29
10 10 BAB II LANDASAN TEORI A. Latar Belakang Adanya metode Activity Based Costing Sistem Activity Based Costing timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan infromasi akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi sumber data dalam berbagai aktivitas untuk menghasilkan produk secara akurat. Hal ini didorong oleh: 1. Persaingan global yang tajam yang memaksa perusahaan untuk cost effective. Cost Effective merupakan salah satu evaluasi ekonomi alternative untuk membandingkan antar biaya dan manfaat (effect), biaya pada nilai mata uang sedangkan effect pada nilai fisik dari program tertentu. 2. Teknologi manufaktur yang maju (Advance manufacturing technology) yang menyebabkan proporsi biaya overhead pabrik dalam biaya produksi (product cost) menjadi lebih tinggi dari biaya pokok (primary cost). 3. Adanya strategi perusahaan yang menerapkan strategi berbasis pasar (market diven strategy). Market diven strategy merupakan suatu pelaksanaan strategi untuk mendapatkan infrmasi tentang potensi pasar sebagai basis informasi bagi pemilihan, perumusan dan penerapan

BAB II LANDASAN TEORI A. Latar Belakang Adanya metode …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2185/2/BAB II.pdf · A. Latar Belakang Adanya metode Activity Based Costing Sistem Activity

  • Upload
    lamdung

  • View
    220

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Latar Belakang Adanya metode …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2185/2/BAB II.pdf · A. Latar Belakang Adanya metode Activity Based Costing Sistem Activity

10

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Latar Belakang Adanya metode Activity Based Costing

Sistem Activity Based Costing timbul sebagai akibat dari kebutuhan

manajemen akan infromasi akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi

sumber data dalam berbagai aktivitas untuk menghasilkan produk secara

akurat. Hal ini didorong oleh:

1. Persaingan global yang tajam yang memaksa perusahaan untuk cost

effective. Cost Effective merupakan salah satu evaluasi ekonomi

alternative untuk membandingkan antar biaya dan manfaat (effect),

biaya pada nilai mata uang sedangkan effect pada nilai fisik dari

program tertentu.

2. Teknologi manufaktur yang maju (Advance manufacturing technology)

yang menyebabkan proporsi biaya overhead pabrik dalam biaya

produksi (product cost) menjadi lebih tinggi dari biaya pokok (primary

cost).

3. Adanya strategi perusahaan yang menerapkan strategi berbasis pasar

(market diven strategy). Market diven strategy merupakan suatu

pelaksanaan strategi untuk mendapatkan infrmasi tentang potensi pasar

sebagai basis informasi bagi pemilihan, perumusan dan penerapan

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Latar Belakang Adanya metode …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2185/2/BAB II.pdf · A. Latar Belakang Adanya metode Activity Based Costing Sistem Activity

11

11

strategi untuk mendapatkan keunggulan dalam pemasaran. Jadi, dalam

keputusan bisnis harus dimulai dengan pemahaman tujuan yang jelas

baik itu konsumen maupun pesaing.

B. Akuntansi Biaya (Cost Accounting)

Akuntansi biaya adalah bagian dari akuntansi manajemen dimana

merupakan slah satu dari bidang khusus akuntansi yang menekankan pada

penentuan dan pengendalian biaya. (Firdaus dan Wasillah 2009 dalam

Widayanti, 2013).

Akuntansi biaya (cost accounting) berhubungan dengan penetapan

dan pengendalian biaya. Pengumpuan dan analisis data biaya, baik biaya

yang telah terjadi mapun yang akan terjadi, digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam penyusunan program perhitungan biaya dimasa yang

akan datang.

Akuntansi biaya menghasilkan informasi biaya untuk memenuhi

berbagai macam tujuan. Untuk tujuan penentuan harga pokok produksi,

akuntansi biaya menyajikan biaya yang telah terjadi dimasa yang lalu. Untuk

tujuan pengendalian biaya, akuntansi biaya menyajikan informasi biaya yang

diperkirakan akan terjadi dengan biaya yang sesungguhnya terjadi, kemudian

menyajikan analisis terhadap penyimpangannya. Untuk tujuan pengambilan

keputusan khusus, akuntansi biaya menyajikan biaya yang relevan dengan

keputusan yang akan diambil dan biaya yang relevan dengan pengambilan

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Latar Belakang Adanya metode …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2185/2/BAB II.pdf · A. Latar Belakang Adanya metode Activity Based Costing Sistem Activity

12

12

keputusan khusus ini selalu berhubungan dengan biaya masa yang akan

datang (Widayanti, 2013).

Akuntansi biaya adalah akuntansi yang berkaitan dengan proses

terjadinya biaya sehingga dapat memberikan pandangan komperhensif

tentang semua kegiatan dalam perusahaan baik penggunaan sumber daya

(resources) maupun laba dan sebagainya. (Kuswadi, 2005).

Selain neraca, kita bisa melihat perhitungan laba rugi melalui angka-

angka pendapatan dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam akuntansi

keuangan (financial accounting), sedangkan dengan akuntansi biaya dan

sistem biaya (accounting system) kita dapat melihat lebih jauh tentang

perician total biaya dan biaya-biaya aktual tertentu. (Kuswadi, 2005).

