25
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian ini menggunakan kajian teoritis dan kajian empiris. Kajian teoritis dalam penelitian ini terdiri dari grand theory dan supporting theory. Grand theory dalam penelitian ini adalah teori atribusi, model teoritis stres kerja dan coping theory. Supporting theory dalam penelitian ini adalah prosedur audit, penghentian prematur prosedur audit, tekanan waktu, tekanan ketaatan, lokus kendali dan komitmen profesional auditor. Kajian empiris dalam penelitian ini berasal dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. 2.1.1 Teori Atribusi Teori atribusi mempelajari suatu proses bagaimana seseorang menginterpretasikan terjadinya suatu peristiwa, alasan, atau sebab perilakunya (Suartana, 2010:181). Teori atribusi menjelaskan tentang cara kita menilai individu secara berbeda, kita berupaya untuk menentukan apakah perilaku tersebut disebabkan secara internal atau eksternal (Robbins, 2008:177). Perilaku yang disebabkan secara internal adalah perilaku yang dipengaruhi oleh kendali pribadi seorang individu, sedangkan perilaku yang disebabkan secara eksternal adalah perilaku yang disebabkan karena sebab-sebab luar (Robbins, 2008:177). Ikhsan dan Ishak (2005:55) menjelaskan bahwa teori atribusi mempelajari tentang bagaimana seseorang menginterpretasikan suatu peristiwa, alasan, atau sebab perilakunya. Teori ini dikembangkan oleh Fritz Heider yang berargumentasi 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian ini menggunakan kajian teoritis dan kajian empiris. Kajian teoritis dalam penelitian

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian ini menggunakan kajian teoritis dan kajian empiris. Kajian teoritis dalam penelitian

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Penelitian ini menggunakan kajian teoritis dan kajian empiris. Kajian

teoritis dalam penelitian ini terdiri dari grand theory dan supporting theory.

Grand theory dalam penelitian ini adalah teori atribusi, model teoritis stres kerja

dan coping theory. Supporting theory dalam penelitian ini adalah prosedur audit,

penghentian prematur prosedur audit, tekanan waktu, tekanan ketaatan, lokus

kendali dan komitmen profesional auditor. Kajian empiris dalam penelitian ini

berasal dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.

2.1.1 Teori Atribusi

Teori atribusi mempelajari suatu proses bagaimana seseorang

menginterpretasikan terjadinya suatu peristiwa, alasan, atau sebab perilakunya

(Suartana, 2010:181). Teori atribusi menjelaskan tentang cara kita menilai

individu secara berbeda, kita berupaya untuk menentukan apakah perilaku

tersebut disebabkan secara internal atau eksternal (Robbins, 2008:177). Perilaku

yang disebabkan secara internal adalah perilaku yang dipengaruhi oleh kendali

pribadi seorang individu, sedangkan perilaku yang disebabkan secara eksternal

adalah perilaku yang disebabkan karena sebab-sebab luar (Robbins, 2008:177).

Ikhsan dan Ishak (2005:55) menjelaskan bahwa teori atribusi mempelajari

tentang bagaimana seseorang menginterpretasikan suatu peristiwa, alasan, atau

sebab perilakunya. Teori ini dikembangkan oleh Fritz Heider yang berargumentasi

12

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian ini menggunakan kajian teoritis dan kajian empiris. Kajian teoritis dalam penelitian

13

bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan internal

(internal forces), yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang,

seperti kemampuan dan usaha, dan kekuatan eksternal (external forces), yaitu

faktor-faktor yang berasal dari luar seperti kesulitan dalam pekerjaan (Ikhsan dan

Ishak, 2005:55). Penyebab internal cenderung mengacu pada aspek perilaku

individual, sesuatu yang telah ada dalam diri seseorang seperti sifat pribadi,

persepsi diri, kemampuan, dan motivasi. Sedangkan penyebab eksternal lebih

mengacu pada ingkungan yang mempengaruhi perilaku seseorang, seperti kondisi

sosial, nilai sosial dan pandangan masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa teori atribusi dapat

digunakan sebagai dasar menemukan faktor eksternal dan internal penyebab

mengapa auditor melakukan praktik penghentian prematur atas prosedur audit.

Variabel tekanan waktu dan tekanan ketaatan merupakan faktor eksternal, berupa

kondisi situasional yang dihadapi auditor dalam melakukan prosedur audit.

Sedangkan variabel lokus kendali eksternal dan komitmen profesional merupakan

faktor internal yang dipengaruhi oleh karakteristik individual auditor. Dengan

mengetahui faktor penyebab terjadinya praktik penghentian prematur atas

prosedur audit, maka diharapkan faktor-faktor pemicu tersebut dapat

diminimalisir, sehingga probabilitas auditor untuk melakukan praktik tersebut

dapat berkurang.

2.1.2 Model Teoritis Stres Kerja

Diadaptasi dari Gibson, et al. (1995:339) suatu stressors (penyebab stres)

merupakan suatu kondisi yang dapat mengakibatkan individual merasakan stress

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian ini menggunakan kajian teoritis dan kajian empiris. Kajian teoritis dalam penelitian

14

dan selanjutnya dapat berdampak pada konsekuensi stres (strain outcome).

Stressors merupakan suatu kondisi atau keadaan yang dapat mempengaruhi proses

atau kognitif individu sehingga individu merasakan stres.

