Bab II Posyandu

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/10/2019 Bab II Posyandu

    1/34

    11

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Posyandu

    2.1.1 Definisi Posyandu

    Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan

    kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategi

    dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini (Effendy, 2008). Posyandu

    merupakan salah satu bentuk kegiatan LKMD, dimana masyarakat (antara lain kader-

    kader PKK) menyelenggarakan pelayanan 5 program prioritas secara terpadu di suatu

    tempat dan dalam waktu yang sama, dengan bantuan pelayanan langsung dari staf

    puskesmas, yaitu pada jenis pelayanan yang masyarakat tidak kompeten untuk

    memberikannya sendiri (Kemenkes RI, 2006). Selanjutnya pengertian lain tentang

    posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat di mana masyarakat dapat sekaligus

    memperoleh pelayanan KB dan kesehatan (Kemenkes RI, 2008).

    2.1.2 Tujuan Posyandu

    Posyandu seperti telah dikemukakan sebelumnya menurut Effendi (2008)

    mempunyai beberapa tujuan pokok terhadap pelayanan yang diberikan meliputi :

    a. Mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak.

    b. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR.

    c. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan

    kesehatan dan kegiatan - kegiatan lain yang menunjang peningkatan

    kemampuan hidup sehat.

  • 8/10/2019 Bab II Posyandu

    2/34

    12

    d. Mempercepat penerimaan NKKBS

    e. Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam

    usaha meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada penduduk

    berdasarkan letak geografi.

    f. Meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih

    teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat.

    2.1.3 Sasaran Posyandu

    Sasaran pelayanan yang diberikan dalam kegiatan Posyandu menurut

    Zulkifli (2008) adalah bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, wanita usia subur

    (WUS), dan pasangan usia subur (PUS).

    2.1.4 Kegiatan Posyandu

    Posyandu yang dilaksanakan secara rutin setiap bulan, terdiri atas

    beberapa kegiatan yang menurut Effendi (2008) terdiri atas :

    a. Lima kegiatan posyandu (Panca Krida Posyandu) yaitu kesehatan ibu dan

    anak, keluarga berencana, imunisasi, peningkatan gizi, dan penanggulangan

    diare.

    b. Tujuh kegiatan posyandu (Sapta Krida Posyandu) yaitu kesehatan ibu dan

    anak, keluarga berencana, imunisasi, peningkatan gizi, penanggulangan diare,

    sanitasi dasar dan penyediaan obat esensial.

    2.1.5 Pelayanan Kesehatan yang Dijalankan

    Pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada masyarakat dalam

    kegiatan Posyandu menurut Effendi (2008) terdiri atas :

  • 8/10/2019 Bab II Posyandu

    3/34

    13

    a. Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita, meliputi penimbangan bulanan,

    pemberian makanan tambahan bagi yang berat badannya kurang, imunitas

    bayi 3-14 bulan, pemberian oralit untuk penanggulangan diare dan

    pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama.

    b. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur,

    meliputi pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan kehamilan dan nifas,

    pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil tambah darah,

    imunisasi TT untuk ibu hamil, penyuluhan kesehatan dan KB, pemberian alat

    kontrasepsi KB, pemberian oralit pada ibu yang terkena diare, pengobatan

    penyakit sebagai pertolongan pertama, dan pertolongan pertama pada

    kecelakaan.

    2.1.6 Pelaksanaan Kegiatan Posyandu

    Posyandu diselenggarakan 1 bulan sekali yang ditentukan oleh LKMD,

    Kader, Tim Penggerak PKK Desa/Kelurahan serta petugas kesehatan dari KB.

    Pada Posyandu dilakukan pelayanan masyarakat dengan sistem lima meja.

    Petugas pada meja I IV dilaksanakan oleh kader PKK, sedangkan meja V

    merupakan meja pelayanan petugas kesehatan (Jurim, Bides, Perawat dan Petugas

    KB) (Zulkifli, 2008).

    2.1.7 Stratifikasi Posyandu

    Stratifikasi posyandu adalah kategorisasi posyandu berdasarkan telah

    kemandirian yang dikelompokkan menjadi 4 yaitu :

  • 8/10/2019 Bab II Posyandu

    4/34

    14

    a. Posyandu Pratama (Warna Merah)

    Posyandu tingkat pratama adalah Posyandu yang masih belum mantap,

    kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas.

    b. Posyandu Madya (Warna Kuning)

    Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari

    8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih.Akan

    tetapi cakupan program utamanya (KB, KIA, Gizi dan imunisasi) masih

    rendah, yaitu kurang dari 50%. Hal ini berarti, kelestarian kegiatan Posyandu

    sudah baik tetapi masih rendah cakupannya.

    c. Posyandu Purnama (Warna Hijau)

    Posyandu pada tingkat purnama adalah Posyandu yang frekuensinya lebih

    dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, dan

    cakupan 5 program utamanya (KB, KIA, Gizi dan Imunisasi) lebih dari 50%.

    Sudah ada program tambahan, bahkan mungkin sudah ada Dana Sehat yang

    masih sederhana.

    d. Posyandu Mandiri (Warna Biru)

    Posyandu ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur,

    cakupan 5 program utama sudah bagus, ada program tambahan dan Dana Sehat

    telah menjangkau lebih dari 50% KK. Untuk Posyandu tingkat ini,

    intervensinya adalah pembinaan Dana Sehat, yaitu diarahkan agar Dana Sehat

    tersebut menggunakan prinsip JPKM.