Dengan ini akuntasi biaya, manajemen perusahaan akan mengetahui

dengan jelas beberapa hal berikut:

1. Besar biaya produksi yang tercakup dalam harga penjualan.

2. Struktur biaya untuk setiap jenis produk yang dihasilkan.

3. Perbandingan biaya dan waktu untuk produk-produk yang dihasilkan.

4. Struktur biaya untuk setiap produk yang dihasilkan.

5. Membuat perkiraan-perkiraan untuk keperluan tender dan sebagainya.

Selain itu, dengan akuntansi biaya, perusahaan juga dapat dengan mudah

mengetahui dan melaksanakan hal-hal berikut:

1. Pembebanan biaya pada bagian-bagian yang berkaitan.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Latar Belakang Adanya metode …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2185/2/BAB II.pdf · A. Latar Belakang Adanya metode Activity Based Costing Sistem Activity

13

13

2. Membandingkan biaya aktual dengan anggaran yang telah ditetapkan

sebelumnya.

3. Tempat-tempat terjadinya pemborosan, hambatan-hambatan dan

sebagainya.

4. Efisiensi, baik yang berkaitan dengan material, buruh mapun hal lain.

5. Menentukan unsure biaya tetap dan biaya variabel.

C. Konsep Biaya dan Klasifikasi Biaya

1. Konsep Biaya

Sebelum membahas tentang proses penentuan biaya, baiknya

kita melihat beberapa defenisi mengenai biaya (cost).

Menurut Kuswadi, (2005) “Biaya adalah semua pengeluaran untuk

mendapatkan barang atau jasa dari pihak ketiga. Barang atau jasa dapat

dijual kembali, baik yang berkaitan dengan usaha pokok perusahaan

maupun tidak. Dalam perhitungan laba rugi, besarnya biaya ini akan

mengurangi laba atau menambah rugi perusahaan”.

Pada dasarnya, perhitungan biaya mempunyai empat tujuan pokok,

yaiut menilai persediaan, menghitung laba, dan untuk maksud

perencanaan dan pengendalian. (Kuswadi, 2005).

Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan

untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan member manfaat

saat ini atau dimasa yang akan datang bagi organisasi. Dikatakan

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Latar Belakang Adanya metode …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2185/2/BAB II.pdf · A. Latar Belakang Adanya metode Activity Based Costing Sistem Activity

14

14

sebagai ekuivalen kas karena sumber non kas dapat ditukar dengan

barang atau jasa yang diinginkan. Jadi, kita dapat menganggap biaya

sebagai ukuran dollar dari sumber daya yang digunakan untuk

mencapai keuntungan tertentu. (Hansen dan Mowen, 2005 dalam

Widayanti, 2013).

Biaya (cost) merupakan suatu sumber daya yang akan

dikorbankan (sacrifed) atau dilepaskan (forgone) untuk mencapai

tujuan tertentu. (horngren, Datar dan Foster 2005 : 34 dalam Anisa,

2014).

Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam

satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi

untuk mencapai tujuan tertentu. (Mulyadi, 2005 dalam Ricky, 2016).

Berdasarkan beberapa pengertian biaya di atas, dapat

disimpulkan bahwa biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi

berupa barang dan jasa yang diukur dalam satuan uang dengan tujuan

untuk memperoleh suatu manfaat yaitu peningkatan laba dimasa

mendatang.

2. Klasifikasi Biaya

Menurut (Mulyadi, 2009:13-16 dalam Widayatni, 2013), penggolongan

atau pengklasifikasian biaya dapat dilakukan berdasarkan:

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Latar Belakang Adanya metode …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2185/2/BAB II.pdf · A. Latar Belakang Adanya metode Activity Based Costing Sistem Activity

15

15

a. Objek Pengeluaran

Biaya dapat digolongkan atas dasar objek yang dibiayai. Contoh

penggolongan biaya atas dasar objek pengeluaran pada perusahaan

kertas adalah sebagai berikut: biaya merang, biaya jerami, biaya

gaji dan upah, biaya soda, biaya depresiasi mesing, biaya asuransi,

biaya bunga dan biaya zat warna.

b. Fungsi dalam Perusahaan

Penggolongan biaya ini dihubungkan dengan fungsi-fungsi yang

ada dalam perusahaan. Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga

fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran dan fungsi

administrasi dan umum. Biaya-biaya tersebut terdiri dari:

1) Biaya Produksi

Biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi

produk jadi yang siap untuk dijual. Contohnya adalah biaya

depresiasi mesin dan equipment, biaya bahan baku, biaya gaji

karyawan baik yang langsung maupun tidak langsung.

2) Biaya Pemasaran

Biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan

pemasaran produk. Contohnya dalah biaya iklan, biaya

promosi, biaya gaji karyawan bagi kegiatan pemasaran.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Latar Belakang Adanya metode …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2185/2/BAB II.pdf · A. Latar Belakang Adanya metode Activity Based Costing Sistem Activity

16

16

3) Biaya administrasi dan umum

Biaya-biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan produksi dan

pemasaran produk. Contohnya adalah biaya gaji karyawan

bagian keuangan, akuntansi, personalia dan bagian hubungan

masyarakat, biaya pemeriksaan akuntan serta biaya fotokopi.

c. Hubungan biaya dengan produk yang dibiayai

1) Biaya Produksi Langsung

Biaya yang sejak terjadinya sudah mempunyai hubungan sebab

akibat dengan kesatuan produk yang dibiayai. Apabila biaya

ini tidak terjadi maka tidak akan ada produk yang dihasilkan.

Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja adalah biaya

produksi langsung.

2) Biaya Produksi Tidak Langsung

Biaya produksi yang tidak mempunyai hubungan sebab akibat

dengan kesatuan produk yang dibiayai. Biaya ini pasti terjadi

meskipun tidak ada produk yang dihasilkan. Biaya produksi

tidak langsung disebut juga Biaya Overhead Pabrik (BOP).

d. Penggolongan Biaya Menurut Perilakunya dalam Hubungannya

dengan Perubahan Volume Aktivitas

Biaya-biaya ini terdiri dari:

1) Biaya Variabel

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Latar Belakang Adanya metode …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2185/2/BAB II.pdf · A. Latar Belakang Adanya metode Activity Based Costing Sistem Activity

17

17

Biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan

perubahan volume kegiatan.

2) Biaya Semi Variabel

Biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume

kegiatan.

3) Biaya Semifixed

Biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan

berubah dengan jumlah konstan pada volume produksi

tertentu.

4) Biaya Tetap

Biaya yang jumlah totalnya tetap pada kisaran volume kegiatan

tertentu.

e. Penggolongan Biaya Atas Dasar Jangka Waktu Manfaatnya

Biaya-biaya ini digolongkan menjadi:

1) Pengeluaran Modal (Captal Expendi Tures)

Biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode

akuntansi. Contohnya adalah pengeluaran untuk pembelian

aktiva tetap.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Latar Belakang Adanya metode …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2185/2/BAB II.pdf · A. Latar Belakang Adanya metode Activity Based Costing Sistem Activity

18

18

2) Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditures)

Biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode

akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Contohnya adalah

biaya iklat, biaya telex dan biaya tenaga kerja.

D. Metode Akuntansi Biaya Tradisional

Akuntansi biaya tradisional adalah akuntansi biaya yang dirancang

berdasarkan kondisi perusahaan manufaktur dengan teknologi yang bersifat

mekanik. Dengan perkembangan pesat pemanfaatan komputer dalam

perancangan, pengujian rancangan dan pengendalian proses pengolahan

produk, kondisi pabrik modern dipenuhi dengan otomatisasi yang

menggunakan komputer sebagai pengendali utama berbagai mesin dan

peralatan produksi. Kondisi pabrik modern menjadi sanga berlainan dengan

kondisi pabrik yang dirancang pada jaman revolusi industri. Dengan

perubahan drastis kondisi pabrik-prabik modern, informasi biaya yang

dihasilkan oleh akuntansi biaya tradisional tidak lagi mampu menggambarkan

konsum sumber daya dalam proses pembuatan produk. (Anisa, 2014).

Metode akuntansi biaya tradisional yang menggunakan pemandu

biaya yang berhubungan dengan volume produksi beranggapan bahwa biaya-

biaya akan meningkat secara proposional dengan besarnya volume output.

Sistem ini tidak dapat menjelaskan mengapa biaya-biaya produksi semakin

meningkat dengan hasil yang semakin beragam. Metode akuntansi biaya

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Latar Belakang Adanya metode …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2185/2/BAB II.pdf · A. Latar Belakang Adanya metode Activity Based Costing Sistem Activity

19

19

tradisional rentan akan kelemahan yang dapat mengakibatkan untuk

pembuatan keputusan terdistorsi. Metode ini cenderung mengandalkan

alokasi tingkat unit. Akibatnya produk dibebani oleh sumber daya yang tidak

digunakan. (Widayanti, 2013).

Defenisi sistem akuntansi biaya tradisional menurut (William K.

Carter dan Milton F. Usri 2006: 496 dalam Widayanti 2013) menyatakan

bahwa perhitungan biaya tradisional hanya menelusuri biaya bahan baku

langsung dan biaya tradisional hanya menelusuri biaya bahan baku langsung

dan biaya tenaga kerja langsung ke setiap unit output. Sedangkan menurut

(Ray H. Garrison dan Eric W. Noreen 2006: 293 dalam Widayanti 2013)

bahwa dalam biaya akuntansi tradisional hanya biaya produksi yang

dibebankan ke produk, bahkan biaya produksi yang tidak disebabkan oleh

produk. Jadi, dapat disimpulkan bahwa akuntansi biaya tradisional

merupakan penentuan cost produk dengan fokus ke biaya produksi.

E. Kelemahan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional

Menurut Mulyadi dan Johny (2001:404-405) ada beberapa kelemahan dalam

sistem biaya tradisional, yaitu :

1. Hanya menggunakan biaya tenaga kerja langsung sebagai dasar untuk

mengalokasikan biaya overhead pabrik dari pusat biaya kepada produk

dan jasa. Hal ini menimbulkan suatu kegagalan dalam menyerap

konsumsi overhead yang benar menurut produk dan jasa individual.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Latar Belakang Adanya metode …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2185/2/BAB II.pdf · A. Latar Belakang Adanya metode Activity Based Costing Sistem Activity

20

20

2. Hanya dasar alokasi yang berkaitan dengan volume yang digunakan

untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik dari pusat biaya kepada

produk dan jasa. Maksudnya yaitu membagi biaya overhead ke dalam

unit, sehingga biaya-biaya yang timbul tidak dapat tertelusur dan juga

tidak dapat menemukan cara untuk mengurangi biaya karena produk

dan jasa yang dihasilkan berdasarkan kuantitas.

