22
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Promosi Kesehatan 2.1.1 Definisi promosi kesehatan “Promosi kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengendalikan faktor-faktor kesehatan melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkankegiatan yang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan public yang berwawasan kesehatan.” Definisi yang dirumuskan Departemen Kesehatan, lebih menggambarkan bahwa promosi kesehatan adalah gabungan antara pendidikan kesehatan yang dudukung oleh kebijakan public yang berwawasan kesehatan. Gabungan kedua upaya ini akan memberdayakan masyarakat sehingga dapat mengontrol determinan-determinan kesehatan. Promosi Kesehatan, bertujuan untuk meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat untuk hidup sehat dan mengembangkan upaya kesehatan yang bersumber masyarakat, serta terciptanya lingkungan yang kondusif untuk mendorong terbentuknya kemampuan masyarakat. 2.1.2 Tujuan promosi Kesehatan.

BAB II Pemberdayaan Masy

  • Upload
    girela

  • View
    223

  • Download
    4

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gigi

Citation preview

18

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Promosi Kesehatan2.1.1 Definisi promosi kesehatan Promosi kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengendalikan faktor-faktor kesehatan melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkankegiatan yang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan public yang berwawasan kesehatan. Definisi yang dirumuskan Departemen Kesehatan, lebih menggambarkan bahwa promosi kesehatan adalah gabungan antara pendidikan kesehatan yang dudukung oleh kebijakan public yang berwawasan kesehatan. Gabungan kedua upaya ini akan memberdayakan masyarakat sehingga dapat mengontrol determinan-determinan kesehatan. Promosi Kesehatan, bertujuan untuk meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat untuk hidup sehat dan mengembangkan upaya kesehatan yang bersumber masyarakat, serta terciptanya lingkungan yang kondusif untuk mendorong terbentuknya kemampuan masyarakat.

2.1.2 Tujuan promosi Kesehatan.Budiarto, 2003tujuan promosi kesehatan terdiri dari tiga tingkatan yaitu:a. Tujuan ProgramRefleksi dari fase social dan epidemiologi berupa pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam periode tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan. Tujuan program ini juga disebut tujuan jangka panjang, contohnya mortalitas akibat kecelakaan kerja pada pekerja menurun 50 % setelah promosi kesehatan berjalan lima tahun.

4b. Tujuan PendidikanPembelajaran yang harus dicapai agar tercapai perilaku yang diinginkan. Tujuan ini merupakan tujuan jangka menengah, contohnya : cakupan angka kunjungan ke klinik perusahaan meningkat 75% setelah promosi kesehatan berjalan tiga tahun.c. Tujuan PerilakuGambaran perilaku yang akan dicapai dalam mengatasi masalah kesehatan. Tujuan ini bersifat jangka pendek, berhubungan dengan pengetahuan, sikap, tindakan, contohnya: pengetahuan pekerja tentang tanda-tanda bahaya di tempat kerja meningkat 60% setelah promosi kesehatan berjalan 6 bulan

2.1.3 Visi dan misi promosi kesehatan 1. Visi.Visi Promosi Kesehatan, merupakan bagian integral dari Visi Indonesia Sehat 2010, maka Visi Promosi Kesehatan ditetapkan Perilaku Hidup Bersih & Sehat 2010 atau PHBS 2010. Artinya adalah bahwa keadaan dimana individu-individu dalam rumah tangga (keluarga) masyarakat Indonesia telah melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat dalam rangka :a. mencegah timbulnya penyakit dan masalah-masalah kesehatan lainb. menanggulangi penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain, dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan,c. memanfaatkan pelayanan kesehatan d. mengembangkan dan menyelenggarakan upaya kesehatan bersumber masyarakat.2. MisiMisi Promosi Kesehatan, adalah :a. memberdayakan individu, keluarga, dan kelompok-kelompok dalam masyarakat, baik melalui pendekatan individu dan keluarga, maupun pengorganisasian dan penggerakan masyarakatb. membina suasana atau lingkungan yang kondusif bagi terciptanya perilaku hidup bersih dan sehat masyarakatc. mengadvokasi para pengambil keputusan dan penentu kebijakan serta pihak-pihak lain yang berkepentingan (stekeholders) dalam rangka :1) mendorong diberlakukannya kebijakan dan peraturan perudang-undangan yang berwawasan kesehatan.2) mengintegrasikan promosi kesehatan, khususnya pemberdayaan masyarakat dalam program-program kesehatan.3) meningkatkan kemitraan sinergis antara pemerintah pusat dan daerah serta antara pemerintah dengan masyarakat (termasuk LSM).4) meningkatkan investasi dalam bidang promosi kesehatan pada khususnya dan bidang kesehatan pada umumnya.

