26
8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Organisasi merniliki berbagai macam sumber daya sebagai input untuk diubah menjadi output berupa produk barang atau jasa. Sumber daya tersebut meliputi modal atau uang, teknologi untuk menunjang proses produksi, metode atau strategi yang digunakan untuk beroperasi, manusia dan sebagainya. Diantara berbagai macam sumber daya tersebut, manusia atau sumber daya manusia (SDM) merupakan elemen yang paling penting. Untuk merencanakan, mengelola dan mengendalikan sumber daya manusia dibutuhkan suatu alat manajerial yang disebut manajemen sumber daya manusia (MSDM). Berikut ini adalah beberapa definisi dari manajemen sumber daya manusia menurut beberapa ahli di bidang sumber daya manusia. Menurut Mangkunegara dalam (Hamali, 2018) mendefinisikan manajemen sumber daya manusia sebagai suatu perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pelakasanaan, dan pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Sedangkan menurut Armstrong dalam (Hamali, 2018) Manajemen sumber daya manusia adalah suatu pendekatan terhadap manajemen manusia, yang berdasarkan empat prinsip dasar. Pertama, sumber daya manusia adalah harta yang paling penting yang dimiliki oleh suatu organisasi, sedangkan manajemen yang efektif adalah kunci bagi keberhasilan organisasi tersebut. Kedua, keberhasilan ini sangat mungkin dicapai jika peraturan atau kebijaksanaan dan prosedur yang bertalian dengan manusia dari perusahaan tersebut saling berhubungan, dan memberikan sumbangan terhadap pencapaian tujuan perusahaan dan perencanaan strategis. Ketiga, kultur dan nilai perusahaan, suasana organisasi dan perilaku manajerial yag berasal dari kultur tersebut akan memberikan pengaruh yang besar terhadap hasil pencapaian yang terbaik. Kultur ini harus ditegakkan, yang berarti bahwa nilai organisasi perlu diubah atau ditegakkan, dan upaya yang terus-menerus

BAB II LANDASAN TEORI - Bina Sarana Informatika · 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Organisasi merniliki

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia

    2.1.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

    Organisasi merniliki berbagai macam sumber daya sebagai input untuk

    diubah menjadi output berupa produk barang atau jasa. Sumber daya tersebut

    meliputi modal atau uang, teknologi untuk menunjang proses produksi, metode atau

    strategi yang digunakan untuk beroperasi, manusia dan sebagainya. Diantara

    berbagai macam sumber daya tersebut, manusia atau sumber daya manusia (SDM)

    merupakan elemen yang paling penting. Untuk merencanakan, mengelola dan

    mengendalikan sumber daya manusia dibutuhkan suatu alat manajerial yang disebut

    manajemen sumber daya manusia (MSDM). Berikut ini adalah beberapa definisi dari

    manajemen sumber daya manusia menurut beberapa ahli di bidang sumber daya

    manusia.

    Menurut Mangkunegara dalam (Hamali, 2018) mendefinisikan manajemen

    sumber daya manusia sebagai suatu perencanaan, pengorganisasian,

    pengkoordinasian, pelakasanaan, dan pengawasan terhadap pengadaan,

    pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan, dan

    pemisahan tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

    Sedangkan menurut Armstrong dalam (Hamali, 2018) Manajemen sumber

    daya manusia adalah suatu pendekatan terhadap manajemen manusia, yang

    berdasarkan empat prinsip dasar. Pertama, sumber daya manusia adalah harta

    yang paling penting yang dimiliki oleh suatu organisasi, sedangkan

    manajemen yang efektif adalah kunci bagi keberhasilan organisasi tersebut.

    Kedua, keberhasilan ini sangat mungkin dicapai jika peraturan atau

    kebijaksanaan dan prosedur yang bertalian dengan manusia dari perusahaan

    tersebut saling berhubungan, dan memberikan sumbangan terhadap

    pencapaian tujuan perusahaan dan perencanaan strategis. Ketiga, kultur dan

    nilai perusahaan, suasana organisasi dan perilaku manajerial yag berasal dari

    kultur tersebut akan memberikan pengaruh yang besar terhadap hasil

    pencapaian yang terbaik. Kultur ini harus ditegakkan, yang berarti bahwa

    nilai organisasi perlu diubah atau ditegakkan, dan upaya yang terus-menerus

  • 9

    mulai dari puncak, sangat diperlukan agar kultur tersebut dapat diterima dan

    dipatuhi. Keempat, manajemen SDM berhubungan dengan integrasi

    menjadikan semua anggota organisasi tersebut terlibat dan bekerja sama

    untuk mencapai tujuan bersama.

    “Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu sistem yang bertujuan

    untuk memengaruhi sikap, perilaku, dan kinerja karyawan agar mampu memberikan

    kontribusi yang optimal dalam rangka mencapai sasaran-sasaran perusahaan”.

    Menurut (Suparyadi, 2015)

    Pengertian manajemen sumber daya manusia Menurut Dessler dalam

    (Sinambela, 2016) adalah, “kebijakan dari praktik yang dibutuhkan seseorang untuk

    menjalankan aspek “orang” atau SDM dari posisi seorang manajemen, meliputi

    perekrutan, penyaringan, pelatihan, pemberian imbalan, dan penilaian”.

    2.1.2. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

    Menurut (Suparyadi, 2015) Departemen SDM memiliki beberapa fungsi

    sebagai berikut:

    1. Fungsi staf

    Departemen SDM dibentuk guna mengelola sumber daya manusia organisasi,

    mulai dari perencanaan personal untuk melakukan seluruh pekerjaan yang

    diprogramkan oleh organisasi, rekrutmen dan penyeleksian, penempatan,

    pelatihan dan pengembangan, penilaian kinerja, pengelolaan karir karyawan,

    pemberian kompensasi dan manfaat lain kepada karyawan, serta

    mempertahankan dan memisahkan karyawan. Mengingat bahwa manajemen

    sumber daya manusia turut memberikan kontribusi dalam menentukan masa

    depan organisasi, dan pekerjaannya berkaitan secara langsung dengan seluruh

    fungsi organisasi, maka manajemen sumber daya manusia harus memahami

  • 10

    permasalahan SDM pada fungsi produksi, fungsi pemasaran, fungsi logistik, dan

    lain-lain. Dengan memahami permasalahan SDM pada semua fungsi organisasi,

    manajemen sumber daya manusia dapat lebih diharapkan untuk mampu

    memberikan dukungan personal yang tepat terhadap masing-masing fungsi

    tersebut. Pada gilirannya, dipandang dari segi personal, pelaksanaan masing-

    masing fungsi organisasi tersebut dapat lebih dipertanggungjawabkan, karena

    setiap pekerjaan dilaksanakan oleh personal yang berkompeten di bidangnya.

