Upload
lekhue
View
226
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
Teori dasar atau grand theory manajemen stratejik dan manajemen pemasaran
digunakan sebagai awal dalam kajian pustaka penelitian ini. Manajemen stratejik
diartikan oleh Wheelen dan Hunger (2010: 53) sebagai “set of managerial
decision and actions that determines the long run performance of corporation. It
includes environmental scanning, strategy formulation, strategy implementation,
and evaluation and control”. Kemudian Pearce II dan Robinson (2005: 3)
menambahkan definisi manajemen stratejik sebagai “set of decision and actions
that result in formulation and implementation of plans design to achieve a
company’is objectives”. Selanjutnya manajemen pemasaran didefinisikan sebagai.
”the art and science of choosing targets markets and getting, keeping, and
growing, customer through creating, delivering, and communicating superior
customer value” (Kotler dan Keller, 2016: 5). Definisi lain dari manajemen
pemasaran disampaikan oleh Walker dan Mullins (2008: 15) yaitu “is process of
analyzing, planning, implementing, coordinating, and controlling involving the
conception, pricing, promotion, and distribution of product, services, and ideas
designed to create and maintain benefical exchange with target markets for
purpose of achieving organizational objectives”.
14
Teori perantara atau middle range theory yang akan digunakan dalam
penelitian ini yaitu pemasaran jasa dan manajemen pemasaran koperasi. Jasa
diartikan sebagai “service economc activities offered by one party to another,
most commonly employing time-based performances to bring abou desired results
in recipients themselves or in objects or other assets for wich purchaser have
responsibility” (Lovelock and Writz, 2007: 15). Kemudian Zeithaml, Bitner, and
Gremler (2006: 5) menjelaskan pemasaran jasa terdiri dari empat kategori yaitu :
“service industry and company, services as product, customer services, and
derived services”.
Manajemen pemasaran koperasi yaitu aktifitas pemasaran pada perusahaan
koperasi yang meliputi tiga fungsi utama yaitu pembelian, penjualan, dan promosi
(Sukamdyo dan Dasuki, 1996: 64). Menurut Subandi (2013: 76-77) manajemen
pemasaran koperasi adalah upaya koperasi untuk menimbulkan permintaan
terhadap barang dan jasanya melalui berbagai aktifitas yaitu perencanaan produk,
distribusi produk, penetapan harga jual, promosi, dan pelayanan purna jual.
Teori terapan atau applied theory yang digunakan dalam penelitian ini ada
lima, yaitu : (1) nilai anggota, (2) kualitas pelayanan, (3) pemasaran relasional, (4)
loyalitas anggota dan (5) kinerja koperasi. Keterkaitan antara grand theory,
middle range theory dengan applied theory dalam penelitian ini digambarkan
sebagai berikut :
15
Bagan 2.1
Grand, Middle, dan Applied Teori Penelitian
2.1.2 Nilai Anggota (Member Value)
2.1.2.1 Definisi Kerja Nilai Anggota
Value (nilai) adalah konsep utama dalam pemasaran (Kotler dan Keller,
2016: 10) dan juga merupakan tujuan utama pemasaran (Keegan, 1999: 4).
GRAND THEORY
Manajemen Stratejik dan Manajemen Pemasaran
Pearce II dan Robinson (2005), Wheelen dan Hunger(2010), Walker dan Mullins (2008), dan Kotler and
Keller (2016)
MIDDLE RANGE THEORY
Manajemen Pemasaran Jasa dan ManajemenPemasaran Koperasi
Zeithaml et al. (2006), Lovelock and Writz (2007),Kotler dan Keller (2016), Sukamdiyo dan Dasuki
(1996), dan Subandi (2013)
APPLIED THEORY
Nilai Anggota, Kualitas Pelayanan, PemasaranRelasional, Loyalitas Anggota, dan Kinerja
Koperasi
16
Fokus perusahaan bukanlah hanya sekedar membuat produk tapi bagaimana
agar produk tersebut memiliki nilai yang tinggi. Nilai yang dimaksud dalam
pemasaran adalah nilai pelanggan (customer value). Nilai pelanggan yang
harus diberikan kepada pelanggan bukan hanya nilai pelanggan biasa tetapi
nilai pelanggan unggul melebihi yang bisa diberikan oleh pesaingan atau
biasa disebut superior customer value (Saladin, 2003: 9; Doyle, 2000: 71).
Nilai pelanggan didefinisikan secara sederhana oleh Kotler (2016: 10)
sebagai “kombinasi kualitas, jasa, dan harga atau disebut juga sebagai
rangkaian nilai pelanggan”. Kemudian Kerin et al. (2006: 15) menambahkan
bentuk nilai pelanggan berupa sesuatu yang menyenangkan, layanan antar
tepat waktu, pelayanan sebelum dan sesudah pembelian. Harga yang tinggi
tidak otomatis menunjukan produk memiliki nilai pelanggan yang tinggi.
Harga jika tidak diikuti dengan kualitas yang tinggi tidak akan mampu
membentuk nilai yang tinggi, tetapi sebaliknya justru barang dengan kualitas
rendah dan harganya murah masih dapat dikatakan memiliki nilai yang lebih
tinggi jika dibandingkan barang yang mahal tetapi kualitasnya rendah (Rust et
al., 1996: 235). Tugas pemasaran bukan hanya menciptakan produk atau jasa
yang memiliki nilai superior tetapi juga bagaimana meyakinkan atau
mengubah presepsi pelanggan atau calon pelanggan bahwa produk atau jasa
kita menjamin akan memenuhi ekspektasi mereka (Kotler dan Armstrong,
1997: 10).
17
Dalam berbagai literatur, nilai pelanggan memiliki berbagi sebutan
berbeda beda yaitu seperti customer perceived value dan customer delivered
value. Perbedaan istilah nilai pelanggan tersebut sebetulnya tidak terlalu
substansial karena sebetulnya sebutan tersebut menjadi berbeda disebabkan
perbedaan sudut pandang dan konteks dalam mendefinisikan nilai pelanggan
tersebut. Tabel berikut akan menampilkan beberapa kumpulan definisi
lainnya dari nilai pelanggan selain dari yang telah dibahas sebelumnya yaitu :
Tabel 2.1
Kumpulan Definisi Nilai Anggota
Sumber Definisi Nilai AnggotaWang, Lo., Chi.,& Yang (2004)
Customer value is linked to the use of certain productsor services, and custmer value perceived by customers.
Dragomir &Maghetiu (2009:175)
The value for customer has been seen as the diffrenecebetween benefit and sacrifices, but also as a ratiobetween the same elements.
Tsai et al. (2010:730-731)
Kesesuaian antara nilai suatu manfaat atribut produkdan atau jasa dengan nilai yang diharapkan olehpelanggan.
Scridon (2011:400)
Customer value adalah penggunaan produk atau jasaoleh konsumer. Customer value juga bersifat “relatif”dan “referensial” serta mengandung unsur afektif atauemosional.
Dumitrela (2013:169)
Value as the outcome of a trade-off between a single"overall quality" construct and sacrifice. Perceived valueis subjective, it differs from consumer to consumer. Itis a holistic concept composed by different dimensionsthat influence each other
Kotler dan Keller(2016: 125)
Customer perceived value adalah perbandingan (rasio)antara manfaat produk dan biaya untuk memperolehproduk yang dirasakan oleh pelanggan.
18
Berdasarkan tabel diatas hampir semua sumber sepakat bahwa inti dari
nilai pelanggan adalah perbandingan atau pertukaran antara manfaat dan
biaya produk. Scridon (2011: 400) memang tidak menjelaskan nilai
pelanggan sebagai perbandingan antara manfaat dan biaya produk, namun ia
mengingatkan bahwa nilai pelanggan mengandung unsur ‘afektif’ dan
‘emosional’ yang mengandung makna bahwa nilai pelanggan akan
dipengaruhi oleh karakteristik masing-masing pelanggan. Scridon (2011: 400)
ingin menekankan bahwa produk yang sama bisa saja ditafsirkan memiliki
nilai yang baik oleh pelanggan satu tapi bisa saja ditafsirkan sebaliknya oleh
pelanggan lain. Pelanggan dalam koperasi tidak lain adalah anggota (Tim
LAPENKOP Nasional, 2006), dengan demikian nilai pelanggan dalam
koperasi disebut sebagai nilai anggota. Penyebutan nilai anggota dan nilai
pelanggan dalam disertasi ini memiliki makna yang sama dan selanjutnya
dapat saling menggantikan satu sama lain.
Melalui kajian dari berbagai teori dan penelitian diatas maka konstruk
definisi nilai anggota yaitu : Sudut pandang anggota mengenai
perbandingan antara berbagai manfaat yang dirasakan anggota atas
suatu produk dengan berbagai biaya yang dikeluarkannya untuk
memperoleh manfaat-manfaat tersebut.
2.1.2.2 Dimensi Nilai Anggota
Mengacu pada definisi nilai anggota sebagaimana telah disajikan
sebelumnya, maka nilai anggota terdiri dari dua unsur utama yaitu manfaat
19
dan biaya anggota. Dua unsur dari nilai anggota tersebut dengan demikian
akan menjadi dimensi dalam penelitian ini. Penelitian berkaitan nilai anggota
banyak dilakukan para peneliti dengan menggunakan berbagi dimensi yang
sama maupun berbeda satu sama lain. Tabel berikut adalah berbagai dimensi
nilai anggota yang diperoleh dari berbagi sumber yaitu :
Tabel 2.2
Kumpulan Dimensi Nilai Anggota
Sumber Dimensi Nilai AnggotaRust et al. (1996: 235) Quality and price.Wang et al. (2004) Emotional value, social value, functional value,
dan perceived sacrifice.Keegan (1999: 5) Benefit, price, and customer value strategyTseng (2007) Total customer value and total customer cost
(purchasing cost, price, training costs, switchingcosts).
