31
8 BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Hakikat Anak Berkesulitan Belajar Bahasa a. Pengertian Kesulitan Belajar Kesulitan belajar merupakan suatu konsep multidisipliner yang digunakan di lapangan ilmu pendidikan, bahasa, psikologi, maupun ilmu kedokteran. Pada ilmu pendidikan menggunakan istilah kesulitan belajar spesifik, ilmu psikologi menggunakan istilah penyimpangan persepsi dan tingkah laku, bahasa menggunakan istilah disleksia, disgrafia dan apasia perkembangan, sedangkan ilmu kedokteran menggunakan istilah disfungsi minimal otak. Istilah kesulitan belajar (learning disabilities) oleh Samuel A Kirk digunakan sebagai penyatuan berbagai istilah disfungsi minimal otak (minimal brain dysfunction), gangguan neurologis (neurological disorders), disleksia (dyslexia), dan afasia perkembangan (developmental aphasia). Untuk dapat memahami tentang anak berkesulitan belajar, di bawah ini akan dipaparkan beberapa definisi dari para ahli mengenai hakikat kesulitan belajar. Definsi kesulitan belajar pertama kali dikemukakan oleh The United States Office of Education (USOE) yang dikenal dengan Public Law (PL) seperti yang dikutip oleh Hallahan, Kaufman dan Lloyd dalam Mulyono Abdurrahman (1999: 6) mengemukakan definisi kesulitan belajar adalah sebagai berikut: Kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologi dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berfikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau berhitung. batasan tersebut mencakup kondisi-kondisi seperti gangguan perseptual, luka pada otak, disleksia, dan afasia perkembangan. Batasan tersebut tidak mencakup anak-anak yang memiliki problema belajar yang penyebab utamanya berasal dari adanya hambatan dalam penglihatan,

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …

  • Upload
    others

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …

8

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR

DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Hakikat Anak Berkesulitan Belajar Bahasa

a. Pengertian Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar merupakan suatu konsep multidisipliner yang digunakan di

lapangan ilmu pendidikan, bahasa, psikologi, maupun ilmu kedokteran. Pada ilmu

pendidikan menggunakan istilah kesulitan belajar spesifik, ilmu psikologi

menggunakan istilah penyimpangan persepsi dan tingkah laku, bahasa menggunakan

istilah disleksia, disgrafia dan apasia perkembangan, sedangkan ilmu kedokteran

menggunakan istilah disfungsi minimal otak.

Istilah kesulitan belajar (learning disabilities) oleh Samuel A Kirk digunakan

sebagai penyatuan berbagai istilah disfungsi minimal otak (minimal brain

dysfunction), gangguan neurologis (neurological disorders), disleksia (dyslexia), dan

afasia perkembangan (developmental aphasia). Untuk dapat memahami tentang

anak berkesulitan belajar, di bawah ini akan dipaparkan beberapa definisi dari para

ahli mengenai hakikat kesulitan belajar.

Definsi kesulitan belajar pertama kali dikemukakan oleh The United States

Office of Education (USOE) yang dikenal dengan Public Law (PL) seperti yang

dikutip oleh Hallahan, Kaufman dan Lloyd dalam Mulyono Abdurrahman (1999: 6)

mengemukakan definisi kesulitan belajar adalah sebagai berikut:

Kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologi dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berfikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau berhitung. batasan tersebut mencakup kondisi-kondisi seperti gangguan perseptual, luka pada otak, disleksia, dan afasia perkembangan. Batasan tersebut tidak mencakup anak-anak yang memiliki problema belajar yang penyebab utamanya berasal dari adanya hambatan dalam penglihatan,

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …

9

pendengaran atau motorik, hambatan karena keterbelakangan mental, karena gangguan emosional, atau karena kemiskinan lingkungan, budaya, atau ekonomi.

Definisi di atas merupakan definisi resmi yang digunakan oleh pemerintah

Amerika Serikat, tetapi definisi tersebut menimbulkan banyak kritik karena berbagai

alasan.

Alasan- alasan mengenai kritik tersebut antara lain karena, kajian kesulitan

belajar bisa juga mencakup orang dewasa, maka istilah “anak” secara eksklusif perlu

dihindari. Proses psikologis dasar dapat menimbulkan banyaknya perdebatan di

bidang kesulitan belajar. Memisahkan mengeja dari ekspresi pikiran dan perasaan

secara tertulis adalah tidak pada tempatnya, karena mengeja merupakan bagian yang

tidak terpisahkan dari ekspresi pikiran dan perasaan secara tertulis. Penyebutan

berbagai kondisi gangguan lain (gangguan perseptual, disleksia, disfungsi minimal

otak) dapat membingungkan dan dapat menimbulkan banyak kesalahpahaman,

karena kesulitan belajar mungkin terjadi bersama dengan kondisi-kondisi lain atau

tanpa adanya kemiskinan lingkungan, budaya, atau ekonomi.

The National Joint Committee for Learning Disabilities (NJCLD)

mengemukakan definisi mengenai kesulitan belajar yang dikutip oleh Hammill

dalam Mulyono A (1999: 7) sebagai berikut:

Kesulitan belajar menunjuk pada sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, atau kemampuan dalam bidang studi matematika. Gangguan tersebut intrinsik dan diduga disebabkan oleh adanya disfungsi sistem saraf pusat. Meskipun suatu kesulitan belajar mungkin terjadi bersamaan dengan adanya kondisi lain yang mengganggu (misalnya gangguan sensoris, tunagrahita, hambatan sosial dan emosional) atau berbagai pengaruh lingkungan misalnya perbedaan budaya, pembelajaran yang tidak tepat, faktor-faktor psikogenetik, berbagai hambatan tersebut, bukan penyebab atau pengaruh langsung.

Definisi ini menekankan bahwa kesulitan belajar tidak dikaitkan secara

eksklusif dengan anak-anak, menghindari ungkapan proses psikologis dasar,

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …

10

dan secara jelas menyatakan bahwa kesulitan belajar mungkin terjadi bersamaan

dengan kondisi-kondisi lain.

The Board Association for Children and Adulth with Learning Disabilities

(ACALD) yang dikutip oleh Lovit dalam Mulyono A (1999: 8) mengemukakan

pengertian kesulitan belajar, sebagai berikut:

Kesulitan belajar khusus adalah suatu kondisi kronis yang diduga bersumber dari neurologis yang secara selektif mengganggu perkembangan integrasi dan/ atau kemampuan verbal dan/ atau non verbal. Kesulitan belajar khusus tampil sebagai suatu kondisi ketidakmampuan yang nyata pada orang-orang yang memiliki inteligensi rata-rata hingga superior yang memiliki sistem sensoris yang cukup dan kesempatan untuk belajar yang cukup pula. Berbagai kondisi tersebut bervariasi dalam perwujudan dan derajatnya. Kondisi tersebut dapat berpengaruh terhadap harga diri, pendidikan, pekerjaan, sosialisasi, dan/ atau aktivitas kehidupan sehari-hari sepanjang kehidupan.

Menurut sumber yang penulis kutip dari (http://gulit.wordpress.com) mengatakan bahwa:

Kesulitan belajar siswa mencakup pengetian yang luas, diantaranya : 1) learning disorder; 2) learning disfunction; 3) underachiever; 4) slow learner, dan 5) learning disabilities”. Di bawah ini akan diuraikan dari masing-masing pengertian tersebut. 1) Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses

belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah gemulai.

2) Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.

3) Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …

11

unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.

4) Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.

5) Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.

Menurut Anton Sukarno (2004: 99) mengatakan bahwa “Kesulitan belajar

berada sebagai pembeda kondisi kecacatan dalam keadaan intelegensi rata-rata

sampai dengan superior sistem motorik sensorik penuh dan kesempatan belajar

maksimal”.

Menurut H. Abin Syamsudin Makmun (2000: 307) “Kesulitan belajar adalah

suatu kejadian atau peristiwa yang menunjukkan bahwa dalam mencapai tujuan

pengajaran, sejumlah siswa mengalami kesulitan dalam menguasai secara tuntas

bahan yang diajarkan atau dipelajari”.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa anak

berkesulitan belajar adalah seseorang yang memiliki IQ rata-rata hingga superior,

yang mengalami kesulitan atau gangguan dalam mempelajari bidang akademik dasar

tertentu sebagai akibat dari terganggunya sistem syaraf pusat yang terkait, atau

pengaruh tidak langsung dari berbagai faktor lain seperti gangguan sensoris,

tunagrahita, hambatan sosial dan emosional atau berbagai pengaruh lingkungan,

budaya. Kesulitan ini ditandai oleh kesenjangan antara kemampuan umum seseorang

dengan kemampuan yang ditunjukannya dalam mempelajari bidang tertentu.

