21
20 BAB II MASUKNYA ISLAM DAN BERKEMBANGNYA KEBUDAYAAN MELAYU DI KERAJAAN TANJUNGPURA A. Masuknya Agama Islam Sebelum masuk kepada perkembangan Islam di Kalimantan Barat. Ada insightment yang harus dipahami tentang mengapa suku dan kebudayaan Melayu cenderung menguat dan hidup di beberapa daerah Kalimantan dibandingkan kebudayaan Jawa. Menurut beberapa buku sejarah sebgian diantaranya tiga buku karya Prof. Slamet Muljana, dalam mengungkap sejarah upaya yang dilakukan diantaranya adalah melihat ciri-ciri nama tempat diantaranya nama teluk rantai, nama sungai, nama bukit 9 . Di Ketapang nama-nama geografis yang muncul adalah Kumpai Melayu, Sungai Melayu, dan Gunung Melayu, menandakan adanya pengaruh melayu dalam penamaan tempat-tempat secara geografis. Meskipun pada abad-abad selanjutnya. Dalam abad ke-11 hingga 14, pengaruh Jawa sangat kuat hidup di Kalimantan. Ada pengaruh kerajaan Jawa seperti Singasari (1284 Masehi), Majapahit (1345-1346 hingga tahun 1468), Jepara- Demak (1468-1546) 10 . Bahkan, adanya kosa kata bahasa loskal yang mirip dengan bahasa Jawa seperti lawang yang berarti pintu, bator yang berarti teman, dulur yang berarti sausdara, kali yang berarti sungai, dan lawangan yang berarti sungai. 9 M.Salim bin Achmad Atik, Serial Sejarah Sekuntum Mawar tentang Sejarah & Hari Jadi Ketapang, (Jakarta : 1998), hlm. 119. 10 Ibid.

BAB II MASUKNYA ISLAM DAN BERKEMBANGNYA …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab2.pdf · Sesuai dengan cerita rakyat, bahwa Karang Tunjung adalah seorang ... islam di Nusantara,

  • Upload
    lekhue

  • View
    236

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II MASUKNYA ISLAM DAN BERKEMBANGNYA …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab2.pdf · Sesuai dengan cerita rakyat, bahwa Karang Tunjung adalah seorang ... islam di Nusantara,

20

BAB II

MASUKNYA ISLAM DAN BERKEMBANGNYA KEBUDAYAAN

MELAYU DI KERAJAAN TANJUNGPURA

A. Masuknya Agama Islam

Sebelum masuk kepada perkembangan Islam di Kalimantan Barat. Ada

insightment yang harus dipahami tentang mengapa suku dan kebudayaan Melayu

cenderung menguat dan hidup di beberapa daerah Kalimantan dibandingkan

kebudayaan Jawa. Menurut beberapa buku sejarah sebgian diantaranya tiga buku

karya Prof. Slamet Muljana, dalam mengungkap sejarah upaya yang dilakukan

diantaranya adalah melihat ciri-ciri nama tempat diantaranya nama teluk rantai,

nama sungai, nama bukit9. Di Ketapang nama-nama geografis yang muncul adalah

Kumpai Melayu, Sungai Melayu, dan Gunung Melayu, menandakan adanya

pengaruh melayu dalam penamaan tempat-tempat secara geografis.

Meskipun pada abad-abad selanjutnya. Dalam abad ke-11 hingga 14,

pengaruh Jawa sangat kuat hidup di Kalimantan. Ada pengaruh kerajaan Jawa

seperti Singasari (1284 Masehi), Majapahit (1345-1346 hingga tahun 1468), Jepara-

Demak (1468-1546)10. Bahkan, adanya kosa kata bahasa loskal yang mirip dengan

bahasa Jawa seperti lawang yang berarti pintu, bator yang berarti teman, dulur yang

berarti sausdara, kali yang berarti sungai, dan lawangan yang berarti sungai.

9 M.Salim bin Achmad Atik, Serial Sejarah Sekuntum Mawar tentang Sejarah & Hari

Jadi Ketapang, (Jakarta : 1998), hlm. 119. 10 Ibid.

Page 2: BAB II MASUKNYA ISLAM DAN BERKEMBANGNYA …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab2.pdf · Sesuai dengan cerita rakyat, bahwa Karang Tunjung adalah seorang ... islam di Nusantara,

21

Dengan begitu besarnya pengaruh Jawa hingga kepada elemen budaya

dalam hal ini, kemiripan bahasa, masyarakat Kalimantan tetap dinisbatkan kepada

suku Melayu karena jauh sebelum pengaruh jawa datang, telah ada kerajaan di

Tanah Kayung bernama Kerajaan Melayu. Kerajaan ini menggunakan lambang

“BUNGA TERATAI”. Bunga teratai tersebut adalah sebuah lambang yang identik

dengan kerajaan-kerajaan Melayu di Muara Jambi dan Kerajaan Malayapura di

Batanghari11. Diketahui, kerajaan Melayu ini memiliki hubungan dengan kerajaan-

kerajaan lainnya yang berbudaya Melayu.

Masuk kepada Islamisasi yang terjadi di Kalimantan Barat, ada dua elemen

dan sudut pandang tentang bagaimana Islam menyebar di Pulau ini yaitu

perdagangan dan pengaruh Kerajaan Tanjungpura. Merujuk kepada sejarah

kekerajaan di Kalimantan Barat, Tanjungpura sudah cukup merepresentasikan

dinamika islam dari berbagai sudut pandang politik serta sosial yang terbentang dari

awal abad ke-15 hingga akhir abad ke-19. Sedangkan perdagangan dalam konteks

sebagai elemen lainnya yang membantu masuknya Islam, cenderung memiliki porsi

yang sedikit jika dibandingkan dengan sumber-sumber sejarah kerajaan.

