16
7 BAB II LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Manajemen Kesiswaan Manajemen kesiswaan merupakan frase yang berasal dari gabungan kata, yaitu “Manajemen” dan “Siswa”. Menurut arti bahasa, manajemen berarti ketatalaksanaan dan tata kepemimpinan, Manajemen juga berarti kepemimpinan terhadap suatu kelompok guna mencapai tujuan. Sedangkan secara istilah, manajemen berarti ilmu atau seni mengatur pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lain secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu. Manajemen juga mengandung arti sebagai usaha pencapaian tujuan yang diinginkan denganmembangun suatu lingkungan yang kondusif terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dalam sebuah kelompok yang terorganisir. Sedangkan siswa adalah peserta belajar atau murid pada tingkat sekolah dasar dan menengah. Siswa juga biasa disebut dengan pelajar. Dengan mendapat awalan ke dan akhiran an menjadi kata “Kesiswaan”, yang mengandung makna lebih khusus. Kesiswaan memiliki arti yang lebih sempit dari kata dasarnya, siswa. Kesiswaan berarti segala sesuatu yang berkenaan dengan urusan yang berhubungan dengan siswa. Dari

BAB II LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori

7

BAB II

LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

2.1. Teori Manajemen Kesiswaan

Manajemen kesiswaan merupakan frase yang

berasal dari gabungan kata, yaitu “Manajemen” dan

“Siswa”. Menurut arti bahasa, manajemen berarti

ketatalaksanaan dan tata kepemimpinan, Manajemen

juga berarti kepemimpinan terhadap suatu kelompok

guna mencapai tujuan. Sedangkan secara istilah,

manajemen berarti ilmu atau seni mengatur

pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya

lain secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan

tertentu. Manajemen juga mengandung arti sebagai

usaha pencapaian tujuan yang diinginkan

denganmembangun suatu lingkungan yang kondusif

terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh dua orang atau

lebih dalam sebuah kelompok yang terorganisir.

Sedangkan siswa adalah peserta belajar atau

murid pada tingkat sekolah dasar dan menengah. Siswa

juga biasa disebut dengan pelajar. Dengan mendapat

awalan ke dan akhiran an menjadi kata “Kesiswaan”,

yang mengandung makna lebih khusus. Kesiswaan

memiliki arti yang lebih sempit dari kata dasarnya,

siswa. Kesiswaan berarti segala sesuatu yang berkenaan

dengan urusan yang berhubungan dengan siswa. Dari

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori

8

pengertian dua kata dasar tersebut diatas, maka

Manajemen Kesiswaan dapat dirumuskan sebagai

penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang

berkaitan dengan peserta didik mulai masuk sampai

keluarnya peserta didik tersebut dari suatu lembaga

pendidikan (Sekolah), Siti Saydatu Syarifa Hakim (2004:

1).

Manajemen kesiswaaan dapat diartikan sebagai

suatu usaha pengaturan terhadap peserta didik mulai

dari peserta didik tersebut masuk sekolah sampai

dengan mereka lulus sekolah.

Knezivich mendifinisikan manajemen peserta

didik sebagai “Suatu layanan yang memusatkan

perhatian kepada pengaturan, pengawasan, dan layanan

siswa di kelas dan di luar kelas seperti pengenalan,

pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan

keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia

matang di sekolah”.

Jadi secara simpel manajemen peserta didik dapat

dipahami sebagai suatu usaha untuk mengatur,

mengawasi, dan melayani berbagai hal yang memiliki

kaitan dengan peserta didik agar peserta didik mampu

mencapai tujuan pembelajaran di sekolah, mulai dari

peserta didik tersebut masuk sekolah sampai peserta

didik tersebut lulus dari sekolah, Knezivich (1961: 36).

Manajemen kesiswaan dapat diartikan sebagai

usaha pengaturan terhadap peserta didik mulai dari

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori

9

peserta didik tersebut masuk sekolah sampai dengan

mereka lulus sekolah. Yang diatur secara langsung

adalah segi-segi yang berkenaan dengan peserta didik

secara langsung, dan segi-segi lain yang berkaitan

dengan peserta didik secara tidak langsung. Pengaturan

terhadap segi-segi lain selain peserta didik dimaksudkan

untuk memberikan layanan yang sebaik mungkin

terhadap peserta didik, Akhmad Sudajat (2010: 10).