Kesulitan belajar dapat dialami oleh siapa saja. Menurut Osman dalam

Wardani (1995: 6) “Tokoh-tokoh dunia dan ilmuan terkenal seperti Thomas Alfa

Edison, Albert Einsten, Winston Churchill dan Nelson Rockefeller, dikenal sebagai

orang-orang yang mengalami kesulitan belajar”.

Bertitik tolak dari kenyataan ini, dapat dikatakan bahwa kesulitan belajar

sebenarnya bukan merupakan hambatan bagi seseorang untuk dapat berprestasi.

Masalahnya adalah bagaimana keluarga dan lingkungan memperlakukan mereka.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …

12

Jika mereka hanya dicap sebagai anak bodoh dan tidak dipedulikan, mereka mungkin

benar-benar menjadi anak yang bodoh. Sebaliknya, jika mereka diberi bantuan yang

sesuai dengan hakikat kesulitan yang dihadapi, mereka mungkin akan berkembang

seperti anak-anak lainnya yang mampu untuk berprestasi.

b. Prevalensi Anak Berkesulitan Belajar

Prevalensi anak berkesulitan belajar adalah prosentase jumlah anak kesulitan

belajar terhadap kelompok seusiannya. Hallahan dan Kauffman dalam Sunardi

(1996: 6) mengatakan “Perkiraan prevalensi anak berkesulitan belajar sangat

bervariasi, dari yang rendah 1% sampai yang tinggi 30%”.

Menurut Mulyono Abdurrahman & Nafsiah Ibrahim dalam

(http://eppypurnamabakty.blogspot.com) mengenai prevalensi anak berkesulitan

belajar di Indonesia adalah sebagai berikut:

Di Indonesia terdapat beberapa penelitian terhadap keberadaan anak berkesulitan belajar, antara lain penelitian yang dilakukan terhadap 3.215 murid kelas satu hingga kelas enam SD di DKI Jakarta. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat 16,52% yang oleh gurunya diperkirakan sebagai murid yang termasuk berkesulitan belajar. Menurut hasil penelitian Wijono dkk (1999: 36) mengenai prevalensi anak

berkesulitan belajar di sekolah biasa, mengatakan bahwa:

Prevalensi anak berkesulitan membaca menempati peringkat yang paling tinggi (63,01), berturut-turut disusul oleh kesulitan dalam memusatkan perhatian (48,77), kesulitan belajar berhitung/matematika (44.11), kesulitan menulis (35,07), kemudian baru kesulitan dalam bidang-bidang studi tertentu dan kesulitan lainnya. Menurut Kazuhiko dalam Mulyono Abdurrahman (1999: 10) “Estimasi

prevalensi anak berkesulitan belajar adalah 1% hingga 4% dengan perbandingan

anak laki-laki dan anak perempuan antara 4 berbanding 1 hingga 7 berbanding 1”.

Berdasarkan pemaparan di atas, bahwa prevalensi anak yang mengalami

kesulitan belajar cenderung meningkat. Hal ini juga terjadi di Amerika Serikat.

Masalah peningkatan jumlah anak berkesulitan belajar yang ada di Amerika Serikat

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …

13

masih menimbulkan perdebatan diantara pakar pendidikan luar biasa. Algozzine dan

Yseldike dalam Sunardi (1996: 6-7) mengatakan “Ada yang berpendapat bahwa

semakin banyaknya anak yang teridentifikasi kesulitan belajar ini memang benar, ada

juga yang menganggap ini menunjukkan lemahnya proses diagnosa yang dipakai”.

Jika hal ini berlanjut, maka perhatian dan layanan khusus bagi anak berkesulitan

belajar dapat berkurang, karena perhatian mengenai masalah ini menjadi terpusat

pada siapa yang teridentifikasi kesulitan belajar dan yang tidak.

c. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai

oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat

bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat

menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya.

Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor, internal dan eksternal. Penyebab

utama kesulitan belajar adalah faktor internal, yaitu kemungkinan adanya disfungsi

neurologis, sedangkan penyebab utama masalah/ problem belajar adalah faktor

eksternal, yaitu antara lain berupa strategi pembelajaran yang keliru, pengelolaan

kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar anak, dan pemberian

penguatan (reinforcement) yang kurang tepat.

Menurut Mulyono Abdurrahman (1996: 13) disfungsi neurologis yang dapat menyebabkan kesulitan belajar antara lain: (1) faktor genetik, (2) luka pada otak, (3) biokimia yang hilang, (4) biokimia yang dapat merusak otak, (5) pencemaran lingkungan, (6) gizi yang kurang memadai, (7) pengaruh psikologis dan psikis yang dapat merugikan anak.

Menurut Micharl L Hardman dalam Anton Sukarno (2004: 114) mengatakan

“Faktor penyebab kesulitan belajar adalah: (1) penyebab neurologis (Neurological),

(2) kemasakkan terlambat, (3) penyebab genetik, (4) penyebab lingkungan”. Untuk

lebih jelasnya, dapat diuraikan sebagai berikut:

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …

14

(1) Penyebab Neurologis

Penyebab neurologis kesulitan belajar adalah kerusakan neurologis, struktur

syaraf, atau beberapa tipe aktivitas syaraf yang tidak normal. Kerusakan pada

sistem syaraf terjadi pada kelahiran bayi sempurna tetapi posisi janin tidak normal

pada masa kehamilan sampai melahirkan atau bisa juga karena kekurangan

oksigen (anoxia).

(2) Kemasakkan terlambat

Kemasakan terlambat ada kaitannya dengan penyebab neurologis.

Perkembangan terlambat dari sistem neurologis menyebabkan kesulitan yang

dialami oleh beberapa orang kesulitan belajar. Mereka kerap kali terhambat

perkembangannya dalam keterampilan berbahasa, permasalahan daerah motor

visual dan beberapa daerah akademik.

(3) Penyebab Genetik

Faktor genetik sebagai penyebab kesulitan belajar telah menyumbangkan satu

atau lebih dari permasalahan kategori dalam kesuitan belajar. Abnormalitas

genetik ini selalu merupakan keprihatinan orangtua dengan menganggap semua

perilaku belajar adalah perilaku yang menyimpang.

(4) Penyebab Lingkungan

Pengaruh lingkungan kerap kali disebut sebagai kemungkinan penyebab

kesulitan belajar. Faktor-faktor seperti diet yang tidak dapat penambahan

makanan, stress, perokok, peminum minuman keras dan pengajaran sekolah yang

tidak tepat merupakan beberapa faktor yang dapat menyebabkan kesulitan belajar

yang dipengaruhi oleh lingkungan.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa penyebab langsung dari

kesulitan belajar adalah karena adanya faktor disfungsi neurologis yang terjadi di

otak, yang merupakan faktor intrinsik pada diri anak. Sedangkan faktor eksternal

seperti strategi pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak

membangkitkan motivasi belajar anak, dan pemberian ulangan penguatan

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …

15

(reinforcement) yang tidak tepat, merupakan pengaruh yang secara tidak langsung

muncul bersamaan sebagai penyebab kesulitan belajar.

d. Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar

Menurut baurnel dan Harvell dalam (http://www.sekolah-

dasar.blogspot.com). “Gambaran mengenai anak berkesulitan belajar yaitu

perkembangan bahasa yang lambat, rendahnya koordinasi motorik, dan gangguan

pemusatan perhatian”.

Sedangkan menurut Greatheart dalam Wijono, dkk (1999: 30) adalah sebagai

berikut:

Berbagai macam ciri yang dapat dilihat pada anak yang mengalami kesulitan belajar tetapi yang paling utama yang selalu terlihat pada anak tersebut adalah adanya kesenjangan (discrepancy) yang besar antara prestasi dengan kemampuan intelektualnya dalam beberapa bidang seperti penampilannya dalam lisan, tertulis, pemahaman dan pendengaran, pemahaman membaca, kemampuan hitung menghitung, atau matematik. Perbedaan dalam belajar inilah yang dipandang sebagai dasar dalam menentukan seorang anak mengalami kesulitan belajar.