Gambar 2.1

Model Teoritis Stres Kerja (Gibson dan Donnelly, 1995)

Kejadian atau kondisi yang dihadapi individu dalam lingkungannya

berpotensi sebagai stressor. Pada lingkungan kerja auditor di KAP, DeZoort dan

Lord (1998:13) mengidentifikasi berbagai stressor yang timbul dari dalam

organisasi KAP maupun dari luar organisasi KAP yang berpotensi menimbulkan

individu auditor merasakan stres dalam pelaksanaan tugas audit. Stressor yang

berasal dari dalam organisasi KAP meliputi kondisi seperti; keterbatasan waktu

untuk penyelesaian program audit, konflik peran, ambiguitas peran, beban tugas

yang berlebihan dan tuntutan dari sejawat atau dari atasan. Stressor yang berasal

dari luar organisasi meliputi kondisi seperti: tuntutan klien, kompetisi pada pasar

audit dan tuntutan ligitasi. Kondisi-kondisi tersebut berpotensi mempengaruhi

sikap, intensi dan perilaku auditor dalam pelaksanaan audit yang selanjutnya

berdampak pada kualitas audit (Otley dan Pierce, 1996:47). Pada penelitian ini

fokus perhatian adalah stressors dari dalam organisasi KAP yaitu tekanan waktu

yang dihadapi auditor untuk pelaksanaan program audit dan dilema yang dihadapi

auditor dalam penerapan standar profesi auditor, dimana klien atau pimpinan

Stressors Stres Konsekuensi

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian ini menggunakan kajian teoritis dan kajian empiris. Kajian teoritis dalam penelitian

15

dapat saja menekan auditor untuk melanggar standar profesi, sebagai implikasi

dari tekanan ketaatan yang dihadapi auditor.

Gibson, et al. (1995:342) menyatakan stres sebagai suatu tanggapan yang

disebabkan oleh perbedaan karakteristik individual dalam menanggapi tuntutan

permintaan lingkungan, situasi, atau kejadian yang menetapkan permintaan

psikologis atau fisik berlebihan pada diri seseorang. Berdasarkan definisi tersebut,

potensi seseorang akan mengalami stres ketika suatu kondisi lingkungan

dirasakan menimbulkan permintaan yang dapat mengancam mereka, dimana

permintaan tersebut melebihi kapasitas dan sumber daya yang mereka miliki.

Suatu kondisi atau keadaan tertentu dapat mengakibatkan individu mengalami

stres, namun kondisi atau keadaan yang sama belum tentu membuat orang lain

mengalami stres.

Konsekuensi stres mengacu pada sikap dan perilaku yang berhubungan

dengan stimulus tekanan dan respon stres (Beehr, 1998). Model teoritis stres kerja

yang diuraikan di atas, menyatakan stres yang dirasakan individu merupakan

interaksi antara faktor-faktor eksternal dan faktor-faktor internal (Kelley, 1990).

Secara spesifik, teori ini menyatakan stres akan berdampak pada sikap, intensi dan

perilaku yang dipengaruhi oleh karakteristik individual. Dengan perkataan lain,

tingkat stres yang dirasakan serta tindakan yang dipilih individual untuk

mengatasi stressors dipengaruhi oleh karakteristik individual. Hubungan antara

stressor, stres dan konsekuensi stres seperti yang digambarkan pada model teoritis

stres kerja di atas, dapat diadopsi sebagai kerangka teoritis untuk menjelaskan dan

memprediksi perilaku auditor dalam pelaksanaan program audit.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian ini menggunakan kajian teoritis dan kajian empiris. Kajian teoritis dalam penelitian

16

Anggaran waktu audit merupakan elemen penting dari mekanisme

operasional dan sistem kontrol yang digunakan KAP dalam perencanaan dan

monitoring suatu penugasan audit (Kelley, 1990). Oleh karena itu, anggaran

waktu audit dapat mengakibatkan auditor merasakan tekanan dalam melaksanakan

tugas audit yang selanjutnya mempengaruhi perilaku kerja mereka. Selain itu

dalam menjalankan fungsinya, auditor juga mendapatkan tekanan dari atasan dan

kliennya, sehingga auditor dihadapkan pada sebuah dilema penerapan standar

profesi auditor. Klien atau pimpinan dapat saja menekan auditor untuk melanggar

standar profesi auditor. Hal ini tentunya akan menimbulkan tekanan pada diri

auditor untuk menuruti atau tidak menuruti kemauan klien maupun pimpinannya.

Pada situasi ini auditor mengalami dilema, satu sisi jika auditor mengikuti

keinginan klien maka ia melanggar standar profesi. Tetapi jika auditor tidak

mengikuti klien maka klien dapat menghentikan penugasan atau mengganti KAP

auditornya.

2.1.3 Coping Theory

Coping theory berhubungan dengan tindakan adaptasi yang dilakukan oleh

individu dalam merespon kondisi pengganggu yang terjadi di lingkungannya.

Coping theory adalah suatu proses menangani permasalahan lingkungan,

meningkatkan usaha untuk memecahkan permasalahan personal dan interpersonal,

dan meminimumkan atau mentoleransi tekanan (stres). Lazarus dan Folkman

(1984) mendefinisikan coping sebagai usaha-usaha kognitif yang digunakan untuk

mengelola permintaan yang dinilai melebihi sumber daya dari orang tersebut.

Proses yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi dapat dilakukan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian ini menggunakan kajian teoritis dan kajian empiris. Kajian teoritis dalam penelitian

17

melalui dua proses yang terus menerus saling mempengaruhi dengan yang lainnya

(Lazarus dan Folkman, 1984:14). Kedua proses tersebut adalah sebagai berikut.

Pertama, individu akan melakukan proses penilaian (appraisal), yaitu proses

mengevaluasi konsekuensi dari suatu keadaan atau kejadian. Individu akan

menilai sifat dari keadaan tertentu dan pentingnya bagi individu tersebut dan

relevansinya. Proses penilaian awal ini disebut juga dengan penilaian primer

(primer appraisal). Kedua, individu akan melakukan tindakan berbeda untuk

mengatasi kondisi yang dihadapi, yang disebut dengan usaha penanggulangan

masalah (coping efforts). Individu akan menggabungkan usaha-usaha kognitif

(cognitive efforts) dan usaha-usaha perilaku (behavioral efforts), dimana

keduanya dapat dikatakan sebagai usaha berfokus masalah (problem focused) atau

usaha berfokus emosi (emotion focused) (Lazarus dan Folkman, 1984:16).