    Dalam rangka melaksanakan tanggung jawabnya ini, manajer SDM selalu

    menjalin hubungan, koordinasi, dan kerja sama dengan sesama staf dan dengan

    semua manajer lini dalam organisasi, dan juga dengan pihak-pihak terkait yang

    berada di luar organisasi sendiri. Manajer SDM juga memiliki tanggung jawab

    di bidang pelayanan, seperti pelayanan hukum, kesehatan, dan hal-hal lain yang

    terkait dengan kesejahteraan karyawan.

    2. Fungsi lini

    Manajer SDM sebagai pimpinan lembaga atau departemen SDM memiliki

    tanggung jawab sebagai manajer lini, sehingga dalam menjalankan tugas-

    tugasnya ke dalam lingkungan lembaga atau departemen SDM harus

    mengimplementasikan fungsi manajemen, yaitu melakukan perencanaan

    program-program departemen SDM, mengorganisasikan seluruh sumber daya

    yang dimiliki, memberikan arahan-arahan, melakukan koordinasi secara internal

    maupun eksternal, dan melakukan pengendalian dan pengawasan atas

    pelaksanaan tugas bawahannya. Manajer SDM harus memahami sepenuhnya

    spesifikasi dari setiap jenis pekerjaan yang menjadi tanggung jawab departemen

    SDM, sehingga mereka mengetahui secara tepat karakteristik karyawan seperti

    apa yang harus mereka miliki, dan melakukan evaluasi apakah semua

  • 11

    karyawannya telah bekerja dengan benar, serta memberikan umpan balik. Guna

    memberikan dukungan yang tepat tentang kebutuhan spesifikasi karyawan dari

    unit kerja lainnya dalam organisasi, manajer SDM bekerja sama dengan manajer

    lini lainnya untuk mendapatkan informasi tentang spesifikasi pekerjaan dan

    karakteristik individu yang diperlukan, berapa jumlah, dan kapan diperlukan.

    Sebagai manajer lini, ia juga memotivasi, memberikan supervisi teknis, memberi

    perhatian dan penghargaan kepada bawahan yang berprestasi, menjalin

    hubungan yang komunikatif dengan bawahannya, serta membantu karyawannya

    mengatasi masalah-masalah yang bersifat individual. Semua aktivitas manajer

    SDM dalam menjalankan fungsi lini departemen ini adalah dalam rangka

    memastikan bahwa departemen SDM telah bekerja secara benar, sesuai dengan

    strategi perusahaan, sehingga departemen SDM mampu memberikan kontribusi

    yang optimal untuk mencapai tujuan organisasi.

    2.1.3. Tanggung Jawab Manajemen Sumber Daya Manusia

    Tanggung Jawab MSDM Menurut (Sinambela, 2016) Manajemen sumber

    daya manusia (MSDM) atau Human Resource Management (HRM) adalah

    pendayagunaan individu untuk mencapai tujuan organisasi yang ditentukan.

    Konsekuensinya adalah manajer pada setiap level harus mencurahkan perhatiannya

    pada HRM. Artinya, semua manajer mendapatkan sesuatu yang dilakukan melalui

    usaha orang lain, ini memerlukan HRM efektif. Individu yang berurusan dengan

    masalah HR menghadapi banyak tantangan, yang berkisar dari angkatan kerja yang

    berubah secara konstan hingga regulasi pemerintah.

  • 12

    2.1.4. Peran Manajemen Sumber Daya Manusia

    Menurut (Suparyadi, 2015) Manajemen sumber daya manusia dapat

    memainkan peran di dalam manajemen sumber daya manusia strategis (sebagai mitra

    strategis), manajemen infrastruktur perusahaan (sebagai ahli administrasi),

    manajemen transformasi dan perubahan (sebagai agen perubahan), dan manajemen

    kontribusi karyawan (sebagai advokasi karyawan).

    Peran manajemen sumber daya manusia berlangsung sepanjang waktu,

    meskipun hal ini dimulai dari fungsi yang sepenuhnya bersifat administratif pada

    masa lalu, tetapi kini kebanyakan eksekutif mengetahui bahwa sebagian besar

    perannya adalah bersifat strategis. Bagaimanapun, evolusi ini telah mengakibatkan

    ketidaksesuaian antara keterampilan dan kecakapan yang dimiliki oleh karyawan

    dengan kebutuhan hal-hal baru yang terus berkembang. Evolusi dalam praktik-

    praktik manajemen sumber daya manusia akan berlangsung terus sejalan dengan

    perkembangan dari perubahan lingkungan strategis. Pada hakikatnya, manajemen

    sumber daya manusia pada perusahaan-perusahaan besar sedang mengalami proses

    transformasi untuk melaksanakan peran strategis baru ini sambil menyukseskan

    peran-peran lainnya.

    1. Mitra strategis

    Suatu peran yang paling penting yang dapat dimainkan oleh manajemen sumber

    daya manusia sekarang ini adalah sebagai mitra strategis. Keselarasan antara

    strategi manajemen sumber daya manusia dengan strategi perusahaan sangatlah

    penting agar strategi bisnis perusahaan dapat dilaksanakan dengan baik. Oleh

    karena itu, strategi manajemen sumber daya manusia harus selalu didasarkan

    pada strategi perusahaan. Misalnya ketika strategi bersaing yang ditetapkan oleh

  • 13

    perusahaan adalah diferensiasi, yang berarti perusahaan harus bekerja secara

    lebih efektif dan efisien sehingga untuk itu diperlukan pemanfaatan teknologi

    canggih, maka manajer SDM harus menetapkan strategi yang mampu merekrut

    karyawan dengan tingkat kecakapan yang tinggi. Guna mendapatkan karyawan

    dengan tingkat kecakapan yang tinggi, perusahaan antara lain dapat menerapkan

    strategi penawaran kompensasi yang lebih menarik daripada pesaing untuk

    jabatan-jabatan tertentu. Dengan strategi ini, dapat lebih diharapkan

    diperolehnya pelamar dalam jumlah banyak, sehingga peluang untuk

    mendapatkan calon karyawan dengan kualitas tinggi tidak hanya datang dari

    pelamar yang masih belum bekerja saja, tetapi sangat mungkin strategi ini juga

    menarik perhatian bagi individu yang telah bekerja pada perusahaan pesaing.

    2. Ahli administrasi

    Memainkan peran sebagai ahli administrasi menghendaki adanya perancangan

    dan pelaksanaan sistem manajemen sumber daya manusia yang efektif dan

    efisisen, termasuk di dalamnya adalah sistem perekrutan, seleksi, pelatihan dan

    pengembangan, pemberian penghargaan kepada karyawan, dan manajemen

    kinerja. Sistem manajemen yang efektif dan efisien memerlukan dukungan

    personel dengan kompetensi tertentu dan berpengalaman, penggunaan teknologi

    maju secara optimal, dan dalam praktik-praktik tertentu dapat melakukan

    outsourcing, misalnya untuk tes kesehatan, tes psikologi, pelatihan, pemberian

    gaji/upah latihan, pemberian gaji/upah, jasa di bidang hukum, dan lain-lain.