  • 8/10/2019 Bab II Posyandu

    5/34

    15

    2.1.8 Indikator Penentu Tingkat Kemandirian Posyandu

    Ada seperangkat indikator yang digunakan sebagai penyaring atau

    penentu tingkat kemandirian posyandu menurut laporan Kemenkes RI (2008)

    yaitu :

    a. Frekuensi penimbangan per tahun

    Seharusnya Posyandu menyelenggarakan kegiatan setiap bulan, jadi bila

    teratur akan ada 12 kali penimbangan setiap tahun. Dalam kenyataannya, tidak

    semua Posyandu dapat berfungsi setiap bulan, sehingga frekuensinya kurang

    dari 12 kali setahun.Untuk ini diambil batasan 8 (delapan) kali.

    Posyandu yang frekuensi penimbangannya kurang dari 8 kali per tahun,

    dianggap masih rawan, sedangkan bila frekuensinya sudah 8 kali lebih,

    dianggap sudah cukup mapan.

    b. Rata-rata jumlah kader tugas pada hari H Posyandu

    Jumlah kader yang bertugas pada hari H Posyandu dapat dijadikan indikasi

    lancar tidaknya Posyandu. Hari H merupakan puncak kegiatan Posyandu, oleh

    karena itu banyaknya kader yang bertugas pada hari itu amat menentukan

    kelancaran Posyandu.

    Kegiatan di Posyandu bisa tertangani dengan baik bila jumlah kader 5 orang

    atau lebih.

    c. Cakupan D/S

    Cakupan D/S dapat dijadikan sebagai tolok ukur peran serta masyarakat dan

    aktivitas kader/tokoh masyarakat dalam menggerakan masyarakat setempat

    untuk memanfaatkan Posyandu. D/S dianggap baik bila dapat mencapai 50%

  • 8/10/2019 Bab II Posyandu

    6/34

    16

    atau lebih, sedangkan bila kurang dari 50% dapat dikatakan bahwa Posyandu

    ini belum mantap.

    d. Cakupan Imunisasi

    Cakupan imunisasi dihitung secara kumulatif selama satu tahun. Cakupan

    kumulatif dianggap baik bila mencapai 50% ke atas, sedang bila kurang dari

    50% dianggap Posyandunya belum mantap.

    e. Cakupan Ibu Hamil

    Cakupan pemeriksaan ibu hamil juga dihitung secara kumulatif selama satu

    tahun.Batas mantap tidaknya Posyandu digunakan angka serupa yaitu 50%.

    f. Cakupan KB

    Cakupan peserta KB juga dihitung secara kumulatif selama satu

    tahun.Pencapaian 50% ke atas dikatakan mantap, sedang kurang dari 50%

    berarti belum mantap.

    g. Program tambahan

    Posyandu pada mulanya melaksanakan 5 program utama, yaitu : KB, KIA,

    Perbaikan Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan Diare. Bila telah mantap

    jalannya, wajar bila programnya ditambah. Program tambahan disini yang

    dimaksudkan adalah bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat

    (UKBM) lain seperti :

    1) Pemberantasan penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)

    2) Pemberantasan penyakit menular melalui pendekatan PKMD (P2M-

    PKMD)

  • 8/10/2019 Bab II Posyandu

    7/34

    17

    3) Penyehatan lingkungan pemukiman melalui pendekatan PKMD (PLP-

    PKMD)

    4) Pemantauan dan Stimulasi Perkembangan Balita (PSPB) atau Bina

    Keluarga Balita (BKB)

    5) Pemberantasan demam berdarah dengue dalam bentuk pemberantasan

    sarang nyamuk (PSN) secara berkala.

    6) Pondok Bersalin Desa (Polindes)

    7) Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD)

    8) Pos Obat Desa (POD)

    9) Dana Sehat

    10) Dan lain-lain

    h. Dana Sehat

    Dana sehat merupakan wahana untuk memandirikan Posyandu.Oleh karena

    itu keberadaan dan cakupan Dana Sehat dapat dijadikan indikator kemandirian

    Posyandu. Diharapkan bila Dana Sehat telah mampu membiayai Posyandu,

    maka tingkat kemandirian masyarakat sudah cukup baik. Sebagai ukuran

    digunakan Persentase Kepala Keluarga (KK) yang ikut Dana Sehat, yaitu bila

    50% ke atas dikatakan baik, sedang bila kurang dari 50% dikatakan masih

    kurang.

    2.1.9 Peran Kader Posyandu

    Kader posyandu sebagai salah satu bagian penting dalam pelaksanaan

    kegiatan posyandu di tengah masyarakat, menurut Kemenkes RI (2008),

    dikarenakan perannya di dalam kegiatan tersebut yang meliputi :

  • 8/10/2019 Bab II Posyandu

    8/34

    18

    a. Peran

    Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh

    orang yang berkedudukan dalam masyarakat (Lukman, dkk, 2007). Selanjutnya

    pengertian tentang peranan menurut Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai

    adalah seperangkat atau pola perilaku yang diharapkan untuk ditampilkan oleh

    seseorang sesuai dengan posisinya.

    b. Kader

    Menurut Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat Kemenkes RI kader

    adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat

    dan dapat bekerja secara sukarela. Menurur Zulkifli (2008) yang mengutip

    pendapat L.A. Gunawan kader kesehatan adalah kader kesehatan yang dipilih

    oleh dari masyarakat dan bertugas mengembangkan masyarakat. Kader

    Posyandu adalah anggota masyarakat yang diberikan keterampilan untuk

    menjalankan Posyandu (Nurpudji, 2007). Kader Posyandu menurut Zulkifli

    (2008) yaitu kader-kader yang dipilih oleh masyarakat menjadi penyelenggara

    Posyandu.