Strategi penanggulangan mana yang dipilih oleh seseorang tergantung

pada keyakinan individu atas kesempatan sukses yang lebih besar yang akan

diperolehnya dalam menanggulangi masalah. Penanggulangan berfokus emosi

(emotion focused coping) terjadi terutama ketika individu merasa memiliki

kontrol yang terbatas pada suatu kondisi yang dihadapi, pada pihak lain

penanggulangan berfokus masalah (problem focused coping) digunakan terutama

ketika individu merasa memiliki kontrol yang besar pada kondisi yang

dihadapinya (Lazarus dan Folkman, 1984:16). Keyakinan individu tentang

kemampuan mereka dalam melakukan kontrol atas stressors dipengaruhi oleh

karakteristik individual.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian ini menggunakan kajian teoritis dan kajian empiris. Kajian teoritis dalam penelitian

18

Tekanan waktu dan tekanan ketaatan menjadi kondisi pengganggu bagi

auditor untuk menyelesaikan program audit sesuai dengan prosedur audit. Dalam

hal ini, auditor akan melakukan penilaian atas pentingnya pemenuhan anggaran

waktu, kecukupan anggaran waktu, dan kemampuan mereka untuk menyelesaikan

prosedur audit dalam batas anggaran waktu serta konsekuensi yang akan timbul

jika pelaksanaan program audit melampaui anggaran waktu. Selain tekanan

waktu, auditor juga perlu memperhitungkan situasi yang menyebabkan terjadinya

konflik kepentingan auditor dengan manajemen perusahaan dan atasan, sehingga

situasi tekanan ketaatan yang menjadi salah satu dilema penerapan standar profesi

auditor dalam pengambilan keputusannya dapat diatasi.

Berdasarkan penilaian tersebut, auditor akan memilih strategi yang akan

dilakukan dalam melaksanakan program audit dalam batas anggaran waktu dan

dalam situasi tekanan ketaatan. Strategi penanggulangan mana yang dipilih

individu auditor dalam penyelesaian tugas audit bergantung pada keyakinan

individu auditor atas kemampuan mereka melakukan kontrol tekanan waktu audit

dan tekanan ketaatan yang mereka alami, dalam hal ini kontrol tersebut

dipengaruhi karakterisitik individual auditor. Mengacu pada coping theory,

auditor yang meyakini dapat melakukan kontrol terhadap tekanan waktu dan

tekanan klien kemungkinan cenderung memilih strategi penanggulangan berfokus

masalah yang dapat diwujudkan melalui tindakan-tindakan seperti meminta

tambahan anggaran waktu atau bekerja lebih sungguh-sungguh. Pada pihak lain,

auditor yang meyakini bahwa mereka memiliki kemampuan yang terbatas dalam

melakukan kontrol terhadap anggaran waktu audit dan tekanan ketaatan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian ini menggunakan kajian teoritis dan kajian empiris. Kajian teoritis dalam penelitian

19

kemungkinan cenderung memilih strategi penanggulangan berfokus emosi yang

dapat diwujudkan melalui tindakan penyimpangan prosedur audit seperti

melakukan prematur prosedur audit. Mekanisme penanggulangan mana yang

dipilih oleh seseorang tergantung pada keyakinan individu atas kesempatan-

kesempatan sukses yang lebih besar yang akan diperolehnya dalam

menanggulangi masalah (Lazarus dan Folkman, 1984:19). Pada penelitian ini

karakteristik individual auditor yang dikaji adalah adalah lokus kendali eksternal

dan komitmen profesional auditor terhadap profesinya.

2.1.4 Prosedur Audit

Prosedur audit adalah rincian instruksi untuk pengumpulan jenis bukti

audit yang diperoleh pada suatu waktu tertentu, saat berlangsungnya proses audit

(Arens, et al., 2009:172). Auditor melakukan prosedur ini agar tidak terjadi

penyimpangan dalam melakukan program audit. Standar pekerjaan lapangan

ketiga menyebutkan bahwa beberapa prosedur audit yang harus dilaksanakan oleh

auditor meliputi (Mulyadi, 2006:86)

1) Inspeksi

Inspeksi merupakan pemeriksaan secara rinci terhadap dokumen atau kondisi

fisik sesuatu. Prosedur audit ini banyak dilakukan oleh auditor. Dengan

melakukan inspeksi terhadap sebuah dokumen, auditor akan dapat

menentukan keaslian dokumen tersebut.

2) Pengamatan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian ini menggunakan kajian teoritis dan kajian empiris. Kajian teoritis dalam penelitian

20

Pengamatan merupakan prosedur audit yang digunakan oleh auditor untuk

melihat atau menyaksikan pelaksanaan suatu kegiatan. Objek yang diamati

auditor adalah karyawan, prosedur, dan proses.

3) Permintaan Keterangan

Permintaan keterangan merupakan prosedur audit yang dilakukan dengan

meminta keterangan secara lisan. Bukti audit yang dihasilkan dari prosedur ini

adalah bukti lisan dan bukti dokumen.

4) Konfirmasi

Konfirmasi merupakan bentuk penyelidikan yang memungkinkan auditor

memperoleh informasi secara langsung dari pihak ketiga yang bebas.

Disamping auditor memakai prosedur audit yang disebutkan dalam standar

tersebut, auditor melaksanakan berbagai prosedur audit lainnya untuk

mengumpulkan bukti audit yang akan dipakai sebagai dasar untuk menyatakan

pendapat atas laporan keuangan auditan. Prosedur audit ini sangat diperlukan bagi

auditor agar tidak melakukan penyimpangan dan dapat bekerja secara efisien dan

efektif (Weningtyas, dkk., 2006:4). Kualitas dari auditor dapat diketahui dari

seberapa jauh auditor menjalankan prosedur-prosedur audit yang tercantum dalam

program audit.

