30
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Tinjauan Umum Tentang Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Banyak definisi atau pengertian tentang koperasi. Dari akar katanya, koperasi berasal dari bahasa lain coopere atau cooperation dalam Bahasa Inggris. Co berarti bersama dan operation berarti bekerja. Jadi, cooperation berarti bekerjasama. Dalam hal ini, bekerjasama yang dilakukan oleh orang- orang yang mempunyai kepentingan dan tujuan yang sama. C.G. Enriquez (1986) dalam Bernhard (2012) memberikan pengertian koperasi yaitu menolong satu sama lain (to help one another) atau saling bergandengan tangan. Koperasi Indonesia berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, sedangkan asasnya adalah kekeluargaan (Bernhard, 2012). Di Indonesia, istilah koperasi sudah dipopulerkan sejak zaman pra kemerdekaan, bahkan telah dicantumkan dalam penjelasan pasal 33 UUD 1945, meskipun pemahamannya secara jernih tidak begitu mudah. Landasan operasionalnya adalah Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian sebagai pengganti Undang- Undang RI Nomor 12 Tahun 1967.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Tinjauan Umum Tentang Koperasi

Embed Size (px)

Citation preview

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. Tinjauan Umum Tentang Koperasi

2.1.1 Pengertian Koperasi

Banyak definisi atau pengertian tentang koperasi. Dari akar katanya,

koperasi berasal dari bahasa lain coopere atau cooperation dalam Bahasa

Inggris. Co berarti bersama dan operation berarti bekerja. Jadi, cooperation

berarti bekerjasama. Dalam hal ini, bekerjasama yang dilakukan oleh orang-

orang yang mempunyai kepentingan dan tujuan yang sama. C.G. Enriquez

(1986) dalam Bernhard (2012) memberikan pengertian koperasi yaitu

menolong satu sama lain (to help one another) atau saling bergandengan

tangan.

Koperasi Indonesia berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, sedangkan

asasnya adalah kekeluargaan (Bernhard, 2012). Di Indonesia, istilah koperasi

sudah dipopulerkan sejak zaman pra kemerdekaan, bahkan telah dicantumkan

dalam penjelasan pasal 33 UUD 1945, meskipun pemahamannya secara jernih

tidak begitu mudah. Landasan operasionalnya adalah Undang-Undang RI

Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian sebagai pengganti Undang-

Undang RI Nomor 12 Tahun 1967.

8

Definisi koperasi menurut pandangan Bung Hatta :

“Koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib

penghidupan ekonomi berdasarkan tolong-menolong yang

didorong oleh keinginan member jasa kepada kawan dalam

semangat seorang buat semua dan semua buat seorang” (Bernhard,

2012:65).

Sedangkan menurut UU No. 25 Tahun 1992 :

“Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang

atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya

berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi

rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan” (Bernhard, 2012:66).

Menurut International Labour Office definisi koperasi adalah :

“Cooperation is an association of person, usually of limited means,

who have voluntarily join together to achieve a common economic

and through the formation of a democratically controlled business

organization, making equitable contribution of the capital required

and accepting a fair share of the risk and benefits of the

undertaking”.

Definisi di atas terdiri dari unsur-unsur berikut :

a. Kumpulang orang-orang.

b. Bersifat sukarela.

c. Mempunyai tujuan ekonomi bersama.

9

d. Organisasi usaha yang dikendalikan secara demokratis.

e. Kontribusi modal yang adil.

f. Menanggung kerugian bersama dan menerima keuntungan secara

adil.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat dikatakan bahwa koperasi

merupakan perkumpulan otonomi dari orang-orang yang bergabung secara

sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial serta budaya

mereka yang sama melalui perusahaan yang dimiliki dan diawasi secara

demokratis. Koperasi melakukan nilai-nilai menolong diri sendiri,

bertanggungjawab kepada diri-sendiri, demokratis, persamaan, keadilan dan

solidaritas.

2.1.2 Tujuan dan Fungsi Koperasi

2.1.2.1 Tujuan Koperasi

Menurut UU Nomor 25 Tahun 1992, “koperasi bertujuan memajukan

kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta

ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan

masyarakat yang maju, adil, dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD

1945” (Bernhard, 2012). Namun jika dirinci lebih lanjut, koperasi memiliki

nilai-nilai keutamaan yang melandasi bertumbuh-kembangnya idealisme

koperasi. Idealisme koperasi mengandung nilai-nilai sebagai berikut :

a. Rasa solidaritas.

b. Menanam sifat individualita (tau akan harga diri).

10

c. Menghidupkan kemauan dan kepercayaan pada diri sendiri dalam

persekutuan untuk melaksanakan self-help dan autoaktiva guna

kepentingan bersama.

d. Mendidik cinta kepada masyarakat, yang kepentingannya harus

didahulukan dari kepentingan diri sendiri atau golongan sendiri.

e. Menghidupkan rasa tanggungjawab moril dan sosial.