2.1.4 Strategi promosi kesehatanAda 3 (tiga) strategi dasar promosi kesehatan, yaitu Gerakan Pemberdayaan sebagai ujung tombak, yang didukung oleh Bina Suasana dan Advokasi. Ke dalam masing-masing strategi harus diintegrasikan semangat dan dukungan Kemitraan dengan berbagai stakeholders. Kesemuanya diarahkan agar masyarakat mampu mempraktikkan perilaku mencegah dan mengatasi masalah kesehatannya.1. Pemberdayaan MasyarakatGerakan Pemberdayaan pada hakikatnya adalah proses pemberian informasi secara bertahap untuk mengawal proses perubahan pada diri sasaran, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tahu menjadi mau, dan dari mau menjadi mampu mempraktikkan PHBS. Setiap fase perubahan memerlukan informasi yang berbeda. Tetapi yang paling menentukan adalah fase pertama, di mana kita harus dapat menyadarkan si sasaran bahwa suatu masalah kesehatan adalah masalah bagi yang bersangkutan. (Misalnya, menyadarkan ibu-ibu di desa bahwa perut buncit anak-anaknya adalah masalah). Sebelum ini berhasil dilakukan, maka informasi selanjutnya tidak akan ada artinya (tidak akan digubris). Kalau ini sudah berhasil dilakukan, maka batu sandungan kedua akan dijumpai pada fase perubahan dari mau ke mampu. Banyak orang yang sudah mau berperilaku tertentu (misalnya memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas), tetapi tidak mampu melakukan karena tidak adanya dukungan sarana (misalnya tidak punya uang untuk transpor). Nah, di sinilah perlu hadirnya Advokasi untuk mengupayakan subsidi dari pemerintah dan atau bantuan dana dari penyandang dana. Selain itu, banyak juga dijumpai orang-orang yang bandel yang katanya mau, tetapi tidak kunjung melakukan. Nah, bagi mereka perlu dibuat dan diterapkan peraturan perundang-undangan. Untuk itu, Advokasi kepada pengambil keputusan (bupati /walikota, DPRD, dll) diperlukan.2. Bina SuasanaStrategi dasar ke-2 adalah Bina Suasana. Yaitu upaya untuk menciptakan lingkungan sosial yang mendorong perubahan perilaku si sasaran. Menurut teori, perubahan perilaku seseorang akan lebih cepat terjadi, jika lingkungan sosialnya berperan sebagai pendorong, atau penekan (pressure).3. AdvokasiStrategi dasar ke-3 adalah Advokasi. Sebagaimana disebutkan di muka, Advokasi diperlukan untuk mendapatkan dukungan baik berupa peraturan perundang-undangan, dana maupun sumber daya lain. Advokasi tidak boleh dilakukan ala-kadarnya, karena Advokasi sebenarnya merupakan upaya/proses strategis dan terencana, menggunakan informasi yang akurat dan teknik yang tepat.4. KemitraanKemitraan adalah suatu kerjasama yang formal antara individuindividu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Dalam kerjasama ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing-masing, tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat, dan berbagi baik dalam risiko maupun keuntungan. Kemitraan inilah yang mendukung dan menyemangati penerapan 3 (tiga) strategi dasar. Penerapan 3 (tiga) strategi dasar tersebut perlu metode dan teknik masing, yaitu dengan pendekatan-pendekatan indivual, kelompok, maupun masyarakat. Pendekatan individu biasa berupa pemberian Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas 13 informasi dan edukasi, konseling, mencari faktor resiko (risk assessment) terutama untuk pencegahan penyakit. Pendekatan individu lebih cocok dilaksanakan di rumah sakit, praktik dokter, dan bidan, serta posyandu dan puskesmas. Pendekatan kelompok, biasanya lebih efisien dan efektif serta lebih luas jangkauannya. Metode bermacammacam seperti ceramah, seminar, lokakarya, konferensi. Pendekatan massa atau populasi, untuk menjangkau masyarakat luas, metodenya : pemakaian media massa, pengembangan masyarakat, kebijakan public dan legislasi, pengembangan organisasi

2.2Pemberdayaan Masyarakat2.2.1 Pengertian pemberdayaanmasyarakatPemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan.Memampukan masyarakat, dari, oleh, dan untuk masyarakat itu sendiri.

