34
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Lansia 2.1.1 Pengertian Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu yang berumur panjang. Lansia tidak hanya meliputi aspek biologis, tetapi juga meliputi psikologis dan sosial. Perubahan yang terjadi pada lansia dapat disebut sebagai perubahan “senses,, dan perubahan “senilitas’’. Perubahan senesens adalah perubahan-perubahan normal dan fisiologik akibat usia lanjut. Sedangkan perubahan senelitas adalah perubahan-perubahan patologik permanen dan disertai dengan semakin memburuknya kondisi badan pada usia lanjut. Sementara itu, perubahan yang dihadapi lansia pada umumnya adalah pada bidang klinik, kesehatan jiwa, dan masalah dibidang sosial dan ekonomi. Oleh karena itu lansia dikelompokkan dengan resiko tinggi dengan masalah fisik dan mental (Murwani, 2010). 2.1.2 Pengelompokkan lansia Pengelompokan lansia berdasarkan batasan umur menurut beberapa pendapat yaitu: (Nugroho, 2000) 1. Menurut organisasi kesehatan dunia, WHO ada 4 tahap yaitu: a. Usia pertengahan (middle age), adalah kelompok usia 45-59 tahun. b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60-74 tahun c. Usia tua (old) antara 75-90 tahun d. Usia sangat tua (very old ) diatas 90 tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 II...BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Lansia 2.1.1 Pengertian Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 II...BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Lansia 2.1.1 Pengertian Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Lansia

2.1.1 Pengertian

Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami

oleh individu yang berumur panjang. Lansia tidak hanya meliputi aspek biologis,

tetapi juga meliputi psikologis dan sosial. Perubahan yang terjadi pada lansia

dapat disebut sebagai perubahan “senses,, dan perubahan “senilitas’’. Perubahan

senesens adalah perubahan-perubahan normal dan fisiologik akibat usia lanjut.

Sedangkan perubahan senelitas adalah perubahan-perubahan patologik permanen

dan disertai dengan semakin memburuknya kondisi badan pada usia lanjut.

Sementara itu, perubahan yang dihadapi lansia pada umumnya adalah pada

bidang klinik, kesehatan jiwa, dan masalah dibidang sosial dan ekonomi. Oleh

karena itu lansia dikelompokkan dengan resiko tinggi dengan masalah fisik dan

mental (Murwani, 2010).

2.1.2 Pengelompokkan lansia

Pengelompokan lansia berdasarkan batasan umur menurut beberapa

pendapat yaitu: (Nugroho, 2000)

1. Menurut organisasi kesehatan dunia, WHO ada 4 tahap yaitu:

a. Usia pertengahan (middle age), adalah kelompok usia 45-59 tahun.

b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60-74 tahun

c. Usia tua (old) antara 75-90 tahun

d. Usia sangat tua (very old ) diatas 90 tahun

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 II...BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Lansia 2.1.1 Pengertian Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu

9

2. Lanjut usia menurut DEPKES RI dibagi menjadi 3 yaitu:

a. Kelompok usia dalam masa virilitas (45-54 tahun), merupakan kelompok

yang berada dalam keluarga dan masyarakat luas.

b. Kelompok usia dalam masa pra-senium (55-64 tahun), merupakan

kelompok yang berada dalam keluarga, organisasi usia lanjut dan

masyarakat pada umumnya.

c. Kelompok usia masa senecrus (>65 tahun), merupakan kelompok yang

umumnya hidup sendiri, terpencil, hidup dalam panti, penderita penyakit

berat

Menurut BKKBN 1998, penduduk lansia adalah penduduk yang mengalami

proses penuaan secara terus menerus, ditandai dengan penurunan daya tahan fisik

dan rentan terhadap penyakit yang mengakibatkan kematian. Secara ekonomi

lansia dianggap sebagai beban sumber daya. Lansia merupakan kelompok umur

yang mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh dan berbagai tekanan

psikologis. (Murwani,2010). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa lansia

adalah kelompok orang yang berumur lebih dari 50 tahun yang secara fisiologis

mengalami kemunduran baik dari segi biologis, ekonomi maupun sosial secara

bertahap hingga akhirnya sampai pada kematian.

2.1.3 Proses menua

Merupakan proses yang normal terjadi pada setiap manusia dan bukan

merupakan suatu penyakit. Penuaan juga dapat didefenisikan sebagai suatu

proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki

diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga lebih rentan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 II...BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Lansia 2.1.1 Pengertian Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu

10

terhadap infeksi dan tidak dapat memperbaiki kerusakan yang dideritanya.

Penuaan merupakan proses ilmiah yang terjadi secara terus-menerus dalam

kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup. Menjadi

tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap

kehidupan yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2008). Menjadi tua adalah suatu

proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki

diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya.

Keadaan ini menyebabkan jaringan tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk

infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Disimpulkan bahwa manusia

secara perlahan mengalami kemunduran struktur dan fungsi organ. Kemunduran

struktur dan fungsi organ pada lansia dapat mempengaruhi kemandirian dan

kesehatan lanjut usia (Nugroho, 2008).

2.1.4 Perubahan yang terjadi pada proses menua terhadap kualitas tidur.

Proses menua adalah masalah yang akan selalu dihadapi oleh semua

manusia. Dalam tubuh terjadi perubahan-perubahan struktural yang merupakan

proses degeneratif. Sel-sel mengecil atau menciut, jumlah sel berkurang, terjadi

perubahan isi atau komposisi sel, pembentukan jaringan ikat baru meggantikan

sel-sel yang menghilang atau mengecil dengan akibat timbulnya kemunduran

fungsi organ tubuh. Menurut (Stanley, 2007) Perubahan yang terjadi pada lansia

terdiri dari perubahan fisik, perubahan psikologis dan perubahan sosial.

a. Perubahan Fisik.

Menurut Hutapea (2005), perubahan fisik yang dialami oleh lansia

adalah:

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 II...BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Lansia 2.1.1 Pengertian Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu

11

1. Perubahan pada sistem kekebalan atau imunologi yaitu tubuh menjadi rentan

terhadap alergi dan penyakit.

2. Konsumsi energi turun secara nyata diikuti dengan menurunnya jumlah

energi yang dikeluarkan tubuh.

3. Air dalam tubuh turun secara signifikan karena bertambahnya sel-sel yang

mati yang diganti oleh lemak maupun jaringan konektif.

4. Sistem pencernaan mulai terganggu, gigi mulai tanggal, kemampuan

mencerna makanan serta penyerapan mulai lamban dan kurang efisien,

gerakan peristaltik usus menurun sehingga sering konstipasi.

5. Perubahan pada sistem metabolik, yang mengakibatkan gangguan

metabolisme glukosa karena sekresi insulin yang menurun. Sekresi menurun

juga karena timbunan lemak.

6. Sistem saraf menurun yang menyebabkan munculnya rabun dekat, kepekaan

bau dan rasa berkurang, kepekaan sentuhan berkurang, pendengaran

berkurang, reaksi lambat, fungsi mental menurun, dan ingatan visual

berkurang.

7. Perubahan pada sistem pernafasan ditandai dengan menurunnya elastisitas

paru-paru yang mempersulit pernafasan sehingga dapat mengakibatkan

munculnya rasa sesak dan tekanan darah meningkat.