Menurut Anton Sukarno (2004: 101) mengemukakan karakteristik kesulitan

belajar sebagai berikut:

1) Gangguan perhatian adalah hiperaktif, pengalihan perhatian. 2) Kegagalan untuk mengembangkan dan memobilisasi strategi untuk

belajar, mengorganisasi belajar, kerangka belajar aktif, dan fungsi-fungsi metakognitif.

3) Lemah dalam kemampuan gerak antara koordinasi gerakan halus dan kasar, kegagalan umum dan canggung, persoalan-persoalan spasial.

4) Permasalahan-permasalahan persepsi antara lain: perbedaan stimulus, pendengaran, penglihatan, closure dan cequensi pendengaran dan penglihatan.

5) Kesulitan bahasa lisan antara lain: pendengaran, berbicara, daftar kata, kemampuan linguistik.

6) Kesulitan membaca antara lain: pengkodean, keterampilan dasar membaca, membaca komprehensif.

7) Kesulitan menulis antara lain: mengeja, tulisan tangan, mengarang, 8) Kesulitan matematika antara lain: pemikiran kuantitatif, berhitung,

waktu, ruang, dan menghitung fakta.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …

16

9) Tingkah laku sosial yang tidak pantas antara lain: persepsi sosial, tingkah laku emosi, penegakan saling hubungan.

Sedangkan menurut sumber yang penulis kutip dari

(http://www.wikimu.com/News/Print.aspx?id-10413) ciri- ciri anak yang mengalami

kesulitan belajar antara lain:

1. Terlambat dalam berbicara 2. Kosakata terbatas 3. Sulit mengikat tali sepatu 4. Sulit mengikuti perintah 5. Sulit berkonsentrasi 6. Mudah lupa 7. Sering kehilangan barang 8. Sulit berinteraksi dengan lingkungan

Dari berbagai pendapat di atas mengenai karakteristik anak berkesulitan

belajar, pada intinya sama yakni anak berkesulitan belajar mengalami gangguan

hubungan keruangan, gangguan persepsi visual dan auditori, gangguan penghayatan

tubuh, gangguan konsentrasi, kesulitan dalam bahasa, yang terkait juga dengan

penguasaan kosakata dan membaca serta kesulitan matematika atau berhitung.

e. Bidang Kesulitan Belajar

Wardani (1995: 16-19) mengatakan bahwa “Gejala-gejala kesulitan belajar

dapat muncul dalam tiga bidang utama yaitu bahasa dan pengembangan konsep,

keterampilan perseptual, dan manifestasi perilaku”. Untuk lebih jelasnya, dapat

diuraikan sebagai berikut:

1) Bahasa dan Pengembangan Konsep

Bidang kesulitan dalam belajar bahasa dan pengembangan konsep merupakan

gejala awal dari anak-anak yang rawan terhadap kelainan atau bahaya. Bahasa

yang digunakan seseorang mencerminkan berbagai hal seperti tingkat pemahaman

atau pengertian serta kemampuan mengungkapkan pikiran dan perasaan. Oleh

karena itu jika seseorang mendapat kesulitan dalam berbahasa berarti ia mendapat

kesulitan dalam memahami suatu konsep serta dalam mengungkapkan perasaan

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …

17

dan pikirannya. Ia tidak mungkin mampu mengembangkan konsep yang

dimilikinya karena keterbatasan bahasa yang dikuasainya.

2) Keterampilan Perseptual

Bidang kesulitan keterampilan perseptual mengacu kepada kemampuan untuk

memahami dan memproses informasi yang datang melalui indera atau dengan

kata lain kemampuan untuk membentuk tanggapan. Persepsi memegang peranan

sangat penting dalam belajar. Gangguan dalam persepsi akan berpengaruh pada

kemampuan seseorang dalam belajar matematika dan geometri, di samping

penampilan dalam kinestetik. Gangguan persepsi ini mengakibatkan anak

mengalami masalah dalam belajar.

3) Manifestasi Perilaku

Selain dua bidang kesulitan yang telah dibahas, masalah belajar dapat pula

muncul dalam bentuk perilaku menyimpang. Misalnya, anak yang selalu bergerak ke

sana ke mari tanpa mengenal lelah, suka termenung, keras kepala, kurang hati-hati

serta ketakutan. Tidak jarang pula terjadi dalam satu kelas ada anak yang suka

mengganggu temannya-temannya, ada pula anak yang suka menyendiri, dan sangat

sukar mencari teman. Perilaku yang demikian itu tentu menimbulkan masalah di

dalam belajar, baik belajar dalam bidang kognitif, afektif, maupun psikomotor.

Bentuk lain dari masalah belajar yang berkaitan dengan manifestasi perilaku dapat

muncul dalam tulisan cakar ayam yang sukar dibaca. Tulisan ini mungkin

dimunculkan oleh anak yang mempunyai kesulitan motorik terutama dalam

mengontrol gerakan tangan, yang mungkin disertai oleh lemahnya kemampuan

visualisasi sehingga dia sangat sukar membedakan huruf yang satu dengan yang lain.

f. Klasifikasi Kesulitan Belajar

Berdasarkan definisi-definisi kesulitan belajar yang telah dikemukakan

sebelumnya, dalam membuat klasifikasi mengenai kesulitan belajar tidaklah mudah,

karena kesulitan belajar merupakan kelompok yang heterogen. Berbeda dengan jenis

keluarbiasaan yang lain seperti tuna netra, tuna rungu, atau tuna grahita yang bersifat

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …

18

homogen. Kesulitan belajar memiliki banyak tipe yang masing-masing memerlukan

diagnosis dan remidiasi yang berbeda-beda. Betapa pun sulitnya membuat klasifikasi

kesulitan belajar, klasifikasi tampaknya memang diperlukan karena bermanfaat untuk

menentukan berbagai strategi pembelajaran yang tepat.

Menurut Janet Lerner dalam Anton Sukarno (2004: 104) mengatakan bahwa

“Banyak penelitian yang tertarik dalam mengklasifikasikan sub tipe ( bagian-bagian)

dari kesulitan belajar. Penelitian semacam ini dapat membantu untuk

mengklarifikasikan definisi dan memberi arahan yang lebih efektif terhadap

asesment dan remidiasi”.

Kirk dan Calfant dalam Anton Soekarno (2004: 105) mengusulkan atas dua tipe kesulitan belajar yaitu: kesulitan belajar perkembangan dan kesulitan belajar akademik. Kesulitan belajar perkembangan termasuk keterampilan prosant yang diperlukan siswa agar supaya menguasai mata pelajaran akademik (perhatian, memori, keterampilan persepsi, keterampilan berpikir, keterampilan bahasa lisan). Kesulitan belajar akademik mengacu pada perolehan hasil belajar di sekolah (membaca, berhitung, menulis, mengeja, eksplorasi tulisan). Menurut Munawir Yusuf, Sunardi, Mulyono Abdurrahman (2003: 12)

Kesulitan belajar dikelompokkan ke dalam dua kategori diantaranya yaitu:

1. Kesulitan belajar umum adalah kesulitan belajar yang ditandai dengan prestasi belajar rendah untuk hampir semua mata pelajaran.

2. Kesulitan belajar khusus yaitu kesulitan belajar pada kemampuan tertentu saja. Kesulitan belajar ini dapat dikelompokkan menjadi dua: a. Kesulitan belajar pra akademik terdiri dari:

1) Gangguan motorik dan persepsi atau disebut disfraksia meliputi gangguan motorik kasar, penghayatan tubuh, dan motorik halus.

2) Kesulitan belajar kognitif meliputi kesulitan dalam fungsi persepsi, pikiran, simbolisasi, penalaran, dan pemecahan masalah.

3) Gangguan perkembangan bahasa yang ditandai keterbatasan menggunakan simbol linguistik dalam berkomunikasi verbal.