Dragomir danMaghetiu (2009: 170)
Attributes benefits (good quality, service quality,core product feature, added service features,customisation), outcomes benefits (strategicbenefits, personal benefits, social benefits,practical benefits, financial benefit), monetarycosts (price, search costs, acquisition costs,opportunity costs, distribution cost, learningcost, costs of use, maintenance costs, disposalcosts), non-monetary costs (relationship costs,psychologycal cost, time, effort).
Kotler dan Keller(2016: 125)
Total customer value, total customer costs, andcustomer value analysis.
Dari tabel di atas kita dapat melihat bahwa terdapat kesamaan dalam
penggunaan dimensi nilai pelanggan yaitu dimensi customer benefit dan
customer cost. Customer benefit oleh beberapa ahli disebut sebagai customer
20
value atau total customer value atau quality, sedangkan customer cost oleh
beberapa ahli disebut sebagai price.
Dragomir dan Maghetiu (2009: 170) membagi dimensi nilai pelanggan
dengan lebih spesifik yaitu dimensi attribut benefit, dimensi outcome benefit,
dimensi monetary cost, dan non monetary cost, namun demikian dimensi
yang ditawarkan Dragomir dan Maghetiu ini masih bersifat konseptual dan
masih sulit untuk diterapkan pada tataran praktik. Kotler dan Keller (2016:
125) menambahkan dimensi customer value analysis sebagai unsur atau
dimensi nilai pelanggan. Menurut mereka customer value analysis sangat
penting dalam mentukan ketepatan nilai (manfaat pelanggan dan biaya
pelanggan) yang akan dihantarkan atau diberikan kepada pelanggan. Nilai
pelanggan lebih tepat dilihat dari sudut pandang pelanggan, dengan demikian
maka customer value analysis tidak tepat untuk digunakan karena manajemen
(pengelola) koperasi yang lebih mengetahui hal tersebut dibanding pelanggan.
Sama halnya dengan dimensi customer value analysis (Koter dan Keller,
2016) maka dimensi customer value strategy (Keegan, 1999) juga tidak tepat
digunakan dalam menilai nilai pelanggan dari sudut pandang pelanggan,
customer value strategy lebih tepat dilihat dari sudut pandang manajemen
(pengelola) koperasi. Berdasarkan hasil analisis dari berbagai dimensi yang
dipaparkan oleh berbagai sumber di atas maka dimensi nilai anggota dalam
penelitian ini adalah : manfaat-manfaat anggota (member benefits) dan
biaya-biaya anggota (member costs).
21
2.1.2.3 Indikator Nilai Anggota
Berdasarkan dimensi nilai anggota sebagaimana di jelaskan di atas, maka
dapat diturunkan dan dijelaskan indikator-indikator penelitian untuk masing-
masing dimensi yaitu sebagai berikut :
1) Manfaat Anggota
Manfaat anggota adalah serangkaian manfaat yang diberikan oleh koperasi
kepada anggota. Indikator yang digunakan untuk menilai manfaat anggota
terdiri dari empat indikator yaitu: manfaat produk, manfaat pelayanan,
manfaat psikologis, (Keegan, 1999; Saladin, 2004; Kotler dan Keller, 2016)
dan manfaat sosial (Sheth et al., 1991; Wang et al., 2004; Tim LAPENKOP
Nasional, 2006).
2) Biaya Anggota
Biaya anggota adalah serangkaian biaya yang diperlukan anggota untuk
menikmati atau memperoleh produk. Untuk menilai biaya anggota maka
digunakan empat indikator yaitu: biaya uang, biaya waktu, biaya tenaga,
dan biaya psikologis (Keegan, 1999; Saladin, 2004; Wang et al, 2004;
Dragomir dan Maghetiu, 2009; Kotler dan Keller, 2016).
Nilai indikator-indikator manfaat anggota jika ditotalkan akan menjadi
total manfaat anggota (total member benefit atau TMB) dan nilai indikator-
indikator pengorbanan anggota jika ditotalkan akan menjadi total
pengorbanan anggota (total member cost atau TMC). Total manfaat anggota
dibagi atau dibandingkan dengan total pengorbanan anggota akan
22
menghasilkan nilai anggota atau member value (MV) atau member-perceived
value (MPV) (Tim LAPENKOP Nasional, 2006; Kotler & Keller, 2016: 151).
2.1.2 Kualitas Pelayanan
2.1.2.1 Definisi Kerja Kualitas Pelayanan
Konsep pemasaran kunci bagi perusahaan jasa yaitu adalah konsep
kualitas pelayanan. Sebuah perusahaan jasa tentunya tidak akan mampu untuk
meraih (memuaskan) pelanggan dan memenangkan persaingan tanpa
memiliki kualitas pelayanan yang baik. Kualitas pelayanan tentunya bukan
hanya milik perusahaan jasa tetapi juga milik perusahaan non jasa, karena
bagi pelanggan baik itu pelanggan perusahaan jasa maupun non jasa, kualitas
pelayanan adalah bagian dari penilaian mereka. Berbagai definisi kualitas
pelayanan ditawarkan oleh berbagai ahli melalui berbagai penelitian empiris
maupun konseptual. Tabel di bawah menampilkan beberapa definisi dari
kualitas layanan yang dikutip dari berbagai sumber yaitu :
Tabel 2.3
Kumpulan Definisi Kualitas Pelayanan
Sumber Definisi Kualitas PelayananSuryani et al.(2008: 26-27)
Kualitas layanan KSP adalah kemampuan layanankoperasi dalam menenuhi harapan layanan anggota(nasabah) maupun calon anggota (nasabah).
Soares (2008) Kualitas pelayanan adalah penilaian pelayanankoperasi dari sudut pandang anggota.
Kasmiri (2010:114)
Kualitas layanan adalah selisih nilai antara pelayananyang dirasakan dengan pelayanan yang diharapkan
23
Awoke (2015:146)
Service quality is the ability of the organization tomeet or exceed customer expectations. Customerexpectation may be defined as the “desires and wantsof consumers”.
Tan et al. (2016:105)
Service quality focus on meeting the customers’ needsand requirements and how well the service deliveredmatches the customer’s expectations of it.
Dari tabel di atas terlihat bahwa terdapat keseragaman berkaitan dengan
definisi kualitas pelayanan yaitu bahwa kualitas pelayanan merupakan
kesesuaian antara harapan konsumen dengan kemampuan perusahaan
berkaitan dengan pelayanan. Dalam perusahaan koperasi, harapan nasabah
tidak lain adalah harapan anggota (Suryani et al., 2008). Harapan nasabah
muncul dalam berbagai bentuk yaitu berupa hasrat dan keinginan (Awoke,
2015) maupun berupa kebutuhan dan keperluan atau syarat (Tan et al., 2016)
serta pengalaman akan suatu pelayanan tertentu (Suryani., 2008). Hal penting
lain berkaitan kualitas pelayanan adalah bahwa kualitas pelayanan harus
dilihat dari sudut pandang atau penilaian anggota (Soares, 2010).
Mengacu kepada berbagai sumber-sumber di atas maka, dapat dibuat
konstruk definisi kerja kualitas pelayanan yaitu sebagai : kemampuan
koperasi untuk memenuhi kualitas (kriteria) pelayanan yang diharapkan
oleh calon anggota maupun anggota. Harapan anggota tersebut
terbentuk dari hasrat, keinginan, kepentingan, syarat, maupun
pengalaman dari calon anggota maupun anggota atas suatu pelayanan
tertentu.
24
2.1.2.2 Dimensi Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan suatu perusahaan dintentukan oleh banyak faktor.
Parasuraman., Zeithamal., dan Berry (1988) menyampaikan bahwa bagi
perusahan jasa khususnya, kualitas pelayanan ditentukan oleh 5 unsur berikut
yaitu: keandalan, ketanggapan, keterjaminan, empati dan wujud dari jasa
yang diberikan perusahaan kepada konsumen. Unsur kualitas pelayanan yang
dijelaskan oleh Parasuraman., Zeithamal., dan Berry (1988) tersebut bersifat
umum untuk seluruh perusahaan jasa dan menjadi acuan dasar bagi
pengembangan unsur kualitas pelayanan oleh berbagai praktisi maupun
peneliti perusahaan jasa maupun non jasa. Di bawah dapat dilihat beberapa
unsur atau dimensi dari kualitas pelayanan terkait penelitian yang akan
dilakukan yang dikutip dari berbagai sumber yaitu sebagai berikut :
Tabel 2.4
Kumpulan Dimensi Kualitas Pelayanan
Sumber Dimensi Kualitas PelayananParasuraman.,Zeithamal., &Berry (1985)
Reliablity, responsiveness, competence, access,courtsey, communication, credibility, security,understanding, and tangibility.
Parasuraman,Zeithamal, &Berry (1988)
Reliability, responsiveness, assurance, empathy, andtangibles.
Suryani et al.(2008: 31-69)
Reliabilitas, daya tanggap, kompetensi, akses,kesopanan, kemampuan komunikasi, kredibilitas,keamanan, pemahaman kebutuhan nasabah, faktorberwujud-fasilitas fisik, dan profesionalisme.
Soares (2008) Tampilan fisik, empati, keandalan, daya tanggap, danjaminan.
Kasmiri (2010) Keberwujudan, keandalan, ketanggapan, jaminan danempati.
Guntara (2011) Harga, kelengkapan barang, penataan barang, sistempembayaran, dan sikap karyawan.
25
Suharna (2012) Bukti langsung, keandalan, daya tanggap, jaminan, danempati.