Sedangkan menurut Prof. Dr. Tiktik S. Partomo (2009 : 35) dalam

Bernhard (2010 : 67), tujuan perusahaan koperasi, antara lain :

a. Mempertahankan, jika mungkin meningkatkan bagian pasar dari

satu (beberapa) barang dan jasa, dan menekan serendah-rendahnya

biaya produksi, yang harus lebih rendah atau sekurang-kurangnya

sama dengan biaya produksi para pesaingnya.

b. Melindungi potensi ekonominya, menjaga/mengamankan

likuiditasnya, dan menciptakan inovasi.

2.1.2.2 Fungsi Koperasi

Tugas utama perusahaan koperasi adalah menunjang kegiatan usaha para

anggotanya dalam rangka meningkatkan kepentingan perekonomian para

anggotanya melalui pengadaan barang dan jasa yang dibutuhkannya, yang

sama sekali tidak tersedia di pasar, atau ditawarkan dengan harga, mutu, atau

syarat-syarat yang lebih menguntungkan daripada yang ditawarkan pada

anggota di pasar atau oleh badan-badan resmi (Bernhard, 2012). Agar

perusahaan koperasi dapat menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh

11

perekonomian para anggotanya secara efisien, maka perusahaan koperasi

harus melaksanakan fungsi-fungsi yang menghasilkan peningkatan potensi

pelayanan yang bermanfaat bagi para anggotanya, yaitu :

1) Membangun dan mengembangkan potensi kemampuan ekonomi

anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk

meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

2) Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas

kehidupan.

3) Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan

ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai

sokogurunya.

4) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian

yang merupakan usaha bersama berdasar atas kekeluargaan dan

demokrasi ekonomi.

Dalam perspektif koperasi sebagai organisasi pembelajaran (learning

organization) sebagai antisipasi terhadap dinamika dan tantangan berubah cepat,

Bung Hatta menegaskan :

“Koperasi merupakan anasir pendidikan yang baik untuk

memperkuat ekonomi dan moril karena koperasi berdasarkan pada

dua sendi yang saling memperkuat, yaitu sendi solidarita (setia

kawan) dan sendi individualita (kesadaran akan harga diri sendiri).

Kedua sendi itu bertambah kuat karena dipupuk dalam koperasi

dan dengan koperasi. Hanya dalam koperasi solidarita dan

12

individualita berkembang dalam hubungan yang harmonis”

(Bernhard, 2012 : 68).

2.1.3 Bentuk dan Jenis Koperasi

2.1.3.1 Bentuk-bentuk Koperasi

Ada bermacam-macam bentuk atau jenis koperasi. Menurut UU Nomor 25

Tahun 1992, ada dua bentuk koperasi, yaitu :

1. Koperasi Primer

Koperasi primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan

beranggotakan orang-seorang. Orang-seorang pembentuk koperasi

adalah mereka yang memenuhi persyaratan keanggotaan dan

mempunyai kepentingan ekonomi yang sama. Koperasi primer

dibentuk oleh sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) orang.

Persyaratan ini dimaksud untuk menjaga kelayakan usaha dan

kehidupan koperasi.

2. Koperasi Sekunder

Berdasarkan status keanggotaan, koperasi sekunder terdiri

atas dua macam yaitu koperasi yang beranggotakan :

a. Badan hukum koperasi primer

Koperasi sekunder yang beranggotakan koperasi primer

disebut pusat koperasi. Kerjasama di antara koperasi-koperasi

primer yang setingkat disebut kerjasama yang bersifat sejajar

(horizontal). Misalnya, kerjasama atau gabungan antara

13

Koperasi Unit Desa (KUD) yang membentuk Pusat KUD

(PUSKUD).

b. Badan hukum koperasi sekunder

Koperasi sekunder yang beranggotakan koperasi sekunder

disebut induk koperasi. Kerjasama antara koperasi primer

dengan koperasi sekunder yang sama jenisnya disebut

kerjasama vertical. Sedangkan kerjasama antara koperasi-

koperasi sekunder yang setingkat bersifat horizontal. Misalnya,

PUSKUD-PUSKUD bergabung dan membentuk Induk KUD

(INKUD).

Selain pusat koperasi dan induk koperasi, ada juga yang

disebut gabungan koperasi. Gabungan koperasi biasanya

merupakan kumpulan atau gabungan antara pusat-pusat

koperasi.

2.1.3.2 Jenis-jenis Koperasi

Menurut Bernhard (2012) koperasi juga dapat dibedakan

berdasarkan kepentingan anggotanya. Beberapa di antaranya adalah

sebagai berikut :

a. Koperasi Konsumsi

Koperasi konsumsi adalah jenis koperasi konsumen.