4) Kesulitan dalam penyesuaian perilaku sosial sehingga perilaku anak tidak dapat diterima oleh lingkungan sosial.

b. Kesulitan belajar akademik 1) Kesulitan belajar membaca (disleksia) 2) Kesulitan belajar menulis (disgrafia) 3) Kesulitan belajar berhitung ( diskalkulia)

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …

19

Sedangkan menurut Mercer dalam Mulyono Abdurrahman dan Sudjadi S

(1994: 139) mengklasifikasikan kesulitan belajar menjadi 5 macam yaitu:

1. Kesulitan bahasa 2. Kesulitan membaca 3. Kesulitan berhitung 4. Gangguan persepsi dan perseptual motor 5. Problema sosial emosional Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa klasifikasi anak

berkesulitan belajar berdasarkan atas jenis kesulitan yang dialami seseorang, yakni

kesulitan belajar pra akademik yang meliputi gangguan perkembangan motorik,

perseptual (auditori & visual), bahasa, tingkah laku sosial, dan kesulitan belajar

kognitif. Sedangkan kesulitan belajar akademik meliputi kesulitaan belajar

membaca, menulis, dan berhitung. Masing-masing jenis kesulitan tersebut memiliki

assesmen dan strategi pembelajaran yang berbeda-beda.

Berdasarkan lima macam pengklasifikasian yang telah disebutkan menurut

Mercer di atas, maka subjek dalam penelitian ini adalah anak berkesulitan belajar

yang mengalami kesulitan belajar bahasa.

g. Anak Berkesulitan Belajar Bahasa

Istilah kesulitan belajar bahasa sudah sangat sering dipakai, namun definisi

atau batasan yang tegas tentang istilah tersebut belum pernah ditemui. Untuk

mengembangkan batasan yang meyakinkan mengenai kesulitan belajar bahasa ini,

maka terlebih dahulu mengetahui apa yang dimaksud dengan bahasa. Secara umum

bahasa dianggap sebagai alat komunikasi, yaitu salah satu alat yang digunakan oleh

seseorang untuk dapat berinterksi dengan orang lain.

Menurut Gorys Keraf (1998: 4) “Bahasa sebagai alat komunikasi antar

anggota masyarakat terdiri atas dua bagian utama, yaitu bentuk (arus ujaran) dan

makna (isi). Bentuk bahasa adalah bagian dari bahasa yang dapat dicecap panca

indera entah dengan mendengar atau membaca”.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …

20

Sedangkan menurut Wirjosoedarmono dalam Husain Junus dan Aripin

Banassuru (1996: 14) mengatakan bahwa “Bahasa adalah alat komunikasi antar

anggota masyarakat yang berupa bunyi suara atau tanda/ isyarat atau lambang yang

dikeluarkan oleh manusia untuk menyampaikan isi hatinya kepada manusia lainnya”.

Dengan demikian, maka semua sistem yang bersimbol, kompleks, dan dinamis dapat

dianggap sebagai bahasa, termasuk bahasa isyarat dan tanda atau lambang termasuk

bahasa. Namun dalam pembahasan ini, pengertian bahasa hanya sebatas bahasa yang

dapat diucapkan dan didengar, di samping dapat dibaca dan ditulis. Bahasa isyarat

serta simbol/ lambang yang lain tidak akan dimasukkan ke dalam definisi ini.

Menurut Lerner dalam Mulyono Abdurrahman (1999: 182-183) mengatakan

“Bahasa merupakan salah satu kemampuan terpenting manusia yang memungkinkan

ia unggul atas makhluk-makhluk lain di muka bumi. Bahasa merupakan suatu sistem

komunikasi yang terintegrasi, mencakup bahasa ujaran, membaca dan menulis”.

Urutan perkembangan dalam sistem bahasa adalah mendengarkan, berbicara,

membaca dan menulis. Ketiga urutan perkembangan sistem bahasa tersebut

merupakan aspek-aspek dari keterampilan berbahasa. “Brown, membagi bahasa

menjadi komponen-komponen bentuk, isi, dan penggunaan” (Wardani, 1995: 39).

Bertitik tolak dari aspek-aspek keterampilan dan komponen-komponen

bahasa ini, Wardani (1995: 39) mengatakan bahwa:

Kesulitan belajar bahasa adalah gangguan atau kesulitan yang dialami seseorang yang berkemampuan rata-rata ke atas, dalam memperoleh kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, yang mencakup penguasaan tentang bentuk, isi, serta penggunaan bahasa. Gangguan tersebut mungkin disebabkan oleh terganggunya sistem syaraf pusat atau oleh faktor lain yang berpengaruh secara tidak langsung.

Menurut Lovitt dalam (http://hasanroch.wordpress.com) mengatakan “Ada

berbagai penyebab kesulitan bahasa, yaitu: (1) kekurangan kognitif; (2) kekurangan

dalam memori; (3) kekurangan kemampuan melakukan evaluasi; (4) kekurangan

kemampuan memproduksi bahasa; dan (5) kekurangan dalam bidang pragmatik atau

penggunaan fungsional bahasa”.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …

21

Karakteristik anak berkesulitan belajar bahasa menurut Mulyono

Abdurrahman dan Sudjadi. S (1994: 162) adalah sebagai berikut:

1. Kesulitan memahami dalam membedakan makna bunyi wicara. 2. Kesulitan membentuk konsep dan mengembangkan ke dalam unit-unit

semantik. 3. Kesulitan mengklasifikasikan kata atau mengelompokkan kata. 4. Kesulitan dalam relasi semantik 5. Kesulitan dalam memahami semantik. 6. Kesulitan dalam transformasi semantik. 7. Kesulitan dalam implikasi semantik. Adapun jenis-jenis kesulitan belajar bahasa yang sesuai dengan pelajaran

Bahasa Indonesia di SD menurut Wardani (1995: 55-63) dikelompokkan menjadi

tiga, antara lain:

1. Kesulitan Belajar Membaca dan Menulis Permulaan Manifestasi dari kesulitan belajar membaca permulaan yang mungkin sering muncul antara lain tidak dapat membedakan bentuk huruf, tidak dapat mengucapkan kata dengan benar, melompati bagian yang harus dibaca, membaca dengan menghafal, dan kesulitan dalam intonasi. Kesulitan yang mungkin dialami anak dalam belajar menulis permulaan dapat diperkirakan sebagai berikut: (1) Bentuk huruf tidak sempurna dan kacau, (2) Kesulitan atau salah ejaan. Kesulitan yang demikian bersumber dari banyak aspek, sebagai contoh ketidakmampuan membedakan huruf dan mengenal kata.

2. Kesulitan Belajar Berbahasa Lisan Keterampilan bahasa yang berkaitan dengan kemampuan berbahasa lisan adalah mendengarkan dan berbicara. Berkaitan dengan kemampuan tersebut, maka kesulitan belajar yang mungkin muncul antara lain (1) Persepsi yang keliru terhadap kata atau kalimat yang didengar karena pendengaran yang terganggu atau anak tidak mengenal kata atau kalimat yang didengar, (2) Tidak dapat menangkap informasi atau pesan yang didengar karena miskinnya perbendaharaan kata, atau tidak mampu memahami struktur kalimat yang didengarnya, (3) Anak tidak dapat memahami pesan atau informasi yang didengar karena informasi tersebut terlampau asing baginya atau latar belakang pengalaman yang dimiliki tentang informasi yang didengar sangat terbatas, (4) Tidak mampu membedakan kata-kata yang bunyinya serupa atau mirip, (5) Tidak dapat menangkap pesan yang didengar karena tidak dapat memusatkan perhatian.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …

22

3. Kesulitan Belajar Berbahasa Tulis Kesulitan belajar berbahasa tulis berbeda dengan membaca menulis permulaan. Keterampilan yang tercakup dalam keterampilan berbahasa tulis adalah membaca dan menulis, sedangkan membaca menulis permulaan menekankan pada kemampuan menyuarakan tulisan dan membuat tulisan. Belajar berbahasa tulis adalah belajar berkomunikasi secara tertulis. Berdasarkan kemampuan tersebut yakni membaca dan menulis, maka kesulitan yang dialami anak dalam belajar membaca adalah: 1) Kesulitan dalam mengenal kata-kata yang terdapat dalam bacaan. 2) Kesulitan dalam memahami arti kata dan istilah yang terdapat dalam

bacaan. 3) Kesulitan dalam memahami makna kalimat. 4) Kesulitan mengenal pikiran pokok dalam paragraf. 5) Tidak dapat menandai informasi yang penting atau bagian-bagian

kalimat yang penting. 6) Tidak mampu melihat hubungan antara berbagai informasi yang ada

dalam wacana. 7) Tidak dapat mengenal situasi atau konteks penggunaan bahasa. 8) Tidak dapat menarik kesimpulan dari informasi yang dibaca. Sedangkan dalam kemampuan menulis yang merupakan kemampuan yang lebih kompleks dari kemampuan membaca, maka kesulitan yang dialami anak dalam belajar menulis adalah sebagai berikut: 1) Kesulitan dalam memilih kata yang tepat. 2) Tidak mampu menyusun kalimat dengan struktur yang benar. 3) Kesulitan dalam ejaan. 4) Kesulitan dalam menggunakan tanda baca. 5) Kesulitan dalam menuangkan pikiran secara sistematis.

