41
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan mengenai konsep manajemen laba menggunakan pendekatan teori keagenan yang terkait dengan hubungan atau kontrak diantara para anggota perusahaan, terutama hubungan antara pemilik (principal) dengan manajemen (agent). Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai sebuah kontrak antara satu orang atau lebih pemilik (principal) yang menyewa orang lain (agent) untuk melakukan beberapa jasa atas nama pemilik yang meliputi pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Michelson et al (1995) mendefinisikan keagenan sebagai suatu hubungan berdasarkan persetujuan antara dua pihak, dimana manajemen (agent) setuju untuk bertindak atas nama pihak lain yaitu pemilik (principal). Pemilik akan mendelegasikan tanggungjawab kepada manajemen, dan manajemen setuju untuk bertindak atas perintah atau wewenang yang diberikan pemilik. Principal dan agent diasumsikan sebagai pihak-pihak yang mempunyai rasio ekonomi dan dimotivasi oleh kepentingan pribadi sehingga, walau terdapat kontrak, agent tidak akan melakukan hal yang terbaik untuk kepentingan pemilik. Pemilik akan mendorong agent agar mau bekerja lebih keras dengan menggunakan bebagai intensif untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2299/3/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan mengenai konsep manajemen laba

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2299/3/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan mengenai konsep manajemen laba

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Teori Keagenan

Penjelasan mengenai konsep manajemen laba menggunakan

pendekatan teori keagenan yang terkait dengan hubungan atau kontrak

diantara para anggota perusahaan, terutama hubungan antara pemilik

(principal) dengan manajemen (agent). Jensen dan Meckling (1976)

mendefinisikan hubungan keagenan sebagai sebuah kontrak antara satu

orang atau lebih pemilik (principal) yang menyewa orang lain (agent)

untuk melakukan beberapa jasa atas nama pemilik yang meliputi

pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Michelson

et al (1995) mendefinisikan keagenan sebagai suatu hubungan berdasarkan

persetujuan antara dua pihak, dimana manajemen (agent) setuju untuk

bertindak atas nama pihak lain yaitu pemilik (principal). Pemilik akan

mendelegasikan tanggungjawab kepada manajemen, dan manajemen

setuju untuk bertindak atas perintah atau wewenang yang diberikan

pemilik.

Principal dan agent diasumsikan sebagai pihak-pihak yang

mempunyai rasio ekonomi dan dimotivasi oleh kepentingan pribadi

sehingga, walau terdapat kontrak, agent tidak akan melakukan hal yang

terbaik untuk kepentingan pemilik. Pemilik akan mendorong agent agar

mau bekerja lebih keras dengan menggunakan bebagai intensif untuk

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2299/3/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan mengenai konsep manajemen laba

11

memkasimalkan nilai perusahaan. Alasannya, kesejahteraan pemilik akan

meningkat seiring dengan peningkatan nilai perusahaan itu. Sedangkan,

manajer akan berperilaku oportunis karena menguasai informasi keuangan

perusahaan. Artinya, perilaku oportunis seorang manajer

mengimplikasikan upaya manajer dalam metransfer kemaksmukan pemilik

perusahaan kepada dirinya. Hal ini sejalan dengan teori agensi yang

menyatakan bahwa pemisahan kepemilikan dan pengelolaan perusahaan

akan mendorong setiap pihak berusaha memaksimalkan kesejahteraan

masing-masing.

Informasi dalam teori agensi digunakan untuk pengambilan

keputusan oleh prinsipal dan agen, serta untuk mengevaluasi dan membagi

hasil sesuai kontrak kerja yang telah disetujui. Hal ini dapat memotivasi

agen untuk berusaha seoptimal mungkin dan menyajikan laporan akuntansi

sesuai dengan harapan prinsipal sehingga dapat meningkatkan

kepercayaan prinsipal kepada agen (Faozi, 2002).

Dalam hubungan antara agen dan prinsipal, akan timbul masalah

jika terdapat informasi yang asimetri (information asymetry). Scott (1997)

menyatakan apabila beberapa pihak yang terkait dalam transaksi bisnis

lebih memiliki informasi daripada pihak lainnya, maka kondisi tersebut

dikatakan sebagai asimetri informasi. Asimetri informasi dapat berupa

informasi yang terdistribusi dengan tidak merata diantara agen dan

prinsipal, serta tidak mungkinnya prinsipal untuk mengamati secara

langsung usaha yang dilakukan oleh agen. Hal ini menyebabkan agen

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2299/3/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan mengenai konsep manajemen laba

12

cenderung melakukan perilaku yang tidak semestinya (disfunctional

behaviour). Salah satu disfunctional behaviour yang dilakukan agen

adalah pemanipulasian data dalam laporan keuangan agar sesuai dengan

harapan prinsipal meskipun laporan tersebut tidak menggambarkan kondisi

perusahaan yang sebenarnya.

2.1.2. Manajemen Laba

2.1.2.1. Definisi manajemen laba

Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat

mengurangi kredibilitas laporan keuangan, dan menambah bias dalam

laporan keuangan serta mengganggu pemakai laporan keuangan yang

mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa

rekayasa (Setiawati dan Na’im, 2000 dalam Achmad, et al., 2007). Assih

(2000) mengemukakan bahwa manajemen laba merupakan proses yang

dilakukan manajer dalam batasan general accepted accounting principles,

yang sengaja mengarah pada suatu tingkatan yang diinginkan atas laba

yang dilaporkan. Manajemen laba dapat muncul ketika manajer lebih

menggunakan keputusan tertentu dalam pellaporan keuangan dan

mengubah transaksi untuk mengubah laporan keuangan untuk

menyesatkan stakeholder yang ingin mengetahui kinerja ekonomi yang

diperoleh perusahaan atau untuk memperngaruhi hasil kontrak yang

menggunakan angka-angka akuntansi yang dilaporkan itu (Healy &

Wahlen, 1998 dalam Sri Sulistytanto, 2008). Sedangkan menurut Scott

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2299/3/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan mengenai konsep manajemen laba

13

(2000),manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi untuk

mencapai tujuan khusus.

Schipper (1989) dalam Sri Sulistyanto (2008:49) mendefinisikan

manajemen laba sebagai campur tangan dalam proses pelaporan keuangan

eksternal, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi (pihak

yang tidak setuju mengatakan baahwa hal ini hanyalah upaya untuk

memfasilitasi operasi yang tidak memihak dari sebuah proses).

Stockholder akan diuntungkan jika manajemen laba digunakan untuk

memberi sinyal mengenai informasi privat yang dimiliki manajer (Healy &

Palepu, 1993) serta jika digunakan untuk mengurangi biaya politik

(political cost) (Watts & Zimmerman, 1986). Tetapi stockholder akan

dirugikan jika manajemen laba digunakan untuk menghasilkan keuntungan

pribadi bagi manajer, seperti untuk menaikkan kompensasi (Healy,1985)

dan mengurangi kemungkinan pemecatan ketika kinerja manajer yang

bersangkutan rendah (Weisbach, 1988). Sedang menurut Sri Sulistyanto

(2008:22) manajemen laba adalah upaya untuk mempermainkan informasi

dalam laporan keuangan dengan menyembunyikan, menunda

pengungkapan, dan mengubah informasi.