Anggota koperasi konsumsi memperoleh barang dan jasa

14

dengan harga lebih murah, lebih mudah, lebih baik dan

dengan pelayanan yang menyenangkan.

b. Koperasi Produksi

Koperasi produksi disebut juga koperasi pemasaran.

Koperasi produksi didirikan oleh anggotanya yang bekerja

di sektor usaha produksi seperti petani, pengrajin, peternak,

dan sebagainya.

c. Koperasi Jasa

Koperasi jasa didirikan bagi calon anggota yang

menjual jasa. Misalnya, usaha distribusi, usaha perhotelan,

angkutan, restoran, dan lain-lain.

d. Koperasi Simpan Pinjam

Koperasi simpan pinjam didirikan untuk

mendukung kepentingan anggota yang membutuhkan

tambahan modal usaha dan kebutuhan finansial lainnya.

e. Single Purpose dan Multipurpose

Koperasi single purpose adalah koperasi yang

aktivitasnya terdiri dari satu macam usaha. Misalnya,

koperasi bahan kebutuhan pokok, alat-alat pertanian,

koperasi simpan-pinjam, dan lain-lain. Sedangkan koperasi

multi purpose adalah koperasi yang didirikan oleh para

anggotanya untuk dua atau lebih jenis usaha. Misalnya,

15

koperasi simpan-pinjam dan konsumsi, koperasi ekspor dan

impor, dan lain-lain.

2.1.4 Tata Cara Pendirian Koperasi

Dalam pendirian sebuah koperasi terdapat dua bentuk surat izin

yang harus dimiliki agar koperasi dapat menjalankan kegiatan atau

usaha (Edilius dan Sudarsono, 2010), yaitu :

a. Badan Hukum Koperasi

Untuk penyelesaian masalah perizinan badan hukum

koperasi harus dimintakan kepada Kepala Kantor

Direktorat Jenderal Koperasi setempat. Dengan demikian

status badan hukum koperasi akan diperoleh setelah

pemerintah mengesahkan akta pendiriannya. Akta pendirian

tersebut harus memuat anggaran dasar yang memuat

sekurang-kurangnya :

a. Daftar nama pendiri

b. Nama dan tempat kedudukan

c. Maksud dan tujuan serta bidang usaha

d. Syarat keanggotaan

e. Pengelolaan

f. Jangka waktu berdirinya

Untuk memperoleh pengesahan akta pendirian tersebut

di atas maka para pendirinya harus mengajukan secara

16

tertulis. Dan pengesahan akta pendirian akan diberikan oleh

pemerintah dalam jangka waktu paling lama tiga bulan

sejak diterimanya permohonan pengesahan. Selain itu akan

diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Dalam hal permintaan pengesahan ditolak, para

pendiri akan menerima pemberitahuan tertulis dalam jangka

waktu paling lambat tiga bulan setelah diterimanya

permintaan tersebut. Dan terhadap penolakan akta pendirian

itu, para pendiri dapat mengajukan banding dalam waktu

paling lama satu bulan sejak diterimanya penolakan.

Selanjutnya keputusan terhadap permintaan banding

diberikan dalam jangka waktu satu bulan sejak diterimanya

permintaan banding.

b. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)

Setiap perusahaan yang melaksanakan kegiatan

dibidang usaha perdagangan dan jasa, baik koperasi

maupun non koperasi termasuk perusahaan-perusahaan

swasta perseorangan, kelompok maupun perusahaan

negara, diwajibkan memiliki surat Izin Usaha Perdagangan

dari Departemen Perdagangan yang dikeluarkan oleh

Kantor Wilayah Perdagangan atau Kantor

Perdagangan/Pejabat yang ditunjuk.

17

2.2 Informasi

Menururt George dan William (2000) informasi merupakan data

yang diolah sehingga dapat dijadikan dasar untuk mengambil

keputusan. Dalam dunia bisnis, informasi memiliki pengertian yang

lebih penting yaitu sebagai dasar pengambilan keputusan. Informasi

membantu dalam pemecahan masalah sekarang dan/atau masa yang

akan datang untuk mencapai tujuan perusahaan. Oleh sebab itu,

diperlukan alat untuk memproses data untuk menghasilkan informasi

yang berguna. Terdapat tiga operasi untuk menghasilkan informasi,

yaitu data input, data transformation, dan information output. Dalam

tahap output, diperlukan empat aktivitas lain sebelum data tersebut

ditransformasikan, yaitu recording, coding, storing dan selecting. Data

yang telah diseleksi kemudian akan ditransformasikan dengan aktivitas

pertama dan seterusnya, lalu dilakukan proses calculating,

summarizing, dan classifying. Setelah aktivitas klasifikasi maka

dihasilkan informasi yang selanjutnya akan ditampilkan, diproses

ulang, atau dikomunikasikan.

2.3 Akuntansi

2.3.1 Pengertian Akuntansi

Akuntansi adalah proses pengolahan data keuangan untuk

menghasilkan informasi keuangan yang digunakan untuk

memungkinkan pengambilan keputusan melakukan pertimbangan

18

berdasarkan informasi dalam pengambilan keputusan (Mulyadi 2001).