    Praktik outsourcing untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu seperti ini akan sangat

    membantu perusahaan secara efektif dan efisien, karena pekerjaan dilakukan

    oleh ahlinya. Perusahaan mendapatkan hasil pekerjaan yang terbaik tanpa harus

    menyediakan tenaga ahli dan peralatan yang intensitas penggunaannya sangat

  • 14

    rendah, tidak perlu memberikan gaji, tidak perlu menyediakan tempat dan

    memelihara peralatan, dan tidak perlu menanggung terjadinya risiko kerusakan

    dari peralatan tersebut sebagai akibat dari penggunaan atau penyimpanan yang

    terlalu lama.

    3. Advokasi karyawan

    Peran advokasi karyawan adalah mengelola komitmen dan kontribusi karyawan

    terhadap upaya pencapaian tujuan perusahaan. Karyawan pada tingkat apa pun,

    dan dengan keterampilan yang dimiliki seperti apa pun, tetapi apabila mereka

    marah atau kecewa, mereka tidak akan memberikan kontribusi secara optimal

    pada upaya mencapai tujuan perusahaan, atau mereka tidak akan lama tetap

    bersama perusahaan. Manajer SDM berkewajiban untuk mengelola bagaimana

    supaya karyawan tidak marah atau kecewa. Beberapa hal yang dapat menjadikan

    karyawan marah atau kecewa dan tidak memberikan kontribusi secara optimal

    pada upaya mencapai tujuan perusahaan atau mereka keluar dari perusahaan

    antara lain adalah adanya perlakukan yang tidak adil dalam praktik manajemen

    sumber daya manusia yang berhubungan langsung dengan tujuan individu

    karyawan (misalnya ketidakadilan dalam pemberian gaji/upah, promosi), dan

    yang berhubungan dengan motivasi karyawan (misalnya tentang perhatian

    pimpinan, pemberdayaan, partisipasi, atau pelibatan dalam aktivitas perusahaan,

    pujian, dan penghargaan). Keadilan merupakan nilai yang bersifat universal dan

    sangat mendasar, yang dimiliki oleh setiap individu. Setiap individu ketika

    merasa diperlakukan tidak adil oleh perusahaan, setidaknya mereka akan kecewa

    dan mungkin sangat marah, yang selanjutnya sikap ini dapat dimanifestasikan ke

    dalam berbagai bentuk perlawanan terhadap ketidakadilan tersebut. Ketika

    terdapat karyawan yang mengalami masalah dalam pekerjaan atau masalah

  • 15

    pribadi, tetapi pimpinannya tidak memberikan perhatian atau bantuan dalam

    memecahkan masalah tersebut, maka karyawan tersebut akan kecewa atau

    marah. Dengan demikian, praktik peran advokasi karyawan ini setidaknya dalam

    hal-hal tertentu dapat diantisipasi, misalnya melalui suatu perencanaan program

    upah/gaji yang adil, dan promosi yang tepat, jujur, dan adil yang mampu

    memberikan kepuasan kepada karyawan. Dalam kenyataannya, terdapat

    sebagian perusahaan yang tidak memerhatikan aspek-aspek kejujuran dan

    keadilan yang terkait dengan tujuan-tujuan dan harapan-harapan, serta motivasi

    karyawan, walaupun mereka memahami dan menyadari bahwa sangat penting

    bagi perusahaan untuk memperoleh keunggulan bersaing melalui karyawan.

    2.2. Rekrutmen dan Seleksi

    2.2.1. Pengertian Rekrutmen

    Kegiatan rekrutmen harus di dasarkan pada perencanaan sumber daya

    manusia, karena dalam rencana tersebut telah ditetapkan berbagai persyaratan yang

    harus dipenuhi oleh orang-orang yang ingin bekerja dalam organisasi yang

    bersangkutan. Berikut adalah beberapa definisi dari Rekrutmen menurut beberapa

    ahli di bidang Sumber Daya Manusia.

    Menurut (Suparyadi, 2015) mengemukakan bahwa “Perekrutan adalah suatu

    proses mendapatkan sejumlah tenaga kerja yang memenuhi persyaratan tertentu yang

    diperlukan oleh organisasi untuk mengisi lowongan jabatan tertentu”.

    Sedangkan menurut Gomes dalam (Hamali, 2018) mengemukakan bahwa,

    “Rekrutmen adalah proses mencari, menemukan, dan menarik para pelamar untuk

    dipekerjakan dalam dan oleh suatu organisasi”

  • 16

    Menurut Sangeetha dalam (Aziz, Maarif, & Sukmawati, 2017)

    mendefinisikan rekrutmen sebagai “proses identifikasi dan perekrutan kandidat

    terbaik dan berkualitas tinggi (dari dalam maupun luar organisasi) pada waktu yang

    tepat dan biaya yang efektif”.

    Kegiatan rekrutmen Menurut (Sinambela, 2016) merupakan “salah satu

    kegiatan yang sangat penting dalam manjemen SDM, mengingat keberhasilan

    pelaksanaan kegiatan ini akan menghasilkan SDM yang berkualitas sebagaimana

    diharapkan.”

    Rekrutmen merupakan jumlah dan kategori pegawai yang diperlukan yang

    ditetapkan dalam perencanaan pegawai atau pengelolaan SDM secara formal.

    Rekrutmen disusun melalui perencanaan rekrutmen yang tereperinci, dan

    disajikan persyaratan jabatan dalam bentuk kebutuhan yang dimaksudkan

    untuk pegawai yang akan mengisi lowongan baru, atau karena ada pegawai

    yang mengundurkan diri atau pensiun, dan atau karena ekspansi terhadap area

    atau wilayah kerja yang baru sehingga membutuhkan pegawai baru. Tuntutan

    jangka pendek menempatkan SDM dalam tekanan untuk memberikan calon

    pegawai secara cepat. Persyaratan yang ditetapan dalam bentuk deskripsi

    pekerjaan atau profil peran dan spesifikasi pegawai ini memberikan informasi

    yang diperlukan untuk menyusun iklan, posting lowongan di internet, agen

    pelatihan atau konsultan perekrutan, dan menilai calon dengan cara

    wawancara dan tes seleksi, menurut Amstrong dalam (Sinambela, 2016).

    Adapun menurut Handoko dalam (Kurnia & Santoso, 2018) “Rekrutmen

    merupakan proses pencarian dan “pemikatan” para calon pekerja (pelamar) yang

    mampu untuk melamar sebagai pekerja”.

    Sedangkan menurut Filippo dalam (Jimmy, 2014) mendefinisikan rekrutmen

    sebagai berikut, “Penarikan calon pegawai/tenaga kerja adalah proses pencarian

    tenaga kerja yang dilakukan secara seksama, sehingga dapat merangsang mereka

    untuk mau melamar jabatan-jabatan tertentu yang ditawarkan oleh organisasi”.