Manajemen sekolah yag berkarakter baik

(mengandung nilai-nilai karakter) adalah pemanfaatan

dan pemberdayaan seluruh sumber daya yang dimilii

sekolah, melalui proses dan pendekatan dalam rangka

mencapai tujuan secara efektif dan efisien, berdasarkan

dan mencerminkan nilai-nilai dan norma-norma yang

luhur, baik terhadap Tuhan YME, diri sendiri, sesama

manusia, berbangsa maupun lingkungan, Budisma

(2011: 11).

Jadi dapat diuraikan bahwa manajemen

kesiswaan adalah tata laksana dan tata kemimpinan

atau kelompok dalam memimpin suatu kelompok dalam

mengatur sumber daya manusia dalam pencapain suatu

tujuan yang berkaitan dengan penataan dan pengaturan

terhadap segala kegiatan siswa dari awal masuk hingga

siswa tersebut tamat belajarnya. tujuan manajemen

kesiswaan adalah mengatur berbagai masalah dan

kegiatan dalam bidang kesiswaan, agar kegiatan

pembelajaran di sekolah dapat berjalan dengan baik dan

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori

10

lancar, tertib dan teratur serta dapat mencapai tujuan

yang ditargetkan sekolah, memberikan cakupan dan

wilayah kerja yang sangat luas pada manajemen

kesiswaan.

2.2. Pengertian Manusia Unggul

Abdurahman Baharudin Wahid (2014: 1)

menyatakan bahwa pendidikan karakter untuk

Membentuk Manusia Unggul Indonesia, di Abad 21 ini,

sama dengan Negara lain saja belumlah cukup, namun

harus bisa unggul, lebih dari mereka. Unggul dalam

semua bidang, baik itu pendidikan, teknologi, industri,

pariwisata, dan lain-lain. Demikian pula semua lini

masyarakat juga harus bisa menunjukkan

keunggulannya, menjadi pemimpin yang unggul dan

menjadi masyarakat yang unggul. Sebenarnya, untuk

mencapai predikat unggul ini, tidaklah dapat diraih

dengan sekejap mata, atau seperti membalikkan telapak

tangan. Meraih predikat unggul ini harus diusahakan

dari semua hal yang terkecil dan dimulai sejak dini. Dari

definisi diatas dapat dikatakan bahwa dalam

pembentukan manusia unggul di Indonesia mempunyai

keunggulan disegala sektor kehidupan dan bisa menjadi

pemimpin dan masyarakat yang unngul meski dalam

meraih hal tersebut tidak sekacap namun perlu proses

dan tahapan dalam pencapain manusia unggul yang

diinginkannya.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori

11

Jassin H. Tuloli (2011: 11) menyatakan bahwa

manusia unggul adalah Memiliki kesadaran tinggi

mengenai kemampuan dan kelemahan dirinya.

Kelebihan dirinya dia kembangkan semaksimal mungkin

dan bermental baja dalam menentukan nasib

dirinya sendiri. Masa depan yang ingin dicapai sudah

direncanakan lebih dahulu, Sangat percaya atas

kemampuan diri sendiri. Tidak ada rasa pesimis, malu,

ragu-ragu, apa lagi takut. Berani memulai suatu

pekerjaan atau usaha baru. Memiliki internal motivation

yang cukup tinggi. Artinya dorongan untuk maju atau

sukses bukan karena dimotivasi orang lain dari luar

seperti dari teman atau atasan atau pula dari mereka

yang sukses, serta menggunakan pertimbangan hati

nurani yang baik dalam setiap pengambilan keputusan

yang menyangkut kepentingan dan kemaslahatan orang

lain.

Dari uraian diatas bisa dikatakan bahwa manusia

bisa dikatakan unngul jika manusia tersebut menyadari

kemampuan dan kelemahannnya, manusia yang bisa

mengembangkan potensi dengan maksiamal dan

merencanakan masa depan dengan akurat dan penuh

perhitungan dalam merencanakan masa depannya

membuang rasa ragu, malu meningkatkan motivasi dan

dorongan yang kuat untuk mencapai hasil yang

diinginkannya menjadi manusia unggul.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori

12

Ari Kurniawan (2013: 1) menyatakan bahwa

manusia unggul adalah manusia yang mempunyai

berbagai kelebihan. Keunggulannya tidak hanya

memiliki satu kelebihan. Melainkan memiliki berbagai

skill yang dibutuhkan. Manusia unggul ini selalu

berorientasi menjadi yang terdepan. Dan, Manusia

unggul pastinya berbeda dengan manusia pada

umumnya. Perbedaan manusia unggul umumnya

terletak pada kemampuan yang dimiliki baik keahlian

dan keunggulan secara moral ataupun akhlak yang

baik, keunggulan dalam kompetensinya dan memiliki

budi pekerti yang luhur dan akhlak yang mulia dan

sesuai norma-norma atau kaidah yang berlaku dalam

kehidupan terkecil yaitu keluarga, masyarakat maupun

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Tidak sedikit cara yang dapat digunakan untuk

menjadi manusia unggul. Artinya, berbagai cara dapat

dijadikan sebagai pedoman dalam mengembangkan

keunggulan kualitas pribadi. Menciptakan pemikiran

yang selalu berorientasi pada inovasi dan menjadi

inovator bagi manusia lainnya. Manusia unggul

merupakan manusia yang memiliki kualitas yang

tentunya tidak dimiliki manusia pada umumnya.

Mereka selalu berusaha dan bekerja keras untuk

menjadi yang terbaik. Disamping itu, Manusia unggul

tentunya memiliki ilmu pengetahuan yang luar biasa.

Manusia unggul yang memiliki kemampuan atau

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori

13

kompetensi dibidangnya sehingga apa yang

dilakukannya sesuai dengan norma atau kaidah yang

berlaku dimasyarakat. Manakala Indonesia memiliki

manusia unggul, maka bangsa indonesia mampu

bersaing dengan negara-negara maju. Karena manusia

unggul dapat mengembangkan ide maupun bakat

sehingga mereka mampu menjadi inspirator dan

inovator dan memberikan konstribusi yang besar bagi

negara kita.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa

manusia unggul yaitu manusia unggul memiliki kualitas

yang tentunya tidak dimiliki manusia pada umumnya.

Mereka selalu berusaha dan bekerja keras untuk

menjadi yang terbaik. Disamping itu, Manusia unggul

tentunya memiliki ilmu pengetahuan yang luar biasa.

Manusia unggul yang memiliki kemampuan atau

kompetensi dibidangnya sehingga apa yang

dilakukannya sesuai dengan norma atau kaidah yang

berlaku dimasyarakat.

2.3. Pendidikan karakter

Istilah karakter sama sekali bukan hal yang baru

bagi kita. Ir. Soekarno salah seorang pendiri Republik

Indonesia, telah menyatakan tentang pentinganya

“Nation And Character Building” bagi negara yang baru

merdeka. Konsep membangun karakter juga kembali

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori

14

dikumandangkan oleh Ir. Sekarno era 1960-an dengan

istilah “Berdiri Diatas Kaki Sendiri” (berdikari).

Karakter berasal dari bahasa Yunani Kharakter

yang berakar dari diksi “Kharassein” yang berarti

memahat atau mengukir (to inscribe/to engrave),

sedangkan dalam bahasa latin karakter bermakna

membedakan tanda. Dalam Bahasa indonesia, Karakter

dapat diartikan sebagai sifat-sifat

kejiwaan/tabiat/watak. Karakter American Herritage

Dictionary, merupakan kualitas sifat, ciri, atribut, serta

kemampuan khas yang dimiliki individu yang

membedakannya dari pribadi yang lain (Sri Narwati,

2011: 1).

Sedangkan pendidikan karakter untuk

menciptakan manusia unggul menurut David Elkind &

Fredy Sweet dalam (Sri Narwanti, 2011: 15), menyatakan

pendidikan karakter dimaknai sebagai berikut:

“Character education is is deliberate effort to help people

understand, care about, and act upon core ethical values.

When we think about the kind of character we want for

our children, it is clear that we want m to able to judge

what is right, care deeply about what is right, and then do

what they believe to be right, even in the face of pressure

from without and temptation from wthin”.

Thomas Lickona dalam (Heri Gunawan 2012: 23)

menyatakan pendidikan untuk membentuk kepribadian

seseorang melalui pendidikan budi pekerti yang hasilnya

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori

15

terlihat dalam tindakan nyata seseorang yaitu tingkah

laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati

hak orang lain, kerja keras dan sebagainya.

Menurut Mendiknas dalam (Heri Gunawan, 2012:

32), menyatakan terdapat sembilan pilar karakter yaitu:

a. Karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya.

b. Kemandirian dan tanggung jawab.

c. Kejujuran/amanah dan diplomatis.

d. Hormat dan santun.

e. Dermawan dan suka tolong-menolong dan gotong

royong/kerjasama.

f. Percaya diri dan pekerja keras.

g. Kepemimpinan dan keadilan.

h. Baik dan rendah hati.

i. Karakter toleransi, kedamaian dan kesatuan.

