Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Gaya Kepemimpinan
2.1.1. Pengertian Gaya Kepemimpinan
Banyak para ahli yang mendefinisikan tentang pengertian kepemimpinan,
dan setiap ahli menjelaskanya secara berbeda sehingga dibawah ini penulis
mencantumkan beberapa pengertian dari beberapa ahli diantaranya:
Menurut Mallapiseng (2015:16) menyimpulkan bahwa:
“Kepemimpinan merupakan proses mengarahkan dan mempengaruhi
aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan pekerjaan para
anggota organisasi, yang di dalamnya melibatkan orang lain,
pendistribusian kekuasaan antara pemimpin dengan anggota dan
kemampuan untuk menggunakan bentuk kekuasaan yang berbeda untuk
mempengaruhi tingkah laku pengikutnya melalui berbagai cara”.
Sedangkan menurut (Desthiani, 2018) “Kepemimpinan merupakan hal
terpenting dalam suatu perusahaan, karena seseorang pemimpin harus bisa
mempengaruhi semua orang yang menjadi bawahanya untuk bekerja sama agar
dapat mencapai tujuan perusahan”.
Menurut Kartono dalam (Kumala & Agustina, 2018) ”Gaya
kepemimpinan adalah perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dan falsafah,
keterampilan, sikap, yang sering diterapkan seorang pemimpin ketika ia mencoba
mempengaruhi kinerja bawahan”
7
Sementara itu Thoha (2015:49) menyatakan “Gaya kepemimpinan
merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang
tersebut mencoba mempengaruhi prilaku orang lain seperti yang dia lihat’’.
Menurut Rivai (2013:42) menyatakan “Gaya kepemimpinan adalah
sekumpulan ciri yang sudah digunakan pemimpin untuk mempengaruhi
bawahan agar sasaran organisasi tercapai atau dapat dikatakan pula bahwa
gaya kepemimpinan adalah pola perilaku yang disukai dan sering diterapkan
oleh seorang pemimpin”.
Pendapat serupa di kemukakan oleh Handoko dalam (Setiawan1 &
Mujiati2, 2016) Gaya kepem impinan merupakan faktor penting dari
perusahaan sebab dalam kenyataannya pemimpin dapat mempengaruhi moral,
kualitas kehidupan kerja, dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi
Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan Gaya
kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat
kepribadian, termasuk kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka
meyakinkan orang-orang yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela.
2.1.2. Fungsi Kepemimpinan
Menurut Sutikno (2014:18) Fungsi kepemimpinan yaitu:
1. Fungsi instruktif. Fungsi instruktif ini bersifat komunikasi satu arah.
Pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak yang menentukan apa,
bagaimana, bilamana dan dimana perintah itu dikerjakan agar keputusan
dapat dilaksanakan secara efektif.
2. Fungsi konsultatif. Fungsi ini bersifat dua arah. Hal tersebut digunakan
manakala pemimpin dalam usaha menetapkan keputusan yang memerlukan
8
bahan pertimbangan dan berkonsultasi dengan orang-orang yang
dipimpinnya.
3. Fungsi partisipasi. Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha
mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya baik dalam keikutsertaan
mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya.
4. Fungsi delegasi. Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan
wewenang atau menetapkan keputusan baik melalui persetujuan dari
pimpinana.
5. Fungsi pengendalian. Kepemimpinan yang sukses harus mampu mengatur
aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif
sehingga memungkinkan tercapainya tujuan organisasi.
2.1.3. Tipe Gaya Kepemimpinan
Menurut Kartini Kartono dalam Mallapiseng (2015;72) tipe gaya
kepemimpinan adalah sebagai berikut :
1. Tipe Kharismatik
Tipe kharismatik ini memiliki kekuatan energi, daya tarik dan perbawa yang
luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut
yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya.
2. Tipe Paternalistik
Tipe paternalistic ini adalah tipe kepemimpinan kebapakan yang bersifat
melindungi, maha tau dan maha benar, jarang member kesempatan kepada
bawahanya.