Sedangkan pengertian akuntansi menurut American Accounting

Association dalam Sumarso (2004) adalah sebagai berikut :

“Proses mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan

informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian

dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang

menggunakan informasi tersebut”.

Dari kedua pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa akuntansi mengandung dua pengertian, yakni :

1. Kegiatan Akuntansi

Bahwa akuntansi merupakan proses yang terdiri dari

identifikasi, pengukuran dan pelaporan informasi ekonomi.

2. Kegunaan Akuntansi

Bahwa informasi ekonomi yang dihasilkan oleh akunansi

diharapkan berguna dalam penilaian dan pengambilan

keputusan mengenai kesatuan usaha yang bersangkutan.

Untuk menghasilkan informasi ekonomi, perusahaan perlu

melakukan metode pencatatan, penggolongan, analisis dan pengendalian

transaksi serta kegiatan-kegiatan keuangan, kemudian melaporkan

hasilnya. Setelah itu, informasi tersebut diberikan kepada pihak-pihak

yang membutuhkan informasi tersebut, baik itu pihak dalam maupun pihak

luar perusahaan sebagai dasar pengambilan keputusan. Pihak dalam

perusahaan yang membutuhkan informasi tersebut yaitu manajemen,

19

sedangkan pihak luar perusahaan yaitu investor, kreditor, pelanggan,

pemasok, pemerintah, masyarakat, LSM dan lain-lain.

2.3.2 Kegunaan Akuntansi

Tujuan utama akuntansi adalah menyajikan informasi ekonomi dari

suatu lembaga/badan usaha kepada pihak yang berkepentingan, baik yang

di dalam perusahaan itu sendiri maupun pihak-pihak di luar perusahaan

(Soemarso, 2004). Laporan keuangan yang bersifat kuantitatif yang berupa

angka-angka satuan uang yang dituangkan dalam bentuk laporan keuangan

dapat berguna untuk :

1. Perencanaan

Melalui informasi ekonomi yang tepat, maka manajemen

perusahaan dapat menyusun rencana, baik jangka pendek,

menengah maupun jangka panjang.

2. Pengendalian

Melalui informasi ekonomi yang akurat, maka manajemen

perusahaan dapat mengontrol dan menilai terhadap jalannya

perusahaan.

3. Pertanggungjawaban

Walaupun laporan keuangan bersifat kuantitatif, tetapi juga

dapat dipergunakan untuk menelusuri data kuantitatif (sebagai

contoh jumlah karyawan), sehingga dapat dipergunakan

20

sebagai bahan pertanggungjawaban manajemen untuk

mengambil keputusan.

2.3.3 Bidang Akuntansi

Seperti halnya bidang-bidang kegiatan lain, akuntansi juga

mempunyai bidang-bidang khusus akibat dari perkembangan zaman.

Kecenderungan ini disebabkan oleh perkembangan perusahaan, timbulnya

sistem perpajakan baru dan bertambahnya pengaturan-pengaturan oleh

pemerintah terhadap kegiatan perusahaan. Faktor-faktor tersebut bersama-

sama dengan kemajuan teknologi dan pertumbuhan ekonomi yang

semakin cepat, mendorong akuntan untuk memperoleh keahlian yang

tinggi dalam spesialisasi tertentu. Berikut ini bidang-bidang khusus

akuntansi menurut Soemarso (2004) sebagai akibat dari perkembangan

zaman :

1. Akuntansi Keuangan (Financial Accounting)

Bidang ini berkaitan dengan akuntansi untuk suatu unit

ekonomi secara keseluruhan. Bidang ini juga berhubungan dengan

pelaporan keuangan untuk pihak-pihak luar perusahaan. Untuk

penyusunan laporan keuangan, sebelumnya harus

disepakati/disetujui bersama. Oleh karena pihak-pihak di luar

perusahaan memiliki kepentingan yang berbagai macam ragamnya,

maka laporan yang dihasilkan bersifat serba guna (general

purpose).

21

2. Auditing (Auditing)

Bidang ini berhubungan dengan audit secara bebas terhadap

laporan yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan. Walaupun tujuan

utama audit adalah agar informasi akuntansi yang disajikan dapat

dipercaya, namun terdapat tujuan-tujuan lain. Misalnya,

memastikan ketaatan terhadap kebijakan, prosedur atau peraturan

serta menilai efisiensi dan efektivitas suatu kegiatan tertentu.

Konsep yang mendasari auditing adalah objektivitas dan

independensi dari pemeriksa. Konsep lain yang dianut adalah

kerahasiaan serta pengumpulan bukti-bukti yang cukup relevan.

Pengumpulan bukti-bukti pemeriksaan yang cukup dan relevan tadi

dilakukan melalui pengujian terhadap catatan-catatan akuntansi

dan prosedur pemeriksaan lainnya.