Prosedur audit yang digunakan dalam penelitian ini ialah prosedur audit

yang dilaksanakan pada tahap perencanaan audit dan tahap pekerjaan lapangan

yang telah ditetapkan dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)

(Weningtyas, dkk., 2006:14). Prosedur audit yang dilaksanakan pada tahap

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian ini menggunakan kajian teoritis dan kajian empiris. Kajian teoritis dalam penelitian

21

perencanaan audit dan tahap pekerjaan lapangan tersebut mudah untuk dilakukan

praktik penghentian prematur, antara lain (Heriningsih, 2001:35):

1) Membangun Pemahaman Bisnis Industri Klien

Auditor harus membangun pemahaman dengan klien tentang jasa yang akan

dilaksanakan untuk setiap perikatan. Pemahaman tersebut dilakukan untuk

mengurangi risiko terjadinya salah interpretasi kebutuhan atau harapan pihak

lain, baik di pihak auditor maupun klien. Pemahaman dengan klien tentang

jasa yang akan dilaksanakan untuk setiap perikatan harus mencakup tujuan

perikatan, tanggung jawab manajemen, tanggung jawab auditor, dan batasan

perikatan. Auditor harus mendokumentasikan pemahaman tersebut dalam

kertas kerjanya atau lebih baik dalam bentuk komunikasi tertulis dengan klien

(PSA No.05 SA Seksi 310, 2001).

2) Pertimbangan Atas Pengendalian Intern Dalam Audit Laporan Keuangan

Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan

komisaris, manajemen, dan personal lain entitas yang didesain untuk

memberikan keyakinan memadai atas keandalan laporan keuangan, efektifitas

dan efisiensi operasi, dan kepatuhan terhadap hukum dan ketentuan yang

berlaku. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh

auditor untuk merencanakan audit dengan melaksanakan prosedur untuk

memahami desain pengendalian yang relevan dengan audit atas laporan

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian ini menggunakan kajian teoritis dan kajian empiris. Kajian teoritis dalam penelitian

22

keuangan, dan apakah pengendalian intern tersebut dioperasikan (PSA No.69

SA Seksi 319, 2001).

3) Pertimbangan Auditor Atas Fungsi Auditor Intern Klien

Auditor intern bertanggung jawab untuk menyediakan jasa analisis dan

evaluasi, memberikan keyakinan dan rekomendasi, dan informasi lain kepada

manajemen entitas dan dewan komisaris, atau pihak lain yang setara

wewenang dan tanggung jawabnya dengan tetap mempertahankan

objektivitasnya berkaitan dengan aktivitas yang diaudit. Tanggung jawab

penting fungsi audit intern adalah memantau kinerja pengendalian entitas.

Pada saat auditor berusaha memahami pengendalian intern, auditor harus

berusaha memahami fungsi audit intern yang cukup untuk mengidentifikasi

aktivitas audit intern yang relevan dengan perencanan audit (PSA No.33 SA

Seksi 322, 2001).

4) Informasi Asersi Manajemen

Asersi adalah pernyataan manajemen yang terkandung di dalam komponen

laporan keuangan. Asersi tersebut dapat diklasifikasikan menjadi lima, yaitu

keberadaan atau keterjadian, kelengkapan, hak dan kewajiban, penilaian atau

alokasi, serta penyajian dan pengungkapan. Informasi asersi manajemen

digunakan oleh auditor untuk memperoleh bukti audit yang mendukung asersi

dalam laporan keuangan (PSA No.7 SA Seksi 326, 2001).

5) Prosedur Analitik

Prosedur analitik merupakan bagian penting dalam proses audit dan terdiri

dari evaluasi terhadap informasi keuangan yang dibuat dengan mempelajari

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian ini menggunakan kajian teoritis dan kajian empiris. Kajian teoritis dalam penelitian

23

hubungan antara data keuangan yang satu dengan data keuangan yang

lainnya, atau antara data keuangan dengan data non keuangan. Tujuan dari

dilakukannya prosedur analitik adalah membantu auditor dalam

merencanakan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit lainnya, sebagai

pengujian substantif untuk memperoleh bukti tentang asersi tertentu yang

berhubungan dengan saldo akun atau jenis transaksi, serta sebagai review

menyeluruh informasi keuangan pada tahap review akhir audit (PSA No.22

SA Seksi 329, 2001).

6) Konfirmasi

Konfirmasi adalah proses pemerolehan dan penilaian suatu komunikasi

langsung dari pihak ketiga sebagai jawaban atas suatu permintaan informasi

tentang unsur tertentu yang berdampak terhadap asersi laporan keuangan.

Konfirmasi dilaksanakan untuk memperoleh bukti dari pihak ketiga mngenai

asersi laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen. Proses konfirmasi

mencakup pemilihan unsur yang dimintakan konfirmasi, pendesainan

permintaan konfirmasi, pengkomunikasian informasi kepada pihak ketiga

yang bersangkutan, memperoleh jawaban dari pihak ketiga, serta penilaian

terhadap informasi atau tidak adanya informasi yang disediakan oleh pihak

ketiga mengenai tujuan audit termasuk keandalan informasi tersebut (PSA

No.7 SA Seksi 330, 2001).

7) Representasi Manajemen

Representasi manajemen (lisan maupun tertulis) merupakan bagian dari bukti

audit yang diperoleh auditor, tetapi tidak merupakan pengganti bagi

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian ini menggunakan kajian teoritis dan kajian empiris. Kajian teoritis dalam penelitian

24

penerapan prosedur audit yang diperlukan untuk memperoleh dasar memadai

bagi pendapat auditor atas laporan keuangan. Representasi tertulis bagi

manajemen biasanya menegaskan representasi lisan yang disampaikan oleh

manajemen kepada auditor, menunjukkan dan mendokumentasikan lebih

lanjut ketepatan representasi tersebut, serta mengurangi kemungkinan salah

paham mengenai yang direpresentasikan (PSA No.17 SA Seksi 333, 2001).