    c. Peran Kader Posyandu

    Peran kader secara umum adalah melaksanakan kegiatan pelayanan

    kesehatan dan mensukeskannya bersama masyarakat serta merencanakan kegiatan

    pelayanan kesehatan tingkat desa. Dalam penyelenggaraan Posyandu yang

    mempunyai peranan besar adalah kader. Peran kader menurut Kemenkes RI (2008)

    dibagi dalam 3 kelompok yaitu :

  • 8/10/2019 Bab II Posyandu

    9/34

    19

    1) Peran kader sebagai motivator

    a) Melakukan kunjungan rumah untuk mengajak ibu-ibu datang pada

    kegiatan posyandu

    b) Memberi tahu dan mengajak ibu-ibu untuk datang ke posyandu

    2) Peran kader sebagai administrator

    a) Mempersiapkan alat dan bahan untuk penyelenggaraan posyandu

    b) Melaksanakan pembagian tugas

    c) Mendaftar balita yang hadir

    d) Menimbang balita

    e) Mencatat hasil penimbangan di KMS (Kartu Menuju Sehat)

    f) Memberikan oralit, vitamin A dan tablet besi kepada ibu-ibu yang

    mempunyai balita

    g) Pemberian makanan tambahan

    h) Pemberian rujukan kepada puskesmas apabila ditemukan balita yang

    berat badannya di bawah garis merah (BGM) pada KMS, 2 kali berturut-

    turut berat badan tidak naik, kelihatan sakit (lesu), kurus, busung lapar,

    mencret, rabun mata dan sebagainya).

    i)

    Memindahkan catatan dalam KMS ke dalam buku register

    j) Menilai (mengevaluasi) hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan hari

    posyandu pada bulan berikutnya

    k) Setelah kegiatan selesai dilakukan pertemuan kader untuk membicarakan

    hasil kegiatan.

  • 8/10/2019 Bab II Posyandu

    10/34

    20

    3) Peran kader sebagai edukator

    Peran kader posynadu sebagai edukator menurut Kemenkes RI (2008)

    terdiri atas beberapa kegiatan yaitu :

    a) Menjelaskan data KMS atau keadaan anak berdasarkan data kenaikan

    berat badan yang digambarkan dalam grafik KMS kepada ibu dari anak

    yang bersangkutan

    b) Memberikan penyuluhan kepada setiap ibu dengan mengacu kepada

    kartu menuju sehat (KMS) anaknya atau dari hasil pengamatan mengenai

    masalah yang dialami anaknya

    c) Kegiatan diskusi kelompok (penyuluhan kelompok) bersama ibu-ibu

    yang lokasi rumahnya berdekatan

    d) Kegiatan kunjungan rumah (penyuluhan perorangan) sekaligus untuk

    tindak lanjut.

    2.1.10 Kriteria Kader Kesehatan

    Kader yang dipilih sebagai kader kesehatan menurut Kemenkes RI (2008)

    harus memenuhi beberapa kriteria yaitu :

    a. Diterima dan dipilih masyarakat serta bersedia dan sanggup menjadi kader

    kesehatan

    b. Kader harus dapat membaca, menulis dan berbahasa Indonesia

    c. Kader dapat berasal dari kelompok generasi muda dan kelompok lainnya Ida

    (2008) mempunyai pendapat lain mengenai persyaratan bagi seorang kader

    antara lain :

    1) Berasal dari masyarakat setempat

  • 8/10/2019 Bab II Posyandu

    11/34

    21

    2) Tinggal di desa tersebut

    3) Tidak sering meninggalkan tempat untuk waktu yang lama

    4) Diterima oleh masyarakat setempat

    5) Masih cukup waktu bekerja untuk masyarakat disamping mencari nafkah

    lain

    6) Sebaiknya yang bisa baca tulis

    Kriteria lain yang harus dipenuhi oleh seseorang yang akan dipilih menjadi

    kader posyandu menurut Zulkifli (2008) yaitu :

    1) Dapat membaca dan menulis

    2) Berjiwa sosial dan mau bekerja secara relawan

    3) Mengetahui adat istiadat serta kebiasaan masyarakat

    4) Mempunyai waktu yang cukup

    5) Bertempat tinggal di wilayah posyandu

    6) Berpenampilan ramah dan simpatik

    7) Diterima masyarakat setempat.

    2.1.11 Tujuan Pembentukan Kader

    Kader kesehatan dibentuk dengan tujuan agar pelayanan kesehatan yang

    selama ini dikerjakan oleh petugas kesehatan dapat dibantu oleh masyarakat.

    Dengan demikian masyarakat bukan hanya merupakan objek pembangunan, tetapi

    juga merupakan mitra pembangunan itu sendiri. Selanjutnya dengan adanya kader,

    maka pesan-pesan yang disampaikan dapat diterima dengan sempurna berkat

    adanya kader. Jelaskan bahwa pembentukan kader adalah perwujudan

    pembangunan dalam bidang kesehatan (Zulkifli, 2008).

  • 8/10/2019 Bab II Posyandu

    12/34

    22

    2.2 Balita

    Balita adalah seorang anak yang berusia 1 5 tahun anak balita adalah

    semua anak laki laki dan perempuan yang berumur 12 59 bulan.Anak balita

    merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan dan pesat, sehingga

    memerlukan zat zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya.Anak balita

    ini justru merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat

    kekurangan gizi, (Soewiji, 2010).