3. Akuntansi Manajemen (Management Accounting)

Adalah akuntansi yang memberikan informasi baik

keuangan (kuantitatif) maupun bukan keuangan (kualitatif), untuk

kepentingan manajemen perusahaan. Bidang ini bermanfaat untuk

pengambilan keputusan dan pengendalian operasi perusahaan. Titik

sentral dalam akuntansi manajemen adalah informasi untuk

manajemen suatu perusahaan. Fungsi akuntansi ini adalah

mengendalikan kegiatan perusahaan, memonitor arus kas dan

menilai alternatif dalam mengambil suatu keputusan ekonomi.

22

4. Akuntansi Biaya (Cost Accounting)

Bidang ini menekankan pada penetapan dan kontrol atas

suatu biaya, terutama yang berhubungan dengan suatu biaya

produksi barang. Akan tetapi perhatian yang mulai meningkat

diberikan atas biaya distribusi. Bahkan akuntansi ini telah

mengarah pada penetapan biaya berdasarkan aktivitas. Fungsi

utamanya adalah mengumpulkan dan menganalisis data mengenai

biaya, baik biaya telah terjadi maupun yang akan terjadi. Informasi

ini sangat berguna bagi manajemen sebagai alat kontrol atas

kegiatan yang telah dilakukan dan untuk membuat rencana untuk

masa mendatang.

5. Akuntansi Perpajakan (Tax Accounting)

Tujuan laporan akuntansi yang digunakan perpajakan

berbeda dengan tujuan akuntansi yang lain. Hal ini disebabkan oleh

berbedanya konsep tentang transaksi dan kejadian keuangan,

metode pengukuran dan tata cara pelaporan. Semua ini diatur oleh

pengaturan pajak. Karena setiap perusahaan akan berurusan dengan

pajak, maka sangat diperlukan untuk memiliki akuntan perpajakan.

6. Sistem Informasi (Information System)

Bidang ini menyediakan informasi keuangan maupun non-

keuangan yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan organisasi

secara efektif. Melalui sistem ini diproses informasi yang

diperlukan untuk menyusun laporan kepada pemegang saham,

kreditur, badan-badan Pemerintah, pemimpin perusahaan, pegawai

23

dan lain lain. Sistem yang dirancang dengan baik akan

memungkinkan pimpinan perusahaan mengidentifikasikan masalah

dan menelaahnya sehingga masalah yang timbul dapat segera

ditangani.

7. Penganggaran (Budgeting)

Bidang ini berhubungan dengan penyusunan rencana

keuangan mengenai kegiatan perusahaan untuk jangka waktu

tertentu di masa yang akan datang serta analisis dan

pengkontrolannya. Anggaran adalah sarana untuk menjabarkan

tujuan suatu perusahaan. Anggaran berisi rencana kegiatan-

kegiatan yang dilaksanakan di masa yang akan datang serta nilai

uang yang terlibat di dalamnya.

8. Akuntansi Pemerintah (Governmental Accounting)

Bidang ini mengkhususkan diri dalam pencatatan dan

pelaporan transaksi-transaksi yang terjadi di badan pemerintah. Ia

menyediakan laporan akuntansi tentang aspek kepengurusan dari

administrasi keuangan negara. Di samping itu, bidang ini

mencakup pengendalian atas pengeluaran melalui anggaran negara.

Termasuk di dalamnya adalah kesesuaian dengan ketentuan

undang-undang yang berlaku.

24

2.4 Informasi Akuntansi

Belkaoui (2000) mendefinisikan informasi akuntansi sebagai

informasi kuantitatif tentang entitas ekonomi yang bermanfaat untuk

pengambilan keputusan ekonomi dalam menentukan pilihan-pilihan

diantara alternatif-alternatif tindakan. Penggunaan informasi akuntansi itu

digunakan untuk perencanaan strategis, pengawasan manajemen dan

pengawasan operasional.

Informasi akuntansi pada dasarnya berhubungan dengan data

keuangan dan terutama digunakan untuk tujuan pengambilan keputusan,

pengawasan dan implementasi keputusan-keputusan perusahaan. Agar data

keuangan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh pihak internal maupun

eksternal perusahaan, maka data tersebut harus disusun dalam bentuk-

bentuk yang sesuai. Mulyadi (2001) menggolongkan informasi akuntansi

menjadi tiga jenis, yaitu :

a. Informasi Operasi

Informasi ini menyediakan data mentah bagi informasi

akuntansi keuangan dan informasi akuntansi manajemen.

Informasi operasi yang terdapat pada perusahaan manufaktur

antara lain : informasi produksi, pembelian dan pemakaian

bahan baku, penggajian, penjualan dan lain-lain.

b. Informasi Akuntansi Manajemen

Informasi ini digunakan dalam dua fungsi manajemen,

yaitu :

25

1. Perencanaan.

2. Implementasi pengolahan informasi keuangan

yang disebut akuntansi manajemen.