2.1.2.2. Motivasi manajemen laba

Hepworth (1953) menyatakan bahwa motivasi manajemen

melakukan praktik manajemen laba adalah ingin memperoleh keuntungan

ekonomis dan psikologis, yaitu untuk mengurangi pajak terutang dan

meningkatkan kepercayaan diri manajer yang bersangkutan. Kepercayaan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2299/3/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan mengenai konsep manajemen laba

14

diri manajer dapat meningkat karena penghasilan yang stabil dapat

mendukung kebijakan deviden yang juga stabil. Selain itu, manajemen

laba dapat meningkatkan hubungan antara manajer dengan karyawan

karena pelaporan laba yang meningkat dapat meningkatkan kemungkinan

kenaikan gaji dan upah.

Healy dan Wahlen (1998) membagi motivasi yang mendasari

manajemen laba dalam tiga kelompok. Pertama, motivasi dari pasar modal

yang ditunjukkan dengan return saham. Kedua, motivasi kontrak yang

dapat berupa kontrak hutang maupun kontrak kompensasi manajemen.

Ketiga, motivasi regulatory berupa motivasi untuk menghindari biaya

politik.

Scott (1997) menyatakan terdapat beberapa faktor yang mendorong

manajer melakukan manajemen laba.

1. Rencana bonus (bonus scheme). Manajer yang bekerja berdasarkan

kontrak bonus akan mengatur laba yang dilaporkan agar bonus yang

diterima maksimal serta dapat memperoleh bonus yang diinginkan di

masa yang akan datang.

2. Kontrak hutang (debt covenant). Perusahaan akan menaikkan laba

agar rasio debt to equity berada pada posisi yang diinginkan.

3. Motivasi politik (political motivation). Perusahaan-perusahaan selama

periode kemakmuran tinggi cenderung melakukan manajemen laba

dengan menurunkan laba untuk mengurangi visibilitasnya, agar dapat

memperoleh kemudahan dan fasilitas dari pemerintah.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2299/3/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan mengenai konsep manajemen laba

15

4. Motivasi pajak (taxation motivation). Perusahaan lebih memilih

metode akuntansi yang dapat menghasilkan laba dilaporkan lebih

rendah, sehingga pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah juga

menjadi lebih rendah.

5. Perubahan Chief Executive Officer (CEO). CEO yang mendekati akhir

jabatannya cenderung melakukan income maximization untuk

meningkatkan bonus mereka.

6. Penawaran saham perdana (IPO). Perusahaan yang akan melakukan

IPO cenderung melakukan income increasing untuk menarik calon

investor.

2.1.2.3. Pola manajemen laba

Menurut Sri Sulistyanto(2008:177) manajemen terbagi ke dalam 3

pola, berupa peningkatan laba, penurunan laba dan perataan laba.

a. Income increasing (peningkatan laba) : upaya perusahaan mengatur

agar laba periode berjalan menjadi lebih tinggi daripada laba

sesungguhnya. Upaya ini dilakukan untuk mempermainkan

pendapatan periode berjalan menjadi lebih tinggi daripada pendapatan

sesungguhnya dan atau biaya periode berjalan menjadi lebih rendah

dari biaya sesungguhnya.

b. Income decreasing (penurunan laba) : upaya perusahaan mengatur

agar laba periode berjalan menjadi lebih rendah daripadz laba

sesungguhnya. Upaya ini dilakukan dengan mempermainkan

pendapatan periode berjalan menjadi lebih rendah daripada

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2299/3/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan mengenai konsep manajemen laba

16

pendapatan sesungguhnya dan atau biaya periode berjalan menjadi

lebih tinggi dari biaya sesungguhnya.

c. Income smoothing (perataan laba) : upaya perusahaan mengatur agar

labanya relatif sama selama beberapa periode. Upaya ini dilakukan

dengan mempermainkan pendapatan dan biaya periode berjalan

menjadi lebih tinggi atau lebih rendah daripada pendapatan atau biaya

yang sesungguhnya.

Bagaimana pola rekayasa yang digunakan sangat tergantung pada

apa yang ingin dicapai oleeh manajer bersangkutan. Manajer bisa

merekayasa labanya menjadi lebih tingi atau lebih rendah daripada

sebelumnya tergantung motivasi apa yang mendasarinya. Demikian juga

apabila manajer merekayasa laba agar cenderung selalu sama selama

beberapa periode sebelumnya.

2.1.2.4. Teknik manajemen laba

Scott (1997) mengemukakan bahwa manajemen laba dapat berupa :

1. Taking a bath : Manajemen melakukan metode taking a bath dengan

mengakui biaya-biaya dan kerugian periode yang akan datang pada

periode berjalan ketika pada periode berjalan terjadi keadaan buruk

yang tidak menguntungkan.

2. Income minimization : Manajer melakukan praktik manajemen laba

berupa income minimization dengan mengakui secara lebih cepat

biaya-biaya, seperti biaya pemasaran, riset dan pengembangan, ketika

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2299/3/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan mengenai konsep manajemen laba

17

perusahaan memperoleh profit yang cukup besar dengan tujuan untuk

mengurangi perhatian politis.

3. Income maximization : Merupakan upaya manajemen untuk

memaksimalkan laba yang dilaporkan.

4. Income smoothing : Merupakan praktik manajemen laba yang

dilakukan dengan menaikkan atau menurunkan laba, dengan tujuan

untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan, sehingga

perusahaan tampak lebih stabil dan tidak beresiko.

2.1.3. Manajemen Akrual

Akrual secara teknis merupakan selisih laba dengan kas. Akrual

merupakan metode akuntansi dimana penerimaan dan pengeluaran diakui

atau dicatat ketika transaksi terjadi, bukan ketika uang kas untuk transaksi

-transaksi tersebut diterima atau dibayarkan. Menurut Harahap (2010: 22)

yang dimaksud dengan akrual adalah: “...penentuan pendapatan dan biaya

dari posisi harta dan kewajiban ditetapkan tanpa melihat apakah transaksi

kas telah dilakukan atau tidak”. Menurut Halim dan Kusufi (2012: 53):

“Akrual adalah suatu basis akuntansi dimana transaksi ekonomi atau

peristiwa lainnya diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan

pada saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas

atau setara kas diterima atau dibayarkan.” Model akuntansi berbasis akrual

menggunakan komponen kas dan akrual dalam laporan keuangan.

Alasannya ada dua macam transaksi yang selama ini biasa dilakukan

perusahaan dalam proses usahanya, yaitu transaksi kas(tunai) maupun

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2299/3/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan mengenai konsep manajemen laba

18

nonkas(nontunai). Komponen kas merupakan komponen yang relatif sulit

untuk direkayasa, sebab komponen ini menunjukkan berapa jumlah kas

yang dirterima perusahaan dalam periode tertentu. Artinya, transaksi

komponen kas harus disertai dengan bukti berupa uang atau setara uang

yang secara fisik ada. Sebaliknya, transaksi akrual merupakan transaksi

yang tidak harus dsertai dengan uang atau sejenisnya.

Manajemen laba berbasis akrual dilakukan karena adanya

keleluasaan kebijakan dari manajemen dalam menentukan suatu praktik

akuntansi. Menurut Sulistyanto (2008) praktik akrual dilakukan dengan

mempermainkan komponen-komponen akrual dalam laporan keuangan,

sebab akrual merupakan komponen yang mudah untuk dipermainkan

sesuai keinginan orang yang melakukan pencatatan dan penyusunan

laporan keuangan,

2.1.3.1. Discretionery Accruals

Praktik laba yang bersifat akrual atau biasa disebut manajemen laba

akrual dapat didentifikasi dengan mengeluarkan komponen kas dari model

akuntansi sehingga di dapat komponen akrual. Komponen akrual atau

dalam model penghitungannya disebut total akrual adalah selisih antara

laba dan arus kas berasal dari aktivitas operasi.