8) Pengujian Pengendalian Teknik Audit Berbantuan Komputer

Penggunaan teknik audit berbantuan komputer harus dikendalikan oleh

auditor untuk memberikan keyakinan memadai bahwa tujuan audit dan

spesifikasi rinci teknik audit berbantuan komputer telah terpenuhi, serta tidak

dimanipulasi (PSA No.59 SA Seksi 327, 2001).

9) Sampling Audit

Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap kurang dari seratus

persen unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengan tujuan

untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok tersebut.

Sampling audit diperlukan oleh auditor untuk mengetahui saldo-saldo akun

dan transaksi yang mungkin sekali mengandung salah saji. Auditor harus

menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam perencanaan, pelaksanaan,

dan penilaian sampel, serta dalam menghubungkan bukti audit yang

dihasilkan dari sampel dengan bukti audit lain dalam penarikan kesimpulan

atas saldo akun atau kelompok transaksi yang berkaitan (PSA No.26 SA

Seksi 350, 2001).

10) Perhitungan Fisik

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian ini menggunakan kajian teoritis dan kajian empiris. Kajian teoritis dalam penelitian

25

Perhitungan fisik berkaitan dengan pemeriksaan auditor melalui pengamatan,

pengujian, dan permintaan keterangan memadai atas efektifitas metode

perhitungan fisik persediaan atau kas dan mengukur keandalan atas kuantitas

dan kondisi fisik persediaan atau kas klien (PSA No.7 SA Seksi 331, 2001).

2.1.5 Penghentian Prematur Prosedur Audit

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Tahun 2001 menyatakan bahwa untuk

menghasilkan laporan audit yang berkualitas maka auditor harus melaksanakan

beberapa prosedur audit. Prosedur audit merupakan serangkaian langkah-langkah

yang harus dilaksanakan dalam melaksanakan audit. Dalam konteks auditing,

manipulasi akan dilakukan dalam bentuk perilaku disfungsional. Perilaku

disfungsional adalah perilaku karyawan yang tidak sesuai dengan tujuan

organisasi (Mulyadi, 2006:646). Donnelly, et al., (2003) menyatakan perilaku ini

adalah alat bagi auditor untuk memanipulasi proses audit dalam upaya mencapai

tujuan kinerja individual. Pengurangan kualitas audit yang dilakukan dari kegiatan

ini mungkin dipandang sebagai pengorbanan bagi individu untuk bertahan dalam

lingkungan audit.

SAS No 82 menyatakan bahwa sikap auditor menerima perilaku

disfungsional merupakan indikator dari perilaku disfungsional aktual. Beberapa

perilaku disfungsional yang membahayakan kualitas audit yaitu: Underreporting

of time, prematur sign off, altering or replacement of audit procedure.

Penghentian prematur atas prosedur audit mengacu pada penghentian satu langkah

(prosedur) audit yang penting dimana tidak dapat digantikan oleh langkah lainnya,

tanpa melengkapi pekerjaan atau sama sekali menghilangkan langkah audit

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian ini menggunakan kajian teoritis dan kajian empiris. Kajian teoritis dalam penelitian

26

(McNamara dan Liyanarachchi, (2005:6). Prematur Sign Off merupakan suatu

keadaan yang menunjukkan auditor menghentikan satu atau beberapa langkah

audit yang diperlukan dalam prosedur audit tanpa menggantikan dengan langkah

yang lain (Sososutikno, 2003:121). Prematur Sign Off ini secara langsung

mempengaruhi kualitas audit dan melanggar standar profesional. Shapeero, et al.,

(2003) menyimpulkan bahwa kegagalan audit sering disebabkan karena

penghapusan prosedur audit yang penting dari pada prosedur audit tidak dilakukan

secara memadai.

Penghentian prematur atas prosedur audit membentuk perubahan

perencanaan audit, yang berakibat pada tidak terkendalinya dan ketidaktahuan

tingkat resiko audit yang sebenarnya dalam perikatan audit tersebut. Adanya

prosedur audit yang dilangkahi atau dihentikan menyebabkan terjadinya

kegagalan audit karena bukti yang ada tidak mencukupi (Kholidiah, 2014:13).

2.1.6 Tekanan Waktu

Tekanan waktu merupakan suatu keadaan dimana auditor mendapatkan

tekanan dari Kantor Akuntan Publik (KAP) tempatnya bekerja, untuk

menyelesaikan audit pada waktu dan anggaran biaya yang telah ditentukan

sebelumnya. Anggaran waktu merupakan hal yang sangat penting, karena

menyediakan dasar untuk memperkirakan biaya audit, pengalokasian staf ke

dalam pekerjaan audit, dan sebagai dasar untuk mengevaluasi kinerja auditor serta

sangat diperlukan bagi auditor dalam melaksanakan tugasnya untuk dapat

memenuhi permintaan klien secara tepat waktu dan menjadi salah satu kunci

keberhasilan karir auditor di masa depan (Basuki dan Mahardani, 2006:205).

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian ini menggunakan kajian teoritis dan kajian empiris. Kajian teoritis dalam penelitian

27

Auditor yang menyelesaikan tugas melebihi waktu normal yang telah dianggarkan

cenderung dinilai memiliki kinerja yang buruk oleh atasannya atau sulit

mendapatkan promosi.

Tekanan waktu yang diberikan Kantor Akuntan Publik kepada auditornya

bertujuan untuk mengurangi biaya audit (Weningtyas, dkk., 2006:7). Maka

semakin cepat auditor melaksanakan program audit, akan semakin kecil biaya

yang dikeluarkan untuk pelaksanaan program audit. Keberadaan tekanan waktu

ini memaksa auditor untuk menyelesaikan tugas secepatnya atau sesuai dengan

anggaran waktu yang telah ditetapkan, sehingga hal ini dapat memicu auditor

melakukan tindakan penyimpangan dengan melakukan penghentian prematur atas

prosedur audit. Pelaksanaan prosedur audit seperti ini tentu saja tidak akan sama

hasilnya bila prosedur audit dilakukan dalam kondisi tanpa tekanan waktu

(Weningtyas, dkk., 2006:6).