8. Menurunnya elastisitas dan fleksibilitas persendian.

b. Perubahan Psikologis

Perubahan mental lansia dapat berupa perubahan sikap yang semakin

egosentrik, mudah curiga dan bertambah pelit atau tamak bila memiliki sesuatu

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 II...BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Lansia 2.1.1 Pengertian Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu

12

yang merupakan akibat dari perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan,

keturunan dan lingkungan (Nugroho, 2008).

c. Perubahan Sosial

Nilai seseorang sering diukur melalui produktivitasnya dikaitkan dengan

peranan dalam pekerjaan. Bila mengalami pensiun, seseorang akan mengalami

kehilangan, yaitu kehilangan finansial, kehilangan status, kehilangan teman dan

kehilangan pekerjaan (Nugroho, 2008).

2.2 Konsep Dasar Tidur

2.2.1 Pengertian

Tidur adalah suatu perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu

terhadap lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan aktifitas fisik

yang minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologis

tubuh dan penurunan respon terhadap stimulus eksternal (Mubarak, 2006).

Tidur adalah kondisi organisme yang sedang istirahat secara reguler,

berulang dan reversible dalam keadaan mana ambang rangsang terhadap

rangsangan dari luar lebih tinggi jika dibandingkan dengan keadaan jaga.

(Prayitno, 2002). Tidur merupakan salah satu cara untuk melepaskan kelelahan

jasmani dan kelelahan mental. Dengan tidur semua keluhan hilang atau berkurang

dan akan kembali mendapatkan tenaga serta semangat untuk menyelesaikan

persoalan yang dihadapi.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 II...BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Lansia 2.1.1 Pengertian Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu

13

2.2.2 Fisiologi tidur.

Tidur juga merupakan suatu proses fisiologis yang bersiklus yang

bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan. Siklus tidur terjaga

mempengaruhi dan mengatur fungsi fisiologis dan respon perilaku. Peralatan

seperti Elektroencephalogram (EEG) yang mengukur aktifitas listrik dalam kortek

serebral, Elektromiogram (EMG) yang mengukur tonus otot, dan

Elektrookulogram (EOG) yang mengukur gerakan bola mata, memberikan

informasi struktur fisiologis tidur. (Potter & Perry, 2006). Kontrol dan pengaturan

tidur tergantung pada hubungan antara dua mekanisme serebral yang

mengaktivasi secara intermitten dan menekan puncak otak tertinggi untuk

mengontrol tidur dan terjaga. Sebuah mekanisme menyebabkan terjaga dan yang

lain menyebabkan tertidur (Potter & Perry, 2006)

Adanya irama sirkandian yaitu suatu irama siklus yang di alami seseorang

sebagai bagian dari kehidupan mereka setiap hari atau dikenal dengan siklus 24

jam, siang-malam. Pusat kontrol irama sirkandian terletak pada bagian ventral

anterior hypothalamus yaitu bagian susunan saraf pusat yang mengadakan

kegiatan sinkronisasi terletak pada sub-stansia ventrikulo retikularis medulo

oblogata yang disebut sebagai pusat tidur. Bagian susunan saraf pusat yang

menghilangkan sinkronisasi/desinkronisasi terdapat pada bagian rostral medulo

oblogata disebut sebagai pusat penggugah atau aurosal state, yang mana irama ini

mempengaruhi pola fungsi biologis utama dan fungsi prilaku. Fluktuasi dan

prakiraan suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah, sekresi hormon, kemampuan

sensorik, dan suasana hati tergantung pada pemeliharaan siklus sirkadian 24-jam.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 II...BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Lansia 2.1.1 Pengertian Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu

14

Jika siklus bangun tidur seseorang berubah secara bermakna, maka akan

menghasilkan kualitas tidur yang buruk. Sebaliknya dalam siklus tidur-bangun

seperti tertidur pada siang hari (atau sebaliknya) dapat menunjukkan penyakit

yang serius. Kecemasan, kurang istirahat, mudah tersinggung dan gangguan

penilaian adalah gejala umum gangguan siklus tidur

2.2.3 Pengaturan tidur.

Tidur melibatkan suatu urutan keadaan fisiologis yang dipertahankan oleh

integrasi tinggi aktifitas sistem syaraf pusat yang berhubungan dengan perubahan

dalam sistem syaraf peripheral, endokrin, kardiovaskuler, pernafasan dan

muskuler (Poter & Perry, 2006) kontrol dan pengaturan tidur tergantung pada

hubungan antara dua mekanisme serebral yang mengaktivasi secara intermitten

dan menekan pusat otak tertinggi untuk mengontrol tidur dan terjaga.

Adanya peranan aktifitas neurotransmitter seperti sistem serotoninergik,

noradrenergik, kholonergik, histaminergik sangat mempengaruhi sistim RAS

(Reticular Activity System) berlokasi pada batang otak teratas terdiri dari sel

khusus yang mempertahankan kewaspadaan dan terjaga. RAS akan mengeluarkan

katekolamin seperti norepinefrin (Poter & Perry, 2006) RAS akan menerima

stimulus dari sensori visual, auditori, nyeri, taktil, pikiran dan pada saat terbangun

Aktifitas RAS sangat dipengaruhi oleh aktifitas neurotransmitter

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 II...BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Lansia 2.1.1 Pengertian Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu

15

Gambar 1 : Pusat kontrol dan pengaturan sistem tidur

a. Sistem serotoninergik.

Hasil serotoninergik sangat dipengaruhi oleh hasil metabolisme asam amino

trypthopan. Dengan bertambahnya jumlah trypthopan, maka jumlah serotonin

yang terbentuk juga meningkat akan menyebabkan keadaan mengantuk/tidur. Bila

serotonin dari trypthopan terhambat pembentukannya maka terjadi keadaan tidak

bisa tidur/terjaga. Menurut beberapa peneliti lokasi yang terbanyak sistem

serotoninergik ini terletak pada nukleus raphe dorsalis di batang otak, yang mana

terdapat hubungan aktifitas serotonis di nukleus raphe dorsalis dengan tidur REM.

b. Sistem Adrenergik

Neuron-neuron yang terbanyak mengandung norepineprin terletak dibadan

sel nukleus cereleus di batang otak. Kerusakan sel neuron pada lokus cereleus

sangat mempengaruhi penurunan atau hilangnya REM tidur. Obat-obatan yang

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 II...BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Lansia 2.1.1 Pengertian Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu

16

mempengaruhi peningkatan aktifitas neuron noradrenergic akan menyebabkan

penurunan yang jelas pada tidur REM dan peningkatan keadaan jaga.

c. Sistem Kholinergik

Dengan pemberian prostigimin intra vena dapat mempengaruhi episode tidur

REM. Stimulasi jalur kholihergik ini, mengakibatkan aktifitas gambaran EEG

seperti dalam keadaan jaga (Guyton & Hall, 2007). Gangguan aktifitas

kholinergik sentral yang berhubungan dengan perubahan tidur ini terlihat pada

orang depresi, sehingga terjadi pemendekan latensi tidur REM. Pada obat

antikolinergik (scopolamine) yang menghambat pengeluaran kholinergik dari

lokus sereleus maka tampak gangguan pada fase awal dan penurunan REM.

d. Sistem histaminergik

Pengaruh histamin sangat sedikit mempengaruhi tidur

e. Sistem hormone

Pengaruh hormon terhadap siklus tidur dipengaruhi oleh beberapa hormone

seperti ACTH, GH, TSH, dan LH. Hormon-hormon ini masing-masing disekresi

secara teratur oleh kelenjar pituitary anterior melalui hipotalamus patway. Sistem

ini secara teratur mempengaruhi pengeluaran neuro-transmitter norepinefrin,

dopamin, serotonin yang bertugas mengatur mekanisme tidur dan bangun.