Kedatangan pedagang muslim di Kalimantan Barat terjadi kira-kira tahun

1550 kebanyakan dari mereka datang dari Palembang12. Panembahan Baruh, raja

yang bertahta di Tanjungpura pada masa itu sendiri dengan adanya agama Islam

11Ibid. 12 Poltak Johansen, Jurnal Sejarah dan Budaya Kalimantan Barat No.7/2005 (Pontianak :

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional, 2005), hlm. 161.

Page 3: BAB II MASUKNYA ISLAM DAN BERKEMBANGNYA …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab2.pdf · Sesuai dengan cerita rakyat, bahwa Karang Tunjung adalah seorang ... islam di Nusantara,

22

yang berkembang di daerah Sukadana tidak ikut memeluknya sampai pada

wafatnya tahun 1590 dan agama Islam pada mulanya hanya berpengaruh di

kalangan rakyat.

Sumber yang lain seperti M. Salim bin Achmad Atik, mengamini islamisasi

yang terjadi di lingkungan masyarakat luar kerajaan tersebut. Dalam jurnalnya,

M.Salim mengatakan bahwa masuknya agama islam di negeri Kayung bermula dari

masyarakat yang tinggal di Benua Lama13. Sejak tahun 1468, pada saat orang-orang

Jepara Demak Panarukan belummenjadi kekuatan politk baru di Jawa, leluhur dari

Adipati Unus telah menjadi buruh di pesisir Kalimantan Barat dan menetap di

perkampungan Benua Lama antara 1447-1451. Di perkampungan tersebut telah ada

orang Muslim yang berasal dari suku Turki Seljuk, Arab, dan orang Cina.

Masuknya agama Islam di Kalimantan Barat adalah perjalanan sejarah yang

muncul dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Dari Sudut pandang sejarah

kerajaan Tanjungpura, pada tahun 1590 : Penguasa Kerajaan Tanjungpura memeluk

Islam dengan memakai gelar Panembahan dan Giri14. Catatan lain menyebutkan

bawha Panembahan Giri tersebut menyebarkan Islam mulai pada tahun 1550, dan

periode tersebut Sukadana, pusat kerajaan telah kedatangan agama islam. Proses

islamisasi berlangsung selama empat-puluh tahun, dan pada tahun 1590, Kerajaan

Sukadana, Tanjungpura, telah menjadi kerajaan Islam. Tetapi Yudo menambahkan,

ada dugaan bahwa jauh sebelum periode itu masyarakat di Sukadana telah memeluk

13 M.Salim., op.cit. 14 Yudo Sudarto, Catatan Warisan Budaya (Cultural Heritage) di Kerajaan Tanjungpura,

(Ketapang, Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga, 2010), hlm. 41.

Page 4: BAB II MASUKNYA ISLAM DAN BERKEMBANGNYA …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab2.pdf · Sesuai dengan cerita rakyat, bahwa Karang Tunjung adalah seorang ... islam di Nusantara,

23

agama Islam. Adapun yang mengislamkan daerah Sukadana adalah orang Arab

Islam yang datang dari Sriwijaya15.

Hidupnya masyarakat pedagang asing tersebut tidak lepas dari hubungan

negeri Kayung dengan masyarakat di Timur Tengah. Nama Ketapang memang

terkenal dalam masyarakat di Timur Tengah. Kedatangan Al Habib Husein dari

Arab dan makam Syeikh Maghribi yang dimakamkan di hulu Sungai Pawan,

Ketapang.

Selain itu, adanya makam tujuh di Kampung Mulia Kerta, Ketapang, yang

letaknya satu lokasi dengan Keraton Mulia Kerta. Jika penelitian ini benar, maka

alur Sungai yang membentang dari muara sekitar Pulau Tempoyak, ujungnya

berada di sekitar keraton Mulia Kerta dan Kampung Arab. Dengan demikian,

pemukiman dengan nama Kampung Arab adalah salah satu fakta tentang adanya

hubungan serta pengaruh masyarakat Timur Tengah dengan Ketapang.

Catatan mengenai sejarah perkembangan Islam menghilang. Baik Achmad

Atik maupun M.Salim tidak mencatatkan periode Islam dalam jurnalnya. Namun

sampai tahun akhir abad ke-13, telah hidup masyarakat pedagang Islam asing yang

menetap hidup di Benua Lama. Terdapat sudut pandang lain yang melihat proses

Islamisasi Kerajaan Tanjungpura dari aspek perdagangan. Karang Tunjung naik

tahta dan menjadi raja. Dia membangun hubungan dagang dengan Raja Malaka,

Iskandar Syah16. Hubungan dagang ini sekaligus menandai agama Islam masuk ke

15 Poltak, op.cit., hlm. 16 Ibrahim Badjuri, Sejarah Singkat Kerajaan Tanjungpura dan Kerajaan-Kerajaan yang

Asal-Usulnya dari Kerajaan Tanjungpura, (Ketapang, Kantor Informasi Kebudayaan dan

Pariwisata, 2006), hlm. 9.

Page 5: BAB II MASUKNYA ISLAM DAN BERKEMBANGNYA …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab2.pdf · Sesuai dengan cerita rakyat, bahwa Karang Tunjung adalah seorang ... islam di Nusantara,

24

dalam Kerajaan Tanjungpura. Transformasi status kerajaan Tanjungpura menjadi

Kerajaan Islam Tanjungpura.