    2.2.2. Pengertian Seleksi

  • 17

    Karyawan adalah aset utama dari setiap perusahaan, karena peranan mereka

    sangat menentukan berhasil tidaknya perusahaan dalam mencapai tujuan. Setiap

    perusahaan harus selalu berusaha memperoleh dan menempatkan karyawan yang

    qualified pada setiap jabatan dan pekerjaan supaya pelaksanaan pekerjaan lebih

    berdaya guna dan berhasil guna. Berikut ini adalah beberapa definisi dari Seleksi

    menurut beberapa ahli di bidang Sumber Daya Manusia.

    Menurut (Suparyadi, 2015) mendefinisikan bahwa, “Seleksi merupakan suatu

    proses untuk memilih calon karyawan yang memiliki kesesuaian antara karakteristik

    individu dengan spesifikasi pekerjaan yang akan dipangkunya”.

    Sedangkan menurut Mundandar dalam (Sinambela, 2016) berpendapat

    bahwa, seleksi adalah suatu rekomendaasi atau suatu keputusan untuk

    menerima atau menolak seseorang calon untuk pekerjaan tertentu berdasarkan

    suatu dugaan tertentu tentang kemungkinan-kemungkinan dari calon untuk

    menjadi tenaga kerja yang berhasil pada pekerjaannya.

    Proses seleksi menurut (Widodo, 2015) mendefinisikan bahwa adalah

    kegiatan mengumpulkan informasi untuk menentukan siapa yang akan

    dipekerjakan atau diterima sebagai karyawan perusahaan, dengan mengacu

    kepada rencana SDM perusahaan, spesifikasi jabatan, ketentuan hukum,

    prosedur yang berlaku, dan juga kepentingan calon karyawan itu sendiri.

    Seleksi menurut (Jimmy, 2014) adalah Rangkaian kegiatan yang dilakukan

    oleh perusahaan atau organisasi untuk dapat mengambil keputusan tentang

    siapa-siapa dari calon pegawai yang paling tepat (memenuhi syarat) untuk

    bisa diterima menjadi pegawai dan siapa-siapa yang seharusnya ditolak untuk

    diterima menjadi pegawai.

    Menurut (Atikawati, 2016) seleksi merupakan bagian materi dari operasional

    manajemen sumber daya manusia yaitu pengadaan (procurement), sedangkan

    pengadaan itu sendiri terdiri dari: perencanaan, perekrutan, seleksi,

    penempatan, dan produksi. Proses seleksi merupakan tahap-tahap khusus

    yang digunakan untuk memutuskan pelamar mana yang akan diterima. Proses

    tersebut dimulai ketika pelamar kerja dan diakhiri dengan keputusan

    penerimaan. Proses seleksi merupakan pengambilan keputusan bagi calon

    pelamar untuk diterima atau tidak.

    2.2.3. Metode Perekrutan

    Menurut (Suparyadi, 2015) mengemukakan 2 (dua) metode perekrutan yaitu:

  • 18

    1. Media tradisional

    Iklan yang menggunakan media seperti koran, majalah, jurnal profesi, radio,

    televisi, dan billboard mengkomunikasikan kebutuhan-kebutuhan tenaga kerja

    dari perusahaan-perusahaan kepada masyarakat secara umum. Artinya

    jangkauan liputannya luas, dan khusus untuk media koran dan radio memerlukan

    biaya yang relatif rendah. Radio dan televisi miliki jangkauan yang paling luas,

    namun sasaran iklannya tidak fokus sehingga kurang menarik perhatian pelamar

    khusus (yang diinginkan oleh perusahaan) secara langsung. Pelamar yang

    diinginkan oleh perusahaan mengetahui adanya iklan lowongan kerja mungkin

    karena secara kebetulan mendengar dari radio atau melihat di televisi atau diberi

    tahu oleh orang lain. Akan tetapi, perusahaan dapat membidik sasaran iklan

    secara lebih fokus melalui koran atau majalah tertentu untuk calon pelamar yang

    memiliki kompetensi tertentu. Koran Kompas dibaca oleh kalangan menengah

    atas, sangat cocok untuk memasang iklan guna mendapatkan calon manajer.

    Majalah bisnis SWA merupakan salah satu media yang cocok untuk memasang

    iklan guna mendapatkan manajer pemasaran. Majalah wanita Kartini cocok

    untuk memasang iklan guna mendapatkan karyawan wanita dengan kompetensi

    tertentu untuk posisi eksekutif perusahaan.

    2. Perekrutan online

    Kemajuan teknologi informasi telah sangat membantu mempercepat proses

    perekrutan dan juga percarian pekerjaan. Melalui internet, perusahaan dapat

    dengan mudah memperoleh informasi tentang pencari kerja berikut kompetensi

    yang dimilikinya sehingga dalam waktu yang singkat perusahaan dapat

    menghubungi pencari kerja tersebut. Dewasa ini tidak semua pelamar merasa

    perlu mencari kerja melalui lembaga pemerintah atau agen swasta di bidang

  • 19

    tenaga kerja, tetapi mereka rajin mencari informasi secara langsung melalui

    internet. Perekrutan online merupakan cara yang lebih efektif dan lebih efisien

    daripada semua media perekrutan tradisional karena internet memiliki jangkauan

    yang lebih luas (seluruh dunia). Para pengguna internet adalah mereka yang

    sudah akrab dengan teknologi informasi, dapat diakses sewaktu-waktu, dan tidak

    dibatasi oleh lamanya waktu (sedangkan radio dan televisi dapat diakses dalam

    waktu terbatas baik frekuensi maupun durasinya) sehingga waktu perekrutan

    lebih cepat dan biaya lebih murah.

    2.2.4. Proses Rekrutmen

    Model Proses Perekrutan Menurut Noe dalam (Suparyadi, 2015) dapat dilihat

    pada gambar II.1 di bawah ini:

    Sumber: (Suparyadi, 2015)

    Gambar II.1

    Model Proses Perekrutan

    Empat tahapan rekrutmen pegawai yang dilakukan secara tradisional menurut

    (Sinambela, 2016) yaitu:

    1. Tahapan Pertama, yaitu memperjelas posisi untuk diisi melalui perekrutan

    Pengusaha bertindak sesuai dengan filosofi yang berbeda dari rekrutmen.

    Spesifikasi jabatan

    yang lowong Karakteristik

    tenaga kerja

    Perekrut Kebijakan

    personel

    Sumber

    perekrutan

    Jabatan

    yang

    lowong

  • 20

    Terdapat pandangan yang berfilosofi bahwa perekrutan perlu dilakukan secara

    terus-menerus, untuk mendapatkan SDM yang berkualifikasi maksimal, tanpa

    mempertimbangkan adanya kekosongan posisi tertentu. Selain itu, terdapat pula

    pandangan bahwa perekrutan harus dilakukan dengan sangat selektif dan hanya

    diperlukan untuk mengisi posisi lowongan yang kosong. Dalam hal ini,

    diperlukan kejelian dan keterampilan dalam pengambilan keputusan bagi

    manajer, agar keputusan yang diambil berdasarkan visi dan kebutuhan

    pengembangan SDM organisasi.