3. Pusat biaya terlalu besar. Sistem tradisional terutama memfokuskan

pada kinerja keuangan jangka pendek, sehingga sistem tradisional ini

jika digunakan untuk penetapan harga dan untuk mengidentifikasi

produk dan jasa yang menguntungkan, angka-angkanya tidak dapat

diandalkan.

4. Tidak memperdulikan biaya pemasaran. Akuntansi biaya dalam sistem

tradisional ini hanya sedikit memperdulikan biaya pemasaran, sehingga

manajemen tidak memperoleh informasi biaya yang memungkinkan

bagimana manajemen untuk menganalisis profitabilitas saluran

distribusi, metode pemasaran, jumlah order, daerah pemasaran dan

sebagainya.

Distorsi dari penggunaan sistem akuntansi tradisional dimulai ketika cost

driver berdasarkan unit tidak mampu untuk membebankan biaya overhead

secara tepat, yaitu proporsi biaya overhead yang tidak berhubungan dengan

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Latar Belakang Adanya metode …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2185/2/BAB II.pdf · A. Latar Belakang Adanya metode Activity Based Costing Sistem Activity

21

21

unit terhadap total biaya dan tingkat diversitas produk (Supriyono,

1994:227).

Menurut Supriyono (2001:36) ada 2 macam distorsi biaya yaitu:

1. Biaya yang terlalu rendah (under costed) untuk produk yang bervolume

kecil.

2. Biaya yang terlalu tinggi (over costed) untuk produk yang bervolume

besar.

Sistem akuntansi biaya tradisional tidak dapat menjelaskan hubungan sebab

akibat antara biaya yang dibebankan dengan sumber daya yang sebenarnya

dikonsumsi.

Sistem tradisional tidak hanya secara sistematis mendistorsi biaya produk.

Informasi yang terdistorsi juga mengakibatkan tidak tepatnya perencanaan,

pengendalian biaya dan pembuatan keputusan yang dilakukan oleh

manajemen, sehingga dapat meningkatkan pemborosan dan kerumitan dalam

produksi.

F. Pengertian Activity Based Costing System

Activity Based Costing merupakan sistem yang menerapkan konsep-

konsep akuntansi aktivitas untuk menghasilkan perhitungan harga pokok

yang lebih akurat. Namun, dari prespektif manajerial, sistem Activity Based

Costing tidak hanya menawarkan lebih dari sekedar informasi biaya produk

yang akurat akan tetapi juga menyediakan informasi tentang biaya dan kinerja

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Latar Belakang Adanya metode …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2185/2/BAB II.pdf · A. Latar Belakang Adanya metode Activity Based Costing Sistem Activity

22

22

dari aktivitas dan sumber daya serta dapat menelusuri biaya-biaya secara

akurat ke objek biaya selain produk, misalnya pelanggan dan saluran

distribusi. Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas merupakan pendekatan

perhitungan biaya yang membebankan biaya sumber daya ke objek biaya

seperti produk, jasa, atau pelanggan berdasarkan aktivitas yang dilakukan

untuk objek biaya tersebut.

Garrison dan Norren (2000: 148) mendefenisikan “activity based costing

adalah sistem perhitungan harga pokok produksi yang dirancang untuk

menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk pembuatan keputusan

strategi dan keputusan lain yang mempengaruhi kapasitas dan biaya tetap.”

Dasar pemikiran pendekatan perhitungan harga pokok produksi berdasarkan

aktivitas ini adalah bahwa produk atau jasa perusahaan merupakan hasil dari

aktivitas dan aktivitas tersebut menggunakan sumber daya yang

menyebabkan timbulnya biaya. Biaya dari sumber daya dibebankan ke

aktivitas berdasarkan aktivitas yang menggunakan atau mengkonsumsi

sumber daya (penggerak konsumsi sumber daya) dan biaya dari aktivitas

dibebankan ke objek biaya berdasarkan aktivitas yang dilakukan untuk objek

biaya berdasarkan aktivitas yang dilakukan untuk objek biaya (penggerak

konsumsi akitivitas). Activity Based Costing mengakui hubungan sebab akibat

atau hubungan langsung antara biaya sumber daya, penggerak biaya,

aktivitas, dan objek biaya dalam membebankan biaya pada aktivitas dan

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Latar Belakang Adanya metode …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2185/2/BAB II.pdf · A. Latar Belakang Adanya metode Activity Based Costing Sistem Activity

23

23

kemudian pada objek biaya. Activity Based Costing membebankan biaya

overhead ke objek biaya seperti produk atau jasa dengan mengidentifikasi

sumber daya dan aktivitas juga biaya serta jumlah yang dibutuhkan untuk

memproduksi output. Dengan menggunakan penggerak biaya konsumsi

sumber daya, perusahaan menentukan biaya sumber daya yang dikonsumsi

oleh aktivitas atau pusat aktivitas (tempat penampungan biaya aktivitas) dan

menghitung biaya dari suatu unit aktivitas. Kemudian perusahaan

membebankan biaya dari suatu aktivitas atau pusat aktivitas ke produk jadi

dengan mengalihkan biaya dari setiap aktivitas dengan jumlah aktivitas yang

dikonsumsi oleh setiap objek biaya.

