Upload
vuongthien
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Informasi
Informasi adalah suatu data yang diproses atau yang memiliki arti.
Informasi adalah suatu data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang lebih
berarti dan berguna bagi pengguna atau penerima informasi (Mcleod dan Schell,
2001, p18).
Dalam penyampaiannya, informasi tidak harus akurat, informasi dapat
merupakan suatu kebenaran atau ketidakbenaran akan sesuatu. Secara umum, jika
informasi yang diterima semakin banyak, maka semakin besar pula kemungkian
akurasi suatu informasi tersebut, informasi mempunyai suatu nilai atau makna
sehingga dapat membantu seseorang dalam mengambil keputusan (Mcleod dan
Schell, 2001, p19).
Informasi berasal dari data yang diubah dan diproses sedemikian rupa
sehingga menjadi lebih bermakna dan dapat memberikan nilai tambah bagi pihak
yang membutuhkannya. Jadi secara umum, informasi adalah hasil dari suatu
proses, manipulasi dan penataan data yang dapat menambah pengetahuan bagi
penggunanya. Namun demikian istilah ini memiliki banyak arti bergantung pada
konteksnya, dan secara umum berhubungan erat dengan konsep seperti arti,
pengetahuan, komunikasi, kebenaran, representasi dan rangsangan mental. Secara
9
singkat, informasi dapat diartikan pesan yang diterima dan dimengerti oleh
penerimanya (Mcleod dan Schell, 2001, p19).
2.1.1. Teknologi Informasi
Belakangan ini, beberapa perusahaan atau organisasi-organisasi dari
berbagai sektor seperti industri, komersial, pemerintah, dan institut pendidikan
sangat tergantung dengan teknologi informasinya. Dengan teknologi informasi,
perusaahaan atau organisasi tersebut tidak hanya dapat meningkatkan kinerja dari
proses bisnis yang sedang berjalan namun juga dapat memberikan kemungkinan-
kemungkinan membuat peluang baru yang dapat menjadikan keuntungan
kompetitif bagi perusahaan atau organisasi-organisasi tersebut.
Teknologi informasi biasanya ditujukan terhadap teknologi, seperti
perangkat keras, perangkat lunak dan jaringan telekomunikasi. Semuanya dapat
berupa tangible seperti Server, PC, Routers, dan kabel-kabel jaringan dan juga
dapat berupa intangible seperti perangkat lunak. Teknologi informasi dapat
memfasilitasi akusisi, proses, penyimpanan, pengiriman dan pembagian
informasi. (Ward dan Peppard, 2002, p3).
Akhir-akhir ini, istilah informasi telah membengkak menjadi mencakup
banyak aspek komputasi dan teknologi, dan istilah menjadi sangat dikenali. Para
ahli teknologi informasi melakukan berbagai tugas yang berkisar dari menginstal
aplikasi untuk merancang jaringan komputer yang kompleks dan informasi
database. Beberapa tugas yang profesional IT melakukan manajemen data yang
dapat mencakup, jaringan, rekayasa perangkat keras komputer, perangkat lunak
10
database dan perancangan, serta manajemen dan administrasi seluruh sistem.
(Long dan Long, 2001, p18)
Secara umum, teknologi informasi adalah hasil rekayasa manusia terhadap
proses penyampaian informasi dari bagian pengirim ke penerima sehingga
pengiriman informasi tersebut akan lebih cepat, lebih luas sebarannya, dan lebih
lama penyimpanannya.
Saat ini istilah teknologi informasi sudah mempunyai pengertian yang
berkembang sangat luas dan mencakup banyak aspek dari teknologi dan computer
itu sendiri dan lebih dikenal dengan istilah TI atau IT dalam bahasa inggris. Para
ahli di bidang teknologi informasi mempunyai ruang lingkup pekerjaan yang luas
dan bermacam-macam, diantaranya adalah instalasi aplikasi komputer, desain dan
perencanaan jaringan computer dan basis data informasi. Disamping itu, juga
terdapat beberapa jenis pekerjaan para ahli di bidang teknologi informasi yang
meliputi manajemen data, jaringan computer dan internet, rekayasa perangkat
keras dan perangkat lunak, serta manajemen dan administrasi sistem secara
keseluruhan. (Long dan Long, 2001, p19)
2.1.2. Sistem Informasi
Menurut UK Academy of Information Sytstems (UKAIS) menjelaskan
bahwa sistem informasi sebagai interaksi antara manusia, proses, data dan
teknologi. Dalam pengertian ini, istilah ini digunakan untuk merujuk tidak hanya
pada teknologi informasi dan komunikasi (Information Communication
Technology / ICT) sebuah organisasi yang menggunakan, tetapi juga dengan cara
11
di mana orang berinteraksi dengan teknologi ini dalam mendukung proses bisnis.
(Ward dan Peppard, 2002, p3).
Menurut buku yang berjudul System Analysis And Design Methods (Jeffry
Whitten, Lonnie Bentley, 2005, p15-20) sistem dapat diartikan sebagai suatu
rangkaian prosedur, moetode dan cara kerja yang dilakukan untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Sedangkan informasi adalah bentuk data yang telah mengalami
pengolahan lebih lanjut sehingga mempunyai kegunaan tertentu. Pengertian data
sendiri adalah suatu keterangan yang masih bersifat mentah dan memerlukan
pengolahan lebih lanjut jika ingin dimanfaatkan. Bagaimana cara mengolah dan
jenis data apa yang akan dimanfaatkan, semuanya tergantung kepada bentuk dan
kebutuhan dari tiap organisasi. Organisasi yang dimaksud di dalam tulisan ini
adalah kumpulan dari orang yang bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan
tertentu.