    2. Tahap Kedua, yaitu memeriksa dan memperbaharui uraian pekerjaan, serta

    spesifikasi pekerjaan untuk posisi yang dibutuhkan. Kesuksesan dalam proses

    dalam deskripsi pekerjaan akan mempermudah pelamar untuk memahami

    pekerjaan. Spesifikasi pekerjaan menggambarkan kualifikasi yang dibutuhkan.

    Tanpa deskripsi dan spesifikasi kerja, praktisi SDM tidak dapat melakukan

    saringan terhadap lamaran yang ada.

    3. Tahap Ketiga, yaitu mengidentifikasi sumber-sumber dari pelamar yang

    memenuhi syarat. Rekrutmen merupakan tahap yang terkait dengan langkah ini.

    Dalam arti luas, pelamar dapat berasal dari dalam (internal) atau luar organisasi

    (external). Sumber-sumber lamaran tersebut, tentu perlu dipertimbangkan sesuai

    dengan kebutuhan dan tujuan organisasi.

    4. Tahap Keempat, yaitu memilih cara komunikasi yang paling efektif untuk

    menarik pelamar yang memenuhi syarat. Langkah ini biasanya melibatkan

    organisasi pemasaran. Praktisi SDM perlu melakukan komunikasi yang akrab

    dengan sumber-sumber pelamar kerja, antara lain bisa dilakukan dalam bursa

    kerja, kunjungan ke kampus, open house recruitment, presentasi kepada

  • 21

    kelompok-kelompok sasaran, pegawai yang magang, dan program kerja sama

    antara lembaga pendidikan dan organisasi (link and match).

    Organisasi harus menemukan cara untuk membangun pemahaman bahwa

    organisasinya merupakan tempat yang baik untuk bekerja. Pendekatan khusus dalam

    rekrutmen bisa dilakukan juga dalam dunia maya dengan website yang mampu

    menjangkau pelamar dari berbagai lokasi geografis. Dengan melakukan posting

    lowongan pekerjaan di internet sehingga kebutuhan pegawai yang berkualifikasi

    global dapat dipenuhi oleh organisasi. Namun, penerapan SDM berbasis dunia maya

    tersebut, perlu dikelola dengan profesional, yang melibatkan para profesional di

    bidangnya.

    2.2.5. Proses Seleksi

    Proses seleksi yang standar secara berturut-turut mengikuti sebuah prosedur

    tujuh langkah, yang dikemukakan oleh Wendell L. French dalam (Hamali, 2018).

    Prosedur tujuh langkah dalam proses seleksi tersebut adalah:

    Tabel II.1

    Proses Seleksi

    PROSEDUR TUJUAN TINDAKAN DAN

    KECENDERUNGAN

    1. Lamaran Kerja Lengkap

    Menunjukkan jabatan yang diinginkan

    pelamar, memberikan informasi untuk

    wawancara.

    Meminta hanya informasi yang

    perlu untuk menduga keberhasilan

    karyawan.

    2. Wawancara Penyaringan

    Awal

    Membuat penilaian secara cepat

    terhadap kelayakan pelamar.

    Mengemukakan pernyataan

    tentang pengalaman, gaji yang

    diharapkan, kesediaan untuk

    dipindahkan, dan sebagainya.

    3. Testing Mengukur keterampilan kerja calon dan kemampuan untuk belajar bagi

    karyawan.

    Bisa mencakup perangkat lunak

    testing komputer, analisis tulisan

    tangan, test lie detector (poligrafi)

    dan analisis rutin.

    4. Penyelidikan Latar Belakang

    Menelusuri kebenaran resume

    pelamar atau formulir lamaran.

    Menghubungi bekas penyelia

    pelamar (dengan izin) dan

    mengkonfirmasikan informasi

    pelamar.

    5. Wawancara untuk Seleksi

    Mendalam

    Mengetahui lebih banyak lagi tentang

    pelamar sebagai individu.

    Dilakukan oleh manajer kepada

    siapa pelamar harus melapor.

  • 22

    6. Pemeriksaan Fisik

    Memastikan pelaksanaan yang efektif

    oleh pelamar, melindungi karyawan

    lain dari penyakit menular, menyusun

    catatan kesehatan pelamar,

    melindungi perusahaan terhadap

    tuntutan kompensasi karyawan yang

    berlebihan.

    7. Penawaran Karyawan

    Mengisi lowongan karyawan atau

    jabatan.

    Menawarkan gaji beserta

    tunjangan.

    Sumber: Wendell L. French dalam (Hamali, 2018)

    Langkah-langkah dalam proses seleksi karyawan pada umumnya juga bisa

    dilakukan sebagai berikut menurut Manulang dalam (Hamali, 2018):

    1. Pengisian Formulir

    Pada fase pertama ini, calon-calon karyawan diminta oleh perusahaan (Bagian

    SDM) mengisi formulir isian, yang memuat keterangan-keterangan mengenai

    hal-hal sebagai berikut:

    a. Keterangan pengenal, seperti nama, alamat, dan nomor telepon.

    b. Keterangan perorangan, seperti status nikah, umur, tanggungan keluarga,

    jumlah saudara, dan tempat tinggal.

    c. Keterangan fisik, seperti tinggi dan berat badan dan riwayat kesehatan.

    d. Pendidikan.

    e. Pengalaman bekerja.

    f. Keterangan lain-lain seperti hobi, keaggotaan dalam organisasi, dan

    sebagainya.

    2. Tes Psikologi

    Fase kedua adalah proses menyeleksi karyawan dengan seleksi psikologis.

    Seleksi psikologis meskipun sudah diterapkan pada perusahaan-perusahaan

    modern di negara yang sudah maju, namun masih terbatas pemakaiannya di

    negara-negara yang sedang berkembang. Hal ini terutama disebabkan oleh hal-

    hal sebagai berikut:

  • 23

    a. Kenyataan menunjukkan bahwa seleksi psikologi itu adalah alat teknis

    tinggi, yang hanya bernilai pada mereka yang terlatih/ahli.

    b. Tidak tersedianya tenaga-tenaga ahli untuk menerapkannya, terlebih dalam

    perusahaan kecil.

    c. Umumnya para calon karyawan memandang tes psikologis itu dengan

    penuh prasangka.

    d. Belum dapat dibuktikan manfaatnya dengan sejelas-jelasnya.

    3. Wawancara

    Fase selanjutnya adalah calon karyawan diwawancara, yaitu diadakan

    wawancara antara seorang pewawacara yang terlatih dengan calon karyawan.

    Pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah dipersiapkan

    terlebih dahulu, dengan maksud untuk mengetahui apakah calon karyawan itu

    memiliki kualifikasi-kualifikasi yang tercantum dalam analisis jabatan pada

    jabatan yang akan diduduki karyawan.

    4. Referensi

    Fase terakhir adalah meminta referensi dari calon karyawan, yang bertujuan agar

    calon karyawan menunjukkan beberapa orang, baik karyawan perusahaan

    ataupun orang-orang di luar perusahaan yang dapat memberikan keterangan

    tentang diri pelamar, baik tentang pribadinya, pengalamannya, baik keterangan

    berupa lisan maupun tulisan.

    2.2.6. Tujuan Rekrutmen

    Menurut (Suparyadi, 2015) Perekrutan harus dirancang dengan benar agar

    mendapatkan personel yang diperlukan. Dengan demikian, perekrutan dapat

    dimaknai memiliki tujuan sebagai berikut:

  • 24

    1. Mendapatkan tenaga kerja dalam jumlah tertentu.

    2. Mendapatkan tenaga kerja yang memiliki karakteristik yang sesuai dengan

    spesifikasi pekerjaannya.

    3. Memastikan bahwa seluruh posisi jabatan yang lowong dapat diisi oleh orang

    yang tepat.

    4. Menjaminnya organisasi mampu mencapai tujuannya walaupun tingkat

    persaingan makin tinggi.

    2.2.7. Tujuan Seleksi

    Menurut (Suparyadi, 2015), Setiap proses, termasuk seleksi dan penempatan,

    harus memiliki tujuan yang jelas. Tujuan yang jelas itu akan mampu memandu tim

    bagaimana seharusnya melaksanakan semua peraturan, prosedur, dan kriteria yang

    sudah dibakukan itu secara baik dan benar, sehingga dapat diperoleh hasil yang

    optimal. Beberapa tujuan dari seleksi dan penempatan adalah:

    1. Untuk memperoleh orang yang tepat guna menduduki posisi jabatan yang tepat

    Seluruh anggota tim harus memahami dan melaksanakan secara konsisten

    spesifikasi pekerjaan (job specification) dari jabatan yang lowong, yang

    implementasinya adalah menemukan pelamar mana yang memiliki ilmu

    pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang sesuai dengan spesifikasi

    jabatan atau pekerjaan tersebut. Informasi tentang hal ini dapat diperoleh dari

    surat lamaran berikut lampirannya, semua hasil tes, dan wawancara yang

    dilakukan oleh tim.

    2. Untuk memperkirakan kinerja pelamar

    Orang yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang

    sesuai dengan spesifikasi pekerjaan belum tentu memiliki kinerja yang tinggi.

  • 25

    Masih diperlukan tolak ukur lain guna memperkirakan tingkat kinerja pelamar,

    yaitu motivasinya untuk melamar pekerjaan, harapan-harapan terhadap

    pekerjaan dan organisasi, nilai-nilai budaya yang dianut, dan kerja samanya

    dengan rekan kerja, atasan, maupun bawahan.

    3. Menjaga reputasi organisasi

    Setiap organisasi atau perusahaan selalu berusaha untuk menjaga nama baik atau

    citranya, sebab nama baik atau citra merupakan gambaran secara umum

    seberapa baik organisasi atau perusahaan itu. Citra berkorelasi dengan

    kepercayaan masyarakat pengguna terhadap suatu organisasi atau perusahaan,

    yaitu apabila citra sebuah organisasi atau perusahaan itu buruk maka masyarakat

    tidak mau mengonsumsi atau menggunakan produk dari organisasi atau

    perusahaan itu. Oleh karena itu, organisasi atau perusahaan sangat berhati-hati

    dalam menerima karyawan baru dengan cara mempelajari rekam jejak dari para

    pelamar.

    4. Optimalisasi investasi

    Pelamar yang diterima menjadi pegawai akan terlibat dalam kontrak psikologis

    dengan perusahaan, yaitu perusahaan akan memberikan sejumlah kompensasi

    tertentu kepada karyawan, dan untuk itu karyawan harus memberikan kontribusi

    tertentu kepada organisasi melalui pelaksanaan pekerjaan dengan kinerja yang

    optimal. Dalam bisnis, setiap rupiah yang dikeluarkan oleh perusahaan harus

    diperhitungkan sebagai investasi. Kompensasi yang diberikan kepada karyawan

    itu merupakan bagian dari investasi, dan oleh karena itu kompensasi itu harus

    mendapatkan imbalan yang menguntungkan perusahaan. Dengan demikian,

    proses seleksi harus dilaksanakan dengan sebaik mungkin agar memperoleh

    orang yang tepat untuk menduduki posisi jabatan yang tepat sehingga investasi

  • 26

    yang ditanamkan oleh perusahaan (yang berbentuk kompensasi) itu dapat

    memberikan keuntungan bagi perusahaan.

    Menurut (Suparni, 2017) Tujuan seleksi adalah untuk mencocokan orang dengan

    pekerjaannya secara benar, jikalau individu atau calon kandidat dalam beberapa

    sebab tidak sesuai dengan pekerjaan maupun organisasi, kemungkinan akan

    angkat kaki dari perusahaan.

    2.2.8. Hambatan Rekrutmen

    Kendala yang terjadi pada saat perekrutan dapat muncul dari organisasi,

    perekrutan, serta lingkungan eksternal. Menurut Simamora dalam (Sinambela, 2016)

    menyatakan bahwa kendala yang lazim dijumpai dalam rekrutmen yaitu:

    1. Karakteristik Organisasional. Karakteristik organisasional mempengaruhi desain

    dan implementasi sistem rekrutmen. Sebagai contoh, organisasi yang

    menekankan pengambilan keputusan secara tersentralisasi lebih siap menerima

    keputusan manajer seputar aktivitas rekrutmen dan pemilihan kelompok

    pelamar.

    2. Citra Organisasi. Pelamar kerja biasanya tidak berminat dalam mencari lapangan

    kerja di dalam organisasi tertentu. Artinya, citra organisasi hendaknya

    dipertimbangkan pula sebagai kendala yang potensial. Apabila citra organisasi

    yang diperoleh buruk, kemungkinan untuk memikat banyak pelamar akan

    berkurang.