Jagadeesan &Chinadurai (2016:23)
Reliability, efficiency, responsiveness, fulfillment,privacy/security, website design.
Dari tabel di atas terlihat bahwa berbagai kualitas pelayanan menggunakan
dimensi atau unsur kualitas pelayanan dari Parasuraman et al (1988) dengan
berbagai modifikasi. Modifikasi tersebut dilakukan dalam bentuk
penambahan unsur (Suryani et al., 2008) maupun pengurangan unsur
(Jagadeesan & Chinadurai, 2016: 23) serta dalam bentuk perubahan istilah
atau nama (Guntara, 2011) dari unsur-unsur kualitas pelayanan Parasurama et
al. (1998). Mengacu kepada sumber-sumber di atas dan kesesuaiannnya
dengan konteks penelitian maka dimensi kualitas pelayanan yang digunakan
dalam penelitian ini masih mengadopsi dari Parasuraman et. al. (1998) yaitu :
keandalan, ketanggapan, keterjaminan, empati, dan wujud.
2.1.2.3 Indikator Kualitas Pelayanan
Berdasarkan dimensi kualitas pelayanan di atas, selanjutnya dapat
diturunkan dan dijelaskan indikator-indikator penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Keandalan
Indikator keandalan yaitu bagaimana jasa yang diberikan oleh koperasi
maupun memenuhi keinginan atau kebutuhan nasabah atau anggota
(Soares, 2008). Pada koperasi konsumen keandalan tersebut dapat berupa
: kelengkapan produk, variasi produk, bunga pinjaman, plafon pinjaman,
biaya administrasi dan lainnya (Suryani et al., 2008). Dalam penelitian
26
ini karena yang menjadi unit analisis adalah koperasi konsumen (menjual
produk riil) maka indikator kendalan dibagi menjadi dua kategori yaitu :
keandalan produk dan keandalan pelayanan.
2. Ketanggapan
Indikator ketanggapan berkaitan dengan daya tanggap koperasi dalam
memenuhi perkembangan kebutuhan atau saran maupun keluhan nasabah
atau anggota (Parasuraman et al., 1988; Suryani et al., 2008; Guntara,
2011; Suhama, 2012). Ketanggapan yang dimaksud adalah ketangaapan
produk maupun ketanggapan pelayanan koperasi.
3. Keterjaminan
Indikator keterjaminan berkaitan dengan dengan seberapa aman anggota
menyimpan uangnya dan membeli produk yang disediakan koperasi serta
seberapa baik kredibilitas koperasi dalam mensejahterakan anggotanya
(Parasuraman et al., 1988; Suryani et al., 2008; Guntara, 2011; Suhama,
2012). Keterjaminan yang dimaksud dapat diklasifikasikan menjadi dua
yaitu: keterjaminan produk dan keterjaminan pelayanan.
4. Empati
Indikator empati berkaitan dengan kemampuan personil perusahaan baik
pengurus, manajer, marketing maupun customer service officer dalam
merespon keluhan, kekecewaan, dan saran dari anggota (Parasuraman et
al., 1988; Suryani et al., 2008; Guntara, 2011; Suhama, 2012).
27
5. Wujud
Indikator wujud adalah berkaitan dengan kemampuan sarana prasarana
fisik dan personil koperasi dalam mendukung terhadap keyakinan serta
kenyamanan calon anggota dan anggota terhadap produk dan pelayanan
maupu organisasi koperasi secara keseluruhan (Parasuraman et al., 1988;
Suryani et al., 2008; Guntara, 2011; Suhama, 2012).
2.1.3 Pemasaran Relasional
2.1.3.1 Definisi Kerja Pemasaran Relasional
Ada berbagai definisi pemasaran relasional (relationship marketing atau
RM) yang ditawarkan oleh para ahli pemasaran. Sebagai ahli yang
mempopulerkan konsep RM, Berry (1983) memperkenalakan RM sebagai
sebuah jasa yang diberikan perusahaan dalam rangka menjaga hubungan
dengan pelanggan. Definisi Berry tersebut sangatlah sederhana, shingga
agar lebih mendalam perlu dikaji konsep atau definisi RM dari ahli lainnya.
Tabel berikut menyajikan berbagai definisi pemasaran relasional yang
dipaparkan oleh berbagai ahli yaitu :
Tabel 2.5
Kumpulan Definisi Pemasaran Relasional
Sumber Definisi Pemasaran RelasionalBerry (1983) Pemasaran relasional merupakan bisnis menyediakan
jasa untuk menarik, memelihara, dan mengembangkanhubungan mereka dengan para pelanggannya
Evan dan Laskin(1994)
Pemasaran relasional merupakana proses dimanaperusahaan membangun kerjasama jangka panjangdengan prospek dan juga pelanggan yang ada dimana
28
penjual dan pembeli bekerja bersama untuk mencapaitujuan-tujuan tertentu.
Ravald andGronroos (1996)
Inti dari pemasaran relasional adalah hubungan, yaitumemelihara hubungan antara perusahaan denganpelaku lingkungan mikro seperti pemasok, perantara,publik dan tentunya “pelanggan” yang merupakanpelaku yang paling penting.
Gummeson(1998)
pemasaran relasional merupakan hubungan yangmemerlukan cara pandang jangka panjang, salingmenghargai, saling menguntungkan, dan menerimapelanggan sebagai mitra dan produser pendampingdari nilai pelanggan dan bukan sekedar penerimapasif dari produk penjual atau pemasok.
Tahir (2003) Pemasaran relasional adalah tentang identifikasi,penetapan, pemeliharaan, peningkatan dan jika perlumelepaskan hubungan dengan pelanggan sehinggatujuan dari kedua belah pihak terpenuhi
Zhang et al.(2014)
pemasaran relasional adalah didasarkan padapertukaran sesutu yang tidak terlihat seperti emosi danjanji, dan memerlukan perhatian lebih pada dimensiwaktu
Mengacu pada tabel definisi pemasaran relasional di atas, kekurangan
definisi pemasaran relasional Berry adalah tidak adanya penekanan pada
manfaat dan peran RM bagi pelanggan, dimana manfaat RM bagi pelanggan
ditambahkan pada definisi RM yang dibuat oleh (Tahir, 2003).
Ahli lain menyatakan bahwa RM adalah merupakan aktifitas atau
hubungan jangka panjang antara perusahaan dan pelanggan yang bertujuan
agar kedua belah pihak baik perusahaan maupun pelanggan dapat saling
memaksimalkan keuntungan dan kontribusi (Evan dan Laskin, 1994;
Gummeson, 1998; Ravald and Gronroos,1996; Zhang et al., 2014). Ravald
dan Gronroos (1996) melengkapi konsep RM tidak hanya sekedar
membangun hubungan dengan pelanggan tetapi juga membangun hubungan
dengan pihak-pihak berkepentingan seperti: pemasok, penyalur, dan publik.
29
Mengacu pada hasil analisis terhadap berbagai definisi di atas maka,
konstruk definisi kerja dari pemasaran relasional yaitu : aktifitas
perusahaan untuk menciptakan, menjaga dan meningkatkan hubungan
dengan lingkungan mikro (stakeholder) perusahaan khusunya
pelanggan. Dengan relationship marketing diharapkan manfaat dan
kontribusi stakholder khususnya pelanggan terhadap perusahaan dapat
selalu dimaksimalkan, begitu juga sebaliknya. Manfaat dan kontribusi
tersebut bersifat jangka panjang.
2.1.3.2 Dimensi Pemasaran Relasional
Konsep RM pertama kali diperkenalkan atau dipopulerkan oleh Berry
(2005). Berry menjelaskan ada tiga hal penting yang menjadi kekuatan
pertalian antara perusahaan dengan pelanggan. Kekuatan pertalian tersebut
olehnya disebut sebagai ikatan (bonding), dan ketiga ikatan tersebut
diklasifikasikan sebagai berikut yaitu :
1) Financial bonding. Yaitu perusahaan mengandalkan harga untukmenjaga loyalitas consumers dan berharap agar mereka membelilebih banyak produk dan menjadi pembeli rutin.
2) Social bonding. Yaitu perusahaan mengandalkan pengirimanpelayanan personal, dan menjaga kedekatan komunikasi denganconsumers, dengan harapan perusahaan dapat merubah consumersmenjadi customers.
3) Structural bonding. Yaitu perusahaan memberikan pelayanan yangbernilai kepada cosumers yang di desain langsung sebagai satusistem pengiriman pelayanan tanpa perlu melakukan pelayanansecara personal.
30
Klasifikasi tiga jenis ikatan dalam pemasaran relasional tersebut menjadi
dasar dari muncul atau berkembangnya dimensi-dimensi pemasaran
relasional lainnya. Tabel berikut menyajikan kumpulan sekaligus
menggambarkan perkembangan dimensi-dimensi pemasaran relasional
yaitu:
Tabel 2.6
Kumpulan Dimensi Pemasaran Relasional
Sumber DimensiEmmelhainz danKavan (1990)
Financial bond, social bond, structural bond
Gordon (1998: 105) Structural bonding, brand equity bonding,attitudinal bonding, personal bonding,information and control bonding, value bondng,dan zero option bonding
Zikmund et. al (2003:64)
Financial bonding, social bonding, danstructural-interaction bonding
Tahir (2003: 743) Trust, commitment, social bonding, empathy,good experience, promise fulfilment, customersatisfaction, internal relationship marketing,communication
Evan dan Laskin(2004: 441)
RM Input, RM Outcome, dan RM AssesmentStage. RM Input terdiri dari “understandingcustomer expectation, building servicepartnership, total quality management, danempowering employees”. Kemudian RMOutcome terdiri dari “customer satisfaction,customer loyalty, quality product, dan increasedprofiitability. Sedangkan RM Assesment Stageterdiri yaitu “feedback dan integration”
Kucukkancabas et al.(2007);Wongsansukcharoenet al. (2013)
Trust, bonding, communicaton, shared value,empathy, and reciprocity
Chou (2009) Financial bond, social bond, dan structuralbond
Hashem (2011) Trust, commitment, social bonding, andcommunication.