Menurut T. Ramli dalam (Heri Gunawan, 2012: 24)

menyatakan pendidikan karakter memiliki esensi dan

makna yang sama dengan pendidikan moral dan

pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk anak

supaya menjadi manusia yang baik, warga sekolah yang

berpijak pada dasar manusia itu sendiri.

Menurut Masnur Muslich (2013: 5) dalam

bukunya “Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan

Krisis Multidimensional” dapat dirangkum sebagai

berikut: Pendidikan karakter adalah untuk

meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil

pendidikan yang mengarah pada pencapaian

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori

16

pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik

secara utuh, terpadu dan seimbang. Melalui pendidikan

karakter diharapkan peserta didik mampu secara

mandiri meningkatkan dan menggunakan

pengetahuannya mengkaji dan menginternalisasi serta

mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia

sehingga institusi, pendidikan karakter mengarah pada

pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang

melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian dan

simbol-simbol yang dipraktekan oleh warga sekolah dan

masyarakat sekitar sekolah, budaya sekolah merupakan

ciri khas karakter atau watak.

Thomas Lickona dalam (Masnur Muslich, 2013:

75), menyakan pendidikan karakter yang benar harus

melibatkan aspek knowing the good (moral knowing)

aspek kognitif, desiring the good atau loving the good

(moral feeling) aspek afektif, dan acting the good (moral

action) atau (moral behaviour).

Tahapan pengembangan karakter menurut

menurut Heri Gunawan (2012: 38), dalam bukunya

“Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi”

a. Moral knowing (Pengetahuan Moral), berhubungan dengan

bagaimana seorang mengetahui sesuatu nilai yang

pendidikan karakter yang dijabarkan dalam 6 sub

komponen, yaitu: (a) moral awareness (kesadaran moral),

(b) knowing moral values (pengetahuan nilai moral), (c)

perspective-taking (memahami sudut pandang lain), (d)

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori

17

moral reasoning (penalaran moral), (e) decision-making

(membuat keputusan), (f) self-knowledge (pengetahuan

diri).

b. Moral feeling (sikap moral), yang menjadi tahapan

selanjutnya pada komponen karakter yang dijabarkan

menjadi 6 sub yaitu: (a) Conscience (nurani), (b)

Self-esteem (harga diri), (c) Empathy (empati), (d) Loving the

good (cinta kebaikan), (e) Self-control (kontrol diri) dan (f)

Humility (rendah hati).

c. Moral action (perilaku moral), dibangun atas 3 tahapan

yang dijabarkan sebagai berikut: (a) Competence

(kompetensi), (b) Will (keinginan) dan (c) Habit (kebiasaan).

Jadi manusia unggul yang berkarakter adalah

manusia yang mempunyai integritas untuk menjadi

contoh oleh orang lain. Manusia yang mempunyai

berbagai kelebihan. Keunggulannya tidak hanya

memiliki satu kelebihan. Melainkan memiliki berbagai

skill yang dibutuhkan. Manusia unggul mempunyai

potensi yang sesuai dengan peraturan, norma yang

sesuai dengan karakter yang baik dan selalu

berorientasi menjadi yang terdepan, karena manusia

unggul pastinya berbeda dengan manusia pada

umumnya wawasan. Yang mempunyai sikap (attitudes),

perilaku (behaviour), motivasi (motivations) dan

ketrampilan (skill) dengan mengaplikasikan nilai

kebaikan pada dirinya, pada sesama, lingkungannya,

bangsa dan negara. Mengoptimalkan potensi yang

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori

18

dimiliki disertai dengan kesadaran pada penanaman

nilai-nilai karakter pada dirinya.

2.4. Penelitian yang relevan

Bahwa masalah yang dihadapi dalam penelitian

ini belum pernah dipecahkan oleh peneliti terdahulu.

Jika penelitian ini pernah dilakukan oleh peneliti lain

ada perbedaan terhadap penelitian yang lain,

diantaranya.

Jati, Ira Puspita (2012) Pendidikan Karakter Jujur

di SDIT Cahaya Bangsa Mijen Semarang. Master’s

Thesis, IAIN Walisongo. Hasil penelitiannya meliputi:

Persoalan karakter bangsa sering kali menjadi sorotan

masyarakat.

Pendidikan karakter untuk sekolah menengah

kejuruan (SMK) Drs. Nur Kholiq, M.Pd (2012) Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui pembuatan rumusan

model pendidikan karakter untuk Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) di Kabupaten Jepara dengan

menggunakan pendekatan norma-norma dan kearifan

lokal Kota Jepara.