2.2.2 Tujuan pemberdayaan masyarakatTujuan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah :1. Tumbuhnya kesadaran, pengetahuan dan pemahaman akan kesehatan bagi individu, kelompok atau masyarakat.2. Timbulnya kemauan atau kehendak ialah sebagai bentuk lanjutan dari kesadaran dan pemahaman terhadap obyek, dalam hal ini kesehatan.3. Timbulnya kemampuan masyarakat di bidang kesehatan berarti masyarakat, baik seara individu maupun kelompok, telah mampu mewujudkan kemauan atau niat kesehatan mereka dalam bentuk tindakan atau perilaku sehat.

2.2.3 Prinsip pemberdayaan masyarakatPrinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan :1. Menumbuhkembangkan potensi masyarakat.Didalam masyarakat terdapat berbagai potensi yang dapat mendukung keberhasilan program program kesehatan. Potensi dalam masyarakat dapat dikelompokkan menjadi potensi sumber daya manusia dan potensi dalam bentuk sumber daya alam / kondisi geografis.

2. Mengembangkan gotong royong masyarakat.Potensi masyarakat yang ada tidak akan tumbuh dan berkembang dengan baik tanpa adanya gotong royong dari masyarakat itu sendiri. Peran petugas kesehatan atau provider dalam gotong royong masyarakat adalah memotivasi dan memfasilitasinya, melalui pendekatan pada para tokoh masyarakat sebagai penggerak kesehatan dalam masyarakatnya.3. Menggali kontribusi masyarakat.Menggali dan mengembangkan potensi masing masing anggota masyarakat agar dapat berkontribusi sesuai dengan kemampuan terhadap program atau kegiatan yang direncanakan bersama. Kontribusi masyarakat merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga, pemikiran atau ide, dana, bahan bangunan, dan fasilitas fasilitas lain untuk menunjang usaha kesehatan 4. Menjalin kemitraanJalinan kerja antara berbagai sektor pembangunan, baik pemerintah, swasta dan lembaga swadaya masyarakat, serta individu dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama yang disepakati. Membangun kemandirian atau pemberdayaan masyarakat, kemitraan adalah sangat penting peranannya.5. DesentralisasiMemberikan pada masyarakat lokal untuk mengembangkan potensi daerah atau wilayahnya.

2.2.4 Ciri-ciri pemberdayaan masyarakat1. Community Leader: Petugas kesehatan melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat agar pemimpin terlebih dahulu.Misalnya camat,lurah,kepala adata,ustad dsb2. Communty Organization: Organisasi seperti PKK,karang taruna,majlis taklim,dan lainnya merupakan potensi yang dapat dijadikan mitra kerja dalam upaya pemberdayaan masyarakat.3. Community Fund: Dana sehat atau jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat (JPKM) yang dikemangkan dengan prinsip gotong royong sebagai salah satu prinsip pemberdayaan masyarakat.4. Communty Material: Setiap daerah memiliki potensi tersendiri yang dapat digunakan untuk memfasilitasi layanan kesehatan.Misalnya desa dekat kali penghasil pasir memiliki potensi untuk melakukan pengerasan jalan untuk memudahkan akses ke puskesmas.5.Communty Knowledge: Pemberdayaan bertujuan meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan berbagai penyuluhan kesehatan yang menggunakan pendekatan community based healt education.6. Community Technology: Tekhnologi sederhana di komunitas di gunakan untuk pengembangan program ksehatan misalnya penyaringan air dengan memakai pasir atau arang.