Sahabu (2009) total akrual dapat dibedakan menjadi dua bagian,

yaitu bagian akrual yang memang sewajarnya ada dalam proses

penyususnan laporan keuangan, disebut normal accruals atau non-

discretionary accruals, dan bagian akrual yang merupakan manipulasi data

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2299/3/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan mengenai konsep manajemen laba

19

akuntansi yang disebut dengan abnormal accruals atau discretionary

accruals. Sri Sulistyanto (2008:164) yang dimaksud dengan discretionary

accruals adalah komponen akrual hasil rekayasa manajerial dengan

memanfaatkan kebebasan dan keleluasaan dalam estimasi dan pemakaian

standar akuntansi. Disinilah kelemahan dari dasar akrual yang

menimbulkan peluang untuk menajer untuk melakukan praktik laba

dengan tujuan tertentu. Sedang yang dimaksud dengan non-discretionary

accruals adalah komponen akrual diperoleh secara alamiah dari dasar

pencatatan akrual dengan mengikuti standar akuntansi yang diterima

secara umum (Sri Sulistyanto ,2008:164).

Ada beberapa metode yang bisa dipakai manajer perusahaan untuk

merekayasa besar kecilnya discretionary accruals ini sesuai dengan tujuan

yang ingin dicapainya, misalkan kebebasan menentukan estimasi dan

memilih metode depresiasi aktiva tetap, menentukan estimasi prosentase

jumlah piutang tak tertagih, atau memilih metode penentuan jumlah

persediaan.

2.1.4. Manipulasi aktivitas riil

Manipulasi aktivitas riil ini merupakan teknik manipulasi laba yang

dilakukan oleh manajemen melalui aktivitas perusahaan sehari-hari selama

periode akuntansi. Kegiatan manipulasi aktivitas riil dimulai dari kegiatan

praktek operasional normal, hal ini yang dimotivasi oleh manajer untuk

mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan. Manipulasi aktivitas riil

seringkali disebut sebagai manajemen laba riil. Manipulasi aktivitas riil

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2299/3/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan mengenai konsep manajemen laba

20

dapat didefinisikan sebagai tindakan-tindakan manajemen yang

menyimpang dari praktek bisnis yang normal yang dilakukan dengan

tujuan utama untuk mencapai target laba (Cohen dan Zarowin, 2010).

Menurut Roychowdhury (2006) menyatakan bahwa campur tangan

manajer dalam proses pelaporan keuangan tidak hanya melalui metode-

metode atau estimasi-estimasi akuntansi saja tetapi juga dilakukan melalui

keputusan-keputusan yang berhubungan dengan kegian operasional.

Pengeseran dari manajemen akrual ke manipulasi aktivitas riil ini

menurut Roychowdhury (2006) disebabkan karena:

1. Manipulasi akrual kemungkinan besar akan menarik perhatian auditor

atau regulatory scrutiny dibandingkan dengan keputusan-keputusan

riil, seperti yang dihubungkan dengan penetapan harga dan produksi.

2. Mengandalkan pada manipulasi akrual saja membawa resiko.

Realisasi akhir tahun yag defisit antara laba yang tidak dimanipulasi

dengan target laba yang diinginkan dapat melebihi jumlah yang

dimungkinkan untuk memanipulasi akrual setelah akhir periode

fiskal.jika laba dilaporka turun dari target hal ini menjadi lemah.

Dengan demikian melakukan praktek manipulasi melalui aktivitas

riil merupakan jalan aman dalam mencapai target laba. Graham et al.

(2005) memberikan bukti pendukung bahwa para manjer menyukai

manajemen laba riil dibanding manajemen laba akrual, karena aktivitas

manajemen laba riil sulit dibedakan dari keputusan bisnis optimal dan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2299/3/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan mengenai konsep manajemen laba

21

lebih sulit diseleksi, meskipun biaya-biaya yang digunakan dalam aktivitas

tersebut secara ekonomik signifiksn bagi perusahaan.

Manajemen laba riil dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara yaitu:

1. Manipulasi penjualan. Manipulasi penjualan merupakan usaha untuk

meningkatkan penjualan secara temporer dalam periode tertentu

dengan menawarkan diskon harga produk secara berlebihan atau

memberikan persyaratan kredit yang lebih lunak. Strategi ini dapat

meningkatkan volume penjualan dan laba periode saat ini, dengan

mengasumsikan marginnya positif. Namun pemberian diskon harga

dan syarat kredit yang lebih lunak akan menurunkan aliran kas periode

saat ini.

2. Penurunan beban-beban diskresionari (dicretionary expenditures).

Perusahaan dapat menurunkan discretionary expenditures seperti

beban penelitian dan pengembangan, iklan, dan penjualan,

adminstrasi, dan umum terutama dalam periode di mana pengeluaran

tersebut tidak langsung menyebabkan pendapatan dan laba. Strategi

ini dapat meningkatkan laba dan arus kas periode saat ini namun

dengan resiko menurunkan arus kas periode mendatang.

3. Produksi yang berlebihan (overproduction). Untuk meningkatkan

laba, manajer perusahaan dapat memproduksi lebih banyak daripada

yang diperlukan dengan asumsi bahwa tingkat produksi yang lebih

tinggi akan menyebabkan biaya tetap per unit produk lebih rendah.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2299/3/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan mengenai konsep manajemen laba

22

Strategi ini dapat menurunkan kos barang terjual (cost of goods sold)

dan meningkatkan laba operasi.

Manajemen laba riil merupakan penyimpangan dari praktek

operasional perusahaan yang normal. Ketiga cara manipulasi aktivitas riil

di atas mungkin merupakan keputusan yang optimal dalam kondisi

ekonomi tertentu. Namun, jika manajer melakukan aktivitas- aktivitas

tersebut secara lebih intensif daripada yang optimal dengan tujuan

mencapai target laba, maka tindakan tersebut dapat didefinisikan sebagai

teknik manajemen laba (Roychowdhury, 2006; Cohen et al., 2008; Cohen

dan Zarowin, 2010) .

Ketiga cara manipulasi aktivitas riil di atas biasanya dilakukan oleh

perusahaan-perusahan dengan kinerja yang buruk sehingga tidak banyak

memiliki akrual untuk dimanipulasi. Satu-satunya cara adalah dengan

manipulasi aktivitas riil tersebut terutama untuk mencapai laba sedikit di

atas nol. Dengan ketiga cara di atas perusahaan-perusahaan yang diduga

(suspect) melakukan manipulasi aktivitas riil akan mempunyai abnormal

cash flow operations (CFO) dan abnormal discretionary expenses yang

lebih kecil serta abnormal production cost yang lebih besar dibandingkan

perusahaan-perusahaan lain.

2.1.5. Pergeseran Klasifikasi

Classification shifting merupakan alat manajemen laba yang lain

diluar manajemen akrual dan manipulai aktivitas ekonomi riil.

Classification shifting adalah kesalahan klasifikasi items di dalam laporan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2299/3/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan mengenai konsep manajemen laba

23

laba rugi. Classification shifting dapat juga diartikan menggeser atau

merubah biaya inti/core expenses (harga pokok penjualan, dan biaya

penjualan, serta biaya umum dan administrasi) ke special items.