Keberhasilan suatu sistem informasi dalam mencapai tujuan atau sasaran
yang telah ditetapkan biasanya diukur dengan efektifitas, dimana efektifitas itu
sendiri berhubungan dengan faktor kualitas dan kuantitas yang bertujuan untuk
meningkatkan kepuasan user dan kualitas layanan dari sistem informasi.
Untuk meningkatkan potensi dan kemampuan dari suatu sistem informasi,
didalam perkembanganya semakin banyak digunakan teknologi informasi yang
merupakan gabungan dari teknologi komputer (hardware dan software) dengan
teknologi komunikasi (data, gambar, dan suara) sebagai suatu alat pendukung
berjalannya sistem pada pengembangan berbagai jenis aplikasi yang digunakan
untuk tujuan yang berbeda.
12
Sebuah sistem informasi adalah suatu bentuk kombinasi dari perangkat
keras, perangkat lunak, manusia, prosedur, dan data. Sebuah komputer dengan
sistem informasi dapat memberikan keuntungan seperti meningkatkan
kemampuan memproses data dan dapat memberikan informasi yang cukup
terhadap pekerja organisasinya untuk dapat memberikan keputusan yang terbaik.
(Long dan Long, 2001, p51).
2.2. Strategic Positioning
Dalam menentukan strategic positioning suatu aplikasi terhadap
organisasi, maka diagram McFarlan Strategic Grid diperlukan. Diagram tersebut
diperlukan dalam mengkategorikan sebuah aplikasi berdasarkan kontribusinya
terhadap bisnis organisasi (Ward dan Peppard, 2002, p43). Kategori tersebut
dibagi ke dalam 4 kuadran, yaitu: (Ward dan Peppard, 2002, p43)
1. Strategic, mengindikasikan bahwa aplikasi berada dalam posisi yang kritis
terhadap keberhasilan bisnis organisasi. Aplikasi membangun (atau
mengubah) cara organisasi melakukan bisnis, dengan menyediakan
keunggulan kompetitif.
2. Key Operational, mengindikasikan bahwa aplikasi dibangun untuk
menopang operasi bisnis dan membantu menghindari segala kekurangan.
Aplikasi dalam kuadran ini adalah aplikasi yang harus dimiliki untuk
setiap organisasi untuk dapat bertahan dalam persaingan bisnis.
13
3. Support, mengindikasikan bahwa aplikasi dapat meningkatkan efisiensi
dan efektivitas manajemen, tetapi bukan merupakan aplikasi yang harus
dimiliki bisnis ataupun jenis aplikasi yang menciptakan keunggulan
kompetitif.
4. High Potential, mengindikasikan bahwa aplikasi mungkin dapat
menciptakan peluang baru bagi bisnis untuk masa depat, tetapi belum
dapat dibuktikan.
Tabel 2.1. McFarlan Strategic Grid (Ward dan Peppard, 2002, p42)
STRATEGIC HIGH POTENTIAL
������������ ����������������������������������
�����������������
������������ ���� �������� ���������� ������
���������������
������������� �� �� ��������������������������������������
������������ ���������������������������������
��������
KEY OPERATIONAL SUPPORT
McFarlan Strategic Grid adalah sebuah alat yang digunakan untuk
menganalisa aplikasi (yang sudah ada sebelumnya / yang direncanakan / yang
mungkin akan dibangun) ke dalam keempat kategori sehingga manajemen dapat
mengetahui tingkat kepentingan dari aplikasi terhadap bisnis organisasi.
14
2.3. Asset Management
Menurut buku yang berjudul Asset Management in Theory and Practice,
Asset management berarti kegiatan atau praktek yang secara sistematis dan
terkoordinasi meningkatkan kinerja, mengurangi resiko dan menjaga pengeluaran
dalam sistem aset dan aset sebuah organisasi secara optimal yang akan berdampak
terhadap siklus hidup organisasi tersebut dalam mencapai tujuan rencana strategis
organisasi tersebut. (Duncan Hughes, 2002, p3)
Dalam institusi pendidikan, untuk mencapai pelayanan pendidikan yang
maksimal, diperlukan proses pendukung yang harus dijalankan. Proses ini dapat
berupa pemberian bahan-bahan kurikulum, karyawan yang terlatih, fasilitas,
peralatan, teknlologi infrastruktur, dan pelayan pendukung lainnya. Pelayanan
pendukung seperi fasilitas dan peralatan menjadi hal yang sangat penting dalam
dunia institusi pendidikan, diamana pendukung seperti dapat menyentuh
permintaan dari industrinya sendiri, diamana juga dilihat dari sisi ekonominya
dapat mengunakan bahan-bahan yang ada secara efisien dan efektif untuk
memberikan pelayanan yang lebih maksimal terhadap pelanggan dimana
pelanggan itu adalah mahasiswanya. (Programme on Educational Building, 1999,
p41).
2.4. Fixed-Asset Management
Fixed-asset, atau yang disebut juga dengan non-current asset, adalah suatu
item fisik yang memiliki value dalam suatu periode tertentu. (Hastings, 2010, p3).
15
Contoh dari fixed-asset adalah bangunan, mesin-mesin, dan berbagai alat lainnya
yang menunjang proses bisnis suatu organisasi.