    Bila ditinjau dari segi umur, maka anak balita yang sedang tumbuh

    kembang adalah golongan yang awan terhadap kekurangan energi dan protein,

    kerawanan pada anak anak disebabkan oleh beberapa hal yang menurut

    Kemenkes RI (2010) terdiri dari hal hal di sebagai berikut :

    a. Kemampuan saluran pencernaan anak yang tidak sesuai dengan jumlah

    volume makanan yang mempunyai kandungan gizi yang dibutuhkan anak.

    b. Kebutuhan gizi anak per satuan berat badan lebih besar dibandingkan dengan

    orang dewasa, karena disamping untuk pemeliharaan juga diperlukan untuk

    pertumbuhan.

    c. Segera anak dapat bergerak sendiri, tanpa bantuan orang lain, dia akan

    mengikuti pergerakan disekitarnya sehingga memperbesar kemungkinan

    terjadinya penularan penyakit.

    d. Meskipun mempunyai nilai tertentu dalam keluarga, akan tetapi dalam hal

    penyajian makanan, anggota keluarga yang mempunyai nilai produktif akan

    mendapatkan pilihan yang terbaik, baru selebihnya yang diberikan pada

  • 8/10/2019 Bab II Posyandu

    13/34

    23

    anggota keluarga yang lain. Masa akan dibawah lima tahun (anak balita, umur

    12 59 bulan).

    2.3 Status Gizi

    2.3.1 Pengertian Gizi

    Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang

    dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

    penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk

    mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ,

    serta menghasilkan energi (Supariasa, 2007). Gizi adalah bahan makanan yang

    berhubungan dengan kesehatan tubuh (Ngastiyah, 2007).Menurut Almatsier

    (2007) status gizi adalah keadaan tubuh akibat konsumsi makanan dan

    penggunaan zat-zat gizi.Status gizi (nutrien status) adalah ekspresi dari keadaan-

    keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, 2007).

    2.3.2 Manfaat Gizi

    Manfaat gizi terhadap pertumbuhan dan perkembangan menurut Poetra

    (2007) diantaranya adalah sebagai berikut :

    a. Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan, terutama

    bagi mereka yang masih dalam pertumbuhan.

    b. Memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari.

    2.3.3 Penilaian

    Status gizi menurut Supariasa (2007), seseorang dapat diketahui dengan

    melakukan penilaian yaitu dengan cara sebagai berikut :

  • 8/10/2019 Bab II Posyandu

    14/34

    24

    a. Secara langsung

    Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian

    yaitu :

    1) Antropometri

    Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh.Ditinjau dari sudut

    pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai

    macam pengukuran dimensi tubh dan komposisi tubuh dan berbagai

    tingkat umur dan tingkat gizi. Beberapa indeks antrometri yang sering

    digunakan yaitu :

    a) Berat badan menurut umur (BB/UU)

    b) Tinggi badan menurut umur (TB/U)

    c) Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

    d) Lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U)

    2) Klinis

    Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai

    status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan

    yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini

    dapat dilihat pada jaringan kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau pada

    organ-organ yang terletak lebih dekat dengan permukaan tubuh seperti

    kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis

    secara cepat.Survei dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda

    klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu

    digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan

  • 8/10/2019 Bab II Posyandu

    15/34

    25

    melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda ( sign ) dan gejala ( symptom ) atau

    riwayat penyakit.

    3) Biokimia

    Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen

    yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai jaringan tubuh.

    Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja, hati dan

    otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan

    akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis

    yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faal lebih banyak menolong

    untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

    4) Biofisik

    Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status

    gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat

    perubahan struktur dan jaringan.Umumnya dapat digunakan dalam situasi

    tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night

    blindnes) .Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

    b. Secara tidak langsung

    1)

    Survei Konsumsi makanan

    Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara

    tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang

    dikonsumsi.Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan

    gambaran tentang kondisi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan

  • 8/10/2019 Bab II Posyandu

    16/34

    26

    individu. Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat

    gizi.

    2) Status vital

    Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan

    menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian

    berdasarkan umur, angka kematian dan kesakitan akibat penyebab tertentu

    dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.

    3) Faktor Ekologi

    Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi

    beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya.Jumlah makanan

    yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah,

    irigasi dan lain-lain.

    Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk

    mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk

    melakukan program intervensi gizi.

    Salah satu standar pengukuran yang digunakan di Indonesia dalam

    menetapkan kategori status gizi ( cut off : berdasarkan kesepakatan gizi,

    januari 2000) dengan indikator pengukuran BB/U, adalah sebagai berikut :

    a) Kurang : < 2 SD sampai -3 SD b. Baik : -2 SD sampai + 2 SD 2.

    Indikator pengukuran TB/U a. Normal : -2 SD b. Pendek bila : < -2

    SD 3. Indikator pengukuran BB/TB a. Gemuk : > + 2 SD

    b) Normal : -2 SD sampai + 2 SD

  • 8/10/2019 Bab II Posyandu

    17/34

    27

    c) Kurus : < - 2 SD sampai -3 SD d. Sangat kurus : < -3 SD Gizi kurang

    adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau ketidak

    seimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas

    berfikir dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan

    kekurangan zat gizi adaptif bersifat ringan sampai berat, gizi kurang

    banyak terjadi pada anak usia kurang dari 5 tahun.

    2.3.4 Klasifikasi Status Gizi

    Menurut Supariasa (2007), dalam buku petunjuk teknik Pemantauan Status

    Gizi (PSG) anak balita tahun 1999, klasifikasi status gizi menggunakan buku

    rujukan World Health Organization Nasional Centre For Health Statistik (WHO-

    NHCS) dengan indeks berat badan menurut umur dapat dilihat pada tabel berikut :

    Menurut Notoatmodjo (2012) penyakit-penyakit kesehatan akibat dari

    kelebihan dan kekurangan zat gizi antara lain sebagai berikut :

    a. Penyakit kurang kalori dan protein (KKP)

    Penyakit ini terjadi karena ketidakseimbangan antara konsumsi kalori atau

    karbohidrat dan protein dengan kebutuhan energi, atau terjadinya efisiensi

    energi dan protein. KKP dibedakan menjadi KKP ringan atau gizi kurang dan

    KKP berat yang disebut Marasmus (Kwashiorhor).

    b. Penyakit Kegemukan (obesitas)

    Penyakit ini terjadi karena konsumsi kalori terlalu berlebihan dibandingkan

    dengan kebutuhan dan pemakaian energi, kelebihan dalam tubuh ini disimpan

    dalam bentuk lemak yaitu di tempat-tempat tertentu seperti jaringan subcutan

    dan di dalam jaringan tirai usus.