Tekanan waktu memiliki dua dimensi yaitu time budget pressure (keadaan

dimana auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang

telah disusun, atau terdapat pembatasan waktu dalam anggaran yang sangat ketat)

dan time deadline pressure (kondisi dimana auditor dituntut untuk menyelesaikan

tugas audit tepat pada waktunya) (Heriningsih, 2001:34).

2.1.7 Tekanan Ketaatan

Tekanan ketaatan adalah jenis tekanan pengaruh sosial yang dihasilkan

ketika individu dengan perintah langsung dari perilaku individu lain. Teori

ketaatan menyatakan bahwa individu yang memiliki kekuasaan merupakan suatu

sumber yang dapat mempengaruhi perilaku orang dengan perintah yang

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian ini menggunakan kajian teoritis dan kajian empiris. Kajian teoritis dalam penelitian

28

diberikannya. Hal ini disebabkan oleh keberadaan kekuasaan atau otoritas yang

merupakan bentuk legitimasi power atau kemampuan atasan untuk mempengaruhi

bawahan karena ada posisi khusus dalam stuktur hierarki organisasi (Hartanto

dkk. 2001:19). Menurut Jamilah dkk. (2007:10), tekanan ketaatan merupakan

kondisi dimana seorang auditor dihadapkan pada sebuah dilema penerapan standar

profesi auditor. Dalam hal ini tekanan ketaatan diartikan sebagai tekanan yang

diterima oleh auditor junior dari auditor senior atau atasan dan entitas yang

diperiksa untuk melakukan tindakan yang menyimpang dari standar

profesionalisme.

Intruksi atasan dalam suatu organisasi akan mempengaruhi perilaku

bawahan karena atasan memiliki otoritas (Grediani dan Slamet, 2010). Tekanan

ketaatan ini timbul akibat adanya kesenjangan ekspektasi yang terjadi antara

entitas yang diperiksa dengan auditor telah menimbulkan suatu konflik tersendiri

bagi auditor. Klien atau pimpinan dapat saja menekan auditor untuk melanggar

standar profesi auditor. Hal ini tentunya akan menimbulkan tekanan pada diri

auditor untuk menuruti atau tidak menuruti kemauan klien maupun pimpinannya.

Oleh sebab itu, seorang auditor seringkali dihadapkan pada situasi dilema

penerapan standar profesi auditor dalam pengambilan keputusannya. Kekuasaan

klien dan pemimpin menyebabkan auditor tidak independen lagi, karena auditor

menjadi tertekan dalam menjalankan pekerjaannya.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tekanan ketaatan

auditor adalah tekanan yang diterima oleh auditor dalam menghadapi atasan dan

klien untuk melakukan tindakan menyimpang dari standar profesi auditor.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian ini menggunakan kajian teoritis dan kajian empiris. Kajian teoritis dalam penelitian

29

Tekanan ketaatan dapat diukur dengan keinginan untuk tidak memenuhi

keinginan klien untuk berperilaku menyimpang dari standar profesional dan

menentang atasan jika dipaksa melakukan hal yang bertentangan dengan standar

profesional dan moral (Jamilah dkk. 2007:8).

2.1.8 Lokus Kendali

Lokus kendali adalah tingkat dimana individu meyakini bahwa mereka

adalah penentu nasib mereka sendiri dan menunjukkan sejauh mana individu

mampu mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi dirinya (Robbins,

2008:132). Lokus kendali dibedakan menjadi dua tipe yaitu lokus kendali internal

atau lokus kendali eksternal (Robbins, 2008:132). Lokus kendali internal adalah

suatu kondisi dimana individu meyakini bahwa mereka dapat mengendalikan apa

yang terjadi pada diri mereka. Lokus kendali eksternal adalah suatu kondisi

dimana individu meyakini bahwa apa yang terjadi pada diri mereka dikendalikan

oleh kekuatan luar seperti nasib dan keberuntungan.

Situasi dimana individu dengan lokus kendali eksternal merasa tidak

mampu dalam mendapatkan dukungan kekuatan yang dibutuhkan untuk dapat

bertahan dalam suatu organisasi, maka mereka akan memiliki potensi untuk

mencoba memanipulasi rekan atau objek lainnya sebagai kebutuhan pertahanan

mereka (Irawati dkk. 2005:930). Dalam literatur psikologi ditunjukkan beberapa

perbedaan perilaku individual yang diakibatkan oleh lokus kendali individu.

Perbedaan pertama adalah tanggung jawab atau konsekuensi dari suatu tindakan

yang dilakukan, individu yang memiliki lokus kendali internal lebih bertanggung

jawab atas konsekuensi dari tindakan yang mereka perbuat dibandingkan dengan

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian ini menggunakan kajian teoritis dan kajian empiris. Kajian teoritis dalam penelitian

30

individu dengan lokus kendali eksternal (Kartika dkk. 2008). Perbedaan kedua

adalah dalam memandang keterkaitan dari suatu kejadian dengan kejadian

berikutnya. Individu dengan lokus kendali internal memandang kejadian atau

pengalaman adalah saling berkaitan dan mereka belajar dari pengalaman yang

berulang, pada pihak lain individu yang memiliki lokus kendali eksternal

cenderung memandang suatu kejadian atau pengalaman tidak berhubungan

dengan kejadian berikutnya dan mereka tidak belajar dari pengalaman (Robbins,

2008:167). Perbedaan ketiga adalah dalam memandang suatu kondisi atau

keadaan yang mereka hadapi. Individu yang memiliki lokus kendali internal

cenderung memandang suatu keadaan atau kondisi sebagai peluang atau kondisi

yang tidak menimbulkan tekanan (stres), pada pihak lain individu yang memiliki

lokus kendali eksternal cenderung memandang suatu kondisi atau keadaan sebagai

ancaman atau menimbulkan tekanan stres. Perbedaan terakhir adalah dalam hal

menanggulangi tekanan. Dalam menanggulangi suatu kondisi atau keadaan yang

dapat menimbulkan stres (stressors) individu yang memiliki lokus kendali internal

cenderung menggunakan strategi berfokus-masalah yaitu dengan mengelola atau

merubah tekanan, pada pihak lain indivdidu dengan lokus kendali eksternal

cenderung menggunakan strategi berfokus emosi yaitu dengan menyerah pada

masalah (Ress dan Cooper, 1992).