Pergerakan vertikal dari biaya tidak akan mengubah bottom line earnings,

tetapi core earnings akan overstatement. Para manajer dalam

memaksimumkan pelaporan kinerja akan menurunkan biaya atau akan

menaikkan pendapatan dalam laporan laba rugi untuk menyajikan suatu

gambaran yang tidak sesuai dengan kenyataan ekonomi. Classification

shifting berbeda dengan manajemen akrual dan manipulasi aktivitas

ekonomi riil dalam beberapa hal. Pertama classification shifting tidak

mengubah laba GAAP, dan yang kedua adalah classification shifting

memudahkan analisis dengan mengelompokkan items yang mempunyai

karakteristik serupa. Selain terdapat perbedaan antara manajemen akrual

dan manipulasi aktivitas ekonomi riil dengan classification shifting,

terdapat pula persamaan di antara ketiga metode manajemen laba tersebut,

yaitu: sama–sama mempunyai harapan yang tinggi terhadap kinerja masa

depan. Untuk metode classification shifting, penelitian ini memusatkan

pada alokasi biaya antara biaya inti (harga pokok penjualan, dan biaya

penjualan, serta biaya umum dan administrasi) dan special items, metode

classification shifting dilakukan dengan pengujian atas core earnings dan

special items. Mc Vay (2006) dan Pratama dan Rahmawati (2007) telah

menguji classification shifting (pengujian atas core earnings dan special

items) sebagai alat manajemen laba. Mc Vay melakukan pengamatan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2299/3/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan mengenai konsep manajemen laba

24

terhadap 76.901 perusahaan dari tahun 1989 sampai tahun 2003. Mc Vay

(2006) membagi core earnings perusahaan menjadi dua, yaitu: expected

dan unexpected komponen, yang disajikan dalam model expected core

earnings serupa dengan model akrual Jones (1991), sedangkan Pratama

dan Rahmawati (2007) menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI.

Penelitian-penelitian tersebut menemukan bahwa unexpected core

earnings (reported core earnings less predicted core earnings) meningkat

di dalam special items. Asosiasi ini konsisten dengan para manajer yang

mengklasifikasikan core expenses sebagai special items, peningkatan ini

terjadi pada core earnings dan income decreasing special items. Di dalam

penelitiannya mengenai alat manajemen laba classification shifting

(pengujian atas core earnings dan special items), penelitian tersebut

menguji apakah para manajer mengklasifikasikan core expenses sebagai

special items dan apakah special items mempunyai pengaruh terhadap core

earnings. Penelitian-penelitian tersebut mengenai classification shifting

(pengujian atas core earnings dan special items) memusatkan pada alokasi

biaya antara core expenses (harga pokok penjualan, dan biaya penjualan,

serta biaya umum dan administrasi) dan special items. Penelitian mengenai

classification shifting (pengujian atas core earnings dan special items)

karena jarang ada peneliti yang mengangkat tema mengenai classification

shifting, kebanyakan dari mereka meneliti alat manajemen laba yang sudah

sering diangkat dalam penelitian dan umumnya banyak digunakan oleh

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2299/3/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan mengenai konsep manajemen laba

25

para manajer, yaitu: manajemen akrual dan manipulasi aktivitas ekonomi

riil secara parsial-parsial. Sebenarnya classification shifting (pengujian

atas core earnings dan special items) tidak kalah bagus dengan alat

manajemen laba yang lain, bahkan clssification shifting mempunyai

beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan alat manajemen laba yang

lain, tetapi mengapa sangat jarang ada peneliti yang mengangkat tema

classification shifting sebagai objek penelitiannya. Oleh karena itu,

penelitian ini lebih memilih classification shifting (pengujian atas core

earnings dan special items) sebagai objek penelitiannya dibandingkan

dengan alat manajemen laba yang lain yang sudah sering dijadikan objek

penelitian, semisal: manajemen akrual dan manipulasi aktivitas ekonomi

riil. Selain itu, penelitian ini memberikan gambaran kepada kita bahwa

para manajer dalam kenyataanya selalu ingin memperlihatkan core

earnings perusahaan yang tinggi dengan menggeser atau merubah biaya

yang seharusnya biaya tersebut diklasifikasikan sebagai core expenses

akan tetapi biaya tersebut akhirnya dimasukkan ke special items.

2.1.5.1. Core Earnings

Yang dimaksud dengan core earnings di sini adalah laba yang

dihitung atau diperoleh dari penjualan dikurangi harga pokok penjualan

dikurangi biaya penjualan dan biaya umum dan adminstrasi, di mana harga

pokok penjualan dan biaya penjualan, serta biaya umum dan administrasi

tidak termasuk depresiasi dan amortisasi.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2299/3/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan mengenai konsep manajemen laba

26

2.1.5.2. Special Items

Special items didefinisikan sebagai pos - pos material yang jarang

muncul, yang secara signifikan berbeda dengan aktivitas bisnis utama

perusahaan. Special items adalah kejadian dan transaksi yang dibedakan

oleh sifatnya yang tidak biasa atau khusus dan oleh kejarangan terjadinya.

Kriteria untuk special items adalah sebagai berikut:

a. Bersifat tidak biasa

Kejadian atau transaksi yang mendasari harus memiliki tingkat

abnormalitas yang tinggi dan merupakan jenis yang jelas tidak

berhubungan, atau hanya bersifat insidentil berkaitan dengan aktivitas

normal dan umum perusahaan, dengan memperhitungkan lingkungan di

mana perusahaan beroperasi.

b. Kejarangan terjadinya

Kejadian atau transaksi yang mendasari harus merupakan jenis yang tidak

diharapkan akan terjadi kembali di masa mendatang, dengan

memperhitungkan lingkungan di mana perusahaan beroperasi.

2.1.6. Reaksi Pasar

Penelitian studi peristiwa meneliti reaksi pasar karena terdapat

suatu peristiwa. Pasar akan bereaksi pada peristiwa yang mengandung

informasi. Suatu peristiwa dapat diibaratkan sebagai suatu kejutan

(surprise) atau sesuatu yang tidak diharapkan (unexpected). Semakin besar

kejutannya, semakin besar reaksi pasarnya. Reaksi pasar dari suatu

peristiwa diproksikan dengan abnormal return. Abnormal return yang

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2299/3/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan mengenai konsep manajemen laba

27

bernilai nol menunjukkan bahwa pasar tidak bereaksi terhadap peristiwa

yang terjadi. Jika pasar bereaksi terhadap peristiwa yang terjadi, maka

akan diperoleh abnormal return signifikan berbeda dengan nol. Tanda dari

abnormal return positif atau negatif menunjukkan arah reaksi pasar terjadi

akibat kabar baik atau buruk. Peristiwa kabar baik diharapkan akan

direaksi secara positif oleh pasar, begitu juga sebaliknya kabar buruk akan

direaksi secara negatif oleh pasar.

Suatu peristiwa atau informasi dianggap sebagai kabar baik atau

kabar buruk dihubungkan dengan nilai ekonomis yang dikandungnya. Jika

suatu peristiwa atau informasi mengandung nilai ekonomis meningkatkan

nilai perusahaan, maka dikategorikan sebagai kabar baik. Jika peristiwa

tersebut mengandung nilai ekonomis menurunkan nilai perusahaan, maka

termasuk sebagai kabar buruk.