Berdasarkan jenis-jenis kesulitan belajar bahasa yang telah dipaparkan di

atas, maka dapat disimpulkan bahwa kesulitan yang mereka alami dalam belajar

bahasa ada kaitannya dengan kurangnya penguasaan kosakata yang mereka miliki.

Meskipun hal tersebut bukanlah pengaruh langsung dari penyebab munculnya

kesulitan belajar bahasa.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …

23

2. Hakikat Penguasaan Kosakata Bahasa Indonesia

a. Pengertian Kosakata Bahasa Indonesia

Kosakata adalah perbendaharaan kata atau sejumlah kata yang dimiliki

seseorang. Para ahli bahasa dalam mendefinisikan tentang pengertian kosakata

berbeda- beda, tetapi mereka sepakat bahwa kosakata merupakan alat utama yang

harus dimiliki seseorang dalam belajar bahasa. Sebab kosakata berfungsi untuk

membentuk kalimat dan mengutarakan isi pikiran dan perasaan baik secara lisan

maupun tulisan.

Istilah kosakata tidak terlepas dari pengertian kata. Kata merupakan suatu unit dalam bahasa yang memiliki komposisi tertentu dan secara relatif memiliki distribusi yang bebas. Kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa (Gorys Keraf, 1998: 21).

Soedjito (1992: 11) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kosakata

adalah:

1) Semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa 2) Kata yang diakui seseorang atau kata-kata yang dipakai oleh segolongan

orang di lingkungan yang sama 3) Kata-kata yang dipakai dalam ilmu pengetahuan 4) Seluruh morfem dalam semua bahasa 5) Daftar sejumlah kata dan frase dari suatu bahasa yang disusun secara

alfabetis disertai batasan dan keterangan.

Sedangkan Menurut Harimurti Kridalaksana dalam Sabarti Akhadiah dkk

(1991: 40) menjelaskan bahwa kosakata sama dengan leksikon, yaitu:

1) Komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna pemakaian kata dalam bahasa.

2) Kekayaan kata yang dimiliki seseorang pembicara, penulis, atau suatu bahasa.

3) Daftar kata yang disusun seperti kamus, tetapi dengan penjelasan yang singkat dan praktis.

Badudu dan Sutan Muhammad Zain (1996: 750) mengemukakan bahwa

kosakata adalah “Kata yang dipakai dalam suatu bahasa sebagai hasil buah pikiran

dan perbuatan dalam kehidupan masyarakat”. Pendapat ini mendeskripsikan bahwa

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …

24

kata-kata yang dipakai dalam suatu bahasa merupakan hasil buah pikiran bangsa

pemilik bahasa. Selain itu termasuk nama suatu perbuatan dapat menjadi sumber

kosakata, termasuk pergaulan antar bangsa atau kelompok masyarakat.

Dari berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa kosakata

adalah kekayaan kata yang dimiliki seseorang yang mengandung unsur bahasa yang

diucapkan atau dituliskan yang merupakan hasil buah pikiran bangsa pemilik bahasa

yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran serta perbuatan dalam

kehidupan masyarakat yang dapat digunakan dalam berbahasa.

b. Perkembangan Kosakata Anak

Perbendaharaan kata anak berkembang dengan pesat. Kata-kata ini mulai dari

nama-nama benda yang berada disekitarnya atau kata-kata yang sangat diperlukan

dalam menyampaikan kebutuhan utamanya. Misalnya susu, bobok, minum, dsb.

Kemudian kata-kata ini akan meluas kepada nama-nama benda yang paling dekat

dengan anak. Perkembangan jumlah penguasaan kosakata anak dimulai pada usia 15

bulan.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini mengenai

perkembangan perbendaharaan kata pada anak-anak menurut Wardani (1995: 29)

Tabel 1. Perkembangan Perbendaharaan Kata Anak-Anak

Usia Jumlah Perbendaharaan Kata

15 bulan

18 bulan

24 bulan

3 tahun

4 tahun

5 tahun

6 tahun

12 tahun

4 – 6 kata

Lebih kurang 20 kata

200 – 300 kata

900 – 1000 kata

1500 – 1600 kata

2100 – 2200 kata

ekspresif: 2600 kata reseptif 20.000 – 24.000 kata 50.000 kata

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …

25

c. Arti Penting Penguasaan Kosakata Bahasa Indonesia

Pada hakikatnya penguasaan adalah kemampuan seseorang dalam

menggunkan dan memanfaatkan sesuatu hal, dengan demikian penguasaan kosakata

berarti kemampuan seseorang dalam memahami karakteristik, ciri dan manfaat dari

penggunaan kosakata. Penguasaan kosakata tidak hanya menggunakan dan

memanfaatkan sesuatu hal melainkan juga mengetahui arti secara mandiri dan

mampu menerapkan kata-kata tersebut dalam membuat kalimat secara baik dan

benar.

Menurut Suhendi (1991: 34) “Menguasai kosakata adalah mengerti arti kata

baik secara lepas maupun mengerti arti kata apabila sudah berada dalam konteks

yang lebih luas, bahkan mampu menerapkan kata-kata tersebut secara benar dalam

kalimat atau lebih luas lagi ke dalam bentuk paragraf atau wacana”.

Kosakata Bahasa Indonesia sangatlah penting perannya, terlebih bagi siswa

yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Karena dengan penguasaan kosakata

yang cukup akan memperlancar siswa dalam belajar bahasa. Dengan kosakata akan

membantu siswa lebih mudah memahami bahan bacaan seperti buku pelajaran,

koran, majalah, novel, dan karya tulis lainnya. Siswa tidak hanya mengetahui kata-

kata tersebut dari membaca atau mendengar dari orang lain saja, tetapi suatu saat

siswa juga mampu menggunakan secara produktif kosakata yang telah diketahuinya

didalam penulisan maupun dalam berkomunikasi secara lisan.

Seperti yang diungkapkan oleh Burhan Nurgiyantoro (1988: 154) bahwa

“Untuk dapat melakukan kegiatan komunikasi dengan bahasa diperlukan penguasaan

kosakata dalam jumlah yang memadai. Penguasaan kosakata yang lebih banyak lebih

memungkinkan kita untuk menerima dan menyampaikan informasi yang lebih luas

dan kompleks”. Lebih lanjut Burhan Nurgiyantoro (1988: 196) mengatakan

“Kosakata merupakan alat utama yang harus dimiliki seseorang yang akan belajar

bahasa, sebab kosakata berfungsi untuk membentuk kalimat dan mengutarakan isi

pikiran serta perasaan dengan sempurna baik secara lisan maupun tertulis”.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …

26

Menurut Sri Hastuti (1979: 24) “Pentingnya penguasaan kosakata adalah

agar siswa mampu memahami kata atau istilah dan mampu menggunakannya

didalam tindak berbahasa baik itu menyimak, berbicara, membaca maupun menulis”.