2.2.4 Siklus tidur

Secara normal, pada orang dewasa, pola tidur rutin dimulai dengan periode

sebelum tidur, selama seseorang terjaga hanya pada rasa kantuk yang bertahap

berkembang secara teratur. Periode ini secara normal berakhir 10 hingga 30 menit.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 II...BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Lansia 2.1.1 Pengertian Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu

17

Tapi untuk seseorang yang memiliki kesulitan untuk tertidur, akan berlangsung

satu jam atau lebih. Tidur dibagi menjadi 2 tipe yaitu:

a. Tipe Rapid Eye Movement (REM)

b. Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM)

Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu

diikuti oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi

secara bergantian antara 4-7 kali siklus semalam. Pola siklus biasanya

berkembang dari tahap 1 menuju ke tahap 4 NREM, diikuti kebalikan tahap 4 ke 3

lalu ke 2, di akhiri dengan periode dari tidur REM.

Gambar 2 : Gambaran EEG stadium tidur manusia

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 II...BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Lansia 2.1.1 Pengertian Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu

18

1. Tidur stadium Satu.

Fase ini merupakan antara fase terjaga dan fase awal tidur atau fase transisi

yaitu fase menuju saatnya tidur. Seseorang dengan mudah akan terbangun. Fase

ini didapatkan kelopak mata tertutup, tonus otot berkurang dan tampak gerakan

bola mata kekanan dan kekiri. Fase ini hanya berlangsung 3-5 menit dan mudah

sekali dibangunkan. Gambaran EEG biasanya terdiri dari gelombang campuran

alfa, betha dan kadang gelombang tetha dengan amplitudo yang rendah. Tidak

didapatkan adanya gelombang sleep spindle dan kompleks K. Adapun Tahap

NREM stadium satu meliputi:

a) Tahap meliputi tingkat paling dangkal dari tidur.

b) Tahap berakhir beberapa menit

c) Pengurangan aktifitas fisiologis dimulai dengan penurunan secara bertahap

tanda-tanda vital dan metabolisme.

d) Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori seperti suara

e) Ketika terbangun, seseorang merasa seperti lelah melamun.

2. Tidur stadium dua

Merupakan fase tidur ringan/fase relaksasi. Pada fase ini didapatkan bola

mata berhenti bergerak, tonus otot masih berkurang, tidur lebih dalam dari pada

fase pertama. Gambaran EEG terdiri dari gelombang theta simetris. Terlihat

adanya gelombang sleep spindle, gelombang verteks dan komplek K. Adapun

Tahap NREM stadium dua meliputi:

a) Tahap 2 merupakan periode tidur bersuara.

b) Kemajuan relaksasi.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 II...BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Lansia 2.1.1 Pengertian Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu

19

c) Untuk terbangun relative masih mudah.

d) Tahap berakhir 10 hingga 20 menit.

e) Kelanjutan fungsi tubuh menjadi lamban.

3. Tidur stadium tiga

Fase ini tidur lebih dalam dari fase sebelumnya. Gambaran EEG terdapat

lebih banyak gelombang delta simetris antara 25%-50% serta tampak gelombang

sleep spindle. Adapun Tahap NREM stadium tiga meliputi:

a) Tahap 3 meliputi tahap awal dari tidur yang dalam.

b) Orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarang bergerak.

c) Otot-otot dalam keadaan santai penuh.

d) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur.

e) Tahap berakhir 15 hingga 30 menit

4. Tidur stadium empat

Merupakan tidur yang dalam serta sukar dibangunkan dan pada tahap

tersebut merupakan saat terbesar terjadinya proses pemulihan. Gambaran EEG

didominasi oleh gelombang delta sampai 50% tampak gelombang sleep spindle.

Adapun Tahap NREM stadium empat meliputi:

a) Tahap merupakan tahap tidur terdalam.

b) Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tertidur.

c) Jika teradi kurang tidur, maka orang yang tidur akan menghabiskan porsi

malam yang seimbang.

d) Tanda-tanda vital menurun secara bermakna dibanding selama jam terjaga.

e) Tahap berakhir kurang lebih 15 hingga 30 menit.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 II...BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Lansia 2.1.1 Pengertian Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu

20

f) Tidur sambil berjalan dan enuresis dapat terjadi.

5. Tidur REM

Selama fase tidur REM, frekuensi pernafasan, denyut jantung dan tekanan

darah menjadi sangat bervariasi tidak teratur dan meningkat secara berkala.

Menurut Ebersole dan Hess (1998) mengatakan bahwa penurunan fase tidur REM

berhubungan dengan peningkatan iritabilitas dan kecemasan serta penurunan

kemampuan untuk berkontraksi. Adapun stadium tahap REM meliputi:

a) Mimpi yang penuh dengan warna dan tampak hidup dapat teradi pada REM.

Mimpi yang kurang hidup dapat pula terjadi pada tahap ini.

b) Biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah mulai tidur.

c) Hal ini dicirikan dengan respon otonom dari pergerakan mata yang cepat,

fluktuasi Jantung dan kecepatan respirasi dan peningkatan atau fluktuasi

tekanan darah.

d) Terjadi penurunan tonus otot skelet.

e) Peningkatan sekresi lambung

f) Sangat sulit sekali membangunkan orang yang tertidur.

g) Durasi dari tidur REM meningkat pada tiap siklus dan rata-rata 20 menit.

Fase tidur NREM, ini biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100

menit, setelah itu akan masuk ke fase REM. Pada waktu REM jam pertama

prosesnya berlangsung lebih cepat dan menjadi lebih intens dan panjang saat

menjelang pagi atau bangun. Pola tidur REM ditandai adanya gerakan bola mata

yang cepat, tonus otot yang sangat rendah, apabila dibangunkan hampir semua

organ akan dapat menceritakan mimpinya, denyut nadi bertambah dan pada laki-

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 II...BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Lansia 2.1.1 Pengertian Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu

21

laki terjadi eraksi penis, tonus otot menunjukkan relaksasi yang dalam. Pola tidur

REM berubah sepanjang kehidupan seseorang seperti periode neonatal bahwa

tidur REM mewakili 50% dari waktu total tidur. Periode neonatal ini pada EEG-

nya masuk ke fase REM tanpa melalui stadium 1 sampai 4. Pada usia 4 bulan pola

berubah sehingga persentasi total tidur REM berkurang sampai 40% hal ini sesuai

dengan kematangan sel-sel otak, kemudian akan masuk keperiode awal tidur yang

didahului oleh fase NREM kemudian fase REM pada dewasa muda dengan

distribusi fase tidur sebagai berikut: NREM (75%) yaitu stadium satu 5%, stadium

dua 45%, stadium tiga 12%, stadium empat 13%, sedangkan stadium REM 25 %.