2.2.5 Stategi pemberdayaan masyarakatStrategi 1 : Menciptakan iklim, memperkuat daya, dan melindungi.Dalam upaya memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu ; pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia,setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering). Dalam rangka pemberdayaan ini, upaya yang amat pokok adalah peningkatan tarafpendidikan, dan derajat kesehatan, serta akses ke dalam sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar. Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam prosespemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karenakekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan danpemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaanmasyarakat. Melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal itu justru akan mengerdilkan yang kecil dan melunglaikan yang lemah.Strategi 2 : Program Pembangunan PedesaanPemerintah di Negara-negara berkembang termasuk Indonesia telah mencanangkanberbagai macam program pedesaan, yaitu (1) pembangunan pertanian (2) industrialisasi Pedesaan(3) pembangunan masyarakat desa terpadu(4) strategi pusat pertumbuhan Sunyoto Usman, 2004). Senada dengan program pembangunan pedesaan, J. Nasikun (dalam Jefta Leibo,1995), mengajukan strategi yang meliputi :(1) Startegi pembangunan gotong royong,(2)Strategi pembangunan Teknikal Profesional, (3) Strategi Konflik,(4) Strategi pembelotan kultural.

2.2.6 Indikator pemberdayaan masyarakat

1. Input: Meliputi SDM,dana,bahan-bahan,dan alat-alat yang mendukung kegiatan pemberdayaan masyarakat.2. Proses: Meliputi jumlah penyuluhan yang dilaksanakan,frekuensi pelatihan yang dilaksanakan,jumlah tokoh masyarakat yang terlibat, dan pertemuan-pertemuan yang di lakasanakn.3.Output: Meliputi jumlah jenis usaha kesehatan yang bersumberdaya masyarakat,jumlah masyarakat yang telah meningkatkan pengetahuan dan perilakuanya tentang kesehatan,jumlah anggota keluarga yang memiliki usaha yang meningkatkan pendapatan keluarga dan meningkatkan fasilitas umum di masyarakat4. Outcome: Dari pemberdayaan masyarakat mempunyai kontribusi dalam menurunkan angka kesakitan,kematian,kelahiaran dan status gizi masyarakat.

2.3 Advokasi2.3.1 PengertianAdvokasi adalah upaya pendekatan erhadap otang lain yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu kegiatan yang dilaksanakan. Istilah advocacy (adpokasi) mulai digunakan dalam program kesehatan masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984, sebagai salah satu strategi global pendidikan atau promosi kesehatan. WHO merumuskan, bahwa dalam mewujudkan visi dan misi pendidikan/promosi kesehatan secara efektif menggunakan 3 strategi pokok, yaitu:a. Advocacy (advokasi)b. Social support (dukungan social) c. Empowerment (pemberdayaan masyarakat)2.3.2 Tujuanadvokasia. Komitmen politik ( Political commitment )Komitmen para pembuat keputusan atau penentu kebijakan sangat penting untuk mendukung atau mengeluarkan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat,misalnya untuk pembahasan kenaikan anggaran kesehatan,contoh konkrit pencanangan Indonesia Sehat 2010 oleh presiden.Untuk meningkatkan komitmen ini sangat dibutuhkan advokasi yang baik.b. Dukungan kebijakan ( Policy support )Adanya komitmen politik dari para eksekuti,maka perlu ditindaklanjuti dengan advokasi lagi agar dikeluarkan kebijakan untuk mendukung program yang telah memperoleh komitmen politik tersebut.c. Penerimaan sosial ( Social acceptance )Penerimaan sosial artinya diterimanya suatu program oleh masyarakat.Suatu program kesehatan yang telah memperoleh komitmen dan dukungan kebijakan,maka langkah selanjutnya adalah mensosialisasikan program tersebut untuk memperoleh dukungan masyarakat. d. Dukungan sistem ( System support )Agar suatu program kesehatan berjalan baik maka perlunya sistem atau prosedur kerja yang jelas mendukung. Mengingat bahwa masalah kesehatan merupakan dampak dari berbagai sektor, maka program untuk pemecahanya atau penangulanganya harus bersama-sama dengan sektor lain.