Pekerjaan-pekerjaan manajemen fixed-asset dapat digambarkan sebagai
berikut: (Hastings, 2010, p4)
1. Mengidentifikasi asset yang diperlukan
2. Mengidentifikasikan kebutuhan sumber daya uang
3. Mendapatkan (membeli) asset
4. Menyediakan sistem support untuk logistik dan perawatan untuk asset
5. Membuang (atau memperbaharui) asset
Asset life-cycle adalah suat siklus hidup suaut asset dari awal mula suatu
asset tersebut dibutuhkan sampai asset tersebut harus dihancurkan atau dijual.
Asset life-cycle bermula dari identifikasi kebutuhan bisnis, kemudian dilanjutkan
dengan asset capability gap & requirement analysis, dan pre-feasibility analysis.
Setelah analysis dilakukan, maka dilanjutkan dengan acquisition,
development dan implementation. Selama masa pakainya, fixed-asset akan
mengalami proses operation, logistic support dan maintenance, yang dilakukan
bersamaan dengan monitoring dan reviewing.
Pada akhir masa hidupnya, sebuah fixed-asset akan mengalami disposal,
yaitu pemberhentian pemakaian yang ditandai dengan penghancuran, dan
pemindah-tangan seperti penjualan atau hibah.
16
Gambar 2.1. Fixed-Asset Life Cycle (Hastings, 2010, p6)
2.5. Evaluasi TI
Investasi dalam bidang teknologi informasi biasanya termasuk dalam
pengganggaran modal utama project, yang melibatkan dana yang banyak. Tetapi
investasi teknologi informasi harus bersaing dengan project-project lain yang juga
dapat menguntungkan perusahaan. Dalam beberapa kasus banyak perusahaan
tidak dapat mengetahui apakah semua investasinya menguntungkan, dikarenakan
modal perusahaan tidak cukup untuk melakukan semua investasi yang
direncanakan. (Prakken, 2000, p197).
Perusahaan dalam kondisi modal yang berkecukupan hendaknya secara
berhati-hati membandingkan alternatif-alternatif lain dalam penggunaan dana
modal itu, dan hal ini dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu (Prakken, 2000, p197:
17
1. Dengan metode yang memberikan informasi yang jelas kepada perusahaan
tentang keuntungan dan kerugian dari penganggaran modal project,
2. Dengan membandingkan antara beberapa masing-masing keuntungan dan
kerugian yang ada
Umumnya dalam sistem informasi, perbandingan diatas tidak dapat
digunakan.
Sebagaimana suatu siklus manajemen, maka suatu tahap yaitu evaluasi
dibutuhkan untuk melengkapi siklus manajemen. Organisasi yang telah
melakukan investasi IT untuk membantu proses bisnisnya membutuhkan suatu
evaluasi terhadap sistem yang telah berjalan.
Manfaat finansial dari sebuah sistem IT yang telah berjalan terkadang
tidak dapat terlihat dengan jelas karena seringkali sistem IT lebih dekat ke proses
operasi organisasi daripada sebagai suatu komoditi organisasi. Sangatlah sulit
untuk menentukan apakah suatu sistem IT yang diterapkan dalam organisasi
mendatangkan keuntungan bagi organisasi, ataukah mendatangkan pengeluaran
baru yang tidak diharapkan. Oleh karena itu, metode evaluasi IT dibutuhkan untuk
mengatasi masalah ini.
Metode evaluasi yang digunakan adalah metode evaluasi yang dikhususkan
untuk mengevaluasi sistem informasi. Metode evaluasi sistem informasi yang
digunakan juga beragam, yang bertujuan untuk dapat melihat hasil efisiensi dan
efektivitas aplikasi dari berbagai sudut pandang, yaitu dari sudut pandang
finansial, dan non-finansial seperti kuantitatif dan kualitatif.
18
2.5.1. Metode-Metode Evaluasi TI
Metode evaluasi di bidang TI bermula dari berkembangnya teknologi
informasi di dunia. Metode-metode saat itu dirancang untuk memberi penilaian
kepada proyek-proyek TI yang berjalan, apakah sudah memenuhi tujuan
perancangan atau belum.
Seiring dengan waktu, metode-metode evaluasi tersebut berkembang dan
sampai saat ini terdapat banyak sekali metode evaluasi yang digunakan. Menurut
Jan L. Andersen, terdapat 82 metode yang memiliki obyek evaluasi yang berbeda-
beda.
Besarnya jumlah metode evaluasi tersebut mendorong praktisi TI
mengkategorikannya dalam sudut pandang yang sesuai dengan lingkup
bahasannya, salah satu contoh pengkategorian yang digunakan dalam evaluasi ini
adalah sebagai berikut: (Andersen, 1988, p27).
1. Metode evaluasi TI berdasarkan sudut pandang finansial
Metode evaluasi ini memiliki hasil akhir berupa informasi finansial atau
suatu kesimpulan yang memiliki arti finansial. Metode ini menggunakan
nilai investasi TI dengan menganalisa aliran cash-in, aliran cash-out, dan
berbagai perwakilan nilai finansial untuk sesuatu yang tidak bisa diukur
nilai ekonomisnya.
Metode-metode yang termasuk di dalam metode evaluasi finansial antara
lain: Return On Investment (ROI), Accounting Rate of Return (ARR),
Breakeven Analysis, Cost Benefit Analysis (CBA), Internal Rate of Return
19
(IRR), Net Present Value (NPV), Payback Period, Time Savings Times
Salary, Return On Management (ROM).