  • 8/10/2019 Bab II Posyandu

    18/34

    28

    c. Anemia (penyakit kurang darah)

    Penyakit ini terjadi karena konsumsi zat besi (Fe) pada tubuh tidak

    seimbang atau kurang dari kebutuhan tubuh. Zat besi merupakan mikro elemen

    yang esensial bagi tubuh, yang sangat diperlukan dalam pembentukan darah

    yakni dalam hemoglobin (Hb)

    d. Zerophtalmia (defisiensi vitamin A)

    Penyakit ini disebabkan karena kekurangan konsumsi vitamin A di dalam

    tubuh. Gejalanya adalah kekurangan epithel biji mata dan kornea, terlihat

    selaput bola mata keriput dan kusam bila mata bergerak, tidak sanggup melihat

    pada cahaya remang-remang, buta senja atau buta ayam dan dapat

    menimbulkan kebutaan

    e. Penyakit gondok edemik

    Zat iodium merupakan zat gizi esensial bagi tubuh, karena merupakan

    komponen dari hormon thyrokxin.Kekurangan zat iodium berakibat

    hypothyroldisme (kekurangan iodium) akibatnya terjadi pembesaran kelenjar

    thyroid yang disebut penyakit gondok.Apabila kelebihan zat iodium maka

    mengakibatkan gejala-gejala pada kulit yang disebut iodium dermatitis.

    2.3.5

    Akibat gizi kurang pada proses tubuh

    Gizi mempunyai dampak terhadap proses di dalam tubuh manusia, dan menurut

    Almatsier (2009) terdiri atas :

    a. Pertumbuhan

    Anak-anak tidak tumbuh menurut potensialnya, protein digunakan sebagai

    zat pembakar sehingga otot-otot menjadi lembek dan rambut mudah

  • 8/10/2019 Bab II Posyandu

    19/34

    29

    rontok.Anak anak yang berasal dari tingkat sosial ekonomi menengah keatas

    rata-rata lebih tinggi daripada yang berasal dari keadaan sosial ekonomi

    rendah.

    b. Produksi Tenaga

    Kekurangan energi menyebabkan seseorang kekurangan tenaga untuk

    bergerak, bekerja, dan melakukan aktivitas.Orang menjadi malas, merasa

    lemah dan produktivitas kerja menurun.

    c. Pertahanan Tubuh

    Daya tahan tekanan terhadap tekanan atau stress menurun. Sistem imunitas

    dan antibody berkurang, sehingga orang mudah terserang infeksi seperti pilek,

    batuk dan diare.Pada anak-anak hal ini dapat membawa kematian.

    d. Struktur dan fungsi otak

    Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan

    mental dengan demikian kemampuan berfikir otak mencapai bentuk maksimal

    pada usia 2 tahun. Kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak

    secara permanen.

    e. Perilaku

    Bagianak-anak ataupun orang dewasa yang kurang gizi menunjukkan

    perilaku tidak tenang, mereka mudah tersinggung, cengeng dan apatis.

    2.3.6 Akibat Gizi Lebih Pada Proses Tubuh

    Gizi lebih menyebabkan kegemukan atau obesitas, kelebihan energi yang

    dikonsumsi disimpan di dalam jaringan dalam bentuk lemak, kegemukan salah

    satu faktor resiko terjadinya berbagai penyakit degeneratif seperti hipertensi,

  • 8/10/2019 Bab II Posyandu

    20/34

    30

    penyakit-penyakit diabetes jantung koroner, hati dan kantung empedu (Almatsier,

    2009).

    2.3.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gizi Balita

    Status gizi balita dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait.

    Secara garis besar penyebab anak kekurangan gizi menurut Narendra dkk (2008)

    disebabkan oleh:

    a. Asupan yang kurang disebabkan banyak faktor antara lain :

    1) Pendapatan ( Tidak tersedianya makanan secara adekuat )

    Tidak tersedianya makanan yang adekuat terkait dengan kondisi sosial

    ekonomi. Kadang-kadang bencana alam, perang, maupun kebijaksanaan

    politik dan ekonomi yang memberatkan rakyat akan menyebabkan hal ini.

    Kemiskinan sangat identik dengan tidak tersedianya makanan yang adekuat.

    Kemiskinan merupakan penyebab pokok gizi buruk. Proporsi anak mal

    nutrisi berbanding terbalik dengan pendepatan. Makan kecil pendapatan

    penduduk makin tinggi persentase anak yang kekurangan gizi.

    2) Pendidikan ( Anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang )

    Makanan alamiah terbaik bagi bayi yaitu air susu ibu, dan sesudah usia 6

    bulan anak tidak mendapat makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat,

    baik jumlah dan kualitasnya akan berkonsekuensi terhadap status gizi bayi,

    MP-ASI yang baik tidak hanya cukup mengandung energi dan protein,

    tetapi juga mengandung zat besi, vitamin A, asam kolat, vitamin B serta

    vitamin mineral lainnya. Pada keluarga dengan tingkat pendidikan dan

  • 8/10/2019 Bab II Posyandu

    21/34

    31

    pengetahuan yang rendah sering kali anaknya harus puas dengan makanan

    seadanya yang tidak memenuhi kebutuhan gizi balita karena ketidaktahuan.