2.3.3 Kegiatan advokasia. Lobi Politik (political lobbying)Lobi adalah berbincang-bincang secara informal kepada para pejabat untuk menginformasikan dan membahas masalah dari program kesehatan yang akan dilaksanakan.b. Seminar atau presentasiSeminar atau presentasi yang dihadiri oleh para pejabat lintas program dan lintas sektor. Petugas kesehatan menyajikan masalah kesehatan di wilayah kerjanya, lengkap dengan data dan ilustrasi yang menarik, serta rencana program pemecahannya, diperoleh komitmen dan dukungan terhadap program yang akan dilaksanakan.c. Media advokasi (media advocacy)Advokasi media adalah melakukan kegiatan advokasi dengan menggunakan media khususnya media massa. Melalui media cetak maupun media elektronik permasalahan kesehatan disajikan baik dalam bentuk lisan, artikel, berita, diskusi, penyampain pendapat, dan sebagainya.d. Perkumpulan (asosiasi) peminatAsosiasi atau perkumpulan orang-orang yang mempunyai minat atau keterkaitan terhadap masalah terntu atau perkumpulan profesi adalah juaga merupakan bentuk advokasi.

2.3.4 Komunikasi advokasiKomunikasi advokasi adalah berkomunikasi dengan para pengmbil keputusan atau penentu kebijakkan.Oleh sebab itu advovokasi disektor kesehatan adalah komunikasi antara para pejabat atau petugas kesehatan disemua tingkat dan tatanan dengan para penentu kebijakkan ditingkat atau tatanan tersebut. Untuk menghasilkan komunikasi yang efektif diperlukan prakondisi antara lain sebagai berikut :1. Atraksi InterpersonalAtraksi intrapersonal adalah daya tarik seseorang atau sikap positif pada seseorang yang memudahkan orang lain untuk berhubungan atau berkomunikasi dengannya. Atraksi interpersonal ditentukan oleh factor sebagai berikut:a. Daya tarikDaya tarik ini sangat ditentukan sikap dan perilaku orang terhadap orang lain. Oleh sebab itu daya tarik pun dapat dipelajari misalnya, dengan membiasakan senyum terhadap setiap orang, berpikir positif terhadap orang lain, dengan sebagai berikut.b. Percaya diri.Percaya diri bukan berarti menyombongkan diri, melainkan suatu perasaan bahwa ia mempunyai kemampuan atau menguasi ilmu atau pengalaman dibidangnya. Oleh sebab itu agar percaya diri harus mendalami pengetahuan teoritis lapangan tentang bidangnya, terutama program yang akan dikomunikasikannya.c. KemampuanHal ini berkaitan dengan percaya diri. Orang yang mau melakukan tugas-tugasnya,ia akan lebih percaya diri.d. Familiarity.Artinya petugas kesehatan yang sering muncul atau hadir dalam event tertentu, misalnya rapat, pertemuan informal,seminar, dansebagainya, akan lebih pamiliar, termasuk dalam kalangan pemuda setempat atau bupati.e. Kedekatan (proximity)Artinya menjalin hubungan baik atau kekeluargaan dengan para pejabat atau keluarga pejabat setempat adalah factor yang penting untuk melakukan advokasi.2. Perhatian.Berdasarkan teori psikologis ada dua factor yang mempengaruhi perhatian seseorang, yaitu factor internal dan factor eksternal.Factor internal adalah factor yang berasal dalam diri orang itu sendiri. Factor internal terdiri dari, faktor biologis (biologis,seks), dan factor psikologis (pengetahuan, sikap, motivasi, kebiasaan, kemauan, kebutuhan, dan sebagainya).3. Intesitas komunikasi. Artinya pesan atau imformasi yang akan disampaikan melalui peruses komunikasi advokasi adalah program-program kesehatan yang akan dimintakan kometmen atau dukungan nya dari pada para pembuat keputusan tersebut. Oleh sebab itu agar komunikasi advokasi efektif, maka program yang ingin didukung dengan pejabat harus sering dikomunokasikan melalui berbagai kesempatan atau pertemuan, baik pertemuan formal atau informal,melalui seminar dan sebagainya.4. Visualisasi.Seperti telah disebutkan di atas, untuk memperileh perhatian dari para pembuat atau penentu kebijakan, maka pesan-pesan atau program-program kesehtan yang kita tawarkan harus mempunyai intestas tinggi. Disamping itu impormasi atau pesan yang menarik perlu divisualisasi dalam media, khususnya media interpersonal.media interpersonal yang paling efektif dalam rangka komunikasi advokasi adalah flip chard, booklet, slidi atau video cassette. Pesan tersebut berdasarkan fakta-fakta yang diilustrasikan melaluigrafik, table, gambar, atau foto.