Informasi akuntansi manajemen ini disajikan kepada

manajemen perusahaan dalam berbagai laporan, seperti laporan

anggaran, penjualan, biaya menurut pusat pertanggungjawaban,

biaya menurut aktivitas dan lain-lain.

c. Informasi Akuntansi Keuangan

Informasi akuntansi keuangan untuk pihak luar

disajikan dalam laporan keuangan yang terdiri dari neraca,

laporan laba rugi dan laporan perubahan posisi keuangan. Pihak

luar yang menggunakan laporan keuangan meliputi pemegang

saham, kreditur, badan atau lembaga pemerintah dan

masyarakat umum, dimana masing-masing pihak tersebut

mempunyai kepentingan yang berbeda

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Informasi Akuntansi

2.5.1 Jenjang Pendidikan

Jenjang pendidikan formal seperti yang tertuang dalam Undang-

Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003, Bab VI Pasal 14 yang menyatakan

bahwa jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan

menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar merupakan jenjang

pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan

26

menengah merupakan lanjutan dari pendidikan dasar, yang terdiri atas

pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan.

Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan

menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister

spesialis dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

2.5.2 Ukuran Usaha

Menurut Holmes dan Nicholls (1998) dalam Grace (2003) ukuran

usaha merupakan kemampuan perusahaan dalam mengelola usahanya

dengan melihat total aset, jumlah karyawan yang dipekerjakan dan berapa

besar pendapatan yang diperoleh perusahaan dalam satu periode akuntansi.

Jumlah pendapatan atau penjualan yang dihasilkan perusahaan dapat

menunjukkan perputaran asset atau modal yang dimiliki perusahaan,

sehingga semakin besar pendapatan atau penjualan yang diperoleh

perusahaan semakin besar pula tingkat kompleksitas perusahaan dalam

menggunakan informasi akuntansi. Jumlah karyawan dapat menunjukkan

berapa kapasitas perusahaan dalam mengoperasionalkan usahanya,

semakin besar jumlah karyawan, semakin besar tingkat kompleksitas

perusahaan, sehingga informasi akuntansi sangat dibutuhkan.

27

2.5.3 Lama Usaha

Lama usaha adalah lamanya suatu Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (UMKM) berdiri atau umur dari UMKM semejak usaha

tersebut berdiri sampai pada saat penulis melakukan penelitian (Muniarti,

2002). Dalam hal ini berarti lamanya koperasi berdiri atau umur dari

koperasi semenjak koperasi berdiri sampai pada saat penulis melakukan

penelitian ini. Dengan asumsi bahwa semakin lama koperasi tersebut

berjalan maka akan mengakibatkan adanya perkembangan koperasi yang

signifikan kearah yang positif atau negatif. Perkembangan dari koperasi

tersebut tergantung dari iklim perdagangan dan persaingan yang terjadi di

dunia usaha atau pasar. Pada umumnya koperasi yang lebih lama berdiri

cenderung lebih berkembang karena sudah memiliki banyak pengalaman

dalam menjalankan usahanya, juga dapat dikatakan mampu bersaing

dengan badan atau lembaga-lembaga usaha lain dan koperasi yang sejenis

lainnya.

2.5.4 Latar Belakang Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Latar belakang

pendidikan itu sendiri meliputi pengajaran atas keahlian khusus.

28

Pengertian latar belakang pendidikan disini adalah latar belakang

pendidikan formal. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 menjelaskan,

pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta

bertanggungjawab (Pasal 3 UU RI No. 20 tahun 2003).

2.6 Kerangka Pemikiran

Pancasila adalah dasar negara bangsa Indonesia. Sebagai ideology

Negara, Pancasila juga memberikan pedomannya dalam kehidupan

kenegaraan, yaitu bidang sosial, budaya, ekonomi, politik dan hankam.

Ajaran Pancasila menegaskan, kehidupan moral hanya dapat dibenarkan

sejauh kebebasan pribadi manusia merupakan hak yang asasi, yang pada

hakekatnya ditolak oleh komunisme. Moral Pancasila menunjukkan bahwa

adalah kewajiban setiap warga negara Indonesia untuk berusaha

memperbaiki kehidupan bersama berdasarkan kelima sila sebagai nilai sosial

dengan kemampuan dan keahliannya. Menurut Pancasila, bukan saja tujuan

secara etis halal pula (Bernhard, 2012). Dari uraian tersebut, Sistem

Ekonomi Pancasila adalah suatu tata ekonomi yang dijiwai ideologi

Pancasila atau suatu tata ekonomi nasional yang merupakan usaha bersama

29

dan berazaskan kekeluargaan dan kegotong-royongan di bawah pimpinan

pemerintah untuk mewujudkan kemakmuran yang sebesar-besarnya bagi

masyarakat/rakyat.