2. Metode evaluasi TI berdasarkan sudut pandang kuatitatif
Metode evaluasi ini memiliki hasil akhir berupa beberapa hasil perhitungan
non-finansial dan hasil pengukuran kutitatif untuk setiap investasi TI yang
dievaluasi. Metode ini tidak hanya menggunakan kriteria finansial dalam
melakukan pengukuran, tetapi juga menggunakan kriteria non-finansial.
Setiap kriteria yang disebutkan dalam evaluasi, memiliki satu hasil
pengukuran.
Metode-metode yang termasuk di dalam metode evaluasi kuantitatif antara
lain: Information Economics (IE), Application Benchmark Technique,
Balanced Scorecard, Bayesian Analysis, Information Systems Investment
Strategies (ISIS), Option Theory, Seven Milestone Approach, Value
Analysis (VA).
3. Metode evaluasi TI berdasarkan sudut pandang kualitatif
Metode evaluasi ini memberikan hasil akhir berupa diagram portfolio dan
pernyataan secara subyektif yang tidak bersifat kuantitatif. Hasil akhir dapat
saja tidak berupa informasi finansial, tetapi tidak tertutup kemungkinan
hasil akhir tersebut berupa pendapat finansial.
Metode-metode yang termasuk di dalam metode evaluasi kualitatif antara
lain: Critical Success Factors (CSF), Investment Mapping, Investment
20
Portfolio, Potential Problem Analysis (PPA), Prototyping, Strategic Option
Generator, Value Chain Assessment, User Attitudes.
2.5.2. Metode Evaluasi Return On Investment
Terdapat 5 teknik justifikasi dari sisi keuangan dalam information
economics dalam melakukan pengukuran dan penelusuran potensi aplikasi
informasi teknologi yaitu: analisis cost-benefit tradisional (traditional cost-benefit
analysis), perhitungan nilai keterkaitan (value linking), perhitungan nilai
percepatan waktu (value acceleration), perhitungan nilai restrukturisasi (value
restructuring), dan perhitungan penilaian inovasi (innovation valuation) (Parker,
1988, p101).
Gambar 2.2. Rumus perhitungan IE untuk pegembangan kalkukasi simpel ROI
Untuk menghitung simple Return of Investment, dapat digunakan tiga
kumpulan lembar kerja, yaitu: pertama lembar kerja biaya pengembangan
(development cost worksheet), kedua lembar kerja biaya berjalan (ongoing
expenses worksheet) dan ketiga lembar kerja dampak ekonomi (economic impact
worksheet). Berikut adalah penjelasannya (Parker, 1988, p106).
Dalam proyek sistem informasi dapat dievaluasi dari pengurangan biayanya
yang menunjukan keuntungan efisiensi, memiliki efek-efek positif lainnya dalam
21
organisasi seperti target dari organisasi dapat tercapai, hal tersebut menunjukan
keuntungan efektif. Keuntungan-keuntungan ini dapat diperoleh dari hasil yang
dapat dijumlahkan untuk mengetahui simple return on investement pada
perusahaan itu, yaitu (Parkken, 2001, p203).:
1. Traditional Cost Benefit
Teknik traditional cost-benefit adalah teknik pertama dari menghitung
sebuah dampak ekonomi, tujuan dari information economics, umum
digunakan untuk menghitung biaya (cost) dan manfaat (benefit) dari
investasi suatu proyek. Untuk melakukan analisis ini, hendaknya dapat
menentukan terlebih dahulu cost dan benefit yang harus dimasukkan,
bagaimana cost dan benefit dinilai, dan hambatan-hambatan apa saja yang
akan dihadapinya dalam memperolehnya. (Parker, 1988, p89).
Biaya atau cost adalah suatu nilai ukur dari jumlah sumber daya yang
dibutuhkan dalam memperoleh suatu produk. Terdapat dua jenis biaya,
yaitu: pertama adalah biaya pembangunan (development cost) dan kedua
biaya berjalan (maintenance atau ongoing expenses).
Benefit atau manfaat dapat berupa peghematan biaya, penghindaran biaya,
penciptaan pendapatan baru, yang dapat dijabarkan menjadi tiga jenis
manfaat, yaitu (Parker, 1988, p92).:
1. Manfaat yang nyata (tangible benefit)
2. Quasi-tangible benefit, yaitu manfaat yang berorientasi pada
pengingkatan efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan dalam
rangka pencapaian misi perusahaan, seperti efisiensi pemrosesan
22
informasi, peningkatan pemanfaatan asset, peningkatan pengawasan
sumber daya.
3. Intangible benefit, yaitu manfaat yang bersifat kasat mata dan
berorientasi pada peningkatan efektifitas perusahaan dalam rangka
pencapaian misi perusahaan, seperti penyampaian informasi tepat
waktu, peningkatan perencanaan, proses pengambilan keputusan yang
lebih cepat, kemampuan untuk menciptakan inovasi.
Bagian ini difokuskan pada cost dan benefit dari investasi TI, seperti biaya
pengembangan sistem dan biaya maintenance sistem.
2.5.3. Metode Evaluasi Information Economics
Information Economics (IE) adalah suatu sekumpulan metode untuk
menghitung cost dan benefit dari sebuah proyek teknologi informasi beserta
dengan dampak terhadap tujuan strategis perusahaan, dan dampak terhadap
infrastrtuktur teknologi perusahaan. (Parker, 1988, p5).
Menurut Parker & Benson (1988), “Value dibuat berdasarkan keunggunalan
yang dicapai dari kompetisi, direfleksikan dari performa bisnis saat kini dan saat
mendatang. Oleh karena itu, manajemen akan memilih untuk berinvestasi untuk
meningkatkan value dalam organisasi sehingga akan mendapatkan keunggulan
kompetitif”.
