8
Bagian Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada ------------------------------------ 1 C-03/PD PETUNJUK DISKUSI DISKUSI TERARAH DOKTER - PASIEN I. PENDAHULUAN Seringkali dalam melakukan pengobatan seorang dokter terlalu terpaku pada masalah-masalah dari sisi medik pelaku pengobatan (prescriber), sedangkan masalah-masalah yang sering dihadapi pasien dalam menjalani pengobatan seringkali kurang atau luput dari pertimbangan-pertimbangan dokter. Masalah-masalah yang dihadapi pasien, baik medik, psikologik, maupun sosio-ekonomik secara langsung atau tak langsung akan mempengaruhi keberhasilan terapi. Calon dokter harus mempelajari dan membiasakan diri untuk selalu melihat dan mempertimbangkan masalah- masalah yang dihadapi oleh pasien, yang berkaitan dengan penyakitnya, dampak psikologik, dan sosio-ekonomik dari penyakit, masalah-masalah pengobatan, dsb. II. TUJUAN Setelah menjalani kegiatan ini, mahasiswa diharapkan: 1. Memahami dampak psikologik, sosio-ekonomik, dll dari penyakit terhadap kehidupan pribadi pasien, keluarga, dan lingkungannya 2. Memahami masalah-masalah yang dihadapi pasien dan/atau keluarganya dalam menjalani pengobatan. 3. Mampu merefleksikan pengalaman dan kesulitan-kesulitan pasien dalam setiap episode menghadapi suatu kasus. III. TATALAKSANA KEGIATAN 1. Diskusi akan dipandu oleh seorang moderator, yang akan memperkenalkan pasien kepada peserta diskusi. 2. Diskusi akan melibatkan seorang klinikus senior. 3. Dimulai dengan diskusi singkat antara moderator dengan pasien, mengenai tujuan, lingkup, dan arah diskusi. 4. Dengan dipandu oleh moderator dan klinikus senior, peserta diskusi dapat menanyakan kepada pasien mengenai: - Riwayat penyakit - Riwayat pengobatan (termasuk jenis/nama obat-obat yang digunakan) - Ketaatan terhadap pengobatan - Faktor-faktor yang mempengaruhi ketaatan, misalnya informasi, kejadian efek samping, kemudahan melakukan pengobatan (dosage regimen), ekonomi/harga obat, dsb. - Lain-lain, meliputi: dampak psikologik dan sosio-ekonomik dari penyakit terhadap kehidupan pribadi pasien maupun keluarganya, harapan-harapan pasien terhadap layanan dokter maupun sistem pelayanan, kepercayaan terhadap program pengobatan yang sedang dijalani, dan masalah-masalah lain yang relevan. ***

Diskusi Terarah Dokter-pasien

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bagaimana menjelaskan diskusi terarah pasien dan dokter

Citation preview

  • Bagian Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada ------------------------------------ 1

    C-03/PD

    PETUNJUK DISKUSI

    DISKUSI TERARAH DOKTER - PASIEN

    I. PENDAHULUAN Seringkali dalam melakukan pengobatan seorang dokter terlalu terpaku pada masalah-masalah dari sisi medik pelaku pengobatan (prescriber), sedangkan masalah-masalah yang sering dihadapi pasien dalam menjalani pengobatan seringkali kurang atau luput dari pertimbangan-pertimbangan dokter. Masalah-masalah yang dihadapi pasien, baik medik, psikologik, maupun sosio-ekonomik secara langsung atau tak langsung akan mempengaruhi keberhasilan terapi. Calon dokter harus mempelajari dan membiasakan diri untuk selalu melihat dan mempertimbangkan masalah-masalah yang dihadapi oleh pasien, yang berkaitan dengan penyakitnya, dampak psikologik, dan sosio-ekonomik dari penyakit, masalah-masalah pengobatan, dsb. II. TUJUAN Setelah menjalani kegiatan ini, mahasiswa diharapkan: 1. Memahami dampak psikologik, sosio-ekonomik, dll dari penyakit terhadap kehidupan pribadi pasien,

    keluarga, dan lingkungannya 2. Memahami masalah-masalah yang dihadapi pasien dan/atau keluarganya dalam menjalani pengobatan. 3. Mampu merefleksikan pengalaman dan kesulitan-kesulitan pasien dalam setiap episode menghadapi suatu