2.2.5 Tidur pada lansia

Jumlah tidur total tidak berubah sesuai pertambahan usia. Akan tetapi,

kualitas tidur kelihatan menjadi berubah pada kebanyakan lansia (Bliwise,1993)

Episode tidur REM cendrung memendek. Terdapat penurunan yang progresif

pada tahap tidur NREM 3 dan 4. Beberapa lansia hampir tidak memiliki tahap 4

atau tidur yang dalam.

Lansia sering kali melaporkan mengalami kesulitan tidur saat berada ditempat

tidur. Ini terjadi pada 1 dari 3 lansia wanita dan 1 dari 5 lansia pria. Masalah untuk

dapat tertidur juga dikaitkan dengan penyebab yang mudah diatasi seperti

mengkonsumsi kafein atau makanan dalam porsi banyak pada waktu yang

berdekatan dengan waktu tidur (Lankford,1994). Biasanya terjadi peningkatan

pada fase I NREM sehingga lansia mudah terbangun oleh karena: suara, sentuhan,

atau cahaya. REM selama malam hari berubah seiring dengan bertambahnya usia

(Bliwise, 1994) dimana fase REM I terjadi lebih awal selama waktu tidur lansia.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 II...BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Lansia 2.1.1 Pengertian Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu

22

Adanya perubahan tidur REM dan pengurangan tahap 3 dan 4 NREM akan

mengganggu efisiensi tidur lansia.

Perubahan pola tidur pada lansia disebabkan perubahan SSP yang

mempengaruhi pengaturan tidur. Kerusakan sensori, umum dengan penuaan,

dapat mengurangi sensitivitas terhadap waktu yang mempertahankan irama

sirkandian (Potter&Perry, 2005)

Tabel 1. Perubahan pola tidur pada usia lanjut

Pola tidur Laporan subjektif Pantauan objektif

Lamanya di tempat tidur Meningkat Meningkat

Total waktu tidur Menurun Bervariasi ( Umumnya menurun )

Ancang-ancang tidur (Sleep latency) Meningkat Bervariasi (Umumnya menurun)

Terjaga setelah dimulai tidur Meningkat Meningkat

Tidur singkat pada siang hari

(Daytime naps)

Meningkat

Meningkat

Efisiensi tidur Menurun Menurun

2.2.6 Kualitas tidur lansia

Kualitas tidur adalah suatu keadaan tidur yang dijalani seorang individu

menghasilkan kesegaran dan kebugaran saat terbangun. Kualitas tidur mencakup

aspek kuantitatif dari tidur, seperti durasi tidur, latensi tidur serta aspek subjektif

dari tidur. Kualitas tidur adalah kemampuan setiap orang untuk mempertahankan

keadaan tidur dan untuk mendapatkan tahap tidur REM dan NREM yang pantas

(Khasanah, 2012). Kualitas tidur yang buruk telah dikaitkan dengan kesehatan

yang buruk. Kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan seseorang absen dari

pekerjaannya dan peningkatan risiko untuk gangguan kejiwaan termasuk depresi

(Buyese et al, 2008). Jadi untuk memproleh kualitas tidur terbaik adalah penting

untuk meningkatkan kesehatan yang baik dan pemulihan individu yang sakit.

Kecukupan tidur seseorang sebenarnya bukan hanya diukur dari lama

waktu tidur, tapi juga kualitas tidur itu sendiri. Tidur seseorang dikatakan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 II...BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Lansia 2.1.1 Pengertian Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu

23

berkualitas adalah jika ia bangun dengan kondisi segar dan bugar. Pola tidur akan

berubah seiring dengan pertambahan usia dan semakin beragamnya pekerjaan atau

aktivitas. Semakin bertambah usia, efisiensi tidur akan semakin berkurang.

Efisiensi tidur diartikan sebagai jumlah waktu tidur berbanding dengan waktu

berbaring ditempat tidur. Kebutuhan tidur lansia semakin menurun karena

dorongan homeostatik untuk tidur pun berkurang (Prasadja, 2009). Tidur tahap IV

sangat penting untuk menjaga kesehatan fisik. Para ahli tentang tidur mengetahui

bahwa tahap IV sangat jelas terlihat menurun pada lansia. Lansia mengalami

penurunan tahap III dan IV waktu NREM, lebih banyak terbangun selama malam

hari dibandingkan tidur, dan lebih banyak tidur selama siang hari. Kebanyakan

lansia yang sehat tidak melaporkan adanya gejala yang terkait dengan perubahan

ini selain tidak dapat tidur dengan cukup atau tidak bisa tidur. Banyak penelitian

menunjukkan bahwa tidur disiang hari dapat mengurangi waktu dan kualitas tidur

di malam hari pada beberapa lansia. Setelah memasuki tahap IV, akan berlanjut

ketidur REM. Tidur REM terjadi beberapa kali dalam siklus tidur dimalam hari

tetapi lebih sering terjadi dipagi hari sekali. Tidur REM membantu melepaskan

ketegangan dan membantu metabolisme system saraf pusat. Kekurangan tidur

REM telah terbukti menyebabkan iritasi dan kecemasan (Stockslager, 2007).

2.2.7 Parameter kualitas tidur

Ada beberapa parameter untuk melihat kualitas tidur seseorang antar lain

Waktu yang dibutuhkan untuk dapat tidur, Total jam tidur, Frekuensi terbangun,

Lama waktu tidur siang hari, Perasaan segar saat bangun pagi, Kepuasan tidur,

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 II...BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Lansia 2.1.1 Pengertian Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu

24

Kedalaman tidur, serta perasaan ngantuk disiang hari, faktor-faktor tersebut dapat

digunakan sebagai tolak ukur baik tidaknya kualitas tidur seseorang.

Waktu yang dibutuhkan untuk dapat tidur adalah waktu yang dihabiskan

oleh seseorang sejak munculnya keinginan untuk tidur sampai tercapainya tidur

tahap REM (Buyese et al 2000).

Total jam tidur adalah lamanya waktu tidur dikurang dengan lamanya

waktu terbangun saat tidur (Buyese et al 2000). Total jam tidur merupakan jumlah

waktu individu dalam kehidupannya yang digunakan untuk tidur (Uliyah, 2006)

Frekuensi terbangun adalah sering atau tidak nya seseorang terbangun dari

tidurnya yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan atau akibat dari keinginan untuk

buang air kecil. Seseorang dewasa muda normal selama tidur malam akan

terbangun sekitar satu sampai dua kali. Terbangun dimalam hari berpengaruh pada

pengurangan total waktu tidur (Buyese et al. 2000)

Lama waktu tidur pada siang hari normalnya kurang dari satu jam pada

orang dewasa. Individu yang kurang tidur pada malam hari akan menambah jam

tidurnya pada siang/sore hari. Individu yang tidur sesuai dengan jumlah tidur pada

tahap perkembangannya akan merasa segar saat bangun dipagi hari refreshing on

awakenings (Musbikin 2005)

Waktu tidur seorang wanita lebih sedikit dibanding seorang pria. Hal ini

disebabkan oleh faktor fisiologis yang selalu terjadi pada seorang wanita termasuk

kehamilan yang menyebabkan wanita kurang puas dalam merasakan tidur yang

nyenyak.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 II...BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Lansia 2.1.1 Pengertian Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu

25

Kepuasan tidur tergantung pada kondisi lingkungan, kesehatan fisik dan

kesehtan jiwa (Buyese et al 2000). Ketidakpuasan tidur disebabkan tidur yang

tidak melewati seluruh tahapan normal baik NREM dan REM (Musbikin, 2005).