IE adalah suatu metode evaluasi yang dilihat dari sudut pandang kuantitatif
(Andersen, 2001, p28). Metode IE menggunakan cost dan value, tools dan
23
pengukuran dalam melakukan evaluasi investasi TI. Metode ini juga
memperhitungkan evaluasi resiko dalam pengambilan keputusan.
Metode IE terdiri dari 3 bagian, yaitu economic domain (enhanced ROI),
business domain, dan technology domain. Bagan berikut adalah pembagian dari
antara ketiganya (Andersen, 2001, p35):
Gambar 2.3. Rumus perhitungan IE
Setiap faktor di ketiga bagian tersebut memiliki sifat positif (+) yaitu
menambah point value investasi TI, dan sifat negatif (-) yaitu mengurangi point
investasi TI.
2.5.3.1. Enhanced ROI
Terdapat 5 teknik justifikasi dari sisi keuangan dalam information
economics dalam melakukan pengukuran dan penelusuran potensi aplikasi
informasi teknologi yaitu: analisis cost-benefit tradisional (traditional cost-benefit
24
analysis), perhitungan nilai keterkaitan (value linking), perhitungan nilai
percepatan waktu (value acceleration), perhitungan nilai restrukturisasi (value
restructuring), dan perhitungan penilaian inovasi (innovation valuation) (Parker,
1988, p101).
Untuk menghitung simple Return of Investment, dapat digunakan tiga
kumpulan lembar kerja, yaitu: pertama lembar kerja biaya pengembangan
(development cost worksheet), kedua lembar kerja biaya berjalan (ongoing
expenses worksheet) dan ketiga lembar kerja dampak ekonomi (economic impact
worksheet). Berikut adalah penjelasannya (Parker, 1988, p106).
Dalam proyek sistem informasi dapat dievaluasi dari pengurangan biayanya
yang menunjukan keuntungan efisiensi, memiliki efek-efek positif lainnya dalam
organisasi seperti target dari organisasi dapat tercapai, hal tersebut menunjukan
keuntungan efektif. Keuntungan-keuntungan ini dapat diperoleh dari hasil yang
dapat dijumlahkan untuk mengetahui simple return on investement pada
perusahaan itu, yaitu (Parkken, 2001, p203).:
1. Traditional Cost Benefit
Teknik traditional cost-benefit adalah teknik pertama dari menghitung
sebuah dampak ekonomi, tujuan dari information economics, umum
digunakan untuk menghitung biaya (cost) dan manfaat (benefit) dari
investasi suatu proyek. Untuk melakukan analisis ini, hendaknya dapat
menentukan terlebih dahulu cost dan benefit yang harus dimasukkan,
bagaimana cost dan benefit dinilai, dan hambatan-hambatan apa saja yang
akan dihadapinya dalam memperolehnya. (Parker, 1988, p89).
25
Biaya atau cost adalah suatu nilai ukur dari jumlah sumber daya yang
dibutuhkan dalam memperoleh suatu produk. Terdapat dua jenis biaya,
yaitu: pertama adalah biaya pembangunan (development cost) dan kedua
biaya berjalan (maintenance atau ongoing expenses).
Benefit atau manfaat dapat berupa peghematan biaya, penghindaran biaya,
penciptaan pendapatan baru, yang dapat dijabarkan menjadi tiga jenis
manfaat, yaitu (Parker, 1988, p92).:
1. Manfaat yang nyata (tangible benefit)
2. Quasi-tangible benefit, yaitu manfaat yang berorientasi pada
pengingkatan efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan dalam
rangka pencapaian misi perusahaan, seperti efisiensi pemrosesan
informasi, peningkatan pemanfaatan asset, peningkatan pengawasan
sumber daya.
3. Intangible benefit, yaitu manfaat yang bersifat kasat mata dan
berorientasi pada peningkatan efektifitas perusahaan dalam rangka
pencapaian misi perusahaan, seperti penyampaian informasi tepat
waktu, peningkatan perencanaan, proses pengambilan keputusan yang
lebih cepat, kemampuan untuk menciptakan inovasi.
Bagian ini difokuskan pada cost dan benefit dari investasi TI, seperti biaya
pengembangan sistem dan biaya maintenance sistem.
26
2. Value Linking
Value linking digunakan untuk mengevaluasi secara finansial dari
kombinasi efek-efek dari meningkatkan kinerja dari sebuah fungsi dan hasil
penting lainnya dari fungsi yang berbeda. Dapat memperlihatkan efek dari
perubahan atau pengembangan yang terjadi dalam suatu fungsi atau proses.
Tidak tergantung pada waktu. Sebagai contoh: ada sebuah billing system
yang sudah dikembangkan, sistem tersebut focus terhadap biaya dan
keuntungan untuk department sistem informasi, dengan mengembangkan
sistem, marketing dan sales dapat mengetehui jumlah pemasukkan yang
sebelumnya tidak diketahui karena billing yang tidak benar. Penambahan
pemasukkan ini dikenali melalui value linking. (Parker, 1988, p111).
Value linking memberikan efek informasi teknologi terhadap hasil
pengukuran dengan mempertahankan peningkatan pendapatan, biaya yang
dikurangi, atau pertumbuhan yang cepat.
Bagian ini menghitung seluruh benefit yang dapat diperhitungkan secara
ekonomis yang dicapai di unit bisnis lain dalam organisasi dikarenakan
investasi TI yang diterapkan.
