjadi beberapa bagian :

1. Pemberian oksigen : Terapi oksigen harus selalu diberikan pada semua

pasien syok.

2. Penggantian volume plasma.

3. Koreksi gangguan metabolik dan elektrolit.

4. Transfusi darah : pemberian transfusi darah diberikan pada keadaan

perdarahan yang nyata seperti hematemesis (muntah darah) dan melena (BAB

berwarna merah kehitaman). Hemoglobin perlu dipertahankan untuk

mencapai transport oksigen ke jaringan, sekitar 10g/dl.

Berikut ini tatalaksana pasien dengue menurut fase yang dibagi menjadi 3 :

1. Fase febris.

1) Penurunan suhu.

a. Tepid sponge untuk demam yang sangat tinggi setelah

diberikan parasetamol.

b. Antipiretik, parasetamol 10mg/kgBB/hari jika demam

>39’ C setiap 4-6 jam.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam berdarah Dengue (DBD) …

19

2) Pemberian makanan.

a. Nutrisi yang lunak akan lebih disukai.

b. Susu, jus buah dan cairan elektrolit direkomendasikan jika

diit lunak tidak dapat dikonsumsi.

c. Pemberian air putih yang adekuat akan menjaga

keseimbangan elektrolit.

3) Terapi simptomatik lainnya.

a. Domperidon 1 mg/kgBB/hari diberikan 3 kali.

b. Antikonvulsan pada pasien kejang demam (diazepam

oral).

c. H-2 bocker (ranitidine, cimetidine) pada pasien dengan

gastritis atau perdarahan saluran cerna.

4) Pemberian cairan intravena.

5) Pengawasan tanda kegawatan dan gejala yang mengarah ke syok.

Gejala syok :

a. Ujung akral dingin dan lembab.

b. Gelisah, rewel pada bayi.

c. Mottled pada kulit.

d. Pengisian kapiler >2 detik.

e. Penurunan diuresis 4-6 jam.

6) Follow up

2. Fase kritis.

1) DBD derajat I dan II.

a. Pada hari ke 3,4, dan 5 demam dianjurkan dirawat inap.

b. Pemantauan TTV setiap hari 1-2 jam selama fase kritis.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam berdarah Dengue (DBD) …

20

c. Pemeriksaan kadar hematocrit berkala selama 4-6 jam

selama fase kritis.

d. Hindari pemasangan prosedur yang invasif seperti

nasogastric tube.

e. Penggantian volume plasma yang hilang akibat

pembesaran plasma.

f. Jenis cairan yang dipakai yaitu isotonik ringer dan ringer

asetat.

g. Jumlah cairan diberikan :

a) Berat badan yang digunakan untuk patokan

adalah berat ideal.

b) Pemberian cairan intravena harus disesuaikan

berdasarkan hasil lab (hemoglobin, hematokrit).

Tidak boleh melebihi 6 jam tanpa dievaluasi lagi.

2) DBD derajat III dan IV.

a. Sindrom syok dengue merupakan kasus kegawatdaruratan

yang membutuhkan penanganan secara cepat dan tepat.

Terapi oksigen harus diberikan pada semua pasien syok.

b. Penggantian awal cairan intravena dengan larutan

kristaloid 20 ml/kgBB dengan tetesan secepatnya. Jika

syok belum teratasi dengan dua kali resusitasi, I cairan

dapat digantikan dengan koloid 10-20 ml/kgBB selama 10

menit. Jika terjadi perbaikan klinis, segera tukar kembali

dengan kristaloid, tetesan dikurangi secara bertahap

dengan tetesan 10 ml/kgBB/jam dan dievaluasi selama 4-

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam berdarah Dengue (DBD) …

21

6 jam. Jika membaik, diturunkan 7 ml/kgBB/jam

selanjutnya 5 ml/kgBB/jam dan terakhir 3 ml/kgBB/jam.

c. Pada pasien dengan komplikasi, pemeriksaan lab yang

digunakan adalah :

a) Golongan darah.

b) Gula darah dan elektrolit (Na, Ca, Kalium).

c) Fungsi hati.

d) Fungsi ginjal.

e) Analisa gula darah.

f) Coagulogram.

g) Produksi urin dan nafsu makan yang cukup

merupakan tanda penyebuhan.

h) Pada umumnya, 48 jam sesudah terjadi kebocoran

atau renjatan tidak lagi membutuhkan cairan.