Pasal 33 UUD 1945 adalah politik sosial ekonomi para pendiri

Bangsa Negara Indonesia ketika merumuskan konstitusi bagi Indonesia yang

akan merdeka pada pertengahan tahun 1945. Dari sudut pandang nilai

budaya, para perumus pasa 33 UUD 1945 sangat menyadari kalau dalam

masyarakat Indonesia berkembang sistem nilai budaya gotong-royong,

saling menolong dan bekerjasama. Melalui koperasi, orang-orang ekonomi

lemah bisa membantu membentuk wadah usaha bersama. Dengan bekerja

keras melalui usaha koperasi, orang-orang kelas bawah yang miskin

berpotensi naik ke kelas menengah. Itulah makna hakiki dari ayat (1) Pasal

33 UUD 1945 (Bernhard, 2012).

Setelah dasar-dasar dari koperasi tersebut dipahami, maka

dibentuklah peraturan perundang-undangan yang mendasari segala sesuatu

tentang koperasi. Peraturan tersebut disusun dalam UU Nomor 25 Tahun

1992. Dimana koperasi itu sendiri dijelaskan dalam UU Nomor 25 Tahun

1992, “koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada

khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan

perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju,

adil, dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945” (Bernhard, 2012).

Salah satu yang menjadi penghalang koperasi menjadi bisnis skala

besar secara internal adalah pada kualitas sumber daya manusia, pelaksanaan

30

prinsip koperasi, dan sistem administrasi dan bisnis yang masih rendah

(Kementrian Koperasi dan UKM, 2014). Dengan kemampuan akuntansi

yang memadai diharapkan dapat meningkatkan sistem administrasi koperasi,

sehingga dapat mendongkrak koperasi menjadi bisnis berskala besar. Sebuah

koperasi yang ingin maju dan berhasil harus memiliki konsep akuntabilitas

dalam semua lini kerjanya (Bernhard, 2012). Berbagai macam keterbatasan

yang dihadapi koperasi mulai dari latar belakang pendidikan yang tidak

mengenal akuntansi atau tata buku, kurang disiplin dan rajinnya dalam

pelaksanaan pembukuan akuntansi, hingga tidak adanya kecukupan dana

untuk mempekerjakan akuntan atau membeli software akuntansi untuk

mempermudah pelaksanaan pembukuan akuntansi. Selain itu berbagai

kendala atau masalah lain yang dihadapi koperasi antara lain disebabkan

rendahnya pendidikan, kurangnya pemahaman teknologi informasi, ukuran

usaha, dan kurangnya keandalan karakteristik laporan keuangan.

Dari landasan teori yang telah diuraikan di atas, kemudian

digambarkan alur pemikiran dari peneliti dalam kerangka pemikiran teoritis

yang disusun sebagai berikut :

31

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran

Koperasi

(Undang-Undang RI No. 25 Tahun 1992)

UMKM

(Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2008)

Ukuran Usaha Koperasi

(Grace, 2003)

Latar Belakang Pendidikan

(Murniati, 2002)

Jenjang Pendidikan Terakhir

(Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003)

Penggunaan Informasi Akuntansi

(Rudiantoro, 2011; Kementrian Koperasi, 2014)

Perekonomian Rakyat

Pasal 33UUD 1945

Pancasila

Lama Usaha Koperasi

(Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003)

32

2.7 Hipotesis Penelitian

2.7.1 Pengaruh Jenjang Pendidikan Terhadap Penggunaan Informasi

Akuntansi

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan ber

dasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai

dan kemampuan yang dikembangkan. Jenjang pendidikan terdiri atas

pendidikan formal, nonformal dan informal yang dapat saling melengkapi.

Jenjang pendidikan formal seperti yang tertuang dalam UU Sisdiknas No.

20 tahun 2003, Bab VI Pasal 14 yang menyatakan bahwa jenjang

pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan

pendidikan tinggi. Jenjang pendidikan akan diukur berdasarkan pendidikan

formal yang pernah diikuti sehingga pengukurannya bersifat kontinyu.

Pendidikan formal yang dimaksud adalah pendidikan yang diperoleh

dibangku sekolah formal antara lain Sekolah Dasar (SD), Sekolah

Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Umum (SMU) atau

sederajat, Sarjana dan Pascasarjana.