    kasus. III. TATALAKSANA KEGIATAN 1. Diskusi akan dipandu oleh seorang moderator, yang akan memperkenalkan pasien kepada peserta diskusi. 2. Diskusi akan melibatkan seorang klinikus senior. 3. Dimulai dengan diskusi singkat antara moderator dengan pasien, mengenai tujuan, lingkup, dan arah diskusi. 4. Dengan dipandu oleh moderator dan klinikus senior, peserta diskusi dapat menanyakan kepada pasien

    mengenai: - Riwayat penyakit - Riwayat pengobatan (termasuk jenis/nama obat-obat yang digunakan) - Ketaatan terhadap pengobatan - Faktor-faktor yang mempengaruhi ketaatan, misalnya informasi, kejadian efek samping, kemudahan

    melakukan pengobatan (dosage regimen), ekonomi/harga obat, dsb. - Lain-lain, meliputi: dampak psikologik dan sosio-ekonomik dari penyakit terhadap kehidupan pribadi

    pasien maupun keluarganya, harapan-harapan pasien terhadap layanan dokter maupun sistem pelayanan, kepercayaan terhadap program pengobatan yang sedang dijalani, dan masalah-masalah lain yang relevan.

    ***

  • Bagian Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada ------------------------------------ 2

    C-03/CKD-1

    CATATAN KULIAH/DISKUSI-1

    KOMUNIKASI EFEKTIF: BERCAKAP-CAKAP DENGAN IBU TENTANG PEMBERIAN OBAT ANAK SAKIT

    Oleh:

    Dr. Yati Soenarto, SpAK, PhD Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

    I. PENGANTAR Dalam merawat anaknya yang sakit, ibu adalah dokter anak yang terbaik (Rohde,1974 komunikasi pribadi). Pemberian obat untuk anak yang sakit, merupakan bagian dari perawatan yang penting dan hampir selalu dikerjakan oleh ibu. Melebihi siapapun, ibu mempunyai kelebihan untuk: Dapat mengetahui secara dini bahwa anaknya tidak sehat. Dapat menceritakan perjalanan penyakit secara rinci dan benar. Dapat memberi penjelasan tentang pertolongan atau obat yang sudah diberikan, oleh siapa, kapan, berapa

    jumlahnya, efek samping kalau timbul, dsb. Dapat memberikan penjelasan tentang riwayat kesehatan atau penyakit sebelumnya, seperti imunisasi,

    penyakit kronis yang diderita, dll. Semua penjelasan diatas sangat diperlukan dalam: Menegakkan diagnosis suatu kelainan atau penyakit. Menentukan pengobatan dan memantau hasilnya. Melaksanakan pengobatan dengan baik. Melakukan usaha pencegahan penyakit secara umum, khususnya yang sedang diderita. Karena waktu merupakan hambatan terbesar bagi para dokter, maka selain calon dokter harus dilatih untuk trampil berkomunikasi dengan ibu secara efektif, juga dilatih untuk kelak mampu melatih stafya untuk berkomunikasi secara efektif dengan ibu. Dalam praktek, hal-hal positif di atas dapat dimanfaatkan apabila dokter atau tenaga kesehatan lainnya bersedia serta mampu menggunakannya. II. MASALAH DALAM BERKOMUNIKASI DENGAN IBU Beberapa masalah dalam komunikasi antara tenaga kesehatan dengan ibu yang dapat diamati: Adanya gap antar mereka baik dalam status sosial maupun bahasa. Keterbatasan waktu yang dimiliki oleh tenaga kesehatan. Tidak mampu memperoleh keterangan yang diperlukan. Keterangan yang didapat tidak diartikan secara benar atau sama sekali tidak dimengerti. Ibu tidak memahami petunjuk yang diberikan oleh dokter/tenaga kesehatan. Ibu tidak sepakat dengan pengobatan yang diberikan. Ibu tidak sanggup melaksanakan petunjuk-petunjuk. Petunjuk yang diberikan pada ibu tidak lengkap. Ibu lupa tentang hal-hal yang harus dikerjakan. III. KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI Masalah berkomunikasi dengan ibu dapat diatasi dengan menggunakan kemampuan berkomunikasi sederhana yang akan diuraikan lebih lanjut. Dengan ketrampilan yang dipunyai, diharapkan dokter mampu menjadi

  • Bagian Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada ------------------------------------ 3

    komunikator yang baik bagi ibu, maupun melatih dan memantau kegiatan asisten atau stafnya dalam berkomunikasi dengan ibu. Beberapa petunjuk berkomunikasi yang diperlukan: 1. Cara mengajukan pertanyaan pemeriksaan

    a. cara melakukan penilaian penderita dengan baik b. cara meyakinkan bahwa ibu mengerti apa yang harus dilakukan di rumah, c. cara memuji sehingga ibu merasa yakin dengan apa yang harus dilakukannya dalam merawat anak anaknya.