31
Mengacu pada sumber-sumber di atas maka dimensi pemasaran
relasional yang selalu digunakan adalah bonding (ikatan). Emmelhainz dan
Kavan, Zikmund et. al, dan Chou menggunakan jenis ikatan yang sama
seperti yang dikembangkan oleh Berry yaitu financial bonding, social
bonding, dan structural bonding. Bentuk-bentuk ikatan atau dimensi
pemasaran relasional yang dikembangkan Berry tersebut akhirnya
berkembang dan muncul menjadi berbagai ikatan atau dimensi lain yaitu
diantaranya: structural bonding, brand equity bonding, attitudinal bonding,
personal bonding, information and control bonding, value bonding, zero
option bonding, trust, commitment, empathy, good experience, promise
fulfilment, customer satisfaction, internal relationship marketing,
communication, shared value, empathy, dan reciprocity.
Pada penelitian ini dimensi atau pemasaran relasional yang digunakan
merupakan perpaduan dimensi pemasaran relasional yang digunakan oleh 4
ahli yaitu Berry (1986), Kucukkancabas et al. (2007), Hashem (2011), dan
Wongsansukcharoen et al. (2013). Dimensi-dimensi tersebut digunakan
karena mengandung atau merupakan dimensi-dimensi pemasaran relasional
yang kuat atau teruji secara empiris atau konseptual, mengandung
kesederhanaan dalam pengaplikasiaanya, serta relevan dengan objek
penelitian yang merupakan perusahaan skala menengah (koperasi
konsumen). Dengan demikian dimensi pemasaran relasional untuk koperasi
konsumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : ikatan keuangan
(financial bonding), ikatan struktural (structural bonding), ikatan sosial
32
(social bonding), kepercayaan (trust), komunikasi (communication), dan
komitmen (commitment).
2.1.3.3 Indikator Pemasaran Relasional
Berdasarkan dimensi pemasaran relasional sebagaimana di jelaskan di
atas, maka dapat diturunkan dan dijelaskan indikator-indikator penelitian
sebagai berikut :
1) Ikatan keuangan
Indikator ikatan keuangan yaitu berupa seberapa baik ikatan (insentif)
keuangan yang dilakukan perusahaan dalam mempengaruhi anggota
(Berry, 1983; Emmelhainz dan Kavan, 1990; Zikmund., Mcleod., &
Gilbert, 2003; Chou, 2009).
2) Ikatan Struktural
Indikator ikatan struktural yaitu seberapa baik ikatan (insentif) struktural
yang dilakukan oleh koperasi mempengaruhi anggota (Berry, 1983;
Emmelhainz dan Kavan, 1990; Zikmund et al., 2003; Chou, 2009).
3) Ikatan Sosial
Indikator ikatan sosial yaitu seberapa baik ikatan (pendekatan) sosial yang
dilakukan koperasi mempengaruhi anggota (Berry, 1983; Emmelhainz dan
Kavan, 1990; Zikmund et al., 2003; Chou, 2009).
33
4) Kepercayaan
Indikator kepercayaa yaitu seberapa baik kepercayaan anggota terhadap
organisasi atau produk atau jasa koperasinya (Tahir, 2003; Kucukkancabas
et al., 2007; Hashem, 2011; Wongsansukcharoen et al., 2013).
5) Komunikasi
Indikator komunikasi yaitu berupa seberapa baik koperasi dalam
membangun komunikasi atau dalam membangun iklim komunikasi yang
efektif dengan pelanggan (Tahir, 2003; Kucukkancabas et al,, 2007;
Hashem, 2011; Wongsansukcharoen et al., 2013)..
6) Komitmen
Indikator komitmen yaitu berupa seberapa komitmen dari perusahaan
maupun pelanggan (anggota) untuk saling memberikan manfaat dan saling
membangun hubungan jangka panjang (Tahir, 2003; Kucukkancabas et al.,
2007; Hashem, 2011; Wongsansukcharoen et al., 2013).
2.1.4 Loyalitas Anggota
2.1.4.1 Definisi Kerja Loyalitas Anggota
Oliver dalam Kolter dan Keller (2016: 127) mendefinisikan loyalitas
pelanggan dengan cukup jelas yaitu ‘Komitmen yang mendalam untuk
membeli atau berlangganan ulang sutau produk atau jasa yang disukai di
masa depan walaupun telah dipengaruhi oleh upaya pemasaran yang akan
menyebabkan prilaku beralih produk’. Loyalitas pelanggan dalam konteks
penelitian ini adalah loyalitas anggota, karena yang menjadi pelanggan dalam
34
koperasi adalah anggota (Tim Lapenkop Nasional, 2006). Penyebutan
loyalitas anggota dan loyalitas pelanggan dalam penelitian ini dapat
disamakan dan dapat saling menggantikan satu sama lain.
Tabel berikut menyajikan secara lebih komprehensif dari definisi loyalitas
anggota atau pelanggan yang diperoleh dari berbagai sumber yaitu sebagai
berikut :
Tabel 2.7
Kumpulan Definisi Loyalitas Anggota
Sumber Definisi Loyalitas AnggotaTsai, Tsai, andChan (2010: 731-732)
Loyalty are the future consumption, continueconsuming a specific product or service, reducedpossibility of brand change, and positive publicrecommendation
Roostika (2011:288)
Loyalitas pelanggan didefinisikan sebagai sikapmenyenangkan dari pelanggan dalam bentuk prilakupembelian ulang.
Szczepanska andGawron (2011:63)
1. High level of emotional attachement to company’semployees, products or services combined role ofpsychological processes.
2. Intention to act and willingness to engage withothers.
3. Strong drives to repurcase specific brand orspecific set of brands despite unfavourablecircumstances.
Mohammadipour(2014: 784)
Loyalty is outlined as a customer’s overallattachement or robust commitment to a product orservice supplier.
Jain, Shilpa, &Bhakar (2014: 8)
Loyal customer buy more, purchase more often, costless to serve, and higher retention rates.
Dari berbagai definisi sebagaimana disebutkan di atas mengenai loyalitas
anggota, mereka memiliki kesamaan persepsi mengenai loyalitas anggota
yaitu bahawa loyalitas anggota adalah berupa sikap dan atau perilaku
35
menyenangkan (positif) yang ditunjukan pelanggan terhadap produk atau
pelayanan atau personel perusahaan. Mereka juga sepakat bahwa bentuk dari
loyalitas pelanggan adalah terbentuknya hubungan jangka panjang antara
perusahaan dengan pelanggan.
Mengacu kepada tabel di atas maka konstruk definisi kerja loyalitas
anggota dapat didefinisikan sebagai : loyalitas anggota adalah komitmen
dan keterikatan emosional yang kuat dari anggota terhadap karyawan,
produk, atau jasa perusahaan yang membuat anggota setidaknya
menunjukan perilaku pembelian ulang dan mengajak orang lain
membeli. Dampak dari loyalitas anggota yaitu diantarnya adalah
penurunan anggota yang pindah ke merek lain, penurunan biaya
pelayanan dan meningkatnya retensi anggota.
2.1.4.2 Dimensi Loyalitas Anggota
Pelanggan yang loyal menurut Alma (2007: 274) ditunjukan oleh beberapa
perilaku yaitu “melakukan pembelian ulang secara teratur, tidak hanya
membeli satu jenis produk tetapi beberapa jenis produk, merekomendasikan
orang lain untuk membeli produk yang dibelinya, dan tidak mudah beralih ke
produk pesaing”
Buttle (2004: 30-31) menjelaskan prilaku loyal yang pertama, kedua dan
ketiga sebagaimana disebutkan di oleh Alma sebagai “behavioural loyalty”
dan prilaku loyal yang keempat sebagai “attitudinal loyalty”. Attitudinal
36
loyalty adalah loyalitas yang muncul dikarenakan keyakinan dan perasaan
khusus anggota kepada perusahaan.
Perilaku loyal anggota yang pertama hingga ketiga sebagaimana dijelaskan
oleh Alma dan Buttle akan menjaga anggota yang ada untuk tetap setia serta
makin banyak membeli produk perusahaan dan ini akan meningkatkan
penjualan dan laba perusahaan. Selanjutnya prilaku loyal anggota yang
keempat akan menarik pelanggan baru yang juga akan mempengaruhi
meningkatnya penjualan dan laba perusahaan.
Berbagai buku ilmiah dan hasil-hasil penelitian menjelaskan secara rinci
tentang berbagai dimensi lain dari loyalitas anggota, yaitu diantaranya :
Tabel 2.8
Kumpulan Dimensi Loyalitas Anggota
Sumber Dimensi Loyalitas AnggotaTsai et al. (2010:732)
Short run (word of mouth, post purchaserecommendation behavior, complaint, and pricetolerance) and long term (cognitive, affective,conative, and active).
Roostika (2011:288)
Behavioral loyalty (repeated purchase) and attitudinalloyalty (commitment) – repurchase intention,recommendation, resistance to better alternatives
Hur and Kang(2012: 1538)
Service retention, positive word of mouth, andwillingness to pay
Grigouroudis etal. (2013: 9)
Retention, repeat business, and referral.
Jain et. al (2014:15)
Repurchase and recommendation.
Khan (2014: 117) Attitudinal loyalty and behavioral loyaltyHomsud andChaveesuk (2014)
Behavioral loyalty (repeat buying) and Attitudinalloyalty (customer intended to buy and positive word ofmouth).