Activity Based Costing diimplementasikan dalam sejumlah

perusahaan, dan manajer yang familiar dengan metode Activity Based Costing

dapat mengelola biaya-biaya dengan lebih baik. Activity Based Costing

menyediakan tidak hanya data biaya yang relatif akurat tapi juga informasi

mengenai asal biaya. Biaya-biaya dipertahankan melalui penghapusan

aktivitas tidak bernilai tambah, pengembangan proses dan outsourcing.

Dengan demikian, manajemen dapat mempertahankan bahkan meningkatkan

mutu produk atau jasa dengan tetap berfokus pada pengurangan biaya.

Menurut Hansen dan Mowen (2004: 232) manfaat dari Activity Based Costing

adalah sebagai berikut:

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Latar Belakang Adanya metode …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2185/2/BAB II.pdf · A. Latar Belakang Adanya metode Activity Based Costing Sistem Activity

24

24

1. Menyajikan biaya produk lebih akurat dan informatif, yang mengarahkan

pengukuran profitabilitas produk lebih akurat terhadap keputusan stratejik,

tentang harga jual, lini produk, pasar, dan pengeluaran modal.

2. Pengukuran yang lebih akurat tentang biaya yang dipicu oleh aktivitas,

sehingga membantu manajemen meningkatkan nilai produk (product

value) dan nilai proses (process value).

3. Memudahkan memberikan informasi tentang biaya relevan untuk

pengambilan keputusan.

Kelemahan dari sistem activity based costing ini adalah sebagai berikut:

1. Alokasi, beberapa biaya dialokasikan secara sembarangan, karena sulitnya

menemukan aktivitas biaya tersebut. Contoh: pembersihan pabrik dan

pengelolaan proses produksi.

2. Mengabaikan biaya-biaya tertentu yang diabaikan dari analisis. Contoh:

iklan, riset, pengembangan, dan sebagainya.

3. Pengeluaran dan waktu yang dikonsumsi. Selain memerlukan biaya yang

mahal juga memerlukan waktu yang cukup lama.

G. Konsep-Konsep Activity Based Costing System

Activity Based Costing System adalah suatu sistem akuntasi yang

terfokus pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan

produk/jasa. Activity Based Costing menyediakan informasi perihal aktivitas-

aktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas-

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Latar Belakang Adanya metode …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2185/2/BAB II.pdf · A. Latar Belakang Adanya metode Activity Based Costing Sistem Activity

25

25

aktivitas tersebut. Aktivitas adalah setiap kejadian atau kegiatan yang

merupakan pemicu biaya (cost driver) yakni, bertindak sebagai faktor

penyebab dalam pengeluaran biaya dalam organisasi. Aktivitas-aktivitas ini

menjadi titik perhimpunan biaya. Dalam sistem Activity Based Costing, biaya

ditelusuri ke aktivitas dan kemudian ke produk. Sistem Activity Based

Costing mengasumsikan bahwa aktivitas-aktivitaslah yang mengkonsumsi

sumber daya dan bukannya produk.

Ada dua dimensi sistem Activity Based Costing menurut Hansen dan Mowen

(2004: 392), yaitu:

1. Dimensi biaya (cost dimension), menyediakan informasi biaya mengenai

sumber daya, aktivitas-aktivitas, produk, dan pelanggan (dari objek biaya

lainnya yang mungkin menjadi perhatian perusahaan).

2. Dimensi proses (process dimension), menyediakan informasi mengenai

aktivitas apa yang dilakukan, mengapa, dan sebaik apa aktivitas tersebut

dilakukan. Dimensi ini memungkinkan perusahaan melakukan

peningkatan-peningkatan kinerja yang berkesinambungan dengan

mengukur hasilnya.

H. Syarat Penerapan Activity Based Costing

Menurut Supriyono (2001: 246), dalam penerapannya penentuan harga pokok

dengan menggunakan sistem Activity Based Costing mensyaratkan tiga hal:

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Latar Belakang Adanya metode …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2185/2/BAB II.pdf · A. Latar Belakang Adanya metode Activity Based Costing Sistem Activity

26

26

1. Perusahaan mempunyai tingkat diversifikasi yang tinggi. Sistem Activity

Based Costing menyaratkan bahwa perusahaan memproduksi beberapa

macam produk atau lini produk yang diproses dengan menggunakan

fasilitas yang sama. Kondisi yang demikian tentunya akan menimbulkan

masalah dalam membebankan biaya ke masing-masing produk.

2. Tingkat persaingan industri yang tinggi, yaitu terdapat beberapa

perusahaan yang menghasilkan produk yang sama atau sejenis, maka

perusahaan akan semakin meningkatkan persaingan untuk memperbesar

pasarnya. Semakin besar tingkat persaingan maka semakin penting peran

informasi tentang harga pokok dalam mendukung pengambilan keputusan

manajemen.

3. Biaya overhead lebih dominan dibandingkan biaya tenaga kerja langsung.

Sistem Activity Based Costing akan kehilangan relevansinya bila biaya

tenaga kerja langsung lebih dominan dibandingkan dengan biaya

overhead, karena penggunaan akuntansi biaya tradisionalpun akan lebih

akurat.