    3) Budaya ( Pola makan yang salah )

    Pola pengasuhan anak berpengaruh pada timbulnya gizi buruk, anak yang

    diasuhnya oleh ibunya sendiri dengan kasih sayang, apalagi ibunya

    berpendidikan mengerti pentingnya ASI, manfaat posyandu dan kebersihan,

    meskipun sama-sama miskin anak lebih sehat. Unsur pendidikan perempuan

    berpengaruh pada kualitas pengasuhan anak.

    Kebiasaan, mitos ataupun kepercayaan / adat istiadat masyarakat tertentu

    yang tidak benar dalam pemberian makanan akan sangat merugikan anak.

    Misalnya kebiasaan memberi minum bayi hanya dengan air putih,

    memberikan makanan padat terlalu dini, berpantang pada makanan tertentu

    (misalnya tidak memberikan anak daging, telur, santan), hal ini

    menghilangkan kesempatan anak untuk mendapat asupan lemak, protein

    maupun kalori yang timbul.

    b. Infeksi ( Sering sakit / frequentinfection )

    Menjadi penyebab terpenting kedua kekurangan gizi apalagi di negara-

    negara terbelakang dan yang sedang berkembang, dimana kesadaran akan

    kebersihan/ personal hygine yang masih kurang, serta ancaman penyakit

    tertentu. Kaitan infeksi dan kurang gizi seperti lingkaran setan yang sukar

    diputuskan, karena keduanya saling terkait dan saling memperberat (Supariasa,

    2007).

  • 8/10/2019 Bab II Posyandu

    22/34

    32

    Menurut Narendra dkk (2008), pendapatan rendah bukan satu-satunya faktor

    penyebab rendahnya keadaan gizi, akan tetapi faktor lain seperti pengetahuan

    gizi ibu juga cukup berperan di dalamnya, sehingga penyuluhan gizi yang

    ditujukan pada ibu dan pengasuh anak balita akan paling efisien untuk

    mengatasi masalah ini melalui posyandu. Ujung tombak perbaikan gizi

    masyarakat adalah posyandu, UPGK maupun PKK.Peran kader posyandu

    sangat signifikan dalam menurunkan masalah gizi. Kurang energi protein

    (KEP) dapat dengan mudah ditemukan di posyandu hanya dengan cara

    pengukuran antopometri (ukuran badan, berat atau tinggi) dan cukup mudah

    dilakukan hanya oleh kader saja.

    2.4 Hubungan peran kader posyandu dengan status gizi balita

    Menurut Fita (2010) bermunculannya kasus gizi buruk sebenarnya bisa

    terjadi karena penyaringan tingkat bawah yakni posyandu sudah lebih

    aktif.Keaktifan kader posyandu amat penting untuk menjaring bayi dan balita

    pada penimbangan rutin.Bayi dan balita yang ditimbang secara rutin dapat

    terpantau perkembangan status gizinya.Termasuk jika berat badannya tidak

    kunjung naik selama tiga bulan berturut-turut.Pada kondisi seperti ini kader harus

    mencari penyebab agar berat badan kembali naik dan tidak jatuh pada gizi buruk.

    Bento (2011) mengatakan peran kader sebagai motivator dapat

    meningkatkan kualitas Posyandu khususnya dalam penanganan masalah

    kesehatan.Masalah kurang gizi dan BGM dapat teratasi dengan cepat melalui

    upaya pencegahan dan penanganan yang cepat, dengan menghimbau para kaum

  • 8/10/2019 Bab II Posyandu

    23/34

    33

    ibu yang mempunyai balita agar secara rutin setiap bulan sekali membawa balita

    ke Posyandu terdekat untuk diperiksa supaya terpantau kesehatannya.

    Menurut Anando (2010) rendahnya kualitas kader serta belum optimalnya

    pembinaan dari dinas atau instansi lintas sektoral telah mengakibatkan rendahnya

    pemanfaatan posyandu sebagai pelayanan kesehatan dasar dan gizi keluarga bagi

    masyarakat. Apabila fungsi dan peran kader posyandu meningkat kebutuhan

    tumbuh kembang anak sejak dalam kandungan dapat terpenuhi dan status gizi

    maupun derajat kesehatan anak juga dapat dipertahankan dan ditingkatkan.

    Menurut Kemenkes RI (2008) kader Posyandu yang berhasil adalah kader

    yang bisa mendorong masyarakat melaksanakan sendiri usaha-usaha

    meningkatkan gizi keluarga, dimana sebagai motivator kader mengundang dan

    menggerakkan masyarakat.Kegiatan utama kader Posyandu pada hari-hari di luar

    hari buka Posyandu adalah melakukan penyuluhan. Kader Posyandu akan sangat

    efektif bagi program perbaikan gizi masyarakat jika mau membantu dalam

    pemberian edukasi kepada masyarakat terutama dalam menanggulangi kebiasaan

    atau mitos-mitos yang salah pada pemberian makanan pada anak. Penyuluhan

    dapat dilakukan oleh kader kepada masyarakat terutama ibu-ibu yang mempunyai

    balita dengan berbagai cara, misalnya kunjungan rumah, pada saat arisan,

    pertemuan PKK dan sebagainya.