Ketimpangan di dalam menentukan periode islamisasi kerajaan

Tanjungpura kemudian dibenarkan oleh Yudo Sudarto di dalam bukunya yang

berjudul Catatan Warisan Budaya (Cultural Heritage) di Kerajaan Tanjungpura

adalah sebagai berikut :

“kapan masuknya Islam ke Kerajaan Tanjungpura masih banyak pendapat

tentang ini. sama halnya kapan masuknya islam ke Indonesia juga masih

banyak pendapat yang selalu mengundang perdebatan.”

Namun, Yudo menambahkan bahwa Kerajaan Tanjungpura secara resmi

dinyatakan sebagai Kerajaan Islam ketika Panembahan Giri Kusuma menjadi raja

Tanjungpura yang berkedudukan di Sukadana. Berikut adalah cuplikan tulisan yang

membahas tentang Islam dan Kerajaan Tanjungpura :

“Dalam tulisan mengenai diskusi mencari Islam di Indonesia, Aniqotul

Ummah yang diterbitkan pada http://islamlib.com/id/artikel/mencari-

islam-indonesia/, menyebutkan di Tanjungpura (Kalbar), Islam

diperkenalkan oleh Syekh Husein dan berhasil mengislamkan Raja Giri

Kusuma. Ia kemudian dikawinkan dengan putri Giri Kusuma dan

menurunkan raja-raja Tanjungpura.”

Dalam sudut pandang kerajaan tradisional, sebelum menjadi kerajaan Islam,

Tanjungpura adalah situs bagi kerajaan Hindu-Buddha, salah satu yang terbesar di

Nusantara. Tanjungpura, adalah sebutan untuk pusat permukiman di Negeri

Kayung. Negeri Kayung sendiri adalah sebutan untuk Kalimantan Barat. Perlu

dijelaskan bahwa Tanjungpura merupakan ibukota Kerajaan Sukadana, Matan dan

Kayung.

Page 6: BAB II MASUKNYA ISLAM DAN BERKEMBANGNYA …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab2.pdf · Sesuai dengan cerita rakyat, bahwa Karang Tunjung adalah seorang ... islam di Nusantara,

25

Tetapi adapula yang menyebutkan bahwa Kerajaan Matan, Sukadana dan

Simpang dahulunya merupakan bagian Kerajaan Tanjungpura. Luas Kerajaan

Tanjungpura hampir meliputi seluruh Kalimantan Barat.17 Perjalanan Tanjungpura

sebagai kota, situs pemukiman masyarakat Melayu hingga menjadi kerajaan adalah

proses sejarah yang panjang dan rumit.

Tanjungpura yang kemudian disebut sebagai Kerajaan Tanjungpura adalah

sebuah cerita yang turun-temurun diceritakan dari generasi ke generasi. Kisah

tersebut berawal dari wafatnya Raja Baparung menyebabkan putera mahkota,

Panembahan Karang Tunjung naik tahta pada tahun 1431 meskipun pada waktu itu,

beliau masih kecil sekali.

Putera mahkota ini senang sekali tidur-tiduran diatas bunga

Tunjung/Tanjung. Sesuai dengan cerita rakyat, bahwa Karang Tunjung adalah

seorang yang sakti, sehingga daun kembang Tanjung yang sangat kecil ini mampu

menampungnya. Karena itu, timbullah julukan dari rakyat berupa “Raja Karang

Tunjung”18. Inilah asal-muasal nama dari Kerajaan Tanjungpura. Karang Tunjung

meresmikan Kerajaan Tanjungpura dengan Sukadana sebagai ibukota kerajaan. Ia

memerintah di Tanjungpura dalam periode 1487-1504.

Sumber sejarah lainnya menuliskan seperti Sejarah Kodam XII

Tanjungpura Kalimantan Barat bahwa masuknya agama Islam ke Kalimantan Barat

17 Poltak Johansen, op.cit., hlm. 157. 18 Ibrahim Badjuri, op.cit., hlm. 9.

Page 7: BAB II MASUKNYA ISLAM DAN BERKEMBANGNYA …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab2.pdf · Sesuai dengan cerita rakyat, bahwa Karang Tunjung adalah seorang ... islam di Nusantara,

26

terjadi pada abad ke-16, ketika Kerajaan Hindu Sukadana di bawah pimpinan Raja

Penambuhan Baru19.

Pada masa Panembahan Baruh selain agama Islam mulai berpengaruh ia

juga membangun kota baru yang kemudian diberi nama Matan. Setelah masa

pemerintahan Panembahan Baruh, tahta kerajaan kemudian dipegang oleh

Panembahan Giri Kusuma. Pada masa pemerintahannya perkembangan agama

islam semakin pesat dan akhirnya beliau memeluk agama Islam20. Ia tidak langsung

mendapatkan gelar sultan ketika memeluk Islam, melainkan setelah ia menyatukan

kerajaan Sukadana dengan kerajaan Landak, dengan menikahi Ratu Mas Jaitan,

puteri Pangeran Prabu. Giri Kusuma kemudian mengganti namanya menjadi Sultan

Muhammad Syafiuddin21, sebagai tandai bahwa ia telah memeluk agama islam dan

menjadi raja dengan nama islam pula.

Kegiatan penyebaran agama Islam merupakan suatu proses yang sangat

penting dalam sejarah Indonesia. Penyebaran agama Islam sudah ada di beberapa

bagian di Indonesia dalam masyarakat lokal khususnya masyarakat Melayu

Kalimantan Barat. Pada umumnya proses berlangsungnya penyebaran agama Islam

dilakukan penduduk pribumi berhubungan dengan pedagang Islam kemudian

menganutnya.