Rezaei et al.(2015: 354)
Cognitive loyalty (purchasing decision process),conative loyalty (word of mouth), and affective loyalty(brand loyalty).
37
Sumber-sumber pada tabel di atas pada dasarnya menjelaskan dimensi-
dimensi loyalitas anggota yang sama atau tercakup di dalam dua klasifikasi
dimensi loyalitas anggota dari Buttle (2004) sebagaimana dibahas
sebelumnya yaitu dimensi attitudinal loyalty dan dimensi behavioral loyalty.
Adapun Rezaei et. al. (2015) membagi dimensi loyalitas pelanggan menjadi 3
(tiga) yaitu cognitive loyalty, conative loyalty, dan affective loyalty.
Pembagian dimensi dari Rezai et al ini kurang populer dan kurang praktis,
sehingga tidak digunakan dalam penelitian ini. Selanjutnya berdasarkan
analisis dimensi loyalitas pelanggan dari berbagai sumber di atas serta
relevansinya terhadap penelitian yang dilakukan maka dimensi-dimensi
loyalitas anggota yang digunakan adalah : behavioral loyalty (perilaku loyal)
dan (sikap loyal) attitudinal loyalty.
2.1.4.3 Indikator Loyalitas Anggota
Berdasarkan dimensi loyalitas anggota sebagaimana di jelaskan di atas,
maka dapat diturunkan dan dijelaskan indikator-indikator penelitian sebagai
berikut :
1) Perilaku Loyal (Behavioral Loyalty)
Indikator-indikator perilaku loyal yaitu adalah pemanfaatan jasa secara
berulang untuk berbagai kepentingan dan serta tingkat pemanfaatan tidak
hanya satu jenis produk tetapi berbagai macam produk yang ditawarkan
38
oleh koperasi (Motaswifin, 2002; Buttle, 2004; Alma, 2007; Grigouroudis
et al., 2013: 9: Kotler, 2014: Homsud and Chaveesuk, 2014).
2) Sikap Loyal (Behavioral Loyalty)
Indikator–indikator dari sikap loyal yaitu adalah merekomendasikan
kepada orang lain untuk menggunakan produk koperasi, keterpengaruhan
oleh bujukan produk koperasi atau perusahaan lain, dan toleransi
terhadap harga (biaya) yang dibebankan oleh koperasi (Buttle, 2004;
Alma, 2007; Tsai et al., 2010: 732; Roostika, 2011: 288; Hur and Kang,
2012: 1538; Kotler, 2014: Jain et al., 2014:15; Rezai et al., 2015: 354).
Indikator berikutnya adalah partisipasi anggota dalam memberikan kritik,
saran, merencanakan, mengambil keputusan dan mengendalikan koperasi
atau disederhanakan sebagai partisipasi dalam memajukan koperasi
(Hendar dan Kusnadi, 1999: 62).
2.1.5 Kinerja Koperasi
2.1.3.1 Definisi Kerja Kinerja Koperasi
Banyak sumber yang menjelaskan tentang kinerja. Keban (2000)
mendefinisikan kinerja sebagai “the degree of accomplishment” atau dengan
kata lain kinerja adalah merupakan tingkat pencapaian suatu organisasi.
Semakin tinggi tingkat pencapaian organisasi, itu berarti semakin tinggi tingkat
kinerja organisasi tersebut. Lebih spesifik Waters (2003: X) menjelaskan
kinerja sebagai “ ... penjualan, pangsa pasar, keuntungan, nilai tambah, laba
dalam investasi, output, produktivitas, kualitas, biaya per unit, loyalitas
39
konsumen, moral staf dan sebagainya“. Definisi kinerja yang dijelaskan Waters
menunjukan bahwa kinerja adalah konsep yang bersifat luas.
Kinerja perusahaan dapat berhubungan langsung maupun tidak langsung
dengan aktifitas bisnis perusahaan dan terdiri dari berbagi unsur di dalamnya.
Tabel di bawah menampilkan dengan lebih rinci definisi-definisi kinerja yang
telah diulas sebelumnya juga dari berbagai sumber lainnya yaitu sebagai
berikut :
Tabel 2.9
Kumpulan Definisi Kinerja Koperasi
Sumber Definisi Kinerja KoperasiKeban (2000) Tingkat pencapaian aktifitas bisnisWaters (2003: X) Berbagai ukuran kuantitatif dan kuallitatif yang
berkaitan dengan aktifitas bisnis perusahaanMutasowifin (2002: 260-261)
Kinerja koperasi adalah akumulasi daripencapaian berbagai perspektif dalam suatukoperasi yang meliputi perspektif keanggotaan,perspektif keuangan, perspektif proses bisnisinternal, dan perspektif pertumbuhan danpembelajaran
Sinaga (2004: 60) Kinerja usaha koperasi adalah akumulasi daripencapaian berbagai bidang dalam suatukoperasi meliputi bidang keuangan, bidangorganisasi, bidang keanggotaan, bidangkemitraan, dan bidang pelayanan.
Lakhal (2009: 638-639) Kinerja organisasi berkaitan dengan seberapabaik organisasi mencapai tujuan pasar maupuntujuan keuangannya
Terdapat kesamaan hal yang disampaikan oleh sumber-sumber pada tabel
di atas mengenai definisi kinerja koperasi yaitu bahwa kinerja koperasi adalah
merupakan tingkat pencapian koperasi dalam berbagai aspek. Mengacu pada
40
sumber-sumber di tabel atas pula, maka kinerja koperasi memiliki berbagai
sebutan yaitu kinerja, kinerja bisnis, kinerja usaha, maupun kinerja organisasi.
Kinerja dalam panelitian ini disebut sebagai kinerja koperasi.
Berdasarkan analisis dan konstruk mengenai definisi kerja kinerja koperasi
mengacu kepada sumber-sumber sebagaimana dijelaskan di atas maka kinerja
koperasi dapat didefinisikan sebagai : pencapaian koperasi dalam berbagai
aspek baik yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan
bisnisnya dan bersifat kuantitatif maupun kualitatif.
2.1.5.2 Dimensi Kinerja Koperasi
Untuk menilai kinerja koperasi maka tidak hanya satu dimensi yang perlu
dilihat tapi juga berbagai dimensi. Tabel berikut menyajikan berbagai dimensi
yang digunakan atau ditawarkan oleh berbagai sumber untuk menilai kinerja
koperasi (perusahaan), yaitu sebagai berikut :
Tabel 2.10
Kumpulan Dimensi Kinerja Koperasi
Sumber DimensiMutasowifin (2002) Kinerja keanggotaan, kinerja keuangan,
kinerja proses bisnis internal, dan kinerjapertumbuhan dan pembelajaran
Sinaga (2004) Kinerja keuangan, kinerja organisasi, kinerjakeanggotaan, kinerja kemitraan, dan kinerjapelayanan
Kucukkancabas., Akyol., &Ataman (2009)
Kinerja penjualan dan pemasaran
Lakhal (2009: 638-639) Kinerja keuangan dan pemasaranMatanda dan Ndubisi (2009:393)
Kinerja keuangan dan pemasaran
41
McDermott dan Prajogo( 2012: 225)
Kinerja keuangan dan penjualan
Wongsansukcharoen,Trimetsoonron, & Jirasek(2013)
Kinerja keuangan dan pemasaran
Marichova (2014: 59) Kinerja keuangan dan pemasaran
Dari dimensi sebagaimana disebutkan oleh berbagai sumber diatas ternyata
terdapat beberapa dimensi kinerja yang paling banyak digunakan yaitu
“kinerja pemasaran”, “kinerja keuangan”, dan “kinerja keanggotaan”.
Kucukkancabas et al. (2009) mengklasifikasikan indikator kinerja tertentu
seperti “penjualan” masuk ke dalam dimensi kinerja pemasaran, namun
sumber yang lain menyebutkan bahwa “penjualan” masuk ke dalam dimensi
kinerja keuangan (Mutasowifin, 2002; Sinaga, 2004), dengan demikian untuk
kesederhanaan dan keseragaman maka indikator-indikator kinerja pemasaran
akan diklasifikasikan sebagai indikator-indikator kinerja keuangan.
Dimensi kinerja lain yang muncul selain pemasaran dan keuangan
mengacu pada rujukan-rujukan di atas yaitu kinerja organisasi, kinerja
keanggotaan, kinerja kemitraan, kinerja pelayanan, kinerja pertumbuhan
pembelajaran, dan kinerja proses bisnis internal. Kinerja keanggotaan harus
digunakan karena dimensi kinerja ini sangat penting untuk menunjukan
kesehatan dan jati diri koperasi serta memungkinkan untuk dinilai oleh
anggota sebagai pemilik koperasi. Dimensi kinerja lainnya tidak digunakan
dalam penelitian ini karena tidak memungkinkan untuk dinilai oleh anggota
sekalipun mereka adalah merupakan pemilik koperasi.
42
Mengacu pada sumber-sumber di atas dan dikaitkan dengan kontekstual
objek penelitian yaitu koperasi, maka selanjutnya dimensi-dimensi yang
digunakan untuk menilai kinerja koperasi dalam penelitian ini yaitu : kinerja
keuangan dan kinerja keanggotaan.
2.1.5.3 Indikator Kinerja Koperasi
Berdasarkan dimensi kinerja koperasi sebagaimana di jelaskan di atas,
maka dapat diturunkan dan dijelaskan indikator-indikator penelitian sebagai
berikut :
1) Kinerja Keuangan
Indikator-indikator untuk mengukur kinerja keuangan (kinerja bisnis
koperasi secara umum) terdiri dari: aset, penjualan (volume usaha), dan
laba (sisa hasil usaha/SHU) (Mutasowifin, 2002: Sinaga, 2004: Peraturan
Menteri Koperasi dan UKM Nomor : 22/Per/M.KUKM/IV/2007).