Selain menggunakan abnormal return, reaksi pasar juga dapat

ditunjukkan dengan adanya perubahan volume perdagangan saham yang

diukur dengan trading volume activity (TVA). Dengan menggunakan

volume perdagangan saham, maka dapat dikatakan bahwa suatu

pengumuman yang mengandung informasi mengakibatkan tingkat

permintaan saham akan lebih tinggi daripada tingkat penawaran saham

sehingga volume perdagangan saham mengalami peningkatan. Sebaliknya,

jika pengumuman tidak mengandung informasi maka tingkat permintaan

saham akan lebih rendah dibandingkan tingkat penawaran saham sehingga

volume perdagangan saham mengalami penurunan.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2299/3/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan mengenai konsep manajemen laba

28

Semakin cepat informasi baru tercermin pada harga sekuritas,

semakin efisien pasar modal tersebut maka akan sangat sulit bagi para

pemodal untuk memperoleh tingkat keuntungan diatas normal secara

konsisten dengan melakukan transaksi perdagangan di bursa efek.

Efisiensi dalam artian ini sering juga disebut sebagai efisiensi pasar secara

informasi yaitu bagaimana pasar bereaksi terhadap informasi yang tersedia

(Hartono, 2008). Jadi harga saham yang berlaku di pasar modal sudah

merefleksikan semua informasi yang terjadi. Perubahan keyakinan

investor atas informasi disebut juga dengan reaksi pasar yang berkaitan

dengan konsep pasar efisien (Efficient markets hypothesis). Umumnya

reaksi pasar ditunjukkan oleh perubahan harga saham melebihi kondisi

normal sehingga menimbulkan return yang tidak normal atau abnormal

return. Dengan demikian, return dapat menggambarkan reaksi investor

terhadap adanya informasi. maka kondisi pasar seperti ini disebut dengan

pasar efisien (Hartono, 2010: 517).

Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari

sekuritas yang bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan

menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan

menggunakan abnormal return. Jika digunakan abnormal return, maka

dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman yang mempunyai kandungan

informasi akan memberikan abnormal return kepada pasar. Sebaliknya

return yang tidak mengandung informasi tidak memberikan abnormal

return kepada pasar.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2299/3/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan mengenai konsep manajemen laba

29

2.1.6.1. Abnormal Return

Abnormal return merupakan salah satu indikator yang dapat

dipakai guna melihat keadaan pasar yang sedang terjadi. Efisiensi pasar

diuji dengan melihat return tidak normal (abnormal return) yang terjadi.

Pasar dikatakan tidak efisien jika satu atau beberapa pelaku pasar dapat

menikmati return yang tidak normal dalam jangka waktu yang cukup lama.

(Hartono, 2009) mendefinisikan Abnormal return atau excess return

sebagai selisih antara actual return dan expected return. Abnormal return

akan positif jika return yang didapatkan lebih besar dari return yang

diharapkan. Sedangkan abnormal return akan negatif jika return yang

didapatkan lebih kecil dari return yang diharapkan.

a) Return Realisasi (Actual return). Tujuan investor berinvestasi adalah

memaksimalkan return, tanpa melupakan faktor resiko investasi yang

harus dihadapinya. Menurut Tandelilin (2001: 47) return merupakan

salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga

merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung resiko atas

imbalannya.

b) Return yang diharapkan (Expected return). Menurut Brown dan

Warner (1985) dalam Hartono (2008: 550) return ekspektasi (expected

return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa

mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah

terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi. Untuk menghitung

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2299/3/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan mengenai konsep manajemen laba

30

expected return dapat menggunakan model estimasi mean-adjusted

model, market model, dan market adjusted model.

1. Model disesuaikan rata-rata (mean adjusted model) menganggap

bahwa return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan rata-rata

return realisasi sebelumnya selama periode estimasi. Return yang

diharapkan dihitung dengan cara membagi return realisasi suatu

perusahaan pada periode estimasi dengan lamanya periode estimasi.

2. Model pasar (market model), perhitungan return ekspektasi dilakukan

dengan dua tahap yaitu membentuk model ekspektasi dengan

menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan

menggunakan model ekspektasi ini untuk mengestimasi return

ekspektasi selama periode window. Model ekspektasi dihitung dengan

menjumlahkan nilai ekspektasi return yang tidak dipengaruhi oleh

perubahan pasar, tingkat keuntungan indeks pasar, dan bagian return

yang tidak dipengaruhi oleh perubahan pasar.

3. Model disesuaikan pasar (market adjusted model) menganggap bahwa

penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas

adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Periode estimasi tidak

perlu digunakan untuk membentuk model estimasi, karena return

sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar.

2.2. Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian sebelumnya mengenai pengaruh

manajemen laba berbasis akrual, manipulasi aktivitas riil, dan pergeseran

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2299/3/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan mengenai konsep manajemen laba

31

klasifikasi terhadap reaksi pasar, dimana nantinya penelitian-penelitian

tersebut akan dijadikan referensi oleh peneliti. Beberapa penelitian

tersebut antara lain :

1. Roychowdhury (2006) mengenai Earnings Management Through Real

Activities Manipulation. Hasil penelitan tersebut adalah aktivitas

manajemen laba melalui manipulasi aktivitas riil berpengaruh negatif

terhadap arus kas kegiatan operasi.

2. Rahmawati, Anastasia Riana Suprapti, dan Sri Seventi (2007)

mengenai Model Strategi Manajemen Laba Pada Perusahaan Publik

Di Bursa Efek Indonesia : Suatu Pemeriksaan Pergeseran Klasifikasi

Serta Dampaknya Terhadap Kinerja Saham, Pemilihan Metoda

Akuntansi, Dan Pengaturan Waktu Transaksi. Hasil peneltian tersebut

adalah 1) investor tidak bereaksi terhadap strategi manajemen laba

pergeseran klasifikasi. 2) strategi manajemen laba pemilihan metoda

akuntansi dan pengaturan waktu transaksi berpengaruh terhadap

akrual diskresioner.

3. Annisaa’Rahman dan Yanthi Hutagaol (2008) mengenai Manajemen

Laba Melalui Akrual dan Aktivitas Real Pada Penawaran Perdana dan

Hubungannya dengan Kinerja Jangka Panjang. Hasil penelitian

tersebut adalah manajemen laba melalui akrual terbukti

mempengaruhi kinerja pasar dalam jangka pendek. Kemampuan

manajemen laba memprediksi kinerja saham dalam jangka waktu yang

lebih panjang menjadi menurun. Penelitian ini juga tidak menemukan

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2299/3/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan mengenai konsep manajemen laba

32

perbedaan kinerja saham pada setiap jangka waktu yang disebabkan

oleh praktek manajemen laba yang konservatif dan agresif.

4. Zirman dan Lily (2009) mengenai Pengaruh Manajemen Laba

Terhadap Abnormal Return. Hasil penelitian tersebut adalah 1) Akrual

diskresioner (manajemen akrual) berpengaruh negatif terhadap

abnormal return. 2) Arus kas operasi (manipulasi aktivitas riil)

berpengaruh negatif terhadap abnormal return.

5. Dwi Ratmono (2010) mengenai Manajemen Laba Riil dan Berbasis

Akrual: Dapatkah Auditor yang Berkualitas Mendeteksinya?. Hasil

penelitian tersebut adalah manajer lebih cenderung memilih

memanipulasi laba melalui akitivitas riil daripada pengaturan akrual.

6. Equivalent Armando dan Aria Farahmita (2011) mengenai

Manajemen Laba Melalui Akrual dan Aktivtas Riil di Sekitar

Penawaran Saham Tambahan dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja

Perusahaan. Hasil penelitan tersebut adalah manajemen laba melalui

kebijakan akrual yang dilakukan perusahaan tidak berpengaruh

signifikan terhadap kinerja perusahaan. Diduga dampak manajemen

laba akrual terhadap kinerja perusahaan belum terlihat dalam satu

tahun pengamatan pasca SEO.