Sedangkan Henry Guntur Tarigan (1984: 24) mengatakan bahwa: “Dengan

penguasaan kosakata yang baik diharapkan dapat: (1) Meningkatkan taraf

kemampuan mental siswa, (2) Meningkatkan taraf konseptual siswa, (3)

Meningkatkan proses berfikir siswa, (4) Meningkatkan pandangan hidup siswa”.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas tentang pentingnya penguasaan

kosakata, maka dapat disimpulkan bahwa peran penguasaan kosakata Bahasa

Indonesia bagi siswa khususnya sekolah dasar sangatlah penting. Terlebih bagi siswa

yang mengalami kesulitan belajar bahasa. Penguasaan kosakata yang mereka kuasai

diharapkan dapat meningkatkan taraf kemampuan mental, konseptual, serta

meningkatkan proses berfikir dan meningkatkan pandangan hidup mereka atas

dirinya. Sehingga dengan penguasaan kosakata yang baik akan mempelancar mereka

untuk belajar bahasa, dan dengan bahasa mereka dapat mengutarakan isi hati dan

pikiran mereka, baik secara lisan maupun tertulis.

d. Teknik Pengajaran Kosakata

Pengembangan kemampuan penguasaan kosakata dapat dilakukan dengan

berbagai teknik. Menurut Sri Hastuti (1979: 14) mengemukakan teknik pengajaran

kosakata adalah sebagai berikut:

a. Menciptakan suasana yang sesuai dengan situasi untuk dapat mengenal kata- kata semakin banyak.

b. Latihan mengisi teka teki silang. c. Menambah kalimat berdasarkan arah gerak ke depan atau ke belakang. d. Dengan teori bertanya menggunakan kata-kata Tanya. e. Dengan menyusun kata-kata kacau atau menyusun kalimat kacau agar

kata- kata tersebut menjadi teratur dan bermakna. f. Mencari padan kata, lawan kata, persamaan kata atau akronim.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …

27

Menurut Gorys Keraf (1998: 67) Perluasan kosakata dapat ditempuh dengan jalan:

1. Proses belajar 2. Melalui konteks 3. Melalui kamus sinonim 4. Dengan analisis kosakata.

Selain itu teknik pengembangan kata dalam hubungannya untuk

mengembangkan perbendaharaan kata menurut Edgar Dale, Yoseph O’Rourke &

Henry A. Bamman, dalam Henry Guntur Tarigan (1984: 18) mengemukakan:

17 kategori kata menjadi 13 kategori, yaitu (1) ujian sebagai pengajaran, (2) petunjuk konteks, (3) sinonim,antonim, homonim, (4) asal usul kata, (5) prefix, (6) sufiks, (7) akar kata, (8) ucapan dan ejaan, (9) semantik, (10) majas, (11) sastra dan pengembangan kosakata, (12) penggunaan kamus, (13) permainan kata. Berikut ini penjelasannya mengenai sinonim, antonim dan semantik atau

makna kata:

Sinonim berarti sebuah kata yang dikelompokkan dengan kata-kata lain di

dalam klasifikasi yang sama berdasarkana makna umum, dengan kata lain sinonim

adalah kata-kata yang mengandung arti sama tetapi berbeda dalam nilai kata, atau

sinonim adalah kata-kata yang mempunyai denotasi yang sama tetapi berbeda dalam

konotasi. Sedangkan antonim adalah kata yang mengandung makna yang berlawanan

dengan kata yang lain.

Menguasai suatu bahasa berarti dapat memahami kosakata dan ejaan dengan

baik, serta memahami makna kosakata tersebut dan dapat menggunakannya dalam

kalimat. Dalam mengartikan kata-kata, seseorang harus memperhatikan makna yang

tersurat dan tersirat. Soedjito (1992: 52-59) membagi makna kata menjadi beberapa

bagian, yaitu:

a) Makna leksikal dan gramatikal (1) Makna leksikal adalah makna kata secara lepas tanpa ada kaitannya

dengan kata lain dalam sebuah kalimat atau makna yang sesungguhnya. Contoh: rumah adalah bangunan untuk tempat tinggal manusia.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …

28

(2) Makna gramatikal adalah makna baru yang timbul akibat terjadinya proses gramatika (pengimbuhan/ pengulangan/ pemajemukan). Contoh: kata rumah bila diberi imbuhan ber menjadi berumah yang artinya mempunyai rumah.

b) Makna konotatif dan makna denotatif (1) Makna konotatif adalah makna tambahan terhadap makna dasar yang

berupa rasa / gambaran tertentu. Contoh: kata merah dapat berkonotasi berani.

(2) Makna denotatif adalah makna kata didasarkan pada penunjukan yang lugas dan apa adanya.

Contoh: merah artinya warna seperti warna darah. c) Makna lugas dan makna makna kiasan

(2) Makna lugas adalah makna sebenarnya/ makna yang acuannya sesuai dengan makna kata yang bersangkutan.

Contoh: kata kaki : - kaki didik - Kaki kucing

(3) Makna kiasan adalah makna yang acuannya tidak sesuai dengan makna kata yang bersangkutan.

Contoh: kata kaki: - kaki gunung - kaki langit

Berdasarkan penjelasan di atas, maka seperti halnya sinonim, antonim dan

makna kata dapat menolong para siswa mempelajari kata-kata melalui proses

pengklasifikasian. Penggunaan kamus tidak hanya sekedar pencatat atau perekam

makna kata, tetapi lebih dari itu. Dalam beberapa hal kamus merupakan tempat

penyimpanan pengalaman-pengalaman manusia yang telah diberi nama dan dengan

demikian merupakan sarana penting bagi pengajaran kosakata. Kamus memberikan

informasi penting mengenai definisi kata, makna kata, ejaannya, dan ucapannya.

Dalam hal ini agar anak tertarik, dalam proses pembelajaran mengembangkan

kosakata maka proses pembelajaran tersebut dapat menggunakan teknik permainan.

Menurut Henry Guntur Tarigan, (1984: 256-263) “Diantara permainan kata untuk

mengembangkan kosakata diantaranya adalah anagram, asosiasi, konsep awal dan

akhir, teka teki, teka teki silang dan polindrom”. Kecenderungan siswa sekolah dasar

yang masih pada masa antara bermain dan belajar, perlu dicarikan teknik

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …

29

pembelajaran yang menarik, tanpa mengesampingka kegiatan proses pembelajaran.

Salah satu teknik yang memadukan hal tersebut adalah permainan kata anagram.

Sabarti Akhadiah dkk (1991: 51) memaparkan ada beberapa langkah-langkah

dalam pengajaran kosakata, yaitu:

1) Menentukan tujuan untuk pokok bahasan yang akan diberikan, mencakup kompetensi dasar dan indikator.

2) Mengembangkan bahan pengajaran sesuai dengan indikator yang ingin dicapai. Selain itu, sebaiknya menyiapkan bahan latihan yang menunjang pencapaian tujuan tersebut.

3) Merencanakan kapan menyampaikannya, bagaimana caranya, bagaimana cara memotivasi atau mengaktifkan siswa. Untuk penyampaian pokok bahasan kosakata, sebaiknya menggunakan metode penugasan, latihan, tanya jawab, widyawisata.

4) Menyuruh siswa mengerjakan latihan. Bahan-bahan latihan dapat berupa: a) Siswa disuruh menjelaskan kata umum yang telah dibuat guru dengan

kata-kata sendiri. b) Siswa disuruh melengkapi kalimat dengan kata yang tepat dari kata

yang telah disediakan. c) Siswa disuruh membuat kalimat dengan menggunakan kata-kata umum.

Kata-kata umum tersebut dapat berasal dari buku pelajaran ataupun dibuat oleh guru.

5) Untuk mengetahui atau mengukur sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai, guru dapat menggunakan tes formatif. Tes formatif dibuat berdasarkan indikator yang telah ditetapkan dan dapat dilakukan secara lisan ataupun tertulis. Dengan demikian, dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

teknik pengajaran kosakata dapat dilakukan dengan cara-cara yang menyenangkan,

yang dapat menimbulkan kreativitas siswa dalam menguasai kosakata, dan dilakukan

dengan langkah-langkah pembelajaran yang sistematis agar dapat mencapai tujuan

pembelajaran yang diinginkan.

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …

30

3. Hakikat Permainan Anagram

a. Pengertian Permainan

Menurut Sudono (2000: 1) “Permainan adalah suatu kegiatan yang dilakukan

dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau

memberikan informasi, memberi kesenangan maupun memberikan imajinasi pada

anak”.

Permainan itu sendiri oleh Lewis dan Leroad dalam Sudono (2000: 4)

didefinisikan sebagai “Suatu kegiatan yang menyenangkan yang memiliki peraturan

dan diikuti oleh siswa, perorangan maupun kelompok yang berlomba dan

berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu”. Tujuan tersebut bila hubungannya

dengan pembelajaran maka berarti tujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Sedangkan menurut Mayke S. Tedjasaputra (2001: 1) Bermain adalah

“Kegiatan menyenangkan dan merupakan kebutuhan yang sudah melekat dalam diri

anak”. Melalui bermain dapat dimanfatkan untuk perkembangan budaya dan seni.