3. Value Acceleration
Value acceleration digunakan utuk mengevaluasi secara finansial setiap
waktu yang menjadi cepat dari keuntungan dan biaya karena
menghubungkan 2 departement atau fungsi. Teknik ini mengalokasikan
pada masalah ketergantungan waktu, seperti mendapatkan keuntungan
27
dengan mencapai target lebih cepat. Sebagai contoh: pada billing system
yang sudah dikembangkan, dapat juga menyelesaikan proses billing sehari
lebih cepat. Biaya yang tidak keluar akibat proses sudah terlebih dahulu
selesai disebut keuntungan one-time accelerated, penambahan pemasukkan
dikenali melalui value acceleration. (Parker, 1988, p111).
Value acceleration meberikan hubungan faktor-faktor yang sama untuk
mendapatkan manfaat dan biaya yang lebih cepat. Teknik ini
menghubungkan bottom-line performace perusahaan secara langsung.
Bagian ini menghitung seluruh benefit yang memiliki sifat sekali waktu.
Benefit harus dapat diperhitungkan secara ekonomis.
4. Value Restructuring
Value restructuring adalah suatu nilai yang berkaitan dengan restrukturisasi
fungsi-fungsi tugas divisional. Value restructuring dapat memberikan
informasi nilai yang dihubungkan dengan restrukturisasi fungsi sebuah
pekerjaan atau departemen. Teknik ini memberikan efek terhadap informasi
teknologi berupa hasil yang dapat diukur melalui peningkatan produktifitas
sebagai akibat dari perubahan organisasi. Value restructuring
menghubungkan bottom-line performance secara tidak langsung terhadap
perusahaan. (Parker, 1988, p122).
Bagian ini menghitung seluruh benefit yang diterima karena meningkatnya
produktivitas karyawan.
28
5. Innovation
Innovation memberikan fungsi-fungsi baru terhadap area bisnis dan
mengubah tata cara perusahaan dalam melaksanakan bisnisnya. Aplikasi
informasi teknologi yang inovatif dapat memberikan peluang untuk
mengubah strategi bisnisnya, produk-produk dan jasa, serta organisasi area
bisnis. Oleh karena itu, teknik-teknik penilaian inovasi berfokus pada biaya
dan resiko dari sisi organisasi dari teknologi. (Parker, 1988, p134).
Teknik innovation valuation baru dapat diterapakan apabila isu keuangan
diarahkan dari pengukuran kepada alternatif-alternatif penilaian. Teknik ini
mempertimbangkan nilai dari memperoleh atau mempertahankan
competitive edge, biaya serta resiko untuk menjadi yang pertama, dan resiko
serta biaya terhadap kegagalan atau kesuskesan. Inovasi ini dapat terlihat
pada fungsi yang didapatkan dari value chain suatu perusahaan.
Gambar 2.4. Rumus perhitungan IE dengan menggunakan economic benefit
worksheet
29
Untuk menghitung keuntungan bersih dengan adanya inovasi melalui
investasi teknologi digunakan sebuah lembar kerja baru, yang digambarkan pada
Gambar 2.3 lalu untuk menghitung biaya digunakan lembar kerja biaya
pengembangan dan lembar kerja biaya berjalan. Nilai inovasi ini dikuantifikasikan
dari area bisnisi dan ditambahkan kepada lembar kerja dampak ekonomi. (Parker,
1988, p141).
Bagian ini memperhitungkan benefit yang diterima karena investasi TI yang
memberikan aspek inovasi seperti terbukanya market baru atau terciptanya
keunggulan kompetitif bagi organisasi.
2.5.3.2. Business Domain
Pada bagian Business Domain, terdapat 5 sub-bagian, yaitu: (Andersen,
2001, p36):
1. Strategic Match (+)
Strategic Match adalah nilai yang menunjukkan seberapa besar investasi TI
mendukung misi strategis organisasi. Nilai ini mengindikasikan sebarapa
tepatkah investasi TI yang dilakukan, apakah investasi TI tersebut sejalan
dengan misi srategis organisasi.
2. Competitive Advantage (+)
Competitive Advantage adalah nilai yang menunjukkan seberapa signifikan-
kah suatu investasi TI mendatangkan keunggulan kompetitif bagi organisasi
terhadap persaingan di pasar.
3. Management Information (+)
30
Management Information adalah nilai yang menunjukkan besarnya
efektifnya investasi TI mampu menyediakan informasi bagi manajerial.
Nilai ini mengindikasikan sebarapa efektifnya suatu investasi TI berguna
bagi manajerial sebagai penyedia informasi di organisasinya.
4. Competitive Response (+)
Competitive Response adalah nilai yang menunjukkan bagaimana organisasi
dapat bertahan apabila investasi TI tidak dilakukan. Nilai ini menjelaskan
seberapa penting investasi TI pada organisasi.
5. Project & Organizational Risk (-)
Project & Organizational Risk adalah nilai yang menunjukkan besarnya
resiko organisasi jika investasi TI mengalami kegagalan / kecacatan pada
saat / setelah implementasi. Nilai ini difokuskan pada seberapa besar
organisasi dapat bertahan pada perubahan dikarenakan investasi TI ini.
2.5.3.3. Technology Domain
Pada bagian Technology Domain, terdapat 4 sub-bagian, yaitu: (Andersen,
2001, p37):
1. Strategic IS Architecture (+)
Strategic IS Architecture adalah nilai yang menunjukkan seberapa tepat
investasi TI dengan tepat mengikuti rencana arsitektur sistem informasi.