2) Kinerja Keanggotaan
Indikator-indikator untuk mengukur kinerja keanggotaan (kinerja bisnis
koperasi dengan anggotanya secara spesifik) terdiri dari: jumlah anggota,
jumlah simpanan, dan transaksi anggota. (Mutasowifin, 2002; Sinaga,
2004; Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor :
22/Per/M.KUKM/IV/2007; Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor
: 20/Per/M.KUKM/IV/2008; Suryani et. al, 2008).
43
2.1.6 Pengaruh Nilai Anggota Terhadap Kinerja Koperasi
Satu diantara banyak variabel yang mempengaruhi kinerja koperasi
konsumen adalah nilai anggota. Kinerja perusahaan sangat ditentukan oleh
nilai pelanggan. Pengaruh nilai pelanggan terhadap kinerja perusahaan
dijelaskan oleh model konseptual dari Dragomir dan Maghetiu (2009: 171).
Mereka menjelaskan nilai pelanggan akan memengaruhi kinerja perusahaan
(profit) perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui
kepuasan dan loyalitas pelanggan.
Sepaham dengan Dragomir dan Maghetiu, Dumitrela (2013: 169) juga
menegaskan bahwa nilai pelanggan akan mempengaruhi kinerja perusahaan
yaitu dalam bentuk peningkatan market share (pangsa pasar). Secara
konseptual pengaruh nilai pelanggan terhadap kinerja perusahaan didukung
oleh berbagai sumber yaitu Ravald dan Gronroos (1996: 25); Doyle (2000: 69);
Doyle (2000: 81); Lovelock dan Writz (2004: 352-353). Pada bisnis maupun
perusahaan apapun, memberikan nilai pelanggan yang baik adalah suatu
keharusan dan tidak terkecuali pada koperasi konsumen, oleh karena itu sama
seperti pada perusahaan non-koperasi maka sudah tentu nilai pelanggan yang
pada koperasi disebut nilai anggota akan memiliki pengaruh terhadap kinerja
dari koperasi tersebut.
2.1.7 Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kinerja Koperasi
Variabel selanjutnya yang mempengaruhi kinerja koperasi konsumen
adalah kualitas pelayanan. Kualitas pelayanan yang baik tentunya akan
44
memiliki berbagai dampak terhadap kinerja koperasi. Diantara banyak dampak
dari kualitas pelayanan terhadap kinerja perusahaan adalah berupa penurunan
biaya (Jagadeesan & Chinadurai, 2016: 21) dan peningkatan laba (Jagadeesan
& Chinadurai, 2016: 21; Redda & Surujlal, 2016: 170). Peningkatan laba
tentunya tidak dapat meningkat tanpa diiringi dengan peningkatan jumlah
penjualan perusahaan. Dengan demikian peningkatan kualitas pelayanan ini
akan memberikan dampak terhadap tiga hal yaitu: penjualan, laba, dan biaya.
Penelitian pengaruh kualitas pelayanan koperasi terhadap kesehatan (kinerja)
koperasi telah dilakukan oleh Suharna (2012) dan hasilnya menunjukan bahwa
kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap kinerja koperasi.
2.1.8 Pengaruh Pemasaran Relasional Terhadap Kinerja Koperasi
Variabel berikutnya yang mempengaruhi kinerja koperasi konsumen
adalah variabel pemasaran relasional. Dampak paling akhir dari suatu aktifitas
pemasaran relasional adalah tercapainya peningkatan kinerja perusahaan tidak
terkecuali pada koperasi konsumen. Pengaruh pemasaran relasional terhadap
kinerja perusahaan disampaikan secara konseptual oleh berbagai sumber yaitu :
Evan dan Laskin (1994), Emmelhainz dan Kavan (1999), Sharma et al. (1999),
Rasid (2003), Zhang et al. (2014).
Hasil penelitiannya di Negara Turki, Kucukkancabas et al. (2007: 445)
menggunakan enam dimensi untuk mengukur RM yaitu : “trust, bonding,
communicaton, shared value, empathy, and reciprocity”. Hasil penelitiannya
menunjukan bahwa “shared value, empathy and bonding semuanya
45
memeperkuat kinerja perusahaan. Sementara “reciprocity, communication, and
trust” tidak berdampak signifikan terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian
lain ditunjukan oleh Wongsansukcharoen et al. (2013: 579) mengenai
pemasaran relasional pada Bank Komersial di Thailand yang menujukan
bahwa pemasaran relasional berpengaruh tidak langsung terhadap efektifitas
kinerja Bank.
Pada perusahaan koperasi, RM juga tentunya akan mempengaruhi kinerja
koperasi. Anggota koperasi memiliki dua identitas atau kedudukan yaitu
sebagai pemilik dan pelanggan (Tim LAPENKOP Nasional, 2006). Sebagai
pemilik anggota memodali koperasi dan sebagai pelanggan anggota membeli
produk di koperasi. RM adalah alat yang relevan untuk menjaga hubungan baik
koperasi dengan anggotanya. Hubungan yang baik ini tentunya secara langsung
maupun tidak langsung akan menyebabkan anggota semakin senang
berinvestasi (memodali) dan bertransaksi (membeli) di koperasi. Peningkatan
modal dan peningkatan transaksi ini tentunya mewakili peningkatan kinerja
koperasi itu sendiri.
2.1.9 Pengaruh Loyalitas Anggota Terhadap Kinerja Koperasi
Bagi perusahaan jenis koperasi cara yang paling baik dan mudah bagi
mereka untuk meningkatkan kinerja bisnisnya adalah dengan memanfaatkan
keberadaan konsumen yang ada atau pelanggan setia tersebut. Pengaruh
pelanggan loyal terhadap peningkatan kinerja telah dibuktikan dari penelitian
yang dilakukan oleh Al-Wugayan dan Plehsko (2011). Penelitian mereka
46
dengan menggunakan sampel bank di Kuwait menunjukan bahwa loyalitas
pelanggan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dalam bentuk peningkatan
“market share”.
Belas dan Gabcova (2016) juga dalam penelitiannya pada bank-bank di
negara Ceko menjelaskan bahwa loyalitas pelanggan akan mempengaruhi
terhadap kinerja keuangan bank. Pengaruh loyalitas pelanggan terhadap kinerja
perusahaan juga secara koneseptual telah dijelaskan dahulu oleh Lovelock dan
Writz (2004: 352-353). Sudah seharusnya kinerja koperasi dipengaruhi oleh
loyalitas anggota, karena koperasi sejati adalah koperasi yang hidup dan maju
dengan mengandalakan modal dan transaksi anggota (Tim LAPENKOP
Nasional, 2006). Transaksi anggota yang memajukan koperasi (meningkatkan
kinerja koperasi) adalah transaksi yang besar dan berulang dari anggotanya dan
transaksi berulang tersebut adalah tidak lain salah satu wujud dari loyalitas.
2.1.10 Pengaruh Nilai Anggota Terhadap Loyalitas Anggota
Nilai anggota yang baik akan berdampak terhadap pembentukan pelanggan
yang setia atau (loyal customer). Nilai anggota yang baik adalah nilai anggota
superior yang diberikan secara berkesinambungan kepada anggota koperasi.
Secara konseptual pengaruh nilai anggota terhadap loyalitas anggota di
sampaikan oleh berbagai sumber yaitu : oleh Rust et. al (1996: 234), Ravald
dan Gronroos (1996: 23) dan Kerin et al. (2006: 15).
Pengaruh nilai anggota terhadap loyalitas anggota ditegaskan oleh
Dragomir dan Maghetiu (2009: 171); Dumitrela (2013: 169) dimana mereka
47
menjelaskan bahwa nilai anggota akan mendorong terciptanya atau semakin
kuatnya loyalitas anggota. Zhang et al. (2014: 624) lebih tegas kembali
menyampaikan bahwa hanya dengan nilai anggota maka loyalitas anggota akan
dihasilkan. Zhang et al. melihat bahwa sebelum berbagai aktifitas atau program
lain dapat berguna untuk meningkatkan loyalitas anggota maka yang paling
pertama harus dipenuhi oleh koperasi adalah nilai anggota yang sesuai harapan
dan yang dirasakan oleh anggota. Nilai pelanggan dalam koperasi disebut nilai
anggota. Tanpa nilai anggota, loyalitas (partisipasi) anggota tidak akan tercipta
(Mutasowifin, 2002; Tim LAPENKOP Nasional, 2006).
2.1.11 Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Anggota
Pengaruh penting dari kualitas pelayanan selain terhadap kinerja bisnis dan
keunggulan bersaing, kualitas pelayanan juga akan sangat berpengaruh
terhadap loyalitas pelanggan (Jagadeesan & Chinadurai, 2016: 21; Ajmer,
2016). Redda & Surujlal (2016: 171) memaparkan dengan lebih lanjut
bagaimana dampak kualitas pelayanan terhadap loyalitas pelanggan yaitu
bahwa “customer loyalty for firm has been linked to antecedent factors
ranging from customer relationship and service reliability to service attribut”.
Khusus penelitian terhadap koperasi, pengaruh kualitas pelayanan terhadap
loyalitas anggota dilakukan oleh Kasmiri (2010) yang menyimpulkan bahwa
kualitas pelayanan koperasi berpengaruh signifikan terhadap loyalitas anggota.
Penelitian lain pada koperasi juga dilakukan oleh Guntara (2011) yang
menyimpulkan pula bahwa kualitas pelayanan dan kepemipinan baik secara
48
parsial maupun bersama-sama memiliki pengaruh yang kuat terhadap
partisipasi (loyaitas) anggota.