    3. Kebijakan Organisasional. Hal yang dimaksud dengan kebijakan di sini hal ini

    adalah aturan dasar yang bersifat umum dengan memberikan kerangka dasar

    sebagai acuan dalam mengambil keputusan bagi organisasi. Informasi analisis

    jabatan dan perencanaan kepegawaian mengarahkan perekrutan dalam

  • 27

    mengambil keputusan mengenai sumber dan saluran rekrutmen yang tepat, serta

    mengevaluasi proses rekrutmen. Kebijakan rekrutmen organisasi juga

    mengarahkan perekrut dalam membuat keputusan penarikan. Berbagai macam

    kebijakan yang dapat mempengaruhi perekrutan sebagai berikut.

    a. Kebijakan promosi internal. Kebijakan promosi internal dimaksudkan untuk

    menawarkan kesempatan pertama atas lowongan kerja kepada pegawai

    internal saat ini yang ada. Kebijakan untuk lebih mengutamakan promosi dari

    internal akan dapat meningkatkan motivasi kerja dan memperkuat komitmen

    organisasi pegawai karena mereka lebih diperhatikan. Sebaiknya, apabila

    selalu mengandalkan dari eksternal maka demotivasi yang terjadi bagi

    pegawai.

    b. Kebijakan kompensasi. Organisasi bersama dengan departemen SDM

    biasanya menetapkan kisaran gaji untuk pekerjaan yang berbeda guna

    memastikan gaji dan upah yang adil. Biasanya, perekrut tidak mempunyai

    otoritas untuk melebihi kisaran gaji yang sudah dipatok sebelumnya, paling

    hanya bermain di angka interval yang ditentukan organisasi. Misalnya,

    apabila ditentukan kompensasi organisasi bagi seorang lulusan Sarjana adalah

    Rp 6.000.000,00 sampai dengan Rp 10.000.000,00. Untuk itu, perekrut yang

    ditunjuk harus dapat menekan kompensasi sampai dengan Rp 6.000.000,00

    dan paling besar adalah Rp 10.000.000,00

    c. Kebijakan status kepegawaian. Beberapa organisasi menganut kebijakan

    pengangkatan pegawai paruh waktu dan pegawai sementara. Bahkan dewasa

    ini banyak menggunakan pegawai kontrak atau outsourching. Sebenarnya,

    kebijakan outsourching tidak disukai oleh calon pelamar, mengingat tidak ada

    kepastian pengangkatannya sebagai pegawai tetap. Meskipun demikian, bagi

  • 28

    sebagian kecil khususnya bagi calon yang mempunyai kualifikasi dan

    spesialisasi yang ‘langka’ justru yang diinginkan adalah kondisi seperti ini

    karena mereka mempunyai daya tawar yang tinggi dan dapat meminta

    penyesuaian kontrak sesuai dengan keinginan mereka.

    d. Kebijakan pengangkatan internasional. Kebijakan bisa saja menghendaki

    lowongan kerja asing harus diisi oleh pegawai lokal. Meskipun demikian,

    penggunaan pegawai local akan mengurangi biaya relokasi bagi pegawai

    asing, mengurangi kemungkinan nasionalisasi organisasi, dan seandainya

    manajemen puncak dipegang oleh staf lokal sehingga akan meredam tudingan

    eksploitas ekonomi. Akan tetapi, dengan adanya pasar tenaga internasional

    (MEA) membuat perpindahan tenaga kerja dari suatu negara ke negara kain

    semakin kuat dan tak bisa dibendung.

    4. Rencana Strategik dan Rencana SDM. Rencana strategik (strategic plans)

    menunjukkan arah organisasi dan menetapkan jenis tugas, serta pekerjaan yang

    perlu dilaksanakan. Rencana SDM menguraikan pekerjaan mana yang harus

    diisi dengan merekrut secara eksternal dan secara internal. Sebagaimana telah

    dijelaskan di atas, penentuan internal versus eksternal memiliki kekuatan dan

    kelemahan tersendiri. Sebaiknya, diperhatikan kondisi organisasi ketika

    perekrutan dilaksanakan. Apabila kondisi organisasi dalam keadaan normal dan

    memiliki SDM yang variatif sebaiknya mengutamakan internal. Sebaliknya,

    apabila organisasi dalam kondisi banyak konflik dan saling curiga maka

    eksternal yang lebih diprioritaskan.

    5. Kebiasaan Perekrut. Kesukaan perekrut di masa lalu dapat berubah menjadi

    kebiasaan. Artinya, kebiasaan dapat menghilangkan keputusan yang

    memerlukan waktu dengan jawaban yang sama. Meskipun demikian, kebiasaan

  • 29

    dapat pula meneruskan kesalahan di masa lalu atau menghindari alternatif yang

    lebih efektif.

    6. Kondisi Eksternal. Kondisi pasar pegawai merupakan faktor utama dalam

    lingkungan eksternal yang mempengaruhi penarikan. Batasan-batasan dari

    pemerintah dan serikat pekerja juga mempengaruhi rekrutmen. Contohnya, upah

    minimun regional (UMR), anti diskriminasi dan larangan mempekerjakan anak-

    anak di bawah umur. Lingkungan perekonomian sangat berpengaruh dan perlu

    dicermati dalam perencanaan SDM. Artinya, sikap sosial terhadap jenis

    lapangan kerja tertentu dapat pula mempengaruhi penawaran pegawai.

    7. Daya tarik pekerjaan. Seandainya, posisi yang akan diisi bukanlah pekerjaan

    yang menarik, perekrutan sejumlah pelamar yang berbobot akan menjadi tugas

    yang sulit. Setiap pekerjaan yang dianggap membosankan, berbahaya,

    menimbulkan kegelisahan, bergaji rendah, atau tidak memiliki potensi promosi

    jarang yang mampu memikat banyak pelamar.

    8. Persyaratan Pekerjaan. Organisasi menawarkan sebuah pekerjaan dengan

    imbalan dan persyaratan tertentu, dan memiliki ekspektasi tertentu pula

    mengenai tipe pegawai yang sedang dicari. Pelamar mempunyai kemampuan

    dan minat yang ditawarkan, serta mencari pekerjaan yang memenuhi

    pengharapannya. Kecocokan terjadi manakala ada kaitan yang memadai dari dua

    pengharapan ini (organisasi dan pelamar). Proses rekrutmen biasanya

    membutuhkan beberapa modifikasi dan kompromi di kedua belah pihak.

    2.2.9. Hambatan Seleksi

  • 30

    Menurut Badriyah dalam (Sinambela, 2016) hambatan pelaksanaan seleksi

    disebabkan yang diseleksi adalah manusia yang memiliki pikiran, dinamika, dan

    harga diri. Berikut ini berbagai hambatan yang dimaksud diantaranya:

    1. Tolak ukur, hal yang dimaksud dengan tolak ukur adalah kesulitan yang

    dihadapi dalam menentukan standar yang tepat digunakan dalam mengukur

    kejujuran, kesetiaan, komitmen sangatlah sulit memperoleh alat ukur yang valid

    dan reliabel, mengingat jika mengukur hal tersebut dibutuhkan pengamatan

    dalam waktu yang cukup panjang.

    2. Penyeleksi hambatan penyeleksi adalah kesulitan mendapatkan penyeleksi yang

    professional, jujur dan objectif melaksanakan tugasnya. Hal ini dibutuhkan

    untuk melaksan tugasnya sesuai dengan tuntutan organisasi.