7. Koyuimirsa (2011) mengenai Dampak Manajemen Laba Akrual dan

Manajemen Laba Riil Terhadap Kinerja Pasar. Hasil penelitan

tersebut adalah adanya hubungan positif antara perusahaan yang

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2299/3/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan mengenai konsep manajemen laba

33

cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas

operasi terhadap kinerja pasar.

8. Maria Arunjati (2011) mengenai Manajemen Laba Melalui

Manipulasi Aktivitas Riil Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

di BEI. Hasil penelitan tersebut adalah sebagian besar perusahaan

manufaktur menerapkan manajemen laba dengan cara memanipulasi

aktivitas riil melalui arus kas operasi dan biaya diskresioner.

9. Nurainun Bangun dan Priska Dwicahya Safei (2011) mengenai

Pengaruh Manajemen Laba terhadap Return Saham pada perusahaan

yang diaudit oleh KAP Big Four dan Non-Big Four. Hasil penelitan

tersebut adalah secara parsial maupun simultan terapat pengaruh yang

signifikan antara manajemen laba dengan return saham pada

perusahaan yang diaudit oleh KAP Big Four maupun Non- Big Four

walaupun arah pengaruhnya berlawanan.

10. Sri Hastuti (2011) mengenai Titik Kritis Manajemen Laba Pada

Perubahan Tahap Life Cycle Perusahaan : Analisis Manajemen Laba

Riil Dan Manajemen Laba Akrual. Hasil penelitan tersebut adalah

perusahaan-perusahaan yang berada pada titik kritis growth-mature

dan mature-stagnant memilih discretionary accrual yang menaikkan

laba. Namun, penelitian ini tidak dapat membuktikan bahwa

perusahaan-perusahaan yang berada pada titik kritis growth-mature

dan mature-stagnant melakukan manajemen laba riil.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2299/3/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan mengenai konsep manajemen laba

34

11. Eka Hariyani (2012) mengenai Pengaruh Manipulasi Aktivitas Riil

Terhadap Profitabilitas Perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Indonesia.

Hasil penelitan tersebut adalah 1) Terdapat manipulasi aktivitas riil

pada perusahaan LQ 45 yang dilakukan melalui arus kas operasi

karena arus kas operasi menunjukan 24 nilai rendah dibawah 0 rerata.

2) Tidak terdapat pengaruh manipulasi aktivitas riil terhadap

profitabilitas perusahaan LQ 45. 3) Perusahaan yang melakukan

manipulasi aktivitas riil menunjukan lebih rendah profitabilitasnya

dibandingkan dengan profitabilitas perusahaan yang tidak melakukan

manipulasi aktivitas riil.

12. Ferdiansyah dan Dian Purnamasari (2012) mengenai Pengaruh

Manajemen Laba Terhadap Return Saham Dengan Kecerdasan

Investor Sebagai Variabel Moderating. Hasil penelitan tersebut adalah

manajemen laba berpengaruh positif dan signifikan terhadap return

saham, sedangkan manajemen laba berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap return saham ketika mempertimbangkan kecerdasan investor

sebagai variabel moderating.

13. Reza Anggraini (2014) mengenai Dampak Manipulasi Aktivitas Riil

Melalui Arus Kas Operasi Terhadap Kinerja Pasar. Hasil penelitian

tersebut adalah manipulasi aktivitas riil melalui arus kas operasi tidak

berpengaruh terhadap kinerja pasar.

14. Rizal Dewangga Phalevi (2015) mengenai Pengaruh Manajemen Laba

Berbasis Akrual dan Manipulasi Aktivitas Riil Terhadap Return

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2299/3/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan mengenai konsep manajemen laba

35

Saham. Hasil penelitian tersebut adalah 1) Terdapat pengaruh positif

manajemen laba berbasih akrual terhadap return saham. 2) Terdapat

pengaruh positif manipulasi aktivitas riil terhadap return saham.

15. Elsa Imelda dan Agnes Palauw (2015) mengenai Analisis Manajemen

Laba Melalui Akrual Diskresioner Dan Manipulasi Aktivitas Riil Pada

Penawaran Publik Perdana Dan Efeknya Terhadap Kinerja Pasar

Jangka Panjang. Hasil penelitian ini adalah perusahaan memilih

melakukan manajemen laba melalui akrual diskresioner daripada

manipulasi aktivitas riil saat IPO dan perbedaan ini menjadi lebih

kecil cenderung kebalikannya.

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Peneliti dan

Tahun

Judul Metode

Analisis

Hasil Penelitian

1 Roychowdhury

(2006)

Earnings

Management

Through Real

Activities

Manipulation

Regresi

Linear

Sederhana

Aktivitas manajemen

laba melalui manipulasi

aktivitas riil

berpengaruh negatif

terhadap arus kas

kegiatan operasi

2 Rahmawati,

Anastasia

Model Strategi

Manajemen Laba

Regresi

Linear

1. strategi manajemen

laba pergeseran

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2299/3/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan mengenai konsep manajemen laba

36

Riana Suprapti,

dan Sri Seventi

(2007)

Pada Perusahaan

Publik Di Bursa

Efek Indonesia :

Suatu

Pemeriksaan

Pergeseran

Klasifikasi Serta

Dampaknya

Terhadap Kinerja

Saham, Pemilihan

Metoda

Akuntansi, Dan

Pengaturan Waktu

Transaksi

Berganda klasifikasi tidak

berpengaruh

terhadap kinerja

saham.

2. strategi manajemen

laba pemilihan

metoda akuntansi

dan pengaturan

waktu transaksi

berpengaruh

terhadap akrual

diskresioner.

3 Annisaa’Rahm

an dan Yanthi

Hutagaol

(2008)

Manajemen Laba

Melalui Akrual

dan Aktivitas Real

Pada Penawaran

Perdana dan

Hubungannya

dengan Kinerja

Jangka Panjang.

Regresi

Linear

Berganda

Manajemen laba

melalui akrual terbukti

mempengaruhi kinerja

pasar dalam jangka

pendek. Kemampuan

manajemen laba

memprediksi kinerja

saham dalam jangka

waktu yang lebih

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2299/3/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan mengenai konsep manajemen laba

37

panjang menjadi

menurun. Penelitian ini

juga tidak menemukan

perbedaan kinerja

saham pada setiap

jangka waktu yang

disebabkan oleh praktek

manajemen laba yang

konservatif dan agresif.

4 Zirman dan

Lily (2009)

Pengaruh

Manajemen Laba

Terhadap

Abnormal Return

Regresi

Linear

Berganda

1. Akrual diskresioner

(manajemen

akrual)

berpengaruh

negatif terhadap

abnormal return.

2. Arus kas operasi

(manipulasi

aktivitas riil)

berpengaruh

negatif terhadap

abnormal return.

5 Dwi Ratmono Manajemen Laba Regresi manajer lebih

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2299/3/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan mengenai konsep manajemen laba

38

(2010) Riil dan Berbasis

Akrual: Dapatkah

Auditor yang

Berkualitas

Mendeteksinya?

Linear

Berganda

cenderung memilih

memanipulasi laba

melalui akitivitas riil

daripada pengaturan

akrual.