Agam Bayu Suyanto (2008), upaya membentuk

pribadi yang berkarakter dan berintegrasi melalui

pendidikan karakter Pendidikan karakter untuk

generasi berkarakter unggul. Hasil penelitiannya

meliputi: pembentukan karakter berintegritas.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori

19

Budisma (2011), pendidikan karakter secara

terpadu melalui manajemen sekolah. Hasil penelitiannya

meliputi: Merencanakan, melaksanakan, mengawasi

pelaksanaan pendidikan karakter disekolah.

Implementasi pendidikan karakter berbasis

pondok pesantren dalam pembelajaran pendidikan

agama islam di SMP Ali Maksum tahun 2014.

Penelitian yang dilakukan beberapa peneliti diatas

menunjukkan bahwa dengan pendidikan karakter

adalah suatu upaya untuk mewujudkan masyarakat

berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan

beradab beradasarkan Pancasila. Upaya pembentukan

karakter sesuai dengan budaya bangsa.

Pada penelitian yang dilakukan penulis

memfokuskan pada program kesiswaan untuk

membentuk manusia unggul berkarakter untuk

mengembangkan perilaku baik siswa dalam kehidupan

sehari-hari dengan tujuan agar siswa dapat

mencermikan karakter yang baik. Pada hakekatnya,

pendidikan karakter dapat diintegrasikan melalui mata

pelajaran, pengembangan diri dan kultur sekolah.

Dalam meningkatkan pendidikan karakter pada siswa

melalui srategi yang berfokus pada pengembangan

kultur sekolah. Kultur sekolah merupakan keyakinan,

kebiasaan-kebiasaan dan nilai-nilai yang dipegang

bersama oleh seluruh warga sekolah. Kultur sekolah

sendiri juga diimplementasikan melalui kegiatan rutin

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori

20

sekolah, kegiatan spontan, keteladanan, dan

pengkondisian pada kegiatan tersebut akan disisipkan

nilai-nilai karakter.

2.5. Kerangka Berpikir

Setiap institusi pendidikan memiliki tujuan utama

berupa terciptanya mutu pendidikan yang berkualitas,

karena pendidikan adalah elemen penting dalam

pembangunan bangsa karena pendidikan memiliki

peran penting dan sentral dalam pengembangan potensi

manusia. Melalui pendidikan diharapkan terjadi

transformasi yang dapat menumbuh kembangkan

karakter positif, serta mengubah watak dari yang tidak

baik menjadi baik. Pendidikan dipandang berperan

dalam mengatasi krisis moral karena pendidikan

merupakan usaha atau proses yang ditujukan

untuk membina kualitas sumber daya manusia

seutuhnya.

Pendidikan karakter merupakan suatu upaya

untuk mewujudkan masyarakat berakhlak mulia,

bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab

beradasarkan Pancasila. Upaya pembentukan karakter

sesuai dengan budaya bangsa dapat dilakukan di

sekolah melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar

yang terintegrasi pada setiap mata pelajar, harus

mengandung karakter di dalamnya. Kultur sekolah

merupakan suatu nilai, kebiasaan-kebiasaan, norma,

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori

21

ritual, yang dilaksanakan dalam lingkungan sekolah dan

dipraktikan oleh seluruh warga sekolah. Melalui

sekolah siswa dapat belajar menjadi pribadi yang baik,

karena sekolah tidak hanya dituntut menjadikan

siswanya menjadi anak yang memiliki segudang

prestasi, melainkan juga memiliki sikap, perilaku yang

baik dan menjadi kebanggaan bagi orang tua dan

sekolah. Sekolah diharapkan dapat menanamkan

karakter pada diri siswa. Nilai-nilai karakter yang ada

dapat ditumbuhkan melalui visi, dan misi sekolah. Visi,

misi SMK Negeri 3 Kendal yaitu unggul dalam prestasi,

beretos kerja tinggi, berwawasan religi dan kebangsaan,

maka nilai-nilai yang ditumbuhkan religius,

tanggung jawab, jujur, dan disiplin.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori

22

Gambar 2.1 Skema kerangka berpikir

Pendidikan karakter

Mata pelajaran Kesiswaan Pengembangan Diri

1. Kesadaran diri

2. Disiplin 3. Tanggung jawab

4. kompensasi

Pembudayaan dan

Pembiasaan 1. Pengkondisian

2. Kegiatan rutin 3. Pembentukan mental & fisik 4. Penghargaan

Karakter