    Menurut Akhsan (2008) peran kader Posyandu mempunyai banyak fungsi

    termasuk sebagai alat monitoring dan evaluasi bagi program perbaikan gizi

    masyarakat. Kegiatan penanganan masalah gizi tercermin dalam kegiatan utama

    kader Posyandu dalam pelaksanaan Posyandu yang menggunakan prinsip lima

  • 8/10/2019 Bab II Posyandu

    24/34

    34

    meja yaitu pendaftaran dan penimbangan, pengisian kartu menuju sehat,

    pemberian makanan tambahan, serta pemberian vitamin A dosis tinggi bagi anak

    yang mengalami kurang vitamin A, dan pemberian tablet besi bagi anak yang

    mengalami anemia serta pemberian rujukan ke Puskesmas/ RS jika ditemukan

    kasus-kasus luar biasa pada Posyandu.

    Menurut Gendy (2013) mengatakan Posyandu sebagai ujung tombak

    dalam skrining/deteksi dini dan pelayanan pertama menjadi vital dalam

    pencegahan kasus gizi buruk.Penggunaan kartu menuju sehat dan pemberian

    makanan tambahan perlu digalakkan.Tindakan cepat pada balita yang dua kali

    berturut-turut tidak naik timbangan berat badannya untuk segera mendapatkan

    akses pelayanan lebih lanjut dapat menjadi sarana deteksi dan intervensi yang

    efektif.

    2.5 Tinjauan Variabel

    2.5.1 Pengetahuan

    2.5.1.1 Pengertian

    Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2010), adalah merupakan hasil dari

    tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

    tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni indera

    penglihatan, pendengaran, rasa dan raba. Pengetahuan sebagian besar manusia

    diperoleh melalui mata dan telinga.

  • 8/10/2019 Bab II Posyandu

    25/34

    35

    2.5.1.2 Hirarki Pengetahuan

    Modifikasi teori Bloom dalam Notoatmodjo (2010), menyebutkan

    pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif (merupakan salah satu

    domain/kawasan perilaku) mempunyai enam tingkatan yakni :

    a. Mengetahui ( know)

    Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

    sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

    kembali ( recall ) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

    dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini

    merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

    b. Memahami ( comprehension )

    Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

    benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

    tersebut secara benar.

    c. Aplikasi ( application )

    Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

    telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini

    dapat diartikan sebagai aplikasi penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

    prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

    d. Analisis ( analysis )

    Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

    objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur

    organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

  • 8/10/2019 Bab II Posyandu

    26/34

    36

    e. Sintesis ( syntesis )

    Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

    menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru

    dengan kata lain sitesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

    baru dari formulasi-formulasi yang ada.

    f. Evaluasi ( evaluation )

    Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

    atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

    2.5.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

    Faktor-yang mempegaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo (2012),

    antara lain:

    a. Pengalaman

    Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman diri sendiri maupun juga

    orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas

    pengetahuan seseorang.

    b. Tingkat Pendidikan

    Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan berpikir

    seseorang. Jika dilihat secara umum, seseorang yang mempunyai

    tingkat pendidikannya yang lebih tinggi, maka akan mempunyai

    pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang mempunyai

    tingkat pendidikan lebih rendah.

    c. Keyakinan

    Biasanya keyakinan diperoleh secara turun-temurun dan tanpa adanya

  • 8/10/2019 Bab II Posyandu

    27/34

    37

    pembukt ian terlebih dahul u. Ke ya ki nan da pat mempenga ruh i

    penge tahu an seseorang, baik keyakinan itu bersifatnya posi ti f maupun

    negatif.

    d. Fasilitas

    Fasilitas merupakan sumber dari informasi yang dapat mempengaruhi

    pengetahuan seseorang, misalnya itu radio, televisi, majalah, koran, dan

    buku.

    e. Penghasilan

    Penghasilan tidak berpengaruh secara langsung terhadap

    penge tahu an seseorang. Namun apabila seseorang berpenghasilan cukup

    besar maka dia akan mampu untuk menyediakan ataupun membeli

    fasilitas-fasilitas sumber informasi.

    f. Sosial Budaya

    Kebudayaan setempat dan juga kebiasaan dalam sebuah keluarga dapat

    mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan juga sikap seseorang terhadap

    sesuatu.

    Lukman dalam Hendra (2007) menambahkan, selain yang diatas

    terdapat faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu:

    a. Lingkungan

    Lingkungan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi

    pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi

    seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga

    hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan

  • 8/10/2019 Bab II Posyandu

    28/34

    38

    seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada

    cara berfikir seseorang.

    b. Umur

    Semakin tua umur seseorang maka proses perkembangan

    mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya

    proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan

    tahun. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur

    seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang

    diperolehnya, akan tetapi pada umur tertentu atau menjelang usia lanjut

    kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

    c. Intelegensi

    Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir

    abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru.

    Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses

    belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berfikir

    dan mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga mampu menguasai

    lingkungan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan

    intelegensi dari seseorang akan sangat mempengaruhi tingkat

    pengetahuan.

    Berdasarkan hasil Penelitian di Puskesmas Simpang Agung Kabupaten

    Lampung tahun 2010, diperoleh hasil bahwa pendidikan kader sebagian besar

    Menegah Atas (88,8%), pengetahuan kader sebagian besar dengan kategori

    baik (52,6%), sikap kader sebagian besar mendukung (51,3%), dan kader yang

  • 8/10/2019 Bab II Posyandu

    29/34

    39

    berperan aktif sebanyak (51,3%), tidak terdapat hubungan antara pendidikan

    kader dengan peran kader dengan p value : 0,092, terdapat hubungan antara

    pengetahuan kader dengan peran kader dengan p value : 0,000, dan terdapat

    hubungan antara sikap kader dengan peran kader dalam kegiatan posyandu

    dengan p value : 0,000.