Sulit tidur sering terjadi pada lansia. Hal ini dikarenakan proses

degenerative yang mengakibatkan perubahan-perubahan baik pada ritmik

sirkandian. Neuro-transmitter maupun neuro-hormon sehingga terjadi fase

penurunan tidur dalam. Penurunan kedalaman tidur ini berbanding lurus dengan

kualitas tidur.

Kelelahan disiang hari baik karena aktifitas maupun kondisi fisik

seseorang dapat mengakibatkan perasaan yang mengantuk disiang hari (Uliyah,

2006).

2.2.8 Metode pengukuran kualitas tidur

Kualitas tidur seseorang dapat dianalisa melalui pemeriksaan laboratorium

yaitu EEG yang merupakan rekaman arus listrik dari otak. Perekaman ini dapat

menunjukkan adanya aktivitas listrik yang terus-menerus timbul dalam otak. Ini

sangat dipengaruhi oleh derajat eksitasi otak sebagai akibat dari keadaan tidur,

keadaan siaga, atau karena penyakit lain yang di derita. Tipe gelombang EEG

diklasifikasikan sebagai gelombang alfa, betha, tetha dan delta (Guyton dan Hall,

2007)

Menurut Poter&Perry, 2005 untuk mengukur dan mengetahui informasi

tentang proses dan kecepatan tidur serta persepsi tentang pemenuhan kebutuhan

tidur pasien maka dapat menggunakan kuessioner yang terdapat pada St’ Marry’s

Hospital Sleep (SMH) Questionnaire yaitu questioner rumah sakit St’ Marry

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 II...BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Lansia 2.1.1 Pengertian Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu

26

tentang tidur. Untuk mengukur kebutuhan tidur seseorang adalah dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan kuesioner yang terdapat pada

SMH. SMH adalah sebuah alat/instrument efektif yang digunakan untuk

mengukur kualitas tidur pada lansia (Buyese et al., 2000)

Komponen-komponen yang dinilai dalam instrument SMH ini yaitu:

Kualitas tidur subyektif, Latensi tidur, lama tidur malam, efisiensi tidur, gangguan

tidur malam, penggunaan obat-obat tidur serta terganggunya aktifitas disiang hari.

Dari semua komponen dilakukan penilaian (scoring) Pertanyaan dengan kriteria

jawaban pada masing-masing pertanyaan adalah Skor 0 untuk kualitas tidur sangat

baik, skor 1 untuk kualitas tidur baik, skor 2 untuk kualitas tidur kurang dan skor

3 untuk kualitas tidur sangat kurang. Contoh kuesioner SMH dan komponen

penilaian ada dilampiran 6.

2.2.9 Faktor-faktor yang menyebabkan gangguan tidur

Hubungan yang harmoni antara sistem imun, neuro-endokrin, dan sistem

tidur terjaga menghasilkan pola sirkardian tidur dan terjaga. Ketidak seimbangan

interaksi antara faktor psikososial, psikofisiologik, perkembangan syaraf dan

kesehatan dapat menyebabkan gangguan pola tidur

a. Faktor Internal

1. Faktor fisiologis

Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik atau

masalah suasana hati seperti kecemasan atau depresi dapat mempengaruhi

masalah tidur. Penyakit juga memaksa klien untuk tidur dalam posisi yang tidak

biasa, seperti memperoleh posisi yang aneh saat tangan atau lengan diimobilisasi

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 II...BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Lansia 2.1.1 Pengertian Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu

27

pada traksi dapat mengganggu tidur. Faktor-faktor yang berhubungan pada lansia

yang mengalami penyakit kritis adalah nyeri, stres akut, depresi, gangguan suhu

tubuh, gangguan pernafasan saat tidur, gangguan eleminasi gangguan siklus tidur,

gangguan pergerakan kaki saat tidur, gejala menopause, penyakit parkinson.

Kesemua perubahan fisiologis ini dapat mencetuskan gangguan pola tidur pada

lansia dan diperburuk dengan penyakit terutama jika terdapat demam.

2. Faktor psikologis

Kecemasan tentang masalah pribadi dapat mempengaruhi situasi tidur. Stres

menyebabkan seseorang mencoba untuk tidur, namun selama siklus tidurnya klien

sering terbangun atau terlalu banyak tidur. Stres yang berlanjut dapat

mempengaruhi kebiasaan tidur yang buruk.

b. Faktor External

1. Lingkungan

Lingkungan tempat seorang tidur berpengaruh pada kemampuan untuk

tertidur. Ventilasi yang baik memberikan kenyamanan untuk tidur tenang.

Ukuran, kekerasan dan posisi tempat tidur mempengaruhi kualitas tidur. Tingkat

cahaya, suhu dan suara dapat mempengaruhi kemampuan untuk tidur. Klien ada

yang menyukai tidur dengan lampu yang dimatikan, remang-remang atau tetap

menyala. Suhu yang panas atau dingin menyebabkan klien mengalami

kegelisahan. Beberapa orang menyukai kondisi tenang untuk tidur dan ada yang

menyukai suara untuk membantu tidurnya seperti dengan musik lembut dan

televisi.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 II...BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Lansia 2.1.1 Pengertian Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu

28

2. Gaya hidup

Menurut Stockslanger, (2007). kebiasaan mengkonsumsi kafein dan alkohol

mempunyai efek insomnia. Makan dalam porsi besar, berat dan berbumbu pada

makan malam juga menyebabkan makanan sulit dicerna, menghabiskan waktu

yang berlebihan ditempat tidur, tidur siang yang berlebihan, merokok serta

olahraga yang kurang sehingga dapat mengganggu tidur.

3. Pengobatan

Obat tidur seringkali membawa efek samping. Dewasa muda dan dewasa

tengah dapat mengalami ketergantungan obat tidur untuk mengatasi stresor gaya

hidup. Obat tidur golongan hipnotik maupun sedative juga seringkali digunakan

untuk mengontrol atau mengatasi sakit kroniknya. Beberapa obat juga dapat

menimbulkan efek samping penurunan tidur REM

2.2.10 Penatalaksanaan gangguan tidur

Evaluasi terhadap pasien lansia dengan gangguan pola tidur memerlukan

pemeriksaan yang komprehensif dan upaya terintegrasi dari semua tim pelayanan

kesehatan. Unsur-unsur dari riwayat yang lebih rinci memerlukan data dari pasien,

pasien lain, keluarga serta petugas kesehatan sehingga dapat dilakukan intervensi

yang bertujuan untuk memelihara kondisi fungsional pasien. Manipulasi

lingkungan dan penyebab eksternal yang potensial merupakan pendekatan yang

terbaik (Prayitno, 2002).