9
3. Tipe Militeristik
Tipe ini sifatnya sok kemiliteran-kemiliteran.Hanya gaya luaran saja yang
mencontoh gaya militer yang memiliki sifat lebih banyak menggunakan
sistem perintah, keras sangat otoriter, sangat menyenangi formalitas,
mengkehendaki kepatuhan mutlak bawahan, tidak mengkehendaki saran dan
komunikasi hanya berlangsung satu arah saja.
4. Tipe Otokraktik
Tipe ini didasari atas paksaan, perintah, aturan dan tidakan-tindakan yang
harus dipatuhi anggota organisasi.
5. Tipe Laissez Faire
Tipe ini memperlihatkan kondisi dimana praktis tidak menjalankan fungsinya
sebagi pemimpin dia membiarkan bawahanya menjalankan keinginanya
masing-masing, tidak memiliki kompetensi dan keahlian di bidang kegiatan
yang menjadi obyek pelaksanaan organisasinya.
6. Tipe Administratif atau Eksekutif
Tipe Administratif atau Eksekutif ialah kepemimpinan yang mampu
menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif.
7. Tipe Demokratis
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan
bimbingan kepemimpinan yang efisien kepada para bawahanya.
10
2.1.4. Variabel Dimensi kepemimpinan
Menurut Chapman dalam Suntoyo, (2015:31) variabel-variabel
kepemimpinan adalah:
1. Cara Berkomunikasi
Setiap pemimpin harus mampu memberikan informasi yang jelas dan untuk
itu harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik dan lancar.
Karena dengan komunikasi yang baik dan lancar, tentu hal ini akan
memudahkan bagi bawahannya guna menangkap apa yang dikehendaki oleh
seorang pemimpin baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Jika
seorang pemimpin dalam mentransfer informasi sulit dipahami dan
dimengerti oleh para bawahannya atau karyawannya, maka menimbulkan
permasalahan. Sebab di satu sisi ingin program kerja dalam pencapaian tujuan
perusahaan tercapai, namun di sisi lainnya para karyawan atau bawahan
merasa bingung atau kesulitan harus bekerja yang bagaimana sehingga
mampu mencapai tujuan perusahaan.
2. Pemberian Motivasi
Seorang pemimpin selain mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi yang
baik dan lancar, tentu saja mempunyai kemampuan untuk memberi dorongan
–dorongan atau memberi motivasi kepada bawahannya baik motivasi secara
finansial atau nonfinansial. Perhatian seorang pemimpin akan sangat berarti
bagi bawahan, bahwa dari segi penghargaan ataupun pengakuan sangat
memberikan makna yang sangat tinggi bagi karyawan atau bawahan. Hal ini
akan dapat menciptakan prestasi dan suasana kondusif bagi keberhasilan
usaha, dimana bawahan atau karyawan akan merasa diperhatikan oleh
11
pemimpinnnya yang mewakili perusahaan, dengan harapan prestasi yang
dicapai selama ini mendapatkan penghargaan yang sepadan.
3. Kemampuan Memimpin
Tidak setiap orang atau pemimpin mampu memimpin, karena yang berkenan
dengan bakat seseorang untuk mempunyai kemampuan memimpin adalah
berbeda-beda. Hal ini dapat terlihat dari gaya kepemimpinannya, apakah
mempunyai gaya kepemimpinan autokratik, partisipatif, atau bebas kendali.
Masing- masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Jika seseorang
dengan gaya kepemimpinan autokratik maka kendali pengambilan keputusan
akan berada sepenuhnya ditangan pemimpin. Jika menggunakan gaya
kepemimpinan partisipatif, kendali pengambilan keputusan mengikut sertakan
karyawan (bawahan), sedangkan gaya kepemimpinan bebas kendali,
pengambilan keputusan berada di para karyawan tetapi masih dalam
pengendalian pemimpinan sepenuhnya.