19 Poltak, op.cit, hlm. 161. 20 Ibid. 21 Syafaruddin Usman. Sejarah Kontemporer Kalimantan Barat Sedjak Tempoe Doeloe.

(Pontianak : Pustaka Dinosman), hlm. 50.

Page 8: BAB II MASUKNYA ISLAM DAN BERKEMBANGNYA …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab2.pdf · Sesuai dengan cerita rakyat, bahwa Karang Tunjung adalah seorang ... islam di Nusantara,

27

Di Kerajaan Tanjungpura yang pada masa itu beribukota di Sukadana,

pengaruh agama Islam sendiri baru masuk setelah tujuh generasi pemerintahan

kerajaan berjalan. Adalah Panembahan Giri Kusuma, raja ketujuh dari kerajaan

Tanjungpura merupakan raja yang pertama menyebarkan agama Islam di

lingkungan keraton.

Pada masa pemerintahan Panembahan Giri Kusuma perkembangan agama

Islam sangat pesat dan raja sendiri memeluk agama Islam pada tahun 160022. Ia

memperluas wilayah kekuasaan Kerajaan Tanjungpura dengan mengokupasi

kerajaan-kerajaan kerabat menjadi satu kerajaan dengannya. Kedatangan orang

Arab disamping berdagang juga menyebarkan agama islam membawa pengaruh

yang besar bagi kerajaan.

Pemerintahan Panembahan Giri Kusuma berhasil memajukan hubungan

kerjasama utamanya dalam bidang perdagangan dengan kerajaan-kerajaan lainnya.

Hubungan pelayaran dan perdagangan dilakukan dengan Brunei, Johor,

Bugis/Makassar, dan Banjarmasin23.

B. Perkembangan Kebudayaan Melayu di Kerajaan Tanjungpura

Sastra Melayu sangat dekat dengan Sastra Arab. Mulai dari gaya penulisan

hingga jenis karyanya. Sastra Melayu menjadi salah satu perantara yang

menghubungkan kesusasteraan Arab dengan kebudayaan local genius di Nusantara

22 Sukadana : Suatu Tinjauan Sejarah Kerajaan Tradisional Kalimantan Barat

(Pontianak : Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Pontianak,2000)., hlm. 40. 23 Ibid.

Page 9: BAB II MASUKNYA ISLAM DAN BERKEMBANGNYA …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab2.pdf · Sesuai dengan cerita rakyat, bahwa Karang Tunjung adalah seorang ... islam di Nusantara,

28

ataupun Hindu-Budha yang kemudian berdampak kepada terjadinya proses

akulturasi budaya Islam di Nusantara.

Masyarakat Melayu Nusantara dikenal sebagai masyarakat yang memiliki

aktivitas tinggi dalam bersastra24. Di tengah masyarakat ini terdapat berjenis-jenis

karya sastra dalam jumlah besar. Sebagian diantaranya berbentuk tulisan di

berbagai medium seperti kulit kambing, lontar, bambu, kertas watermark, dan lain

sebagainya. Sebagian lainnya lagi tersimpan dalam bentuk lisan yang

ditransmisikan secara lisan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Dapat dibayangkan bahwa pada awalnya kantong-kantong masyarakat

Melayu di Kalimantan Barat berada di sekitar istana-istana kesultanan Melayu-

Islam yang berada di daerah-daerah Ketapang, Pontianak, Mempawah, Kubu,

Sambas, Landak, Tayan, Sanggau, Sekadau, Sintang, Kapuas Hulu25. Daerah-

daerah tersebut kemudian mengalami perkembangan dan membesar seiring dengan

tumbuhnya agama Islam dengan semakin banyaknya masyarakat yang memeluk

agama Islam. Konversi agama itu sendiri berlangsung tidak hanya di tengah

masyarakat yang mendiami daerah pesisir, melainkan juga masyarakat yang

mendiami daerah pedalaman.

Kondisi geografis wilayah Kalimantan Barat yang memiliki banyak

gunung, bukit, serta sungai dan anak sungai menyebabkan masyarakatnya dari sejak

awal bersifat pluralistik, terdiri dari sejumlah besar kelompok kecil, yang masing-

24 Chairil Effendy, op.cit., hlm. 82. 25 Ibid., hlm. 84.

Page 10: BAB II MASUKNYA ISLAM DAN BERKEMBANGNYA …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab2.pdf · Sesuai dengan cerita rakyat, bahwa Karang Tunjung adalah seorang ... islam di Nusantara,

29

masing daripadanya mengembangkan bahasa dan kebudayaannya sendiri26.

Ketersebaran penduduk dalam kelompok-kelompok kecil sehingga sulit

dimobilisasi untuk kepentingan ekonomi dan politik, mungkin merupakan salah

satu faktor yang menyebabkan pemerintah kolonial merasa tidak perlu

menempatkan tentara dan aparat birokrasinya dalam jumlah besar, dan

menyebabkan catatan-catatan sejarah sosial dan budaya masa lalu masyarakat

daerah ini relatif sedikit bila dibandingkan dengan hal serupa di pulau Jawa atau

Sumatera.

Kalimantan termasuk salah satu wilayah di Nusantara yang mendapat

pengaruh Hindu-Budha, Melayu, dan Islam. Pengaruh pengaruh tersebut menyebar

dengan baik di beberapa wilayah, khususnya Kalimantan Barat. Pada masa awal

islam di Nusantara, nilai-nilai kebudayaan Hindu-Budha masih hidup di

Kalimantan Barat. Dengan pertumbuhan islam yang terbantu oleh perairan dan

perdagangan, kebudayaan Melayu mulai tumbuh di Kalimantan Barat bersama

datangnya masyarakat Arab ke Benua Lama, Ketapang.