Melalui bermain dapat dimanfaatkan untuk perkembangan aspek fisik, motorik,

kecerdasan, dan emosional. Bila ketiga aspek tersebut tidak memperoleh kesempatan

untuk berkembang maka akan terjadi ketimpangan. Bermain merupakan dunia kerja

anak menjadi hak setiap anak dan tanpa dibatasi usia.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa permainan merupakan suatu

kegiatan yang menyenangkan yang melibatkan diri sendiri atau orang lain dalam

situasi tertentu untuk berinteraksi dengan orang lain serta melatih siswa untuk

berinisiatif dan berimajinasi untuk mencapai tujuan tertentu. Adanya interaksi yang

kuat antara siswa dalam permainan akan menghasilkan ikatan emosi yang kuat

sehingga mereka dapat saling bertukar pengetahuan dan pengalaman.

b. Manfaat dan Tujuan Permainan

Permainan memiliki manfaat dalam proses pembelajaran, Mariana Karim dan

Fatmi A. Hisbullah (1986: 533) mengemukakan “Bahwa permainan dapat digunakan

dalam proses kegiatan belajar mengajar”. Permainan dapat menimbulkan motivasi

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …

31

belajar siswa dan membantu mengurangi atau menghilangkan kebosanan siswa

dalam belajar, sehingga siswa terpacu berperan semaksimal mungkin untuk

mendapatkan hasil yang terbaik.

Sedangkan menurut Mayke S. Tedjasaputra (2001: 38) manfaat permainan adalah sebagai berikut:

1) Untuk perkembangan aspek fisik Dalam bermain anak mendapat kesempatan untuk melakukan kegiatan yang banyak melibatkan gerakan tubuh, hal ini akan menjadikan tubuh anak sehat dan oto-otot tubuh menjadi kuat.

2) Untuk perkembangan aspek motorik halus dan kasar Anak usia 3 bulan mulai belajar meraih mainan yang ada didekatnya, hal ini anak belajar mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, secara tidak langsung anak belajar melakukan gerakan motorik halus. Aspek motorik kasar dapat dikembangkan melalui gerakan bermain. Salah satu contohnya, pada awal ia belum terampil berlari, tapi dengan bermain kejar-kejaran, maka anak berminat untuk melakukannya dan akhirnya sampai berlari.

3) Untuk perkembangan aspek sosial Bermain dapat bermanfaat dalam belajar komunikasi dengan sesama teman, dalam hal ini anak belajar mengemukakan isi pikiran dan perasaannya maupun belajar memahami apa yang diucapkan oleh teman tersebut, sehingga hubungan social anak dapat terbina dan dapat saling bertukar informasi.

4) Untuk perkembangan aspek Emosi dan Kepribadian Anak akan mempunyai penilaian terhadap dirinya tentang kelebihan ataupun kekurangan sehingga dapat membantu pembentukan konsep diri dan diharapkan akan mempunyai rasa percaya diri dan harga diri. Melalui bermain, anak belajar bagaimana harus bersikap dan bertingakah laku agar dapat bekerjasama dengan temannya, bersikap jujur, berani, murah hati, dan sebagainya.

5) Untuk Perkembangan Kognisi Banyak konsep dasar yang mempelajari anak melalui bermain, tanpa disadari hal ini anak mulai belajar, misalkan untuk memperkenalkan warna dan ukuran bisa menggunakan kegiatan bermain memancing ikan yang terdiri dari bermacam-macam warna dan ukuran. Hal ini aspek kognisi diartikan sebagai pengetahuan, kreativitas, kemampuan berbahasa serta daya ingat.

6) Untuk Mengasah Ketajaman Penginderaan Aspek penginderaan yang menyangkut penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan perabaan perlu untuk diasah agar anak menjadi lebih tanggap terhadap hal-hal yang berlangsung di

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …

32

lingkungannya. Hal ini melalui bermain, anak diharapkan menjadi aktif dan kritis terhadap kejadian-kejadian yang muncul di sekitarnya.

7) Untuk keterampilan Olah raga dan menari Perkembangan fisik sebagai dasar untuk mengembangkan keterampilan dalam bidang olah raga dan menari, bila menari anak terampil melakukan kegiatan tersebut, ia akan lebih percaya diri, yang terpenting adalah anak menyukai dan senang pada kegiatan tersebut yang nantinya akan dikembangakan sesuai dengan minat, bakat dan pada akhirnya akan menjadi hobi bahkan menjadi sumber mata pencaharian di kemudian hari.

Sedangkan menurut Kartini Kartono (1992: 117) mengatakan bahwa

“Dengan jalan bermain-main, anak melakukan eksperimen-eksperimen

tertentu, dan eksplorasi, sambil mengetes kemampuannya. Melalui permainan

anak akan mendapatkan pengalaman yang menyenangkan, sambil

menggiatkan usaha belajar dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan”.

Manfaat lain dari permainan adalah permainan dapat diterapkan dalam semua

bidang studi, seperti matematika, ilmu sosial, IPA, bahasa, dan lain sebagainya.

Permainan bahasa dalam proses pembelajaran bahasa menurut John D. Latuheru

(1998: 109) diantaranya adalah “Untuk mengembangkan perbendaharaan kata”.

Permainan dalam pembelajaran bahasa bertujuan untuk meningkatkan keterampilan

berbahasa. Keterampilan berbahasa meliputi terampil menyimak, terampil berbicara,

terampil membaca dan terampil menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut

saling berkaitan dan saling mendukung. Penguasaan bahasa yang baik merupakan

modal utama agar terampil berbahasa. Jadi permainan bahasa dalam pembelajaran

Bahasa Indonesia diantaranya untuk mengembangkan perbendaharaan kata dan

mengembangkan kemampuan berbahasa.

c. Macam- Macam Alat Bermain

Pengelompokkan alat bermain berdasarkan pada tempat dan fungsinya,

menurut Mayke S. Tedjasaputra (2001: 74) “Alat bermain dibedakan menjadi dua

yaitu alat bermain yang ada di lingkungan sekitar anak dan alat bermain edukatif”.

Berikut penjelasannya:

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …

33

1) Alat bermain dari lingkungan anak

Alat permainan yang dapat ditemukan di sekitar anak misalnya; biji-bijian, batu-

batuan, pelepah dan bunga pisang, bermacam-macam daun, serabut dan

tempurung kelapa, jerami, padi, lidi, dan daun kelapa, mendong, bahan tikar, jail-

jail, bahan mainan yang terbuat dari tanah liat, piring kertas, biskuit huruf, pasta

gigi, tusuk sate, bintang, dan angka kecil-kecil.

2) Alat permainan edukatif

Adalah alat permainan yang dirancang secara khusus untuk kepentingan

pendidikan dan mempunyai ciri-ciri:

a) Dapat digunakan dalam berbagai cara, maksudnya dapat digunakan dalam

berbagai macam tujuan, manfaat, dan berbagai maacam bentuk.

b) Ditujukan terutama untuk anak-anak usia pra sekolah dan fungsi

mengembangkan berbagai aspek perkembangan kecerdasan serta motorik

anak.

c) Segi keamanan sangat diperhatikan baik dari bentuk maupun penggunaan cat.

d) Membuat anak secara aktif terlibat.

e) Sifatnya konstruktif. Setiap alat permainan edukatif dapat difungsikan secara

multi fungsi, meskipun alat-alat tersebut memiliki beberapa kekhususan.

Sebagai alat permainan dikenal sebagai alat manipulatif yang

mengembangkan keterampilan dan imajinasi.

Berdasarkan macam alat bermain di atas maka alat bermain dalam

permainan anagram termasuk alat permainan edukatif, yakni berupa kartu huruf

dan kata. Media/ alat yang digunakan dirancang untuk kepentingan pendidikan,

yakni untuk belajar kosakata.

John D Latuheru (1998: 112-113) mengatakan bahwa salah satu fungsi

dari permainan dengan menggunakan kartu adalah “ Pada umumnya permainan

kartu dapat meningkatkan motivasi belajar anak didik, permainan dapat juga

mendorong siswa untuk saling membantu satu sama lain”. Dengan demikian,

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …

34

kartu huruf sebagai alat permainan edukatif dalam permainan anagram bermanfaat

untuk kepentingan pendidikan.

d. Anagram

Anagram merupakan sebuah tipe permainan kata yang dahulu populer di

Eropa pada abad pertengahan. Seni beranagram diciptakan oleh seorang penyair

Yunani Lycophron. Sebelum era komputerisasi, anagram dibangun menggunakan

pulpen dan kertas dengan memainkan kombinasi huruf dan bereksperimen dengan

variasi.