Penatalaksanaan umum gangguan tidur yaitu dengan penatalaksanaan

farmakologis dan non-farmakologis yang meliputi: pendekatan hubungan antara

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 II...BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Lansia 2.1.1 Pengertian Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu

29

pasien dan tenaga medis, konseling dan psikoterapi serta Sleep hygiene. (Japardi

2002). Mengobati gejala gangguan tidur, selain dilakukan pengobatan secara

kausal, juga dapat diberikan obat golongan sedatif hipnotik. Pada dasarnya semua

obat yang mempunyai kemampuan hipnotik merupakan penekanan aktifitas dari

RAS di otak. Hal tersebut didapatkan pada berbagai obat yang menekan susunan

syaraf pusat, mulai dari obat anti ansietas dan beberapa obat anti depresan. Selain

itu obat hipnotik juga mempunyai efek kelemahan yang dirasakan efeknya pada

hari berikutnya (long acting) sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari. Begitu

pula bila pemakaian obat dalam jangka panjang dapat menimbulkan over dosis

dan ketergantungan obat. Sebelum mempergunakan obat hipnotik, harus terlebih

dahulu ditentukan jenis gangguan tidur misalnya, apakah gangguan pada fase

latensi panjang (NREM) gangguan pendek, bangun terlalu dini, cemas sepanjang

hari kurang tidur pada malam hari, adanya perubahan jadwal kerja/kegiatan atau

akibat gangguan penyakit primernya. Walaupun obat hipnotik tidak ditunjukkan

dalam penggunaan gangguan tidur kronik, tapi dapat dipergunakan hanya untuk

sementara sambil mencari penyebab yang mendasari. Jadi yang terpenting dalam

penggunaan obat hipnotik adalah mengidentifikasi dari masalah gangguan tidur

sedini mungkin tanpa menilai kondisi primernya dan harus berhati-hati pada

pemakaian obat hipnotik untuk jangka panjang akan menyebabkan terselubungnya

kondisi yang mendasarinya serta akan berlanjut tanpa penyelesaian yang

memuaskan (Japardi, 2002)

Pendekatan hubungan antara pasien dengan tenaga medis bertujuan untuk

mencari penyebab dasarnya dan pengobatan yang adekuat untuk mengubah

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 II...BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Lansia 2.1.1 Pengertian Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu

30

kebiasaan tidur yang jelek serta mencegah komplikasi sekunder yang diakibatkan

oleh penggunaan obat hipnotik, alkohol dan gangguan mental.

Melakukan konseling dan psikoterapi akan sangat membantu pada pasien

dengan gangguan psikiatri (depresi, obsesi, konvulsi) maupun penderita dengan

gangguan tidur kronik. Dengan psikoterapi akan dapat membantu mengatasi

masalah-masalah gangguan tidur yang dihadapi oleh penderita tanpa penggunaan

obat hipnotik.

Tidur sehat yaitu membiasakan diri tidur dan bangun secara regular,

menghindari tidur pada siang hari, tidak mengkonsumsi kafeine pada malam hari

atau menggunakan obat-obat stimulant seperti dekongestan, menghindari makan

pada saat mau tidur, tidak tidur dengan perut kosong, segera bangun dari tidur bila

tidak dapat tidur (15-30 menit), menghindari rasa cemas atau frustasi, membuat

suasana ruang tidur yang sejuk, sepi, aman dan nyaman serta melakukan latihan

atau olahraga (senam) yang ringan secara teratur,

2.3 Konsep Dasar Senam Lansia

2.3.1 Pengertian

Upaya- upaya yang dapat dilakukan untuk membina kesehatan jasmani dan

memelihara kebugaran lansia adalah dengan cara promotif yaitu dengan

peningkatan kesehatan pada lansia yang salah satunya dapat dilakukan dengan

olahraga atau senam secara teratur (Prayitno, 2002). Semua jenis olahraga yang

pada prinsipnya dapat dilakukan oleh lansia, asalkan jenis olahraga tersebut sudah

dikerjakannya secara teratur sejak muda. Namun untuk amannya olahraga yang

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 II...BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Lansia 2.1.1 Pengertian Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu

31

dianjurkan oleh para ahli adalah olahraga yang sifatnya aerobik yang dinamis

misalnya jalan kaki, berenang dan senam.

Senam berasal dari bahasa yunani yaitu gymnastic (gymnos) yang berarti

telanjang, dimana pada zaman tersebut orang yang melakukan senam harus

telanjang, dengan maksud agar keleluasaan gerak dan pertumbuhan badan yang

dilatih dapat terpantau (Suroto, 2004). Dalam bahasa Inggris terdapat istilah

exercise atau aerobic yang merupakan suatu aktifitas fisik yang dapat memacu

jantung dan peredaran darah serta pernafasan yang dilakukan dalam jangka waktu

yang cukup lama sehingga menghasilkan perbaikan dan manfaat kepada tubuh.

Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta

terencana yang dilakukan secara tersendiri atau berkelompok dengan maksud

meningkatkan kemampuan fungsional raga. Senam merupakan bentuk latihan-

latihan tubuh dan anggota tubuh untuk mendapatkan:

1. Kekuatan otot. Merupakan kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan

atau kekuatan terhadap suatu tahanan.

2. Kelenturan persendian. Merupakan kemampuan untuk bergerak dalam ruang

gerak sendi.

3. Kelincahan gerak. Merupakan kemampuan seseorang untuk dapat berubah

arah posisi tertentu dengan kecepatan.

4. Keseimbangan gerak merupakan kemampuan seseorang mengendalikan

organ-organ syaraf otot dalam mencapai posisi seimbang.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 II...BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Lansia 2.1.1 Pengertian Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu

32

5. Daya tahan (Endurance) merupakan keadaan atau kondisi tubuh yang dapat

berlatih untuk waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan

setelah menyelesaikan latihan.

6. Kesegaran jasmani merupakan kemampuan untuk melaksanakan tugas sehari-

hari dengan giat dan dengan penuh kewaspadaan tanpa mengalami kelelahan

yang berarti dan dengan energy yang cukup menikmati waktu senggangnya

dan menghadapi hal-hal yang darurat yang tidak terduga.

7. Stamina. Merupakan kemampuan seseorang untuk bertahan terhadap

kelelahan.

Senam lansia yang dibuat oleh Menteri Negara Pemuda dan Olahraga

(MENPORA) merupakan upaya peningkatan kesegaran jasmani kelompok lansia

yang jumlahnya semakin bertambah. Senam lansia sekarang sudah diberdayakan

diberbagai tempat seperti di panti wredha, posyandu, klinik kesehatan, dan

puskesmas. (Suroto, 2004). Senam lansia merupakan olahraga ringan yang mudah

dilakukan dan tidak memberatkan yang dapat dilakukan lansia (Angriana, 2010).

Olahraga ini akan membantu tubuh tetap segar dan bugar karena senam lansia

mampu melatih tulang tetap kuat, mendorong kerja jantung semakin optimal dan

membantu menghilangkan radikal bebas yang ada dalam tubuh (Angriana, 2010).

Senam lansia disamping mempunyai dampak yang baik bagi organ tubuh juga

dapat berpengaruh dalam peningkatan sistem imunitas setelah melakukan latihan

secara teratur. jadi senam lansia menurut Suroto (2004) dan Angriana (2010)

merupakan suatu bentuk kegiatan olahraga ringan yang dapat diberikan kepada

lansia.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 II...BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Lansia 2.1.1 Pengertian Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu

33

2.3.2 Jenis-jenis senam lansia

Menurut Sobarna, (2009) olahraga usia lanjut perlu diberikan dengan

berbagai patokan, beberapa senam yang dapat dilakukan oleh lansia yaitu senam

tera, senam yoga, senam kegel dan senam ergonomis. Jenis olahraga yang sering

dan banyak dilakukan pada lansia antara lain adalah senam tera. Aktivitas

olahraga ini akan membantu tubuh tetap bugar dan segar karena melatih tulang

tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal, dan membantu menghilangkan

radikal bebas yang berkeliaran didalam tubuh.