Namun, jika dilihat dalam konteks keragaman kebudayaan, sesungguhnya

masyarakat terbagi ke dalam lima (5) “wilayah kebudayaan”. Masyarakat melayu

yang berdomilisi di kabupaten-kabupaten Sambas, Bengkayang, Singkawang, dan

sebagian Landak termasuk dalam “wilayah kebudayaan Melayu Sambas”.

Masyarakat melayu yang berdomisili di Kabupaten Pontianak dan Kota Pontianak

termasuk dalam “wilayah Kebudayaan Melayu Pontianak”. Masyarakat melayu

26 Ibid.

Page 11: BAB II MASUKNYA ISLAM DAN BERKEMBANGNYA …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab2.pdf · Sesuai dengan cerita rakyat, bahwa Karang Tunjung adalah seorang ... islam di Nusantara,

30

yang berdomisili di Kabupaten Sanggau dan sebagian Kabupaten Landak termasuk

dalam “wilayah kebudayaan Melayu Sanggau”. Masyarakat melayu yang

berdomisili di Kabupaten Sintang dan Kapuas Hulu termasuk ke dalam “wilayah

kebudayaan Hulu Kapuas”. Dan, masyarakat melayu yang berdomisili di

Kabupaten Ketapang termasuk dalam “wilayah kebudayaan Melayu Ketapang”.

Wilayah-wilayah kebudayaan tersebut adalah peta persebaran kebudayaan Melayu

di Kalimantan Barat yang sebagian besar dipengaruhi oleh keberadaan kerajaan-

kerajaan tradisional Melayu Kalimantan Barat.

C. Kedatangan Raja Tengah di Kerajaan Tanjungpura

Salah satu pengaruh besar masuknya Islam di Tanjungpura adalah

kedatangan Raja Tengah ke Matan, Ketapang. Kedatangan putera mahkota dari

Sultan Brunei Darussalam tersebut mempengaruhi jalannya perkembangan sejarah

islam di Kalimantan Barat. Berikut merupakan kutipan buku “Kesah Nagri Sambas

(1568-1944)”, sebuah buku dari alm. Pak Ali Singkawang yang ditulis oleh M.

Zaini AR dan dihibahkan kepada Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional,

Pontianak ;

Dalam pemerintahan Ratu Sepudak di Kota Lama berlayarlah Sultan Raja

Tengah bersama rombongan dari negeri Brunai Darussalam. Ia adalah putera

mahkota Sultan Abdul Jalil Akbar. Rombongan Sultan Raja Tengah itu terlebih

dahulu singgah di kerajaan Djeohor Malaka (Malaysia Barat). Kemudian

rombongannya singgah di Kerajaan Tanjungpura di Sukadana.

Page 12: BAB II MASUKNYA ISLAM DAN BERKEMBANGNYA …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab2.pdf · Sesuai dengan cerita rakyat, bahwa Karang Tunjung adalah seorang ... islam di Nusantara,

31

Disebutkan bahwa Sultan Abdul Jalil Akbar mempunyai dua orang putera

masing-masing bernama Raja Abdullah memerintah di negeri Brunai gelar Sultan

Abdul Jalil Jabbar. Putera lainnya ialah Raja Tengaj untuk menjadi raja di negeri

Sarawak. Tetapi Raja Tengah tidak lama menjadi raja di Serawak ia digantikan

familinya Pangeran Muda Hasim.

Kerajaan Tanjungpura pada waktu itu dibawah pemerintahan Raja Giri

Kusuma. Di Kerajaan ini Raja Tengah dikawinkan dengan Ratu Surya. Dalam

perkawinan yang mesra itu lahirlah putera sulung anak kandung Raja Tengah yang

bernama Raden Sulaiman.

Setelah beberapa tahun lamanya di Kerajaan Tanjungpura di Sukadana

(Kab.Ketapang) ia bersama rombongan pergi ke kerajaan Ratu Sepudak di Kota

Lama. Beliau pada waktu itu telah menganut agama Islam sedangkan di Kota Lama

raja dan rakyatnya masih beragama Hindu.

Kedatangan Raja Tengah disambut dengan baik oleh Ratu Sepudak

sehingga beliau menetap lama di kerajaan itu. Karena perilaku dan tata cara serta

tegur sapa Raja Tengah dalam pergaulannya sehingga raja Ratu Sepudak tersorot

untuk menarik pusaka prilaku Raja Tengah. Demikianlah pula seluruh kerajaan

terpengaruh yang akhirnya menganut agama Islam dibawa Raja tengah27.

Sekitar tahun 1490-an di Sambas mulai berkembang pemerintahan dan

kerajaan Hindu baru selain yang sudah ada di Sukadana. Diperkirakan dalam tahun

27 M.Zaini AR, Kesah Nagri Sambas, (Pontianak, Balai Kajian Sejarah dan Nilai

Tradisional, 1994), hlm. 21.

Page 13: BAB II MASUKNYA ISLAM DAN BERKEMBANGNYA …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab2.pdf · Sesuai dengan cerita rakyat, bahwa Karang Tunjung adalah seorang ... islam di Nusantara,

32

1497, di Paloh berdiri kerajaan di bawah pengaruh Animis-Hindu yang dipimpin

oleh penguasa yang bergelar Ratu Gipang. Ibukota kerajaan pertamanya bertempat

di Muara Tebangun. Selanjutnya pada permulaan abad XV pusat kekuasaan

dialihkan ke suatu tempat yang belakangan dikenal dengan Lubuk Madung28. Di

sinilah Ratu Gipang meninggal dan kemudian digantikan oleh penerusnya yang

kemudian dikenal sebagai Ratu Sepudak. Dalam 1510, Ratu Sepudak memulai

pemerintahannya dengan mengalihkan ibukota kerajaan ke suatu tempat yang

belakangan bernama Kota Lama29.