2.1.12 Pengaruh Pemasaran Relasional Terhadap Loyalitas Anggota
Salah satu tujuan dari pemasaran relasional yang paling utama adalah
terciptanya loyalitas pelanggan. Pada koperasi simpan pinjam pemasaran
relasional menjadi sangat penting mengingat status exclusive nasabah koperasi
yang memiliki dual identity yaitu sebagai konsumen juga sebagai pemilik.
Pengaruh pemasaran relasional terhadap loyalitas pelanggan didukung secara
konseptual oleh berbagai sumber yaitu diantaranya: Berry dan Parasuraman
(1991); Evan dan Laskin (1994); Ravald dan Gronroos (1996); Emmelhainz
dan Kavan (1999); dan Ndubisi (2003). Dalam penelitiannya pada perusahaan
jasa di Taiwan, Chou (2009) menggunakan tiga dimensi RM yaitu : financial
bond, social bond, dan structural bond. Penelitian pengaruh RM terhadap
loyalitas anggota pada suatu perusahaan koperasi telah dilakukan oleh
Wulandari (2016) yang hasilnya menunjukan bahwa RM berpengaruh
signifikan terhadap loyalitas anggota.
2.2 Posisi Penelitian
Penelitian terdahulu yang terkait variabel atau konsep atau konstruk dalam
penelitian yaitu dilakukan Kasmiri (2010) yang melakukan penelitian terhadap
koperasi yang hasilnya menunjukan bahwa terdapat pengaruh kualitas layanan
terhadap komitmen dan loyalitas anggota. Penelitian dari Kasmiri ini dilakukan
49
pada jenis koperasi perdagangan (koperasi konsumen). Selanjutnya Guntara
(2011) juga melakukan penelitian yang menunjukan bahwa kualitas pelayanan
berpengaruh terhadap partisipasi anggota (loyalitas anggota). Unit analisis
peneilitian Guntara sama dengan unit analisis penelitian Kasmiri yaitu koperasi
perdagangan (koperasi konsumen), namun demikian jumlah unit analisis yang
digunakan oleh Guntara lebih sedikit dibanding dengan yang digunakan oleh
Kasmiri.
Penelitian yang sama dengan unit analisis berbeda dilakukan oleh Suharna
(2012). Suharna melakukan penelitian pada koperasi dengan unit usaha simpan
pinjam. hasil penelitian Suharna menunjukan bahwa kualitas layanan koperasi
berpengaruh terhadap tingkat kesehatan (kinerja) koperasi. Penelitian Kasmiri,
Guntara, dan Suharna fokus kepada adanya pengaruh (hubungan) antara variabel
kualitas layanan, loyalitas anggota, dan kinerja koperasi.
Penelitian terkini dilakukan oleh Wulandari (2016) memperlihatkan bahwa
kinerja koperasi dan loyalitas anggota sama-sama dipengaruhi secara signifikan
oleh kualita pelayanan, komunikasi pemasaran, dan pemasaran relasional baik
secara parsial maupun simultan. Keterbatasan dari penelitian ini adalah bahwa
yang menjadi unit observasi dari penelitian ini adalah hanya satu koperasi saja
yaitu berupa koperasi jasa keuangan syariah.
Mengacu kepada penelitian terdahulu dan berbagai kajian teori (praktik) maka
penelitian yang dilakukan ini memiliki berbagai perbedaan dibandingkan dengan
penelitian-penelitian sebelumnya. Tabel 2.11 akan menjelaskan posisi penelitian
50
atau perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian disertasi ini yaitu sebagai
berikut:
Tabel 2.11
Posisi Penelitian Disertasi
No Posisi Penelitian-Penelitian Terdahulu Posisi Penelitian Disertasi
Nilai Anggota Loyalitas Anggota1 Peneliti (pengkaji): Rust et. al (1996), Ravald &
Gronroos (1996), Mutasowifin (2002); TimLAPENKOP Nasional (2006), Kerin et al. (2006),Dragomir & Maghetiu (2009), Dumitrela (2013), danZhang et al. (2014).
Objek penelitian : Perusahaan Umum dan Koperasi.
Variabel (hubungan / pengaruh antar variabel) :Nilai Anggota --------> Loyalitas Anggota
Hasil penelitian / kajian: nilai anggota (nilaipelanggan) berpengaruh positif terhadap loyalitasanggota (pelanggan).
Penelitian terdahulu barumerupakan hasil kajian secarakonseptual atau teori danbelum teruji secara empirisserta berlaku untuk perusahaansecara umum. Pada penelitiandisertasi ini diuji empirispengaruh nilai anggotaterhadap loyalitas anggotapada objek penelitian koperasikonsumen.
Kualitas Pelayanan Loyalitas Anggota2 Peneliti (pengkaji): Kasmiri (2010), Guntara (2011),
Jagadeesan & Chinadurai (2016), Ajmer (2016),Redda & Surujlal (2016), dan Wulandari (2016)
Objek penelitian / kajian: Perusahaan Umum,Koperasi Konsumen, dan Koperasi Jasa KeuanganSyariah.
Pada penelitian terdahulupengaruh kualitas pelayanandiuji pada unit analisis yangsempit yaitu satu atau beberapakoperasi dan atau perusahaannon-koperasi. Pada penelitiandisertasi ini pengaruh kualitaspelayanan terhadap loyalitasanggota akan di uji padapopulasi (sampel) yang lebihbanyak yaitu koperasi
51
Variabel (hubungan / pengaruh antar variabel) :Kualitas Pelayanan --------> Loyalitas Anggota
Hasil penelitian / kajian: kualitas pelayananberpengaruh positif terhadap loyalitas anggota(loyalitas pelanggan).
konsumen.
Pemasaran Relasional Loyalitas Anggota3 Peneliti (pengkaji): Berry & Parasuraman (1991),
Evan & Laskin (1994), Ravald & Gronroos (1996),Emmelhainz & Kavan (1999), Ndubisi (2003) danWulandari (2016).
Objek penelitian / kajian: Perusahaan Umum danKoperasi Jasa Keuaangan.
Variabel (hubungan / pengaruh antar variabel) :Pemasaran Relasional--------> Loyalitas Anggota
Hasil penelitian / kajian: pemasaran relasionalberpengaruh positif terhadap loyalitas anggota
Pada penelitian disertasi inipengaruh pemasaran relasionalterhadap loyalitas anggotaakan diuji kembali pada objekpenelitian (populasi atausampel) yang lebih spesifik(koperasi konsumen) dan besar(370 responden atau 37koperasi).
Loyalitas Anggota Kinerja Koperasi4 Peneliti (pengkaji): Lovelock dan Writz (2004), Tim
LAPENKOP Nasional (2006), Al-Wugayan &Plehsko (2011), dan Belas & Gabcova (2016).
Objek penelitian / kajian: Perusahaan Umum, Bank,dan Koperasi
Variabel (hubungan / pengaruh antar variabel) :Loyalitas Anggota --------> Kinerja Koperasi
Hasil penelitian / kajian: (1) loyalitas pelangganberpengaruh positif terhadap kinerja perusahaanbank, (2) loyalitas pelanggan berpengaruh positifterhadap kinerja keuangan bank, dan (3) loyalitas
Pada penelitian terdahulupengaruh loyalitas anggotaterhadap kinerja hanya pernahdiuji secara empiris padaperusahaan non-koperasi. Padapenelitian disertasi ini akandiuji secara empiris pengaruhloyalitas anggota terhadapkinerja pada jenis perusahaankoperasi konsumen.
52
anggota berpengaruh positif terhadap kinerjakoperasi.
Nilai Anggota Kinerja Koperasi5 Peneliti (penulis) : Dragomir & Maghetiu (2009),
Dumitrela (2013), Tim LAPENKOP Nasional (2006),Ravald & Gronroos (1996), Doyle (2000), danLovelock & Writz (2004).
Objek kajian / penelitian : Perusahaan Umum danKoperasi
Variabel (hubungan / pengaruh antar variabel) :
Nilai Anggota ------> Kinerja Koperasi
Hasil kajian / penelitian : nilai anggota (nilaipelanggan) memiliki pengaruh terhadap kinerjakoperasi (perusahaan).
Penelitian terdahulu barumerupakan hasil kajian secarakonseptual atau teori danbelum teruji secara empirisserta berlaku untuk perusahaansecara umum. Pada penelitiandisertasi ini akan diuji scaraempiris pengaruh nilai anggotaterhadap kinerja koperasi padaobjek penelitian koperasikonsumen.
Kualitas Layanan Kinerja Koperasi
6 Peneliti (Penulis) : Suharna (2012), Jagadeesan &Chinadurai (2016) dan Redda & Surujlal (2016).
Objek Penelitian : Perusahaan Umum dan KoperasiSimpan Pinjam.
Variabel (Hubungan / Pengaruh antar Variabel) :Kualitas Pelayanan --------> Kinerja Koperasi
Hasil Kajian / Penelitian :
Kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kinerjaperusahaan dan atau kinerja koperasi.
Pada penelitian disertasi iniakan diuji kembali pengaruhkualitas layanan terhadapkinerja denan objek penelitianyang berbeda (koperasikonsumen) dan denganpopulasi atau sampel yanglebih besar. Penelitianterdahulu hanya padaperusahaan koperasi simpanpinjam dan perusahaan non-koperasi.
53
Pemasaran Relasional Kinerja Koperasi
7 Peneliti (Penulis) : Evan dan Laskin (1994),Emmelhainz & Kavan (1999), Sharma et al. (1999),Rasid (2003), Kucukkancabas et al. (2007: 445),Wongsansukcharoen et al. (2013: 579), dan Zhang etal. (2014), dan Wulandari (2016).
Objek Penelitian : Perusahaan Umum, PerusahaanMinuman, Bank, dan Koperasi Jasa KeuanganSyariah.