6 Equivalent

Armando dan

Aria Farahmita

(2011)

Manajemen Laba

Melalui Akrual

dan Aktivtas Riil

di Sekitar

Penawaran Saham

Tambahan dan

Pengaruhnya

Terhadap Kinerja

Perusahaan

Regresi

Linear

Berganda

manajemen laba

melalui kebijakan

akrual yang dilakukan

perusahaan tidak

berpengaruh signifikan

terhadap kinerja

perusahaan

7 Koyuimirsa

(2011)

Dampak

Manajemen Laba

Akrual dan

Manajemen Laba

Riil Terhadap

Kinerja Pasar

Regresi

Linear

Berganda

adanya hubungan

positif antara

perusahaan yang

cenderung melakukan

manipulasi aktivitas riil

melalui arus kas operasi

terhadap kinerja pasar.

8 Maria Arunjati Manajemen Laba Regresi sebagian besar

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2299/3/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan mengenai konsep manajemen laba

39

(2011) Melalui

Manipulasi

Aktivitas Riil

Pada Perusahaan

Manufaktur yang

Terdaftar di BEI.

Linear

Berganda

perusahaan manufaktur

menerapkan

manajemen laba dengan

cara memanipulasi

aktivitas riil melalui

arus kas operasi dan

biaya diskresioner

9 Nurainun

Bangun dan

Priska

Dwicahya

Safei (2011)

Pengaruh

Manajemen Laba

terhadap Return

Saham pada

perusahaan yang

diaudit oleh KAP

Big Four dan

Non-Big Four

Regresi

Linear

Berganda

secara parsial maupun

simultan terapat

pengaruh yang

signifikan antara

manajemen laba dengan

return saham pada

perusahaan yang diaudit

oleh KAP Big Four

maupun Non- Big Four

walaupun arah

pengaruhnya

berlawanan

10 Sri Hastuti

(2011)

Titik Kritis

Manajemen Laba

Pada Perubahan

Tahap Life Cycle

Regresi

Linear

Berganda

perusahaan-perusahaan

yang berada pada titik

kritis growth-mature

dan mature-stagnant

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2299/3/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan mengenai konsep manajemen laba

40

Perusahaan :

Analisis

Manajemen Laba

Riil Dan

Manajemen Laba

Akrual

memilih discretionary

accrual yang menaikkan

laba. Namun, penelitian

ini tidak dapat

membuktikan bahwa

perusahaan-perusahaan

yang berada pada titik

kritis growth-mature

dan mature-stagnant

melakukan manajemen

laba riil.

11 Eka Hariyani

(2012)

Pengaruh

Manipulasi

Aktivitas Riil

Terhadap

Profitabilitas

Perusahaan LQ 45

di Bursa Efek

Indonesia.

Regresi

Linear

Berganda

1. Terdapat

manipulasi

aktivitas riil

pada perusahaan

LQ 45 yang

dilakukan

melalui arus kas

operasi karena

arus kas operasi

menunjukan 24

nilai rendah

dibawah 0

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2299/3/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan mengenai konsep manajemen laba

41

rerata.

2. Tidak terdapat

pengaruh

manipulasi

aktivitas riil

terhadap

profitabilitas

perusahaan LQ

45.

3. Perusahaan

yang melakukan

manipulasi

aktivitas riil

menunjukan

lebih rendah

profitabilitasnya

dibandingkan

dengan

profitabilitas

perusahaan yang

tidak melakukan

manipulasi

aktivitas riil.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2299/3/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan mengenai konsep manajemen laba

42

12 Ferdiansyah

dan Dian

Purnamasari

(2012)

Pengaruh

Manajemen Laba

Terhadap Return

Saham Dengan

Kecerdasan

Investor Sebagai

Variabel

Moderating

Regresi

Linear

Berganda

manajemen laba

berpengaruh positif dan

signifikan terhadap

return saham,

sedangkan manajemen

laba berpengaruh

negatif dan signifikan

terhadap return saham

ketika

mempertimbangkan

kecerdasan investor

sebagai variabel

moderating

13 Reza Anggraini

(2014)

Dampak

Manipulasi

Aktivitas Riil

Melalui Arus Kas

Operasi Terhadap

Kinerja Pasar

Regresi

Linear

Berganda

manipulasi aktivitas riil

melalui arus kas operasi

tidak berpengaruh

terhadap kinerja pasar

14 Rizal

Dewangga

Phalevi (2015).

Pengaruh

Manajemen Laba

Berbasis Akrual

Regresi

Linear

Berganda

1. Terdapat pengaruh

positif manajemen

laba berbasih

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2299/3/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan mengenai konsep manajemen laba

43

dan Manipulasi

Aktivitas Riil

Terhadap Return

Saham

akrual terhadap

return saham.

2. Terdapat pengaruh

positif manipulasi

aktivitas riil

terhadap return

saham

15 Elsa Imelda

dan Agnes

Palauw (2015)

Analisis

Manajemen Laba

Melalui Akrual

Diskresioner Dan

Manipulasi

Aktivitas Riil

Pada Penawaran

Publik Perdana

Dan Efeknya

Terhadap Kinerja

Pasar Jangka

Panjang

Regresi

Linear

Berganda

perusahaan memilih

melakukan manajemen

laba melalui akrual

diskresioner daripada

manipulasi aktivitas riil

saat IPO dan perbedaan

ini menjadi lebih kecil

cenderung

kebalikannya.

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2299/3/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan mengenai konsep manajemen laba

44

Dari beberapa penelitian yang telah dipaparkan di atas terdapat

beberapa perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan antara lain :

1. Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen

laba akrual , manipulasi aktivitas riil, pergeseran klasifikasi dan

reaksi pasar.

2. Studi kasus penelitian

Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah perusahaan

manufaktur sektor food and beverages yang terdaftar di BEI .

3. Tahun penelitian

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini data dengan kurun

waktu tahun 2010 sampai dengan 2015.

2.3. Kerangka Pemikiran

Kerangka penelitian ini didasarkan pada hubungan manajemen laba

dengan reaksi pasar. Dimana manajemen laba pada penelitian ini dipecah

menjadi tiga model strategi yaitu manajemen laba berbasis akrual,

manajemen laba manipulasi aktivitas riil, dan manajemen laba pergeseran

klasifikasi. Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu yang menganalisis

pengaruh manajemen laba terhadap rekasi pasar, maka model empiris

daripenelitian ini digambarkan sebagai berikut :

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2299/3/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan mengenai konsep manajemen laba

45

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Teoritis

2.4. Pengembangan Hipotesis

2.4.1. Manajemen laba akrual terhadap reaksi pasar

Berdasarkan kenyataan yang ada, investor dan calon investor

cenderung memperhatikan laba yang terdapat dalam laporan keuangan

tanpa memperhatikan bagaimana laba tersebut didapatkan. Oleh karena itu,

informasi laba memainkan peranan penting dalam proses pengambilan

Reaksi Pasar

Strategi Manajemen Laba

Pergeseran Klasifikasi

Strategi Manajemen Laba

Manipulasi Aktivitas Riil

Strategi Manajemen Laba

Pergeseran Klasifikasi

Strategi Manajemen Laba

Manajemen Akrual

Manajemen Laba

Manipulasi Aktivitas Riil

Manajemen Laba

Pergeseran Klasifikasi

Manajemen Laba Akrual

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2299/3/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan mengenai konsep manajemen laba