Menurut Supriyono (2001: 247), ada dua hal mendasar yang harus dipenuhi

sebelum kemungkinan penerapan metode Activity Based Costing, yaitu:

1. Biaya berdasarkan non unit harus merupakan persentase yang signifikan

dari biaya overhead. Jika hanya terdapat biaya overhead yang dipengaruhi

hanya oleh volume produksi dari keseluruhan overhead pabrik maka jika

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Latar Belakang Adanya metode …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2185/2/BAB II.pdf · A. Latar Belakang Adanya metode Activity Based Costing Sistem Activity

27

27

digunakan akuntansi biaya tradisionalpun informasi biaya yang dihasilkan

masih akurat sehingga penggunaan sistem Activity Based Costing

kehilangan relevansinya. Artinya Activity Based Costing akan lebih baik

diterapkan pada perusahaan yang biaya overheadnya tidak hanya

dipengaruhi oleh volume produksi saja.

2. Rasio konsumsi antara aktivitas berdasarkan unit dan berdasarkan non unit

harus berbeda. Jika rasio konsumsi antar aktivitas sama, itu artinya semua

biaya overhead yang terjadi bisa diterangkan dengan satu pemicu biaya.

Pada kondisi ini penggunaan sistem Activity Based Costing justru tidak

tepat karena sistem Activity Based Costing hanya dibebankan ke produk

dengan menggunakan pemicu biaya baik unit maupun non unit (memakai

banyak cost driver). Apabila berbagai produk rasio konsumsinya sama,

maka sistem akuntansi biaya tradisional atau sistem Activity Based Costing

membebankan biaya overhead dalam jumlah yang sama. Jadi perusahaan

yang produksinya homogen (diversifikasi paling rendah) mungkin masih

dapat menggunakan sistem tradisional tanpa ada masalah.

I. Cost Driver

Menurut Warindrani (2006:28) pengertian cost driver atau pemicu

biaya adalah dasar alokasi yang digunakan dalam Activity Based Costing

System yang merupakan faktor-faktor yang menentukan seberapa besar atau

seberapa banyak usaha dan beban kerja yang dibutuhkan untuk

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Latar Belakang Adanya metode …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2185/2/BAB II.pdf · A. Latar Belakang Adanya metode Activity Based Costing Sistem Activity

28

28

melakukansuatu aktivitas. Cost driver digunakan untuk menghitung biaya

sumber dari setiap unit aktivitas. Kemudian setiap biaya sumber daya

dibebankan ke produkatau jasa dengan mengalihkan biaya setiap aktivitas

dengan kuantitas setiap aktivitas yang dikonsumsikan pada periode tertentu.

Cost driver adalah kejadian atau aktivitas yang menyebabkan atau berakibat

keluarnya biaya. Dalam Activity Based Costing sistem, hal terpenting adalah

mengidentifikasikan cost driver.

Cost driver merupakan faktor-faktor yang menyebabkan biaya aktivitas, cost

driver faktor yang dapat diukur yang digunakan untuk membebankan biaya

ke aktivitas dan dari aktivitas satu ke aktivitas lainnya.

Cost driver adalah penyebab terjadi biaya, sedangkan aktivitas adalah

merupakan dampak yang ditimbulkannya. Dalam sistem biaya Activity Based

Costing digunakan beberapa macam pemicu biaya sedangkan pada sistem

biaya tradisional hanya menggunakan satu macam pemacu biaya tertentu.

J. Faktor Utama Cost Driver

Paling tidak ada dua faktor utama yang harus diperhatikan dalam

pemilihan pemacu biaya (cost driver) ini yaitu biaya pengukuran dan tingkat

korelasi antara cost driver dengan konsumsi biaya overhead sesungguhnya.

Hal ini dapat dijelaskan, sebagai berikut:

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Latar Belakang Adanya metode …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2185/2/BAB II.pdf · A. Latar Belakang Adanya metode Activity Based Costing Sistem Activity

29

29

1. Biaya Pengukuran (Cost of Measurement)

Dalam sistem biaya Activity Based Costing, sejumlah besar pemacu biaya

dapat dipilih dan digunakan. Jika memungkinkan, adalah sangat penting

untuk memilih pemacu biaya yang menggunakan informasi yang telah

tersedia. Informasi yang tidak tersedia pada sistem yang ada sebelumnya

berarti harus dihasilkan dan akibatnya akan meningkatkan biaya sistem

informasi perusahaan. Kelompok biaya (cost pool) yang homogen dapat

menawarkan sejumlah pemacu biaya. Untuk keadaan ini, pemacu biaya

yang dapat digunakan pada sistem informasi yang ada sebelumnya

hendaknya dipilih. Pemilihan ini akan meminimumkan biaya pengukuran.

2. Tingkat Korelasi (Degree of Corelation) antara Cost Driver dan Konsumsi

Overhead Aktualnya

Struktur informasi yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan cara lain

untuk meminimalkan biaya pengumpulan informasi konsumsi pemacu

biaya. Terdapat kemungkinan utnuk menggantikan suatu pemacu biaya

yang secara langsung mengukur konsumsi suatu aktivitas dengan pemacu

biaya yang tidak secara langsung, mengukur konsumsi tersebut.

K. Jenis-jenis Cost Driver

Ada dua jenis cost driver yaitu:

1. Driver Sumber Daya (resources driver)

Merupakan ukuran kuantitas sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Latar Belakang Adanya metode …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2185/2/BAB II.pdf · A. Latar Belakang Adanya metode Activity Based Costing Sistem Activity

30

30

2. Driver Kuantitas (activity driver)

Merupakan ukuran frekuensi dan intensitas permintaan terhadap suatu

aktivitas terhadap objek biaya.