    2. Cara menggunakan contoh-contoh/alat peraga, agar petunjuk-petunjuk yang diberikan kepada ibu menjadi lebih menarik dan mengesankan, sehingga akan lebih mudah diterapkan

    3. Cara menggunakan pamflet/poster 4. Cara memuji dan memberikan dukungan terhadap hal-hal yang benar yang sudah diketahui ibunya,

    sehingga ibu merasa yakin tentang apa yang dapat dilakukannya dalam merawat anaknya. IV. MENGAJUKAN PERTANYAAN PEMERIKSAAN Mengajukan pertanyaan pemeriksaan dapat memperbaiki komunikasi dokter dengan ibu. Suatu daftar pertanyaan dapat: 1. Memastikan hal-hal yang diketahui ibu atau mencari keterangan yang lebih lengkap dan spesifik tentang apa

    yang telah diucapkan ibu. Misalnya jika ibu telah memberikan obat dari dokter kepada anaknya yang sakit, ajukan pertanyaan berikut:

    a. Apakah obatnya harus diminum sampai habis? (untuk membedakan antibiotika atau bukan, misalnya obat-obat simptomatik).

    b. Apakah obat diberikan dalam jangka panjang, misalnya sampai berbulan-bulan? (jika secara klinis kita curigai penderita mendapat obat-obat antituberkulosis)

    2. Membuat ibu memberitahu dokter atau petugas kesehatan mengenai hal yang telah diberitahukan

    kepadanya. Misal, dokter telah memberi penjelasan kepada ibu tentang tanda-tanda terjadinya efek samping obat, maka ajukan pertanyaan pemeriksaan berikut:

    .Sebutkan tanda-tanda kalau putra ibu tidak tahan obat ini?.. Sewaktu mengajukan pertanyaan pemeriksaan kepada ibu, supaya diajukan suatu pertanyaan yang sedemikian rupa sehingga ibu tidak hanya menjawab ya atau tidak. Sebagai contoh: Ibu telah tahu ya, tanda-tandanya kalau puteranya tidak tahan obat ini? Ibu akan menjawab ya walaupun dia ingat ataupun tidak tanda-tanda yang sudah dijelaskan dokter sebelumnya. Seharusnya ajukan pertanyaan: Tolong Bu, sebutkan tanda-tandanya kalau putera Ibu tidak tahan obat ini Mengajukan pertanyaan pemeriksaan memerlukan kesabaran. Kita harus menunggu dan memberi kesempatan bagi ibu untuk berani menjawab. Jika perlu dipancing, dan didekati dahulu dengan pertanyaan-pertanyaan umum, yang akan mendekatkan dokter dengan ibu. Contoh yang menunjukkan bahwa pertanyaan pemeriksaan dapat membantu dalam memperbaiki komunikasi dokter dengan ibu: Apakah ibu dapat membuat oralit? Dia akan menjawab tahu, karena kalau tidak malu. Untuk memastikannya, kita minta ibu mengerjakannya atau menerangkannya. Tujuan mengajukan pertanyaan pemeriksaan adalah untuk membuat ibu puas dan senang mendapatkan semua keterangan yang diperlukan agar mengerti keadaan anaknya dan apa yang perlu diajarkan, serta untuk meyakinkan bahwa ibu tahu cara merawat anaknya. Dokter tidak dapat mengetahui apakah ibu mengerti hal yang

  • Bagian Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada ------------------------------------ 4