Meski sepanjang hidupnya menjadi umat agama Hindu yang taat, Ratu

Sepudak adalah sosok yang memiliki toleransi hidup beragama yang baik dan

menjadi figur yang menjembatani masuknya Islam di Sambas karena pada masa

pemerintahannya Islam mulai merambah masuk di Negeri Sambas. Di Negeri Kuala

Bangun, Raja Muda Tengah atau Raja Tengah beserta pengikutnya mendirikan

suatu pemukiman baru. Pasangan Raja Tengah dan Putri Surya (Suraya) Kusuma

di pemukiman ini dikaruniai putra pertama mereka yang lahir pada Kamis, 10

Syawal 1009 bersamaan 14 April 1601 M30.

Raja Tengah merupakan putera Mahkota Sultan Brunei Darussalam yang

bukan hanya membawa Islam sebagai syiar kepada kerajaan-kerajaan Melayu di

Kalimantan Barat, tetapi juga memperkenalkan mereka kepada kesusasteraan

Melayu.

28 Syafaruddin Usman, op.cit., hlm. 29 Ibid, hlm. 51 30 Ibid, hlm. 52.

Page 14: BAB II MASUKNYA ISLAM DAN BERKEMBANGNYA …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab2.pdf · Sesuai dengan cerita rakyat, bahwa Karang Tunjung adalah seorang ... islam di Nusantara,

33

Datangnya Raja Tengah merupakan pintu masuk bagi karya-karya sastra

Melayu ke kehidupan masyarakat Melayu di Kalimantan Barat. Pada masa itu pula,

Giri Kusuma, Raja ke-7 Tanjungpura yang bertahta di Sukadana, telah memeluk

islam dan memiliki ketertarikan akan sastra dan kesenian Melayu. Hikayat, kitab-

kitab berbahasa arab, syair-syair serta puisi Melayu pun masuk ke Tanjungpura.

Setelah Raja Tengah meninggal, puteranya yang bernama Raden Sulaiman

diangkat menjadi wazir untuk menggantikan posisi ayahnya di kerajaan Kota Lama.

Sejak diangkat sebagai wazir kedua kerajaan di Kota Lama, Raden Sulaiman sangat

disenangi rakyat. Sebagaimana juga ayahnya, Raja Tengah, ia aktif melakukan syiar

Islam31.

Selain kedatangan kesusasteraan Melayu yang bernafaskan Islam, adat-

istiadat, dan kesenian bertutur syair terhadap raja, pangeran, serta keluarga raja pun

berkembang di lingkungan keraton. Setiap para Raja dan Pangeran memiliki

penyair32. Mereka selalu mengagung-agungkan raja dan pangeran mereka. Setiap

upacara kerajaan, syair-syair pujaan terhadap raja dan keluarga mereka selalu

dilantunkan penyair-penyair tersebut. Syair-syair melayu pun berkembang di

keluarga Kerajaan Tanjungpura yang saat itu masih beribukota di Sukadana.

Kesenian zaman Kerajaan Tanjungpura hidup dalam dua lingkungan yang

terpisah. Lingkungan internal kerajaan dan lingkungan masyarakat Melayu

Kayung. Dalam lingkungan kerajaan, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,

adalah syair-syair pujaan terhadap raja dan keluarga-nya serta kerajaan

31 Ibid. 32 Wawancara dengan Uti Saban. 3 Agustus 2014.

Page 15: BAB II MASUKNYA ISLAM DAN BERKEMBANGNYA …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab2.pdf · Sesuai dengan cerita rakyat, bahwa Karang Tunjung adalah seorang ... islam di Nusantara,

34

Tanjungpura. Lain hal-nya dengan kesenian yang hidup di luar kerajaan atau di

dalam lingkungan masyarakat Melayu Negeri Kayung.

D. Kesusasteraan Melayu di Kalimantan Barat dalam masa Kolonial dan

Masa Pendudukan Jepang

Dalam sudut pandang politik diceritakan bahwa Belanda tidak serta-merta

datang dengan pemerintahan kolonial-nya melainkan diawali dengan datangnya

segelintir sarjana Belanda ke Kalimantan pada tahun 1822 dengan komisi Tobias-

nya33. Ketika itu apa yang dilakukan para ilmuwan Belanda itu tidak bisa dilepaskan

dari kepentingan penjajahannya. Kepentngan penjajahannya waktu itu adalah

memecah rasa persatuan dari orang-orang Indonesia karena kekhawatiran yang

didasari oleh diri mereka sendiri.

Sepak terjang kolonial Belanda di dominasi dengan usaha pemecahan

kesatuan diantara masyarakat daerah di Kalimantan Barat. Karena itu tidaklah

mengherankan begitu banyak masyarakat kesukuan, dalam hal ini, etnis Dayak,

berkembang pada masa kolonialisme. Adanya stereotipe yang mencuci otak

masyarakat bahwa “dayak” adalah sebutan untuk masyarakat asli Kalimantan, atau

dalam hal ini, diartikan sama dengan darat34.