3. Fase penyembuhan.

1) Penghentian cairan intravena.

2) Biarkan pasien istirahat.

3) Beberapa pasien akan mengalami fluid overload jika pada fase

demam sebelumnya mendapatkan cairan berlebihan, untuk

mengatasi hal tersebut dapat dilakukan :

a. Hilangkan cairan yang ada di cavum pleura, dapat

menggunakan diuretic furosemide (1 ml/kg/dosis), dengan

syarat pasien tidak dalam fase perembesan plasma karena

akan memicu syok.

b. Dilakukan pemasangan kateter terlebih dahulu.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam berdarah Dengue (DBD) …

22

c. Pencatatan jumlah urin setiap jam. Urin yang adekuat

adalah 0,5 ml/kgBB/jam.

d. Furosemide dapat diberikan dengan frekuensi sesuai

kebutuhan.

2.1.10 Dampak Penyakit Demam Berdarah Dengue

Virus dengue telah berkembang dari penyakit sporadik ke masalah

kesehatan masyarakat yang utama dengan dampak sosial dan ekonomi yang

tinggi karena meningkatnya ektensi geografis, jumlah kasus, dan tingkat

keparahan penyakit tersebut (Guzman & Haris, 2014 : 1). Dampak dari segi

sosial yang di maksud adalah kerugian yang dialami seseorang yang menderita

DBD termasuk juga salah seorang keluarganya, kerugian tersebut dapat

berupa rasa ketidaknyamanan, kepanikan keluarga, bahkan kematian anggota

keluarga yang nantinya akan berdampak pada permasalahan yang lebih luas

yaitu rendahnya usia harapan hidup. Selain dampak sosial, dampak yang

ditimbulkan adalah dampak ekonomi yang terbagi menjadi 2 yaitu dampak

ekonomi langsung meliputi biaya pengobatan dan perawatan, dan dampak

ekonomi tidak langsung meliputi kehilangan waktu kerja, waktu sekolah dan

biaya lain seperti transportasi dan akomodasi yang dikeluarkan selama

perawatan (Imawati & Sukesi, 2015 : 79).

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Demam Berdarah Dengue

2.2.1 Agent (Penyebab)

Agent atau penyebab penyakit DBD adalah virus dengue yang

termasuk kelompok B arthropoda Borne Virus (Arbovirus). Anggota dari genus

Flavivirus, familia Flaviviridae yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan

juga nyamuk Aedes albopictus yang merupakan vektor infeksi DBD (Roose

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam berdarah Dengue (DBD) …

23

2008) . Dikenal ada empat serotipe virus dengue yaitu Den-1, Den-2, Den-3

dan Den-4 (Wati, 2009 : 14-15). Nyamuk dengue menggigit manusia pada pagi

sampai sore hari, biasanya pukul 08.00-12.00 dan 15.00-17.00. Nyamuk

mendapatkan virus dengue setelah menggigit orang yang terinfeksi virus dengue.

Virus ini dapat tetap hidup di alam lewat 2 mekanisme.

Mekanisme pertama, transmisi vertikal dalam tubuh nyamuk. Virus

dapat ditularkan oleh nyamuk betina pada telurnya, yang nantinya

akan menjadi nyamuk. Virus ini dapat ditularkan dari nyamuk jantan

ke nyamuk betina melalui kontak seksual.

Mekanisme kedua, transmisi virus dari nyamuk ke dalam tubuh

mekhluk vertebrata dan sebaliknya. Yang dimaksud dengan makhluk

vertebrata disini adalah manusia dan kelompok kera tertentu.