46

keputusan oleh pemakai laporan keuangan. Situasi ini disadari oleh

manajemen terutama dari kalangan manajemen yang kinerjanya diukur

berdasarkan informasi tersebut, sehingga mendorong timbulnya

disfunctional behaviour. Manajemen selaku pengelola perusahaan

mempunyai informasi tentang perusahaan lebih banyak dan lebih dahulu

daripada pemilik perusahaan, sehingga menimbulkan asimetri informasi

yang memungkinkan pihak manajemen melakukan manajemen laba untuk

mencapai suatu kinerja tertentu. Subramanyan (1996) dalam Ardiati

(2003) membagi laba menjadi tiga komponen, yaitu arus kas operasi, non-

discretionary accruals, dan discretionary accruals bahwa ketiga

komponen tersebut direspon oleh pasar saham. Pemilihan discretionary

accruals oleh perusahaan dapat menyebabkan terjadinya kenaikan maupun

penurunan laba, sehingga membuat investor akan merespon harga pasar

saham. Selain itu, menurut Subramanyam (1996) apabila pasar dapat

membedakan discretionary accruals yang bersifat oportunis dan efisien

maka discretionary accruals yang oportunis akan berhubungan negatif

dengan return saham dan discretionary accruals yang efisien akan

berhubungan positif dengan return saham. Manajemen laba yang

dilakukan manajer dengan mengatur angka-angka laba yang dilaporkan

agar sesuai kepentingan pribadinya maupun kepentingan perusahaan. Hal

ini dapat menyesatkan investor dalam mengestimasi return yang

diharapkan. Jika investor mengetahui adanya praktek manajemen laba

yang dilakukan perusahaan dan mengetahui kondisi perusahaan yang

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2299/3/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan mengenai konsep manajemen laba

47

sesungguhnya, yang lebih baik bahkan lebih buruk dari kondisi perusahaan

yang dilaporkan, maka mereka akan cenderung merespon harga pasar

saham dan diikuti dengan koreksi harga saham.

H1: Manajemen laba akrual berpengaruh terhadap reaksi pasar

2.4.2. Manajemen laba manipulasi aktivitas rill terhadap reaksi pasar

Manajemen laba riil merupakan manipulasi yang dilakukan oleh

manajemen melalui aktivitas perusahaan sehari-hari selama periode

akuntansi. Teknik yang dapat dilakukan dalam manajemen laba riil antara

lain manajemen penjualan, overproduction, dan pengurangan biaya

diskresioner. Ratmono (2010) menjelaskan perusahaan yang melakukan

manajemen laba riil mempunyai paling tidak salah satu dari tiga indikator

manajemen laba riil yaitu arus kas operasi abnormal, biaya produksi

abnormal dan biaya diskresioner abnormal. Motivasi manajemen

melakukan manajemen laba riil karena adanya tekanan maupun dorongan

manajemen untuk meningkatkan laba jangka pendek serta rendahnya fokus

manajemen terhadap rencana jangka panjang perusahaan. Perilaku

oportunis manajemen memfokuskan kepada aktivitas-aktivitas yang dapat

mempengaruhi laba, yaitu dengan manajemen laba riil melalui ketiga

aktivitas yaitu manajemen penjualan, overproduction, dan pengurangan

biaya diskresioner. Manajemen penjualan yang menyebabkan volume

penjualan meningkat dapat menyebabkan laba periode berjalan tinggi,

namun arus kas masuk kecil karena akibat diskon berlebihan dan penjualan

kredit. Overproduction yang dilakukan untuk mencapai permintaan yang

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2299/3/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan mengenai konsep manajemen laba

48

diharapkan juga akan meingkatkan laba, tetapi arus kas operasi perusahaan

lebih rendah daripada tingkat penjualan normal. Pengurangan biaya

diskresioner dapat juga meningkatkan laba periode berjalan dan

meningkatkan arus kas operasi perusahaan. Namun jika pengurangan biaya

diskresioner tanpa pertimbangan yang tepat maka akan berakibat buruk

terhadap laba masa depan. Dapat disimpulkan jika manajemen melakukan

manajemen laba riil maka perusahaan akan meningkatkan laba yang akan

meningkatkan kinerja perusahaan, jika kinerja perusahaan meningkat maka

harga saham akan meningkat sehingga kinerja pasar akan meningkat.

H2: Manajemen laba manipulasi aktivitas riil berpengaruh terhadap reaksi

pasar

2.4.3. Manajemen laba pergeseran klasifikasi terhadap reaksi pasar

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mc Vay (2006) dan Pratama

dan Rahmawati (2007) menunjukkan bahwa special items mempunyai

pengaruh terhadap core earnings, dan para manajer mengklasifikasikan

core expenses sebagai special items serta para manajer mengklasifikasikan

more core expenses sebagai special items pada periode ketika laba bersih

dengan pergeseran klasifikasi diharapkan menjadi lebih besar. Satu

insentif/pendorong untuk mengatur laba adalah memaksimalkan harga

saham untuk sementara (misalnya: Rangan 1998; Teoh et al. 1998; Bartov

dan Mohanram 2004 dalam Mc Vay (2006). Oleh karena itu, hal tersebut

sangat informatif untuk menentukan apakah para investor secara negatif

terkejut ketika biaya yang digeser/diubah dari biaya inti pada tahun t

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2299/3/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan mengenai konsep manajemen laba

49

terulang sebagai biaya inti pada tahun t + 1. Para investor mungkin dapat

mengidentifikasi ketidaknormalan laba inti yang tinggi pada tahun t, tetapi

tidak dapat membedakan dengan yang asli, maupun peningkatan ekonomi

riil yang berhubungan dengan pos khusus atau penggeseran/perubahan

klasifikasi. Hal itu terulang kembali dari sebelumnya mengeluarkan biaya

pada tahun t+1 bahwa ex post mengidentifikasi sumber laba inti tak

diduga. Untuk menyelidiki apakah para investor terkejut ketika biaya yang

sebelumnya dikeluarkan dari laba inti terulang, kami menguji market-

adjusted returns tahun berikutnya.

H3: Manajemen laba pergeseran klasifikasi berpengaruh terhadap reaksi

pasar

2.4.4. Manajemen laba akrual, manipulasi aktivitas riil dan pergeseran klasifikasi

terhadap reaksi pasar

Roychowdhury (2006) menyatakan bahwa campur tangan manajer

dalam proses pelaporan keuangan tidak hanya melalui metode-metode atau

estimasi-estimasi akuntansi saja tetapi juga dilakukan melalui keputusan-

keputusan yang berhubungan dengan kegian operasional. Hal ini

membuktkan bahwasannya manajer tidak hanya menggunakan satu tehnik

manajemen laba saja. Kombinasi dari perubahan akrual disresioner melalui

metode dan estimasi akuntansi, manipulasi aktivitas ekonomi perusahaan,

dan menggeser pengklasifikasian akuntansi dalam mengubah informasi

laporan keuangan akan membuat laporan keuangan jauh dari kaidah-

kaidah informasi. Laba yang telah dimanipulasi baik dinaikkan,

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2299/3/BAB II.pdf10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan mengenai konsep manajemen laba

50

diturunkan, mauoun dengan perataan laba akan menyesatkan pihak

pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. Hal ini

dikarenakan pengguna laporan keuangan dalam hal ini investor akan tetep

menggunakan laporan keuangan sebagai dasar pengambilan keputusan

tanpa menyadari bahwa informasi di dalamnya tidak lagi berkualitas. Laba

yang dimanipulasi akan mempengaruhi keputusan pengguna laporan

keuangan dalam hal penenaman modal, pemberian pinjaman, maupun

dalam hal regulasi.

H4: Manajemen laba akrual, manipulasi aktivitas riil, dan pergeseran

klasifikasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap reaksi pasar