Muniarti (2002) menemukan bahwa pengusaha dengan jenjang

pendidikan formal yang rendah cenderung tidak memiliki persiapan dan

penggunaan informasi akuntansi yang memadai dibandingkan pengusaha

yang memilki pendidikan formal yang lebih tinggi. Sedangkan menurut

Holmes dan Nicholls (1998) dalam Grace (2003) tingkat pendidikan

manajer atau pemilik menentukan pemahaman manajer/pemilik terhadap

pentingnya penggunaan informasi akuntansi. Dari pendapat tersebut dapat

dikatakan bahwa jenjang pendidikan sangat berpengaruh terhadap

33

pemahaman akuntansi di setiap pengurus koperasi yang nantinya akan

berpengaruh terhadap persiapan dan kemampuan pengurus koperasi dalam

penggunaan informasi akuntansi. Jenjang pendidikan formal yang rendah

cenderung membuat pengurus koperasi kurang begitu memahami dalam

penggunaan informasi akuntansi dibandingkan dengan pengurus koperasi

yang memiliki jenjang pendidikan formal yang lebih tinggi. Dengan kata

lain jenjang pendidikan yang dimiliki akan berpengaruh terhadap

kelangsungan koperasi tersebut.

Dari argumen tersebut, maka hipotesis yang akan dikembangkan

adalah sebagai berikut :

Ho : Jenjang pendidikan tidak berpengaruh terhadap penggunaan

informasi akuntansi.

H1 : Jenjang pendidikan secara signifikan berpengaruh terhadap

penggunaan informasi akuntansi.

2.7.2 Pengaruh Ukuran Usaha Terhadap Penggunaan Informasi

Akuntansi

Ukuran usaha merupakan kemampuan perusahaan dalam

mengelola usahanya dengan melihat beberapa jumlah karyawan yang

dipekerjakan dan berapa besar pendapatan yang diperoleh perusahaan

dalam satu periode akuntansi (Grace, 2003). Ukuran perusahaan dapat

ditentukan berdasarkan penjualan, total aktiva, tenaga kerja dan lain-lain,

34

yang semuanya berkorelasi tinggi (Machfoedz, 1994). Dilihat dari

pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan sangat

berpengaruh terhadap penggunaan informasi di koperasi. Semakin

besarnya ukuran koperasi serta lebih kompleksnya proses bisnis dari

sebuah koperasi mendorong kebutuhan akuntansi sangat diperlukan untuk

kelansungan hidup sebuah koperasi. Informasi akuntansi tersebut yang

nantinya bermanfaat untuk pengambilan keputusan manajerial bagi

koperasi.

Dari argumen tersebut, maka hipotesis yang dapat dikembangkan

adalah sebagai berikut :

Ho : Ukuran koperasi tidak berpengaruh terhadap penggunaan

informasi akuntansi.

H2 : Ukuran koperasi secara signifikan berpengaruh terhadap

penggunaan informasi akuntansi.

2.7.3 Pengaruh Lama Usaha Terhadap Penggunaan Informasi

Akuntansi

Variabel ini diukur berdasarkan lamanya perusahaan berdiri (dalam

tahun), sejak awal tahun pendirian perusahaan sampai dengan penelitian

ini dilakukan (Muniarti, 2002 dan Grace, 2003). Holmes dan Nicholls

(1998) dalam Grace (2003) memperlihatkan bahwa penyediaan informasi

akuntansi dipengaruhi oleh usia usaha. Hasil penelitian itu menyatakan

35

bahwa perusahaan yang berdiri selama 11-20 tahun menyediakan lebih

banyak informasi akuntansi, berbeda dengan perusahaan yang berdiri 10

tahun atau kurang. Studi ini juga menyatakan bahwa semakin lama usia

perusahaan terdapat kecenderungan untuk menyatakan penggunaan

informasi akuntansi yang lebih tua usianya. Dilihat dari pendapat tersebut,

dapat disimpulkan bahwa lamanya usaha berdiri membuat kebutuhan

akuntansi di koperasi sangat dibutuhkan dan membuat kesadaran pengurus

koperasi terhadap pentingnya akuntansi sangat diperlukan untuk menjaga

kelangsungan koperasi dan untuk menumbuhkan koperasi tersebut.

Dari argument tersebut, maka hipotesis yang dapat dikembangkan

adalah sebagai berikut :

Ho : Lama usaha koperasi tidak berpengaruh terhadap penggunaan

informasi akuntansi.

H3 : Lama usaha koperasi secara signifikan berpengaruh terhadap

penggunaan informasi akuntansi.

2.7.4 Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Terhadap Penggunaan

Informasi Akuntansi

Pengertian latar belakang pendidikan disini adalah latar belakang

pendidikan formal. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun

2003 menjelaskan, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

36

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak muia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertangggungjawab (Pasal 3 UU RI NO. 20 tahun 2003).

Dilihat dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa latar belakang

pendidikan seseorang dapat membuat praktek penggunaan akuntansi

menjadi lebih besar, karena mereka lebih dapat mengetahui ilmu akuntansi

tersebut daripada seseorang yang mempunyai latar belakang pendidikan di

luar ekonomi. Dari argument tersebut, maka hipotesis yang dapat

dikembangkan adalah sebagai berikut :

Ho : Latar belakang pendidikan tidak berpengaruh terhadap

penggunaan informasi akuntansi.

H4 : Latar belakang pendidikan secara signifikan berpengaruh

terhadap penggunaan informasi akuntansi.