“Anagram adalah salah satu jenis permainan kata, dimana huruf-huruf di

kata awal biasa diacak untuk membentuk kata lain atau sebuah kalimat”.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Anagram)

Sumber lain mengatakan bahwa “Anagram adalah sejenis permainan kata

berupa penyusunan kembali huruf-huruf dari sebuah kata atau frase untuk

menghasilkan sebuah kata/ frase yang baru, dengan benar-benar menggunakan

semua huruf sebelumnya”. (http://www.wikimu.com/News/Print.aspx/id=14095)

“Anagram adalah salah satu jenis permainan tebak kata. Objektif permainan

anagram adalah menebak kata-kata dengan huruf-huruf yang telah diacak. Huruf

yang tersedia harus dipakai sebanyak jumlahnya”.

(http://www.informatika.org/~rinaldi/Stmik/2006-

2007/Makalah_2007/MakalahSTMIK2007-106.pdf)

Contoh: Pemain diberikan lima huruf a-s-l-i-m. Maka pemain harus menebak kata

menggunakan huruf a-s-l-i-m dengan tiap huruf yang tepat sebanyak jumlahnya.

Sehingga kata yang dapat terbentuk adalah; islam, silam, salim, dan limas. Kata yang

di tebak harus benar/ valid. Artinya, kata tersebut termasuk dalam suatu database

yang ditentukan, misalnya termasuk dalam kamus besar Bahasa Indonesia.

“Anagram mengambil asal kata dari bahasa yunani ana = lagi dan gramma

= huruf/ kata. Anagram secara harfiah berarti permainan kata yang mencoba

merangkai suatu kata atau kalimat baru dari suatu kata atau kalimat yang sudah ada

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …

35

menggunakan semua huruf asal dengan sama persis”.

(http://wehaveforgotten.wordpress.com).

Sedangkan menurut John M. Echols dan Hassan Shadily (2003: 28)

anagram artinya “ Penukaran huruf dalam kata-kata sehingga kata itu mempunyai

arti kata lain”.

Dengan demikian, anagram adalah pengubahan urutan huruf suatu kata

menjadi kata lain yang memiliki arti. Henry Guntur Tarigan (1984: 34)

“Mencontohkan dari kata kain dapat dibentuk menjadi kata kina, naik, dan ikan. Dari

kata gula dapat dibentuk kata lagu, gaul dan agul”.

Contoh:

Kain Kina Gula lagu

Naik gaul

Ikan agul

Harimurti Kridalaksana (1992: 56) mengemukakan bahwa “Anagram adalah

kata atau kelompok kata yang disusun dengan huruf yang sama dari kata atau

kelompok kata yang lain”.

Contoh:

Pertama, urutan hurufnya belum membentuk kata yang bermakna dan

kemungkinan kata yang dibentuk hanya satu. Dalam contoh ketiga perubahan urutan

huruf dalam kata tersebut lebih dari satu. Walaupun terdapat perbedaan, pada

hakikatnya anagram merupakan pengubahan huruf sehingga dapat membentuk

sebuah kata yang bermakna. Dalam penerapannya anagram dapat berbentuk seperti

contoh pertama.

Aink Kain Kita kait

Kina kiat

Naik ikat

Dari contoh di atas juga dapat dilihat mobilitas huruf yang dapat dibentuk

dalam permainan anagram. Mobilitas huruf yang dapat dibentuk dapat berjumlah

satu buah atau lebih. Anagram sangat menarik untuk diterapkan sebagai salah satu

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …

36

teknik pembelajaran bahasa, karena anagram merupakan salah satu jenis permainan.

Permainan anagram dapat membangkitkan kreativitas anak. Anak berusaha kreatif

mengerjakan huruf-huruf untuk mencari dan menentukan kata-kata yang baru.

Kesalahan anak ketika melakukan permainan anagram menjadi pelajaran berharga

bagi anak.

Pencarian dan penemuan kata baru tersebut dengan sendirinya akan

diklasifikasikan oleh anak-anak dengan cara dapat membedakan kata yang bermakna

dan tidak. Di samping itu anak akan diperkaya dengan kata-kata yang belum dikuasai

sebelumnya.

Dari penjelasan di atas, bahwa permainan anagram adalah permainan

mengubah urutan huruf suatu kata menjadi kata lain atau mengubah kelompok kata

menjadi kelompok kata lain atau kalimat yang bermakna. Adapun permainan

anagram ditunjukkan dengan: a. mengubah huruf dari kata; b. membangkitkan

kreativitas; c. membedakan kata.

B. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan arahan penalaran untuk dapat sampai pada

penemuan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan. Penyusunan kerangka

berpikir berarti membuat argumentasi-argumentasi rasional berdasarkan teori-teori

yang telah diutarakan dalam kajian teori. Dengan demikian, penyusunan kerangka

berpikir dalam penelitian ini dapat dipaparkan sebagai berikut:

Anak berkesulitan belajar (learning disabilities) menunjukkan hambatan

dalam belajar bahasa, berbicara, mendengarkan, menulis, membaca, dan berhitung,

sedangkan mereka ini memiliki potensi kecerdasan yang baik tetapi berprestasi

rendah, yang bukan disebabkan oleh tunanetra, tunarungu, keterbelakangan mental,

gangguan emosional, gangguan ekonomi, sosial atau budaya.

Kesulitan bahasa adalah gangguan atau kesulitan yang dialami seseorang

yang berkemampuan rata-rata ke atas, dalam memperoleh kemampuan

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …

37

mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, yang mencakup penguasaan tentang

bentuk, isi, serta penggunaan bahasa. Gangguan tersebut mungkin disebabkan oleh

terganggunya sistem syaraf pusat atau oleh faktor lain yang berpengaruh secara tidak

langsung, sebagai contoh kurangnya stimulasi mengenai perbendaharaan kata dan

bahasa dari lingkungan, pengajaran bahasa di sekolah yang tidak efektif dan

sebagainya.

Adapun jenis-jenis kesulitan belajar bahasa yang sesuai dengan pelajaran

Bahasa Indonesia di SD dikelompokkan menjadi tiga antara lain: (1) Kesulitan

belajar membaca dan menulis permulaan, (2) Kesulitan belajar berbahasa lisan, (3)

Kesulitan belajar berbahasa tulis.

Berdasarkan jenis-jenis kesulitan belajar bahasa, bahwa kesulitan yang

mereka alami dalam belajar bahasa ada kaitannya dengan kurangnya penguasaan

kosakata yang mereka miliki. Meskipun hal tersebut bukanlah pengaruh langsung

dari penyebab munculnya kesulitan belajar bahasa.

Pengembangan kemampuan penguasaan kosakata dapat dilakukan dengan

berbagai teknik, salah satunya adalah permainan. Teknik permainan memiliki tujuan

dan manfaat. Permainan dapat digunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar

guna untuk menimbulkan motivasi siswa dalam belajar, oleh karena itu permainan

dapat membantu mengurangi atau menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar.

Sehingga siswa terpacu berperan semaksimal mungkin untuk mendapatkan hasil

yang terbaik.

Diantara permainan kata untuk mengembangkan kosakata diantaranya adalah

anagram, asosiasi, konsep awal dan akhir, teka teki, teka teki silang dan polindrom.

Kecenderungan siswa sekolah dasar yang masih pada masa antara bermain dan

belajar, perlu dicarikan teknik pembelajaran yang menarik, tanpa mengesampingka

kegiatan proses pembelajaran, dan salah satu teknik yang memadukan hal tersebut

adalah permainan kata anagram.

Dengan demikian, teknik pembelajaran kosakata melalui permainan anagram

ini diharapkan dapat meningkatkan penguasaan kosakata Bahasa Indonesia pada

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN …

38

siswa berkesulitan belajar bahasa. Agar nantinya kesulitan yang mereka alami dapat

terminimalisir, sehingga mereka dapat berprestasi seperti siswa lainnya yang tidak

mengalami kesulitan belajar bahasa.

Berdasarkan pemaparan yang telah dikemukakan, maka dalam penelitian ini

dapat di buat bagan kerangka berpikir sebagai berikut:

C. Perumusan Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas masalah yang diteliti dan

masih dibuktikan kebenarannya. Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir

maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

“Ada pengaruh positif permainan anagram terhadap penguasaan kosakata Bahasa

Indonesia pada anak berkesulitan belajar bahasa kelas III di SDN Petoran Surakarta

tahun ajaran 2009/2010”.

Anak berkesulitan belajar bahasa memiliki penguasaan kosakata terbatas

Permainan anagram

Penguasaan kosakata anak berkesulitan

belajar bahasa meningkat