    Kesimpulan dalam penelitian ini adalah proporsi kader sebagian besar

    dengan pendidikan menengah atas, pengetahuan yang baik, sikap yang

    mendukung, berperan aktif dalam kegiatan posyandu, dan tidak terdapat

    hubungan antara pendidikan dengan peran kader, tetapi terdapat hubungan

    antara pegetahuan dan sikap dengan peran kader dalam kegiatan posyandu.

    Berdasarkan kesimpulan tersebut maka disarankan instansi kesehatan seperti

    Puskesmas dapat lebih proaktif dalam memberikan bimbingan dan pengarahan

    pada para kader guna meningkatkan peran serta kader dalam pelaksanaan

    posyandu.

    2.5.2 Motivasi

    2.5.2.1 Pengertian

    Menurut Maslow, motivasi adalah suatu keinginan atau kehendak yang

    didasari oleh adanya kebutuhan kebutuhan tertentu sehingga mengarah pada

    prilaku peningkatan kerja. Motivasi adalah suatu yang pokok yang menjadi

    dorongan seorang untuk bekerja. Motivasi orang bekerja ada macam-macam. Ada

    orang termotivikasi bekerja karena uangnya banyak, meskipun kadang-kadang

    pekerjaan itu secara hukum tidak benar. Ada juga yang termotivasi karena rasa

    aman atau keselamatan meskipun bekerja dengan jarak yang jauh, bahkan ada

  • 8/10/2019 Bab II Posyandu

    30/34

    40

    orang termotivasi bekerja karena pekerjaan kader memberikan prestasi yang

    tinggi walaupun gajinya sangat kecil (Nursalam, 2007).

    Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 73 responden, ada 39 orang

    (53.4%) mempunyai pengetahuan baik, 20 orang (27..4%) mempunyai

    pengetahuan cukup, dan 14 orang (19.2%) mempunyai pengetahuan kurang, dan

    hasil penelitian motivasi menunjukan bahwa dari 73 responden, ada 41 kader

    (56.2%) mempunyai motivasi tinggi dan 32 kader (43.8%) mempunyai motivasi

    rendah. Berdasarkan hasil uji pearson chi square dengan tabel 2x3 diperoleh

    p value = 0,013 (p value < 0,05) yang berarti Ho ditolak, dengan demikian ada

    hubungan yang signifikan antara pengetahuan kader tentang gizi balita dengan

    motivasi pemantauan status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Karanganyar

    Kabupaten Pekalongan tahun 2013. Saran bagi tenaga kesehatan hendaknya

    Tenaga kesehatan khususnya bidan hendaknya dapat memberikan pembinaan dan

    penyegaran terhadap kader posyandu balita khususnya kader yang mempunyai

    pengetahuan rendah dan motivasi rendah.

    Teori keadilan didasarkan pada asumsi bahwa faktor utama dalam

    motivasi pekerjaan adalah evaluasi individu atau keadilan dari penghargaan yang

    diterima. Individu akan termotivasi jika hal yang mereka dapatkan seimbang

    dengan usaha yang mereka kerjakan (Nursalam, 2011)

    2.5.2.2 Faktor yang mempengaruhi motivasi

    Menurut Sitorus & Panjaitan (2011) motivasi sebagai proses psikologi

    yang terjadi pada diri seseorang yang dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu :

  • 8/10/2019 Bab II Posyandu

    31/34

    41

    a. Lingkungan kerja

    Dalam kehidupan organisasi adalah faktor pemimpin dan staf. Dari pihak

    pemimpin unsur yang sangat berpengaruh terhadap motivasi adalah

    1) Kebijakkan yang telah ditetapkan termasuk prosedur kerja, rencana dan

    program kerja.

    2) Persyaratan kerja.

    3) Tersedianya seperangkat alat-alat dan sarana yang diperlukan didalam

    mendukung pelaksanaan kerja termasuk tempat kerja.

    4) Gaya kepemimpinan arti sifat dan prilaku pemimpin terhadap staf.

    b. Faktor staf

    Faktor yang memiliki peran penting dalam motivasi adalah kemampuan

    bekerja, semangat atau moral kerja, rasa kebersamaan dalam hidup kelompok,

    prestasi dan produktifitas kerja.

    2.5.3 Sosial Ekonomi

    Sosial ekonomi merupakan kedudukan atau posisi seseorang dalam

    kelompok masyarakat yang ditentukan oleh jenis aktivitas seperti kader

    berpengaruh dalam posyandu baik secara langsung maupun tidak langsung

    (Kurniani, 2010).

    Untuk memotivasi kader melalui mengingatkan agar kehendaknya

    dikembangkan suara rasional atas dasar pertimbangan guna memenuhi kebutuhan

    kader. Bagaimanapun kader adalah manusia yang memiliki kebutuhan dalam

    hidupnya (Depkes, 2008).

  • 8/10/2019 Bab II Posyandu

    32/34

  • 8/10/2019 Bab II Posyandu

    33/34

    43

    2.6 Kerangka Teoritis

    Berdasarkan teori-teori yang telah dibahas dalam tinjauan

    kepustakaan, maka kerangka teoritis dapat digambarkan sebagai berikut :

    Gambar 3.1 Kerangka Teori

    Status Gizi Balita

    Anando (2010), Fita (2010),Kurniani (2010) : Sosial Ekonomi Kader

    Nursalam (2011) :

    Motivasi Kader

    Lukman & Hendra (2007), Agustin(2013), Bento (2011) :

    Pengetahuan

    Faktor faktor yangmempengaruhi gizi balita (Narendra dkk,2008) :

    Pendapatan Pendidikan Budaya Infeksi

  • 8/10/2019 Bab II Posyandu

    34/34

    44