4. Pengambilan Keputusan
Seorang pemimpin harus mampu mengambil keputusan berdasarkan fakta
dan peraturan yang berlaku di perusahaan serta keputusan yang diambil
mampu memberikan motivasi bagi karyawan untuk bekerja lebih baik bahkan
mampu memberikan kontribusi bagi peningkatan produktivitas kerja. Dengan
demikian keputusan yang telah diambil tersebut berlaku efektif dalam
menanamkan rasa percaya diri para karyawannya.
5. Kekuasaan yang Positif
Seorang pemimpin dalam menjalankan organisasi atau perusahaan walaupun
dengan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda tentu saja harus memberikan
12
rasa aman bagi karyawan (bawahan) yang bekerja (positif leadership). Hal ini
sesuai sekali dengan gaya kepemimpinan melalui pendekatan manusiawi,
dimana para karyawan dituntut untuk bekerja dengan sepenuh hati untuk
menghasilkan produk yang berkualitas baik, tanpa adanya penekanan dari
pihak manapun.
2.2. Kinerja
2.2.1. Pengertian Kinerja
Banyak para ahli yang mendefinisikan tentang pengertian kinerja, dan
setiap ahli menjelaskanya secara berbeda sehingga dibawah ini penulis
mencantumkan beberapa pengertian dari beberapa ahli diantaranya:
Menurut Kurniawan (2016:81) bahwa kinerja berasal dari kata job
performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi
sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Pengertian kinerja adalah
merupakan termajahan Bahasa Inggris dari kata performance, dimana
apabila dalam Bahasa Indonesia memiliki berbagai pengertian, diantaranya
adalah penampilan kerja, prestasi kerja, produktifitas kerja atau juga unjuk
kerja.
Sementara itu menurut Mangkunegara dalam (Pramularso & Spencer,
2018) kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya.
Menurut Sedarmayanti dalam (Sugyah, 2018) kinerja adalah terjemahan
dari performance yang berarti hasil kerja seorang pekerja. sebuah proses
manajemen atau suatu organisasi secara keseluruhan dimana hasil kerja
tersebut harus dapat ditunjukkan buktinya secara konrit dan dapat diukur
(dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan).
13
Pendapat serupa di kemukakan oleh Wibowo dalam (Syahyuni, 2018)
kinerja merupakan suatu proses bagaimana pekerjaan bertanggung jawab untuk
mencapai hasil kerja.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan kinerja
adalah suatu hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai sesuai dengan standard
an kriteria yang ditetapkan dalam kurun waktu tertentu.
2.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi dimensi kinerja menurut Kurniawan
dalam (Mangkunegara, 2016) yang mengemukakan
1. Faktor Kemampuan
Secara psikologis, kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi (IQ)
dan kemampuan realitas, artinya pegawai yang memiliki IQ diatas rata-rata
(110-120) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil
dalam mengerjakan tugasnya sehari-hari, maka ia akan mudah mencapai
kinerja yang diharapkan.
2. Faktor Motivasi
Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam menghadapi
situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai
yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja).
14
2.2.3. Dimensi Kinerja
Adapun dimensi kinerja menurut Bernadin dan Russel dalam Nur’aini
(2017:47) sebagai berikut:
1. Kualitas
Setiap karyawan memiliki tugas masing-masing. Sebagai seorang karyawan,
hal pertama yang dinilai dalam kinerja adalah bagaimana kualitas pekerjaan
yang dihasilkan.
2. Kuantitas
Salah satu aspek dalam kinerja adalah seberapa banyak pekerjaan yang dapat
diselesaikan.
3. Ketepatan Waktu/Timeliness
Aspek ini melihat seberapa singkat waktu yang digunakan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu. Semakin sedikit waktu yang
digunakan, tentu semakin baik umtuk penilaian yang diperoleh.