Donnelly, et al. (2003) menyatakan bahwa terdapat penelitian yang

menunjukkan hubungan positif yang kuat antara individu dengan lokus kendali

eksternal dan kesediaan untuk melakukan manipulasi atau penipuan untuk

mencapai tujuan pribadi. Dalam konteks auditing, manipulasi atau ketidakjujuran

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian ini menggunakan kajian teoritis dan kajian empiris. Kajian teoritis dalam penelitian

31

pada akhirnya akan menimbulkan penyimpangan perilaku dalam audit. Perilaku

yang dimaksud salah satunya dapat berbentuk praktik penghentian prematur atas

prosedur audit. Hasil dari perilaku ini adalah penurunan kualitas audit yang dapat

dilihat sebagai hal yang perlu dikorbankan oleh individu untuk bertahan dalam

lingkungan kerja audit. Pada penelitian ini, yang akan diuji adalah lokus kendali

eksternal, yang menghasilkan dugaan bahwa makin tinggi lokus kendali eksternal,

semakin mungkin mereka menerima perilaku peyimpangan dalam audit. Lokus

kendali dapat digunakan untuk memprediksi seseorang, lokus kendali yang

berbeda bisa mencerminkan motivasi dan kinerja yang berbeda. Dalam literatur

akuntansi lokus kendali ditunjukkan memegang peran penting dalam menjelaskan

perilaku akuntan dalam berbagai kondisi seperti penganggaran, pengambilan

keputusan dalam dilemma etis, penerimaan perilaku disfungsional (Donnelly, et

al., 2003).

2.1.9 Komitmen Profesional Auditor

Komitmen auditor terhadap profesinya merupakan faktor penting yang

bepengaruh terhadap perilaku auditor dalam melakukan tugas audit. Kartika dkk.

(2008:17) menjelaskan komitmen profesional merupakan tingkat loyalitas

individu pada profesinya seperti yang dipersepsikan oleh individu tersebut.

Komitmen profesional didasarkan pada premis bahwa individu membentuk suatu

kesetiaan terhadap profesi selama proses sosialisasi ketika profesi menanamkan

nilai-nilai dan norma-norma profesi (Wijayanti, 2008:24). Komitmen profesional

didefinisikan sebagai kekuatan relatif dari identifikasi dan keterlibatan individu

terhadap suatu profesi (Aranya dan Ferris, 1984).

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian ini menggunakan kajian teoritis dan kajian empiris. Kajian teoritis dalam penelitian

32

Komitmen seseorang terhadap profesinya diwujudkan dalam tiga

karakteristik berikut: 1) suatu penerimaan atas tujuan-tujuan dan nilai-nilai

profesi, 2) suatu kehendak yang kuat untuk melakukan usaha demi kepentingan

profesi, dan 3) suatu keinginan untuk memelihara dan mempertahankan

keanggotaan dalam profesi (Aranya dan Ferris, 1984). Dalam suatu asosiasi

profesi ditekankan adanya tingkat komitmen yang setinggi-tingginya yang

diwujudkan dengan kerja berkualitas sekaligus sebagai jaminan keberhasilan atas

tugas yang dihadapinya (Kartika, dkk., 2008:19). Hal ini membuat komitmen

profesional merupakan hal yang sangat penting bagi profesi akuntan publik,

karena mempengaruhi auditor dalam pengambilan keputusan terhadap perilaku

yang dijalankannya. Perbedaan dalam perilaku tidak etis yang dilakukan auditor

dapat diakibatkan perbedaan komitmen setiap auditor terhadap profesinya.

Pendidikan akuntan yang profesional tidak hanya menekankan pada skill dan

knowledge saja, akan tetapi juga memerlukan adanya komitmen profesional

(Indarto, 2011:10).

Mengacu pada keberadaan komitmen profesional yang ditemukan pada

profesi di luar akuntansi, Hall, et al. (2005) mengusulkan komitmen profesional

multidimensi pada profesi akuntansi. Ketiga dimensi tersebut adalah, komitmen

profesional afektif, komitmen profesional kontinu dan komitmen profesional

normatif . Komitmen profesional afektif berhubungan pada sejauh mana individu

ingin berada pada suatu profesi (Meyer, et al., 1993). Komitmen profesional

afektif merupakan keterikatan emosional individu terhadap profesinya yang

didasarkan atas identifikasi pada nilai dan tujuan profesi, serta keinginan untuk

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian ini menggunakan kajian teoritis dan kajian empiris. Kajian teoritis dalam penelitian

33

membantu profesi mencapai tujuan-tujuan tersebut (Meyer, et al., 1993).