Selain memecah-belah persatuan masyarakat, Belanda juga melakukan

penyebaran misi-misi keagamaan Kristen. Antara tahun 1914-1917 ketika itulah

misi Katolik banyak melakukan pembangunan demi pembangunan seperti Rumah

33 Salim bin Achmad Atik, op.cit., hlm. 101. 34 Ibid.

Page 16: BAB II MASUKNYA ISLAM DAN BERKEMBANGNYA …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab2.pdf · Sesuai dengan cerita rakyat, bahwa Karang Tunjung adalah seorang ... islam di Nusantara,

35

Sakit, Gereja, Sekolah35, dimana misi ini banyak mendidik pemuda dan pemudi

suku darat untuk dijadikan misionaris yang bermarkas di Rumah Sakit atau

bangunan-bangunan Katolik tersebut.

Pada masa pemerintahan Kolonial Belanda, munculnya pantun-pantun

sastra indonesia lama menandai adanya perubahan karya tulis di masa pemerintahan

kolonial. Tulisan-tulisan yang mendorong semangat pergerakan dan intelektualitas

tentang wacana keindonesiaan mulai tumbuh

Tidak terkecuali di Kalimantan Barat. Pergeseran karya sastra mulai

menunjukkan arah dari mengarah kengkarangan menjadi menulis pantun.

Perubahan lainnya adalah munculnya penulisan dengan huruf latin. Pada abad ke-

19, mayoritas etnis Melayu menggunakan penulisan dengan huruf Arab Melayu.

Hingga 1920-an, jurnal atau majalah seperti Borneo Barat Bergerak memuat

pantun-pantun panjang tak berbalas, namun keseluruhan baitnya berisi nasehat dan

nafas-nafas pergerakan partai atau organisasi. Majalah tersebut merupakan

terompet politik dan pergerakan organisasi di Kalimantan Barat dan berkembang

pesat pada zamannya. Pantun-pantun panjang tersebut merupakan transformasi

karya tulis yang ditemukan pada masa pemerintahan kolonial Belanda di

Kalimantan Barat hingga tahun 1920.

Hanya saja, pantun-pantun Melayu tidak merepresentasikan dinamika syair

gulong dalam konteks kesenian. Karya-karya tersebut pada akhirnya adalah bentuk

35 Ibid, hlm, 102.

Page 17: BAB II MASUKNYA ISLAM DAN BERKEMBANGNYA …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab2.pdf · Sesuai dengan cerita rakyat, bahwa Karang Tunjung adalah seorang ... islam di Nusantara,

36

kesusasteraan melayu secara umum yang mewakili aktivitas kesastraan masyarakat

Melayu di Kalimantan Barat yang cukup suka berpantun.

Selain itu, masa pemerintahan Kolonial Belanda menandai dekadensi

kebudayaan dan kesenian Melayu di Kalimantan Barat. Semua

Hingga masa pendudukan Jepang, tidak ada dokumentasi yang

menyakinkan pendapat bahwa kesenian bertutur syair ini hidup pada masa tersebut.

Teks-teks syair, berikut penutur atau penyair gulong, diperkirakan hilang, diculik,

dan lain sebagainya yang berdampak kepada lumpuhnya kegiatan berkebudayaan

Melayu di Kalimantan Barat.

E. Perkembangan Kesusasteraan Melayu di Nusantara

Sejarah Sastra Melayu memiliki linimasa yang panjang yang terbentang dari

awal mula berkembangnya Islam di Nusantara awal Abad ke-12 hingga ke zaman

pergerakan nasional akhir abad ke-20. Tumbuhnya Bahasa Melayu di Nusantara

adalah awal dan bibit bagi perkembangan sastra melayu untuk tumbuh di berbagai

daerah di Nusantara.

Abad XVI, yang merupakan periode awal masuknya cikal-bakal Sastra

Melayu di Nusantara. Pada masa ini terdapat sebuah terjemahan yang berasal dari

Aceh berjudul Aqa-id karya An-Nasafi36. Naskah ini bertanggal 998 Hijriah atau

sekitar 1590 dalam tahun Masehi. Naskah ini mengandung teks dalam bahasa Arab

dengan terjemahan antarbaris dalam bahasa Melayu, membicarakan ilmu kalam37.

36 Taufik Abdullah, dkk., Indonesia Dalam Arus Sejarah Volume III (Jakarta : 2014).,

hlm. 232 37 Ibid.

Page 18: BAB II MASUKNYA ISLAM DAN BERKEMBANGNYA …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab2.pdf · Sesuai dengan cerita rakyat, bahwa Karang Tunjung adalah seorang ... islam di Nusantara,

37

Pada tahun 1693, Nurruddin Ar-Raniri, penulis Aceh, membuat saduran dari karya

ini berjudul Durrah al-Faraid38.

Berdasarkan teks terjemahan Aqa’id, terdapat evolusi perkembangan bahasa

Melayu abad XVI dari segi ejaan Jawi39. Ciri-ciri bahasa Melayu pra-klasik masih

terlihat juga disini, seperti kata dipaccat (dipecat) dengan tasydid /c/, bertannung

(bertenung), dan lannyap (lenyap) dengan tanwin /n/.40 Sistem morfofonemik

memperlihatkan gejala campur aduk, sebagian besar masih berbahasa melayu pra-

klasik dan sebagian lainnya sudah bercorak klasik.

Kesusasteraan Melayu berkembang pesat pada permulaan abad XVII.

Kesusasteraan Melayu telah menemukan jati dirinya dalam hal penciptaan karya-

karya baru yang dikenal dengan istilah hikayat klasik Melayu sebagai belles

lettres41. Genre kebudayaan baru tersebut muncul dan mulai berkembang pada akhir

abad XVI atau awal abad XVII. Genre sastra kitab baru muncul pada akhir abad

XVI atau awal anad XVII, ditandai dengan munculnya karya asli dari tangan

Hamzah Al-Fansuri.