4. Efektivitas Biaya/Cost effectiveness
Adalah efektivitas penggunaan dana, seberapa efektif pengeluaran yang
digunakan dalam menyelesaikan tugas kerja. Salah satu yang menjadi aspek
adalah seberapa efektif pengeluaran yang digunakan dalam menyelesaikan
tugas kerja.
5. Kebutuhan akan supervisor
Salah satu yang menjadi dasar penetap aspek dalam kinerja adalah seberapa
mandiri dalam bekerja. Semakin minim memperoleh bantuan dari orang lain,
khususnya atasan, maka akan menjadi pertimbangan diri sendiri.
15
2.3 Konsep Dasar Operasional dan Perhitungan
2.3.1. Kisi-Kisi Operasional Variabel
Kisi-kisi Operasional Variabel yang penulis gunakan untuk menentukan
dimensi dan indikator variabel kepemipinan bersumber dari variabel-variabel
kepemimpinan yang dikemukakan oleh Chapman dalam (Suntoyo,2015)
Tabel II.1
Kisi-kisi Operasional Variabel Kepemimpinan
Variabel
Penelitian
Dimensi Indikator Nomor
Butir
1. Cara Berkomunikasi a.Kejelasan informasi
b.Penerangan
c.Kegiatan organisasi
d.Kesamaan persepsi
1,2,3,4
2. Pemberian Motivasi a.Dorongan
b.Perhatiaan
5,6
Kepemimpinan 3. Kemampuan
memimpin
a.Pengarahan
pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab
7
4. Pengambilan keputusan a.Konsultasi
b.Pertimbangan saran
8,9
5. Kekuasaan yang positif a.Mengerjakan tugas
tanpa paksaan
10
Sumber: chapman dalam (Suntoyo,2015)
Sedangkan kisi-kisi operasional variabel yang penulis gunakan untuk
menentukan dimensi dan indikator variabel kinerja, bersumber dari dimensi
kinerja menurut Bernadin dan Russel dalam Nur’aini (2017:47)
16
Tabel II.2
Kisi-kisi Instrumen Kinerja (Variabel Y)
Variabel Dimensi Indikator Parameter Butir
Soal
Skala
Kinerja
- Penilaian
Kinerja
- Kualitas - Tingkat sejauh
mana proses atau
hasil pelaksana
kegiata mendekati
kesempurnaan
1,2 Likert
- Kuantitas - Jumlah yang
dihasilkan,
misalnya jumlah
rupiah, unit dan
siklus kegiatan
yang dilakukan
3,4 Likert
- Timelines - Tingkat sejauh
mana suatu
kegiatan
diselesaikan pada
waktu yang
dikehendaki,
dengan
memperhatikan
koordinasi output
lain serta waktu
yang tersedia untuk
kegiatan orang lain
5,6 Likert
- Cost
effectiveness
- Tringkat sejauh
mana pengguna
sumber daya
organisasi
(manusia,
keuangan,teknologi
, dan material)
7,8 Likert
- Kebutuhan
akan
supervisor
- Tingkat sejauh
mana seorang
pekerja dapat
melakukan suatu
fungsi pekerjaan
tanpa memerlukan
pengawasan
seorang
supervision untuk
mencegah tindakan
yang kurang
diinginkan
9,10 Likert
Sumber: Bernadin dan Russel dalam (Nur’aini:2017)
17
2.3.2. Uji Instrumen Penelitian
Uji instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Uji Validitas
Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang
terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti
(Sugiyono, 2014:121). Teknik uji yang digunakan adalah teknik korelasi
melalui koefisien korelasi product moment. Skor ordinal dari setiap item
pernyataan yang diuji validitasnya dikorelasikan dengan skor ordinal
keseluruhan item, jika koefisien korelasi tersebut postif, maka item tersebut
valid. Sedangkan jika koefisien korelasi tersebut negative, maka item tersebut