    telah diajarkan kepadanya, kecuali jika mendengarkan ibu menerangkan mengenai hal yang telah didengarnya atau dipelajarinya. V. MEMANTAU KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TENAGA KESEHATAN Dikerjakan dengan mengajukan pertanyaan pemeriksaan juga. Jika dokter telah mendelegasikan tanggung jawab stafnya untuk mengajar ibu kepada seorang perawatnya, daftar pertanyaan pemeriksaan dapat membantu untuk memantau keberhasilan perawat tersebut mengajar ibu. Contoh yang menunjukkan cara pemantauan dicapai: Misal ibu telah diberitahu cara-cara menggunakan oralit. Jangan tanyakan kepada ibu: Apakah perawat sudah memberi tahu cara menggunakan oralit dan apakah ibu tahu menggunakannya? Jawabannya akan sudah karena kalau ibu masih bingung atau belum tahu, akan malu atau takut untuk menjawab tidak. Sebaiknya tanyakan: Bagaimanana cara menggunakan oralit? Kalau sudah diterangkan atau ditunjukkan oleh ibu, dokter bisa mengambil keputusan kalau ibu memang sudah diberitahu, dan sudah memahami. Kemudian tanyakan: Siapa yang memberi tahu? VII. MEMBERI CONTOH Dengan memberi contoh-contoh kepada ibu sewaktu dokter memberikan penjelasan, hal-hal yang dijelaskan akan lebih menarik dan efektif. Kecuali lebih mudah dipahami, akan diingat lebih lama dibandingkan jika tanpa contoh-contoh. Peragaan akan sangat berpengaruh dalam mengajarkan ibu cara melakukan tugasnya. Memperlihatkan kepadanya cara melakukan tugas akan lebih efektif daripada hanya menceritakan cara melakukannya. Dengan memberi kesempatan ibu mengerjakan sendiri, petugas kesehatan dapat melihat hal-hal yang paling sulit dilakukan oleh ibu ibu, dan dapat diulangi beberapa kali. Cara-cara menggunakan contoh:

    CONTOH CARA MEMAKAI CONTOH Memperlihatkan gambar Peragakan tugas Perlihatkan obyek Menyuruh ibu melakukan sendiri

    Perlihatkan gambar seorang ibu meneteki yang benar Perlihatkan pada ibu cara meminumkan obat dengan sendok Suatu suppositorium Menakar jumlah air yang benar untuk mencampur isi bungkus oralit.

    VIII. CARA MENGGUNAKAN PAMFLET Komunikasi juga akan bertambah baik dengan memberikan kepada setiap ibu sebuah pamflet yang telah dirancang khusus. Pada waktu menyerahkan sekaligus ditunjukkan dan diceritakan isi pamflet. Dalam proses perencanaan pembuatan pamflet, harus diuji dulu terhadap beberapa ibu, apakah isinya dapat dimengerti. Keuntungan memberikan pamflet: Mengingatkan dokter akan hal-hal pokok yang harus disampaikan Mengingatkan ibu setelah sampai di rumah Mempercepat pengertian dalam waktu terbatas Untuk ibu-ibu yang buta huruf, gambar-gambar dalam pamflet akan membantu ibu memahami pesan-pesan.

  • Bagian Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada ------------------------------------ 5

    IX. MEMBERI DORONGAN DAN BANTUAN Walaupun sudah diberikan penjelasan-penjelasan, tidak dapat menjamin bahwa ibu akan melaksanakannya di rumah. Oleh karena itu penting bagi petugas kesehatan untuk memberikan bantuan dan dorongan kepada ibu untuk memotivasi agar mau melakukan petunjuk yang telah diberikan. Kadang-kadang dalam memberikan petunjuk kepada ibu petugas cenderung menitikberatkan kepada kesalahan yang dilakukan ibu dalam mempelajari suatu ketrampilan, hal ini bertentangan dengan belajar yang efektif. Suasana belajar yang baik harus memberikan petunjuk, bantuan dan dorongan yang diperlukan ibu untuk melakukan tugas yang benar. Melihat mereka melakukan yang benar akan menghasilkan cara belajar yang lebih cepat dan berlanjut daripada mengkritik kesalahan yang dikerjakan. X. RINGKASAN Agar dapat mendorong ibu melaksanakan pengobatan yang efektif, penting bagi dokter atau tenaga kesehatan lain untuk mengembangkan ketrampilan berkomunikasi berikut ketika berhadapan dengan ibu. Mengajukan pertanyaan pemeriksaan Menggunakan contoh Menggunakan pamflet Memberikan bantuan dan dorongan XI. DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan RI, 1990. Pendidikan Medik Pemberatasan Diare: Bercakap-cakap dengan Ibu tentang

    Diare (Lokakarya untuk Dokter). Departemen Kesehatan RI.Jakarta. Departemen Kesehatan RI, 1990. Pendidikan Medik Pemberatasan Diare: Buku Ajar Diare. Departemen

    Kesehatan RI.Jakarta. WHO,1987.Communication. A Guide for Manager of National Diarrhoeal Disease Control Programmes. WHO,

    Geneva

    ***

  • Bagian Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada ------------------------------------ 6

    C-03/CKD-2

    CATATAN KULIAH/DISKUSI-2

  • Bagian Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada ------------------------------------ 7

  • Bagian Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada ------------------------------------ 8