Variabel (Hubungan / Pengaruh antar Variabel) :Pemasaran Relasional --------> Kinerja Koperasi
Hasil Kajian / Penelitian :
1. Pemasaran relasional berpengaruh terhadapkinerja perusahaan dan atau kinerja koperasi
2. Pemasaran relasional berpengaruh terhdap kinerjaperusahaan secara tidak langsung melalui bisnisstrategi.
Pada penelitian ini pemasaranrelasional akan diuji ulangpengaruhnya pada objekpenelitian yang berbeda daripenelitian sebelumnya yaitupada perusahaan koperasi jeniskoperasi konsumen.
Jika dirangkum dari tabel posisi penelitian di atas maka state of the art atau
originalitas dari penelitian ini terletak dari pengujian pengaruh nilai anggota,
kualitas pelayanan, dan pemasaran relasional baik secara langsung terhadap
kinerja koperasi juga secara tidak langsung terhadap kinerja koperasi melalui
loyalitas anggota dalam satu model penelitian. Originalitas lainnya dari penelitian
ini yaitu terletak pada unit analisis atau objek penelitiannya yaitu koperasi
konsumen besar Se-Provinsi Jawa Barat. Unit analisis atau objek penelitian
tersebut belum pernah diteliti sebelumnya oleh peneliti atau penelitian lain.
54
2.3 Kerangka Pemikiran
Nilai anggota koperasi adalah pandang anggota mengenai perbandingan
antara berbagai manfaat yang dirasakan anggota atas suatu produk dengan
berbagai pengorbanan yang dikeluarkannya untuk memperoleh manfaat-manfaat
tersebut. Nilai anggota akan baik (tinggi) jika manfaat produk yang dirasakan
oleh anggota koperasi melebihi harapan mereka dan sesuai atau tidak melebihi
biaya maksimal yang mereka rela korbankan untuk mendapatkan serta menikmati
produk tersebut. Nilai anggota akan mempengaruhi kinerja koperasi konsumen
baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Secara tidak langsung nilai
anggota akan mempengaruhi kinerja koperasi konsumen melalui variabel loyalitas
anggota. Unsur-unsur yang perlu dilihat untuk mengukur nilai anggota koperasi
konsumen yaitu adalah manfaat anggota dan biaya anggota. Manfaat anggota
terdiri dari manfaat ekonomis, manfaat pelayanan, manfaat psikologi, dan manfaat
sosial. Biaya anggota terdiri dari biaya uang, biaya waktu, biaya tenaga, dan biaya
psikologi.
Kualitas pelayanan yang baik akan berdampak yang baik terhadap kinerja
koperasi. Diantara banyak dampak dari kualitas pelayanan terhadap kinerja
koperasi adalah berupa penurunan biaya dan peningkatan laba. Peningkatan laba
tentunya tidak dapat meningkat tanpa diiringi dengan peningkatan jumlah
penjualan koperasi. Dengan demikian peningkatan kualitas pelayanan ini akan
memberikan dampak terhadap tiga hal yaitu: penjualan, laba, dan biaya. Dengan
demikian kualitas pelayanan koperasi akan berpengaruh signifikan terhadap
kinerja koperasi.
55
Kualitas pelayanan selain mempengaruhi kinerja bisnis juga mempengaruhi
loyalitas anggota. Dengan kualitas pelayanan, kinerja koperasi akan ditingkatkan
baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui loyalitas anggota). Unsur-
unsur kualitas pelayanan pada koperasi yang akan berpengaruh terhadap loyalitas
anggota dan kinerja koperasi adalah keandalan (produk dan pelayanan),
ketanggapan (produk dan pelayanan), keterjaminan (produk dan pelayanan),
empati (pengurus dan karyawan), dan wujud (prasarana dan personil).
Pemasaran relasional merupakan aktifitas perusahaan untuk menciptakan,
menjaga dan meningkatkan hubungan dengan lingkungan mikro (stakeholder)
perusahaan khusunya anggota koperasi. Sejalan dengan variabel nilai anggota
dan kualitas pelayanan maka variabel pemasaran relasional juga mempengaruhi
kinerja koperasi konsumen secara langsung dan secara tidak langsung. Secara
tidak langsung pemasaran relasional akan mempengaruhi kinerja koperasi
melalui loyalitas anggota. Pemasaran relasional pada koperasi konsumen terdiri
dari berbagai unsur (dimensi) yaitu diantaranya : ikatan keuangan, ikatan
struktural, ikatan sosial, empati, kepercayaan, komitmen, dan komunikasi.
Selain nilai anggota, kualitas pelayanan dan pemasaran relasional, variabel
lain yang penting dan juga mempengaruhi kinerja adalah hadirnya satu variabel
moderasi yaitu loyalitas anggota. Pada koperasi konsumen memperoleh
pelanggan tidaklah mudah seperti yang dilakukan perusahaan pada umumnya.
Sulitnya mendapat pelanggan membuat koperasi harus mampu menjaga dan
memberdayakan pelanggan yang ada atau dengan kata lain menjadikan
pelanggan yang ada menjadi pelanggan setia (loyal customer).
56
Loyalitas anggota koperasi adalah komitmen dan keterikatan emosional
yang kuat dari anggota koperasi terhadap karyawan, produk, atau jasa koperasi
yang ditunjukan setidaknya oleh dua perilaku yaitu pembelian ulang dan
mengajak orang lain untuk bergabung atau membeli produk di koperasinya.
Anggota koperasi yang loyal terdiri dari dua kategori yaitu kategori pertama
adalah perilaku loyal dan kategori kedua adalah sikap loyal. Perilaku loyal
dilihat dari pembelian ulang dan pembelian produk berbeda dari koperasi oleh
anggota. Sikap loyal dilihat dari merekomendasikan calon anggota, keterbujukan
oleh produk pesaing, senstitifitas terhadap harga (biaya) koperasi, dan partisipasi
dalam memajukan koperasi.
Berdasarkan hasil uji statistik (lampiran 1, hal. 131), maka tidak terdapat
hubungan diantara variabel-variabel independen penelitian yaitu nilai anggota,
kualitas pelayanan, dan pemasaran relasional. Dengan demikian berdasarkan
berbagai pembahasan sebelumnya maka dapat disajikan preposisi hubungan atau
pengaruh antar variabel dalam penelitian ini yaitu :
1. Semakin baik nilai anggota maka semakin baik loyalitas anggota.
2. Semakin baik kualitas pelayanan maka semakin baik loyalitas anggota.
3. Semakin baik pemasaran relasional maka semakin baik loyalitas anggota.
4. Semakin baik loyalitas anggota maka semakin baik kinerja koperasi.
5. Semakin baik nilai anggota semakin baik kinerja koperasi.
6. Semakin baik kualitas pelayanan maka semakin baik kinerja koperasi.
7. Semakin baik pemasaran relasional maka semakin baik kinerja koperasi.
57
8. Semakin baik nilai anggota akan menciptakan loyalitas anggota dan
kemudian loyalitas anggota tersebut akan memicu semakin baiknya kinerja
koperasi.
9. Semakin baik kualitas pelayanan akan menciptakan loyalitas anggota dan
kemudian loyalitas anggota tersebut akan memicu semakin baiknya kinerja
koperasi.
10. Semakin baik pemasaran relasional akan menciptakan loyalitas anggota dan
kemudian loyalitas anggota tersebut akan memicu semakin baiknya kinerja
koperasi.
Berdasarkan kerangka pemikiran dan preposisi diatas, berikut dapat
disajikan bagan paradigma penelitian :
58
Bagan 2.2
Paradigma Penelitian
2.4 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran, preposisi, dan paradigma penelitian maka
hipotesis penelitian dapat disajikan sebagai berikut :
NILAIANGGOTA
Manfaat Anggota
Biaya Anggota
PEMASARANRELASIONAL
Ikatan Keuangan Ikatan Struktural Ikatan Sosial Kepercayaan Komunikasi
Komitmen
LOYALITASANGOTA
LOYALITASPELANGGAN
Perilaku Loyal Sikap Loyal
KINERJAKOPERASI
Keuangan
Keanggotaan
KUALITASPELAYANAN
Keandalan Ketanggapan Keterjaminan Empati
Wujud
59
1. Terdapat pengaruh positif signifikan nilai anggota terhadap loyalitas anggota
pada koperasi konsumen di Provinsi Jawa Barat.
2. Terdapat pengaruh positif signifikan kualitas pelayanan terhadap loyalitas
anggota pada koperasi konsumen di Provinsi Jawa Barat.
3. Terdapat pengaruh positif signifikan pemasaran relasional terhadap loyalitas
anggota pada koperasi konsumen di Provinsi Jawa Barat.
4. Terdapat pengaruh positif signifikan loyalitas anggota terhadap kinerja
koperasi konsumen di Provinsi Jawa Barat.
5. Terdapat pengaruh positif signifikan nilai anggota terhadap kinerja koperasi
konsumen di Provinsi Jawa Barat.
6. Terdapat pengaruh positif signifikan kualitas pelayanan terhadap kinerja
koperasi konsumen di Provinsi Jawa Barat.
7. Terdapat pengaruh positif signifikan pemasaran relasional terhadap kinerja
koperasi konsumen di Provinsi Jawa Barat.
8. Terdapat pengaruh positif signifikan nilai anggota terhadap kinerja koperasi
konsumen di Provinsi Jawa Barat melalui loyalitas anggota.
9. Terdapat pengaruh positif signifikan kualitas pelayanan terhadap kinerja
koperasi konsumen di Provinsi Jawa Barat melalui loyalitas anggota.
10. Terdapat pengaruh positif signifikan pemasaran relasional terhadap kinerja
koperasi konsumen di Provinsi Jawa Barat melalui loyalitas anggota.