Bahasa Melayu Hamzah Fansuri di sini terlihat sangat murni jauh dari

pemakaian unsur bahasa Arab yang berlebihan42. Karena bahasa Arab adalah

bahasa Arab dan tidak mungkin di-melayu-kan. Di tangan Hamzah Al-Fansuri

38 Braginsky, V.I, Yang Faedah dan Kamal Sejarah Sastra Melayu dalam Abad 7-19

(Jakarta : 2012), hlm., 183. 39 Taufik, op.cit., hlm. 236. 40 Ibid, hlm, 237 41 Ibid, hlm, 184 42 Ibid.

Page 19: BAB II MASUKNYA ISLAM DAN BERKEMBANGNYA …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab2.pdf · Sesuai dengan cerita rakyat, bahwa Karang Tunjung adalah seorang ... islam di Nusantara,

38

terasa bahasa Melayu telah terangkat menjadi bahasa modern dan bahasa intelektual

Islam yang dimanfaatkan dalam penyebaran agama Islam di Nusantara43.

Kepeloporan Hamzah Al-Fansuri dalam sastra sufi Melayu telah diakui oleh

banyakya pengamat. Pemakaian kata-kata Arab sangat menonjol, tetapi terintegrasi

dengan baik ke dalam struktur puisinya. Istilah-istilah tasawuf dan istilah-istilah

keagamaan lainnya tidak saja berperan untuk kepentingan persajakan dan irama,

tetapi juga telah menjadikan puisinya itu padat dan membutuhkan pengetahuan

tasawuf untuk dapat memahaminya dengan baik.

Tetapi, bukanlah seorang penyair hebat jika tidak memiliki musuh dimana-

mana. Dalam akhir tahun 1630-an, sampai permulaan tahun 1640-an, Hamzah dan

Syamsuddin dari Pasai dituduh sebagai bidah44. Buku-buku mereka dibakar dan

para pengikutnya dihukum mati. Braginsky dalam bukunya Sejarah Sastra Melayu

Dalam Abad 7-19 menulis bahwa kita bisa menduga bahwa hamzah dan para

penyair semazhabnya menjadi kesal, karena syair-syair mereka ditafsirkan secara

dangkal, sehingga menimbulkan tuduhan-tuduhan “amoral” oleh kaum ortodoksi

yang memang cenderung menentangnya.

Berbagai bentuk kebudayaan lokal yang ada lahir dan berkembang dari

suatu proses panjang. Selama ribuan tahun nenek moyang bangsa Indonesia

membentuk dan membina kebudayaan mereka. Gelombang globalisasi kebudayaan

43 44 Loc.cit.

Page 20: BAB II MASUKNYA ISLAM DAN BERKEMBANGNYA …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab2.pdf · Sesuai dengan cerita rakyat, bahwa Karang Tunjung adalah seorang ... islam di Nusantara,

39

terhadap bangsa Indonesia di masa lalu, yang terjadi bersamaan dengan masuknya

nilai-nilai Hindu, Buddha, dan Islam45.

Memang terjadi tarik-menarik antara sistem nilai lama dan sistem nilai baru

dalam proses itu. Namun karena mereka memiliki sikap arif, maka unsur-unsur

terbaiklah yang diambil untuk memperkaya, mendinamisasi, dan mengembangkan

kebudayaan mereka.

Kebudayaan dan adat-istiadat Melayu di Kalimantan Barat berkembang

seiring dengan proses Islamisasi yang tengah semarak di beberapa penjuru

Nusantara dan juga pengaruh dari kerajaan-kerajaan Islam di negeri seperti Brunei

Darussalam. Akulturasi antar kebudayaan dan kesenian pun terjadi dengan adanya

pergantian kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha menjadi kerajaan-kerajaan Islam.

Masuknya Islam dan kebudayaan Melayu yang menyertainya memberi

cukup pengaruh akan dinamika kebudayaan dan kesenian di Kalimantan Barat,

termasuk juga mempengaruhi proses berkembangnya kebudayaan dan kesenian di

kerajaan-kerajaan seperti kerajaan Tanjungpura, yang pada masa itu merupakan

kerajaan besar di Kalimantan Barat. Dengan pengaruh keraton dan islam yang kuat,

proses akulturasi kebudayaan Melayu sangat cepat menggantikan kebudayaan yang

sebelumnya yaitu Hindu-Buddha. Namun hal-hal kecil dalam kebudayaan dari

Hindu tidak sepenuhnya hilang. Adat-adat seperti nyelawe, ataupun penamaan

putera mahkota kesultanan dan puteri mahkota tetap menggunakan penamaan Jawa

di beberapa daerah dan keraton.

45 Chairil Effendy, op.cit., hlm. 4.

Page 21: BAB II MASUKNYA ISLAM DAN BERKEMBANGNYA …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0510049_bab2.pdf · Sesuai dengan cerita rakyat, bahwa Karang Tunjung adalah seorang ... islam di Nusantara,

40

Kajian tentang bagaimana kaum sufi Sumatera menerima pengaruh Timur

Tengah akan dapat membantu menjelaskan persoalan tentang asal muasal syair ini.

Syair Gulong merupakan salah satu elemen kebudayaan di masyarakat Melayu

Kalimantan Barat yang masuk dalam dua kategori ; sastra melayu dan seni

pertunjukkan. Perkembangan dan juga dinamika kesenian sastra Melayu tersebut

akan dijelaskan pada bab selanjutnya.