2.3.5 Indikator advokasiAdvokasi sebagai suatu kegiatan , sudah barang tentu mempunyai masukan (input) ---proses---keluaran (output). Dibawah ini akan diuraikan tentang evaluasi advokasi serta indikator-indikator evaluasi tentang 3 komponen tersebut yaitu:1. InputInput untuk kegiatan advokasi yang paling utama adalah orang (man) yang akan melakukan advokasi (advocator) yakni data atau informasi yang membantu atau mendukung argumen dalam advokasi.2. ProsesProses advokasi adalah kegiatan untuk melakukan advokasi, oleh sebab itu evaluasi proses advokasi harus sesuai dengan bentuk kegiatan advokasi tersebut.

3. OutputKeluaran atau output advokasi sektor kesehatan, dapat diklasifikasikan dalam dua bentuk, yakni: output dalam bentuk perangkat lunak (soft ware) dan output dalam bentuk perngkat keras (hard ware).2.4 Pemecahan Masalah dalam Pemberdayaan Masyarakat2.4.1 Pola penanganan masalah oleh masyarakatDalam proses pemberdayaan masyarakat, dimana penilaian keberhasilan tentang keberdayaan masyarakat sampai dengan saat ini masih belum ditemukan tolok ukur yang baku karena proses pemberdayaan masyarakat sejalan dengan tingkat berkembangnya kemampuan sumberdaya yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Sehingga model atau pola pemberdayaan masyarakat disetiap wilayah berbeda tetapi prinsip bahwa masyarakat sebagai subyek pembangunan tetap kedepankan.Demikian juga terhadap munculnya suatu masalah, dipastikan bahwa masyarakat harus mendapatkan informasi yang jelas dan diberi kesempatan untuk melakukan penanganan melalui pendampingan sehingga tetap berada pada koridor aturan yang telah ditetapkan dan disepakati sendiri oleh masyarakat.Pola penanganan masalah berbasis masyarakat pada prinsipnya penanganan masalah diselesaikan sendiri oleh masyarakat, kelompok masyarakat atau forum musyawarah yang telah melalui proses fasilitasi identifikasi sampai analisis masalah sehingga dapat diketahui dan disepakati pola penanganan masalah yang berupa penyelesaian masalah dengan Litigasi (proses hukum formal) penyelesaian masalah dengan pendekatan Non Litigasi, seperti Alternative Dispute Resolution-ADR (Konsiliasi, Negosiasi, Mediasi, Penilaian Ahli dan Konsultasi) atau penyelesaian masalah melalui Lembaga Arbitrase sesuai Undang-undang Nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Dimungkinkan juga langkah penyelesaian masalah dengan pendekatan tradisi lokal dengan memperhatikan aspek budaya dan kearifan lokal. Sudah banyak contoh penanganan masalah yang penyelesaiannya dikembalikan ke masyarakat melalui suatu forum sesuai dengan aturan yang telah disepakati sebelumnya dengan harapan semua pihak bisa mengawasi dan dilaksanakan dengan baik. Hasilnya ternyata lebih memuaskan semua pihak, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan serta didukung dengan berita acara penyelesaian, dimana masyarakat memiliki hak menerima atau menolak atas penyelesaian masalah dimaksud namun jika masyarakat menginginkan adanya upaya lain dan menyatakan belum selesai, maka dapat dilakukan peninjauan kembali, dalam hal ini perlu dibuat kesepakatan (dalam rerita acara). Dan juga banyak kasus atau masalah yang diteruskan ke proses hukum formal karena hasilnya tidak signifikan sehingga sesuai keputusan dan kesepakatan masyarakat dilaporkan ke proses hukum.Model atau pola penanganan masalah oleh masyarakat inilah yang akan terus dilakukan dan disosialisasikan ke berbagai pihak mulai dari masyarakat, pelaku, pendamping, penegak hukum dan aparat pemerintah dalam proses kegiatan pemberdayaan masyarakat