2. Definitional Uncertainty (-)
Definitional Uncertainty adalah Nilai yang menunjukkan besarnya
kelengkapan requirement dan/atau spesifikasi dari investasi TI.
31
3. Technology Uncertainty (-)
Technology Uncertainty adalah nilai yang menunjukkan seberapa siap
organisasi dalam menerima teknologi yang ditawarkan investasi TI. Nilai ini
menunjukkan kesiapan organisasi dalam menerima investasi TI.
4. IS Infrastructure Risk (-)
IS Infrastructure Risk adalah nilai yang berfokus pada resiko yang akan
diterima project lain saat investasi TI diimplementasi.
2.5.4. Metode Evaluasi Critical Success Factor
Critical Success Factor (CSF) adalah suatu suatu batas kritis atau aktivitas
yang harus dipenuhi oleh suatu organisasi atau proyek untuk mencapai kesuksesan
bisnisnya. Konsep CSF dikembangkan pertama kali oleh D. Ronald Daniel
(McKinsey & Company) pada tahun 1961. Kemudian disempurnakan oleh Jack F.
Rockart pada tahun 1986.
Rockhart mendefinisikan CSF sebagai “Sejumlah area terbatas, yang mana
bila terpenuhi, sebuah organisasi dapat sukses berkompetisi.”, “Area aktivitas
dimana pihak manajemen harus selalu memberi perhatian secara konstan dan
menyeluruh.”
CSF berhubungan sangat erat dengan misi dan tujuan strategi bisnis. Misi
dan tujuan strategi bisnis berfokus pada tujuan dan apa yang harus dicapai,
sedangkan CSF berfokus pada area yang sangat penting, yaitu apa yang harus
dicapai organisasi dan bagaimana cara mencapainya. (Andersen, 1988, p38).
32
Hasil output analisis CSF adalah suatu daftar dari CSF untuk
mengimplementasi investasi TI. Output dari evaluasi CSF ini bersifat kualitatif
dan sangat subyektif, tetapi merepresentasikan cara pandang stakeholder terhadap
investasi TI. (Andersen, 1988, p38).
Penentuan CSF dalam organisasi adalah proses yang berulang (iteratif),
berikut adalah langkah-langkah yang harus ditempuh: (Andersen, 1988, p38)
1. Identifikasikan visi organisasi.
2. Tentukan detail aktivitas, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan untuk
mengoptimalkan tujuan organisasi.
3. Tentukan high-level specification untuk setiap aktivitas supaya aktivitas
dapat dikerjaan secara optimal.
2.5.5. Balanced Scorecard
Balanced Scorecard (BSC) adalah suatu konsep untuk mengukur apakah
aktivitas-aktivitas operasional suatu perusahaan dalam skala yang lebih kecil
sejalan dengan sasaran yang lebih besar dalam hal visi dan strategi. BSC
membantu memberikan pandangan yang lebih menyeluruh pada suatu perusahaan
yang pada gilirannya akan membantu organisasi untuk bertindak sesuai tujuan
jangka panjangnya. Sistem manajemen strategis membantu manajer untuk
berfokus pada ukuran kinerja sambil menyeimbangkan sasaran finansial dengan
perspektif pelanggan, proses, dan karyawan. Banyak metoda untuk mengukur
keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi. Beberapa tahun kebelakang ukuran
keberhasilan itu kebanyakan dinilai dari financial performance dan atau market
share saja
tersebut. (
Pend
strategi y
success fa
performan
empat per
Financial
G
Pers
kepada pe
biaya. Con
pengirima
a, walaupun
Boer, 2001
dekatan ya
ang ada da
actor (dalam
nsi keberhas
rspektif : C
Perspective
Gambar 2.4.
spektif pela
elanggan dil
ntohnya uku
an sampai
n sekarang
, p6).
ang dilakuk
alam suatu
m hal ini dia
silan. Pengu
Customer, I
e.
. Balanced S
anggan men
lihat dari se
uran kecepa
ditangan p
juga masi
kan pada B
organisasi
analogikan p
ukuran dala
Internal Bu
Scorecard P
nggunakan
egi waktu, k
atan waktu
pelanggan,
ih banyak
Balanced S
i/perusahaan
pada rencan
m Balanced
usiness, Inn
Prespective
ukuran ber
kualitas, pe
mulai dari
tingkat kep
yang meng
Scorecard
n, mulai d
na strategi),
d Scorecard
ovation and
es (Boer, 200
rapa “nilai”
erformansi d
permintaan
puasan pel
gunakan uk
menghubun
ari visi, cr
dan penguk
d dibagi ked
d Learning
01, p8).
” yang dibe
dan layanan
n sampai de
langgan terh
33
kuran
ngkan
ritical
kuran
dalam
g, dan
erikan
n, dan
engan
hadap
34
produk kita, tingkat penjualan terhadap produk baru, dan atau banyaknya service
call yang dilayani. Pada perspektif internal dapat mengevaluasi ekspektasi yang
diharapkan pelanggan dapat terpenuhi melalui perbaikan proses di internal
organisasi tersebut. Disini juga kita dapat mengukur tingkat keahlian dan
produktifitas karyawan, kualitas yang dihasilkan oleh organisasi tersebut, dan atau
sistem informasi yang baik yang berjalan dalam organisasi. (Boer, 2001, p11).