    3. Persepsi tentang seleksi. Hakikat seleksi tidak semua mempersepsikan sama,

    Dalam hal ini terdapat kesenjangan persepsi antara manajemen dengan

    penyeleksi yang ditugaskan sehingga penerapan prinsip-prinsip seleksi tidak

    dapat dilakukan dengan baik dan benar.

    4. Hasil seleksi versus pembiayaan. Manajemen mengharapkan hasil seleksi yang

    objektif dilakukan, tetapi tidak memfasilitasi pembiayaan yang diajukan.

    Semakin objectif hasil peniliaian yang dilaksanakan maka semakin

    membutuhkan biaya, tenaga, dan waktu yang lebih besar.

    5. Kejujuran pelamar. Dalam hal ini, pelamar memperoleh hambatan dengan

    memberikan jawaban yang jujur. Pada umumnya, pelamar akan memberikan

    jawaban tentang yang baik-baik saja akan dirinya, sedangkan yang kurang baik

    umumnya akan disembunyikan dengan rapat.

    2.2.10. Sumber-Sumber Rekrutmen

  • 31

    Menurut (Suparyadi, 2015) Sumber perekrutan merupakan aspek penting

    dalam proses perekrutan, karena sumber ini dapat memengaruhi bagaimana

    mengomunikasikan lowongan pekerjaan yang ada, tipe orang yang merespons

    advertensi tentang lowongan pekerjaan tersebut, dan peluang untuk mendapatkan

    sejumlah pelamar yang diharapkan.

    1. Sumber dari dalam organisasi

    Perekrutan dari dalam organisasi memiliki beberapa keuntungan yaitu organisasi

    yang sudah mengetahui rekam jejak karyawan dengan lebih baik sehingga dapat

    memilih personel dengan tingkat akurasi yang tinggi, organisasi tidak perlu

    mengeluarkan biaya perekrutan, dan perekrutan dapat dilakukan dalam waktu

    yang cepat. Sumber dari dalam sudah diketahui rekam jejak dan karakteristik

    individu yang dimilikinya oleh organisasi, mereka juga sudah memahami

    strategi organisasi, lingkungan kerjanya, budaya organisasi, tuntutan pekerjaan,

    dan telah memiliki jaringan dengan rekan atau unit kerja dalam organisasi.

    Dengan karakteristik individu seperti ini, perekrutan dengan mendayagunakan

    sumber internal akan dapat dilakukan dengan cepat, efektif, dan efisien.

    2. Sumber dari luar organisasi

    Apabila perekrutan dilakukan dengan menarik personal dari luar mungkin

    mereka hanya memiliki satu kelebihan dari sumber internal, yaitu tingkat

    kompetensi yang lebih baik. Meskipun demikian, sumber eksternal ini tidak

    memiliki hal-hal yang telah dimiliki oleh sumber internal tersebut di atas. Di

    samping itu, organisasi juga belum mengetahui karakteristik individu mereka

    secara menyeluruh, misalnya nilai-nilai budaya yang dianutnya, perangainya,

    kecakapan hubungan antarpribadinya, motivasi, pengalaman, dan harapannya

    pada organisasi. Organisasi dapat memperoleh pelamar dari berbagai sumber

  • 32

    eksternal, seperti dari lembaga pemerintah, agen tenaga kerja swasta, perguruan

    tinggi, sekolah kejuruan, atau pelamar individu yang datang sendiri atau karena

    direkomendasikan oleh orang lain. Sumber perekrutan seperti agen tenaga kerja

    swasta, perguruan tinggi, dan sekolah kejuruan biasanya dapat memberikan

    informasi secara lebih spesifik dan cepat apakah dapat memenuhi permintaan

    tenaga kerja dengan kompetensi tertentu atau tidak, sedangkan sumber lain

    memiliki tenaga kerja dengan kompetensi yang lebih beragam.

    2.2.11. Syarat-Syarat Seleksi

    Menurut (Jimmy, 2014) Seleksi yang baik senantiasa diusahakan sedemikian

    rupa, sehingga mempunyai penilaian yang seobjektif mungkin. Dengan demikian,

    apapun keputusan yang dibuat organisasi mempunyai dampak positif bagi seluruh

    pihak yang berkepentingan dengan masalah penerimaan pegawai.

    1. Seleksi harus selalu dihubungkan dengan job analysis

    Jika sasaran akhir dari seleksi adalah untuk memperoleh pegawai yang paling

    memenuhi syarat, maka syarat tersebut seyogyanya secara jelas teruraikan dalam

    uraian jabatan, spesifikasi jabatan, dan standar jabatan. Dengan demikian, tolak

    ukur untuk melakukan penilaian adalah bukan pada nilai pribadi selektor (orang

    yang menyeleksi), tetapi pada hal yang lebih objektif lagi, yaitu pada jabatan itu

    sendiri. Berdasarkan analisis jabatan, bagian kepegawaian dari suatu organisasi

    dapat menentukan secara tepat aspek-aspek apa yang perlu diketahui, jenis

    seleksi atau tes-tes apa yang perlu dilalui oleh setiap pelamar agar bisa

    memenuhi tuntutan dari jabatan yang ditawarkan kepadanya. Jika hal tersebut

    dapat dilaksanakan, akan bisa mengurangi penilaian yang sifatnya terlalu

    subjektif terhadap para pelamar. Seorang pelamar ditolak atau diterima

  • 33

    berdasarkan penilaian yang sama, yaitu dari uraian jabatan, spesifikasi jabatan,

    dan standar jabatan.

    2. Reliabilitas

    Umumnya proses seleksi dilakukan melalui serangkaian kegiatan ujian. Suatu

    alat penguji yang baik adalah alat uji yang artinya memiliki derajat/tingkat

    konsistensi yang relatif tinggi. Ini berarti apabila seorang pelamar diuji lebih dari

    satu kali dengan suatu alat uji yang sama, maka hasilnya harus tetap sama (tidak

    berbeda dalam artian jauh sekali).

    3. Validitas

    Di samping reliabilitas, alat uji juga harus absah (valid). Hal ini berarti bahwa

    setiap alat uji hendaknya dirancang sesuai dengan suatu tujuan tertentu. Validitas

    berarti hasil uji secara signifikan dihubungkan dengan performance jabatan atau

    dengan kriteria-kriteria lainnya yang relevan. Makin kuat hubungan hasil tes

    dengan performance, makin efektif pula pengujian tersebut sebagai alat untuk

    menyeleksi. Bila hasil uji dengan performance tidak berhubungan, pengujian

    tersebut tidak valid dan sebaliknya tidak digunakan untuk menyeleksi. Untuk

    mengukur tingkat kecerdasan diperlukan suatu alat ukur yang berbeda dengan

    alat ukur yang tujuannya untuk mengukur sikap.