Senam tera merupakan latihan phisik dan mental, memadukan gerakan

bagian-bagian tubuh dengan teknik dan irama pernapasan melalui pemusatan

pemikiran yang dilaksanakan secara teratur, serasi, benar dan berkesinambungan.

Senam ini bersumber dari senam pernapasan Tai Chi yaitu senam yang mepunyai

dasar olah pernapasan yang dipadukan seni bela diri, yang di Indonesia

dikombinasikan dengan gerak peregangan dan persendian jadilah sebagai olah

raga kesehatan."Tera" berasal dari kata "terapi" yang mempunyai arti

penyembuhan/pengobatan. Dalam praktek Senam tera bukan saja mempunyai

manfaat pengobataan (kuratif) tetapi juga besifat pencegahan (preventif) dan

mempunyai sifat penyembuhan sakit.

Senam tera terdiri dari 17 gerakan peregangan, 25 gerakan persendian dan

20 gerakan pernapasan, yang secara umum senam tera akan meningkatkan derajat

kesehatan jasmani dan rohani tubuh manusia. Secara khusus / jasmani bertujuan

memperbaiki dan meningkatkan kondisi dan fungsi: jantung dan peredaran darah,

sistem pernafasan, sistem susunan syaraf, pencernakan makanan, kelenjar

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 II...BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Lansia 2.1.1 Pengertian Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu

34

endokrin, kekuatan dan daya tahan otot, kelenturan otot dan sendi, keseimbangan

dan koordinasi dan proses metabolisme. Secara rohani: memelihara kestabilan

penguasan diri, mengurangi dan menghilangkan stress / ketegangan, mengurangi /

menghilangkan ketergantungan obat, melatih konsentrasi, meningkat kepekaan,

memupuk rasa kebersamaan dan kekeluargaan. Gambar senam tera dapat dilihat

pada lampiran 7.

2.3.3 Manfaat senam lansia

Olahraga dapat memberi beberapa manfaat, yaitu: meningkatkan peredaran

darah, menambah kekuatan otot dan merangsang pernafasan dalam. Selain itu

dengan olahraga dapat membantu pencernaan, menolong ginjal, membantu

kelancaran pembuangan bahan sisa, meningkatkan fungsi jaringan, menjernihkan

dan melenturkan kulit, merangsang kesegaran mental, membantu

mempertahankan berat badan, memberikan tidur nyenyak, memberikan kesegaran

jasmani. Depkes (2003). Senam lansia selain memiliki dampak positif terhadap

peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas

dalam tubuh manusia setelah latihan teratur. (Depkes,1995 dalam Indonesian

Nursing, 2008,)

Menurut Indonesian Nursing (2008) manfaat dari aktivitas olahraga akan

membantu tubuh tetap bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat,

mendorong jantung bekerja optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas

yang ada di dalam tubuh.

a. Menghambat proses penuaan. Senam sangat dianjurkan untuk mereka yang

memasuki usia pralansia (45 tahun) dan usia lansia (>65 tahun).

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 II...BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Lansia 2.1.1 Pengertian Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu

35

b. Mendapatkan kesegaran jasmani yang baik yang terdiri dari unsur kekuatan

otot, kelenturan persendian, kelincahan gerak, keluwesan, cardiovascular

fitness dan neuromuscular fitness.

c. Peredaran darah akan lancar dan meningkatkan jumlah volume darah. Selain

itu 20% darah terdapat di otak, sehingga akan terjadi proses indorfin hingga

terbentuk hormon norepinefrin yang dapat menimbulkan rasa gembira, rasa

sakit hilang, adiksi (kecanduan gerak) dan menghilangkan depresi.

d. Merasa berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, pikiran

tetap segar.

e. Meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur.

f. Meningkatkan keseimbangan antara osteoblast dan osteoclast. Apabila senam

terhenti maka pembentukan osteoblast berkurang sehingga pembentukan

tulang berkurang dan dapat berakibat pada pengeroposan tulang.

Senam yang disertai dengan latihan stretching dapat memberi efek otot

yang tetap kenyal karena ditengah-tengah serabut otot ada impuls saraf yang

dinamakan muscle spindle, bila otot diulur (recking) maka muscle spindle akan

bertahan atau mengatur sehingga terjadi tarik-menarik, akibatnya otot menjadi

kenyal. Orang yang melakukan stretching akan menambah cairan sinoval

sehingga persendian akan licin dan mencegah cedera (Suroto, 2004).

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 II...BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Lansia 2.1.1 Pengertian Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu

36

2.3.4 Kontra indikasi

Dalam melakukan senam lansia terdapat juga kontra indikasi. Antara lain:

Infark miokard baru atau angina tidak stabil dalam dua minggu, gagal jantung,

aritmia dan stenosis aorta berat, setiap penyakit akut yang serius (demam , batuk,

flu dan pusing).

2.3.5 Tahap-tahap gerakan senam

Adapun tahap-tahapan gerakan senam yaitu: peregangan/pemanasan,

kondisionng (latihan inti), pendinginan/penenangan (Sumintarsih, 2006).

a. Pemanasan

Pemanasan dilakukan sebelum latihan. Pemanasan bertujuan menyiapkan

fungsi organ tubuh agar mampu menerima pembebanan yang lebih berat pada saat

latihan sebenarnya. Penanda bahwa tubuh siap menerima pembebanan antara lain

detak jantung telah mencapai 60% detak jantung maksimal, suhu tubuh naik 1ºC-

2ºC dan badan berkeringat. Pemanasan yang dilakukan dengan benar akan

mengurangi terjadinya cidera atau kelelahan (Irianto, 2004).

b. Kondisioning

Setelah pemanasan cukup diteruskan tahap kondisioning yakni melakukan

berbagai rangkaian gerak dengan model latihan yang sesuai dengan tujuan

program latihan, misalnya jogging untuk meningkatkan daya tahan paru-jantung

atau untuk pembakaran lemak tubuh, latihan stretching untuk meningkatkan

kelentukan persendian dan latihan beban untuk kekuatan dan daya tahan otot.

Latihan ini kurang lebih berlangsung antara 20-30 menit, atau disesuaikan dengan

tujuan atau latihan yang dilakukan.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 II...BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Lansia 2.1.1 Pengertian Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu

37

c. Penenangan

Penenangan merupakan periode yang sangat penting dan esensial. Tahap ini

bertujuan:

1. Mengembalikan kodisi tubuh seperti sebelum berlatih dengan melakukan

serangkaian gerakan berupa stretching. Tahapan ini ditandai dengan

menurunnya frekuensi detak jantung, menurunnya suhu tubuh, dan semakin

berkurangnya keringat.

2. Mengembalikan darah ke jantung untuk reoksigenasi sehingga mencegah

genangan darah diotot kaki dan tangan. Lama tahapan ini kira-kira 5 menit

sampai 10 menit.