Virus yang sampai ke dalam lambung nyamuk akan mengalami

replikasi (memecah diri atau berkembang biak), kemudian akan berimigrasi

dan akhirnya sampai ke kelenjar ludah. Empat hari kemudian virus akan

mereplikasi dirinya secara cepat. Apabila jumlahnya sudah cukup, virus akan

memasuki sirkulasi darah dan saat itulah manusia yang terinfeksi akan

mengalami gejala panas (Suharmiati &Handayani, 2007 : 3).

2.2.2 Host (Faktor Penjamu)

Virus dengue dapat menginfeksi manusia dan beberapa spesies primata.

Manusia reservoir utama virus dengue di daerah perkotaan (Widodo, 2012 :

11). Beberapa faktor yang mempengaruhi host dijelaskan sebagai berikut :

a. Usia

Menurut Noor (2008 : 98, dalam Kurniawati, 2015 : 13-14)

salah satu karakteristik individu yang mempunyai peranan penting

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam berdarah Dengue (DBD) …

24

pada perkembangan penyakit adalah usia. Peranan tersebut menjadi

penting dikarenakan usia dapat memberikan gambaran tentang faktor

penyebab penyakit tersebut, selain itu dapat digunakan untuk

mengamati perbedaan frekuensi penyakit. usia juga mempunyai

hubungan dengan besarnya risiko dan resistensi penyakit.

Usia adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan

terhadap infeksi virus dengue. Semua golongan umur dapat terserang

virus dengue, meskipun baru berumur beberapa hari setelah lahir (Wati,

2009 : 15). Karakteristik setiap individu secara tidak langsung

memberikan perbedaan pada keadaan maupun reaksi terhadap

keterpaparan suatu penyakit. Adapun perbedaan tersebut dapat di

lihat berdasarkan golongan umur (Kurniawati 2015 : 38). Di Negara

Asia Tenggara penyakit DBD menyerang terutama pada anak-anak,

sedangkan di Negara tropis Amerika DBD menyerang semua umur

(Guzzman, 2008 : 522).

b. Jenis kelamin

Noor (2008 : 98, dalam Kurniawati, 2015 : 14) menjelaskan

faktor jenis kelamin merupakan salah satu variabel deskriptif yang

dapat memberikan perbedaan angka/rate kejadian pria dan wanita.

Perbedaan jenis kelamin harus dipertimbangkan dalam hal kejadian

penyakit, hal tersebut dikarenakan timbul karena bentuk anatomis,

fisiologis dan sistem hormonal yang berbeda. Wati (2009 : 15-16)

mengemukakan sejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan

terhadap serangan DBD dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam berdarah Dengue (DBD) …

25

c. Pekerjaan

Mobilitas seseorang berpengaruh terhadap resiko kejadian

DBD. Hal ini identik dengan pekerjaan yang dilakukan sehari-hari

dan berkaitan dengan pendapatan dan daya beli seseorang. Semakin

tinggi mobilitas seseorang, semakin besar resiko untuk menderita

penyakit DBD. Semakin baik tingkat penghasilan seseorang, semakin

mampu ia untuk memenuhi kebutuhannya, termasuk dalam hal

pencegahan dan pengobatan suatu penyakit (Widodo, 2013 : 12).

d. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni penglihatan,

pendengaran, penghirup, perasa, dan peraba. Tetapi sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam mebantu tindakan seseorang (overt behaviour). Perilaku didasari

oleh pengetahuan akan lebih bertahan lama daripada perilaku yang

tidak didasari pengetahuan. Penelitian Rogers (1974), dalam Sunaryo

(2004 : 5), dalam Hasmi (2015) mengungkapkan sebelum orang

mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang

tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

b. Interest, yakni orang mulai tertarik pada stimulus.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam berdarah Dengue (DBD) …

26

c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya). Hal ini sikap responden sudah lebih

baik lagi.

d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap stimulus.

Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers

menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-

tahap diatas. Apabila penerima perilaku baru atau adopsi perilaku

melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan

sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long

distance). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari pengetahuan

dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

e. Sikap

Sikap merupakan respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak langsung

dilihat akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah

laku yang tertutup. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung

dan juga tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana

pendapat atau pertanyaan respon terhadap suatu objek. Orang lain

berperilaku bertentangan dengan sikapnya, dan bisa juga merubah

sikapnya sesudah yang bersangkutan merubah tindakannya. Namun

secara tidak mutlak dapat dikatakan bahwa perubahan sikap

merupakan loncatan untuk terjadinya peribahan perilaku (Marini,

2010).

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam berdarah Dengue (DBD) …

27

Tingkat sikap di dalam domain afektif menurut Notoatmodjo

(2003, dalam Efendi & Makhfudli 2009 : 103) yaitu :

1) Menerima (receiving). Menerima diartikan bahwa seseorang

(subjek) mau memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

Contohnya, sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari

kesediaan dan perhatian orang tersebut terhadap penyuluhan

tentang gizi.

2) Merespon (responding). Memberikan jawaban apabila ditanya,

mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah

suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk

menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan,

terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti

bahwa orang menerima ide tersebut.

3) Menghargai (valuing). Mengajak orang lain untuk mengerjakan

atau mendiskusikan suatu masalah adalah indikasi sikap

tingkat tiga. Contohnya, seorang ibu mengajak yang lain

(tetangga atau saudaranya) untuk pergi menimbangkan

anaknya di posyandu atau mendiskusikan tentang gizi, adalah

suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap

positif terhadap gizi anak.

4) Bertanggung jawab (responsible). Bertanggung jawab atas segala

sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan

sikap yang paling tinggi. Contohnya, seorang ibu mau menjadi

akseptop KB, meskipun mendapat tentangan dari mertua atau

orang tuanya sendiri.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam berdarah Dengue (DBD) …

28

f. Perilaku

Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme

yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia adalah suatu aktivitas dari

manusia itu sendiri. Ada 2 hal yang dapat mempengaruhi perilaku

yaitu faktor genetik/keturunan dan faktor lingkungan. Faktor

keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal perkembangan

perilaku makhluk hidup itu untuk selanjutnya. Faktor lingkungan

adalah kondisi atau merupakan lahan untuk perkembangan perilaku

tersebut (Marini, 2010 : 10).

Notoatmojo (2012, dalam Lontoh, et al, 2016 : 384)

menyatakan bahwa perilaku masyarakat sangat erat hubungannya

dengan kebiasaan hidup bersih dan kesadaran terhadap bahaya DBD.

Purnama, et al. (2013 : 24) mengemukakan perilaku membersihkan

lingkungan dan secara rutin melakukan kegiatan 3M, yakni menguras

tempat penampungan air, mengubur barang bekas dan menutup

tempat penampungan air akan efektif mengurangi tempat

perkembangbiakan nyamuk, sehingga dapat mengurangi kejadian

DBD di lingkungannya. Hal ini sejalan dengan penelitian Kurniawan

(2013) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

DBD di desa Gonilan kecamatan Kartasura kabupaten Sukoharjo

yakni ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan membersihkan

tempat penampungan air (TPA) terhadap kejadian DBD.

Green, (1980, dalam Notoatmodjo, 2012) membagi 3 faktor yang

mempengaruhi perilaku, yaitu :

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam berdarah Dengue (DBD) …

29

1. Faktor predisposisi (predisposing factor)

Faktor ini mencangkup pengetahuan dan sikap masyarakat

terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-

hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut

masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial-ekonomi, dan

sebagainya.

2. Faktor pemungkin (enabling factor)

Faktor ini mencangkup ketersediaan sarana dan prasarana

atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat

pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan

makanan bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan

kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu,

polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktik swasta, dan

sebagainya.

3. Faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh

masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk

petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang,peraturan-

peraturan, baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait

dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat masyarakat kadang-

kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif dan

dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan)

dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan para petugas, lebih-

lebih para petugas kesehatan. Di samping itu undang-undang juga

diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam berdarah Dengue (DBD) …

30

2.2.3 Environment (Lingkungan)

Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit dengue adalah :

a. Keberadaan kontainer/Tempat Penampungan Air (TPA)

Menurut penelitian Gama & Betty (2010 : 5) keberadaan

kontainer >3 memiliki resiko untuk mengalami DBD 6,75 kali lebih

besar daripada responden yang mempunyai kontainer <3. Widjaja

(2011 : 87) mengemukakan bahwa keadaan kontainer yang tertutup

secara statistik tidak menunjukan hubungan dengan kejadian DBD

karena memungkinkan Aedes aegypti tidak dapat meletakkan telur di

kontainer tersebut. Penggunaan penutup kontainer yang baik, dapat

mencegah berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti, sedangkan

banyaknya jenis kontainer ditemukan sebagai tempat

berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti tergantung pada kebiasaan

masyarakat menggunakan wadah sebagai tempat penampungan air

untuk kebutuhan sehari-hari.

b. Kepadatan hunian

Kepadatan hunian adalah perbandingan jumlah penghuni

dengan luas rumah dan merupakan salah satu persyaratan rumah

sehat. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan no.

829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan

Perumahan, disebutkan bahwa kepadatan hunian ≥ 8 m2 per orang

dikategorikan sebagai tidak padat. Adapun cara menghitung

kepadatan hunian, sebagai berikut (RISKESDAS, 2013) :

Kepadatan Hunian = Luas rumah

Jumlah penghuni rumah

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam berdarah Dengue (DBD) …

31

Pertambahan penduduk baik baik di perkotaan maupun

pedesaan berdampak negatif terhadap perbandingan antara jumlah

luas lantai hunian terhadap penghuni dan berkurangnya ruang terbuka

pada area pemukiman. Hal ini tentu saja memiliki implikasi terhadap

status kesehatan penduduk (Efendi & Makhfudli, 2009).

2.3 Pengaruh Faktor Host (penjamu), Agent (penyebab) dan Environment

(lingkungan) dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD)

Teori segitiga epidemiologi menjelaskan bahwa timbulnya penyakit

disebabkan oleh adanya pengaruh faktor penjamu (host), penyebab (agent), dan

lingkungan (environment) yang digambarkan segitiga. Perubahan lingkungan

akan mempengaruhi host, sehngga akan timbul penyakit secara individu

maupun keseluruhan populasi yang mengalami perubahan tersebut. Demikian

juga dengan kejadian penyakit DBD yang berhubungan dengan lingkungan.

Pada prinsipnya kejadian penyakit yang digambarkan sebagai segitiga

epidemologi menggambarkan hubungan tiga komponen tersebut. Untuk

memprediksi pola penyakit, model ini menekankan perlunya analisis dan

pemahaman masing-masing komponen. Perubahan pada satu komponen

akan mengubah ketiga komponen lainnya, dengan akibat menaikan atau

menurunkan kejadian penyakit (Roose, 2008).

Menurut Kristina, dkk (2004 dalam, Utomo, Ningsih & Febri, 2013 :

83) komponen untuk terjadinya penyakit DBD yaitu agent (penyebab), host

(penjamu) dan environment (lingkungan). Agent penyebab penyakit Demam

Berdarah dengue (DBD) adalah virus dengue yang termasuk kelompok B

arthropoda Borne virus (arboviroses). Anggota dari genus Flavivirus, family

Flaviviridae yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti dan juga nyamuk Aedes

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam berdarah Dengue (DBD) …

32

Albopictus yang merupakan vektor infeksi DBD. Host atau penjamu adalah

manusia atau organisme yang rentan oleh pengaruh agent. Dalam penelitian ini

yang merupakan faktor penjamu meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan,

perilaku, pengetahuan dan sikap. Environment (lingkungan) adalah kondisi atau

faktor berpengaruh yang bukan bagian dari agent maupun host, tetapi mampu

menginteraksikan agent dan host. Faktor lingkungan dalam penelitian ini

meliputi kepadatan hunian dan tempat penampungan air (TPA).

AGENT

HOST ENVIRONMENT

Gambar 2.1 Segitiga epidemiologi (Roose, 2008)

VEKTOR