Dari sisi perspektif inovasi dan pembelajaran dari suatu organisasi kita
dapat mengukurnya melalui, peningkatan dan inovasi yang berkelanjutan terhadap
produk-produk yang dimiliki. Kita harus garis bawahi bahwa produk disini tidak
selamanya berupa barang, pelayanan dan hal-hal lain yang bersifat jasa pun adalah
produk. Ukuran yang diberikan antara lain banyaknya produk-produk baru yang
dihasilkan dan persentase kebrhasilan penjualannya, tingkat penestrasi terhadap
market baru, atau implementasi SCM (supply Chain Management), dll.
Apabila target-target diatas dapat terpenuhi maka efeknya akan mengimbas
pada perspektif finansial juga. Finansial disini termasuk mengukur pendapatan
dan pengeluaran, lebih dalamnya lagi ROI (return on investment), tingkat
penjualan, pertumbuhan market share, dll. (Boer, 2001, p11).
Balanced Scorecard diukur dalam jangka pendek dan jangka panjang dan di
evaluasi setiap bagian yang ada dalam suatu organisasi yang akan memberikan
kontribusi untuk mewujudkan setiap tujuan. Balanced Scorecard dapat diterapkan
oleh semua jenis organisasi dan semua jenis industri baik profit maupun non-
profit. (Boer, 2001, p18).
35
2.6. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan aspek penting dari setiap jenis studi evaluasi.
Pengumpulan data yang tidak akurat dapat mempengaruhi hasil evaluasi dan pada
akhirnya dapat menyebabkan hasil yang tidak valid. (people.uwec.edu, 2009).
Metode-metode pengumpulan data kuantitatif, mengandalkan pengambilan
sampling secara acak dan pengumpulan instrumen data terstruktur yang sesuai
dengan pengalaman yang beragam dalam kategori respons yang telah ditetapkan.
Metode-metode ini menghasilkan hasil yang mudah diringkas, dibandingkan, dan
digeneralisasi. (people.uwec.edu, 2009).
Evaluasi berkaitan dengan pengujian hipotesis diturunkan dari teori dan /
atau mampu memperkirakan ukuran suatu fenomena yang menarik. Tergantung
pada pertanyaan evaluasi, para peserta secara acak dipilih untuk perlakuan yang
berbeda. Jika hal ini tidak layak, para peneliti dapat mengumpulkan data tentang
karakteristik peserta dan situasional untuk mengontrol statistik pengaruh mereka
pada bergantung, atau hasil, variabel. Jika tujuannya adalah untuk
menggeneralisasi dari peserta penelitian populasi yang lebih besar, peneliti akan
menggunakan sampel probabilitas untuk memilih peserta. Dalam evaluasi aplikasi
Fixed Asset Management System pada Universitas Confidential menggunakan
metode pengumpulan data: (cdc.gov, 2009)
1. Kuisioner
Sebuah kuesioner adalah seperangkat pertanyaan untuk mengumpulkan
informasi dari individu, kuisioner dapat mengelola kuesioner melalui surat,
telepon, menggunakan wawancara face-to-face. Wawancara Face-to-face
36
memiliki keuntungan yang berbeda memungkinkan untuk menjalin
hubungan dengan potensi peserta dan untuk itu dapat memperoleh hasil
wawancara yang kooperatif. Peserta juga memungkinkan untuk
memperjelas jawaban ambigu dan jika diperlukan, mencari informasi tindak
lanjut. Kerugiannya yaitu menjadi tidak praktis jika sampel besar yang
terlibat memakan waktu dan mahal. (Leedy dan Ormrod, 2001).
2. Observation
Observasi adalah cara mengumpulkan data dengan mengamati perilaku,
peristiwa, atau mencatat karakteristik fisik dalam latar alamiah pengamat.
Pengamatan dapat terbuka (semua orang tahu mereka sedang diamati) atau
tersembunyi (tidak ada yang tahu mereka sedang diamati dan pengamat
yang tersembunyi). Keuntungan observasi tertutup adalah bahwa orang
lebih cenderung berperilaku wajar jika mereka tidak tahu bahwa mereka
sedang diamati.
Pengamatan juga dapat baik langsung atau tidak langsung. Pengamatan
langsung adalah ketika pengamat menonton interaksi, proses, atau perilaku
seperti itu terjadi, misalnya, mengamati guru mengajar pelajaran dari
kurikulum tertulis untuk menentukan apakah mereka memberikan itu
dengan setia. Pengamatan tidak langsung ketika melihat hasil interaksi,
proses, atau perilaku misalnya, mengukur jumlah piring kotor yang
ditinggalkan oleh siswa di kantin sekolah untuk menentukan apakah
makanan baru diterima oleh mereka.
37
3. Survei
Survei mengumpulkan data dari sasaran kelompok orang tentang pendapat
mereka, perilaku atau pengetahuan. Jenis-jenis survei dapat berupa
penyebaran kuesioner, face-to-face atau telepon wawancara, focus group
dan survei elektronik (e-mail atau situs Web). Survei yang umumnya
digunakan dengan kunci utama pemegang saham, terutama pelanggan dan
karyawan, untuk menemukan kebutuhan atau menilai kepuasan.
4. Focus group
Focus group adalah wawancara kelompok sekitar enam hingga dua belas
orang yang memiliki karakteristik yang sama atau kepentingan umum.
Sebuah panduan fasilitator kelompok berdasarkan topik yang telah
ditentukan. Fasilitator menciptakan lingkungan yang mendorong peserta
untuk berbagi persepsi dan sudut pandang. Kelompok fokus adalah metode
pengumpulan data kualitatif, yang berarti bahwa data yang deskriptif dan
tidak dapat diukur secara numerik.