Komitmen auditor terhadap profesinya dalam bentuk afektif dapat timbul sebagai

akibat pertukaran pengalaman positif yang dirasakan dari profesi atau

pengembangan keahlian profesional (Hall, et al., 2005). Komitmen profesional

kontinu berhubungan dengan sejauh mana individu tetap berada pada suatu

profesi (Hall, et al., 2005). Komitmen profesional kontinu merupakan bentuk

komitmen seseorang terhadap profesinya yang didasarkan pada pertimbangan

biaya yang terjadi jika seseorang meninggalkan profesi. Komitmen auditor

terhadap profesinya dalam bentuk kontinu dapat timbul karena individu auditor

membutuhkan investasi untuk memperoleh atau mendapatkan profesinya sebagai

auditor, dan investasi tersebut akan hilang jika mereka meninggalkan profesi

sebagai auditor, yang meliputi keahlian dibidang auditing, status, atau

penghargaan (Hall, et al., 2005). Komitmen profesional normatif merupakan

keterikatan individu dengan suatu profesi karena merasakan suatu kewajiban atau

tanggungjawab untuk tetap berada pada suatu profesi. Meyer, et al. (1993)

menyatakan komitmen profesional normatif berhubungan pada sejauh mana

individu meyakini bahwa mereka harus tetap berada pada suatu profesi.

Komitmen auditor terhadap profesinya dalam bentuk normatif dapat timbul ketika

auditor memperoleh manfaat yang signifikan dari suatu profesi, atau karena

adanya tuntutan dari kolega atau keluarga yang menekankan pentingnya tetap

berada pada profesi (Hall, et al., 2005).

Meskipun komitmen profesional multidimensi sudah diterima secara teoritis

dalam profesi akuntansi, namun masih jarang penelitian yang menguji validitas

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian ini menggunakan kajian teoritis dan kajian empiris. Kajian teoritis dalam penelitian

34

komitmen multidimensi pada profesi auditor di Indonesia. Smith dan Hall (2008)

menguji keberadaan komitmen profesional multidimensi dengan sampel akuntan

yang bekerja di kantor akuntan publik di Australia. Hasil penelitian mereka

menunjukkan, adanya dimensi terpisah komitmen profesional yaitu komitmen

profesional afektif, kontinu dan normatif. Penelitian ini merupakan replikasi dan

perluasan penelitian Smith dan Hall (2008). Replikasi dilakukan untuk menguji

keberadaan dimensi terpisah komitmen profesional pada profesi auditor di Indonesia,

sedangkan perluasannya adalah dengan menguji pengaruh dimensi komitmen

profesional terhadap perilaku audit disfungsional. Hasil penelitian ini diharapkan

dapat digunakan untuk menginterpretasikan kembali hasil-hasil penelitian

terdahulu tentang komitmen profesional yang bersifat unidimensional.

2.1.10 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya

Penelitian Weningtyas dkk. (2006:18) diketahui bahwa hanya 13%, yaitu

sebanyak 79 responden yang berasal dari KAP yang berada di Jawa tengah dan

Daerah Istimewa Yogyakarta yang melakukan penghentian prosedur audit.

Prosedur yang paling sering ditinggalkan menurut responden penelitian

Weningtyas dkk. (2006:18), adalah pemahaman terhadap bisnis klien. Pada

penelitian ini dapat dibuktikan hubungan yang signifikan antara tekanan waktu,

risiko audit, materialitas serta prosedur review dan kontrol kualitas terhadap

penghentian prosedur audit. Hasil dari penelitian Weningtyas dkk. (2006:18)

membuktikan bahwa tekanan waktu dan risiko audit berhubungan positif dengan

penghentian prosedur audit, sehingga semakin besar tekanan waktu dan risiko

audit yang dihadapi oleh auditor maka semakin besar pula kecenderungan auditor

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian ini menggunakan kajian teoritis dan kajian empiris. Kajian teoritis dalam penelitian

35

melakukan perilaku penghentian prosedur audit. Sedangkan materilitas serta

prosedur review dan kontrol kualitas berhubungan negatif terhadap perilaku

penghentian prosedur audit, sehingga semakin rendah materialitas serta prosedur

review serta kontrol kualitas maka perilaku penghentian prosedur audit semakin

rendah.

Hasil penelitian Indarto (2011) dengan jumlah responden sebanyak 71

auditor yang bekerja di KAP Semarang membuktikan bahwa prosedur yang paling

sering ditinggalkan adalah pengurangan jumlah sampel sedangkan prosedur yang

jarang ditinggalkan adalah prosedur konfirmasi. Hasil penelitian Indarto (2011)

membuktikan bahwa tekanan waktu dan risiko audit memiliki pengaruh positif

terhadap praktik penghentian prematur atas prosedur audit. Prosedur review dan

kontrol kualitas, komitmen organisasi, komitmen profesional, pengalaman audit,

dan kesadaran etis memiliki pengaruh negatif terhadap penghentian prematur atas

prosedur audit.

Penelitian Imam dkk. (2011:138) dengan jumlah responden 78 auditor dari

100 KAP yang berlokasi di DKI Jakarta dapat diketahui bahwa sebesar 37,98%

responden yang melakukan penghentian prematur atas prosedur audit.

memperoleh hasil bahwa materialitas berpengaruh terhadap pengehentian

prematur atas prosedur audit, sedangkan tekanan waktu, risiko audit, prosedur

review, kontrol kualitas dan komitmen profesional tidak memiliki pengaruh

terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Penelitian Kumalasari dkk.

(2013:38) meneliti pengaruh penghentian prematur atas prosedur audit di KAP

Surabaya membuktikan tekanan waktu dan materialitas berpengaruh positif

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian ini menggunakan kajian teoritis dan kajian empiris. Kajian teoritis dalam penelitian

36

terhadap pengehentian prematur atas prosedur audit. Temuan penelitian ini, risiko

audit memiliki pengaruh negatif sedangkan prosedur review dan kontrol kualitas

tidak memiliki pengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.

Penelitian tentang hubungan tekanan ketaatan, kompleksitas tugas dan

audit judgement dilakukan oleh Jamilah dkk (2007:17). Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa tekanan ketaatan berpengaruh secara signifikan terhadap

audit judgement sedangkan kompleksitas tugas tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap audit judgement. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Hartanto dkk. (2001:73) yaitu tekanan ketaatan berpengaruh

signifikan terhadap audit judgement (Lampiran 2).