Menurut Supriyono (1994:652), menyatakan bahwa pemicu biaya dapat

diklasifikasikan ke dalam dua jenis utama yaitu:

a. Pemicu biaya yang berkaitan dengan volume produksi.

Pemicu biaya ini dianggap sebagai pemicu sejumlah biaya yang

berkaitan dengan volume produksi. Pemicu biaya jenis ini telah

mendominasi sistem akuntansi biaya tradisional. Sebagian besar biaya-

biaya pemanufakturan dianggap berkaitan erat dengan pemicu biaya

tersebut. Dalam hal variabilitas, biaya-biaya pemanufakturan dianggap

dapat diterapkan dengan besarnya jam kerja langsung, biaya tenaga

kerja langsung, jam mesin dan biaya bahan baku.

b. Pemicu biaya yang berkaitan dengan pemanufakturan.

Pemicu biaya ini dianggap memicu sejumlah biaya pemanufakturan

karena terdapatnya diversitas dan kompleksitas produk. Diversitas dan

kompleksitas produk disebabkan oleh karena perusahaan memproduksi

berbagai macam produk dengan karateristik yang berbeda-beda baik

karena kerumitan rancangan, ukuran volume produksi, ukuran bentuk,

maupun karateristik lainnya. Jika perusahaan memproduksi berbagai

macam produk dengan batch (ukuran volume dan karateristik tertentu)

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Latar Belakang Adanya metode …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2185/2/BAB II.pdf · A. Latar Belakang Adanya metode Activity Based Costing Sistem Activity

31

31

yang berbeda-beda,maka akan timbul sejumlah biaya yang terjadi

karena pola aktivitas untuk memproduksi setiap jenis produk berbeda-

beda. Dalam hal ini focus pengukuran biaya diarahkan pertama-tama

bukan kepada produk, tetapi ke unit-unit yang menyebabkan aktivitas

terjadi.

L. Perbandingan Akuntansi Tradisional dan Activity Based Costing

Menurut Carter (2009) ada beberapa perbandingan antara Activity

Based Costing dan Sistem Perhitungan biaya tradisional.

Sistem perhitungan biaya tradisional ditandai oleh penggunaan yang

eksklusif dari ukuran yang berkaitan dengan volume atau ukuran tingkat unit

sebagai dasar untuk mengalokasikan overhead ke output. Sistem Activity

Based Costing mengharuskan penggunaan tempat penampungan overhead

lebih dari satu, tetapi tidak setiap sistem dengan tempat penampungan biaya

lebih dari satu merupakan sistem Activity Based Costing.

Perbedaan lain antara sistem tradisional dan sistem Activity Based

Costing. Jumlah tempat penampungan biaya overhead dan dasar alokasi

cenderung lebih banyak di sistem Activity Based Costing, tetapi hal ini

sebagian besar disebabkan karena banyak sistem tradisional menggunakan

satu tempat penampungan biaya atau satu dasar alokasi untuk semua tempat

penampungan biaya. Perbedaan tersebut tidaklah bersifat universal. Suatu

sistem dapat menggunakan banyak tempat penampungan overhead dan dasar

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Latar Belakang Adanya metode …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2185/2/BAB II.pdf · A. Latar Belakang Adanya metode Activity Based Costing Sistem Activity

32

32

alokasi, tetapi jika semua dasar alokasinya adalah tingkat unit, maka sistem

tersebut adalah sistem tradisional dan bukan Activity Based Costing.

Perbedaan umum antara sistem Activity Based Costing dan sistem

tradisional adalah homogenitas dari biaya dalam satu tempat penampungan

biaya. Activity Based Costing mengharuskan perhitungan tempat

penampungan biaya dari suatu aktivitas, maupun identifikasi atas suatu

pemicu aktivitas yang signifikan dan mahal. Akibatnya orang lebih berhati-

hati dalam membentuk beberapa tempat penampungan biaya dalam sistem

Activity Based Costing dibandingkan dengan dalam perhitungan biaya

tradisional. Hasil yang biasa ditemukan adalah bahwa semua biaya dalam satu

tempat penampungan biaya aktivitas sangat serupa dalam hal hubungan logis

antara biaya-biaya tersebut dengan pemicu aktivitas, sementara hal yang sama

tidak dapat dikatakan untuk kebanyakan sistem tradisional.

Perbedaan lain antara sistem Activity Based Costing dan sistem

tradisional adalah bahwa semua sistem Activity Based Costing merupakan

sistem perhitungan biaya dua tahap, sementara sistem tradisional biasa

merupakan sistem perhitungan satu atau dua tahap. Di tahap pertama dalam

sistem Activity Based Costing, tempat penampungan biaya aktivitas dibentuk

ketika biaya sumber daya dialokasikan ke aktivitas berdasarkan pemicu

sumber daya. Di tahap kedua, biaya aktivitas dialokasikan dari tempat

penampungan biaya aktivitas ke produk atau objek biaya final lainnya.