2.3.6 Frekuensi latihan senam lansia

Latihan akan bermanfaat untuk meningkatkan kesegaran jasmani jika

dilaksanakan dalam zone latihan paling sedikit 15-30 menit (Mariam, 2008).

(Dianingtyas, 2008) melaksanakan latihan senam dapat dilakukan selama 30-45

menit. Waktu pelaksanaan latihan dilakukan paling sedikit tiga kali atau sebanyak

banyaknya lima kali dalam satu minggu. (Mariam, 2008) sedangkan (Dianingtyas,

2008) menjelaskan latihan dapat dilakukan setiap 2 hari sekali selama 2 minggu.

Bila latihan dilakukan diluar gedung sebaiknya di lakukan dipagi hari sebelum

jam 10.00 atau sore hari setelah pukul 15.00 (Mariam, 2008) karena pada saat

tersebut kondisi lingkungan masih cukup optimal dimana matahari tidak tepat

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 II...BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Lansia 2.1.1 Pengertian Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu

38

berada diatas kepala sehinggga tidak mengganggu proses pengeluaran panas tubuh

dan tidak beresiko menimbulkan cedera (Ariwandi, 2010).

2.3.7 Standar Operasional Prosedur

Sebelum melakukan latihan olahraga sebaiknya para lansia harus

dilakukan tes dan pengukuran yang bertujuan untuk mengukur kebugaran jasmani

lanjut usia. Menurut (Bustami, 2003) sebelum dilakukan tes kebugaran jasmani

ada beberapa syarat yang harus dipatuhi antara lain sebagai berikut:

a. Peserta dalam kondisi sehat berdasarkan hasil pemeriksaan dokter yang

meliputi pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernafasan.

b. Malam sebelum pengukuran kebugaran jasmani dilakukan, peserta harus

cukup tidur (6jam).

c. Makan terakhir paling tidak 4 jam sebelum pengukuran kebugaran jasmani

dilakukan.

d. Sebaiknya mengenakan pakaian dan sepatu olahraga.

e. Pelaksanaan pengukuran sebaiknya pada pagi hari.

Orang yang sudah lanjut usia apabila melakukan olahraga tidak boleh

mengalami kelelahan yang berlebihan, bila intensitasnya berlebihan dapat terjadi

sesak napas, nyeri dada, atau pusing berkunang-kunang. Maka kegiatan olahraga

harus segera dihentikan. Intensitas olahraga yang boleh dilakukan oleh lansia

bersifat individual tergantung pada usia, jenis kelamin, usia awal menekuni

olahraga, keteraturan dan kondisi fisik organ-organ tubuhnya.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 II...BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Lansia 2.1.1 Pengertian Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu

39

Rumus umum yang dapat digunakan untuk mengetahui batas lansia boleh

melakukan olahraga yaitu dengan menentukan denyut nadi maksimal atau dikenal

sebagai maksimal pulse. Adapun cara pengukurannya dapat dilakukan dengan

meraba serta menghitung denyut pembuluh darah pada nadi brakialis, radialis,

carotis ataupun pada nadi dorsal pedis. Penghitungan dilakukan selama 1 menit.

Ambang yang aman bila aktivitas olahraga hanya mencapai (denyut nadi sub

maksimal) 70%-85% dari denyut nadi maksimal yang disebut sebagai target Zone,

dengan rumus 220-umur. Seorang berumur 70 tahun denyut jantung maksimalnya

adalah 220-70 = 150/menit, ia hanya boleh berolahraga sampai denyut nadi sub

maksimal, dengan perhitungan (220 - 70 ) X 70 % sampai dengan 85%= 105-

127 kali permenit.

2.4 Hubungan senam lansia tera terhadap kualitas tidur

Proses degenerasi yang terjadi pada lansia menyebabkan waktu tidur efektif

akan semakin berkurang sehingga tidak tercapai kualitas tidur yang adekuat dan

akan menimbulkan berbagai macam keluhan tidur (Japardi,2002). Berkurangnya

jumlah jam tidur tersebut tidak menjadi suatu masalah jika lansia itu sendiri

merasakan kualitas tidur yang nyenyak karena dengan kualitas tidur yang bagus

meskipun hanya dua jam sudah dapat memulihkan fungsi tubuh dan otak.

(Prayitno, 2002). Gangguan tidur pada lansia juga dapat disebabkan juga oleh

faktor biologis dan faktor psikis. Faktor biologis seperti adanya penyakit tertentu

yang mengakibatkan seseorang tidak dapat tidur dengan baik. Faktor psikis bisa

berupa kecemasan, stres psikologis, ketakutan dan ketegangan emosional

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 II...BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Lansia 2.1.1 Pengertian Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu

40

(Erliana, 2008). Otot akan mengalami ketegangan ketika lansia mengalami stres

(ketegangan emosional) sehingga mengaktifkan sistem saraf simpatis. Kecepatan

jantung, tekanan darah, dan kecepatan pernapasan meningkat, serta otot menjadi

tegang. Aktifnya saraf simpatis membuat lansia tidak dapat santai atau relaks

sehingga tidak dapat memunculkan rasa kantuk (Erliana, 2008 dan Rahmawati

2013). Dengan berolahraga akan merangsang kelenjar pineal untuk mensekresi

serotonin dan melatonin (berperan dalam mengontrol irama sirkandian,

sekresinya terutama pada malam hari yang berhubungan dengan rasa

mengantuk). Dari hipotalamus rangsangan akan diteruskan ke pituitary untuk

pembentukan beta endorphin dan enkephalin. Efek dari Beta endorphin dan

enkephalin akan menimbulkan suasana rileks dan senang. Dalam kondisi rileks,

lansia akan mudah dalam memenuhi kebutuhan tidurnya. (Sumedi, 2010)

Akibat aktifitas fisik otot tubuh membutuhkan oksigen yang cukup untuk

membakar glukosa menjadi adenosine triphospate (ATP) yang akan diubah

menjadi energi yang dibutuhkan oleh sel-sel tubuh. Ketika glukosa habis, barulah

lemak dibakar. Pada saat glukosa habis dibakar inilah enhorphine mulai muncul.

Jawaban pentingnya melakukan aktivitas olahraga yang teratur untuk membakar

glukosa melalui aktivitas otot yang akan menghasilkan ATP sehingga endorphin

akan muncul dan membawa rasa nyaman, senang, dan bahagia. (Guyton,2007)

Olahraga senam lansia juga merangsang penurunan aktifitas saraf simpatis

dan peningkatan aktifitas saraf para simpatis yang berpengaruh pada penurunan

hormon adrenalin, norepinefrin dan katekolamin serta vasodilatasi pada pembuluh

darah yang mengakibatkan transport oksigen keseluruh tubuh terutama otak lancar

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1 II...BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Lansia 2.1.1 Pengertian Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh individu

41

sehingga dapat menurunkan tekanan darah dan nadi menjadi normal. Pada kondisi

ini akan meningkatkan relaksasi lansia. Selain itu, sekresi melatonin yang optimal

dan pengaruh beta endorphin dan membantu peningkatan pemenuhan kebutuhan

tidur lansia (Rahayu, 2008). Peningkatan kualitas dan kuantitas pemenuhan

kebutuhan tidur juga akan mempengaruhi tekanan darah dan nadi untuk tetap

dalam batas normal ketika lansia bangun tidur.