tidak valid dan akan dikeluarkan dari kuesioner atau digantikan dengan
pernyataan perbaikan. Rumus korelasi product moment adalah:
𝑟𝑥𝑦 =𝑛(∑𝑥𝑦) − (∑𝑥 . ∑𝑦)
√[𝑛 ∑𝑥2 − (∑𝑥)2][𝑛 ∑𝑦2 − (∑𝑦)2)]
𝑟𝑥𝑦 = menujukan indeks korelasi antara dua variabel yang
dikorelasikan
𝑛 = jumlah responden
𝑥 =variabel bebas
𝑦=variabel terkait
2. Uji Reliabilitas
Instrumen yang reliable adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali
untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama
(Sugiyono, 2014:121). Pengujian reliabilitas instrument dengan rentang skor
18
antara 1 – 5 menggunakan rumus Cronbach’s Alpha, dengan rumus sebagai
berikut:
𝑟11 = (𝑘
𝑘 − 1)(1 −
∑𝜎𝑏2
𝜎12)
𝑟11 = Reliabilitas instrument
∑𝜎𝑏2 = banyaknya varians butir pernyataan
∑12 = Varians total
Jumlah varians butir dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:
𝜎2 =∑𝑥2 −
∑(𝑥)2
𝑛𝑛
Keterangan :
𝜎2=varians
∑𝑥= jumlah skor
𝑛 =jumlah responden
2.3.3. Konsep dasar perhitungan
1. Populasi dan sampel
Menurut (Sujarweni, 2015:15), “Populasi merajuk pada sekumpulan orang
atau objek yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberpa hal dan
membentuk masalah pokok dalam suatu riset khusus. Menurut Sugiyono
dalam (Kartika, 2016), Sample jenuh adalah teknik penentuan sample bila
semua anggota populasi digunakan sebagai sample. Populasi yang akan
diteliti harus didefinisikan dengan jelas sebelum penelitian” Berdasarkan
penelitian ini karena jumlah populasinya tidak lebih besar dari 30 orang
19
responden, maka penulis mengambil 100% jumlah populasi yang ada di PT
Koentokoesniohadi Agency Bekasi yaitu sebanyak 30 orang responden.
2. Skala likert
Menurut Sugiyono (2013:107) Skala likert digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial. Untuk menganalisa secara kuantitatif, setiap jawaban
diberi bobot atau skor. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan
Skala Likert yang mempunyai gradasi dari sangat positif sampai dengan
sangat negatif, sebagai berikut :
Tabel II.3
Skala Likert
Jawaban Skor
Sangat setuju 5
Setuju 4
Kurang setuju 3
Tidak setuju 2
Sangat tidak setuju 1
Sumber: Sugiyono (2013:108)
3. Koefisien Korelasi
Menurut Sugiyono dalam (Kartika, 2016), teknik korelasi digunakan untuk
mencari hubungan dan memberi interpretasi antara kuatnya hubungan variable
itu yaitu hubungan antara gaya kepemimpinan terhadap kinerja.
Keeratan korelasi dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. 0,80 sampai 1,00 berarti korelasi memiliki keeratan sangat tinggi
20
b. 0,60 sampai 0,79 berarti korelasi memiliki keeratan tinggi
c. 0,40 sampai 0,59 berarti korelasi memiliki keeratan cukup
d. 0,20 sampai 0,39 berarti memiliki keeratan korelasi rendah
e. < 0,20 berarti memiliki keeratan sangat rendah
4. Determinasi
Menurut (Siregar, 2015) “Koefisien Determinasi (KD) adalah angka yang
menyatakan atau digunakan untuk mengetahui kontribusi atau sumbangan
yang diberikan oleh sebuah variabel atau lebih X (bebas) terhadap variabel Y
(terikat)”.
Rumus dari koefisien determinasi tersebut adalah:
𝐾𝐷 = 𝑟2 × 100%
Keterangan :
𝐾𝐷 = koefisien determinasi
𝑟 = kofisien kolerasi