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. Latar Belakang Adanya metode …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2185/2/BAB II.pdf · A. Latar Belakang Adanya metode Activity Based Costing Sistem Activity

33

33

Sebaliknya, sistem biaya tradisional menggunakan dua tahap hanya apabila

jika departemen atau pusat biaya lain dibuat. Biaya sumber daya dialokasikan

dari pusat biaya di tahap pertama, dan kemudian biaya dialokasikan dari pusat

biaya ke produk di tahap kedua. Beberapa sistem tradisional hanya terdiri dari

satu tahap karena sistem tersebut tidak menggunakan pusat biaya yang

terpisah, tetapi tidak ada sistem Activity Based Costing yang hanya terdiri dari

satu tahap.

M. Penelitian Terdahulu

Sebelum dilakukannya penelitian ini, telah ditulis beberapa penelitian

mengenai penetapan perhitungan suatu produk menggunakan metode Activity

Based Costing. Penelitian-penelitian tersebut akan dikemukanakan sebagai

berikut:

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Nama

Peneliti

Judul Metode

Penelitian

Kesimpulan

1. Maretandra

Inri Putri

(2015).

Analisis

Perhitungan Tarif

Rawat Inap

Rumah Sakit

Metode

analisis

deskriptif

Hasil perhitungan

tarif rawat inap

dengan metode

Activity Based

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. Latar Belakang Adanya metode …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2185/2/BAB II.pdf · A. Latar Belakang Adanya metode Activity Based Costing Sistem Activity

34

34

Dengan Metode

Activity Based

Costing Di Rsud

Sunan Kalijaga

Demak

Costing memberikan

hasil yang lebih besar

untuk kelas II dan

kelas III serta

memberikan hasil

yang lebih kecil

untuk kelas VIP A,

kelas VIP B dan

Kelas I.

2. Uyun

Nailufa,

dkk

(2015

Penerapan

Activity Based

Costing System

Dalam

Menentukan

Harga Pokok Jasa

Rawat Inap (Studi

Pada Rsud Ibnu

Sina Kabupaten

Gresik Tahun

2013)

Metode

deskriptif

Hasil perhitungan

harga pokok jasa

rawat inap dengan

metode Activity

Based Costing

memberikan hasil

pembebanan yang

terlalu tinggi untuk

kelas VVIP, kelas

VIP, kelas I dan kelas

II serta memberikan

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI A. Latar Belakang Adanya metode …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2185/2/BAB II.pdf · A. Latar Belakang Adanya metode Activity Based Costing Sistem Activity

35

35

hasil pembebanan

terlalu rendah untuk

kelas III.

3. Ardi

Helmy

Maulana

Moch, dkk

(2016).

Analisis Activity

Based Costing

System (ABC

System) Sebagai

Dasar

Menentukan

Harga Pokok

Kamar Hotel

(Studi Kasus

Pada Hotel

Selecta Kota Batu

Tahun 2014)

Metode

deskriptif.

Hasil perhitungan

Harg pokok kamar

hotel Selecta Kota

Batu dengan metode

Activity Based

Costing dan sistem

tradisional

menunjukkan bahwa

perhitungan harga

pokok kamar hotel

menyebabkan

terjadinya distorsi,

yaitu overstate untuk

kamar tipe Family,

tipe Deluxe, tipe

Superior, tipe

Executive dan tipe

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI A. Latar Belakang Adanya metode …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2185/2/BAB II.pdf · A. Latar Belakang Adanya metode Activity Based Costing Sistem Activity

36

36

Cottage, serta

understate untuk

kamar tipe Cottage I

dan tipe Cottage VII.

4. Jalib

Umar, dkk

(2016).

Penerapan

Metode Activity-

Based-Costing

System Dalam

Penentuan Tarif

Jasa Rawat Inap

Pada Rumah

Sakit Husada

Utama Surabaya.

Metode

deskriptif

komparatif.

Hasil perhitungan

tarif jasa rawat inap

dengan metode

Activity Based

Costing memberikan

hasil yang lebih kecil,

kecuali pada kelas I,

kelas II dan kelas III.

Hal ini dikarenakan

karena terjadi subsidi

silang dalam

penentuan tarifnya.

Dengan selisih Suite,

VVIP, VIP, Kelas I ,

Kelas II dan Kelas

III. Perbedaan yang

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI A. Latar Belakang Adanya metode …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2185/2/BAB II.pdf · A. Latar Belakang Adanya metode Activity Based Costing Sistem Activity

37

37

terjadi disebabkan

karena pembebanan

biaya overhead pada

masing-masing

produk. Sehingga

dalam metode ABC,

telah mampu

mengalokasikan

biaya aktiva kesetiap

kamar secara tepat

berdasarkan

konsumsi masing-

masing aktivitas.

5. Siti Farhah

(2017).

Penerapan

Metode ABC

Untuk Penentuan

Harga Pokok

Produksi Pada

CV. Rumah

Kerudung Jihan

Metode

deskriptif

kualitatif.

Hasil perhitungan

Harga Pokok

Produksi (HPP) pada

CV. Rumah

Kerudung Jihan

dengan menggunakan

metode Activity

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI A. Latar Belakang Adanya metode …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2185/2/BAB II.pdf · A. Latar Belakang Adanya metode Activity Based Costing Sistem Activity

38

38

Based Costing dan

sistem tradisional,

dimana dengan

menggunakan

metode tradisional

menghasilkan harga

pokok produksi

semua produk lebih

besar (overcost) ,

yakni pada produksi

jilbab dewasa dan

jilbab anak.